Anda di halaman 1dari 64

1

A. Judul

Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Negeri 13

Surabaya

B. Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional mengamanatkan bahwa, “Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.”1

Untuk memenuhi amanat Undang-undang di atas, diperlukan

pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain; guru, peserta didik, kurikulum, pengelolaan atau

manajemen sekolah, birokrasi, fasilitas dan dana. Dari beberapa faktor di

atas, yang sangat penting mempengaruhi kualitas pendidikan di sekolah dan

tidak dapat diabaikan adalah faktor guru. Guru merupakan faktor utama di

bidang pendidikan yang harus berperan aktif dan menempatkan

kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat

1
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab I pasal 1
ayat 1.
2

yang semakin berkembang. Dalam konteks pendidikan guru tidak semata-

mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi

juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai

pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun peserta didik

dalam belajar.

Keterpenuhan faktor-faktor di atas dan kualitas dari guru tersebut akan

mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam belajar yang berujung pada

peningkatan mutu atau kualitas pendidikan. Untuk itu, guru dituntut

profesional dalam menjalankan tugasnya. Hal ini menjadi tugas berat bagi

seorang guru. Namun, hal ini hanya dapat terlaksana bila guru yang

bersangkutan meningkatkan sikap profesionalitas dan kompetensi yang

relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan saat ini. Kompetensi yang

memadai sebagai pendidik menjadi tolak ukur untuk melihat bagaimana

kualitas guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik.

Kompetensi yang memadai menjadi hal wajib yang dimiliki oleh setiap

guru. Perkembangan ilmu pengetahuan yang cukup pesat saat ini menuntut

guru untuk lebih sigap dalam mempersiapkan masa depan bangsa melalui

proses pembelajaran di sekolah. Guru dengan kompetensi yang memadai dan

berkinerja tinggi akan secara langsung mempengaruhi proses pembelajaran

di kelas. Guru diharapkan mampu menumbuhkan semangat dan motivasi

belajar siswa menjadi lebih baik, sehingga mampu meningkatkan kualitas

pembelajaran. Guru diharapkan mampu mengembangkan dan

mengejawantahkan kurikulum dalam proses pembelajaran. Dengan


3

demikian, guru menjadi tombak utama penentu kualitas sumber daya

manusia yang dimiliki oleh negara.

Dalam konsep Islam, kompetensi merupakan sesuatu yang mutlak dan

harus diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari, termasuk dalam

pendidikan. Sebagaimana firman Allah SWT dan Hadits Nabi Muhammad

Saw.:

ِ ِ ِ ‫قُل ي َق‬
َ ‫ن َع ِام ٌل فَ َس ْو‬
ُ‫ف تَ ْعلَ ُم ْو َن َم ْن تَ ُك ْو ُن لَه‬ ّْ ِ‫لى َمكاَ نَت ُك ْم ا‬ َ ‫ع‬
َ ‫ا‬‫و‬ْ ُ‫ل‬ ‫م‬
َ ‫اع‬
ْ ‫وم‬ َْ
‫َعا قِبَةُ الدَّا ِر اِنَّهُ الَ يُ ْفلِ ُح الظَّلِ ُم ْو َن‬
”Katakanlah:"Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu,
sesungguhnya Akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui,
siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini.
Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan
keberuntungan”.(QS. Al An’am;135)2

‫ان َحدَّثَنَا فُلَْي ُح بْ ُن ُسلَْي َما َن َحدَّثَنَا ِه ََل ُل بْ ُن َعلِ ٍّي َع ْن‬ ٍ َ‫حدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بن ِسن‬
ُْ َ
َُّ ‫صلَّى‬
‫اَّلل‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ال ق‬ َّ ‫َعطَ ِاء بْ ِن يَ َسا ٍر َع ْن أَِِب ُهَريْ َرَة َر ِض َي‬
َ َ‫اَّللُ َعْنهُ ق‬
َّ ‫ت ْاْل ََمانَةُ فَانْتَ ِظ ْر‬ ِ
‫ول‬
َ ‫اعتُ َها ََي َر ُس‬
َ‫ض‬ َ ِ‫ف إ‬ َ ‫اع َة قَ َال َكْي‬
َ ‫الس‬ ْ ‫ضيِّ َع‬ُ ‫َعلَْيه َو َسلَّ َم إِ َذا‬
)‫اع َة (رواه البخارى‬ َّ ‫ُسنِ َد ْاْل َْم ُر إِ ََل َغ ِْْي أ َْهلِ ِه فَانْتَ ِظ ْر‬
َ ‫الس‬ ْ ‫ال إِذَا أ‬
َِّ
َ َ‫اَّلل ق‬
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinan, telah
menceritakan kepada kami Fulaih bin Sulaiman, telah menceritakan
kepada kami Hilal bin Ali dari 'Atho' bin yasar, dari Abu Hurairah Ra.
mengatakan; Rasulullah Saw. bersabda: "Jika amanat telah disia-siakan,
tunggu saja kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya;
'bagaimana maksud amanat disia-siakan? ' Nabi menjawab; "Jika urusan
diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." (HR.
Bukhari) 3

2
Departemen Agama, Al Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Tanjung Mas Inti, 2000), h.
190.
3
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari,
tjm. Muhammad Fuad Abdul Baqi, Shahih Bukhari, (Jakarta: Cordova, 2016), h. 354.
4

Berdasarkan ayat Al Qur’an dan Hadits di atas dapat dipahami bahwa

setiap pekerjaan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan

keahlian (profesi) masing-masing termasuk guru, dalam konteks pendidikan

hal ini disebut dengan kinerja guru.

Kinerja guru adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan oleh guru.

Bentuk perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses

pembelajaran, termasuk di dalamnya perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan penilaian serta evaluasi hasil belajar.

Kinerja guru yang telah memenuhi standar dan profesional diharapkan

mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Kinerja guru yang

memadai sangat dibutuhkan untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang

menarik dalam rangka merangsang perkembangan berpikir siswa dan

meningkatkan semangat belajar peserta didik yang pada gilirannya akan

mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik di sekolah.

Untuk kepentingan terpenuhinya standar proses pembelajaran di

sekolah maka dilakukan penilaian kinerja guru. Penilaian kinerja guru (PKG)

adalah penilaian dari setiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka

pembinaan karir, kepangkatan dan jabatannya. Penilaian ini dilakukan

melalui pengamatan dan pemantauan. 4 Penilaian kinerja guru menjadi sangat

penting untuk menjawab seberapa baik kualitas pembelajaran yang dilakukan

guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Kinerja guru yang

4
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16
Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, bab I pasal 1 ayat 8.
5

baik diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengetahuan peserta didik.

Salah satu indikator kualitas pengetahuan peserta didik yang dipengaruhi

secara langsung oleh kinerja guru adalah hasil belajar. Hasil belajar dapat

memberikan deskripsi mengenai kecakapan peserta didik pada suatu mata

pelajaran tertentu. Kecakapan peserta didik secara langsung dipengaruhi oleh

kualitas pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru. Sehingga, guru

dituntut untuk memiliki kinerja yang memadai. Terdapat tiga indikator dalam

penilaian kinerja guru di sekolah yaitu; perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Ketiga indikator

tersebut saling berkesinambungan dalam menciptakan kualitas pembelajaran

yang baik dan meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI dan Budi Pekerti)

merupakan pendidikan yang secara mendasar menumbuhkembangkan akhlak

peserta didik melalui pembiasaan dan pengamalan ajaran Islam secara

menyeluruh (kaffah). Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti sebagai suatu mata pelajaran diberikan pada jenjang SD/MI,

SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/ MAK, baik yang bersifat kokurikuler

maupun ekstrakurikuler. 5

PAI dan Budi Pekerti dikembangkan dengan tujuan untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik dalam hal keimanan dan ketakwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan

5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Silabus Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti, (Jakarta: Ditjen. Dikdas, 2016), h. 1.
6

pendidikan ini kemudian dirumuskan secara khusus dalam PAI dan Budi

Pekerti sebagai berikut:

a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pembinaan dan


pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada
Allah SWT; dan
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia
yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif,
jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga
keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya
agama dalam kehidupan sebagai warga masyarakat, warga negara dan
warga dunia. 6

Dalam melaksanakan tugas di sekolah, guru Pendidikan Agama Islam

(PAI) dituntut untuk dapat memenuhi tugas pokok dan fungsinya sebagai

tenaga pendidik yakni merencanakan pembelajaran, melaksanakan

pembelajaran sesuai perencanaan, melaksanakan penilaian hasil

pembelajaran, melaksanakan analisis hasil penilaian dan melaksanakan

tindak lanjut hasil analisis. Pelaksanaan dari tugas pokok dan fungsi guru

tersebut pada setiap akhir semester dievaluasi oleh kepala sekolah dan

pengawas PAI dalam bentuk penilaian kinerja guru.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 13 Surabaya merupakan

jenjang pendidikan tingkat dasar yang berada di bawah pembinaan Dinas

Pendidikan Kota Surabaya dan untuk mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti

dibina oleh Pengawas PAI dari Kantor Kementerian Agama Kota Surabaya.

Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMP Negeri 13 Surabaya telah

dilaksanakan dengan baik sesuai kurikulum yang berlaku. Guru PAI di SMP

6
Ibid., h. 3.
7

Negeri 13 Surabaya telah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan

baik sesuai peraturan perundang-undangan yang ada.

