Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Upaya seorang guru dalam dunia pembelajaran di era digital perlu

diperhatikan dan ditinjau kembali. Upaya yang dimaknai dengan usaha

sadar untuk mencapai suatu tujuan, akhir-akhir ini begitu penting untuk

ditingkatkan. Dikatakan penting karena upaya seorang guru merupakan

modal utama dalam mencapai tujuan pendidikan. Selain itu, guru laksana

pembimbing ekspedisi, yang bersumber pada pengalaman dan

pengetahuan bertanggung jawab atas kelancaran ekspedisi partisipannya

dalam proses pembelajaran.Oleh sebab itu, upaya seorang guru begitu

diperlukan karena upaya guru akan memberikan warna, corak dan bekas

terhadapat siswa selama perjalanan pembelajaran berlangsung.

Upaya seorang guru di era digital ini perlu dititik beratkan terhadap

pembentukan karakter. Hal ini karena melihat realita pesatnya kemajuan

teknologi yang telah merasuki jiwa-jiwa penggunanya, dan menggrogoti

karakter penggunanya, terlebih lagi karakter pada diri siswa. Upaya

seorang guru dalam membentuk karakter bukanlah sebuah tindakan yang

mudah dan dapat dilakukan secara instan, tetapi sebuah pekerjaan yang

membutuhkan proses serta upaya-upaya tertentu yang harus dilakukan.

Salah satu upaya guru dalam membentuk karakter ialah melalui kegiatan

pendidikan.
Perlu diperhatikan bahwasanya dipilihnya upaya seorang guru pada

penelitian ini, bukan peran seorang guru, media pembelajaran dll. Karena

upaya seorang guru merupakan hal mendasara yang hendak dicoba oleh

guru untuk tercapainya tujuan yang diinginkan, dan agar bisa mencapai

tujuan tesebut guru pastinya akan berupaya yang terbaik, guru berupaya

menjadi peran terbaik, guru berupaya menggunakan media berkualitas,

artinya upaya seorang guru merupakan lingkaran yang melingkarai tindak

tanduk seorang guru dalam menjapai tujuan pembelajaran yang sesuai

dengan Undang-undang.

Membicarakan tentang kepribadian ialah perihal yang amat berarti.

Kepribadian ialah nilai- nilai prilaku manusia yang berkaitan dengan

Tuhan Yang Maha Esa, sendirinya, sesama orang, area serta kebangsaan

yang terwujud dalam benak, tindakan, perasaan, percakapan, serta

perubahan bersumber pada norma agama, hukum, serta adat istiadat.

Namun kita berkaca pada masa kini bahwa kerakter anak bangsa

telah mengalami kerisis yang begitu mendalam seperti merosotnya etika

dan moral. Hal ini dampak dari berkembangnya IPTEK yang dikenal

dengan istilah era digital dimana kemajuan teknologi berkembang dengan

pesat. Nyaris semua susunan warga dapat memakai internet dalam

keseharian, seakan-akan dunia dalam genggaman setiap individu.

Begitupun dengan peserta didik belakangan inilebih banyak menghabiskan

waktunya main permainan online, berhubungan dengan alat gedget

semacam gatget, laptop serta vidio permainan. Kegiatan yang


bersinggungan dengan teknologi lebih memberi warna kehidupan

partisipan ajar, dari pada berhubungan dengan sahabat seangkatan di area

rumah, main sepak bola, bersepeda ataupun kegiatan yang lain. Dengan

kata lain hal ini bisa diartikan sebagai munculnya inovasi yang

mempermudah kalangan modernis namun amat berpotensi memusnahkan

sistem- sistem lama yang telah berjalan atau disebut dengan disruptive

innovation.1

Melihat pada zaman masa kini di lembaga sekolah, para remaja

khuhusnya kalangan siswa SMA kecanduan akan internet mulai

merajalela. Bagaimana tidak dikatakan demikian, setiap aktivitas hampir

semuanya dihiasi dengan internet. Parahnya lagi tak jarang ditemukan

ketika pembelajaran berlangsung siswa asik bermain game online. Hal itu

menyita waktu belajar siswa dengan hal-hal yang tidak penting dalam

artian nilai dari karakter baik yang seharusnya tertanam pada diri siswa

mulai terancam musnah.

