Anda di halaman 1dari 19

PENYELESAIAN SENGKETA KARYAWAN DAN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Manajemen Sumber Daya Manusia
Dosen Pengampu : Drs. Abdul Wahid, M.Ag.

Disusun Oleh :

Siti Aminah 1703036115


Ruswati 1803036008
Fatimatuzzahro 1803036024
Nur Lailatul Arofah 1803036041

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah adalah kata yang sering kita dengar dikehidupan sehari-hari, tak
ada seorangpun yang tak luput dari masalah baik masalah yang sifatnya ringan
ataupun masalah yang sifatnya berat.

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan keempurnaan, baik jasmaniyah maupun rohaniyah
tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

Keselamatan dan kesehatan kerja sangat berkaitan dengan


ketanagakerjaan terutama untuk sumber daya manusia atau karyawan yang
bekerja dalam perusahaan. K3 sangat penting dalam meningkatkan jaminan
sosial dan kesejahteraan para pekerjanya, K3 mempunyai dampak postif atas
keberlanjutan produktifitas kerja. Oleh sebab itu isu K3 pada saat ini bukan
sekedar kewajiban yang harus diperhatikan oleh pekerja, akan tetapi juga
dipenuhi oleh sebuah sistem perusahaan. Dengan kata lain, pada saat ini, K3
bukan semata sebgai kewajiban, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi
setiap pekerja dan bagi setiap bentuk pekerja.

Dalam pembahasan selanjutnya yakni mengenai bagaiamana cara


mengidentifikasi, pengelompokan / klasifikasi, analisis pemecahan dan
alternatif upaya penyelesaian masalah, bagaimana pengelolaan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, faktor-faktor dan cara membudayakan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang akan dibahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengidentifikasi masalah ?
2. Bagaimana pengelompokan / klasifikasi masalah ?
3. Bagaimana analisis pemecahan masalah ?
4. Bagaimana alternatif upaya penyelesaian sengketa?
5. Bagaimana pendekatan dan metode yang digunakan ?

2
6. Apa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja ?
7. Apa pengertian disiplin, kepuasan kerja, stress dan program konseling ?
8. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan
kerja ?
9. Bagaimana cara membudayakan keselamatan dan kesehatan kerja ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi masalah
2. Untuk mengetahui pengelompokan / klasifikasi masalah
3. Untuk mengetahui analisis pemecahan masalah
4. Untuk mengetahui alternatif upaya penyelesaian sengketa
5. Untuk mengetahui pendekatan dan metode yang digunakan
6. Untuk mengetahui pengertian keselamatan dan kesehatan kerja.
7. Untuk mengetahui pengertian disiplin, kepuasan kerja, stress dan
program konseling.
8. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan kerja.
9. Untuk mengetahui cara membudayakan keselamatan dan kesehatan
kerja.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian masalah

Masalah adalah kata yang sering kita dengar dikehidupan sehari-hari, tak ada
seorangpun yang tak luput dari masalah baik masalah yang sifatnya ringan
ataupun masalah yang sifatnya berat. Masalah adalah suatu kendala atau persoalan
yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara
kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik. Berikut merupakan
pengertian masalah menurut beberapa ahli dan kamus Bahasa Indonesia:

1. Munurut kamus BBI, Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan.

2. Menurut Sugiyono (2009:52) masalah diartikan sebagai penyimpangan antara


yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan
praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksana.

3. Menurut James Stoner, Masalah suatu situasi menghambat organisasi untuk


mencapai satu atau lebih tujuan.

4. Menurut Prajudi Atmosudirjo, Masalah adalah sesuatu yang menyimpang dari


apa yang diharapkan, direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga merupakan
rintangan menuju tercapainya tujuan.

5. Menurut Roger Kaufman, Masalah adalah suatu kesenjangan yang perlu ditutup
antara hasil yang dicapai pada saat ini dan hasil yang diharapkan.