Untuk mengetahui bagaimana kinerja guru PAI dan bagaimana prestasi

belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMP

Negeri 13 Surabaya, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian yang

dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul, Pengaruh Kinerja Guru

Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP 13 Negeri Surabaya.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan

masalah penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana kinerja guru PAI di SMP Negeri 13 Surabaya?

b. Bagaimana prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI dan

Budi Pekerti di SMP Negeri 13 Surabaya?

c. Bagaimana pengaruh kinerja guru PAI terhadap prestasi belajar peserta

didik pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMP Negeri 13

Surabaya?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui:

a. Kinerja guru PAI di SMP Negeri 13 Surabaya.

b. Prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti

di SMP Negeri 13 Surabaya.


8

c. Pengaruh kinerja guru terhadap prestasi belajar peserta didik pada mata

pelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMP Negeri 13 Surabaya.

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain :

a. Secara teoristis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran terhadap pengembangan pembelajaran dan penilaian PAI di

sekolah/madrasah.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

kepada pihak-pihak tertentu, antara lain, bagi:

1) Guru PAI SMP Negeri 13 Surabaya, sebagai bahan pertimbangan

dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dan untuk

mengembangkan kinerja dan prestasi mereka.

2) Kepala SMP Negeri 13 Surabaya, sebagai bahan pertimbangan dalam

mengatasi problematika pembelajaran di sekolah terutama masalah

kinerja guru dan prestasi belajar peserta didik.

3) Pengawas PAI SMP Negeri 13 Surabaya, sebagai bahan

pertimbangan dalam pembinaan guru di sekolah.

4) Program Studi PAI Fakultas Tarbiyah IAI Al Khoziny Buduran

Sidoarjo, sebagai bahan pertimbangan dan sumber informasi untuk

penelitian sejenis.

5) Peneliti, sebagai sarana pembelajaran dalam melatih diri dalam

melaksanakan penelitian selanjutnya.


9

5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

a. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Variabel dalam penelitian kuantitatif dibedakan menjadi dua, yaitu

variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent

variable). variabel bebas adalah variabel yang ada atau terjadi

mendahului variabel terikatnya. Keberadaan variabel ini dalam

penelitian merupakan variabel yang menjelaskan terjadinya fokus atau

topik penelitian. Sementara variabel terikat adalah variabel yang

diakibatkan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Keberadaan

variabel ini sebagai variabel yang dijelaskan dalam topik penelitian.7

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kinerja guru, ini

merupakan variabel yang mempengaruhi dan pengaruhnya dipelajari.

Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar,

ini merupakan variabel yang dipengaruhi.

b. Definisi Operasional

1) Kinerja Guru

Kinerja guru merupakan kemampuan dan keberhasilan guru

dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran.8

7
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Tarbiyah (Sidoarjo: Yayasan KH. Abdul Mujib
Abbas Al Khoziny, 2019) h. 15.
8
Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 19
10

Yang dimaksud dengan kinerja guru dalam penelitian ini adalah

kinerja guru PAI di SMP Negeri 13 Surabaya .

2) Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik

selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu. Hasil

pengukuran dari belajar tersebut diwujudkan dalam bentuk angka,

huruf, simbol, maupun kalimat yang menyatakan keberhasilan

peserta didik selama proses pembelajaran.9

Yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam penelitian ini

adalah prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI dan

Budi Pekerti di SMP Negeri 13 Surabaya.

6. Asumsi dan Keterbatasan

a. Asumsi

Asumsi adalah anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan

pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Asumsi

juga dapat diartikan anggapan pemikiran yang dianggap benar untuk

sementara sebelum ada kepastian.10

Adapun asumsi yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1) Guru PAI di SMP Negeri 13 Surabaya memiliki kinerja yang baik,

baik pada aspek perencanaan pembelajaran, pelaksanaan

9
Sutratinah Tirtonegoro, Anak Super Normal dan Program Pendidikannya (Jakarta: Bina
Aksara, 2001), h. 43.
10
Tim Penyusun, Op. Cit., h. 16.
11

pembelajaran dan evaluasi/penilaian pembelajaran serta analisis

hasil penilaian dan tindak lanjut hasil analisis.

2) Peserta didik di SMP Negeri 13 Surabaya memiliki prestasi belajar

PAI dan Budi Pekerti yang baik pula, baik pada ranah afektif, ranah

kognitif maupun ranah psikomotorik.

b. Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian adalah keterbatasan ruang lingkup

penelitian dan keberlakuan daya jangkau penelitian.11

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1) Penelitian ini hanya ingin mengetahui pengaruh kinerja guru PAI

terhadap prestasi belajar PAI dan Budi Pekerti peserta didik di SMP

Negeri 13 Surabaya.

2) Hasil penelitian hanya berlaku di lokasi penelitian (SMP Negeri 13

Surabaya), tidak dapat digenerelisasikan di lokasi lain.

C. Kajian Pustaka

1. Deskripsi Teori

a. Kinerja Guru

1) Pengertian Kinerja Guru

Kinerja guru terdiri atas kata kinerja dan kata guru. Kata kinerja

berarti sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan

kemampuan kerja.12 Dalam bahasa Inggris, kata kinerja disebut

11
Tim Penyusun, Ibid, h. 16.
12
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2008), h. 570.
12

performance yang berarti daya guna, prestasi atau hasil.13 Sedangkan

dalam Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas, kinerja adalah

sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar kerja yang

menerjemahkan kata dari bahasa asing prestasi bisa pula berarti hasil

kerja.14 Dengan demikian secara etimologis kata kinerja berarti

kemampuan kerja, prestasi atau hasil kerja.

Secara terminologis, kinerja memiliki beberapa pengertian,

antara lain:

a) Kinerja atau performance adalah usaha yang dilakukan dari hasil

kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang

dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan

tanggungjawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan

organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan

sesuai dengan moral maupun etika.15

b) Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan

dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat

pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang

diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui

dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional.16

13
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2010), h. 425.
14
id.wikipedia.org/wiki/kinerja, diunduh 22 April 2020 pukul 00,38 WIB.
15
Prawirosentono dalam Husaini Usman, Manajeman Teori Praktek dan Riset Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h,12
16
id.wikipedia.org/wiki/kinerja, diunduh 22 April 2020 pukul 00,59 WIB.
13

c) Kinerja (performance) pada dasarnya adalah apa yang dilakukan

atau tidak dilakukan oleh karyawan. 17

d) Kinerja adalah pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan profesinya

yang menuntut keahlian tinggi, tanggung jawab dan kesetiaan. 18

e) Kinerja atau unjuk kerja adalah proses perilaku konselor sehingga

menghasilkan sesuatu yang menjadi tujuan pekerjaan profesinya. 19

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, kinerja

adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau

kemampuan kerja.

Dalam Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas, kata

guru berasal dari bahasa Sansakerta yang arti harfiahnya adalah berat,

yaitu seorang pengajar suatu ilmu.20 Dalam bahasa Indonesia, guru

berarti orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)

mengajar.21 Dengan demikian secara etimologis, guru adalah orang

yang pekerjaannya atau profesinya mengajar.

Secara terminologis, kata guru memiliki beberapa pengertian,

antara lain:

a) Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

17
Robert L. Mathis & John H. Jackson (tjm.) Angelica Diana, Human Resource Management;
Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 478.
18
Sudarwa Danim, Inovasi Pendidikan; Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga
Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 23.
19
Mungin Eddy Wibowo dalam Rulam Ahmadi, Ensiklopedi Pendidikan, (Surabaya: Jagad
Alimussirry, 2016), h. 207.
20
https://id.wikipedia.org/wiki/guru, diunduh 22 April 2020 pukul 01,08 WIB.
21
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Op. Cit., h. 377.
14

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. 22

b) Guru adalah individu yang memiliki tugas membimbing belajar,

sebagai model pemecahan masalah, sebagai katalisator dalam

memprakarsai proses belajar, sebagai pembantu dalam proses

belajar, sebagai teman siswa dalam mengkaji dan memecahkan

masalah. 23

c) Guru adalah pendidik yang berperan dalam rekayasa pedagogis, ia

menyusun desain pembelajaran dan dilaksanakan dalam proses

belajar mengajar. 24

d) Guru adalah tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar dalam

arti mengembangkan ranah cipta, rasa dan karsa siswa sebagai

implementasi konsep ideal mendidik. 25

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru

adalah tenaga pendidik profesional dengan tugas utama membimbing,

mengarahkan, menilai dan mengevaluasi peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran.

Sesuai dengan pengertian kinerja dan pengertian guru pada

uraian di atas, maka kinerja guru dapat diartikan sebagai kemampuan

kerja guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai

22
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017, jo. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun
2008 tentang Guru, bab I pasal 1 ayat 1.
23
Catharina Tri Anni, dkk., Psikologi Belajar, (Semarang: Unnes Press, 2006), h. 102.
24
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), h. 94.
25
Alfika Indria Cristina dalam Rulam Ahmadi, Ensiklopedi Pendidikan, (Surabaya: Jagad
Alimussrriy, 2016), h. 143.
15

pendidik profesional. Beberapa pengertian tentang kinerja guru dapat

disajikan sebagai berikut:

(1) Kinerja guru merupakan kemampuan dan keberhasilan guru dalam

melaksanakan tugas-tugas pembelajaran.26

(2) Kinerja guru adalah hasil pekerjaan yang dilakukan oleh guru

sehari-hari sebagai profesi yang meliputi kinerja pra-pembelajaran,

ketika pembelajaran dan pasca pembelajaran. 27

(3) Kinerja guru merupakan langkah utama menuju terwujudnya guru

profesional. Guru profesional adalah guru yang memiliki

kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan

dan pengajaran. Kompetensi disini meliputi pengetahuan, sikap dan

ketrampilan guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. 28

(4) Kinerja guru adalah hasil dari suatu proses pembelajaran yang

dilakukan oleh guru. Berkenaan dengan standar kinerja guru, maka

wujud prilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses

pembelajaran, termasuk didalamnya perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan penilaian serta evaluasi

hasil belajar. 29

26
Supardi, Op. Cit.
27
Muhammad Fathurrohman, Meretas Pendidikan Berkualitas Dalam Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: CV. Teras, 2012), h. 203.
28
Kunandar, Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 46.
29
Departemen Pendidikan Nasional, Penilaian Kinerja Guru. (Jakarta: Ditjen. Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2008), h. 21.
16

2) Indikator Kinerja Guru

Indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap

tiga kegiatan pembelajaran di kelas yaitu, perencanaan program

kegiatan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan

evaluasi atau penilaian pembelajaran: 30

a) Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran

Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap

yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan

ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses

penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan

oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP).

b) Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan

pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan

kelas, penggunaan media dan sumber belajar dan penggunaan

metode serta strategi pembelajaran. Semua tugas tersebut

merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal

dalam pelaksanaanya menuntut kemampuan guru.

