Anda di halaman 1dari 21

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN GURU PENGGERAK DAN KOMUNITAS

BELAJAR TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONAL GURU DI KOTA


BUKITTINGGI

PROPOSAL TESIS

Oleh :
M. YUSUF

DOSEN PENGAMPU :
DR. VENI ROZA,SS, M.Pd

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI BUKITTINGGI
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................... 12
B. Identifikasi Masalah............................................................................................ 12
C. Pembatasan Masalah........................................................................................... 13
D. Rumusan dan Pernyataan Penelitian...................................................................13
E. Tujuan penelitian................................................................................................ 14
F. Manfaat Penelitian.............................................................................................. 15
G. Kebaharuan dan Orisinalitas (novelty and originality).......................................15
H. Definisi Operasional........................................................................................... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI...............................18
A. Kajian Teori........................................................................................................ 18
B. Penelitian yang relevan....................................................................................... 48
C. Kerangka Konseptual.......................................................................................... 52
D. Hipotesis Penelitian............................................................................................ 52
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................53
A. Jenis Penelitian................................................................................................... 53
B. Populasi dan Sampel........................................................................................... 53
C. Instrumen Penelitian........................................................................................... 58
D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................................61
E. Teknik Analisis Data.......................................................................................... 62
F. Jadwal Penelitian................................................................................................ 69
G. Referensi............................................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 71
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Profesi guru menurut UU RI NO. 14 tahun 2005 “adalah pendidik


profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.” Sedangkan profesional Menurut UU RI No. 14/2005
Pasal 1 ayat 4, profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang menjadi
sumber penghasilan kehidupan bagi seseorang. Pekerjaan ini dilakukan
dengan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar tertentu,
di mana prosesnya memerlukan pendidikan profesi.(UUD RI No. 14 Tahun
2005, 2005)

Pentingnya profesionalisme guru mempunyai dasar dalam Alquran


sebagai sumber hukum dan pedoman hidup bagi manusia. Ayat Alquran yang
menjadi dasar tentang profesionalisme guru antara lain ada dalam surat al-
Baqarah ayat 247 berikut:

‫م ولَ ْم‬
‫علَ ونَ ن أَ ٱ ْل ُم‬ ‫ت م ِل ًكا ۚ َقالُ ٓو ۟ا أَنﱠ ٰى َي ُكو‬ ‫ُ طا‬ ‫ َق ْد‬Æَ‫وَقا َل َل ُه ْم ُ ه ﱠن ٱ ﱠ‬
ْ
‫يْ َنا ْح َحق ْلك نه‬ ‫ه ٱ ْل ُم ْلك‬
ُ َ‫ُن ل‬ ‫ك لُو‬ ‫َبع‬ ‫ْم ﱡِبي‬
‫ْم‬
‫ث‬
َ‫ل‬
‫ ي م ْل َك ۥُه من‬Æُ‫وٱ ﱠ‬ ‫َزادۥُه َبس ط ٱ ْل ِع ْل ْ ل س‬
َ ‫ﱠن ٱ صطَف عَل ْي‬ ‫ُي ْؤت س ّ م َن ٱ ْل َما‬
‫ْؤِتى‬ ‫و ة ِم ى ِج ِم‬ ‫ىٰ ه ُك ْم‬ ‫ ٱ‬Æَ ‫ِل ۚ َقا َل‬ ‫َع‬
‫وٱ‬ ‫ة‬
‫ٌ ع ِلي ٌم‬ ‫وٱ‬ ‫َيشٓا ُء‬
‫ع‬ Æُ
‫َو‬
‫س‬

Artinya: Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya


Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab:
"Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak
mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi
kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah
telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang
perkasa". Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-
Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al-
Baqarah, 2: 247)(Zaiyadi, 2018)

Profesionalisme guru menurut Alquran surat al-Baqarah ayat 247


dalam tafsir Ibnu Katsir adalah sebagai berikut: a) seorang guru harus kuat
secara fisik, sehingga mampu mengajar peserta didik dengan sempurna; b)
seorang guru harus benar-benar berpengetahuan luas, kuat dalam mengkaji,
dan memiliki pemahaman mendalam; c) seorang guru harus meningkatkan
dalam menjaga kesehatan tubuhnya, seorang guru harus mengembangkan
kemampuan dan keterampilan fisiknya menuju pada pencapaian tubuh yang
kuat atau fit; d) seorang guru harus bertakwa kepada Allah.(Nia Nuraida dan
Lilis Nurteti, 2016)

Dengan demikian, seorang guru profesional adalah guru yang mampu


menjalankan proses pendidikan dengan memenuhi standar tertentu. Dalam
dunia pendidikan kita istilah kata guru bukanlah hal yang asing. Menurut
pandangan lama, guru adalah sosok manusia yang patut digugu dan ditiru.
Digugu dalam arti segala ucapannya dapat dipercaya. Ditiru berarti segala
tingkah lakunya harus dapat menjadi contoh atau teladan bagi masyarakat.

Perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa


konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya
karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar
ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang professional adalah
guru yang memiliki kompetensi dengan kemampuan mengelola kelasnya
secara porfosional sehingga hasil belajar siswa berada pada tingat optimal.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
tahun 2019-2024 salah satu visi Pemerintah Republik Indonesia berfokus pada
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui peningkatan kualitas
pendidikan dan manajemen talenta. Visi tersebut terkait langsung dengan
tugas Kementrian pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai
penyelenggara bidang pendidikan dan kebudayaan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)


mempersiapkan peluncuran program Guru Penggerak dengan membuka
kesempatan bagi widyaiswara, guru, kepala sekolah, dan praktisi pendidikan
untuk menjadi fasilitator dan pendamping calon Guru Penggerak.

Program Guru Penggerak adalah sebuah kerja gotong royong menuju


transformasi pendidikan Indonesia. Guru Penggerak adalah pemimpin
pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif
dan proaktif dalam mengembangkan pendidikan lainnya untuk
mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta
menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk
mewujudkan profil Pelajar Pancasila.(Sugiyarta et al., 2020)

Program Guru Penggerak dirancang dengan menitikberatkan pada


kualitas pelatihan dan pendampingan. Tujuannya agar peningkatan
kompetensi guru dan kepala sekolah mampu menciptakan ekosistem
pendidikan yang berdaya dan berkomitmen dalam meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar murid.
Untuk mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan dan manajemen
talenta, Kemendikbud mengembangkan rangkaian kebijakan Merdeka Belajar
pada tahun 2019. Kebijakan ini dicetuskan sebagai langkah awal melakukan
lompatan di bidang pendidikan. Tujuannya adalah mengubah pola pikir publik
dan pemangku kepentingan pendidikan menjadi komunitas penggerak
pendidikan. Filosofi “Merdeka Belajar” disarikan dari asas penciptaan
manusia yang merdeka memilih jalan hidupnya dengan bekal akal, hati dan
jasad sebagai anugerah Tuhan Yang maha Kuasa. Dengan demikian, merdeka
belajar dimaknai kemerdekaan belajar yang memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk belajar senyaman mungkin dalam suasana bahagia tanpa
adanya rasa tertekan.

Dalam rangka memenuhi dan menjaga mutu pendidikan di era 5.0


setiap lembaga pendidikan mengharap peningkatan mutu profesionalisme
setiap Guru, dimana sangat diperlukan dalam kompetensi guru di level apa
pun, tanpa ada proses penerjemahan dari kompetensi dasar dan kurikulum
yang ada maka tidak pernah ada pembelajaran yang terjadi. Karena , sebaik
apapun teknologi pendidikan, kurikulum, infrastruktur pendidikan di
sekolahsekolah, tidak ada yang bisa menggantikan peran guru. Program ini
akan menjadi syarat menjadi pemimpin unit-unit pendidikan ke depan.

Dalam sistem pendidikan perlu adanya seorang pemimpin. Pada


hakekatnya manusia adalah pemimpin, oleh karena itu setiap perilaku yang
terdapat dalam dirinya akan dimintai pertanggungjawaban. Pemimpin adalah
seseorang yang diberi status untu memimpin sebuah anggota atau organisasi
berdasarkan pemilihan, keturunan atau cara lainnya. Sehingga pemimpin itu
merupakan seseorang yang dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak,
menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan kalau jika perlu memaksa orang
atau sekelompok orang agar menerima pengaruhnya agar dapat membantu
tercapainya suatu tujuan dalam suatu institusi ataupun organisasi. Pemimpin
itu diperlukan karena keperluan suatu institusi atau organisasi untuk mencapai
tujuannya yang harus dipimpinnya yang disebut kepemimpinan. Maka
kepemimpinan merupakan sebuah tindakan atau perilaku dari pemimpin untuk
mencapai tujuan dari institusi atau organisasi.(Rahmat, 2021)

