Dosen Pengampu :
Wawan Wibisono, S.Pd , M.Pd
Disusun oleh :
Nama anggota : 1. Dhulfigar Faiq Al Afnan ( 17330001 )
2. Dhara Fauziyah Aslam ( 20330001 )
3. Fardika Armawanto ( 20330002 )
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dan tak lupa pula kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah -Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Pancasila yang membahas tentang “Pancasila
Sebagai Etika Politik”. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Wawan
Wibisono, S.Pd , M.Pd selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila di
Universitas PGRI Semarang yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Adapun makalah Pancasila Sebagai Etika Politik ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi buku dan
referensi internet, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada seluruh referensi-
referensi yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Peranan Pancasila Sebagai Etika
Politik di Indonesia, khususnya bagi penulis. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Semarang, 17 Maret 2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
3. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
1. Pengertian Etika, Etika Politik dan Pancasila sebagai Sistem Etika .................. 3
A. Pengertian Etika ............................................................................................. 3
B. Pengertian Nilai , Norma dan Moral .............................................................. 4
C. Hubungan antara nilai, norma dan Moral ....................................................... 7
D. Pengertian etika politik ................................................................................... 8
E. Pancasila sebagai Sistem Etika..................................................................... 11
2. Pancasila sebagai Etika Politik dan Nilai – Nilai Etika yang terkandung di
dalamnya ................................................................................................................. 12
A. Pancasila sebagai etika politik ........................................................................ 12
B. Nilai etika yang terkandung didalamnya..................................................... 12
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 15
1. Kesimpulan ...................................................................................................... 15
2. Saran ................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 17
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
maupun buruk. Kemudian yang ke dua adalah norma hukum yaitu suatu sistem
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
2. Rumusan Masalah
a. Pengertian etika ?
b. Pengertian Nilai, Norma dan Moral ?
c. Bagaimana hubungan antara nilai, norma dan moral ?
d. Bagaimana pengertian etika politik dan politik ?
e. Bagaimana pancasila sebagai sistem etika ?
f. Bagaimana pancasila sebagai etika politik ?
g. Nilai – nilai apa saja yang terkandung dalam pancasila sebagai sumber
etika politik ?
3. Tujuan Penulisan
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Etika
Secara etimologi “ etika berasal dari bahasa Yunani ialah “ Ethos “ yang
berarti watak, sifat maupun kesusilaan. Jadi etika pada dasarnya bisa dimaksud
selaku sesuatu kesediaan jiwa seorang buat tetap patuh kepada seperangkat
aturan-aturan kesusilaan ( Syafiie, 1993). Dalam konteks filsafat, etika
membahas tentang tingkah laku manusia dipandang dari segi baik dan buruk.
Etika lebih banyak bersangkut dengan prinsip-prinsip dasar pembanaran dalam
hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986).
Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran –
ajaran dan pandangan – pandangan moral. Etika termasuk kelompok filsafat
praktis dan etika juga dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu etika
umum ( mempertanyakan prinsip – prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia. Dan etika khusus membahas prinsip - prinsip dalam hubungannya
dengan berbagai aspek kehidupan manusia (Suseno,1987). Etika khusus dibagi
menjadi etika individual yang membahas kewajiban manusia terhadap diri
sendiri dan etika sosial yang membahas tentang kewajiban manusia terhadap
manusia lain dalam hidup masyarakat, yang merupakan suatu bagian terbesar
dari etika khusus.
Etika, dalam hal prinsip-prinsip etis, menjadi karakter yang
memodifikasi, baik bagi konsep Demorasi maupun konsep Politik. Oleh sebab
itu, penggunaan dua term itu menegaskan karakter khusus yang diaktulkan,
yaitu dimensi etis manusia didalam kemanusiaannya. Demikian pula korelasi
antara Demokrasi dan Politik. Idea demokrasi ini didasarkan pada kebebasan,
kesamaan, dan kehendak rakyat banyak yang diletakkan sebagai alat ukur
politik. ( Hendra Nurtjahjo. 2005. 16 ). Etika berkaitan dengan masalah nilai
3
karena etika pada pokoknya membicarakan masalah masalah yang berkatan
dengan prediket nilai “susila” dan “tidak susila”,,”baik” dan “buruk”.