(1) Pengelolaan Kelas

Kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna

mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan

30
Departemen Pendidikan Nasional, Ibid, h. 22-26.
17

adalah tuntutan bagi seorang guru dalam pengelolaan kelas.

Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan disiplin

siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan piket kebersihan,

ketepatan waktu masuk dan keluar kelas, melakukan absensi

setiap akan memulai proses pembelajaran, dan melakukan

pengaturan tempat duduk siswa. Kemampuan lainnya dalam

pengelolaan kelas adalah pengaturan ruang/setting tempat

duduk siswa yang dilakukan pergantian, tujuannya

memberi- kan kesempatan belajar secara merata kepada

siswa.

(2) Penggunaan Media dan Sumber Belajar

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan (materi pembelajaran), merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa,

sehingga dapat mendorong proses pembelajaran. Sedangkan

yang dimaksud dengan sumber belajar adalah buku

pedoman. Kemampuan menguasai sumber belajar di

samping mengerti dan memahami buku teks, seorang guru

juga harus berusaha mencari dan membaca sumber-sumber

lain yang relevan guna meningkatkan kemampuan terutama

untuk keperluan perluasan dan pendalaman materi dan

pengayaan dalam proses pembelajaran. Kemampuan

menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya


18

menggunakan media yang sudah tersedia seperti media

cetak, media audio, dan media audio visual. Tetapi

kemampuan guru di sini lebih ditekankan pada penggunaan

objek nyata yang ada di sekitar sekolahnya. Dalam

kenyataan di lapangan guru dapat memanfaatkan media

yang sudah ada (by utilization) seperti globe, peta, gambar

dan sebagainya, atau guru dapat mendesain media untuk

kepentingan pembelajaran (by design) seperti membuat

media foto, film, pembelajaran berbasis komputer, dan

sebagainya.

(3) Penggunaan Metode Pembelajaran

Guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan

metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan

disampaikan. Setiap metode pembelajaran memiliki

kelebihan dan kelemahan dilihat dari berbagai sudut, namun

yang penting bagi guru metode manapun yang digunakan

harus jelas tujuan yang akan dicapai. Karena siswa memiliki

interes yang sangat heterogen idealnya seorang guru harus

menggunakan multi metode, yaitu memvariasikan

penggunaan metode pembelajaran di dalam kelas seperti

metode ceramah dipadukan dengan tanya jawab dan

penugasan atau metode diskusi dengan pemberian tugas dan

seterusnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjembatani


19

kebutuhan siswa, dan menghindari terjadinya kejenuhan

yang dialami siswa.

c) Evaluasi/Penilaian Pembelajaran

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan

untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran

dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap

ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam

menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan

alat-alat evaluasi, pengolahan dan penggunaan hasil evaluasi.

Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan

evaluasi/penilaian hasil belajar adalah melalui Penilaian Acuan

Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).

PAN adalah cara penilaian yang tidak selalu tergantung pada

jumlah soal yang diberikan atau penilaian dimasudkan untuk

mengetahui kedudukan hasil belajar yang dicapai berdasarkan

norma kelas. Siswa yang paling besar skor yang didapat di

kelasnya, adalah siswa yang memiliki kedudukan tertinggi di

kelasnya. Sedangkan PAP adalah cara penilaian, dimana nilai

yang diperoleh siswa tergantung pada seberapa jauh tujuan yang

tercermin dalam soal-soal tes yang dapat dikuasai siswa. Nilai

tertinggi adalah nilai sebenarnya berdasarkan jumlah soal tes

yang dijawab dengan benar oleh siswa. Dalam PAP ada passing

grade atau batas lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus atau
20

tidak berdasarkan batas lulus yang telah ditetapkan. Pendekatan

PAN dan PAP dapat dijadikan acuan untuk memberikan

penilaian dan memperbaiki sistem pembelajaran.

Kemampuan lainnya yang perlu dikuasai guru pada kegiatan

evaluasi/penilaian hasil belajar adalah menyusun alat evaluasi.

Alat evaluasi meliputi: tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.

Seorang guru dapat menentukan alat tes tersebut sesuai dengan

materi yang disampaikan. Bentuk tes tertulis yang banyak

dipergunakan guru adalah ragam benar/ salah, pilihan ganda,

menjodohkan, melengkapi, dan jawaban singkat. Tes lisan

adalah soal tes yang diajukan dalam bentuk pertanyaan lisan dan

langsung dijawab oleh siswa secara lisan. Tes ini umumya

ditujukan untuk mengulang atau mengetahui pemahaman siswa

terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya.

Tes perbuatan adalah tes yang dilakukan guru kepada siswa.

Dalam hal ini siswa diminta melakukan atau memperagakan

sesuatu perbuatan sesuai dengan materi yang telah diajarkan

seperti pada mata pelajaran kesenian, keterampilan, olahraga,

komputer, dan sebagainya. Indikasi kemampuan guru dalam

penyusunan alat-alat tes ini dapat digambarkan dari frekuensi

penggunaan bentuk alat-alat tes secara variatif, karena alat-alat

tes yang telah disusun pada dasarnya digunakan sebagai alat

penilaian hasil belajar.


21

Di samping pendekatan penilaian dan penyusunan alat-alat tes,

hal lain yang harus diperhatikan guru adalah pengolahan dan

penggunaan hasil belajar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan

dalam penggunaan hasil belajar, yaitu:

(1) Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran yang tidak

dipahami oleh sebagian kecil siswa, guru tidak perlu

memperbaiki program pembelajaran, melainkan cukup

memberikan kegiatan remidial bagi siswa-siswa yang

bersangkutan.

(2) Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran tidak

dipahami oleh sebagian besar siswa, maka diperlukan

perbaikan terhadap program pembelajaran, khususnya

berkaitan dengan bagian-bagian yang sulit dipahami.

Mengacu pada kedua hal tersebut, maka frekuensi kegiatan

pengembangan pembelajaran dapat dijadikan indikasi

kemampuan guru dalam pengolahan dan penggunaan hasil

belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi:

(a) Kegiatan remidial, yaitu penambahan jam pelajaran,

mengadakan tes, dan menyediakan waktu khusus untuk

bimbingan siswa.

(b) Kegiatan perbaikan program pembelajaran, baik dalam

program semes- teran maupun program satuan pelajaran

atau rencana pelaksanaan pembelajaran, yaitu


22

menyangkut perbaikan berbagai aspek yang perlu

diganti atau disempurnakan.

2) Komponen Kinerja Guru

Komponen kinerja guru terdiri atas empat kompetensi yang

harus dimiliki oleh guru. Kompetensi merupakan seperangkat

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,

dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,

dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan

profesi. Penjelasan dari empat kompetensi tersebut adalah sebagai

berikut: 31

(a) Kompetensi pedagogik, merupakan kemampuan guru dalam

pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-

kurangnya meliputi:

(1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;

(2) pemahaman terhadap peserta didik;

(3) pengembangan kurikulum atau silabus;

(4) perancangan pembelajaran;

(5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;

(6) pemanfaatan teknologi pembelajaran;

31
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru bab II bagian kesatu pasal 3 ayat
4-7.
23

(7) evaluasi hasil belajar; dan

(8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.

(b) Kompetensi kepribadian, sekurang-kurangnya mencakup

kepribadian yang:

(1) beriman dan bertakwa;

(2) berakhlak mulia;

(3) arif dan bijaksana;

(4) demokratis;

(5) mantap;

(6) berwibawa;

(7) stabil;

(8) dewasa;

(9) jujur;

(10) sportif;

(11) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;

(12) secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan

(13) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

(c) Kompetensi sosial, merupakan kemampuan guru sebagai bagian

dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi

untuk:

(1) berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun;


24

(2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara

fungsional;

(3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan

pendidikan, orang tua atau wali peserta didik;

(4) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan

mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku; dan

(5) menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat

kebersamaan.

(d) Kompetensi professional, merupakan kemampuan guru dalam

menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi,

dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-

kurangnya meliputi penguasaan:

(1) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan

standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran,

dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan

(2) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni

yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren

dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau

kelompok mata pelajaran yang akan diampu.

Selain empat kompetensi di atas, khusus guru PAI harus

menguasasi dua kompetensi tambahan yaitu kompetensi spiritual

dan kompetensi leadhership. Kompetensi spiritual adalah


25

kemampuan guru untuk menjaga semangat bahwa mengajar adalah

ibadah, sedangkan kompetensi leadership adalah kemampuan guru

untuk mengorganisasi seluruh potensi sekolah yang ada dalam

mewujudkan budaya Islami (Islamic Religious Culture) pada satuan

pendidikan.32

Kompetensi Spiritual terdiri atas:

(a) Menyadari bahwa mengajar adalah ibadah dan harus

dilaksanakan dengan penuh semangat dan sungguh-sungguh.

(1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan

dengan ikhlas karena Allah.

(2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan

dengan penuh semangat dan sungguhsungguh.

(b) Meyakini bahwa mengajar adalah rahmat dan amanah.