Namun dewasa ini lembaga pendidikan tengah menghadapi isu


krusial. Isu yang paling sensitif terkait dengan mutu pendidikan, relevansi
pendidikan, akuntabilitas, profesionalismu, efisiensi, debirokrasi dan perilaku
pemimpin dalam mengambil kebijakan pada lembaga pendidikan. Sebuah
lembaga pendidikan selalu melibatkan beberapa orang yang saling
berinteraksi secara intensif. Interaksi tersebut disusun dalan suatu struktur
yang dapat membantu dalam usaha pencapaian tujuan bersama. Agar
pelaksanaan kerja dalam organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya
maka dibutuhkan sumber seperti perlengkapan, metode kerja, bahan baku, dan
lain-lain. (Husaini & Fitria, 2019)

Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar


sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah
tersedianya guru yang memadai, kompeten dan profesional. Guru merupakan
salah satu sumber daya yang penting dan utama dalam menunjang proses
pembelajaran di sekolah, untuk itu perlu dilakukan peningkatan dalam
pemberdayaan dan pengembangan keprofesionalan secara berkelanjutan agar
tujuan pendidikan tercapai secara maksimal(Zahidah et al., 2022).
Guru memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam
upaya membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa dalam
kerangka pembangunan pendidikan di Indonesia. Kehadiran seorang guru
hingga saat ini tidak akan pernah dapat digantikan oleh yang lain, terlebih
pada masyarakat Indonesia yang multi budaya sehingga kehadiran teknologi
tidak dapat menggantikan tugas-tugas guru yang cukup kompleks dan
unik(Sastrawan, 2016) .

Seorang guru yang profesional harus menguasai bidang ilmu


pengetahan yang akan diajarkannya dengan baik. Dia benar-benar seorang
ahli dalam bidang ilmu yang akan diajarkannya. Selanjutnya, karena seorang
guru juga harus terus menerus meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang
diajarkannya, sehingga tidak ketinggalan zaman, untuk dapat melakukan
penngkatan dan pengembangan ilmu yang diajarkannya itu, seorang harus
terus menerus melakukan penelitian dengan menggunakan berbagai macam
metode.

Dalam era transformasi digital yang melanda seluruh sektor


kehidupan, termasuk pendidikan, muncul berbagai inovasi untuk memperluas
dan memperdalam proses pembelajaran. Salah satu bentuk inovasi yang
semakin berkembang dan mendapatkan perhatian adalah Komunitas Belajar.
Komunitas Belajar muncul sebagai jawaban atas kebutuhan akan
pembelajaran kolaboratif dan pengembangan diri yang bersifat kontekstual,
berpusat pada kebutuhan peserta didik.
Latar belakang kemunculan Komunitas Belajar tidak terlepas dari
dinamika masyarakat modern yang semakin kompleks dan berubah dengan
cepat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mengubah cara kita
mengakses, memproses, dan menyebarkan informasi. Disrupsi ini membawa
tantangan baru di bidang pendidikan, yang memerlukan paradigma
pembelajaran yang adaptif dan responsif terhadap perubahan.

Komunitas Belajar menjadi solusi yang menarik karena


menggabungkan konsep pembelajaran kolaboratif dengan kebebasan
eksplorasi ilmu pengetahuan. Sebuah wadah di mana individu dengan minat
dan tujuan belajar yang serupa dapat berkumpul, berbagi pengetahuan, serta
saling memberikan dukungan. Komunitas Belajar tidak hanya menjadi tempat
untuk memperoleh informasi, tetapi juga menjadi ruang di mana kreativitas
dan inovasi dapat berkembang.

Dalam konteks inovasi pendidikan ini, latar belakang Komunitas


Belajar perlu dicermati dengan seksama. Bagaimana masyarakat merespon
perubahan ini? Apa dampaknya terhadap pola pikir dan pendekatan
pembelajaran tradisional? Bagaimana Komunitas Belajar dapat memainkan
peran penting dalam mengatasi tantangan pembelajaran di era digital?

