Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat kompleks. Hampir

seluruh dimensi kehidupan manusia terlibat dalam prose pendidikan, baik

secara langsung, maupun tidak langsung. Dalam proses pendidikan, ada

unsur politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, kesehatan, iklim, psikologis,

sosiologis, etika, estetika, dan sebagainya. 1

Menurut UURI (Sisdiknas), No. 20 tahun 2003 Pasal 1 tentang

pengertian pendidikan adalah:

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat bangsa dan negara.2

Pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani

berdasarkan al-Quran terhadap anak-anak agar terbentuk kepribadian

muslim yang sempurna. Agar anak mempunyai akhlak yang mulia, anak

didik diharapkan dapat memperhatikan pelajaran berbasis agama sebagai

kontrol dalam kehidupan anak didik.


1
Mujamil Qomar, Kesadaran Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-RuzzMedia, 2012), hal. 15
2
Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), hal.179

1
Misi Pendidikan Agama Islam adalah mewujudkan nilai-nilai

keislaman di dalam pembentukan manusia Indonesia. Manusia Indonesia

yang dicita-citakan adalah manusia yang saleh dan produktif. Abad 21

menuntut kedua kualitas manusia semacam ini. Seperti telah dikemukakan

mengenai trend kehidupan abad 21, agama dan intelektual akan saling

bertemu. Manusia Indonesia yang kita cita-citakan adalah manusia yang

taqwa dan beriman dan sekaligus produktif dengan menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi bagi peningkatan taraf hidupnya.3

Dalam rangka mencapai pendidikan, Islam mengupayakan pembinaan

seluruh potensi manusia secara serasi dan seimbang dengan terbinanya

seluruh potensi manusia secara sempurna, diharapkan ia dapat melaksanakan

fungsi pengabdiannya sebagai khalifah dimuka bumi. Untuk dapat

melaksanakan pengabdian tersebut harus dibina seluruh potensi yang

dimiliki yaitu potensi spiritual, kecerdasan, perasaan dan kepekaan. Potensi-

potensi itu sesungguhnya merupakan kekayaan dalam diri manusia yang

berharga.

M
enurut Al-Qur‟an sebagian berarti sebagai penciptaan manusia yang

memiliki potensi, sifat dasar, watak alami dan bawaan tertentu, seperti dijelaskan

dalam Surat Ar-Rum ayat : 30 yang berbunyi sebagai berikut :

َ َّ‫ين َح نِ يفً ا ۚ ٰفِ ْط َر تَ هَّللا ِ الَّ تِ ي فَ طَ َر الن‬


َ ‫اس َع لَ ْي َه ا ۚ اَل ت َْب ِد‬
‫يل‬ ِ ‫لد‬ ِّ ِ‫فَ َأ قِ ْم َو ْج َه َك ل‬
ٰ
ِ َّ‫الد ينُ ْال قَ يِّ ُم َو لَ ِك نَّ َأ ْك ثَ َر الن‬
َ‫اس اَل يَ ْع لَ ُم ون‬ ِّ ‫ق هَّللا ِ ۚ َذ لِ َك‬
ِ ‫لِ َخ ْل‬

3
HAR Tilaar, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Agama Islam
Di Indonesia ( Jakarta: Prenada Media, 2003 ), Cet.Ke – 1 hal. 79 - 83

2
Artinya :

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama (Allah),

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang

20
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Ar-Rum:30).

Pendidikan Islam dapat membentuk manusia agar mempunyai

kepribadian muslim yakni manusia seluruh aspek kepribadiannya baik

tingkah laku, kegiatan-kegiatan jiwa maupun falsafah hidup dan

kepercayaanya sesuai dengan nilai-nilai Islam.4

Proses pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan keluarga,

sekolah dan masyarakat, orangtua, guru, parapimpinan, dan orang dewasa

lainnya dalam masyarakat merupakan para pendidik. Karena mereka

minimal berperan member contoh atau teladan kepada anak-anak remaja.

Guru merupakan pendidik formal, karena latar belakang pendidikan,

kepercayaan masyarakat kepadanya serta pengangkatannya sebagai

pendidik, sedang pendidik lainnya merupakan pendidik informal. Meskipun

demikian peranan para pendidik informal ini tidak kalah pentingnya dengan

pendidikan formal.

Dari sinilah diharapkan peran pendidik mampu mengkomunikasikan apa

yang harus disampaikan dalam proses pembelajaran bagi peserta didik supaya

memiliki akhlak yang mulia baik kepada Tuhannya ataupun sesamanya sehingga

4
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosda karya, 2009), hal. 10 - 11

3
tercapai suatu keberhasilan dan kesejahteraan baik didunia ataupun diakhirat

kelak. Komunikasi tersebut akan memperngaruhi akan Nampak dalam bentuk

perubahan tingkah laku secara menyeluruh (komprehensif) yang terdiri atas

unsure kognitif, afektif dan psikomotorik secara terpadu pada diri siswa. Sehingga

akan tertanam dalam diri siswa akhlakul karimah.

Dari sinilah diharapkan bagi peserta didik supaya memiliki akhlak yang

mulia baik kepada Tuhannya ataupun sesamanya sehingga tercapai suatu

keberhasilan dan kesejahteraan baik didunia ataupun diakhirat kelak. Hasil dari

pembelajaran aqidah akhlak ini bukan hanya dilihat dari tinggi rendahnya

inteligensi saja, tetapi akan Nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara

menyeluruh (komprehensif) yang terdiri atas unsure kognitif, afektif dan

psikomotorik secara terpadu pada diri siswa. Sehingga akan tertanam dalam diri

siswa akhlakul karimah.

Berbagai perbuatan negatif atau tidak baik dewasa ini tentunya sangat

berpengaruh terhadap akhlak masyarakat tidak terkecuali anak-anak dan kalangan

remaja, terlebih dengan gencarnya peredaran narkoba yang marak di tengah-

tengah masyarakat serta perjudian dan minuman haram. Hal ini tentunya menjadi

tugas yang tidak ringan bagi aparat kepolisian dan juga guru terlebih lagi bagi

orang tua.

Berdasarkan paparan di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

judul “Komunikasi Intrapersonal Guru dalam Meningkatkan Akhlak Peserta

Didik di TK Islam Al-Rizki”.

4
B. Identifikasi Masalah

Masalah kepribadian adalah suatu pembahasan yang sangat kompleks

dan memerlukan keahlian khusus. Untuk itu agar pembahasan dalam skripsi

ini lebih terarah maka penulis membatasi permasalahan pada :

1. Defini komunikasi

2. Definisi komunikasi interpersonal

3. Proses komunikasi yang dapat terjalin

4. Definisi Akhlak

5. Ciri-ciri Akhlak yang baik

6. komunikasi interpersonal dalam meningkatkan ahklak siswa

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalahsebagai berikut :

1. Bagaimana komunikasi interpersonal siswa dengan guru dan orang tua

murid?

2. Bagaimana komunikasi interpersonal dalam meningkatkan akhlak

peserta didikdi TK Islam Al-Rizki?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal siswa

dengan guru dan orang tua murid.

b. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi interpersonal

dalammeningkatkan akhlak siswa di TK Islam Al-Rizki

5
2. Kegunaan Penelitian

1) Sebagai salah satu syarat kelulusan untuk menjadi sarjana

2) Menambah khasanah keilmuan mengenai aqidah akhlak siswa.

3) Sebagai bahan masukan ke sekolah agar ke depannya lebih

memperhatikan mengenai pendidikan aqidah akhlak.

6
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Kajian Teoritis

1. Komunikasi Interpersonal

a. Definisi Komunikasi

Komunikasi atau "communication" mengandung pengertian

hubungan, komunikasi, kabar, dan pemberitahuan.Hampir dalam setiap

kehidupan manusia tidak dapat lepas dari komunikasi, karena manusia

tidak dapat lepas dari hubungan dengan lingkungan.Dan kata yang paling

tepat digunakan untuk melukiskan hubungan adalah komunikasi.

Komunikasi antar individu dalam kehidupan manusia pada

dasarnya merupakan realisasi dari kodrat manusia sebagai makhluk

individual, makhluk sosial, makhluk psikofisik, makhluk normatif atau

bermoral, makhluk berpikir (homosapiens), makhluk berketerampilan

(homofaber) dan makhluk beragama. Setiap manusia memiliki

kepribadian, pola pikir, sikap dan perilaku yang tidak sama dalam

memenuhi kebutuhan (needs) dalam hidupnya. Dengan demikian dalam

kehidupannya, manusia memerlukan dan menggunakan komunikasi.

Menurut pendapat Flippo, komunikasi adalah suatu kegiatan yang

mendorong orang lain untuk menafsirkan suatu ide dengan cara yang

diinginkan oleh orang yang berbicara atau orang yang

menulis.5Ungkapan ini menekankan pada kegiatan untuk menafsirkan ide

5
Edwin B. Flippo, Personnel Management (New York: McGraw-Hill Book Co., 1976),
hal. 495.

7
pemikiran, atau gagasan pembicara dalam komunikasi lisan atau penulis

dalam komunikasi tertulis.

Dalam pengertian yang lebih luas bahwa, komunikasi adalah

pengiriman dan penerimaan informasi, instruksi atau perintah yang jelas

dan akurat (clear and accurate), serta memberikan umpan balik, baik

secara lisan atau tertulis. 6 Pesan atau informasi dalam komunikasi perlu

mendapat perhatian karena merupakan inti dari proses komunikasi,

maka pesan atau informasi yang disampaikan harus jelas. Selanjutnya

perlu memberikan feed back yang tepat sesuai dengan apa yang

dimaksudkan dari pengirim informasi sehingga akan terjadi komunikasi

timbal balik atau komunikasi yang aktif. Dalam proses ini pula terjadi

interaksi dan tanggapan antara pengirim pesan dan penerima pesan.