6. Menurut Dorothy Craig, Masalah adalah situasi atau kondisi yang akan datang
dan tidak diinginkan.

Suryabrata (1994 : 60) mengemukakan bahwa definisi masalah adalah


kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan harapan (das sein). Untuk itu
dilakukannya sebuah penelitian bertujuan untuk menutup kesenjangan yang
terjadi. John dewey kerlinger secara terpisah memberikan sebuah penjelasan

4
tentang masalah atau kesulitan yang biasa dirasakan oleh orang awam ataupun
seorang peneliti. Masalah yang terjadi akan menghalangi untuk tercapainya suatu
tujuan baik itu tujuan individu maupun kelompok. Masalah yang timbul dalam
sebuah penelitian pastinya berbentuk kalimat tanya, bukan kalimat pernyataan.
Selanjutnya masalah akan dijawab melalui sebuah penelitian yang mendetail.

B. Klasifikasi Masalah

Menurut sugiyono (1994 : 36-39 dalam afidburhanuddin.wordpress.com)


mengklasifikasikan masalah terbagi dalam 3 jenis, yaitu :

Permasalahan deskriptif

permasalahan deskriptif ialah suatu permasalahan yang memilik variabel mandiri


baik pada satu variabel atau lebih. Dalam penelitian ini, peneliti tidak diharuskan
untuk membuat suatu perbandingan variabel yang satu dengan sampel yang lain,
tetapi hanya mencari hubungan variabel yang yang satu dengan yang lain. Contoh
dari suatu permasalah deskriptif adalah : Seberapa tinggi minat siswa indonesia
dalam menulis dan membaca untuk waktu satu hari ? Seberapa besar pengaruh
efektifitas pembelajaran siswa terhadap hasil prestasi belajar siswa?

b. Permasalahan komparatif Permasalahan komparatif merupakan suatu rumusan


masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih
terhadap suatu sampel yang berbeda waktu. Contohnya : Apakah ada terdapat
perbedaan prestasi belajar antara siswa A dan siswa B ? Adakah perbedaan
tentang pemahanan suatu konsep terhadap materi persegi panjang antara siswa
reguler dan siswa inti ?

c. Permasalahan Asosiatif Jenis permasalahan asosiatif ialah permasalahan yang


bersifat menanyakan hubungan dua variabel atau lebih. Disini permasalahan
asosiatif memiliki tiga bentuk hubungan yaitu :

1. Hubungan simetris Hubungan ini merupakan kaitan antara dua variabel atau
lebih yang tak sengaja munculnya secara bersamaan. Contoh : Adakah kaitan
antara warna rambut dengan sifat seseorang ?

5
2. Hubungan kausal Arti dari hubungan kausal sendiri adalah hubungan bersifat
sebab dan akibat. Jadi pada hubungan ini terdapat dua variabel yaitu variabel
independen dan dependen. Di mana variabel independen adalah variabel yang
mempengaruhi dan variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi. Contoh :
Apakah ada terdapat pengaruh pendidikan dari orang tua terhadap prestasi belajar
anak ? (disini pendidikan dari orang tua merupakan variabel independen, dan
untuk variabel dependen sendiri adalah prestasi belajar).

3. Hubungan interaktif atau timbal balik Hubungan ini adalah hubungan yang
saling mempengaruhi satu sama lain. Disini tidak dapat diketahui mana variabel
independen dan dependen. Contoh : Kaitan hubungan antara makan di siang hari
dengan kecerdasan otak manusia.1

C. Pemecahan Masalah

Beberapa pengertian pemecahan masalah dapat disimpulkan sebagai berikut


(Syaiful, 2012: 37):

Kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan umum pengajaran


matematika, bahkan sebagai jantungnya matematika.

Pemecahan masalah meliputi metode, prosedur, dan strategi merupakan proses


inti dan utama dalam kurikulum matematika.

Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika.


Pada saat memecahkan masalah matematika, siswa dihadapkan dengan beberapa
tantangan seperti kesulitan dalam memahami soal. Hal ini disebabkan karena
masalah yang dihadapi bukanlah masalah yang pernah dihadapi siswa
sebelumnya.