(1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan

dengan setulus hati

(2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan

dengan penuh tanggung jawab.

(c) Meyakini sepenuh hati bahwa mengajar adalah panggilan jiwa

dan pengabdian.

(1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan

dengan semangat dan penuh integritas.

32
Keputusan Menteri Agama Nomor 211 Tahun 2011 tentang Pengembangan Standar
Nasional Pendidikan Agama Islam di Sekolah.
26

(2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan

dengan dedikasi yang tinggi.

(d) Menyadari dengan sepenuh hati bahwa mengajar adalah

aktualisasi diri dan kehormatan.

(1) Memahami bahwa menjadi guru PAI di satuan pendidikan

adalah profesi yang terhormat.

(2) Bersemangat untuk mengaktualisasikan nilai-nilai keimanan

yang diyakini dalam kegiatan pembelajaran di satuan

pendidikan.

(3) Merasa percaya diri tampil sebagai guru PAI.

(4) Merasa bangga dan terhormat sebagai guru PAI.

(e) Menyadari dengan sepenuh hati bahwa mengajar adalah

pelayanan.

(1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan penuh

semangat pelayanan sebagai implementasi dari nilai-nilai

ketakwaan.

(2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan sepenuh hati.

(3) Melaksanakan kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan

sebagai sarana pembelajaran bagi guru PAI.

(f) Menyadari dengan sepenuh hati bahwa mengajar adalah seni dan

profesi.

(1) Memahami bahwa menjadi guru PAI adalah sebuah profesi

yang perlu ditekuni dan dikembangkan terus-menerus.


27

(2) Memahami bahwa mengajar itu sebuah seni yang dinamis

dan membutuhkan variasi.

(3) Melaksanakan kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan

dengan pendekatan yang aktif, kreatif dan inovatif.

Sedangkan kompeteni Leadhersip terdiri atas:

(a) Bertanggung jawab secara penuh dalam pembelajaran PAI di

satuan pendidikan.

(1) Melibatkan diri dalam tim Guru PAI di satuan pendidikan

untuk mengembangkan model dan media pembelajaran yang

lebih kreatif dan menarik.

(2) Mengintegrasikan nilai-nilai agama pada setiap subyek mata

pelajaran di satuan pendidikan.

(b) Mengorganisir lingkungan satuan pendidikan demi

terwujudnya budaya yang Islami.

(1) Menciptakan lingkungan fisik maupun sosial yang

bernuansa Islami di satuan pendidikan.

(2) Membina pergaulan sosial di lingkungan sekolah untuk

terciptanya budaya yang Islami.

(3) Menerapkan pembiasaan-pembiasaan dalam pelaksanaan

amaliah ibadah di satuan pendidikan.

(c) Mengambil inisiatif dalam mengembangkan potensi satuan

pendidikan.
28

(1) Berperan aktif dalam menentukan visi dan misi sekolah

yang bernuansa Islami.

(2) Berfikir kreatif dalam menciptakan budaya organsiasi

sekolah yang Islami.

(d) Berkolaborasi dengan seluruh unsur di lingkungan satuan

pendidikan.

(1) Berperan aktif dalam membangun kerjasama dengan warga

sekolah untuk mencapai tujuan sebagaimana tertuang dalam

visi dan misi sekolah.

(2) Berperan aktif dalam membina hubungan silaturahmi

dengan mensinergikan seluruh warga sekolah untuk

terciptanya iklim satuan pendidikan yang Islami.

(e) Berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan di

lingkungan satuan pendidikan.

(1) Melibatkan diri dalam setiap proses pengambilan keputusan

di sekolah agar setiap keputusan yang diambil sejalan

dengan nilai-nilai Islam.

(2) Mengambil peran utama dalam pengambilan keputusan

yang berkaitan dengan ranah agama Islam di lingkungan

sekolah.

(f) Melayani konsultasi keagamaan dan sosial.


29

(1) Memfungsikan diri sebagai konselor keagamaan di

sekolah untuk mengatasi masalah-masalah peserta didik

melalui pendekatan keagamaan.

(2) Memfungsikan diri sebagai konselor keagamaan di

sekolah untuk mengatasi masalah-masalah kependidikan

dan sosial melalui pendekatan keagamaan.

(3) Bekerjasama dengan guru Bimbingan Konseling (BK) di

sekolah dalam menyusun program bimbingan konseling

b. Prestasi Belajar

1) Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari kata “prestasi dan belajar”. Kata

prestasi berarti hasil yang telah dicapai sedangkan kata belajar berarti

berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh latihan atau
33
pengalaman. Dengan demikian secara etimologis prestasi belajar

berarti hasil yang telah dicapai dari latihan atau pengalaman.

Secara terminologis prestasi belajar memiliki beberapa

pengertian, antara lain:

a) Hasil yang dicapai oleh seorang siswa dalam usaha belajarnya

sebagaimana dicantumkan dalam nilai raportnya. 34

b) Hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas yang menyebabkan

perubahan tingkah laku dalam diri individu. 35

33
Tim Penyusun Kamus, Op. Cit., h. 896 dan 7.
34
Wilis dan Murjono dalam Rulam Ahmadi, Op. Cit., h. 371.
35
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Gutu, (Surabaya: Usaha Nasional,
2004), h. 23.
30

c) Hasil pencapaian maksimal menurut kemampuan anak pada waktu

tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, dipahami dan

diterapkan. 36

d) Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai

seseorang. 37

e) Hasil yang diperoleh atas usaha belajar, misalnya

prestasi siswa di sekolah, menjadi juara umum setiap tahunnya. 38

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah keberhasilan yang dicapai melalui kegiatan yang

berproses dalam pembelajaran. Prestasi belajar ditunjukkan dengan

adanya penguasaan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran oleh peserta didik secara individu.

Prestasi belajar adalah seluruh hasil yang telah dicapai oleh peserta

didik baik pengalaman dan latihan dalam bentuk angka.

2) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dapat dicapai peserta didik dipengaruhi oleh

dua faktor, yakni faktor internal yang datangnya dari dalam diri peserta

didik dan faktor eksternal atau yang datang dari faktor luar peserta

didik. Kedua faktor tersebut saling berkontribusi sinergik satu sama lain

36
Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) h. 19.
37
WS. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: PT. Gramedia, 2006), h.
37.
38
https://id.wikipedia.org/wiki/prestasi, diunduh 24 April 2020 pukul 01,08 WIB.
31

karena mempengaruhi prestasi belajar dan dalam rangka membantu

peserta didik dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.

a) Faktor Internal

Faktor internal dapat pula disebut faktor yang datangnya dari

dalam diri peserta didik berupa faktor fisiologis (kesehatan dan

keadaan tubuh), psikologis (minat, bakat, intelegensi, emosi,

kelelahan dan cara belajar). 39

Dalam hal ini kemampuan peserta didik besar sekali

pengaruhnya terhadap prestasi atau hasil belajar yang dicapai.

Menurut Richard Clark, bahwa prestasi atau hasil belajar peserta

didik di sekolah 70 persen dipengaruhi oleh kemampuan peserta

didik, dan 30 persen dipengaruhi oleh lingkungan.40

b) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datangnya dari luar diri

peserta didik yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan alam.

Diantara lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi

hasil belajar di sekolah adalah kualitas pembelajaran. Kualitas

pembelajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses

pembelajaran dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Faktor

eksternal lainnya adalah dari peran guru. Guru harus punya kekuatan

39
Moh. Zaiful Rosyid, Prestasi Belajar, (Malang: Literasi Nusantara Abadi, 2019), h. 10
40
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Pembelajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2017), h.39
32

niat dan yakin bahwa peserta didiknya akan berhasil. Keyakinan ini

akan memberikan kekuatan pada guru untuk terus menerus berusaha

dan tidak putus asa dalam mengajar peserta didik. Renate Nummela

Caine dan Geiffrey dalam bukunya Education on the Edge of

Possibility menyatakan, “Keyakinan guru akan potensi dan

kemampuan semua anak untuk belajar dan berprestasi merupakan

hal penting diperhatikan. Aspek-aspek teladan mental guru

berdampak besar terhadap iklim belajar dan pemikiran pelajar yang

diciptakan guru. Guru harus memahami bahwa perasaan dan sikap

peserta didik akan terlibat dan berpengaruh kuat pada proses

belajarnya”. 41

3) Jenis-jenis Prestasi Belajar

Menurut Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono, prestasi belajar

terbagi dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. 42

a) Kognitif,

(1) Pengetahuan, yakni kemampuan ingatan tentang apa yang

dipelajari baik dari buku, guru, dan sumber lain. Hal ini

dideteksi melalui keberhasilan menjawab tes dalam aspek

pemahaman. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta,

peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.

41
Arif Santoso, Misbakhul Munir, Jurus Sang Guru, (Surabaya, Kualita Mediatama, 2014),
h.137
42
Dimyati dan Mujiono, Op. Cit., h. 26-27.
33

(2) Pemahaman. Berbeda dengan pengetahuan, pemahaman ini

lebih mendalam yakni kemampuan menangkap arti dan makna

tentang hal yang telah dipelajari.

(3) Analisis. Tingkat selanjutnya adalah analisis yakni

kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian

sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik,

misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang lebih

kecil.

(4) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Contohnya kemampuan menyusun suatu program kerja.

(5) Evaluasi, kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa

hal berdasarkan kriteria tertentu, misalnya kemampuan

menilai hasil karangan.

b) Afektif

(1) Penerimaan, merupakan kepekaan tentang hal tertentu dan

kesediaan memperhatikan hal tersebut. Contohnya menerima

kesalahan dan mengakuinya.

(2) Partisipasi, merupakan sikap kerelaan, kesediaan

memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

Contoh: Berkomitmen mematuhi aturan, dan bersedia

menerima hukuman jika melanggar.