Menurut Griffin, komunikasi didefinisikan sebagai proses

penyampaian informasi dari satu orang kepada orang lain. 7 Bittel dan

Newstrom juga menyatakan bahwa, istilah komunikasi didefinisikan

sebagai proses penyampaian informasi dan pemahaman dari

seseorang kepada orang lain. Dalam pengertian yang lebih luas,

proses komunikasi adalah serangkaian langkah yang memungkinkan

gagasan dalam benak seseorang disalurkan, dipahami dan

dilaksanakan orang lain. 8

6
Anonymous, Communication (CM), 2000, p. 1 (http.// www.act.navy.mil/communication.
htm.)
7
Ricky W. Griffin, Management (Boston: Houghton Mifflin Company, 1987), hal.
487
8
Lester R. Bittel dan John W. Newstrom, Pedoman Bagi Penyelia, terjemahan:
Bambang_Hartono (Jakarta: Pustaka Binaan Pressindo, 1996), hal. 328

8
Pendapat lain yang masih senada dikemukakan oleh Lussier,

bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari

seseorang pengirim pesan kepada seseorang yang menerima pesan

sehingga saling memahami isi pesan atau adanya saling pengertian. 9

Melalui proses ini antar individu saling menyesuaikan diri dan

memahami makna dari pesan yang disampaikan melalui peran

menyampaikan pesan (transmitting a message), baik secara verbal atau

secara non verbal.

Sejalan dengan pendapat di atas, Hodgetts menyatakan bahwa

komunikasi adalah suatu proses menyampaikan makna atau pesan dari

pengirim kepada penerima. Hal tersebut kadang-kadang dapat

dilakukan secara verbal atau secara tertulis.10Secara konsepsional

komunikasi merupakan suatu proses menyampaikan makna atau

pesan (proses of conveying meanings) yang terus-menerus yang

melibatkan keterampilan mengirim dan menerima pesan.

Sejalan dengan pendapat di atas, Anderson menyatakan

komunikasi merupakan proses yang melaluinya kita dapat memahami

orang lain, dan pada gilirannya berusaha untuk dapat dipahami orang

lain. Proses itu dinamis, berubah, dan berganti secara konstan dalam

merespons setiap situasi secara keseluruhan. 11Ungkapan ini


9
Robert N. Lussier, Human Relations in Organizations (Chicago: McGraw-Hill Co.
Inc., 1996), hal. 101.
10
Richard M. Hodgetts, Effective Supervision: A Practical Approach (New York:
McGraw-Hill Book Company, 1987), hal. 175.
11
Alo Liliweri, Perspektif Teoritis, Komunikasi Antar Pribadi: Suatu Pendekatan
Ke Arah Psikologi Sosial Komunikasi (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), hal. 5.

9
menghubungkan komunikasi dengan lingkungan yang mempengaruhi

informasi.

Informasi yang datang dari pengirim tidak selalu sesuai dengan

maksud dan tujuan pengirim. Informasi ini dipengaruhi oleh banyak

atau sedikitnya informasi yang dapat diterima, cara penyajian,

penyampaian dan pemahaman penerima terhadap informasi, proses

terjadinya umpan balik (feed back) sebagai respon dan fungsi mental

penerima dan pengirim (subjective mentalfunction).

Komunikasi akan efektif atau tidak efektif terletak pada semua

unsur atau elemen yang terlibat, yaitu pengirirn (sender) atau

komunikator, bentuk berita, pesan atau informasi yang disampaikan,

penerima berita (receiver), proses pengiriman informasi, dan reaksi

atau tanggapan sebagai umpan balik. Komunikasi yang efektif

dikemukakan oleh Griffin, yaitu proses pengiriman pesan sedemikian

rupa sehingga pesan tersebut dapat diterima dengan makna yang

sempurna atau sesuai dengan pesan informasi yang dimaksudkan.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Johnson yang

menyatakan bahwa, komunikasi itu efektif antara dua orang apabila

penerima menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana

dimaksudkan olehpengirim informasi. 12 Dalam kenyataannya

komunikasi sering tidak tepat sesuai tujuan (disinterprets the

sender's message). Sumber utama kesalah pahaman dalam

12
David W. Johnson, Reaching Out: Interpesonal and Self-actualization (Boston:
Allyn and Bacon, 1993), hal. 98.

10
komunikasi adalah cara penerima menangkap makna suatu pesan,

yang berbeda dengan maksud sebenarnya dari pengirim, mungkin

pengirim kurang tepat dan kurang jelas mengkomunikasikan maksud

yang sebenarnya. Hodgetts mengemukakan 5 elemen utama dalam

komunikasi yang efektif yaitu 1) adanya orang yang menyampaikan

informasi, 2) adanya alat atau media untuk menyampaikan pesan, 3)

adanya penerima, 4) feed back,dan5) lingkungan yang di dalamnya

pesan tersebut disampaikan.

b. Proses Komunikasi

Proses komunikasi dimulai dari pengirim (sender) yang

menetapkan gagasan, pikiran atau ide dalam bentuk informasi yang

tersusun berupa simbol, sandi atau kode (encoding) yang selanjutnya

disalurkan menggunakan media atau alat hubung untuk

mengkomunikasikan secara lisan atau tertulis, vertikal maupun

horizontal atau diagonal, secara formal, informal atau non formal.

Komunikan penerima (receiver) selanjutnya menerima (reception)

pesan informasi.Penerima interpretasikan (decoding) terhadap berita

yang diterima dan selanjutnya ber -usaha memahami pesan berita

untuk menentukan tindakanatau balasan umpan balik (feed back),

Dalam menghubungkan informasi antara pengirim dan penerima

kadang terjadi kesalahpahaman, gangguan, ketidakselarasan (noise).

Pembahasan komunikasi sangat luas, sehingga dapat dibedakan

dalam beberapa tingkatan vang meliputi: komunikasi antar pribadi,

11
komunikasi dosen dan kelompok, komunikasi manajemen; komunikasi

organisasi, komunikasi kantor, komunikasi dalam politik, komunikasi

administrasi komunikasi publik, komunikasi massa. Dalam

pembahasan ini akan Iebih menekankan pada komunikasi

interpersonal.

Sedangkan komunikasi berdasar sudut pandang tinjauannya

dapat dibagi menjadi 10 kriteria, yaitu menurut lawan komunikasi,

cara penyampaiannya, jumlah yang berkomunikasi, maksud

komunikasi, menurut Kelangsungannya, perilakunya, ruang

lingkupnya, arah aliran infornasi, menurut jaringan atau tipe

komunikasi, dan menurut total hubungannya.

c. Definisi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi adalah inti dan dasar dari interaksi sosial. hampir

tidak mungkin melakukan suatu interaksi sosial yang bebas dari

komunikasi. yang paling banyak terjadi selama interaksi sosial

adalah proses komunikasi. Manusia secara tetap melakukan

komunikasi informasi dengan sengaja atau tidak sengaja, langsung

atau tidak langsung mengenai pikiran mereka, persepsi mereka,

perasaan mereka, niat dan identitas mereka dengan kata-kata,

ekspresi, tanda-tanda atau gerakan tubuh.

Kondisi tersebut menuntut dan mengharuskan setiap individu

berkomunikasi antara satu orang dengan yang lain sebagai realisasi

12
makhluk sosial dan makhluk bermoral, baik dalam kelompaknya

maupun dalam lingkungan sosial kemasyarakatan yang lebih luas

Realisasi komunikasi antar individu itu disebut komunikasi

antar pribadi, komunikasi intra personal atau interpersonal

communication secara lisan atau tertulis, secara langsung tatap muka

(face to .face) atau menggunakan media alat komunikasi.hal ini sesuai

dengan pendapat Kreps yang menyatakan bahwa, komunikasi

inerpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang yang

biasanya dilakukan secara tatap muka, termasuk didalamnya

menggunakan alat atau media komunikasi, tanpa kehadiran mereka

satu sama lain, pengirim atau komunikan secara langsung.

Pernyataan yang senada juga dikemukakan oleh DeVito yang

menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi

yang dilakukan antara dua orang yang memiliki hubungan secara

nyata, diantara orang-orang yang sudah saling kenal atau saling

berhubungan.

Komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi perubahan

tingkah laku seseorang, dan setiap tingkah laku mengungkapkan

adanya pesan tertentu dari pengirim kepada penerima.pernyataan ini

diungkapkan oleh Johnson yang menyatakan bahwa, komunikasi

interpersonal dapat diartikan sebagai pesan yang dikirimkan

seseorang kepada satu atau lebih penerima pesan dengan maksud

13
untuk mempengaruhi tingkah laku penerima pesan. Dalam setiap

bentuk komunikasi yang terdiri dua orang atau lebih saling

mengirimkan lambang-lambang yang memiliki makna

tertentu.Lambang tersebut dapat berbentuk verbal berupa kata-kata,

atau berbentuk nonverbal yang berupa ekspresi atau ungkapan

tertentu serta gerakan anggota tubuh yang mengandung pesan

bermakna. Setiap bentuk gerakan mengungkapkan pesan tertentu

dengan maksud sadar sesuai yang dimaksudkan atau diharapkan

untuk mempengaruhi sikap atau tingkah laku penerima pesan.

Orang melakukan komunikasi interpersonal tentu saja

mempunyai tujuan dan mengaharapkan adanya suatu hasil yang

ingin dicapai.

Pada prinsipnya komunikasi adalah proses pengiriman informasi,

berita atau pesan yang berarti dari pengirim kepada penerima. Terdapat

dua tipe utama dari komunikasi yaitu komunikasi organisasi dan

komunikasi interpersonal. Komunikasi meliputi semua sektor organisasi

dan menghubungkan antar unit kegiatan atau departemen dari

organisasi. komunikasi interpersonal rnencakup semua komunikasi

antar komponen individu dalam organisasi. Efektivitas komunikasi

terletak pada preses pengiriman informasi, tujuan komunikasi dan

pengartian makna pesan, berita atau informasi. Adapun tujuan

komunikasi secara umum adalah untuk mampengaruhi, memberikan

atau menyampaikan informasi, dan pengungkapkan perasaan.

14
Hakikat komunikasi interpersonal adalah irteraksi antar individu,

meskipun dalam realisasinya dilakukan secara bersama-sama atau

mewakili kelompok masing-masing. Pada dasarnya komunikasi tetap

berlangsung sebagai interaksi antar individu atau dalam bentuk

komunikasi inter -personal sebagai fungsi sosial dan pengambilan

keputusan. sejumlah teori rnemberikan wawasan bagaimana

membangun suatu relationship atau hubungan komunikasi

interpersonal.

Relasi komunikasi Interpersonal terjadi melalui beberapa

tahapan. Pada saat pertama orang bertemu tidak langsung menjadi

kawan akrab. Tahapan komunikasi interpersonal akan berjalan

efektif, bila ada keterbukaan, empathy, saling menghormati,

dukungan, kepositifan, dan kesamaan. Tahapan dimulai dari tidak

adanya komunikasi dua orang, sampai pada tahap menyadari salah

satu merasakan, memperhatikan dan mulai mempeiajari sesuatu,

tetapi belum terjadi kontak langsung. Berdasar teori relationship

dialectics, selanjutnya akan terjadi kontak dasar (basic contact). Dua

orang mulai berinteraksi melalui percakapan atau tuiisan. Kontak

dasar sebagai suatu awal adanya saling ketergantungan

(interdependence). Apabila hubungan terus bertambah akan

memasuki kondisi mutualisme saling membutuhkan dan tahap

keterlibatan (Involvement).

