Anda di halaman 1dari 11

Jurnal

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN ISLAM


Oleh : Toto Santi Aji

ABSTRAK
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang terkait dengan pembentukan kepribadian dan
perilaku seseorang. Pendidikan karakter bermuara pada jiwa, yang merupakan inti dari diri
manusia. Jiwa sering disebut dengan istilah nafs dalam bahasa al Qur’an. Pendidikan Islam
adalah pendidikan yang lebih menekankan pada pembentukan kepribadian dan perilaku, selain
juga berbagai aspek yang terkait dengan aqidah, syari’ah, sosial, budaya, ilmu pengetahuan
dan lain sebagainya.Pendidikan karakter dalam Islam diaktualkan melalui : (1) Pengajaran,
pembiasaan secara terus menerus, kesungguhan, motivasi, pembangunan lingkungan, serta
penegakkan aturan. (2) Melalui metode cerita, ketauladanan serta pujian dan ganjaran. (3)
Pendidikan jiwa, melalui sentuhan-sentuhan hati saat berdzikir, tadarus dan sholat.

KATA KUNCI
Pendidikan Karakter Dalam Islam

PENDAHULUAN
Pembahasan mengenai pendidikan karakter, sebagai pembentukan kepribadian bagi
para siswa, dewasa ini, menjadi wacana yang ramai dibicarakan di dunia pendidikan maupun
di kalangan masyarakat luas. Kebutuhan akan pendidikan yang dapat melahirkan sosok-sosok
uswah bagi bangsa ini dirasakan sangat diperlukan, karena degradasi moral dan kehancuran
akhlak banyak terjadi hampir disetiap lini kehidupan masyarakat dan sudah menjadi budaya
yang mengakar begitu kuat. Kajahatan korupsi, manipulasi, fitnah, kekerasan, kriminal,
pelecehan seksual dan berbagai kemaksiatan sudah begitu kental dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, bermasyarakat dan berumahtangga. Pelakunyapun cukup bervariasi, dari rakyat
biasa hingga pejabat tinggi, dari anak-anak hingga orang tua, bahkan dari tukang becak,
pelajar, pengusaha, aparat penegak hukum hingga para tokoh masyarakat, silih berganti,
berbagi peran dalam dunia kejahatan, penyimpangan dan pelanggaran.
Hal ini adalah realita yang ada dalam kehidupan kita. Produk-produk sumber daya
manusia Indonesia yang berkarakter seperti disebutkan adalah salah satu belum berhasilnya
dunia pendidikan nasional kita dalam menghantarkan manusia Inonesia menjadi pribadi-
pribadi yang berprilaku bersih dan lurus. Satu sisi memang tidak dipungkiri, bahwa dunia
pendidikan kita mampu menghantarkan ranah ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

0
khasanah kemajuan bangsa, akan tetapi di sisi yang lain belum berhasil dalam membentuk
kepribadian yang mulia.
Pendidikan adalah salah satu masalah penting dalam kehidupan manusia. Melalui
pendidikanlah manusia dibentuk, dibina dan diarahkan untuk mendapatkan sesatu yang lebih
baik, nilai tambah dan berbagai kemajuan dalam kehidupannya. Pendidikan juga akan
membawa manusia untuk memiliki kecerdasan, wawasan yang luas, ketrampilan, berbagai
kemampuan dan kepribadian yang baik. Dan melalui dunia pendidikan inilah pembinaan
terhadap karakter yang baik ditanamkan. Dengan demikian pendidikan memiliki peranan yang
cukup vital dalam membentuk sumber daya manusia yang paripurna.
Sekolah adalah sebuah media pendidikan formal yang menjadi wadah proses
pendidikan. Mengingat sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam mengaktualkan
kegiatan pendidikan bagi manusia, maka perhatian terhadap pembangunan, pelaksanaan dan
pengembangan sekolah sangatlah besar pula, baik bagi pemerintah, kalangan akademisi, orang
tua maupun masyarakat luas. Pendidikan berbasis karakter menjadi isu penting dan hangat
dalam mengkritisi keberadaan dunia pendidikan kita. Berbagai konsep, rancangan dan
kurikulum pendidikan karakter dibuat dan diuji-cobakan di sekolah-sekolah dan di lembaga-
lembaga pendiikan lainnya.
A. Pengertian Karakter
Karakter dipahami sebagai sifat, tabiat dan kepribadian yang melekat pada seorang
individu, yang menggambarkan karakteristik dari individu tersebut. Karakter juga terkait
dengan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam kesehariannya. Karakter juga
menunjukkan keberadaan khas dari seorang individu dalam berinteraksi dengan keluarga,
rekan kerja/oganisasi/orang lain dan berbagai lingkungan kehidupannya. Beberapa pendapat
tentang pengertian karakter adalah sebagai berikut :
1. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,
perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Dengan demikian berkarakter
artinya berkepribadian, berperilaku dan berwatak.1
2. Secara etimologis, istilah karakter berasal dari bahasa Yunani, yaitu kharaseein, yang
awalnya mengandung arti mengukir tanda di kertas atau lilin yang berfungsi sebagai
pembeda (Bohlin, 2005)2. Istilah ini selanjutnya lebih merujuk secara umum pada bentuk
1
Aan Nurhasanah, Pendidikan Karakter Berperspektif Islam, (Bandung : Insan Komunika, 2013), hlm. 40
2
Bohlin, Karen, E. (2005). Teaching Character Education through Literature. New York: Routledge Falmer
(http://pks.psikologi.unair.ac.id/coretan-kami/membangun-peradaban-bangsa-dengan-pendidikan-berkarakter-

