Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
Masalah adalah kata yang sering kita dengar dikehidupan sehari-hari, tak
ada seorangpun yang tak luput dari masalah baik masalah yang sifatnya ringan
ataupun masalah yang sifatnya berat.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan keempurnaan, baik jasmaniyah maupun rohaniyah
tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengidentifikasi masalah ?
2. Bagaimana pengelompokan / klasifikasi masalah ?
3. Bagaimana analisis pemecahan masalah ?
4. Bagaimana alternatif upaya penyelesaian sengketa?
5. Bagaimana pendekatan dan metode yang digunakan ?
2
6. Apa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja ?
7. Apa pengertian disiplin, kepuasan kerja, stress dan program konseling ?
8. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan
kerja ?
9. Bagaimana cara membudayakan keselamatan dan kesehatan kerja ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi masalah
2. Untuk mengetahui pengelompokan / klasifikasi masalah
3. Untuk mengetahui analisis pemecahan masalah
4. Untuk mengetahui alternatif upaya penyelesaian sengketa
5. Untuk mengetahui pendekatan dan metode yang digunakan
6. Untuk mengetahui pengertian keselamatan dan kesehatan kerja.
7. Untuk mengetahui pengertian disiplin, kepuasan kerja, stress dan
program konseling.
8. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan kerja.
9. Untuk mengetahui cara membudayakan keselamatan dan kesehatan
kerja.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian masalah
Masalah adalah kata yang sering kita dengar dikehidupan sehari-hari, tak ada
seorangpun yang tak luput dari masalah baik masalah yang sifatnya ringan
ataupun masalah yang sifatnya berat. Masalah adalah suatu kendala atau persoalan
yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara
kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik. Berikut merupakan
pengertian masalah menurut beberapa ahli dan kamus Bahasa Indonesia:
5. Menurut Roger Kaufman, Masalah adalah suatu kesenjangan yang perlu ditutup
antara hasil yang dicapai pada saat ini dan hasil yang diharapkan.
6. Menurut Dorothy Craig, Masalah adalah situasi atau kondisi yang akan datang
dan tidak diinginkan.
4
tentang masalah atau kesulitan yang biasa dirasakan oleh orang awam ataupun
seorang peneliti. Masalah yang terjadi akan menghalangi untuk tercapainya suatu
tujuan baik itu tujuan individu maupun kelompok. Masalah yang timbul dalam
sebuah penelitian pastinya berbentuk kalimat tanya, bukan kalimat pernyataan.
Selanjutnya masalah akan dijawab melalui sebuah penelitian yang mendetail.
B. Klasifikasi Masalah
Permasalahan deskriptif
1. Hubungan simetris Hubungan ini merupakan kaitan antara dua variabel atau
lebih yang tak sengaja munculnya secara bersamaan. Contoh : Adakah kaitan
antara warna rambut dengan sifat seseorang ?
5
2. Hubungan kausal Arti dari hubungan kausal sendiri adalah hubungan bersifat
sebab dan akibat. Jadi pada hubungan ini terdapat dua variabel yaitu variabel
independen dan dependen. Di mana variabel independen adalah variabel yang
mempengaruhi dan variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi. Contoh :
Apakah ada terdapat pengaruh pendidikan dari orang tua terhadap prestasi belajar
anak ? (disini pendidikan dari orang tua merupakan variabel independen, dan
untuk variabel dependen sendiri adalah prestasi belajar).
3. Hubungan interaktif atau timbal balik Hubungan ini adalah hubungan yang
saling mempengaruhi satu sama lain. Disini tidak dapat diketahui mana variabel
independen dan dependen. Contoh : Kaitan hubungan antara makan di siang hari
dengan kecerdasan otak manusia.1
C. Pemecahan Masalah
Ada empat tahap pemecahan masalah yaitu; (1) memahami masalah, (2)
merencanakan pemecahan, (3) melaksanakan rencana, (4) memeriksa kembali
(Polya, 1973:5). Diagram pemecahan masalah Polya dapat dilihat pada Gambar
berikut.
1
www.ilmubahasa.net, gudangnya ilmu materi bahasa, media karya sastra dan informasi
6
a. Memahami masalah (understand the problem)
Tahap pertama pada penyelesaian masalah adalah memahami soal. Siswa perlu
mengidentifikasi apa yang diketahui, apa saja yang ada, jumlah, hubungan dan
nilai-nilai yang terkait serta apa yang sedang mereka cari. Beberapa saran
yang dapat membantu siswa dalam memahami masalah yang kompleks: (1)
memberikan pertanyaan mengenai apa yang diketahui dan dicari, (2) menjelaskan
masalah sesuai dengan kalimat sendiri, (3) menghubungkannya dengan masalah
lain yang serupa, (4) fokus pada bagian yang penting dari masalah tersebut, (5)
mengembangkan model, dan (6) menggambar diagram.