15
Tahap selanjutnya adalah keakraban (intimacy), kemudian

terjadi kemunduran dan diakhiri dengan pemutusan (dissolution,

severance). Sebelum sampai tahap pemutusan dimungkinkan terjadi

perbaikan.

Komunikasi interpersonal yang erat melibatkan bermacam-

macam bentuk kegiatan atau peristiwa. Selanjutya saling

mempengaruhi dan dapat membangkitkan emosi yang kuat. Teori

social penetration menyatakan bahwa, pada awal suatu hubungan

biasanya ditandai dengan kesempitan (narrowness) dan

kedangkalan. Jika hubungan berkembang ketingkat -yang lebih akrab,

baik secara keluasan dan kedalamannya meningkat, maka

peningkatan ini dirasakan nyaman, normal, dan alamiah.

Teori social penetration cocok untuk memahami proses

komunikasi interpersonal di lingkungan kampus. Antara dekan

dengan dosen serta karyawan kantor atau personil yang lain.

Awalnya terjadi kontak permulaan atau dasar, yang berlanjut dalam

interaksi antar individu, dan memasuki saling interdependensi

sehingga sampai tahap mutualitas (kesalingan) antara yang satu

dengan lainnya.

Potensi intensitas komunikasi interpersonal yang terjadi antara

guru dengan guru dan guru dengan karyawan melalui tugas, kerja

dan peran masing-masing di unit kerja dalam berbagai kegiatan yang

16
sama sangat besar atau banyak terjadi, maka sifat saling

mempengaruhi akan mendominasi dalam proses komunikasi

interpersonal.

Komunikasi interpersonal bersifat dinamis karena merupakan

proses dan terjadi antar person (interpersonal) yang berbeda sifat

dan karakter. Akibatnya komunikasi interpersonal mudah berubah

dan berkembang hingga bervariasi dan kompleks. Hal ini juga tersirat

dalam teori uncertainty reduction yang menegaskan bahwa

komunikasi interpersonal merupakan proses yang bertahap (gradual)

daripengurangan keragu-raguan antar individu. Dari tiap interaksi

dapat dilihat tingkat hubungan antar individu secara gradual.

Komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai suatu proses

menyampaikan informasi, ide, gagasan, pendapat, dan ungkapan

perasaan kepada orang lain guna mewujudkan kerja sama yang

efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Berawal dari proses

interaksi dan komunikasi interpersonal menghasilkan saling

pengertian dan kebersamaan, sehingga menjadi sumber daya

kelompok yang mantap dan solid dalam menyelesaikan volume

beban kerja organisasi melalui partisipasi atau keteriibatan secara

langsung atau tidak Iangsung, untuk itulah antar individu perlu

mewujudkan hubungan kerja sama, saling menghormati, saling

menghargai dan saling percaya, memainkan peran sesuai posisi,

kedudukan dan kewenangan masing-masing. Hal ini sejalan dengan

17
teori attribution yang menjelaskan bahwa melalui proses komunikasi

interpersonal akan tercapai suatu pengertian tentang perilaku diri

sendiri dan orang lain. terutama masalah penyebab, latar belakang

dan dorongan atau motivasi individu dalam human relationship.

Kebutuhan secara umum untuk informasi (information

universal need) dalam suatu unit kerja atau organisasi dapat

diiakukan dan dipenuhi meialui suatu sistem komunikasi

interpersonal. Sistem komunikasi interpersonal tersebut

menggunakan metode formal dan informal untuk melaksanakan

informasi suatu organisasi, sehingga pengambilan suatu keputusan

yang tepat dapat dilakukan.

Sejalan buah pikiran Werther Jr dan Davis tersebut, Wursanto

menyatakan bahwa komunikasi interpersonal antar anggota organisasi

dapat dilakukan secara formal, informal, dan nonformal, baik dengan

ketentuan secara resmi atau tidak resmi, yang direncanakan atau tidak

direncanakan dalam struktur organisasi. Komunikasi nonformal sebagai

jembatan penghubung atau perantara komunikasi formal dengan

komunikasi informal, yang dapat memperlancar penyelesaian tugas,

wewenang dan tanggung jawab.

Komunikasi interpersonal formal telah diatur dan ditentukan

dalam struktur organisasi secara jelas dan direncanakan yang mengikuti

aturan resmi dalam kelompok. komunikasi interpersonal informal tidak

18
direncanakan, tidak terikat struktur organisasi dan berlangsung secara

bebas tanpa aturan resmi. Sedangkan komunikasi interpersonal

nonformal antara yang resmi dengan tidak resmi dan antara pelaksanaan

tugas pekerjaan dengan hubungan pribadi seseorang. Dalam komunikasi

interpersonal informal dan nonforrnal yang bebas dan tidak mutlak

resmi, tidak berarti tanpa norma dan tatanan, karena pada dasarnya

setiap komunikasi tidak akan efektif dan efisien jika tanpa norma yang

dipahami, diterima, dan dihormati dua pihak yang berinteraksi dan

relasi.

Komunikasi interpersonal formal sebagai komunikasi terbatas,

sedangkan komunikasi interpersonal informal adalah komunikasi yang

bebas. Komunikasi yang bebas dalam organisasi berlangsung dalam

bentuk interpersonal tanpa aturan norma yang dijadikan aturan resmi,

tanpa batas kepangkatan, jabatan, posisi, wewenang, atau ketentuan

khusus yang membatasi kesempatan individu menyampaikan informasi,

tetapi tetap terikat pada norma, etika, tata tertib dan kesopanan yang

tidak tertulis dan berlaku dalam sosial kemasyarakatan. Sedangkan

komunikasi terbatas merupakan komunikasi interpersonal yang

mengikuti prosedur, tata cara tertentu, berlangsung pada individu

tertentu, jabatan tertentu, dan pangkat tertentu.

Komunikasi interpersonal juga terjadi dilingkungan sekolah atau

organisasi kerja, Komunikasi interpersonal formal mengatur posisi dan

peran guru serta karyawan dalam melaksanakan tugas sebagai bagian

19
volume kerja sekolah berdasar struktur organisasi dikampus dengan

norma peraturan secara resmi.

Komunikasi interpersonal formal terdiri dari komunikasi ke atas

dan ke bawah (vertical communication), komunikasi lateral (horizontal

communication), dan komunikasi diagonal (grapevine

communication)komunikasi vertikal yang sesuai dengan struktur

organisasi berlangsung antara individu yang menduduki posisi atau

jabatan sebagai pimpinan dan yang dipimpin atasan dan bawahan,

dengan arus informasi dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas.

Wujud komunikasi ini misalnya perintah lisan atau tertulis dari kepala

sekolah kepada guru, saran dan pendapat dari atasan atau usulan,

konsultasi dari bawahan, laporan-laporan, rapat dan lainnya.

Komunikasi horizontalatau lateral yang sesuai dengan struktur

organisasi dapat berlangsung antara individu yang menduduki posisi,

jenjang atau jabatan yang setingkat. Komunikasi ini berlangsung

antara sesama guru, sesama karyawan.

Komunikasi diagonal adalah arah aliran informasi yang

memotong secara menyilang diagonal dalam struktur organisasi dalam

kedudukan, posisi, jabatan atau subsistem manajemen yang tidak

sama. Komunikasi ini berlangsung antara kepala sekolah, guru dan

karyawan.

20
Komunikasi interpersonal informal atau grapevine biasanya

dalam rantai kerumunan (cluster chain) di kampus yang berlangsung

antara sesama guru atau personil sekolah lainnya secara pribadi dengan

topik resmi atau berhubungan dengan tugas atau tanggung jawab kerja

komunikasi interpersonal ini misalnya antara guru senior dengan guru

baru, dengan mata kuliah yang sama.

Komunikasi interpersonal nonformal di sekolah antara guru atau

personil sekolah yang resmi dengan tidak resmi dan antara pelaksanaan

tugas pekerjaan dengan hubungan pribadi seseorang. Komunikasi ini

misalnya diskusi antara seor -ang guru perempuan yang berkeberatan

ditunjuk menjadi prerwakilan guru untuk mengisi seminar dilluar kota,

karena guru tersebut memiliki bayi. Dan hal ini bisa dikomunikasikan

dengan guru lain.

Komunikasi interpersonal formal, informal atau non formal dapat

berlangsung searah jika hanya satu orang yang aktif dan berlangsung

dua arah bila kedua belah pihak aktif dan saling berinteraksi secara

positif.

Dalam berkomunikasi interpersonal sering terjadi hambatan,

rintangan dan gangguan, sehingga pesan kadang-kadang tidak sesuai

dengan yang diharapkan. Koontz, O'Donnell dan Weihrich merinci

rintangan dan hambatan komunikasi interpersonal sebagai berikut:

1. Kurangnya perencanaan untuk komunikasi.

21
2. Asumsi yang tidak diklarifikasi atau tidak dijelaskan.

3. Distorsi atau gangguan semantik

4, Pengungkapan pesan yang kurang baik,

5. Hilangnya pesan transmisi dan hubungan yang kurang baik

6. Pendengaran kurang baik dan evaluasi terlaiu dini.

7. Komunikasi impersonal atau berhubungan dengan perorangan.

8. Ketidakpercayaan, ancaman, dan ketakutan.

9. Waktu yang tidak cukup untuk menyesuaikan dengan perubahan.

Sedangkan pendapat lain dikemukakan oleh Koehler,Anatol

dan Applbaum dengan pernyataan sebagai berikut.

1. makna pesan

2. masukan umpan balik yang tidak tepat

3. kelebihan pesan (overload)

4. efek pengiriman pesan

5. masalah semantik jarak informasi dan keraguan kesimpulan

observasi

6. iklim organisasi.

Dengan demikian hambatan dan rintangan komunikasi

interpersonal adalah hubungan yang terjadi antara dua individu atau

lebih dalam menyampaikan dan menerima informasi yang

22
berlangsung secara vertikal, horizontal dan diagonal, bersifat terbuka

serta saling menghormati.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka komunikasi

intrapersonal dalam penelitian ini adalahsuatu proses menyampaikan

informasi, ide, gagasan, pendapat, dan ungkapan perasaan kepada orang

lain guna mewujudkan kerja sama yang efektif dan efisien untuk mencapai

tujuan. Dengan indikator 1) menerima dan mengungkapkan pesan, 2)

membentuk pengaruh, 3) memberikan motivasi, 4) bekerja sama.