34

(3) Penilaian dan penentuan sikap, menerima suatu nilai,

menghargai, mengakui, dan menentukan sikap. Misalnya

menerima suatu pendapat orang lain.

(4) Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu

sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya

menempatkan nilai dalam suatu skala nilai dan dijadikan

pedoman bertindak secara bertanggung jawab.

c) Psikomotorik

(1) Persepsi, adalah kemampuan mendeskriminasikan hal-hal

secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas

tersebut. Contohnya pemilahan warna, jenis bawang-bawangan

dan biji-bijian.

(2) Kesiapan, merupakan kemampuan penempatan diri dalam

keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian

gerakan. Contohnya posisi start lomba lari.

(3) Gerakan terbimbing, yakni kemampuam menggerakan badan

sesuai contoh, misalnya meniru tarian, mengikuti gesture

berirama di aplikasi TikTok.

(4) Gerakan yang terbiasa, yakni kemampuan melakukan

gerakangerakan tanpa contoh, misalnya melakukan lompat

tinggi dengan tepat.

Pengukuran dan pengevaluasian tingkat keberhasilan belajar

dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar berdasarkan tujuan dan


35

ruang lingkupnya. Prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis

penilaian sebagai berikut. 43

(a) Tes Formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok

bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang daya serap peserta didik terhadap pokok bahasan tersebt.

Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses pembelajaran

bahan tertentu. Tes Formatif disebut juga Penilaian Harian (PH).

(b) Tes Sub Sumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan pembelajaran dalam waktu

tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran tentang

daya serap para peserta didik dalam meningkatkan tingkat prestasi

belajar peserta didik. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk

memperbaiki proses pembelajaran dan diperhitungkan dalam

menentukan nilai rapor. Tes Sub Sumatif disebut juga Penilaian

Tengah Semester (PTS)

(c) Tes Sumatif

Tes Sumatif diadakan untuk mengukur daya serap peserta didik

terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama

satu semester. Tujuannya adalah untuk menetpkan tingkat atau taraf

keberhasilan belajar peserta didik dalam suatu periode

pembelajaran tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk

43
Ibid. h. 74
36

kenaikan kelas, menyusun peringkat kelas (rangking) atau sebagai

ukuran mutu sekolah. Tes Sumatif disebut juga Penilaian Akhir

Semester (PAS) dan atau Penilaian Akhir Tahun (PAT).

c. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

1) Pengertian Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terdiri atas dua frase

yaitu frase Pendidikan Agama Islam dan frase Budi Pekerti. Kata

pendidikan berasal dari kata dasar ”didik”, yang mendapat imbuhan pe

dan an, artinya proses, cara atau perbuatan mendidik.44 Ketika frase

agama Islam dimasukkan dalam pendidikan (Pendidikan Agama

Islam), maka pendidikan memiliki arti tertentu, yaitu pendidikan yang

didasarkan kepada ajaran agama Islam. Kata Islam berasal dari bahasa

Arab; aslama, yuslimu, islaman, yang berarti berserah diri, patuh dan
45
tunduk. Dengan demikian PAI merupakan pendidikan yang

berdasarkan ajaran agama Islam.

Kata budi berarti tingkah laku, perangai, serta akhlak dan watak.

Sedangkan kata pekerti berarti penampilan, perilaku, dan aktualisasi. 46

Dengan demikian budi pekerti adalah sebuah kesadaran seseorang

dalam bertindak dan berperilaku.

Dengan demikian secara etimologis, PAI dan Budi Pekerti adalah

pendidikan yang berdasarkan ajaran agama Islam yang ditunjukkan

44
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Op. Cit., h. 17 dan 843.
45
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia (Surabaya:Pustaka
Progresif, 1995) hal. 654.
46
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Op. Cit., h. 263.
37

dengan kesadaran dalam berperilaku atau bertindak. Istilah PAI dan

Budi Pekerti sebagai mata pelajaran di sekolah mulai dikenal sejak

diberlakukannya Kurikulum 2013.

PAI dan Budi Pekerti sebagai bagian dari mata pelajaran

Pendidikan agama di sekolah memiliki dasar yang sangat kuat dan

merupakan mata pelajaran wajib pada jenis, jalur dan jenjang

pendidikan dasar dan menengah.47

Secara terminologis PAI dan Budi Pekerti memiliki beberapa

pengertian, antara lain:

a) Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk membina dan

mengasuh peserta didik agar dapat memahami ajaran Islam secara

menyeluruh (kaffah), lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya

dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan

hidup. PAI Islam di sekolah, diharapkan mampu membentuk

kesalehan pribadi (individu) dan kesalehan sosial sehingga

pendidikan agama diharapkan jangan sampai, menumbuhkan sikap

fanatisme, menumbuhkan sikap intoleran di kalangan peserta didik

dan masyarakat Indonesia dan memperlemah kerukunan hidup umat

beragama serta persatuan dan kesatuan nasional.48

b) Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh

seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal

47
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Op. Cit., bab X pasal 37 ayat 1.
48
Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 2005),
h. 35
38

sesuai dengan ajaran Islam. PAI bimbingan terhadap seseorang agar

menjadi muslim semaksimal mungkin.49

c) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dipahami dan

dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang

terkandung dalam Al-Qur’an dan sunnah. PAI adalah suatu proses

pengembangan potensi manusia menuju terbentuknya manusia sejati

yang berkepribadian Islam (kepribadian yang sesuai dengan nilai-

nilai Islam).50

d) Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam

mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci

Al-Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

latihan, serta penggunaan pengalaman. Disertai dengan tuntunan

untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya

denagn kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga

terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.51

e) Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan

peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan

mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengarahan

49
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015), h. 32
50
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT. Radja
Grafindo Persada, 2005), h. 331.
51
Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004; Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah, 2004), h. 11.
39

atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati

agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam

masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional. 52

f) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan pendidikan

yang secara mendasar menumbuhkembangkan akhlak peserta didik

melalui pembiasaan dan pengamalan ajaran Islam secara

menyeluruh (kaffah). Oleh karena itu, PAI dan Budi Pekerti sebagai

suatu mata pelajaran diberikan pada jenjang SD/MI, SMP/ MTs,

SMA/MA dan SMK/MAK, baik yang bersifat kokurikuler maupun

ekstrakurikuler. 53

PAI dan Budi Pekerti berlandaskan pada aqidah Islam yang berisi

tentang keesaan Allah SWT sebagai sumber utama nilai-nilai

kehidupan bagi manusia dan alam semesta. Sumber lainnya adalah

akhlak yang merupakan manifestasi dari aqidah, yang sekaligus

merupakan landasan pengembangan nilai-nilai karakter bangsa

Indonesia. Dengan demikian, PAI dan Budi Pekerti merupakan

pendidikan yang ditujukan untuk dapat menserasikan, menselaraskan

dan menyeimbangkan antara iman, Islam, dan ihsan yang diwujudkan

dalam:

1) membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada


Allah SWT serta berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur
(Hubungan manusia dengan Allah SWT);

52
Keputusan Menteri Agama Nomor 211 Tahun 2011, Op. Cit,. h. 12.
53
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Op. Cit.
40

2) menghargai, menghormati dan mengembangkan potensi diri yang


berlandaskan pada nilai-nilai keimanan dan ketakwaan (Hubungan
manusia dengan diri sendiri);
3) menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat
beragama serta menumbuhkembangkan akhlak mulia dan budi
pekerti luhur (Hubungan manusia dengan sesama); dan
4) penyesuaian mental keislaman terhadap lingkungan fisik dan social
(Hubungan manusia dengan lingkungan alam). 54

Berdasarkan penjelasan di atas, PAI dan Budi Pekerti

dikembangkan dengan memperhatikan nilai-nilai Islam rahmatan

lilalamin yang mengedepankan prinsip-prinsip Islam yang humanis,

toleran, demokratis, dan multikultural. PAI dan Budi Pekerti tidak hanya

menekankan pada pengetahuan (kognitif) tetapi juga menekankan sikap

(afektif) dan keterampilan (psikomotorik).

2) Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

PAI dan Budi Pekerti dikembangkan dengan tujuan untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik dalam hal keimanan dan

ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan pendidikan ini kemudian dirumuskan secara khusus dalam PAI

dan Budi Pekerti sebagai berikut:

a) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pembinaan dan


pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi muslim yang terus berkembang keimanan dan
ketakwaannya kepada Allah SWT; dan
b) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak
mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,
produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh),
menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta

54
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Op. Cit.
41

mengembangkan budaya agama dalam kehidupan sebagai warga


masyarakat, warga negara dan warga dunia. 55

PAI dan Budi Pekerti berfungsi sebagai:

a) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan


peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban
menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang
tua keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan
lebih dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan
agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b) Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
c) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan baik lingungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekuranga-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik
dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
e) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan
menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia
seutuhnya.
f) Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
(alam nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnya.
g) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain. 56

3) Ruang Lingkup dan Kompetensi Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti

Ruang lingkup PAI dan Budi Pekerti, meliputi: Al-Qur’an dan

Hadits, Akidah atau Keimanan, Akhlak atau Budi Pekerti, Fikh dan

55
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Op. Cit.
56
Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit.
42