1. Pengertian Nilai
Nilai atau “Value” ( bahasa inggris ) termasuk bidang kajian filsafat.
Filsafa Nilai ( Axiology, Theory of Value) itu adalah persoalan tentang nilai
yang dibahas dan dipelajari salah satu cabang filsafat. Filsafat juga dapat
diartikan juga sebagai ilmu tentang nilai - nilai. Istilah nilai di dalam bidang
filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya “kebiasaan”
(wath) atau kebaikan (goodness) dan kata kerja yang artinya suatu tindakan
kejiwaan tentu dalam menilai atau melakukan penilaian (Frankena, 229)
Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk
menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, kemudian untuk
selanjutnya diambil keputusan. Keputusan nilai yang dilakukan oleh subyek
penilai tentu berhubungan dengan unsur-unsur yang ada pada manusia
sebagai subyek penilai, yaitu unsur-unsur jasmani, akal, rasa, karsa
(kehendak) dan kepercayaan. Sesuatu itu bernilai apabila sesuatu itu
berharga, berguna, benar, indah, baik dan lain sebagainya.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya
batin dan menyadarkan manusia akan harkat, martabatnya. Nilai bersumber
pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku
manusia. Nilai sebagai suatu sistem (sistem nilai) merupakan salah satu
wujud kebudayaan, disamping sistem sosial dan karya.Cita-cita, gagasan,
konsep dan ide tentang sesuatu adalah wujud kebudayaan sebagai sistem
nilai.
Di dalam nilai itu sendiri terkandung cita – cita, harapan – harapan,
dambaan – dambaan dan keharusan.Berbicara tentang nilai berarti berbicara
tentang das Sollen, bukan das Sein, kita masuk kerokhanian bidang makna
normatif, bukan kognotif, kita msuk ke dunia ideal dan bukan dunia real.
Meskipun demikian, diatara keduannya saling berhubungan atau saling
4
berkait secara erat, artinya bahwa das Sollen itu harus menjelma menjadi das
Sein, yang ideal harus menjadi real, yang normatif harus direalisasikan dalam
perbuatan sehari – hari yang merupakan fakta.
Dalam kaitannya dengan derivasi atau penjabarannya maka nilai-nilai
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu:
a. Nilai dasar
Nilai Dasar merupakan nilai yang sifatnya tidak akan berubah dari waktu ke
waktu/tetap. Nilai ini terdapat dalam pembukaan UUD 1945, yang
kemudian bisa dijabarkan menjadi Nilai Instrumental, dan Nilai Praksis.
Contoh dari Nilai Dasar ini adalah: Ketuhanan. Walaupun nilai memiliki
sifat abstrak artinya tidak dapat diamati melalui indra manusia, maupun
dengan realisasinya nilai berkaitan dengan tingkah laku atau segala aspek
kehidupan manusia yang bersifat nyata (praksis) namun demikian setiap
nilai memiliki nilai dasar (dalam bahasa ilmiahnya disebut dasar
onotologis), yaitu merupakan hakikat, esensi, intisari atau makna yang
terdalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar ini bersifat universal karena
menyangkut hakikat kenyataan objektif segala sesuatu misalnya hakikat
tuhan, manusia atau segala sesuatu lainnya.
b. Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah manivestasi dari nilai dasar, dan ini berupa
pasal-pasal UUD 1945, perundang-undangan, ketetapan-ketetapan, dan
peraturan-peraturan lainnya yang berfungsi menjadi pedoman, kaidah,
petunjuk kepada masyarakat untuk mentaatinya.
c. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran dari instrumental dan nilai
praksis ini berkaitan langsung dengan kehidupan nyata yaitu suatu
kehidupan yang penuh diwarnai oleh pertimbangan-pertimbangan tertentu.