2. Akhlak Siswa Didik

a. Definisi Akhlak

Menurut pendekatan etimologi, perkataan "akhlak" berasal dari

bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "Khuluqun" yang menurut

logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat

tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan "khalkun"

yang berarti kejadian, serta erat hubungan " Khaliq" yang berarti

Pencipta dan "Makhluk" yang berarti yang diciptakan. Baik kata akhlaq

atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam al-Qur'an, sebagai

berikut:

ٍ ُ‫يم َوِإنَّ َك لَ َعلَ ٰى ُخل‬


‫ق‬ ٍ ‫َع ِظ‬

Artinya : .Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi


pekerti yang agung.. (Q.S. Al-Qalam, 68:4)13

13
al-Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha
Putra Semarang, 1989), hal. 960

23
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Rasulullah memiliki

kemuliaan akhlak yang sangat luar biasa.Berbagai riwayat hadits juga

firman Allah telah memaparkan kemuliaan akhlak Rasuullah.Salah satu

ayat yang memuat tentang kemuliaan akhlak Rasulullah adalah surah al

Qolam ayat 4 di atas.

Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini

beberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:

1. Ibn Miskawaih

Bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya

untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan

pikiran lebih dahulu.

Ibnu Maskawaih memberikan pengertian yang lebih simpel namun jelas

yaitu : “Akhlak sebagai keadaan jiwa yang mendorong untuk

melakukan sesuatu perbuatan tanpa hajat pemikiran dan tanpa diteliti.

2. Imam Al-Ghazali

Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya

lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu

kepada pikiran dan pertimbanagan. Jika sikap itu yang darinya lahir

perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia

disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela,

maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.14

14
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, hal. 29

24
3. Prof. Dr. Ahmad Amin

Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah

kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan

sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak. Menurutnya kehendak ialah

ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah imbang, sedang

kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah

melakukannya, masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini

mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu menimbulkan

kekuatan yang lebih besar. Kekuatan besar inilah yang bernama akhlak.

Kalau Islam ibarat sebuah bangunan, maka syahadat adalah

pondasinya. Shalat adalah tiangnya, dan akhlak merupakan dindingnya.

Indah dan buruknya Ke-Islaman seseorang tergantung akhlaknya. Persis

seperti bangunan. Untuk menghancurkan kaum muslim, musuh-musuh

Islam tak perlu membongkar pondasinya atau merubah tiangnya. Tapi

cukup melepaskan dinding, jendela atau daun pintunya. Selanjutnya,

mereka tinggal menunggu ambruknya bangunan itu. Begitulah Islam.

Untuk menghancurkankaum muslim, musuh Islam tak harus

memurtadkan mereka atau melarang sholat. Mereka cukup dengan

merusak akhlak generasi kaum muslim. Selanjutnya mereka tinggal

menunggu kehancuran umat Islam.

Akhlak merupakan permasalahan utama yang selalu menjadi

tantangan manusia dalam sepanjang sejarahnya.Sejarah bangsa-bangsa

25
baik yang diabadikan dalam Alqur’an seperti kaum ‘Ad, Samud,

Madyan, dan Saba maupun yang terdapat dalam buku-buku sejarah

menunjukan bahwa suatu bangsa akan kokoh apabila akhlaknya kokoh,

dan sebaliknya apabila suatu bangsa akan runtuh apabila akhlaknya

rusak. Agama tidak akan sempurna manfaatnya, kecuali dibarengi

dengan akhlak yang mulia.15

Pembicaraan mengenai akhlak tidak akan lepas dari hakikat

manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini. Sebagai khalifah manusia

bukan saja diberi kepercayaan untuk menjaga, memelihara dan

memakmurkan alam ini tetapi juga dituntut untuk berlaku adil dalam

segala urusannya.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 30 dan dalam

surat Shad ayat 27:

ِ َّ ِ ِ ‫و م ا ب ي َن ه م ا ب‬
‫ين‬ َ ‫ َٰذ ل‬Oۚ ‫اط اًل‬
َ ‫ك ظَ ُّن ال ذ‬ َ َ ُ َْ َ َ ‫ض‬َ ‫اَأْلر‬
ْ ‫الس َم اءَ َو‬َّ ‫َو َم ا َخ لَ ْق نَ ا‬
ِ ‫ِم ن الن‬
‫َّار‬ ‫ين َك َف ُر وا‬ ِ َّ‫ َف و ي ل لِل‬Oۚ ‫َك َف ر وا‬
‫ذ‬
َ َ ٌَْ ُ
Artinya :

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan
orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka
akan masuk neraka.

15
Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibn Miskawaih, (Yogyakarta, Belukar, 2004) hal.
130.

26
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk selalu menghiasi diri

dengan akhlak yang baik. Bukan menganjurkan kepada perbuatan yang

nista dan berakhlak bejat. Batasan dalam mengerjakan baik dan buruk,

tertera dalam nash-nash (al- Quran dan hadits) Berbeda dengan etika

diluar Islam. Mereka meletakkan sistem penilaian baik dan buruk

berdasarkan kepada kebiasaan-kebiasaan di sekeliling mereka yang

mungkin bisa salah atau benar. Dalam buku Min Akhlak an-Nabi

(sebagian akhlak Nabi).

Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW, mengajarkan agar

untuk mengetahui baik dan buruknya sebuah perbuatan, kita harus

bertanya kepada hati nurani kita. Nabi SAW menyatakan, “perbuatan

baik adalah yang membuat hatimu tentram, sedangkan perbuatan buruk

adalah yang membuat hatimu gelisah”. Artinya semua manusia pada

hakikatnya baik itu muslim atau bukan memiliki pengetahuan fitri

tentang baik dan buruk. Kedua, moralitas dalam Islam didasarkan pada

keadilan, yakni menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Ketiga,

tindakan etis itu sekaligus dipercayai pada puncaknya akan menghasilkan

kebahagiaan bagi pelakunya.16

Dengan demikian akhlak Islami itu jauh lebih sempurna

dibandingkan dengan akhlak lainnya. Jika akhlak lainnya hanya berbicara

tentang hubungan dengan manusia, maka akhlak Islami berbicara pula

tentang cara berhubungan dengan binatang, tumbuh-tumbuhan, air, udara

16
Haidar Bagir, Buku Saku Filsafat Islam, (Bandung, Mizan, 2005) hal. 207-210.

27
dan lain sebagainya. Dengan cara demikian, masing-masing makhluk

merasakan fungsi dan eksistensinya di dunia ini.

Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa segala perbuatan atau

tindakan manusia apapun bentuknya pada hakekatnya adalah bermaksud

mencapai kebahagiaan, sedangkan untuk mencapai kebahagiaan menurut

sistem moral atau al-Qur’an dan al-sunnah dalam kesehariannya.

Adapun akhlak yang dilihat dari segi macamnya Yaitu :

1) Akhlak Al-karimah

Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat banyak

jumlahnya,namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan

manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi tiga bagian,

yaitu :

a) Akhlak terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah adalah pengakuam dan kesadaran bahwa tiada

Tuhan selain Allah.Dia memiliki sifat- sifat terpuji demikian agung

sifat itu,yang jangankan manusia ,malaikat pun tidak akan

menjangkau hakekatnya.

b) Akhlak terhadap Diri sendiri

Akhlak yang baik pada diri sendiri dapat di artikan menghargai

menghormati, menyayangi, dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-

baiknya karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah

Allah yang harus dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya.

28
Contohnya : Menghindari dari minuman alkohol ,menjaga kesucian

jiwa, hidup sederhana serta jujur dan menghindarkan perbuatan

tercela.

c) Akhlak terhadap sesama manusia

Manusia adalah mahluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara

fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain ,untuk

itu,ia perlu bekerjasama dan saling tolong – menolong dengan orang

lain.Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, karena

ia berjasa dalam ikut serta mendewasakan kita,dan merupakan orang

yang paling dekat dengan kita.Caranya dapat dilakukan dengan

memuliakannya ,memberikan bantuan ,pertolongan dan

menghargainya.

Jadi manusia menyaksikan dan menyadari bahwa Allah telah

mengkaruniakan kepadanya keutamaan yang tidak dapat terbilang dan

karunia kenikmatan yang tidak bisa dihitung banyaknya,semua itu

perlu disyukurinya dengan berupa zikir dalam hati.

Sebaiknya dalam kehidupannya senantiasa berlaku hidup sopan

dan santun menjaga jiwanya agar selalu bersih,dapat terhindar dari

perbuatan dosa dan maksiat, sebab jiwa adalah yang terpenting sebab

pertama yang harus dijaga dan dipelihara dari hal-hal yang dapat

mengotori dan merusaknya. Karena manusia adalah mahluk sosial

29
maka ia perlu menciptakan suasana yang baik,satu dengan yang

lainnya saling berbagi.

2) Akhlak AL-Mazmumah

Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan

atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut diatas.

Adapun menurut Al-Ghazali bahwa akhlak Mazmumah ada lima

macam diantaranya adalah :17

a) Sifat pemurah yang menggunakan kekuatan untuk menolak yang

tidak disukai dengan melampaui batas .Adapun marah yang tidak

melampaui batas (marahpertengahan) adalah kemarahan yang

terpuji karena marahnya dikendalikan oleh akal dan agama .

b) Sifat dengki (hasut) yaitu usaha menghilangkan bentuk kenikmatan

dari pihak musuhnya dan juga merasa senang terhadap penderitaan

orang lain.

c) Sombong , Ghozali membagi sombong dalam tiga

macam ,sombong kepada Allah,sombong terhadap para rosul dan

sombong kepada sesama manusia.

d) Penyakit lidah (lisan) yang meliputi kesalahan, pembicaraan,

bohong (dusta) hibah, (menjelek-jelekkan orang lain), memfitnah,

munafik, lancang pembicaraan, menambah dan mengurangi serta

menceritakan cacat orang lain.

e) Ria, perbuatan berpura-pura agar dihormati dan disegani .