Sejarah Peradaban Islam. Penjelasan dari ruang lingkup tersebut adalah

sebagai berikut:

a) Al-Qur’an dan Al-Hadis, yang menekankan pada kemampuan


membaca, menulis, dan menterjemahkan serta menampilkan dan
mengamalkan isi kandungan Al-Quran-Al-Hadits dengan baik dan
benar.
b) Akidah, yang menekankan pada kemampuan memahami dan
mempertahankan keyakinan, menghayati, serta meneladani dan
mengamalkan sifat-sifat Allah dan nilai-nilai keimanan dalam
kehidupan sehari-hari.
c) Akhlak dan Budi Pekerti, yang menekankan pada pengamalan sikap
terpuji dan menghindari akhlak tercela.
d) Fikih, yang menekankan pada kemampuan untuk memahami,
meneladani dan mengamalkan ibadah dan mu’amalah yang baik
dan benar.
e) Sejarah Peradaban Islam, yang menekankan pada kemampuan
mengambil pelajaran (ibrah) dari peristiwa-peristiwa bersejarah
(Islam), meneladani tokoh-tokoh muslim yang berprestasi, dan
mengaitkannya dengan fenomena-fenomena sosial, untuk
melestarikan dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban
Islam. 57
Sedangkan kompetensi setelah mempelajari PAI dan Budi

Pekerti di Sekolah Menengah Pertama (SMP), adalah sebagai berikut:

a. Al-Qur’ān dan Al-Hadis,


Membaca, menghafal, menghayati nilai- nilai serta menyajikan
keterkaitan yang terkandung di dalam ayat-ayat pilihan.
b. Akidah/Keimanan
Meyakini, menghayati, memahami dan menyajikan contoh
perilaku yang mencerminkan ajaran tentang rukun Iman.
c. Akhlak/Budi Pekerti
Meyakini, menghayati, memahami makna dan menyajikan contoh
perilaku terpuji
d. Fikih
Menjalankan, menghayati, memahami dan menyajikan serta
mempraktikkan tata cara bersuci dari hadas kecil dan hadas
besar, salat wajib berjamaah, salat Jum’at, salat sunah berjamaah
dan munfarid, sujud syukur, sujud tilawah, sujud sahwi, puasa
wajib dan sunah, makanan dan minuman yang halal dan haram,
zakat, ibadah haji dan umrah, penyembelihan hewan, qurban dan

57
Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit.
43

aqiqah sesuai dengan ketentuan syari’at Islam.


e. Sejarah Peradaban Islam
Menghayati, meneladani, memahami dan menyajikan rangkaian
sejarah perjuangan Nabi Muhammad Saw. periode Makkah
madinah, al-Khulafā al-Rāsyidùn, Bani Umayah, Abbasiyah,
berkembangnya dan tradisi Islam di Nusantara. 58

2. Kerangka Berpikir

Indikator kinerja guru dilakukan terhadap tiga tahap kegiatan

pembelajaran di kelas yaitu, perencanaan program kegiatan pembelajaran,

pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi atau penilaian

pembelajaran.

Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang

berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan

guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu mengembangkan Silabus dan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah tahap yang

berhubungan dengan kemampuan guru dalam pengelolaan kelas,

penggunaan media dan sumber belajar dan penggunaan metode serta strategi

pembelajaran. Semua tugas tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab

guru yang secara optimal dalam pelaksanaannya menuntut kemampuan

guru.

Tahap evaluasi atau penilaian hasil belajar adalah tahap yang

berhubungan dengan kemampuan guru dalam mengetahui tercapai atau

58
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Op. Cit. h. 3.
44

tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah

dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam

menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat

evaluasi, pengolahan dan penggunaan hasil evaluasi.

Ketiga tahap tersebut sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar

peserta didik termasuk pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

Budi Pekerti. Menurut ranahnya prestasi belajar peserta didik terdiri atas

prestasi belajar pada aspek kognitif (pengetahuan), psikomotorik

(keterampilan) dan afektif (sikap). Sedangkan pada pelaksanaannya prestasi

belajar peserta didik terdiri atas prestasi belajar pada waktu penilaian harian

(formatif), penilaian tengah semester (sub sumatif) dan penilaian akhir

semester dan/atau penilaian akhir tahun (sumatif).

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian

ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Kinerja Guru Prestasi Belajar


Pendidikan Agama Islam PAI dan Budi Pekerti

1. Perencanaan Pembelajaran 1. Penilaian Harian (PH) 2. Kognitif (Pengetahuan)


2. Pelaksanaan Pembelajaran 2. Penilaian Sub Sumatif (PTS) 3. Psikomotorik (Keterampilan)
3. Penilaian Hasil Belajar 1. Penilaian Sumatif (PAS/PAT) 4. Afektif (Sikap/Perilaku)

Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


45

3. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara lain:

a. Mina (2017), “Pengaruh Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam

Terhadap Hasil Belajar Siswa SMPN 4 Taka Bonerate Kabupaten

Kepulauan Selayar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja guru

PAI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. 59

b. Baynaka Afiyan (2018), “Pengaruh Kinerja Guru PAI terhadap Prestasi

Belajar Siswa di SMP Negeri 12 Magelang”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kinerja guru PAI terhadap

prestasi belajar siswa. 60

c. Abdul Azis (2020), “Pengaruh Kinerja Guru dan Pendayagunaan Sumber

Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP Swasta Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

kinerja guru dan pendayagunaan sumber belajar terhadap prestasi belajar

siswa pada mata pelajaran PAI. 61

Dari ketiga penelitian di atas, terdapat persamaan dan perbedaan

dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaan ketiga penelitian di atas

adalah pada variabel X yakni kinerja guru, kecuali pada penelitian Abdul

Azis, variabel X-nya ada tambahan pendayagunaan sumber belajar.

59
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/6526-Full_Text.pdf, diunduh 25 April 2020 pukul
22.13 WIB.
60
http://eprintslib.ummgl.ac.id/297/ diunduh 25 April 2020 pukul 22.15 WIB.
61
http://repository.uin-suska.ac.id/30403/1/TESIS%20ABDUL%20AZIS%20OK.pdf diunduh
25 April 2020 pukul 22. 20 WIB.
46

Persamaan lainnya adalah pada variabel Y yakni prestasi belajar kecuali

pada penelitian Mina, variabel Y-nya hasil belajar siswa.

Sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian dan tahun

penelitian, meskipun sama-sama meneliti siswa SMP tetapi beda lokasi dan

beda tahun penelitiannya. Dengan demikian penelitian yang akan dilakukan

penulis berbeda dengan penelitian sebelumnya.

4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih

bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya yang akan

diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian.62

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis Alternatif (Ha): Terdapat pengaruh kinerja guru terhadap

prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti

di SMP 13 Negeri Surabaya.

b. Hipotesis Nihil (Ho): Tidak terdapat pengaruh kinerja guru terhadap

prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti

di SMP 13 Negeri Surabaya.

D. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif korelasional.

Kuantitatif deskriptif adalah rancangan penelitian yang digunakan untuk

62
Ibid, h. 17.
47

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya.63

Penelitian kuantitatif deskriptif menggunakan pendekatan korelasi

(correlational research) yakni penelitian yang dilakukan memperlajari dua

variabel atau lebih yakni sejauh mana variasi dalam satu variabel

berhubungan dengan variasi dalam variabel lain.64 Sedangkan penelitian

kuantitatif korelasional adalah penelitian yang menggunakan angka mulai

dari pengumpulan data, penafsiran data dan penampilan hasil penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel.65

Dipilihnya pendekatan deskriptif korelasional kuantitatif dalam

penelitian ini karena penulis ingin mengetahui secara mendalam tentang

kinerja guru PAI dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar peserta didik

pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMP Negeri 13 Surabaya.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian66. Populasi

merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.67 Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IX-A sampai IX-J

63
Winarno Surakhmad , Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 2015), h. 139.
64
Sugiono, Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 192.
65
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka Cipta,
2016), h. 270.
66
Suharsimi Arikunto, Ibid, h. 115.
67
Sugiono, Op. Cit. h. 117.
48

SMP Negeri 13 Surabaya yang berjumlah 400 orang, sebagaimana tabel

berikut ini.

Tabel 1
Populasi Penelitian
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
IX-A 22 18 40
IX-B 19 21 40
IX-C 17 23 40
IX-D 20 20 40
IX-E 19 21 40
IX-F 17 23 40
IX-G 21 19 40
IX-H 20 20 40
IX-I 19 21 40
IX-J 17 23 40
Jumlah 191 209 400
Sumber: Dokumentasi SMP Negeri 13 Surabaya 2020

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang akan diteliti.

Sampel harus mewakili keseluruhan populasi yang dijadikan objek

penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto, apabila kurang dari 100 orang,

lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya lebih besar, maka dapat diambil

antara 10-15% atau 20-25%.68 Pengambilan sampel harus dilakukan

sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar

berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan keadaan populasi

yang sebenarnya (representatif).69

68
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 131.
69
Suharsimi Arikunto, Ibid, h.176.
49

Mengingat jumlah populasi mencapai 400 orang, maka peneliti

mengambil sampel 10% (40 orang) dari jumlah populasi dengan teknik

simple random sampling, yakni teknik pengambilan sampel dari anggota

populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dalam

populasi itu.70

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik angket

dan dokumentasi sebagai instrumen pengumpul data primer (utama) serta

teknik observasi dan wawancara sebagai instrumen pengumpulan data

sekunder (penunjang).

a. Angket

Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab

responden.71

Dalam penelitian ini angket digunakan untuk menggali data tentang

kinerja guru PAI. Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini

adalah angket tertutup, dimana responden tinggal memilih alternatif

jawaban yang telah disediakan.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku atau dokumen.72

70
Sugiono, Op. Cit. h. 57.
71
Sugiyono, Ibid, h.199.
72
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 158.
50

Dalam penelitian ini angket digunakan untuk menggali data tentang

prestasi belajar peserta didik dan data tambahan seperti; profil sekolah,

keadaan kurikulum, keadaan pendidik dan tenaga kependidikan serta

keadaan peserta didik.

c. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

pengamatan terhadap obyek dengan menggunakan seluruh alat indera.