Selain problematika di atas terdapat beberapa permasalah lain yang

terjadi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh BNN dan Pusat riset

Universitas Indonesia terungkap bahwa biaya ekonomi dan sosial penyalah

gunaan narkoba di Indonesia tahun 2004 mencapai Rp. 23,6 triliun. Sekitar

1,5% di antara penduduk Indonesia merupakan pemakai narkoba, 78%

korban tewas akibat narkoba antara usia 19-21 Ada pula perkembangan

adat seks, ialah kehamilan di luar nikah pada umumnya 17% per tahun

1
Luluk Ifadah, “Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Menghadapi Tantangan
Era Revolusi Industri 4.0” 2, no. 2 (2019): 53.
serta pelakon pengguguran di luar nikah 2, 4 juta jiwa per tahun. Belum

lagi kasus perkelahian, tawuran, dan kekerasan remaja. Dari hasil survei

FEKMI 54% remaja berkelahi, 47 % siswa mengaku nakal disekolah, 33%

tidak mempedulikan peraturan sekolah.2 Dari permasalah-permasalah yang

terjadi di atas maka membentuk karakter siswa tersebut begitu penting

untuk dilakukan oleh seorang guru terlebih lagi di zaman digital ini.

Dalam mengkontruksi nilai- nilai keagama pada diri anak didik

alhasil sanggup berdiam pada sikap mereka, hingga dibutuhkan sebuah

cara menangani pengaruh buruk dari pesatnya teknologi serta

diperlukannya tindakan penggiringan karakter siswa menuju karakter yang

baik sesuai tuntunan agama. Buat itu situasi serta kenyataan kemorosotan

kepribadian serta akhlak, menerangkan kalau para guru yang membimbing

dalam mata pelajaran apa juga terlebih lagi guru agama Islam atau disebut

dengan istilah guru PAI wajib mempunyai atensi serta menekankan

pembelajaran kepribadian pada para siswanya.

Guru pendidikan agama Islam diwajibkan mempunyai keahlian

buat meningkatkan keahlian para siswanya lewat uraian, aktivitas serta

penataran yang cocok dengan kemajuan era dengan meningkatkan

keahlian supaya anak didik mempunyai tindakan kepribadian akhlak yang

baik. Guru pendidikan agama Islam merupakan sebuah figur utama dalam

mencetak karakter yang sesuai dengan ketentuan Islam. Guru Pendidikan

Agama Islam dituntut buat sanggup melaksanakan tugasnya selaku guru

2
Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie¸Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama&
Budaya Bangsa (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 32 -33.
pembelajaran agama Islam ialah bukan cuma bertanggung jawab

mengantarkan modul pelajaran pada partisipan ajar, namun pula membuat

karakter partisipan ajar, yang pada kesimpulannya partisipan ajar

mempunyai karakter yang baik3.

Rasulullah SAW. bersabda tentang pentingnya karakter (akhlak) di

dalam hadist yang diriwayatkan oleh al-Bukhari berikut ini :

ِ َ‫عن عب ِد اللَّ ِه ب ِن عم ِرو قَ َال مَل ي ُكن رسو ُل اللَّ ِه صلَّى اللَّه علَي ِه وس لَّم ف‬
‫اح ًش ا َوالَ ُمَت َف ِّح ًش ا‬ َ َ َ َْ ُ َ ُْ َ ْ َ ْ َْ ْ َْ ْ َ

‫َأخالَقًا‬ ِ ‫ول ِإ َّن ِخيار ُكم‬


ُ ‫َوِإنَّهُ َكا َن َي ُق‬
ْ ‫َأحاسنُ ُك ْم‬
َ ْ ََ

Artinya: Abdullah bin Amru berkata, “Nabi SAW bukan seorang yang
keji dan tidak bersikap keji,” Beliau bersabda, “Sesungguhnya
yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik
akhlaknya.” (HR. Al-Bukhari).4

Rasulullah SAW. sebagai manusia mulia yang sudah membagikan

ilustrasi keteladanan gimana membuat suatu kepribadian bangsa serta

pengaruhi bumi. Sebagimana bagi Michael H. Hart pengarang novel 100

figur yang mempengaruhi di bumi yang diambil oleh Faramarz bin

Muhammad Rahbar, kalau Rasulullah Saw. selaku orang sangat

mempengaruhi dalam asal usul manusiawi, sebab sanggup mengganti

kepribadian warga dari kenyataan warga yang amat tidak beradat 5. Hal

serupa, juga ditegaskan dalam firman Allah SWT. dalam Surah Al-Ahzab

ayat 21 yang berbunyi:

3
Achmad Patoni, Metodologi Pendidikan agama Islam (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), 24.
4
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis (Jakarta: AMZAH, 2016), 35.
5
ِ ِ ِ
َ‫لََق ْد َك ا َن لَ ُك ْم يِف ْ َر ُس ْول اللَّه اُ ْس َوةٌ َح َس نَةٌ لِّ َم ْن َك ا َن َيْر ُج وا اللَّهَ َوالَْي ْو َم ااْل َخ َر َوذَ َك َر اللَّه‬

‫َكثِْيًرا‬

Artinya:“Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat
Allah.” (QS. Al-Ahzab [33]: 21).

Berdasarkan penjelasan di atas seirama dengan ang ditemui oleh

periset pada dikala pemantauan di SMAN 5 Jember bahwa peneliti sedikit

menemukan siswa yang melanggar atauran tata tertib sekolah, salah

satunya ialah terlambat masuk kelas, membuang sampah sembarangan,

tidak melakukan sholat berjamaah, mencontek, tawuran antar pelajar,

terlambat mengumpulkan tugas yang diberikan guru dsb. Di sini bisa

dilihat bahwasanya masih cukup banyak hal yang menjadi cerminan

bahwa karakter siswa belum sepenuhnya sesuai dengan tuntunan Islam,

terutama dalam hal karakter religius, disiplin dan peduli lingkungan. Maka

dari itu, dari sinilah peran penting tugas sorang guru khususnya guru PAI

di SMAN 5 Jember untuk membentuk dan mentranformasi karakter buruk

tersebut menjadi karakter yang baik khususnya karakter religius,

kedisiplinan dan peduli lingkungan.

Pada dikala periset melaksanakan pemantauan, periset pula

menemukan informasi di SMAN 5 Jember bahwa kurang lebih dua tahun

siswa belajar secara daring dengan menggunakan google classroom,

zoom, whatsapp dan beberapa media online lainnya. Hal ini tidak dapat
dipungkiri bahwasanya pada saat itu bumi kita sedang dilanda wabah

Covid-19, sehingga memaksa semua aktivitas dikerjakan secara online

terlebih lagi pendidikan. Karena kegiatan pembelajaran dilakukan secara

jarak jauh maka secara terang-terangan siswa semakin gencar dan leluasa

mengakses internet, menyebabkan karakter religius, disiplin dan peduli

lingkungan pada diri siswa semakin mengalami kemerosotan. Hal ini

dibuktikan dengan siswa yang semakin sering terlambat mengikuti

pembelajaran daring, terlambat mengumpulkan tugas, dengan alasan yang

beragam corak dan jenis. Di sini guru tidak bisa dengan leluasa

mengontrol kegiatan pembelajaran karena tempat pengajar dan pelajar

berbeda. Terlebih lagi guru pendidikan agama Islam tidak bisa

membimbing, mencontohkan, bahkan mengkontrol karakter siswa tersebut

dengan leluasa. Oleh karena itu SMAN 5 Jember mulai menerapkan PTM

(pertemuan tatap muka) dengan sistem pembagian shift ganjil genap

melalui absensi dan senantiasa menaati aturan kesehatan, semacam

mengenakan masker, membersihkan tangan serta melindungi jarak. Tujuan

pelaksanaan shift pembelajaran ganjil genap ini diharapkan siswa dapat

memiliki sikap disiplin dalam pemebelajaran. Dengan adanya PTM ini

guru pendidikan agama Islam mampu menanamkan sikap religius,

kedisiplinan, dan peduli lingkungan melalui pembiasaan kegiatan-kegiatan

keagamaan yang dilaksanankan di SMAN 5 Jember. Salah satu kegiatan

keagamaan yang menojol terhadap penanaman sikap religius, kedisiplinan,


dan peduli lingkungan ialah doa bersama sebelum pembelajaran, sholat

dhuhur berjamaah, menjaga kebersihan 3S (senyum, salam, sapa).