17
Imam Ghazali,Ajaran –ajaran Akhlak,(Surabaya Al-Ikhlas ,1980).Hal.48-69

30
Syech Mustofa AL-Ghalayani dalam bukunya berjudul ‘Bimbingan

menuju akhlak yang luhur’ menyebutkan bahwa akhlakul madzmumah

terdiri dari sepuluh macam yaitu : ‘Sifat nifaq(plin plan), berputus asa,

sifat licik (penakut), bekerja tanpa perhitungan, lengah, tertipu oleh

penasarannya sendiri, keroyalan, pemborosan, rindu kepemimpinan dan

dengki atau iri hati.’19

Dari beberapa pendapat mengenai akhlakul madzmumah dapat

disimpulkan pada dasarnya akhlakul madzmumah adalah Segala

perbuatan rohani dan jasmani yang membawa kehinaan di dunia dan di

akhirat.

Setelah mengetahui bahwa yang menjadi objek dalam pendidikan

akhlak adalah perbuatan manusia yang disengaja, kemudian perbuatan

tersebut ditentukan apakah perbuatan tersebut baik atau buruk,

Sedangkan yang menentukan perbuatan tersebut baik atau buruk

harus para ahlinya yang mengerti tentang ajaran agama dan ketentuan itu

berdasarkan kepada ajaran Al-Qur ‘an dan Al-Hadits.

Sebagaimana di uraikan diatas maka akhlak dalam wujud

pengamalannya dibedakan menjadi dua akhlak : akhlak terpuji dan yang

tercela. Jika sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya yang kemudian

melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak

yang terpuji, sedangkan jika ia sesuai dengan apa yang dilarang oleh

31
Allah dan Rasul-Nya dan melahirkan perbuatan –perbuatan yang buruk,

maka itulah yang dinamakan Akhlak yang tercela.

b. Komponen-komponen Pendidikan Akhlak

1. Tujuan

Tujuan pendidikan akhlak yang dirumuskan Ibn Miskawaih

adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan

untuk melahirkan semua perbuatan bernilai baik, sehingga mencapai

kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan yang sempurna (al-

sa’adat). Dengan alasan ini, maka Ahmad’Abd Al-Hamid Al-Sya’ir

dan Muhammad Yusuf Musa menggolongkan Ibn Miskawaih sebagai

filosof yang bermazhab al-sa’adat di bidang akhlak.Al-sa’adat memang

merupakan persoalan utama dan mendasar bagi hidup manusia dan

sekaligus bagi pendidikan akhlak. Al-sa’adat merupakan konsep

komprehesif yang di dalamnya terkandung unsur kebahagiaan

(happiness), kemakmuran (prosperity), keberhasilan (success),

kesempurnaan (perfection), kesenangan (blessedness), dan

kebagusan/kecantikan.

Seperti telah disinggung pada pembahasan sebelumnya, v al-

sa’adat dalam pengertian diatas, hanya bisa diraih oleh para nabi dan

filosof. Ibn Miskawaih juga meyadari bahwa, orang yang mencapai

tingkatan ini sangat sedikit. Oleh sebab itu, akhirnya ia perlu

menjelaskan adanya perbedaan antara kebaikan (al-khair) dan al-

sa’adat. Di samping juga membuat berbagai tingkatan al-sa’adat.

32
Kebaikan bisa bersifat umum, sedangkan al-sa’adat merupakan

kebaikan relatif, bergantung orang perorang (al-khair bi al-idafat ila

shahibiha). Menurutnya, kebaikan mengandung arti segala sesuatu yang

bernilai (al-syai’ al-nafi). Oleh karenanya, kebaikan merupakan tujuan

setiap orang.

2. Materi

Untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, Ibn Miskawaih

menyebutkan beberapa hal yang perlu di pelajari, diajarkan atau

dipraktikan. Sesuai dengan konsepnya tentang manusia, secara umum

Ibn Miskawaih menghendaki agar semua sisi kemanusiaan

mendapatkan materi yang memberikan jalan bagi tercapainya tujuan.

Materi-materi tersebut oleh Ibn Miskawaih dijadikan pula sebagai

bentuk pengabdian terhadap Allah swt.Ibn Miskawaih menyebut tiga

hal pokok yang dapat dipahami sebagai materi pendidikan akhlaknya:

a. Hal-hal yang wajib bagi kebutuhan tubuh.

b. Hal-hal yang wajib bagi jiwa, dan

c. Hal-hal yang wajib bagi hubugnannya dengan sesama manusia.

Berbeda dengan Al Ghazali, Ibn Miskawaih tidak membeda-

bedakan antara materi dalam ilmu agama dan bukan ilmu agama, dan

hukum mempelajarinya.

3. Pendidik dan Anak Didik

Menurut Ibn Miskawaih orang tua merupakan pendidik pertama

33
bagi anak-anaknya. Materi utama yang perlu dijadikan acuan

pendidikin dari orang tua kepada anaknya adalah syari’at. Ibn

Miskawaih berpendapat bahwa, penerimaan secara taklid bagi anak-

anak untuk mematuhi syariat tidak menjadi persoalan. Dasar

pertimbangannya adalah karena semakin lama anak-anak akan

mengetahui penjelasan atau alasannya, dan akhirnya mereka tetap

memelihara sehingga dapat mencapai keutamaan. Guru berfungsi

sebagai orang tua atau bapak ruhani, tuan manusiawi atau orang yang

dimuliakan, kebaikan yang akan diberikan adalah kebaikan Illahi,

karena ia membawa anak didik kepada kearifan, mengisinya dengan

kebajikan yang tinggi dan menunjukan kepada mereka kehidupan abadi.

4. Lingkungan Pendidikan

Ibn Miskawaih berpendapat bahwa, usaha mencapai al-sa’adat

tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi harus bersama atas dasar saling

tolong-menolong dan saling melengkapi, kondisi demikian akan

tercipta kalau sesama manusia saling mencintai. Setiap pribadi merasa

bahwa kesempurnaan sendirinya akan terwujud karena kesempurnaan

yang lainnya. Jika tidak demikian, maka al-sa’adat tidak dapat terwujud

sebagai makhluk sosial.Ibn Miskawaih berpendapat bahwa selama di

alam ini, manusia memerlukan kondisi yang baik di luar dirinya. Ia juga

menyatakan bahwa sebaik-baik orang adalah orang yang berbuat baik

terhadap keluarganya dan orang-orang yang masih ada kaitan

dengannya, mulai dari saudara, anak, kerabat, keturunan, rekanan,

34
tetangga, hingga teman. Disamping itu, Ibn Miskawaih berpendapat

bahwa salah satu tabi’at manusia adalah tabi’at memelihara diri, karena

itu manusia selalu berusaha untuk memperolehnya bersama dengan

mahluk sejenisnya. Diantara cara untuk menempuhnya adalah dengan

saling bertemu, manfaat dari pertemuan diantaranya adalah akan

memperkuat aqidah yang benar dan kestabilan cinta sesamanya.

5. Metode

Beberapa metode yang diajukannya untuk mencapai akhlak yang

baik adalah pertama, adanya kemauan yang sungguh-sungguh untuk

berlatih terus-menerus dan menahan diri (al-‘adat wa al-jihad) untuk

memperoleh keutamaan dan kesopanan yang sebenarnya sesuai dengan

keutamaan jiwa. Kedua, dengan menjadikan semua pengetahuan dan

pengalaman orang lain sebagai cermin bagi dirinya.18

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka akhlak peserta

didik yang dimaksudkan dalam skripsi ini adalahsikap yang mengakar dalam

jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa

perlu kepada pikiran dan pertimbanagan. Jika sikap itu yang darinya lahir

perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia disebut

akhlak yang baik. Adapun indikatornya adalah 1) akhlak kepada Allah, 2)

akhlak kepada diri sendiri dan 3) akhlak kepada sesama manusia.

C. Kerangka Berpikir

18
Ibn Miskawaih, Tahzib al-Akhlaq, ed. Syekh. Hasan Tamir, (Beirut, Mansyurat Dar
Maktabat Al-Hayat, 1398H)

35
Uma sekaran dalam Sugiono mengatakan “kerangka berpikir merupakan

model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor

yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting. Kerangka berpikir yang baik

akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variable yang akan diteliti. 19

Pada penelitian ini, peneliti mencoba membuat kerangka berpikir dalam

bentuk bagan agar dapat memudahkan peneliti dan pembaca memahami alur

penelitian dari skripsi ini.

Komunikasi Interpersonal

Indikator

1.Menerima dan 2. Membentuk pengaruh 3. Memberikan motivasi


menangkap pesan

4. Bekerja sama

Meningkatkan
Akhlak Siswa

1. Akhlak kpd Allah


19
2. Akhlak
Sugiono, Metode kpdKombinasi,
Penelitian diri sendiri
(Bandung :Alfabeta, 2016), hal. 93

3. Akhlak kpd sesama


36
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Sejarah Taman Kanak-Kanak Islam Al Rizqi

Berawal dari keinginan luhur untuk meperhatikan kesejahteraan anak-

anak, Yayasan Nada Rohadatul Aisyah dengan penasehat bapak Darta, ST

dan ketua Yayasan ibu Darmawati, S.Pd.I mendirikanlah sekolah Taman

Kanak-Kanak Islam Al Rizqi pada tanggal 7 Pebruari 2007.

TK Islam Al Rizqi berlokasi di jl. Sulaiman Rt. 006 Rw. 02 No. 1-2,

Kelurahan Cipinang Melayu Kecamatan Makasar,Jakarta Timur. Memiliki

gedung sendiri , awalnya hanya memiliki 2 kelas, seiring dengan

bertambahnya murid maka ruang kelas ditambah menjadi 4 kelas, meliputi

37
kelas A (1 kelas) dan kelas B (3 kelas). Memiliki halaman bermain, kantor

kepala sekolah, kamar kecil dan gudang.

Alhamdulillah sampai saat ini TK Islam Al Rizqi berjalan dengan baik

dengan jumlah siswa yang bervariasi sekitar 40 sampai 65 siswa, dengan

berbagai kegiatan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar yang

menyenangkan seperti, finger painting, cooking day, mengunjungi museum

dan mengikuti lomba-lomba yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru Taman

Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI)

2. Visi, Misi dan Tujuan Tk Islam Al Rizqi

a. Visi Tk Islam Al Rizqi

“MEMPERSIAPKAN GENERASI YANG CERDAS ( EMOSIONAL,

SOSIAL, SPIRITUAL DAN INTELEKTUAL ) DAN MEMILIKI

KARAKTER YANG BERLANDASKAN AGAMA ISLAM”

b. Misi Tk Islam Al Rizqi

1) Mengembangkan potensi kecerdasan spiritual anak melalui stimulasi

alat-alat permainan yang memudahkan pemahaman anak tentang nilai-

nilai agama.