1
khas yang membedakan sesuatu dengan yang lainnya. Dengan demikian, karakter dapat
juga menunjukkan sekumpulan kualitas atau karakteristik yang dapat digunakan untuk
membedakan diri seseorang dengan orang lain (Timpe, 2007)3.
3. Menurut Imam al-Ghozali, Akhlak adalah gambaran watak yang melekat pada jiwa, yang
dari padanya muncul perilaku otomatis tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 4
(Definisi akhlak menurut al-Ghozali memiliki kesamaan dengan definisi karakter menurut
pandangan para ahli pendidikan, sehingga bisa kita simpulkan bahwa karakter pada
hakekatnya adalah akhlak dalam ajaran Islam)
4. Menurut Mulyasa, Karakter adalah siafat alami seseorang dalam merespon situasi secara
bermoral yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, dan
bertanggungjawab, hormat kepada orang lain, dan karakter mulia lainnya.5
5. Menurut Muchlas Samani, individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat
membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya.6
6. Menuut Dasim Budimansyah, karakter adalah nilai-nilai kebajikan (tahu tentang nilai
kebajikan, mau beruat baik dan berkehiduan yang baik secara nyata) yang terpateni dalam
diri dan terjawantahkan dalam perilaku.7
7. Menurut Cloninger, De La Fuente, karakter berkaitan erat dengan kepribadian yang
didalamnya mencakup berbagai aspek, yakni intelektual, sosio-emosi serta motinasi
kepribadian melibatkan cara merasa, berpikir dan bertindak individu sehari-hari yang
mencakup dua komponen yang saling berinteraksi, yaitu temperamen, biologis dan traits
yang diwariskan, serta temperamen, biologis dan traits yang diperoleh dari budaya dan
interaksi social.8
B. Nilai Karakter

moral/)
3
impe, Kevin. (2007). Internet Encyclopedia of Philosophy, dari http://www.iep.utm.edu/moral-ch/#H3,
(http://pks.psikologi.unair.ac.id/coretan-kami/membangun-peradaban-bangsa-dengan-pendidikan-berkarakter-
moral/)
4
Al-Imam Abi Hamid Al-Ghozali, Ihya’u Ulumuddin, (Cairo : Daru al-Hadits, 2004), Jld. 3, hlm. 70
5
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hlm. 3
6
Muchlas Samani dan Hariyanto, “Konsep dan Model” Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm.42
7
Dasim Budimansyah, Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa,
(Bandung: Widya Aksara Press, 2010), hlm. 23
8
Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter. Solusi Tepat untuk Membangun Bangsa, (Jakarta : IHF dan BP Migas,
2004), hlm. 81