Siswa perlu mengidentifikasi operasi yang terlibat serta strategi yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Hal ini bisa dilakukan siswa
dengan cara seperti: (1) menebak, (2) mengembangkan sebuah model, (3)
mensketsa diagram, (4) menyederhanakan masalah, (5) mengidentifikasi pola, (6)
membuat tabel, (7) eksperimen dan simulasi, (8) bekerja terbalik, (9) menguji
semua kemungkinan, (10) mengidentifikasi sub-tujuan, (11) membuat analogi,
dan (12) mengurutkan data/informasi.
Apa yang diterapkan jelaslah tergantung pada apa yang telah direncanakan
sebelumnya dan juga termasuk hal-hal berikut: (1) mengartikan informasi yang
diberikan ke dalam bentuk matematika; dan (2) melaksanakan strategi selama
proses dan perhitungan yang berlangsung. Secara umum pada tahap ini siswa
perlu mempertahankan rencana yang sudah dipilih. Jika semisal rencana tersebut
tidak bisa terlaksana, maka siswa dapat memilih cara atau rencana lain.
7
pertanyaan kembali dan bertanya kepada diri sendiri apakah pertanyaannya sudah
benar-benar terjawab.
Sementara itu, menurut Krulik dan Rudnick (Carson, 2007: 21 -22), ada lima
tahap yang dapat dilakukan dalam memecahkan masalah yaitu sebagai berikut:
Membaca (read). Aktifitas yang dilakukan siswa pada tahap ini adalah mencatat
kata kunci, bertanya kepada siswa lain apa yang sedang ditanyakan pada masalah,
atau menyatakan kembali masalah ke dalam bahasa yang lebih mudah dipahami.
Memilih suatu strategi (select a strategy). Pada tahap ini, siswa menarik
kesimpulan atau membuat hipotesis mengenai bagaimana cara menyelesaikan
masalah yang ditemui berdasarkan apa yang sudah diperoleh pada dua tahap
pertama.
Menyelesaikan masalah (solve the problem). Pada tahap ini semua keterampilan
matematika seperti menghitung dilakukan untuk menemukan suatu jawaban.
Meninjau kembali dan mendiskusikan (review and extend). Pada tahap ini, siswa
mengecek kembali jawabannya dan melihat variasi daro cara memecahkan
masalah.
8
Pendefinisian masalah (define problem), yaitu mengklarifikasi karakteristik-
karakteristik situasi. Tahap ini meliputi kegiatan mengkhususkan apa yang
diketahui dan yang tidak diketahui, menemukan tujuan-tujuan, dan
mengidentifikasi kondisi-kondisi yang standar dan ekstrim.
Penemuan solusi (inventory several solution), yaitu mencari solusi. Tahap ini bisa
meliputi kegiatan memperhatikan pola-pola, mengidentifikasi langkah-langkah
dalam perencanaan, dan memilih atau menemukan algoritma.
9
didalam bidang pekerjaan yang melibatkan biaya tinggi, pertentangan atau
perselisihan harus diselesaikan. Jika cara tidak formal dan cara internal untuk
membereskan dan menyelesaikan perselisihan gagal atau jika menemukan jalan
buntu, maka usaha untuk membentuk proses yang lebih formal akan
dipertimbangkan. Sekali lgi proses-proses seperti itu dapat difasilitasi dari dalam
atau2 dari luar dan memiliki rentang batas dari sistem khusus sampai kepada
sistem yang lebih permanen serta dengan melibatkan tenaga sukarela sampai
dengan tenaga yang ditentukan secara kusus dan diwajibkan, bahkan sebagai
bagian dari prosedur pembuatan kesepakatan. Pada saat beberapa perselisihan
dapat ditangani oleh hukum atau pengadilan tenaga kerja,perselisihan lainnya
membutuhkan bantuan intervensi dari pihak ketiga yang netral.
Sistem penyelesaian perselisihan dapat didukung dan didanai secara
publik. Dukungan-dukungan seperti ini memiliki sejarah yang panjang di
beberapa negara dan dengan prefensi yang berbeda-beda un tuk dan digunakan
selama bertahun-tahun untuk setiap jenisnya. Jenis-jenis utama dari proses
penyelesaian perselisihan didapat dengan beberapa pertimbangan, dilihat pada
sebuah spektrum, dengan rentang batas daripada satu ujung, perdamaian sampai
kepada mediasi dibagian tengah dan arbitasi diujung yang lainnya.3
2
Chris Rowley,Keith Jackson,Manajemen Sumber Daya Manusia,(Jakarta:PT RajaGrafindo
Persada,2012)hlm 105
3
Ibid, hlm 106-07
10
penyelesaian dari pihak konsiliator. Konsiliasi bisa didapatkan dari
fasilitas pribadi atau publik.