2) Mengembangkan seluruh potensi anak secara optimal melalui kegiatan

bermain dengan alat-alat permainan yang bersifat edukatif, kreatif dan

inspiratif.

38
3) Meningkatkan kerja sama dengan seluruh warga Tk dan masyarakat.

4) Menjadi Tk unggulan dalam kwalitas metodologi dan kwalitas

pendidikannya.

c. Tujuan Tk Islam Al Rizqi

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan kepada

anak sejak lahir hingga sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan

dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut.

Taman kanak-kanak Tk Islam Al Rizqi mengarah untuk mencapai

tujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan dasar keimanan dan ketakwaan

2. Membentuk kepribadian yang mantap dan prilaku yang baik.

3. Memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk bekal kehidupan

dalam masyarakat.

d. Motto

“BERSAMA MEMPERSIAPKAN TUNAS BANGSA”

3. Struktur Organisasi TK Islam Al Rizqi

PENGURUS TK ISLAM AL RIZQI


Ketua Yayasan

KEPALA TK BENDAHARA
SEKRETARIS
39
STAFF PENDIDIK TK ISLAM AL RIZQI

GURU KELOMPOK B GURU KELOMPOK A GURU KELOMPOK A

40
4. Keadaan Pendidik dan Kependidikan Tk Islam Al Rizqi

a. Nama : LATIFAH MERIANI, S.Pd.I


Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Agustus 1971
Pendidikan Terakhir : SI TARBIYAH
Jabatan : Kerala TK
Alamat : Jl. Metro Jaya No. 12
Telp : 083875741211

b. Nama : DARMAWATI, S.Pd.I


Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Januari 1975
Pendidikan Terakhir : SI PAUD
Jabatan : Guru Kelas Kelompok
B
Alamat : Jl. Permata
Telp : 085100631866

c.
Nama : MUHAMMAD TOBRI, S.Pd.I
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 07 Oktober 1974
Pendidikan Terakhir : SI TARBIYAH
Jabatan : Guru Kelas Kelompok
A
Alamat : Jl. H. Sulaiman N0. 39
Telp : 087785525411
d.

Nama : RULLY SUSANTI


Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 16 September 1978
Pendidikan Terakhir : SMEA
Jabatan : Guru Kelas Kelompok
B
Alamat : Jl. H. Sulaiman No. 42
Telp : 085719173665
e.

Nama : ISNAENI NUR LATIFAH


Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 01 Juli 1996
Pendidikan Terakhir : SMA
Jabatan : Guru Kelas Kelompok
A
Alamat : Jl. Spg 7 No. 83
Telp : 083897954534
41
B. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metodologi penelitian adalah cara ilmiah untuk mengumpulkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian merupakan suatu

cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala

permasalahan.20 Hakikat penelitian pendidikan membahas segala

penelitian yang dapat dilaksanakan pada lembaga-lembaga pendidikan

atau penelitian yang dilaksanakan dalam ruang lingkup pendidikan, baik

pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun

pendidikan tinggi.21

Di dalam metodologi penelitian dibahas metode-metode yang

merupakan pendekatan praktis dalam setiap penelitian ilmiah.Hal ini

dimaksudkan untuk memudahkan bagi setiap peneliti mengetahui suatu

peristiwa atau keadaan yang diinginkan. 22Metode pendekatan yang

digunakan pada skripsi ini adalah metode pendekatan kualitatif.

2. Jenis Data

Secara umum, maka di dalam penelitian biasanya dibedakan antara

data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat (mengenai perilaku;

data empiris) dan dari data pustaka. Yang diperoleh langsung dari

20
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian – Dalam Teori & Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2011), Cet. Ke-1, hal. 2.
21
Johni Dimyati, Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya pada Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD), (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), Cet. Ke-2, hal. 2.
22
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian – Dalam Teori & Praktik…, hal. 1.

42
masyarakat dinamakan data primer atau data dasar, dan yang kedua diberi

nama data sekunder.23

Pada skripsi ini, data primer didapatkan dari penelitian di TK Islam

Al-Rizki baik melalui pengamatan langsung dan wawancara. Sedangkan

data sekunder didapatkan dengan menggunakan studi kepustakaan atau

literatur, penelusuran situs intenet, kliping koran dan/atau studi

dokumentasi berkas-berkas penting dari dari berbagai sumber.

3. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam penelitian lazim dikenal paling sedikit tiga jenis alat

pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan

atau observasi, dan wawancara atau interview.24

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Library Research (Studi Pustaka) yaitu riset ke perpustakaan dan

mengolah data dari buku-buku, dokumen-dokumen, artikel-artikel dan

bahan-bahan lain yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.

b. Field Research yaitu riset lapangan dengan meneliti, mengamati dan

mempelajari sampel secara random sederhana, untuk itu teknik yang

di pilih yaitu :

1) Observation (pengamatan), yaitu dengan cara mengumpulkan data-

data dari lapangan melalui pengamatan langsung

23
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1986), Cet. Ke-7,
hal. 51.
24
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, …, Cet. Ke-7, hal. 66.

43
2) Interview (wawancara), yaitu dengan cara mengambil data dengan

mengemukakan sejumlah pertanyaan yang terstruktur kepada

subjek yang diteliti.

3) Dokumentasi, teknik ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan

dokumen-dokumen dari institusi yang diteliti.25.

4. Teknik Analisis Data

Tehnik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis data denganTriangulasi data, yaitu metode dilakukan dengan

cara membandingkan informasi atau data  dengan cara yang berbeda.

Dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara,

obervasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang

handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti

bisa menggunakan metode wawancara dan obervasi atau pengamatan

untuk mengecek kebenarannya.Selain itu, peneliti juga bisa

menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran

informasi tersebut. Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau

informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan

kebenarannya.26

Untuk hasil wawancara terstruktur yang diberikan kepada orang tua

murid dihitung dengan menggunakan rumus prosentase. Adapun

perhitungan prosentase yang digunakan sebagai berikut:

25
Abdul Muiz, Teknik Praktis Penyusunan Skripsi, (Jakarta: Mandala Nasional
Publishing, 2014), Cet. Ke-1, hal.6.
26
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), hal. 330.

44
F

Atau P= x100%

Keterangan:

P = Prosentase yang dicari

F = Jumlah frekuensi

N = Number of cases (banyaknya individu atau responden)

100% = Nilai konstan

C. Sistematika Penulisan

Masalah-masalah yang dibahas dalam penelitian ini, penulis susun

dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut :

1. Bab I Pendahuluan meliputi : latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian dan sistematika

penulisan

2. Bab II Kerangka teoritis dan pengajuan hipotesis, meliputi : Pengertian

komunikasi interpersonal, hambatan komunikasi interpersonal, faktor-

faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, definisi akhlak,

macam-macam akhlak.

3. Bab III, Metodologi penelitian, meliputi: populasi dan sampel, tempat

dan waktu penelitian, tekhnik pengumpulan data dan analisa data.

4. Bab IV, hasil hasil penelitian, meliputi : deskripsi data, analisa datadan

interpretasi data.

5. BAB V, Penutup, meliputi : kesimpulan dan saran-saran

45
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Temuan Penelitian

Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil temuan penelitian dan

analisis di lokasi penelitian yaitu di TK Islam Al-Rizki. Peneiti akan

memaparkan hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah seperti yang

telah tersaji di bab I.

1. Komunikasi Interpersonal Siswa Dengan Guru Dan Orang Tua

Murid

Untuk menjawab rumusan masalah bagaimana komunikasi

interpersonal siswa dengan guru dan orang tuamurid di TK Islam

Al-Rizki, maka dilakukan wawancara dengan guru dan orang tua

murid TK Islam Al-Rizki.

Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan guru kelas di

TK Islam Al-Rizki;

a. Apakah siswa menerima Pesan dan bisa menyampaikan dengan

baik ?

Jawaban : Tidak semua siswa bisa menyampaikan pesan secara

detail

b. Apakah siswa memahami isi pesan yang disampaikan ?

Jawaban : Belum tentu bisa memahami hanya sebatas menyampaikan

c. Apakah siswa mampu mengungkapkan isi pesan ?

Jawaban : iya,meski terkadang penyampaiannya terbata-bata

46
d. Apakah siswa mampu menyampaikan pesan sesuai dengan isi

pesannya ?

Jawaban : sebagian siswa bisa menyampaikan

e. Apakah komunikasi yang terjadi mampu mempengaruhi sikap

siswa ?

Jawaban : Iya sedikit banyak akan mempengaruhi

f. Apakah komunikasi yang terjalin bisa merubah sikap siswa ?

Jawaban : Iya jika antara pihak guru dan orang tua bisa diajak

kerja sama

g. Apakah Pesan yang diterima siswa melalui pelajaran di kelas

dapat memberikan motivasi ?

Jawaban : Iya krn dengan melihat teman lebih semangat otomatis

yang lain akan menerima efek positif tsb.

h. Apakah komunikasi yang terjadi di dalam kelas memberikan

dorongan bagi siswa untuk aktif belajar ?

Jawaban : Iya, sifatnya anak-anak tidak mau kalah

i. Apakah komunikasi yang terjadi antara siswa mampu

menumbuhkan motivasi yang baik pada siswa?

Jawaban : Iya, jika dilakukan secara rutin

j. Apakah dengan komunikasi yang terjalin baik siswa dapat bekerja

sama dengan guru ?

Jawaban : Iya, krn guru bisa dengan mudah kompak

47
k. Apakah dengan komunikasi yang terjalin baik siswa dapat bekerja

sama dengan sesama siswa ?

Jawaban : Iya, krn diantara mereka sudah saling memahami.

Berikut ini dipaparkan hasil wawancara peneliti dengan 20

orang tua murid dari kelas B TK Islam Al-Rizki.

a. Apakah siswa menerima Pesan dan bisa menyampaikan dengan baik ?

Jawaban Frekuensi Prosentase


a. bisa menyampaikan 20 100
dengan baik
b. tidak bisa menyampaikan 0 0
dengan baik
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa siswa

dapat menerima pesan dan menyampaikannya dengan baik kepada

orang tua dan guru, itu terbkti dari 100% jawaban responden

menjawab bahwa siswa bisa menyampaikan dengan baik.

b. Apakah siswa memahami isi pesan yang disampaikan ?