5
2. Pengertian Norma
Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam
kehidupan sehari - hari dengan berdasarkan motivasi tertentu. Norma
sesungguhnya perwujudkan martabat manusia sebagai makhluk budaya,
sosial, moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur
yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh sebab itu, norma
dalam perwujudannya dapat berupa norma agama, norma filsafat, norma
kesusilaan, norma hukum, dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan
untuk dapat dipatuhi yang dikenal dengan sanksi misalnya :
a. Norma agama: sanksi dari Tuhan
b. Norma kesusilaan: sanksi rasa malu dan menyesal terhadap diri
sendiri
c. Norma kesopanan: sanksi berupa mengucilkan dalam pergaulan
masyarakat
d. Norma hukum: sanksi berupa penjara atau kurungan atau denda
yang dipaksakan oleh alat Negara
3. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) yang artinya kesusilaan, tabiat
kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang
menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang yang taat kepada
aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya
,dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika sebaliknya terjadi,
pribadi itu dianggao tidak bermoral. Moral dapat berupa kesetiaan,
kepatuhan terhadap nilai dan norma, moral pun dapat dibedakan seperti
moral ketuhanan atau agama, moral, filsafat, moral etika, moral hukum,
moral ilmu, dan sebagainya. Nilai, norma dan moral secara bersama
mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya.
6
C. Hubungan antara nilai, norma dan Moral
7
cabang filsafat yaitu suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran -
ajaran dan pandangan - pandangan moral tersebut ( Krammer, 1998 dalam
Darmodihardjo, 1996). atau juga sebagaimana dikemukakan oleh De Vos (
1987 ) bahwa etika dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang
kesusilaan. Adapaun yang dimaksud dengan kesusilaan adalah identik
dengan pengertian moral, sehingga etika pada hakikatnya adalah sebagai
olmu pengetahuan yang membahas tentang prinsip - prinsip moralitas.
Etika tidak berwenang menentukan apa yang boleh atau tidak boleh
dilakukan oleh seseorang. Wewenang ini dipandang berada di tangan pihak -
pihak yang memberikan ajaran moral. Hal inilah yang menjadi kekurangan
dari etika jika kalau dibandingkan dengan ajaran moral. Sekalipun dalam
etika seseorang dapat mengerti mengapa dan atas dasar apa manusia harus
hidup menurut norma - norma tertentu. Hal yang terakhir inilah yang
merupakan kelebihan etika jika dibandingkan dengan moral.
Hal ini dapat dianalogikan bahwa ajaran moral sebagai buku
petunjuk tentang bagaimana kita memperlakukan sebuah mobil dengan baik,
sedangkan etika memberikan pengertian pada kita tentang struktur dan
teknologi mobil itu sendiri. Demikianlah hubungan yang sistematik antara
nilai, norma dan moral yang pada gilirannya ketiga aspek tersebut terwujud
dalam suatu, tingkah laku praksis dalam kehidupan manusia.
8
Etika politik sebagai ilmu dan cabang filsafat lahir di Yunani pada
saat struktur-struktur politik trasdisional mulai ambruk. Dengan keambrukan
itu, muncul pertanyaan begaimana seharusnya masyarakat ditata(Franz
Magins Suseno.1987. 2-3 ). secara substantif pengertian etika politik tidak
dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku etika yaitu manusia, oleh
karena itu etika politik berkait erat dengan bidang pembahasan moral. Hal
ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian moral senantiasa menunjuk
kepada manusia sebagai subjek etika. Maka kewajiban moral dibedakan
dengan pengertian kewajiban - kewajiban lainnya, karena yang dimaksud
adalah kewajiban manusia sebagai manusia. Walaupun dalam hubungannya
dengan masyarakat bangsa maupun negara, etika politik tetap melakukan
dasar fundamental manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya.