Tahapan Pemecahan Masalah :

Ada empat tahap pemecahan masalah yaitu; (1) memahami masalah, (2)
merencanakan pemecahan, (3) melaksanakan rencana, (4) memeriksa kembali
(Polya, 1973:5). Diagram pemecahan masalah Polya dapat dilihat pada Gambar
berikut.

1
www.ilmubahasa.net, gudangnya ilmu materi bahasa, media karya sastra dan informasi

6
a. Memahami masalah (understand the problem)

Tahap pertama pada penyelesaian masalah adalah memahami soal. Siswa perlu
mengidentifikasi apa yang diketahui, apa saja yang ada, jumlah, hubungan dan
nilai-nilai yang terkait serta apa yang sedang mereka cari. Beberapa saran
yang dapat membantu siswa dalam memahami masalah yang kompleks: (1)
memberikan pertanyaan mengenai apa yang diketahui dan dicari, (2) menjelaskan
masalah sesuai dengan kalimat sendiri, (3) menghubungkannya dengan masalah
lain yang serupa, (4) fokus pada bagian yang penting dari masalah tersebut, (5)
mengembangkan model, dan (6) menggambar diagram.

b. Membuat rencana (devise a plan)

Siswa perlu mengidentifikasi operasi yang terlibat serta strategi yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Hal ini bisa dilakukan siswa
dengan cara seperti: (1) menebak, (2) mengembangkan sebuah model, (3)
mensketsa diagram, (4) menyederhanakan masalah, (5) mengidentifikasi pola, (6)
membuat tabel, (7) eksperimen dan simulasi, (8) bekerja terbalik, (9) menguji
semua kemungkinan, (10) mengidentifikasi sub-tujuan, (11) membuat analogi,
dan (12) mengurutkan data/informasi.

c. Melaksanakan rencana (carry out the plan)

Apa yang diterapkan jelaslah tergantung pada apa yang telah direncanakan
sebelumnya dan juga termasuk hal-hal berikut: (1) mengartikan informasi yang
diberikan ke dalam bentuk matematika; dan (2) melaksanakan strategi selama
proses dan perhitungan yang berlangsung. Secara umum pada tahap ini siswa
perlu mempertahankan rencana yang sudah dipilih. Jika semisal rencana tersebut
tidak bisa terlaksana, maka siswa dapat memilih cara atau rencana lain.

d. Melihat kembali (looking back)

Aspek-aspek berikut perlu diperhatikan ketika mengecek kembali langkah-


langkah yang sebelumnya terlibat dalam menyelesaikan masalah, yaitu: (1)
mengecek kembali semua informasi yang penting yang telah teridentifikasi; (2)
mengecek semua perhitungan yang sudah terlibat; (3) mempertimbangkan apakah
solusinya logis; (4) melihat alternatif penyelesaian yang lain; dan (5) membaca

7
pertanyaan kembali dan bertanya kepada diri sendiri apakah pertanyaannya sudah
benar-benar terjawab.

Sementara itu, menurut Krulik dan Rudnick (Carson, 2007: 21 -22), ada lima
tahap yang dapat dilakukan dalam memecahkan masalah yaitu sebagai berikut:

Membaca (read). Aktifitas yang dilakukan siswa pada tahap ini adalah mencatat
kata kunci, bertanya kepada siswa lain apa yang sedang ditanyakan pada masalah,
atau menyatakan kembali masalah ke dalam bahasa yang lebih mudah dipahami.

Mengeksplorasi (explore). Proses ini meliputi pencarian pola untuk menentukan


konsep atau prinsip dari masalah. Pada tahap ini siswa mengidentifikasi masalah
yang diberikan, menyajikan masalah ke dalam cara yang mudah dipahami.
Pertanyaan yang digunakan pada tahap ini adalah, “seperti apa masalah
tersebut”?. Pada tahap ini biasanya dilakukan kegiatan menggambar atau
membuat tabel.

Memilih suatu strategi (select a strategy). Pada tahap ini, siswa menarik
kesimpulan atau membuat hipotesis mengenai bagaimana cara menyelesaikan
masalah yang ditemui berdasarkan apa yang sudah diperoleh pada dua tahap
pertama.