Pada bagian ini, akan dibahas latar belakang munculnya Komunitas


Belajar, mendiskusikan perubahan masyarakat, serta urgensi pembentukan
komunitas ini dalam mendukung pembelajaran yang lebih kontekstual dan
relevan. Selain itu, bab ini juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian
yang akan dijawab dalam penelitian ini, guna membawa pemahaman lebih
mendalam tentang fenomena Komunitas Belajar.
Studi tentang Profesionalitas Guru dilakukan oleh beberapa peneliti di
antaranya. (Sulastri et al., 2020) tentang Kompetensi profesional guru dalam
meningkatkan mutu pendidikan, (Joko, 2020) tentang Strategi Mgmp SMP
Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Di Tengah Berbagai
Kendala:(Studi Kasus di Kabupaten Limapuluh Kota Provinsi Sumatera
Barat), (Sijabat et al., 2022) tentang Mengatur Kualitas Guru Melalui Program
Guru Penggerak, (Faiz & Faridah, 2022) tentang Program Guru Penggerak
Sebagai Sumber Belajar (Prawitasari & Suharto, 2020) tentang The Role of
Guru Penggerak (Organizer Teacher) in Komunitas Guru Belajar (Teacher
Learning Community), (Sekar et al., 2020) tentang Komunitas Belajar
Sebagai Sarana Belajar Dan Pengembangan Diri, (Risdiany, 2021) tentang
Pengembangan Profesionalisme Guru dalam Mewujudkan Kualitas
Pendidikan di Indonesia

Pada umumnya para peneliti membahas tentang profesionalitas guru


kecendrungan meneliti pada pendidikan, pelatihan serta pada komunitas.
Akatualisasi Profesionalitas Guru juga sudah dilakukan oleh beberapa peneliti
diantaranya (Sulastri et al., 2020), (Joko, 2020), (Sijabat et al., 2022) yang
membahas tentang cara meningkatakan profesionalitas Guru melalu
pendidikan dan pelatihan, pendampingn maupun melalui komununitas belajar
atau pun Kelompok kerja guru maupun MGMP. Namun jarang yang
membahas tentang Efektifitas Pendidikan Guru Penggerak dan komunitas
belajar terhadap peningkatan professional guru. sekalipun ada namun belum
menggabungkan ketiga unsur tersebut.
Berdasarkan Observasi dan Wawancara dilapangan (1) para guru
belum siap menerapkan inovasi pembelajaran, mereka cenderung kembali
kepada pola- pola pembelajaran konvensional, (2) Program peningkatan
kualifikasi dan sertifikasi guru tidak berdampak secara langsung terhadap
peningkatan prestasi siswa, (3) Program pengembangan keprofesian
berkelanjutan tidak dilihat sebagai program strategis yang memiliki nilai
tambah pada pengayaan wawasan dan keterampilan guru, (4) Guru terlibat
politik praktis dalam pilkada langsung yang berpengaruh pada kinerjanya
dalam pembelajaran dan hubungan dengan teman sejawat, (5) Guru terjebak
dalam pola pikir birokrasi dalam menerapkan kurikulum dan (6) Dorongan
dan kemauan untuk belajar dan mengembangkan diri belum diutamakan oleh
guru-guru yang telah disertifikasi.

Data Guru Kota Bukittinggi - Dapodikdasmen


No Wilayah TK SD SMP SMA SMK
Jml L P Jml L P Jml L P Jml L P Jml L P
Kec. Guguk
1 81 2 79 395 82 313 295 70 225 182 35 147 375 113 262
Panjang
Kec.
2 Mandiangin 101 2 99 368 77 291 78 12 66 137 31 106 24 8 16
Koto Selayan
Kec. Aur
3 Birugo Tigo 90 1 89 257 52 205 34 6 28 79 13 66 49 4 45
Baleh
Total Total 272 5 267 1,02 211 809 407 88 319 398 79 319 448 125 323

Sumber : Dapodikdasmen Kota Bukittinggi

Terkait dengan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendidikan dan


Kebudayaan Kota Bukittinggi maka yang bertanggungjawab merumuskan
kebijakan teknis bidang pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan adalah
Kabid Pembinaan Pendidik dan Tendik Ibu Masri, M.Pd. Melalui Program
Guru Penggerak yang dibuka Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat,
Dinas Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bukittinggi sangat
mendukung dan menyambut baik progran tersebut. Bersama para Guru
Penggerak Kota Bukittinggi penyusun akan menggali kemanfaatan dan
keberhasilan Efektivitas Pendidikan Guru Penggerak dalam meningkatkan
profesiolalisme Guru pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Bukittinggi yang telah lulus mengikuti Program Guru Penggerak.