Berdasarkan suatu kenyataan bahwa masyarakat, bangsa maupun negara
bisa berkembang ke arah keadaan yang tidak baik dalam arti moral. Dalam
suatu masyarakat negara yang demikian ini maka seseorang yang baik secara
moral kemanusiaan akan dipandangn tidak baik menurut negara serta
masyarakat otoriter, karena tidak dapat hidup sesuaidengan aturan yang
buruk dalam suatu masyarakat negara. Oleh karena itu aktualisasi etika
politik harus senantiasa mendasar kepada ukuran harkat dan martabat
manusia sebagai manusia ( lihat Suseno, 1987 : 15 )
Etika politik tidak diatur dalam hukum tertulis secaralengkap akan
tetapi melalui moralitas yang bersumber pada hati nurani, rasa malu kepada
masyarakat dan rasatakut kepada Tuhan yang Maha Esa.Dalam kehidupan
politik bangsa Indonesia banyak suara masyarakat yang menuntut
dibentuknya dewan kehormatan pada institusi kenegaraan dan
kemasyarakatan dengan harapan etika politik dapat terwujud dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Terwujudnya etika politik dengan baik
dalam kehidupanberbangsa dan bernegara sangat ditentukan oleh kejujuran
dan keikhlasan hati nurani dari masing-masing warga negara yang telah
memiliki hak politiknya untuk melaksanakan ajaran moral dan norma-norma
aturan berpolitik dalam negara. Etika politik mempertanyakan tanggung
9
jawab dan kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan hanya sebagai
warga Negara terhadap Negara, hukum yang berlaku dan lain sebagainya.
Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat
teoritis untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara
bertanggungjawab.Jadi, tidak berdasarkan emosi, prasangka dan apriori,
melainkan secara rasional objektif dan argumentative. Etika politik tidak
langsung mencampuri politik praktis.
Tugas etika politik membantu agar pembahasan masalah-
masalahidiologis dapat dijalankan secara obyektif. Hukum dan kekuasaan
Negaramerupakan pembahasan utama etika politik. Hukum sebagai lembaga
penatamasyarakat yang normatif, kekuasaan Negara sebagai lembaga penata
masyarakatyang efektif sesuai dengan struktur ganda kemampuan manusia
(makhluk individudan sosial). Jadi etika politik membahas hukum dan
kekuasaan. Prinsip-prinsip etika politik yang menjadi titik acuan orientasi
moral bagi suatu Negara adalah adanya cita-cita Fungsi etika politik dalam
masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat untuk mempertanyakan serta
menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung jawab. Jadi, tidak
berdasarkan emosi, prasangka, dan apiori, melainkan secara rasional,objektif,
dan argumntasi. Adalah salah satu paham kalau etika politik langsung mau
mencampuri politik praktis-sebagaimana etika pada umumnya tidak dapat
menetapkan apa yang harus dilakukan seseorang.
Tugas etika politik adalah membantu agar pembahasan masalah-
masalah ideologis dapat dijalankan secara obyektif, artinya berdasarkan
argument-argumen yang dapat dipahami dan ditanggapioleh semua yang
mengerti permasalahan. Etika politik tidak dapat mengkhotbahi para
politikus, tetapidapat memberikan patokan-patokan orientasi dan pegangan-
pegangan normative bagi mereka yang memang mau menilai kualias tatanan
dan ehidupan politik dengan tolak ukur martabat manusia ( Franz Magins-
Suseno.1986. 2-3 ).
Tujuan etika politik adalah mengarahkan kehidupan politik yang
lebih baik, baik bersama dan untuk orang lain, dalam rangka membangun
10
institusi-institusi politik yang adil. Etika politik membantu untuk
menganalisa korelasi antara tindakan individual, tindakan kolektif, dan
struktur-struktur politik yang ada. Penekanan adanya korelasi ini
menghindarkan pemahaman etika politik yang diredusir menjadi hanya
sekadar etika individual perilaku individu dalam bernegara.