Menyelesaikan masalah (solve the problem). Pada tahap ini semua keterampilan
matematika seperti menghitung dilakukan untuk menemukan suatu jawaban.

Meninjau kembali dan mendiskusikan (review and extend). Pada tahap ini, siswa
mengecek kembali jawabannya dan melihat variasi daro cara memecahkan
masalah.

Sedangkan Dewey (Carson 2008: 39) menyatakan tingkat pemecahan masalah


adalah sebagai berikut:

Menghadapi masalah (confront problem), yaitu merasakan suatu kesulitan. Proses


ini bisa meliputi menyadari hal yang belum diketahui, dan frustasi pada
ketidakjelasan situasi.

8
Pendefinisian masalah (define problem), yaitu mengklarifikasi karakteristik-
karakteristik situasi. Tahap ini meliputi kegiatan mengkhususkan apa yang
diketahui dan yang tidak diketahui, menemukan tujuan-tujuan, dan
mengidentifikasi kondisi-kondisi yang standar dan ekstrim.

Penemuan solusi (inventory several solution), yaitu mencari solusi. Tahap ini bisa
meliputi kegiatan memperhatikan pola-pola, mengidentifikasi langkah-langkah
dalam perencanaan, dan memilih atau menemukan algoritma.

Konsekuensi dugaan solusi (conjecture consequence of solution), yaitu melakukan


rencana atas dugaan solusi. Seperti menggunakan algoritma yang ada,
mengumpulkan data tambahan, melakukan analisis kebutuhan, merumuskan
kembali masalah, mencobakan untuk situasi-situasi yang serupa, dan
mendapatkan hasil (jawaban).

Menguji konsekuensi (test concequnces), yaitu menguji apakah definisi masalah


cocok dengan situasinya. Tahap ini bisa meliputi kegiatan mengevaluasi apakah
hipotesis-hipotesisnya sesuai?, apakah data yang digunakan tepat?, apakah
analisis yang digunakan tepat?, apakah analisis sesuai dengan tipe data yang ada?,
apakah hasilnya masuk akal?, dan apakah rencana yang digunakan dapat
diaplikasikan di soal yang lain?.

D. Upaya penyelesaian sengketa atau perselisihan karyawan


Di dalam bidang MSDM konsep untuk menyelesaikan perselisihan dan
proses-proses nya dapat di pandang sebagai kontinuitas yang diperbantukan dari
negosiasi dan selalu berhubungan dengan konflik-konflik dimana kedua hal
tersebut merupakan proses intervensi. Dan sebuah tambahan terhadap proses
tawar-menawar kolektif. Dari perspektif universal penyelesaian perselisihan dapat
dipandang sebagai sesuatu yang tidak relevan. Meskipun demikian, sbuah
keluaran yang melekat dari kegiatan mengelola orang-orang dengan sebuah
perspektif yang jamak (radikal) adalah sebuah konflik.
Beberapa orang bisa saja percaya bahwa, dengan waktu yang cukup dan
niat baik, seluruh perententangan dan perselesihan dapat dibereskan dan
diselesaikan. Hal ini bisa saja tidak selalu terjadi seperti itu. Jika tidak satu pihak
pun yng berdamai dan kemudian pergi, seperti yang sering terjadi pada kasus