Dengan dukungan penuh dari Kepala Dinas Pendidikan dan


Kebudayaan Kota Bukittinggi, Bapak Drs Melfi, M.Si telah memberikan
rekomendasi pada peneliti terhadap 45 (lima) orang dari 46 Guru Penggerak
sebagai sampling. Para Guru Penggerak adalah obor, lilin di di sekolah
mereka bahkan di luar unit pendidikan mereka sendiri dengan memahami
filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Para Guru Penggerak melakukan
perubahan untuk menciptakan sumber daya manusia unggul dan profil Pelajar
Pancasila yang Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan YME, Berakhlak Mulia,
Mandiri, Kreatif, Gotong Royong, Berkebinekaan Global, dan Berpikir Kritis.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarakan latar belakang masalah dan observasi awal yang peneliti lakukan
di atas , maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Belum adanya Profesionalitas guru sesuai standar yang diharapkan
2. Belum maksimalnya pengembangan potensi guru
3. Tidak adanya sarana dan alat untuk meningkatakan kualitas guru
4. Masih adanya guru yang tidak mau berkolaborasi atau berkelompok dalam
meningkatkan kualitas mereka
5. Rendahnya kompetensi guru karena tidak mau ikut pelatihan baik secara
mandiri maupun komunitas belajar
6. Rendahnya motivasi berusaha untuk mengembangkan mutu diri guru
7. Rendahnya kesadaran dan semangat untuk berbagi pengetahuan dan
pengalaman;

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi
fokus penlitian ini dalam hal Profesionalitas Guru dengan program guru
Penggerak dan komunitas pelajaran Karena dua faktor ini adalah hal yang
paling dominan mempengaruhi Profesionalitas guru di Kota Bukittinggi.
Karena guru yang professional adalah guru yang mampu meningkatkan
kualitasnya melalui pendidikan dan pelatihan serta Komunitas belajar baik
berbentuk KKG maupun MGMP
D. Rumusan dan Pernyataan Penelitian
Indonesia adalah guru sebagai pekerja profesional, yang harus
memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional. Kompetensi merupakan
kunci yang harus dimilki oleh setiap pendidik, yang harus memiliki
pengetahuan dan kemampuan profesional. Program guru penggerak harus
dihidupkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Di Indonesia, guru terbaik untuk mengikuti program guru penggerak,
diharapkan para guru bisa menjadi agen-agen perubahan yang memajukan
ekosostem pendidikan di Indonesia pada umumnya dan di Kota Bukittinggi
pada khususnya yang berpusat pada murid.
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas dapat ditarik
kesimpulan, bahwa betapa pentingnya peranan Efektivitas Pendidikan guru
penggerak dalam meningkatkan mutu profesionalisme seorang guru, sehingga
dengan demikian akan memunculkan rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimana Efektivitas Pendidikan Guru Penggerak dan Komunitas Belajar
dalam meningkatkan profesionalisme guru pada Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan di Kota Bukittinggi ?

E. Tujuan Penelitian
Pada setiap kegiatan yang akan kita lakukan tentunya diawali dengan
sebuah tujuan yang jelas dan terukur agar memiliki arah dan hasil yang
hendak dicapai. Hal tersebut berlaku pula pad kegiatan penelitian ilmiah ini
yang tak lepas dari tujuan yang telah ditetapkan kan, sebab pada dasarnya
tujuan ini banyak memberikan arahan pelaksanaan tujuan itu sendiri yang
mengacu pada rumusan masalah yang telah ditetapkan. Oleh karena itu tujuan
penelitian ini dapat dikemukakan adalah Untuk mendeskripsikan dan
menganalisis apakah ada Efektifitas Pendidikan guru penggerak dan
komunitas belajar dapat meningkatkan profesionalisme guru Kota Bukittinggi.
F. Manfaat penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak
yang berkepentingan, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis/Keilmuan
a. Dapat memberikan kontribusi pengembangan keilmuan khususnya
dalam Efektivitas Pendidikan guru penggerak
b. Dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam implementasi
profesionalisme guru di sekolah tempat Guru Penggerak mengajar
sebagai model penelitian.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah/Lembaga ;
1) Sebagai bahan masukan sekaligus referensi bagi kepala sekolah
tentang Efektivitas Pendidikan guru penggerak dalam
meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya.
2) Sebagai wacana untuk meningkatkan mutu pendidikan yang
dilaksanakan di sekolah tempat Guru Penggerak mengajar
3) Sebagai bahan informasi, pertimbangan dan acuan bagi
pengelolaan sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan
sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat, bangsa dan
negara.
4) Diharapkan Efektivitas Pendidikan guru penggerak yang
dterapkan di sekolah dapat memberikan kepuasan masyarakat
hingga seterusnya
b. Bagi Peneliti ;
1). Dapat menjadi bahan untuk memperkaya wawasan serta
meningkatkan pengetahuan sebagai tenaga profesional dalam bidang
pendidikan.
Dapat menambah informasi tentang program guru penggerak yang
dapat dijadikan acuan bagi pendidik serta sekolah.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya;
1) Sebagai bahan masukan sekaligus referensi bagi peneliti
selanjutnya tentang Efektivitas Pendidikan guru penggerak dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
2) Sebagai wacana bagi peneliti selanjutnya bahwa guru penggerak
sebagai program pemerintah dapat meningkatkan mutu pendidikan
di Indonesia.