Sebelumnya peneliti disini sedikit menjabarkan tentang biografi

lembaga SMAN 5 Jember. Lembaga SMAN 5 Jember merupakan lembaga

pendidikan yang terletak Kecamatan Patrang tepatnya di jalan Semangka

No. 4. dan sekolah ini juga mempunyai progran adiwiyata. SMAN 5

Jember menjadi lembaga pendidikan adiwiyata mandiri tingkat nasional

pada tahun 2009 dan 2010, Program ini juga pernah mendapatkan

beberapa juara dalam bidang lingkungan hidup baik ditingkat daerah

maupun tingkat provinsi. Setiap warga sekolah mempunyai peranan dalam

menjaga lingkungan termasuk guru PAI yang juga berperanan penting

untuk menamkan karakter peduli lingkungan. Dari beberapa hal di atas

peneliti begitu tertarik untuk mengali lebih dalam lagi prihal upaya-upaya

guru pendidikan agama Islam dalam membina karakter. Sehingga siswa

memiliki karakter yang baik sesuai tuntunan agama, khususnya karakter

religius, disiplin dan peduli lingkungan.

Peneliti memilih SMAN 5 Jember sebagai lokasi penelitian karena

di SMAN 5 Jember merupakan sakah satu sekolah favorid yang digemari

oleh banyak siswa, SMAN 5 Jember merupakan sekolah disiplin karena

apabila terlambat masuk sekolah siswa maupun guru tidak akan bisa

masuk ke dalam sekolah sebelum menerima teguran ataupun hukuman,

dan sebagaimana dijelaskan di atas bahwa SMAN 5 Jember memiliki

program adiwiyata juga merupakan alasan peneliti memilih sekolah ini


sebagai lokasi penelitian. Selain itu dipilihnya tiga karakter utama dalam

penelitian ini, selain agar penelitian tidak melebar semakin jauh, tiga

karakter tersebut merupakan karakter yang sering dilanggar oleh

kebanyakan siswa, khususnya siswa di SMAN 5 Jember.

Dari uraian di atas pengarang terpikat melakukan riset tentang

sejauh mana upaya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam

membentuk karakter siswa, dengan judul “Upaya Guru PAI Dalam

Membentuk Karakter Siswa Pada Era Digital Di SMAN 5 Jember”

B. Fokus Penelitian

Bersumber pada kondisi riset di atas, hingga fokus riset ini yakni

sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya guru PAI dalam membentuk karakter religius siswa

di SMAN 5 Jember pada Era Digital?

2. Bagaimana upya guru PAI dalam membentuk karakter disiplin siswa

di SMAN 5 Jember pada Era Digital?

3. Bagaiman upaya guru PAI dalam membentuk karakter peduli

lingkungan di SMAN 5 Jember pada Era Digital?


C. Tujuan Penelitian

Bersumber pada fokus riset di atas, hingga hingga tujuan riset ini

yakni:

1. Untuk mendefinisikan upaya guru PAI dalam membentuk karakter

religius siswa di SMAN 5 Jember pada Era Digital.

2. Untuk mendeskripsikan upya guru PAI dalam membentuk karakter

disiplin siswa di SMAN 5 Jember pada Era Digital.

3. Untuk mendeskripsikan upaya guru PAI dalam membentuk karakter

peduli lingkungan di SMAN 5 Jember pada Era Digital.

D. Manfaat Penelitian

Riset ini diharapkan bisa menambahkan manfaat, baik secara teori

maupun praktek.

1. Manfaat teoritis

a. Hasil dari riset ini diharapkan sanggup memberikan dedikasi

kepada lembaga pendidikan, paling utama selaku materi estimasi

dalam membuat kebijaksanaan yang berkaitan dengan upaya guru

dalam membuat kepribadian anak didik pada masa digital.

b. Hasil riset ini diharapkan dapat memperkaya keilmuan tentang

pentingnya upaya seorang guru pendidikan agama Islam dalam

membentuk karakter siswa pada era digital.


c. Hasil riset ini bisa dijadikan selaku referensi untuk periset lain

tentang upaya guru pendidikan agama Islam pada era digital.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Untuk megetahui sejauh mana guru berupaya membentuk karakter

religius, disiplin dan cinta lingkungan pada siswa sehingga dapat

dievaluasi dan dikembangkan.

b. Bagi Sekolah

Hasil riset ini diharapkan bisa membagikan korban balik dan

bahan penilaian untuk kesuksesan di era yang akan datang.

c. Bagi UIN KH. Achmad Siddiq Jember

1) Riset ini diharapkan bisa menambahkan kasanah warna nuansa

ilmiah di lingkungan kampus UIN KH. Achmad Siddiq

Jember.