9
didalam bidang pekerjaan yang melibatkan biaya tinggi, pertentangan atau
perselisihan harus diselesaikan. Jika cara tidak formal dan cara internal untuk
membereskan dan menyelesaikan perselisihan gagal atau jika menemukan jalan
buntu, maka usaha untuk membentuk proses yang lebih formal akan
dipertimbangkan. Sekali lgi proses-proses seperti itu dapat difasilitasi dari dalam
atau2 dari luar dan memiliki rentang batas dari sistem khusus sampai kepada
sistem yang lebih permanen serta dengan melibatkan tenaga sukarela sampai
dengan tenaga yang ditentukan secara kusus dan diwajibkan, bahkan sebagai
bagian dari prosedur pembuatan kesepakatan. Pada saat beberapa perselisihan
dapat ditangani oleh hukum atau pengadilan tenaga kerja,perselisihan lainnya
membutuhkan bantuan intervensi dari pihak ketiga yang netral.
Sistem penyelesaian perselisihan dapat didukung dan didanai secara
publik. Dukungan-dukungan seperti ini memiliki sejarah yang panjang di
beberapa negara dan dengan prefensi yang berbeda-beda un tuk dan digunakan
selama bertahun-tahun untuk setiap jenisnya. Jenis-jenis utama dari proses
penyelesaian perselisihan didapat dengan beberapa pertimbangan, dilihat pada
sebuah spektrum, dengan rentang batas daripada satu ujung, perdamaian sampai
kepada mediasi dibagian tengah dan arbitasi diujung yang lainnya.3

E. Pendekatan dan Metode yang digunakan dalam Sengketa Karyawan.


1. Konsiliasi
Konsiliasi melibatkan pihak ketiga yang independen dan netral yang
akan bertindak sebagai juru tafsir dan pembawa pesan didalam
mengidentifikasi sebab-sebab perbedaan dan arti relatif dari isu-isu dn
posisi dari setiap pihak dalam upaya untuk membantu
mengembangkan penyelesaian yag dapat diterima oleh kedua belah
pihak. Kesepakatan terhadap gagasaan-gagasan dn penyelesian yang
dimungkinkan ini tetap menjadi hak pihak-pihak yang berselisih,
keputusan bersama dicapai tanpa paksaan atau rekomendasi

2
Chris Rowley,Keith Jackson,Manajemen Sumber Daya Manusia,(Jakarta:PT RajaGrafindo
Persada,2012)hlm 105
3
Ibid, hlm 106-07

10
penyelesaian dari pihak konsiliator. Konsiliasi bisa didapatkan dari
fasilitas pribadi atau publik.
2. Mediasi
Mediasi didefinisikan sebagai proses dimana sebuah pihak ketiga
“bekerja secara bersama-sama untuk menanggulangi masalah”.
Mediasi melibatkan pihak ketiga yang independen, netral, yang
membantu para pihak yang bertikai untuk menyelesaikan perbedaan-
perbedaan dan sampai kepada suatu kesepakatan dan mengakhiri
perselisihan. Proses mediasi merupakan proses yang lebih proaktif
dibandingkan dengan proses perdamaian, dimana mediator dapat
menyarankan gagasan-gagasan dan proposal-proposal mereka sendiri
untuk menyelesaikan perselisihan. Meskipun demikian solusi yang
memungkinkan tetap tidak mengikat pihak-pihak yang bertikai. Para
pihak tersebut dapat menerima, menolak atau mengubah gagasan-
gagasan dan proposal-proposal yang diajukan kepada mereka.
3. Arbitrasi
Arbitrasi didefinisikan pada saat pihak-pihak yang terlibat “secara
bersamaan meminta pihak ketiga untuk membuat suatu penghargaan
yang mereka buat untuk diterima dalam penyelesian perselisihan”.
Arbitrasi adalah sebuah metode yang menyelesaikan perselisihan
dengan merujuk pihak pihak yang bertikai kepada pihak ketiga yang
independen, netrl, tetapi dengan metode ini kedua belah pihak telah
menyetujui sebelumnya untuk mematuhi keputusan yang dibuat. Pihak
yang menjadi arbirator mendengarkan argumentasi dari kedua belah
pihak dan memutuskan berdasarkan hal tersebut.
Proses arbitrasi sering mendapatkan kritikan, krena mnghsilkan
beberapa kecendurungan yang ditimbulkan dan didukung beberapa
kecenderugan yang ditimbulkan dan didukung oleh proses itu sendiri.
Salah satu kecenderungan tersebut adalah efek flip-flop dimana
keputusan diberikan kepada satu sisi baru selanjutnya kepada sisi yang
lainnya setia kali perselisihan dirujukan kepada proses ini.