Dalam kegiatan ini dilakukan pengamatan langsung dan pencatatan

sistematis pada gejala yang diselidiki serta mengadakan pertimbangan

kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat.73

Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk menggali data

keadaan sarana dan prasarana sekolah serta data tambahan yang belum

terekam dalam teknik dokumentasi.

d. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

mendapatkan keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan

muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si

peneliti74.

Dalam penelitian ini wawancara digunakan untuk menggali data

tentang sejarah berdirinya SMP Negeri 13 Surabaya dan data-data

pendukung lainnya. Teknik ini dilakukan dengan mewawancarai kepala

73
Suharsimi Arikunto, Ibid, h.272.
74
Suharsimi Arikunto, Ibid., h. 155.
51

sekolah dan atau wakil kepala sekolah dengan menggunakan pedoman

(interview guide) yang memimpin jalannya tanya jawab ke arah yang

ditemukan sebelumnya.

4. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini terdiri atas teknik Prosentase

dan teknik Chi Kuadrat, dengan rumus sebagai berikut:

a. Teknik Persentase

Teknik persentase digunakan untuk menggali data tentang kinerja

guru dan prestasi belajar peserta didik yang diperoleh melalui angket,

dengan rumus sebagai berikut:

F
P=  100 %
N
Keterangan:
P = angka persentase
N = banyaknya individu
F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya75.

b. Teknik Chi Kuadrat (𝑥2 )

Teknik Chi Kuadrat digunakan untuk menguji hipotesis yakni

mengetahui ada tidaknya pengaruh dengan rumus sebagai berikut:

(𝐹𝑜 − 𝐹𝑡)2
𝑥2 = ∑
𝐹𝑡

Keterangan:
𝑥2 = 𝐶ℎ𝑖 𝐾𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡
Fo = Frekuensi yang di observasi
Ft = Frekuensi yang diharapkan.

75
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), h. 40
52

5. Tahapan Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama tiga bulan (12

minggu) dengan jadwal sebagaimana tabel berikut ini:

Tabel 2
Jadwal Penelitian
Minggu Ke
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penyusunan Proposal x
2 Seminar Proposal x
3 Perbaikan Proposal x
4 Penyusunan Bab I dan Bab III x
5 Revisi Bab I dan Bab III x
6 Penyusunan Bab II x
7 Revisi Bab II x
8 Penyusunan Bab IV x
9 Revisi Bab IV x
10 Penyusunan Bab V x
11 Revisi Bab V x
12 Penyusunan Laporan x
53

E. Daftar Pustaka Sementara

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah
al-Bukhari, tjm. Muhammad Fuad Abdul Baqi, Shahih Bukhari, (Jakarta:
Cordova, 2016).

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2015).

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia (Surabaya:


Pustaka Progresif, 1995).

Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,


2016).

Arif Santoso dan Misbakhul Munir, Jurus Sang Guru, (Surabaya, Kualita
Mediatama, 2014).

Catharina Tri Anni, dkk., Psikologi Belajar, (Semarang: Unnes Press, 2006).

Departemen Agama, Al Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Tanjung Mas Inti,


2000),

Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004; Pendidikan Agama Islam,


(Jakarta: Ditjen. Pendidikan Dasar dan Menengah, 2004).

Departemen Pendidikan Nasional, Penilaian Kinerja Guru. (Jakarta: Ditjen.


Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2008).

Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2009).

Husaini Usman, Manajeman Teori Praktek dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2011).

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2010).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Silabus Mata Pelajaran Pendidikan


Agama Islam dan Budi Pekerti, (Jakarta: Ditjen. Dikdas, 2016).

Kunandar, Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP). (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007).

Moh. Zaiful Rosyid, Prestasi Belajar, (Malang: Literasi Nusantara Abadi, 2019).
54

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta:


PT. Radja Grafindo Persada, 2005).

Muhammad Fathurrohman, Meretas Pendidikan Berkualitas Dalam Pendidikan


Islam, (Yogyakarta: CV. Teras, 2012).

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Pembelajaran, (Bandung: Sinar Baru


Algensindo, 2017).

Robert L. Mathis & John H. Jackson (tjm.) Angelica Diana, Human Resource
Management; Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Salemba Empat,
2006).

Rulam Ahmadi, Ensiklopedi Pendidikan, (Surabaya: Jagad Alimussrriy, 2016).

Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi


Belajar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015).

Sudarwa Danim, Inovasi Pendidikan; Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme


Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002).

Sugiono, Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD, (Bandung: Alfabeta, 2013).

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta:


Rineka Cipta, 2016).

Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013).

Sutratinah Tirtonegoro, Anak Super Normal dan Program Pendidikannya (Jakarta:


Bina Aksara, 2001).

Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Gutu, (Surabaya: Usaha
Nasional, 2004).

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2008).

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Tarbiyah (Sidoarjo: Yayasan KH.


Abdul Mujib Abbas Al Khoziny, 2019).

Winarno Surakhmad, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 2015).

Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: PT. Gramedia,


2006).
55

Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta:


Ruhama, 2005).

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Guru.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi


Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Keputusan Menteri Agama Nomor 211 Tahun 2011 tentang Pengembangan


Standar Nasional Pendidikan Agama Islam di Sekolah.

https://id.wikipedia.org/wiki/kinerja, diunduh 22 April 2020 pukul 00,38 WIB.

https://id.wikipedia.org/wiki/kinerja, diunduh 22 April 2020 pukul 00,59 WIB.

https://id.wikipedia.org/wiki/prestasi, diunduh 24 April 2020 pukul 01,08 WIB.

https://id.wikipedia.org/wiki/guru, diunduh 22 April 2020 pukul 01,08 WIB.

https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/6526-Full_Text.pdf, diunduh 25 April


2020 pukul 22.13 WIB.

http://eprintslib.ummgl.ac.id/297/, diunduh 25 April 2020 pukul 22.15 WIB.

http://repository.uin-
suska.ac.id/30403/1/TESIS%20ABDUL%20AZIS%20OK.pdf, diunduh 25
April 2020 pukul 22. 20 WIB.
56

G. Lampiran

1. Angket
ANGKET KINERJA GURU

Nama Peserta Didik : ……………………………………..…………………………


Kelas IX : A. B, C, D, E, F, G, H, I, J (Coret huruf yang tidak terpakai!)
Petunjuk Pengisian:
1. Bacalah pernyataan indikator dan Sub Indikator Kinerja Guru dengan teliti!
2. Pahami setiap kalimat dengan baik sebelum menentukan pilihan jawaban!
3. Pilihan Jawaban diberikan dengan memberikan tanda ceklis () pada kolom yang
tersedia sesuai dengan kondisi yang anda rasakan!
4. Kerahasiaan anda terjamin dan tidak akan mempengaruhi nilai.
Kadang- Tidak
No. Indikator dan Sub Indikator Kinerja Guru Selalu Sering
kadang Pernah
Perencanaan Pembelajaran
Guru memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai dengan kurikulum/silabus dan
1.
memperhatikan karakteristik peserta didik.
Tujuan pembelajaran dirumuskan dan dikembangkan
1.1
berdasarkan KD yang akan dicapai.
Tujuan pembelajaran memuat gambaran proses dan hasil
1.2 belajar yang dapat dicapai oleh peserta didik sesuai dengan
kebutuhan belajarnya
Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan belajar
1.3
peserta didik
2. Guru menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual dan mutakhir.
Bahan ajar disusun dari yang sederhana ke kompleks, mudah
2.1 ke sulit dan/konkrit ke abstrak sesuai dengan tujuan
pembelajaran
Keluasan dan kedalaman bahan ajar disusun dengan
2.2 memperhatikan potensi peserta didik (termasuk yang cepat
dan lambat,motivasi tinggi dan rendah)
Bahan ajar dirancang sesuai dengan konteks kehidupan dan
2.3
perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bahan ajar dirancang dengan menggunakan sumber yang
2.4
bervariasi (tidak hanya buku pegangan peserta didik)
3. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif
Strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran relevan
3.1 untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai/kompetensi harus dikuasai peserta didik.
Strategi dan metode pembelajaran yang dipilih dapat
3.2
memudahkan pemahaman peserta didik
Strategi dan metode pembelajaran yang dipilih sesuai dengan
3.3 tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor
peserta didik.
Setiap tahapan pembelajaran diberi alokasi waktu secara
3.4 proporsional dengan memperhatikan tingkat kompleksitas
materi dan/atau kebutuhan belajar peserta didik.
4. Guru memilih sumber belajar/media pembelajaran sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran.
Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih dapat
4.1 dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran atau
kompetensi yang ingin dicapai (misalnya buku, modul untuk
57

kompetensi kognitif; media audio visual, Komputer untuk


kompetensi keterampilan).
Sumber belajar/media pembelajaran termasuk TIK yang
dipilih dapat memudahkan pemahaman peserta didik
4.2 (misalnya lidi/ sempoa digunakan untuk operasi hitung
matematika, lampu senter, globe, dan bola untuk
mengilustrasikan proses terjadinya gerhana).
Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih dengan
4.3 tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor
peserta didik.
Jumlah
Skor Perolehan
Skor Maksimal 42
Nilai
Predikat
Kadang- Tidak
No. Indikator dan Sub Indikator Kinerja Guru Selalu Sering
kadang Pernah
Pelaksanaan Pembelajaran
5. Guru memulai pembelajaran dengan efektif
5.1 Melakukan apersepsi
Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dalam
5.2
rencana kegiatan
6. Guru menguasai materi pelajaran
Kemampuan menyesuiakan materi dengan tujuan
6.1
pembelajaran.
Kemampuan mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain
6.2
yang relevan, perkembangan Iptek , dan kehidupan nyata .
6.3 Tingkat ketepatan pembahasan dengan materi pembelajaran.
Kemampuan menyajikan materi secara sistematis (mudah ke
6.4
sulit, dari konkrit ke abstrak)
7. Guru menerapkan pendekatan/strategi pembelajaran yang efektif
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
7.1
yang akan dicapai
7.2 Melaksanakan pembelajaran secara runtut
7.3 Menguasai kelas
7.4 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan
7.5
tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect)
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
7.6
yang direncanakan
8. Guru memanfaatkan sumber belajar/media dalam pembelajaran
Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan sumber
8.1
belajar/ media pembelajaran
8.2 Menghasilkan pesan yang menarik
Melibatkan siswa dalam pembuatan dan pemanfaatan
8.3
sumber belajar/media pembelajaran
9. Guru memicu dan/atau memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui interaksi guru,
9.1
siswa, sumber belajar
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa melalui interaksi guru,
9.1
siswa, sumber belajar
9.2 Merespon positif partisipasi siswa
9.3 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa
9.4 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif
58