2) Riset ini diharapkan memberikan tambahan literatur bagi

mahasiwa UIN KH. Achmad Siddiq Jember terkait upaya guru

PAI dalam membentuk karakter siswa pada era digital.

d. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk penelitian

berikutnya yang berhubungan dengan upaya guru pendidikan

agama Islam dalam membentuk karakter siswa pada era digital.

E. Definisi Istilah
Buat menjauhi kesalah pahaman kepada pengertian kepala

karangan, hingga butuh terdapatnya uraian bertepatan dengan sebagian

sebutan utama dalam riset ini. Selanjutnya hendak dipaparkan beberapa

kata kunci yang ada dalam judul tersebut.

a. Arti Upaya guru pendidikan agama Islam

Istilah upay4 bisa dimengerti selaku usaha, ataupun ikhtiar dalam

menggapai sesuatu arti, menuntaskan perkara serta mencari jalur

pergi. Sedangkan guru pendidikan agama Islam merupakan seseorang

guru yang mengarahkan anutan Islam di area pembelajaran serta

membimbing anak ajar ke cita- cita pendapatan kematangan dan

karakter mukmin yang bermoral agung. Dari sini bisa dimaknai bahwa

usaha guru pembelajaran agama Islam merupakan upaya serta ikhtiar

yang dicoba oleh guru pembelajaran agama Islam buat menggapai

sesuatu tujuan.

b. Karakter siwa di era digital

Karakter siswa merupakan sifat yang ditanamkan oleh pihak sekolah

melalui penataran karakter. Tetapi dalam studi ini kepribadian yang

wajib dipunyai oleh tiap anak didik yakni karakter religius, disiplin

dan peduli lingkungan. Sedangkan era digital ialah sesuatu situasi

kehidupan ataupun era dimana seluruh aktivitas yang mensupport

kehidupan telah dipermudah dengan terdapatnya teknologi. Karakter

siswa di era digital bisa dipahami bahwa sifat atau watak siswa
dimana pada penelitian ini peneliti memilih karakter religius, disiplin

dan peduli lingkungan yang terjadi di zaman ini atau era digital.

Jadi maksud dari upaya guru pendidikan agama Islam dalam

membentuk karakter siswa pada era digital di sekolah menengah atas

negara 5 Jember yakni usaha ataupun upaya serta ikhtiar seseorang

guru pembelajaran agama Islam dalam membuat kepribadian religius,

disiplin dan peduli lingkungan siswa pada era sekarang atau era

teknologi di sekolah menengah atas negeri 5 Jember.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan memuat jalannya pembahasan skripsi

dari bab pendahuluan sampai bab pebutup, format penulisannya adalah

berbentuk deskriptif naratif. Di bahwah ini sistematika pembahasannya

meliputi sebagai berikut

Bab satu merupakan bagian dasar dalam penelitian berupa

pendahuluan berisi penjelasan mengenai kondisi riset, fokus, tujuan,

khasiat, arti sebutan, serta penataan ulasan yang jadi injakan dini dalam

meneruskan ayat selanjutnya.

Bab kedua ialah bagian yang menarangkan mengenai riset lebih

dahulu yang sudah dicoba oleh sebagian orang. Sedangkan kajian teori

berupa pemaparan pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh tokoh dan

terkait dengan perspektif penelitian.


Bab ketiga berupa pembahasan mengenai tata cara riset,

pendekatan, tipe riset, poin, pangkal informasi, metode, analisa, kesahan

informasi serta tahap- tahap riset yang dicoba oleh periset.

Bab empat memuat beberapa hal diantaranya gambaran ojek

tempat riset, penyajian, analisis dan temuan serta pembahasan temuan

perihal data yang ditemukan oleh peneliti.

Bab lima berisi hasil temuan dan rakuman pembahasan yang

disebut dengan kesimpulan dan di bab ini berisi saran-saran peneliti.

Anda mungkin juga menyukai