G. Kebaharuan dan orisinalitas


Berdasarkan studi literatur, penelitian ini jarang membahas tentang
hubungan Efektifitas Pendidikan Guru Penggerak dan kreativitas guru dalam
pelaksanaan program literasi dasar di sekolah berupa literasi dalam proses
pembelajaran dan di luar jam pembelajaran. Sekalipun ada penelitiannya
hanya terkait dengan pengaruh Efektifitas Pendidikan Guru Penggerak dengan
gerakan literasi sekolah, ataupun hubungan antara Komunitas Belajardengan
pelaksanaan literasi baca tulis, kreativitas guru dalam membuat pojok baca,
dan madding kelas.
Dalam penelitian yang peneliti bahas ini menggabungkan dua
komponen, yaitu Efektifitas Pendidikan Guru Penggerak dan Komunitas
Belajar terhadap peningkatan Profesionalitas Guru dalam pembelajaran dan di
luar pembelajaran. Hal ini akan diteliti adalah guru- guru penggerak di Kota
Bukittinggi.
H. Defenisi operasionalitas (isiya Penjelasan judul)

Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau


yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen)
(Purwanto, 2019). Variabel bebas penelitian ini adalah Efektifitas Pendidikan
Guru Penggerak dan kreativitas guru. Sedangkan, variabel terikat pada penelitian
ini adalah literasi dasar dan sekolah penggerak, definisi operasional masing-
masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pendidikan Guru Penggerak
Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan
kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program
ini meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan Pendampingan
selama 6 bulan bagi calon Guru Penggerak. Selama program, guru tetap
menjalankan tugas mengajarnya sebagai guru (Depdiknas, 2009)
b. Komunitas Belajar
Komunitas belajar adalah sekelompok individu, baik pendidik maupun
peserta didik, yang secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran bersama.
Mereka saling berinteraksi, berbagi pengetahuan, dan bekerja sama untuk
mencapai tujuan pembelajaran bersama. Komunitas belajar dapat terbentuk
di dalam satu sekolah atau melibatkan beberapa sekolah, di mana kolaborasi
dan pertukaran gagasan terjadi secara teratur. Fokus utama dari komunitas
belajar adalah meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar peserta
didik. Wenger, E. (1998). "Communities of Practice: Learning, Meaning,
and Identity." Cambridge University Press.
c. Efektivitas Pendidikan
Efektivitas pendidikan merujuk pada sejauh mana sistem pendidikan
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, terutama dalam meningkatkan
pemahaman dan kemampuan peserta didik. Efektivitas ini melibatkan
peningkatan hasil belajar, penerapan metode pengajaran yang efektif, dan
memastikan bahwa pendidikan memberikan dampak positif pada
perkembangan peserta didik. Evaluasi efektivitas pendidikan dapat
mencakup aspek-aspek seperti kualitas pengajaran, kurikulum yang relevan,
dan dukungan sistemik. Creemers, B. P. M., & Kyriakides, L. (2008). "The
Dynamics of Educational Effectiveness: A Contribution to Policy, Practice
and Theory in Contemporary Schools." Routledge.
d. Profesionalisme guru
Profesionalisme guru merujuk pada kualitas dan perilaku seorang guru
yang mencerminkan tanggung jawab, integritas, dan komitmen terhadap
tugas mengajar. Seorang guru profesional menunjukkan dedikasi terhadap
pembelajaran peserta didik, mengikuti standar etika, terus mengembangkan
keterampilan, dan berkolaborasi dengan rekan-rekan seprofesi serta pihak
terkait dalam konteks pendidikan. ngersoll, R. M., & Strong, M. (2011).
"The impact of induction and mentoring programs for beginning teachers: A
critical review of the research." Review of Educational Research, 81(2), 201-
233
Daftar Pustaka
Faiz, A., & Faridah, F. (2022). Program Guru Penggerak Sebagai Sumber Belajar.
Konstruktivisme: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 14(1), 82–88.