11
Kita telah membedakan dan menggarisbawahi tiga jenis utama dari
proses penyelesaian perselisihan,. Meskipun demikian, dalam praktiknya garis
yang membagi proses-proses penyelesaian perselisihan merupakan garis yang
tipis dan kabur. Proses mediasi dapat tampak serupa dengan proses perdamaian
atau dapat juga menjadi lebih formal dan serupa dengan abritrasi, kecuali tanpa
penganugrahan keterikatan final.4

F. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan
karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait
dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran
listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh,
penglihatan dan pendengaran.

Sedangkan kesehatan kerja menurut Mondy (2008) adalah kebebasan


dari kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam
lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan,
lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau gangguan fisik.

Beberapa pendapat mengenai pengertian kesehatan dan


keselamatan kerja antara lain

a) Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia


(2000), mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu
kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi
pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan
sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
b) Menurut Mangkunegara (2002) keselamatan dan kesehatan kerja
adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan, baik jasmaniyah maupun rohaniyah tenaga kerja pada

4
Ibid, hlm 107-111

12
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur.5

G. Pengertian disiplin, kepuasan kerja, stress dan program konseling


1. Pengertian Disiplin Kerja menurut Keith Davis (1985) mengemukakan
bahwa “Dicipline is management action to enforce organization
standards”. Yaitu pelaksanaan manajemen untuk memperteguh
pedoman-pedoman organisasi.6 Jadi bisa dikatakan Disiplin kerja
adalah sikap para pegawai untuk berperilaku sesuai dengan peraturan
yang telah ditetapkan dimana dia bekerja.
2. Kepuasaan kerja adalah tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang
atas peranan atau pekerjaannya dalam orgnisasi. Tingkat rasa puas
individu bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal dari
bermacam-macam aspek situasi pekerjaan dari organisasi tempat
mereka bekerja.
3. Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam
menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini tampak dari simptom, anatar lain
emosi tidk stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur,
merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup,
tekanan darah meningkat, dan mengalami gangguan pencernaan.
4. Program konseling. Konseling adalah pemberian bantuan oleh
konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga
pemahamanterhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam
memecahkan berbagai masalah. Program konseling juga bisa disebut
sebagai penyuluhan.

5
Mondy, RW. 2008. Menejemen Sumber Daya Manusia Edisi Kesepuluh (terjemah). Jakarta :
Erlangga. Hlm 14-16.
6
Anwar Prabu Mangkunegara, Menejemen Sumber Daya Manusia Perusahaan., (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008). Hlm. 129

13
H. Penyakit akibat bekerja
Pengertian (definisi) Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan
kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah
oleh aktivitas kerja ataupun kondisi lain yang berhubungan dengan pekerjaan.

Beberapa contoh penyakit akibat kerja (PAK) antara lain :

1. Silicosis (karena paparan debu silica).


2. Asbestosis (karena paparan debu asbes).
3. Low back pain (karena pengangkutan manual).
4. White finger syndrom (karena getaran mekanis pada alat kerja), dsb.

Beberapa faktor penyebab penyakit akibat kerja (PAK) antara lain:

1. Biologi (Bakteri, Virus Jamur, Binatang, Tanaman),


2. Kimia (Bahan Beracun dan Berbahaya/Radioaktif),
3. Fisik (Tekanan, Suhu, Kebisingan, Cahaya),
4. Biomekanik (Postur, Gerakan Berulang, Pengangkutan Manual),
5. Psikologi (Stress, dsb).7

I. Faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja


Di bawah ini dikemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu:8
a. Keadaan tempat lingkungan kerja
1) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang
berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya.
2) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
3) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada
tempatnya.

7
https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/penyakit-akibat-kerja-pak.html
(Diakses pada hari/tanggal : Senin, 20 Mei 2019 pukul 10:40 WIB).
8
Anwar Prabu Mangkunegara, Menejemen Sumber Daya Manusia Perusahaan., (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008). Hlm. 163

14
b. Pengaturan udara
1) Pergantian udara diruang kerja yang kurang baik (ruang
kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak)
2) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
c. Pengaturan penerangan
1) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak
tepat.
2) Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
d. Pemakaian peralatan kerja
1) Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
2) Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang
baik.
e. Kondisi fisik dan mental pegawai
1) Kerusakan alat indera, stamina pegawai yang tidaak stabil.
2) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang
rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah,
motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh, kurang
cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan
fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa risiko
bahaya.