Jawaban Frekuensi Prosentase


a. iya bisa memahami isi 14 70
pesan
b. tidak memahami isi 6 30
pesannya
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa 14

orang responden menjawab bahwa siswa memahami isi pesan yang

disampaikan dan sisanya sebanyak 6 orang tua murid atau

48
responden menyatakan bahwa sisawa tidak bisa memahami isi

pesan yang disampaikan.

c. Apakah siswa mampu mengungkapkan isi pesan ?

Jawaban Frekuensi Prosentase


a. iya siswa mampu 14 70
mengungkapkan
b. siswa tidak mampu 6 30
mengungkapkan
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa 14

orang responden menjawab bahwa siswamampu mengungkapkan isi

pesan dan sisanya sebanyak 6 orang tua murid atau responden

menyatakan bahwa sisawa tidak mampu mengungkapkan isi pesan.

d. Apakah siswa mampu menyampaikan pesan sesuai dengan isi


pesannya ?

Jawaban Frekuensi Prosentase


a. iya siswa mampu 20 100
menyampaikan
b. siswa tidak mampu 0 0
menyampaikan
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa siswa

mampu menyampaikan pesan sesuai dengan isi pesannya, itu terbkti

dari 100% jawaban responden menjawab bahwa iya siswa mampu

menyampaikan pesan sesuai dengan isi pesannya.

e. Apakah komunikasi yang terjadi mampu mempengaruhi sikap siswa ?

Jawaban Frekuensi Prosentase


a. iya mampu 17 65
mempengaruhisiswa

49
b. tidak mampu 3 35
mempengaruhisiswa
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa 65%

dari total responden menjawab bahwa komunikasi yang terjadi

mampu mempengaruhi sikap siswa sedangkan sisanya sebanyak

35% responden menyatakan bahwa komunikasi yang terjadi tidak

mampu mempengaruhi sikap siswa

f. Apakah komunikasi yang terjalin bisa merubah sikap siswa ?

Jawaban Frekuensi Prosentase


a. iya bisa merubah sikap 11 55
b. tidak bisa merubah sikap 9 45
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa 55%

dari total responden menjawab bahwa komunikasi yang terjalin bisa

merubah sikap siswa sedangkan sisanya sebanyak 45% responden

menyatakan bahwa komunikasi yang terjalin tidak bisa merubah sikap

siswa.

g. Apakah Pesan yang diterima siswa melalui pelajaran di kelas dapat


memberikan motivasi ?

Jawaban Frekuensi Prosentase


a. iya bisa memberikan 20 100
motivasi
b. tidak bisa memberikan 0 0
motivasi
Jumlah 20 100

50
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui 20 orang

responden mengatakan bahwa Pesan yang diterima siswa melalui

pelajaran di kelas dapat memberikan motivasiterbukti dari 100%

jawaban responden menjawab bahwa iya siswa mampu menyampaikan

pesan sesuai dengan isi pesannya.

h. Apakah komunikasi yang terjadi di dalam kelas memberikan dorongan

bagi siswa untuk aktif belajar ?

Jawaban Frekuensi Prosentase


a. iya bisa memberikan 12 60
dorongan
b. tidak bisa memberikan 8 40
dorongan
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa 12

orang responden menjawab bahwa komunikasi yang terjadi antara

siswa mampu menumbuhkan motivasi yang baik pada siswa,

sedangkan sisanya 8 orang menyatakan tidak bisa memberikan

dorongan bagi siswa untuk aktif belajar.

i. Apakah dengan komunikasi yang terjalin baik siswa dapat bekerja sama
dengan guru?

Jawaban Frekuensi Prosentase


a. iya bisa 20 100
b. tidak bias 0 0
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa

komunikasi yang terjalin baik maka siswa dapat bekerja sama

51
dengan guru, itu terbukti dari 100% jawaban responden menjawab

bahwa iya bisa terjalin kerjasama yang baik.

j. Apakah dengan komunikasi yang terjalin baik siswa dapat bekerja sama
dengan sesama siswa

Jawaban Frekuensi Prosentase


a. iya bisa 20 100
b. tidak bisa 0 0
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa

komunikasi yang terjalin baik maka siswa dapat bekerja sama

dengan sesama siswa, itu terbukti dari 100% jawaban responden

menjawab bahwa iya bisa terjalin kerjasama yang baik.

2. Komunikasi Interpersonal dalam Meningkatkan Akhlak

Peserta Didik di TK Islam Al-Rizki

Untuk menjawab rumusan masalah bagaimana komunikasi

interpersonal dalam Meningkatkan Akhlak Peserta Didik Di TK

Islam Al-Rizki, maka dilakukan wawancara dengan guru dan orang

tua murid TK Islam Al-Rizki. Berikut adalah hasil wawancara

peneliti dengan guru kelas di TK Islam Al-Rizki;

a. Apakah siswa sudah mengetahui ibadah sholat ?

Jawaban :sudah, walau hanya baru melihat

b. Apakah siswa sudah mulai belajar melaksanakan ibadah sholat ? ?

Jawaban : sudah, meskipun masih semaunya

52
c. Apakah siswa sudah mempelajari mengenai rukun iman dan

islam ?

Jawaban : Sudah sebatas mengetahui

d. Apakah siswa sudah mulai mengaji di rumah atau TPA ?

Jawaban : Sebagian besar sudah mulai mengaji

e. Apakah siswa sudah terbiasa untuk berkata jujur jika melakukan

kesalahan? ?

Jawaban : Tidak, ada kalanya mereka takut dimarahi

f. Apakah siswa sudah bersikap santun dan baik terhadap guru dan

teman-temannya ?

Jawaban : Belum, suatu waktu ada masanya usil

g. Apakah siswa sudah mengetahui bahwa membantu guru atau

orang tua adalah suatu kewajiban atau hal yang baik ?

Jawaban : Iya, krn hal tersebut sering disampaikan

h. Apakah siswa mengetahui bahwa menggangu teman adalah

perbuatan yang tidak terpuji ?

Jawaban : Iya, krn temannya bisa marah

i. Apakah siswa mau membantu teman-temannya di kelas yang

meminta pertolongannya?

Jawaban : Iya, mereka suka gotong royong

j. Apakah siswa sudah mengerti sikap saling menghargai baik

kepada guru maupun teman sekelas?

Jawaban : Belum, baru sebatas informasi blm bisa memahami

53
k. Apakah siswa mau berbagi sesuatu baik itu makanan atau benda

kepada teman-temannya di kelas?

Jawaban : Iya, namun blm semua memiliki sikap tsb

Berikut ini dipaparkan hasil wawancara peneliti dengan 20

orang tua murid dari kelas B TK Islam Al-Rizki.

a. Apakah siswa sudah mengetahui ibadah sholat ?


Jawaban Frekuensi Prosentase
a. sudah 20 100
b. tidak 0 0
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui 20 orang

responden mengatakan bahwa Apakah siswa sudah mengetahui ibadah

sholat terbkti dari 100% jawaban responden menjawab bahwa iya siswa

sudah mengetahui ibadah sholat.

b. Apakah siswa sudah mulai belajar melaksanakan ibadah sholat ?


Jawaban Frekuensi Prosentase
a. sudah mulai 16 80
b. Belum mulai 4 20
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa 16

orang responden menjawab bahwa siswa sudah mulai belajar

melaksanakan ibadah sholat, sedangkan sisanya 4 orang

menyatakan siswa belum bisa belajar melaksanakan ibadah sholat.

c. Apakah siswa sudah mempelajari mengenai rukun iman dan islam ?


Jawaban Frekuensi Prosentase
a. sudah mempelajari 20 100
b. Belum mempelajari 0 0
Jumlah 20 100

54
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui 20 orang

responden mengatakan bahwa siswa sudah mempelajari mengenai

rukun iman dan islam terbukti dari 100% jawaban responden menjawab

bahwa iya siswa sudah mempelajari mengenai rukun iman dan islam.

d. Apakah siswa sudah mulai mengaji di rumah atau TPA ?


Jawaban Frekuensi Prosentase
a. sudah mengaji 17 85
b. Belum mengaji 3 15
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa 85% dari

total responden menjawab bahwa siswa sudah mulai mengaji di rumah

atau TPA sedangkan sisanya sebanyak 15% responden menyatakan

bahwa siswa belum sudah mulai mengaji di rumah atau TPA.

e. Apakah siswa sudah terbiasa untuk berkata jujur jika melakukan


kesalahan?
Jawaban Frekuensi Prosentase
a. sudah terbiasa 16 80
b. Belum terbiasa 4 20
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa 80% dari

total responden menjawab bahwa siswa sudah terbiasa untuk berkata

jujur jika melakukan kesalahan sedangkan sisanya sebanyak 20%

responden menyatakan bahwa siswa siswa belum terbiasa untuk berkata

jujur jika melakukan kesalahan.

f. Apakah siswa sudah bersikap santun dan baik terhadap guru dan
teman-temannya?
Jawaban Frekuensi Prosentase
a. sudah 20 100
b. belum 0 0

55
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui 20 orang

responden mengatakan bahwa siswa sudah bersikap santun dan baik

terhadap guru dan teman-temannya terbukti dari 100% jawaban

responden menjawab bahwa iya siswa sudah bersikap santun dan baik

terhadap guru dan teman-temannya.

g. Apakah siswa sudah mengetahui bahwa membantu guru atau orang tua
adalah suatu kewajiban atau hal yang baik?
Jawaban Frekuensi Prosentase
a. sudah mengetahui 20 100
b.belum mengetahui 0 0
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui 20 orang

responden mengatakan bahwa siswa siswa sudah mengetahui bahwa

membantu guru atau orang tua adalah suatu kewajiban atau hal yang

baik terbukti dari 100% jawaban responden menjawab bahwa iya siswa

sudah mengetahui bahwa membantu guru atau orang tua adalah suatu

kewajiban atau hal yang baik.

h. Apakah siswa mengetahui bahwa menggangu teman adalah perbuatan


yang tidak terpuji ?
Jawaban Frekuensi Prosentase
a. mengetahui 20 100
b. Belum mengetahui 0 0
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui 20 orang

responden mengatakan bahwa siswa mengetahui bahwa menggangu

teman adalah perbuatan yang tidak terpuji terbukti dari 100% jawaban

56
responden menjawab bahwa iya siswa mengetahui bahwa menggangu

teman adalah perbuatan yang tidak terpuji.

