Dalam kepercayaan sebagain kelompok yang disebut sebagai kelompok beragama [1],
Tuhan adalah sesuatu yang hakiki yang harus diyakini tanpa perlu harus ada pembuktian. Namun,
perkembangan ilmu pengetahuan sudah menjadikan manusia untuk menjadi kritis untuk mencari
tahu wujud dari entitas Tuhan itu sendiri. Bagi umat beragama, percaya akan keberadaan Tuhan
adalah sebuah kewajiban yang telah tertulis dalam masing-masing pedoman agama mereka
masing-masing atau dapat disebut sebagai kitab suci yang dipercaya dibuat oleh Tuhan mereka
sendiri. Ilmu pengetahuan manusia pun berusaha mendekati kepercayaan tersebut melalui bukti
nyata dalam kehidupan atau minimal melalui teori-teori yang menghubungkan bukti dengan
kemungkinan yang ada. Tentu dari sudut pandang ilmu pengetahuan, Tuhan adalah sebuah entitas
yang bisa ada atau tidak karena tidak adanya bukti yang benar-benar secara mutlak menjelaskan
keberadaan Tuhan. Secara sederhana dapat kita katakan bahwa Tuhan itu bisa jadi ada atau bisa
jadi tidak. Namun, jika Tuhan itu ada, bagaimana Tuhan bisa ada? Jika Tuhan tidak ada, bagaimana
alam semesta bisa ada? Jadi dari sudut pandang ilmu pengetahuan, dapat kita katakan Tuhan
terkesan sebagai probabilitas yang bisa berilai ya atau tidak.
Kuantum sebagai Teori Probabilistik tentang Tuhan
Dalam fisika modern, fisika kuantum dipercaya telah dapat menjelaskan berbagai
fenomena yang terjadi di alam semesta. Ditemukannya transistor dalam bilang ilmu elektronika
pun diawali oleh ditemukannya fisika kuantum. Sampai sekarang teori kuantum juga masih terus
berkembang dan digunakan oleh banyak ilmuwan untuk merumuskan suatu teori fisika yang tidak
dapat dijelaskan secara klasik misalnya adalah tentang gravitasi kuantum, atau yang paling diskrit
dari teori tersebut, yaitu loop quantum gravity. Pada dasarnya prinsip yang digunakan dalam
kuantum adalah probabilitas karena kita mengenal ketidakpastian pengukuran di dalamnya.
Namun, ketika kita mengaitkan keberadaan Tuhan dengan kuantum apakah ini tepat?
Dalam ilmu pengetahuan bukti eksperimen adalah hal yang penting dalam membenarkan
sebuah teori atau dengan kata lain semua teori harus dibuktikan dengan eksperimen walaupun pada
kenyataannya kemampuan manusia dalam melakukan eksperimen sekarang masih sangat terbatas.
Lalu bagimanakah manusia dapat membuktikan adanya Tuhan yang tak terbatas hanya dengan
kemampuan yang terbatas tersebut? Oleh karena itu sampai sekarang manusia hanya mampu
membuat teori tentang Tuhan dari fakta yang sebenarnya tidak berkaitan secara langsung dengan
keberadaan Tuhan namun bisa menyebabkan kemungkinan bahwa Tuhan itu ada.
Selanjutnya kita bisa berpikir apakah teori kuantum yang probabilistik dapat menjelaskan
keberadaan Tuhan? Di sinilah masalahanya. Dalam pemahaman manusia, Tuhan bukan
merupakan sebuah materi yang tercipta di alam semesta tetapi pencipta alam semesta itu sendiri.
Jika kita katakan kuantum diawali dengan penemuan foton oleh Albert Einstein pada 1927, berarti
kuantum jelas ditemukan oleh manusia sedangkan kita ingin menjelaskan keberadaan Sang
Pencipta manusia yang secara tidak langsung juga berarti menciptakan teori kuantum itu sendiri.
Selain itu kuantum adalah sebuah teori dari manusia yang dapat dibuktikan dengan menggunakan
pengukuran atau eksperimen. Kemudia pertanyaannya apakah pengukuran yang bisa dilakukan
manusia untuk mencapai pembuktian akan keberadaan Tuhan? Mungkin untuk membuktikan
bahwa cahaya itu energinya terkuantisasi akan dengan mudah dilakukan oleh manusia karena
masih dapat dikendalikan oleh manusia itu sendiri. Namun, Tuhan bukanlah objek materialistik
yang dapat diindra oleh manusia. Walaupun keberadaan Tuhan masih bersifat probabilistik dari
sudut pandang ilmu pengetahuan, namun bukti bahwa alam semesta, dunia, manusia dan ilmu
pengetahuan itu sendiri adalah adalah sebuah keniscayaan dan tidak mungkin kita sendiri ada atau
tercipta dari ketiadaan.
Filsafat sains berusaha untuk bisa menjelaskan konsep dan suatu masalah dengan sebuah
pemikiran untuk bisa menjadi hasil yang ilmiah, bagaimana
konsep
tersebut
dilahirkan,
bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi;
cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah;
macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi
metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Kesimpulan
Dalam perkembangannya, filsafat sains juga berusaha menjelaskan tentang keberadaan
Tuhan melalui ilmu pengetahuan yang telah dimiliki manusia sekarang. Keberadaan Tuhan
sebagai entitas yang Maha Tinggi yang sebenarnya belum dapat dibuktikan secara langsung dan
ilmiah, namun ilmu pengetahuan selalu berusaha mencapai hal tersebut walaupun masih sebatas
teori. Teori kuantum yang menggunakan probabilitas sebagai dasarpun mungkin dapat
menggambarkan bahwa Tuhan bisa ada atau tidak namun pengukuran hal tersebut juga belum bisa
dicapai manusia yang memiliki pengetahuan yang terbatas. Walaupun ketidakpastian Tuhan itu
ada dalam pemikiran manusia, tentu masih ada kepastian lain, yaitu bahwa manusia itu ada dan
tidak mungkin tercipta dengan sendirinya dan ada kekuatan tertentu yang Maha Hebat yang
mampu menciptakan manusia itu sendiri.
[1] Armstrong, Karen (1993). A History of God. Ballatine Books.