9.5 Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam belajar


10. Guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran
10.1 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar
10.2 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar
10.3 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai
11. Guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
11.1
melibatkan siswa
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau
11.2
kegiatan atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan
Jumlah
Skor Perolehan
Skor Maksimal 75
Nilai
Predikat
Kadang- Tidak
No. Indikator dan Sub Indikator Kinerja Guru Selalu Sering
kadang Pernah
Evaluasi/Penilaian Pembelajaran
12. Guru merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan belajar peserta didik
Kesesuaian 58eknik dan jenis penilaian (tes lisan, tes tertulis,
12.1
tes perbuatan) sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Alat tes dirancang untuk dapat mengukur kemajuan belajar
12.2
peserta didik dari aspek kognitif, afektif dan/psikomotorik.
Rancangan penilaian portofolio peserta didik minimal 1 kali
12.3
per semester.
Hasil analisis penilaian sebelumnya (UH, UAS, UN)
digunakan untuk keperluan program perbaikan (remedial,
12.4
pengayaan dan/ menyempurnakan rancangan
dan/pelaksanaan pembelajaran)
Guru menggunakan berbagai strategi dan metode penilaian untuk memantau kemajuan dan hasil belajar
13.
peserta didik dalam mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertulis dalam RPP.
Menggunakan 58eknik penilaian otentik (kuis, pertanyaan
13.1 lisan, pemberian tugas, dsb.) untuk memantau kemajuan
belajar peserta didik.
Menggunakan 58eknik penilaian (ulangan harian, tengah
semester, dan ulangan semester) disusun untuk mengukur
13.2
hasil belajar peserta didik dalam aspek kognitif, afektif
dan/psikomotor.
Menerapkan penilaian portofolio dalam bentuk berbagai
13.3
tugas terstruktur
Menggunakan alat penilaian yang sesuai dengan tujuan
13,4 pembelajaran dan materi ajar sebagaimana disusun dalam
RPP.
Guru memanfatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang
14.
kemajuan belajarnya dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya
Menggunakan hasil analisis penilaian untuk
mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang mudah,
14.1 sedang dan sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan
masing-masing peserta didik untuk keperluan remedial dan
pengayaan.
Menggunakan hasil penilaian untuk menyempurnakan
14.2
rancangan dan/pelaksanaan pembelajaran
59

Melaporkan kemajuan dan hasil belajar peserta didik kepada


14.3 orang tua, teman guru dan bagi peserta didik sebagai refleksi
belajarnya.
Memanfaatkan hasil penilaian secara efektif untuk
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, tantangan dan
14.4
masalah potensial untuk peningkatan keprofesian dalam
menunjang proses pembelajaran
Jumlah
Skor Perolehan
Skor Maksimal 36
Nilai
Predikat
Keterangan Skor: Selalu = 3, Sering = 2, Kadang-kadang = 1, Tidak Pernah = 0

Skor Perolehan
Nilai = -------------------- x 100
Skor Maksimal

Predikat:
76 – 100 = Sangat Baik 26 – 50 = Kurang
51 – 75 = Baik > 25 = Sangat Kurang
60

2. Pedoman Dokumentasi

a. Dokumentasi Utama:
Nilai Prestasi Belajar Peserta Didik pada Mapel PAI dan Budi Pekerti
1) Rata-rata Nilai Sikap (Afektif)
2) Nilai Kognitif
a) Rata-rata Nilai Penilaian Harian
b) Nilai Sub Sumatif (Penilaian Tengah Semester)
c) Nilai Sumatif (Penilaian Akhir Semester/Akhir Tahun)
d) Rata-rata Nilai Kognitif
3) Rata-rata Nilai Psikomotor

b. Dokumentasi Tambahan
1) Nilai PKG PAI
2) Profil Sekolah
3) Sejarah Singkat Berdirinya Sekolah
4) Visi-Misi dan Tujuan Sekolah
5) Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan
6) Keadaan Peserta Didik
7) Keadaan Sarana dan Prasarana
8) Keadaan Kurikulum
61

3. Pedoman Observasi

OBSERVASI LINGKUNGAN SEKOLAH

Tanggal Pengamatan: ……………………………………………….

Ketersediaan Hasil Pengamatam


No. Obyek Pengamatan Catatan
Ya Tidak SB B C K SK
1. Letak Strategis Sekolah
2. Halaman Sekolah
3. Taman Sekolah
4. Ruang Kepala Sekolah
5. Ruang Tata Usaha
6. Ruang Guru
7. Ruang Kelas
8. Ruang Perpustakaan
9. Ruang Laboratorium
10. Ruang WC/Kamar Mandi
11. Ruang Ibadah
12. Ruang OSIS
13. Ruang UKS
14. Ruang Kantin
15. Ruang Koperasi
16. Ruang Kesenian
17. Ruang Komite
18. Sanggar Pramuka
19. Ruang Auditorium
20. Lapangan Olahraga
Jumlah
Keterangan
SB = Sangat Baik, B = Baik, C = Cukup, K = Kurang, SK = Sangat Kurang

Kesimpulan:
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
62

4. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA
Responden Guru Mata Pelajaran

1. Sejak kapan bapak/ibu mengampu mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti?
2. Apakah mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti sesuai dengan kualifikasi
akademik bapak/ibu?
3. Apakah bapak/ibu telah lulus sertifikasi guru?
4. Apakah bapak/ibu memiliki dokumen Penilaian Kinerja Guru?
5. Siapa saja yang menilai kinerja bapak/ibu?
6. Apakah bapak/ibu menyusun sendiri perencanaan pembelajaran setiap awal
semester?
7. Kalau ya, apa saja perencanaan pembelajaran yang bapak/ibu susun?
8. Kalau tidak, dari mana bapak/ibu memperoleh perencanaan pembelajaran?
9. Apakah bapak/ibu menyusun atau mereview RPP setiap hendak mengajar?
10. Apakah pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP yang ada?
11. Apa saja kendala yang bapak/ibu temui dalam pembelajaran di kelas?
12. Apa yang bapak/ibu lakukan untuk mengatasi kendala tersebut?
13. Apakah bapak/ibu melaksanakan Penilaian Harian setiap menyelesaikan satu
KD?
14. Apakah bapak/ibu melaksanakan penilaian Otentik?
15. Bagaimana prestasi peserta didik pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti?
63

PEDOMAN WAWANCARA
Responden Wakil Kurikulum

1. Apakah guru PAI sesuai dengan kualifikasi akademiknya?


2. Apakah guru PAI telah lulus sertifikasi guru?
3. Apakah guru PAI memiliki dokumen Penilaian Kinerja Guru?
4. Siapa saja yang menilai kinerja guru PAI?
5. Apakah guru PAI menyusun sendiri perencanaan pembelajaran setiap awal
semester?
6. Kalau ya, apa saja perencanaan pembelajaran yang disusun?
7. Kalau tidak, dari mana guru PAI memperoleh perencanaan pembelajaran?
8. Apakah guru PAI menyusun atau mereview RPP setiap hendak mengajar?
9. Apakah guru PAI telah menerapkan Kurikulum 2013 Abad 21?
10. Apakah guru PAI melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang ada?
11. Bagaimana respons peserta didik terhadap pembelajaran PAI dan Budi
Pekerti?
12. Apakah guru PAI rutin melaksanakan Penilaian Harian?
13. Apakah guru PAI telah melaksanakan penilaian otentik?
14. Apakah guru PAI memiliki dokumen penilaian?
15. Bagaimana prestasi peserta didik pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti?
64

PEDOMAN WAWANCARA
Responden Kepala Sekolah

1. Kapan SMP Negeri 13 berdiri?


2. Apa yang melatar belakangi berdirinya SMP Negeri 13?
3. Apa visi dan misi SMP Negeri 13 berdiri?
4. Apa tujuan dari didirikannya SMP Negeri 13?
5. Bagaimana proses berdirinya SMP Negeri 13?
6. Siapa saja yang turut berperan dalam pendirian SMP Negeri 13?
7. Bagaimana status akreditasi SMP Negeri 13 pada awal pendiriannya?
8. Bagaimana status akreditasi SMP Negeri 13 pada saat sekarang?
9. Bagaimanakah pelaksanaan supervisi pembelajaran di SMP Negeri 13?
10. Bagaimanakah kegiatan pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMP Negeri
13?
11. Bagaimanakah penilaian pembelajaran PAI dan Budi Pekerti di SMP Negeri
13?
12. Apakah bapak/ibu melaksanakan penilaian kinerja guru PAI?
13. Bagaimanakah kinerja guru PAI di SMP Negeri 13?
14. Bagaimana prestasi peserta didik pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti?
15. Bagaimana upaya bapak/ibu untuk meningkatkan pembelajaran PAI dan
Budi Pekerti?

Anda mungkin juga menyukai