i. Apakah siswa sudah bersikap baik dan lembut kepada teman-temannya


di kelas?
Jawaban Frekuensi Prosentase
a. sudah 20 100
b. belum 0 0
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui 20 orang

responden mengatakan bahwa siswa sudah bersikap baik dan lembut

kepada teman-temannya di kelas terbukti dari 100% jawaban responden

menjawab bahwa iya sudah bersikap baik dan lembut kepada teman-

temannya di kelas.

j. Apakah siswa mau membantu teman-temannya di kelas yang meminta


pertolongannya ?
Jawaban Frekuensi Prosentase
a. mau membantu 20 100
b.tidak mau membantu 0 0
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui 20 orang

responden mengatakan bahwa siswa mau membantu teman-temannya

di kelas yang meminta pertolongannya terbukti dari 100% jawaban

responden menjawab bahwa iya siswa mau membantu teman-temannya

di kelas yang meminta pertolongannya.

k. Apakah siswa sudah mengerti sikap saling menghargai baik kepada


guru maupun teman sekelas?
Jawaban Frekuensi Prosentase

57
a. sudah mengerti 18 90
b. Belum mengerti 2 10
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa 90% dari

total responden menjawab bahwa siswa sudah mengerti sikap saling

menghargai baik kepada guru maupun teman sekelas sedangkan sisanya

sebanyak 10% responden menyatakan bahwa siswa belum mengerti

sikap saling menghargai baik kepada guru maupun teman sekelas.

l. Apakah siswa mau berbagi sesuatu baik itu makanan atau benda
kepada teman-temannya di kelas.
Jawaban Frekuensi Prosentase
a. mau berbagi 17 85
b.tidak mau berbagi 3 15
Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa 85%

dari total responden menjawab bahwasiswa mau berbagi sesuatu

baik itu makanan atau benda kepada teman-temannya di kelas

sedangkan sisanya sebanyak 15% responden menyatakan bahwa

siswa tidak mau berbagi sesuatu baik itu makanan atau benda

kepada teman-temannya di kelas.

B. Analisis Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil temuan penelitian di atas, maka peneliti mencoba

melakukan analisis dari hasil temuan penelitian di atas yang terkait dengan

rumusan masalah pada penelitian ini.

58
1. Komunikasi Interpersonal Siswa Dengan Guru Dan Orang Tua

Murid

Berdasarkan hasil temuan penelitian di atas, dari hasil

wawancara peneliti dengan guru dan orang tua murid diketahui bahwa

semua siswa bisa menerima pesan dan bisa menyampaikan dengan

baik akan tetapi menurut guru kelas masih ada siswa yang tidak bisa

menyampaikannya secara mendetail. Dan ketahui bahwa tidak semua

siswa memahami isi pesan yang disampaikan baru hanya sebatas

menyampaikan saja tidak memahami. Akan tetapi hapir seluruh siswa

bisa menyampaikan isi pesan sesuai dengan pesan yang disampaikan

walaupun mungkin tidak semua siswa mampu mengungkapkan isi

pesan yang diterimanya.

Komunikasi intrerpersonal yang terjadi antara guru di sekolah

dan orang tua murid di rumah bisa mempengaruhi sikap siswa

menjadi lebih baik dan bisa merubahnya menjadi lebih baik lagi

walaupun belum semuanya bisa mempengaruhi, hal ini bisa dilihat

dari jawaban para responden yang menyatakan bahwa 65%

komunikasi yang terjalin bisa mempenaruhi sikap siswa.

Berdasarkan hasil wawancara di atas diketahui juga bahwa

komunikasi yang terjadi di dalam kelas memberikan dorongan bagi

siswa untuk aktif belajar dan memberikan motivasi yang tinggi dalam

belajar di kelas. Dan dengan komunikasi yang terjalin baik siswa

dapat bekerja sama dengan guru dan rekan-rekan sekelasnya dengan

59
sangat baik, hal ini terbukti dari jawaban guru dan orang tua murid

yang melakukan penilian terhadap siswa-siswa saat di sekolah.

Berdasarkan semua temuan penelitian di atas, maka

komunikasi interpersonal siswa dengan guru dan orang tua murid

terjalin dengan baik, dan dari komunikasi tersebut siswa mampu

berkerjasama dengan baik dengan guru dan rrekan-rekan sekelasnya.

2. Komunikasi Interpersonal dalam Meningkatkan Akhlak Siswa di

TK Islam Al-Rizki

Berdasarkan hasil temuan penelitian di atas diketahui bahwa

komunikasi interpersonal yang terjadi antara siswa di Tk Islam Al-

Rizki dengan guru dan orag tua murid terjadin dengan sangat baik,

dan berdasarkan hal tersebut di atas peneliti ingin melihat apakah dari

komunikasi interpersonal tersebut bisa meningkatkan akhlak peserta

didik atau siswa-siswa di TK Islam Al-Rizki..

Berdasarkan hasil temuan penelitian di atas, bahwa peserta didik

di TK Islam Al-Rizki sudah Peserta didik juga sudah mulai

mengetahui mengenai akhlak terhadap Allah, Akhlak terhadap diri

sendiri dan akhlak terhadap sesama manusia.

Untuk akhlak terhadap Allah mulai dikenalkan dengan rukun

iman dan rukun Islam serta sudah mengetahui dan melaksanakan

ibadah sholat walaupun memang tidak semua siswa melaksanakannya.

Dan di dalam wawncara juga diketahui bahwa hampir seluruh siswa

sudah mulai mengaji di TPA dari 20 orang tua murid yang

60
diwawancarai diketahui 17 orang tua murid menjawab bahwa siswa

sudah mulai mengaji.

Dan untuk akhlak terhadap diri sendiri siswa dajarkan untuk

bersikap jujur terhadap diri sendiri dan perbuatan yang dilakukannya,

dari hasil wawancara di atas diketahui 80% dari total responden

menjawab bahwa siswa sudah terbiasa untuk berkata jujur jika

melakukan kesalahan sedangkan sisanya sebanyak 20% responden

menyatakan bahwa siswa siswa belum terbiasa untuk berkata jujur

jika melakukan kesalahan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah

mulai dibiasakan sejak dini untuk berlaku jujur.

Berdasarkan hasil penelitian untuk akhlak sesama manusia

ditanyakan kepada siswa mengenai perilaku siswa sudah bersikap baik

dan lembut kepada teman-temannya di kelas, dari hasil penelitian 20

orang tua murid mengatakan bahwa siswa sudah berlaku baik terhadap

teman-temannya tetapi guru menjawab bahwa masih ada siswa yang

belum mau bersikap baik terhadap sesama temannya. Siswa diajarkan

untuk mau berbagi sesuatu baik itu makanan atau benda kepada

teman-temannya di kelas dan diajarkan untuk menghormati guru

ataupun teman-temannya di kelas dan bersikap tolong menolong. Dari

hasil penelitian di atas bahwa sebagian besar siswa sudah mulai

memahami dan mau bersikap dan berlaku baik terhadap guru ataupun

rekan-rekannya di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa dengan

61
komunikasi interpersonal yang terjalin baik maka dapat meningkatkan

akhlak peserta didik di TK Islam Al-Rizki.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis temuan penelitian, maka penelitian ini

menyimpulkan dua hal yaitu :

1. Komunikasi interpersonal siswa dengan guru dan orang tua murid

terjalin dengan baik, dan dari komunikasi tersebut siswa mampu

berkerjasama dengan baik dengan guru dan rekan-rekan

sekelasnya.

2. Komunikasi interpersonal yang terjalin baik dapat meningkatkan

akhlak peserta didik di TK Islam Al-Rizki

B. Saran-Saran

Berdasarkan hasil temuan penelitian dan kesimpulan di atas,

maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Guru harus terus membangun komunikasi yang baik kepada siswa

agar siswa benar-benar bisa memahami dan mengungkapkan isi

pesan yang ingin disampaikan.

62
2. Orang tua juga harus turun berperan untuk bisa berkomunikasi

dengan baik kepada anak-anaknya agar dari komunikasi tersebut

bisa membuat anak memiliki perilaku dan akhlak yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ardani, Moh., Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005, Cet. Ke-
2.

Bagir, Haidar, Buku Saku Filsafat Islam, Bandung, Mizan, 2005.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemah, Jakarta: CV.


Toha Putra Semarang, 1989.

Dimyati, Johni, Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya pada


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Jakarta: Prenada Media Group, 2014,
Cet. Ke-2.

Flippo, Edwin B., Personnel Management, New York: McGraw-Hill Book Co.,
1976.

Ghazali, Imam, Ajaran-ajaran Akhlak, Surabaya: Al-Ikhlas, 1980.

Griffin, Ricky W., Management, Boston: Houghton Mifflin Company, 1987.

Hodgetts, Richard M., Effective Supervision: A Practical Approach, New


York: McGraw-Hill Book Company, 1987.

Johnson, David W., Reaching Out: Interpesonal and Self-actualization,


Boston: Allyn and Bacon, 1993.

Lester R. Bittel dan John W. Newstrom, Pedoman Bagi Penyelia, Terj.


Bambang_Hartono, Jakarta: Pustaka Binaan Pressindo, 1996.

Liliweri, Alo, Perspektif Teoritis, Komunikasi Antar Pribadi: Suatu


Pendekatan Ke Arah Psikologi Sosial Komunikasi, Bandung: Citra
Aditya Bakti, 1994.

63
Lussier, Robert N., Human Relations in Organizations, Chicago: Mc Graw-Hill
Co. Inc., 1996.

Miskawaih, Ibn, Tahzib al-Akhlaq, ed. Syekh. Hasan Tamir, Beirut: Mansyurat
Dar Maktabat Al-Hayat, 1398 H.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2009.

Muiz, Abdul, Teknik Praktis Penyusunan Skripsi, Jakarta: Mandala Nasional


Publishing, 2014, Cet. Ke-1.

Qomar, Mujamil, Kesadaran Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian – Dalam Teori & Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta, 2011, Cet. Ke-1.

Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi, Bandung: Alfabeta, 2016.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, 1986, Cet.


Ke-7.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:


PT Remaja Rosda karya, 2009.

Suryadi, Ace dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1993.

Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibn Miskawaih, Yogyakarta: Belukar, 2004.

Tilaar, H.A.R., Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan


Agama Islam Di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2003, Cet. Ke-1

Anonymous, Communication (CM), diakses dari http.//www.act.navy.mil/


communication.htm.

64
LAMPIRAN

1. Gedung Tk Islam Al Rizqi

2. Tenaga Pengajar Tk Islam Al Rizqi

65
3. Suasana ketika sedang belajar

4. Wali murid Tk Islam Al Rizqi

66
67
68
69

Anda mungkin juga menyukai