Husaini, H., & Fitria, H. (2019). Manajemen Kepemimpinan Pada Lembaga


Pendidikan Islam. JMKSP (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, Dan Supervisi
Pendidikan), 4(1), 43. https://doi.org/10.31851/jmksp.v4i1.2474
Joko, B. S. (2020). STRATEGI MGMP SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI
TENGAH BERBAGAI KENDALA:(Studi Kasus di Kabupaten Limapuluh Kota
Provinsi Sumatera Barat). Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, 13(2), 109–
128.
Mutu, A. M. P. (n.d.). MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU LEMBAGA
PENDIDIKAN ISLAM Oleh: Muhamad Zaril Gapari, M. Pd. Makul:
Manajemen Pendidikan Islam.

Nia Nuraida dan Lilis Nurteti. (2016). Konsep Profesionalisme Guru Menurut Al
Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 247. Angewandte Chemie International Edition,
6(11), 951–952., 1(1), 72–80.
Prawitasari, B., & Suharto, N. (2020). The Role of Guru Penggerak (Organizer
Teacher) in Komunitas Guru Belajar (Teacher Learning Community).
400(Icream 2019), 86–89. https://doi.org/10.2991/assehr.k.200130.145

Purwanto, N. (2019). Variabel Dalam Penelitian Pendidikan. Jurnal Teknodik, 6115, 196–
215. https://doi.org/10.32550/teknodik.v0i0.554
Rahmat, A. (2021). Kepemimpinan Pendidikan. Zahir Publishing.

Risdiany, H. (2021). Pengembangan Profesionalisme Guru dalam Mewujudkan


Kualitas Pendidikan di Indonesia. Al-Hikmah (Jurnal Pendidikan Dan
Pendidikan Agama Islam), 3(2), 194–202.
S-, B. P. P., Kependikan, J., Fakultas, I., Uin, K., Ampel, S., Penulis, S., & Asrohah,
H. (n.d.). Manajemen mutu pendidikan.

Sastrawan, K. B. (2016). Profesionalisme guru dalam upaya meningkatkan mutu


pembelajaran. Jurnal Penjaminan Mutu, 2(2), 65–73.

Sekar, R. Y., Uin, N. K., & Makassar, A. (2020). Komunitas Belajar Sebagai Sarana
Belajar Dan Pengembangan Diri. Agustus 2020 Indonesian Journal Of Adult and
Community Education, 2(1), 1–15.
Sijabat, O. P., Manao, M. M., Situmorang, A. R., Hutauruk, A., & Panjaitan, S.
(2022). Mengatur Kualitas Guru Melalui Program Guru Penggerak. Journal of
Educational Learning and Innovation (ELIa), 2(1), 130–144.
Sugiyarta, S., Prabowo, A., Ahmad, T. A., Siroj, M. B., & Purwinarko, A. (2020).
Identifikasi Kemampuan Guru Sebagai Guru Penggerak. Jurnal Profesi
Keguruan, 6(2), 215–221.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpk/article/view/26919

Sulastri, S., Fitria, H., & Martha, A. (2020). Kompetensi profesional guru dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Journal of Education Research, 1(3), 258–264.
Tsauri, S. (2015). Pendidikan Karakter: Peluang Dalam Membangun Karakter
Bangsa. In IAIN Jember Press. IAIN jember Press.

Untara, W. (2014). Kamus Bahasa Indonesia: Edisi Revisi. IndonesiaTera.

UUD RI No. 14 Tahun 2005. (2005). Tentang guru dan dosen. Pemerintah Indonesia,
March, 25–27.
Zahidah, U., Afifa, F. R., Apriyanti, L., & Wulandari, R. (2022). Pengelolaan
Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan. Jurnal Multidisipliner Bharasumba,
1(02 July), 309–319.
Zaiyadi, A. (2018). Lokalitas Tafsir Nusantara: Dinamika Studi al-Qur’an di
Indonesia. Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan Hadist, 1(1), 01–26.

Anda mungkin juga menyukai