Pendapat Dessler tidak jauh berbeda, kondisi tidak aman merupakan


alasan utama dari kecelakaan. Termasuk faktor-faktor seperti:

a) Peralatan yang tidak terjaga dengan baik.


b) Peralatan rusak
c) Prosedur yang berbahaya di dalam, pada, atau di sekitar mesin atau
peralatan.
d) Penyimpanan yang tidak aman-kepadatan dan kelebihan beban.
e) Penerangan yang tidak tepat-cahaya yang menyorot, tidak cukup
penerangan.

15
f) Ventilasi yang tidak baik, pertukaran udara yang tidak cukup,
sumber udara yang tidak murni.9

J. Membudayakan keselamatan dan kesehatan kerja


1. Dalam pasal 86 UU No. 13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap
pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan
kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
serta nilai-nilai agama10.
2. Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang
ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat,
di dalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang
berada di dalam wilayah.

Adapun empat tahapan dalam membangun budaya K3 (keselamatan


dan kesehatan kerja), yaitu:

 Tahapan pertama: reactive atau natural instincts, perlu K3


setelah terjadi kecelakaan. Pada tahap ini zero accident tdak
mungkin dicapai.
 Tahapan kedua: dependent, melaksanakan K3 karena disuruh
atau diawasi. Pada tahap ini zero accident sulit dicapai.
 Tahapan ketiga: independent, melaksanakan K3 hanya untuk
kepentingan diri kita sendiri. Pada tahap ini ada kesempatan
zero accident dicapai.
 Tahapan keempat: interpendent , melaksanakan k3 bukan
hanya untuk diri sendiri , tetapi saling mengingatkan atau
memperhatikan apabila ada sesama pekerja ada yang lupa atau
lalai dalam menerapkan budaya k3. Pada tahap ini terbuka
lebar zero accident dapat dicapai

K3 sebagai bagian budaya kerja di setiap kegiatan

9
Repository.usu.ac.id. hlm. 12.
10
Dinus.ac.id. hlm. 1.

16
 Pelaksanaan k3 menjadi tanggung jawab semua pihak,
khususnya masyarakat industri,
 Semua pihak yang terkait berkewajiban berperan aktif sesuai
fungsi dan kewenangannya untuk melakukan berbagai upaya di
bidang k3 secara terus menerus, berkesinambungan dan
kegiatan, sehingga dapat mencegah kasus kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
 Diperlukan sumber daya manusia yang kompeten, handal dan
berkualitas di bidang k3, sehingga dapat segera dicapai hasil
optimal.

17
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

1. Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan


dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan
dengan suatu yang diharapkan dengan baik. Berikut merupakan pengertian
masalah menurut beberapa ahli dan kamus Bahasa Indonesia
2. keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan keempurnaan, baik jasmaniyah maupun rohaniyah
tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, yaitu :
Keadaan tempat lingkungan kerja, Pengaturan udara, Pengaturan
penerangan, Pemakaian peralatan kerja, Kondisi fisik dan mental pegawai.
4. Dasar hukum yang mengatur keselamatan dan kesehatan kerja yaitu dalam
pasal 86 UU No. 13 tahun 2003, Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2008. Menejemen Sumber Daya Manusia


Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mondy, RW. 2008. Menejemen Sumber Daya Manusia Edisi Kesepuluh


(terjemah). Jakarta :Erlangga.

Rowley, Chris dan Keith Jackson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/penyakit-akibat-
kerja-pak.html (Diakses pada hari/tanggal : Senin, 20 Mei 2019 pukul 10:40
WIB).

www.ilmubahasa.net, gudangnya ilmu materi bahasa, media karya sastra dan


informasi

19

Anda mungkin juga menyukai