2. Mediasi
Mediasi didefinisikan sebagai proses dimana sebuah pihak ketiga
“bekerja secara bersama-sama untuk menanggulangi masalah”.
Mediasi melibatkan pihak ketiga yang independen, netral, yang
membantu para pihak yang bertikai untuk menyelesaikan perbedaan-
perbedaan dan sampai kepada suatu kesepakatan dan mengakhiri
perselisihan. Proses mediasi merupakan proses yang lebih proaktif
dibandingkan dengan proses perdamaian, dimana mediator dapat
menyarankan gagasan-gagasan dan proposal-proposal mereka sendiri
untuk menyelesaikan perselisihan. Meskipun demikian solusi yang
memungkinkan tetap tidak mengikat pihak-pihak yang bertikai. Para
pihak tersebut dapat menerima, menolak atau mengubah gagasan-
gagasan dan proposal-proposal yang diajukan kepada mereka.
3. Arbitrasi
Arbitrasi didefinisikan pada saat pihak-pihak yang terlibat “secara
bersamaan meminta pihak ketiga untuk membuat suatu penghargaan
yang mereka buat untuk diterima dalam penyelesian perselisihan”.
Arbitrasi adalah sebuah metode yang menyelesaikan perselisihan
dengan merujuk pihak pihak yang bertikai kepada pihak ketiga yang
independen, netrl, tetapi dengan metode ini kedua belah pihak telah
menyetujui sebelumnya untuk mematuhi keputusan yang dibuat. Pihak
yang menjadi arbirator mendengarkan argumentasi dari kedua belah
pihak dan memutuskan berdasarkan hal tersebut.
Proses arbitrasi sering mendapatkan kritikan, krena mnghsilkan
beberapa kecendurungan yang ditimbulkan dan didukung beberapa
kecenderugan yang ditimbulkan dan didukung oleh proses itu sendiri.
Salah satu kecenderungan tersebut adalah efek flip-flop dimana
keputusan diberikan kepada satu sisi baru selanjutnya kepada sisi yang
lainnya setia kali perselisihan dirujukan kepada proses ini.
11
Kita telah membedakan dan menggarisbawahi tiga jenis utama dari
proses penyelesaian perselisihan,. Meskipun demikian, dalam praktiknya garis
yang membagi proses-proses penyelesaian perselisihan merupakan garis yang
tipis dan kabur. Proses mediasi dapat tampak serupa dengan proses perdamaian
atau dapat juga menjadi lebih formal dan serupa dengan abritrasi, kecuali tanpa
penganugrahan keterikatan final.4
4
Ibid, hlm 107-111
12
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.5
5
Mondy, RW. 2008. Menejemen Sumber Daya Manusia Edisi Kesepuluh (terjemah). Jakarta :
Erlangga. Hlm 14-16.
6
Anwar Prabu Mangkunegara, Menejemen Sumber Daya Manusia Perusahaan., (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008). Hlm. 129
13
H. Penyakit akibat bekerja
Pengertian (definisi) Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan
kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah
oleh aktivitas kerja ataupun kondisi lain yang berhubungan dengan pekerjaan.
7
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/penyakit-akibat-kerja-pak.html
(Diakses pada hari/tanggal : Senin, 20 Mei 2019 pukul 10:40 WIB).
8
Anwar Prabu Mangkunegara, Menejemen Sumber Daya Manusia Perusahaan., (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008). Hlm. 163
14
b. Pengaturan udara
1) Pergantian udara diruang kerja yang kurang baik (ruang
kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak)
2) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
c. Pengaturan penerangan
1) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak
tepat.
2) Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
d. Pemakaian peralatan kerja
1) Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
2) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang
baik.
e. Kondisi fisik dan mental pegawai
1) Kerusakan alat indera, stamina pegawai yang tidaak stabil.
2) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang
rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah,
motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh, kurang
cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan
fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa risiko
bahaya.
15
f) Ventilasi yang tidak baik, pertukaran udara yang tidak cukup,
sumber udara yang tidak murni.9
9
Repository.usu.ac.id. hlm. 12.
10
Dinus.ac.id. hlm. 1.
16
Pelaksanaan k3 menjadi tanggung jawab semua pihak,
khususnya masyarakat industri,
Semua pihak yang terkait berkewajiban berperan aktif sesuai
fungsi dan kewenangannya untuk melakukan berbagai upaya di
bidang k3 secara terus menerus, berkesinambungan dan
kegiatan, sehingga dapat mencegah kasus kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Diperlukan sumber daya manusia yang kompeten, handal dan
berkualitas di bidang k3, sehingga dapat segera dicapai hasil
optimal.
17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
Rowley, Chris dan Keith Jackson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/penyakit-akibat-
kerja-pak.html (Diakses pada hari/tanggal : Senin, 20 Mei 2019 pukul 10:40
WIB).
19