11
berisikan tuntunan nilai-nilai moral yang hidup. Namun, diperlukan kajian
kritis-rasional terhadap nilai-nilai moral yang hidup tersebut agar tidak
terjebak ke dalam pandangan yang bersifat mitos
2. Pancasila sebagai Etika Politik dan Nilai – Nilai Etika yang terkandung
di dalamnya
Pancasila sebagai etika memgajak kita berprikir kritis, otorik & kaji
banding. Pancasila sebagai etika politik merupakan etika politik kehidupan
berpolitik dilandasi nilai-nilai pncasila sehingga arah perjuangan reformasi
benar-benar sesuai dengan cita-cita nasional indonesia. Sehingga pancasila
sebagai etika politik yaitu pancasila yang mengandung nilai etika maupun
moral dapat dijadikan sebagi pedoman atau patokan beretika dalam dunia
politik.
12
secara sistematik nilai-nilai yang terkandung didalam Pancasila merupakan
sekumpulan nilai yang diangkat dari prinsip nilai yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat. Sehingga Pancasila merupakan suatu tertib
hukum sekaligus suatu sumber norma moral bagi pelaksanaan hukum dan
dengan sendirinya nilai-nilai moral yang terkandung dalam Pancasila tidak
dapat tidak dijabarkan secara sila demi sila melainkan sebagai suatu sistem
etika serta moral. Berikut merupakan nilai-nilai etika bangsa Indonesia.
1. Nilai ketuhanan
2. Nilai kemanusiaan
3 Nilai persatuan
13
4. Nilai kerakyatan
5. Nilai keadilan
14
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Etika adalah ilmu tentang baik dan buruk, tentang apa dan bagimana
perbuatan dan tujuan manusia mengandung nilai-nilai dan norma-norma
yang dapat dijadikan peraturan hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara betingkah laku yang
diinginkan individu dan digunkan sebagi prinsip atau standar dalam
hidupnya. nilai teridiri atas nilai dasar,Nilai instrumental, Nilai praktis.
Norma adalah sebuah kaidah atau aturan yang ada di masyarakat
yang mengatur kehidupan manusia dan mempengaruhi tingkah laku dalam
masyarakat.
Moral adalah tingkah laku manusia yang dilakukan dengan sadar
dipandang dari sudut baik dan buruknmya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Hubungan anatar nilai,norma dan moral
merupakan suatu kenyataan yang seharusnya tetap terpelihara disetiap waktu
pada hidup dan kehidupan manusia. Keterkaiatan itu mutlak digaris bawahi
bila sesorang individu, masyarakat, bangsa dan negara menghendaki fondasi
yang kuat tumbuh dan berkembang.
Etika politik adalah norma atau aturan yang mengatur bagaimana
seharusnya berbuat atau bertingkah dalam dunia politik. Politik adalah
kegiatan mendidik, memimpin, mengurus, menjaga kepentingan, menyuruh
melakukan kebaikan, menjalankan tugas dab sebagainya dan bertujuan
untuk mendatangkan kebaikan serta manfaat bagi masyarakat.
Pancasila sebagai sistem etika merupakan struktur pemikiran yang
disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan kepada setiap warga
negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku. Pancasila sebagai
sistem etika, dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas dalam
diri setiap individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap
spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
15
Pancasila sebagi etika politik adalah pancasila yang mengandung
nilai etika maupun moral dapat yang dijadikan sebagi pedoman atau patokan
beretika dalam dunia politik. Dan nilai yang terkandung didalamnya ada,
nilai ketuhan, nilai kemanusian, nilai persatuan, nilai kerakyatan, nilai
keadilan.
2. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17