2
Menurut Muhibbin Syah ruang lingkup nilai-nilai karakter meliputi beberapa hal sebagai
berikut9 :
1. Nilai karakter hubungannya dengan Tuhan, misalnya : melakukan ibadah.
2. Nilai Karakter hubungannya dengan diri sendiri, misalnya ; disiplin, mandiri, berjiwa
wirausaha.
3. Nilai Karakter hubungannya dengan sama, misalnya :
a. Sadar akan hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain
b. Taat terhadap aturan sosial
c. Sopan santun
4. Nilai Karakter hubungannya dengan lingkungan, misalnya :
a. Kepedulian sosial
b. Kepedulian lingkungan (memelihara kerapihan dan kebersihan lingkungan)
5. Nilai Karakter hubungannya dengan kebangsanan, misalnya :
a. Berjiwa dan berwawasan nasional (nasionalis)
b. Menghargai keberagaman suku adat istiadat dan keyajinan beragama
Perbedaan itu sebuah keharusan yang tidak terelakan.
Sementara Thomas Lickona mmengemukakan bahwa pendidikan nilai/moral yang
menghasilkan karakter, didalamnya terkandung tiga komponen karakter yang baik
(components of good character), yakni10 :
1. Pengetahuan tentang moral (moral knowing)
2. Perasaan tentang moral (moral feeling)
3. Perbuatan moral (moral action).
Sedangkan menurut pandangan A.G. Hughes dan E. H. Hughes, nilai-nilai karakter
melipui dua aspek, yatu11 :
1. Karakter baik dan buruk
2. Karakter kuat dan lemah.
Berikutnya adalah tentang 18 Nilai Karakter Bangsa yang harus dimiliki oleh sebuah
bangsa, khususnya bangsa Indonesia adalah sebagai berikut12 :
9
Muhibbin Syah, Catatan Kuliah Seminar Pendidikan, Semester I, Prodi Pendidikan Islam, Program Doktor
Pasca Sarjana UIN SGD Bandung, tahun 2012.
10
Thomas Lickona, Mendidik Untuk Membentuk Karakter, trj. Juma Abu Mawaungo, (Jakarta : Bumi Aksara
2012), hlm. 82.
11
A.G. Hughes & E.H. Hughes, Laerning Teaching, Pengantar Psikologi Pembelajaran Modern, trj. SPA Team
Work Yogyakarta, (Bandung : Nuansa, 2012), hlm. 223.
12
Nilai Karakter Bangsa, http://sdn2rogojampi.siap-sekolah.com/2013/02/18/18-nilai-karakter-bangsa/

3
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan ,tindakan dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,suku,tenis,pendapat,sikap dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan
belajar,tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebai-baiknya.
6. Kratif
Berfikir dan melakukan sesuatu yang menghasilkan cara atau hasil baru berdasarkan
sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir ,bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas
dari sesuatu yang dipelajari,dilihat dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berfikir ,bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
Negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air

4
Cara berfikir,bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan kepedulian dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa , lingkungan ,fisik,sosial,budaya,ekonomi dan
politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat ,mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif.
Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara ,bergaul,dan bekerja sama dengan
orang lain.
14. Cinta Damai.
Sikap,perkataan,dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas
kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca.
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan
kewajiban bagi dirinya.
16. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan.
17. Peduli Lingkungan.
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam
disekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi
18. Tanggungjawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakangas dan kewajibannya ,yang seharusnya
dia lakukan,terhadap diri sendiri,masyarakat,lingkungan (alam sosial dan budaya ),Negara
dan Tuhan YME.

PEMBAHASAN
Beberapa konsep pendidikan karakter, berupa pembinaan kepribadian dan perilaku,
diantaranya adalah sebagai berikut :
A. Menurut Imam Ghozali

5
Pendidikan akhlak (pendidikan akhlak pada prinsipnya adalah sama dengan pendidikan
karakter, hanya beda dalam istilah saja-Pen.) menurut Imam Al Ghozali terdiri atas dua cara,
yaitu :
1. Mujahadah dan Membiasakan latihan dengan amal shaleh.
2. Perbuatan tersebut dilakukan dengan berulng-ulang
Pembentukan akhlaq dapat dilakukan dengan mujahadah dan riyadhah, yaitu dengan
membawa diri kepada perbuatan-perbuatan yang dikehenaki oleh akhlaq tersebut. Singkatnya,
akhlaq akan berubah dengan penidikan dan latihan.13
Kepada anak yang sudah mampu mengembangkan daya khayal, al-Ghozali meganjurkan
dilakukan14 :
1. Metode Cerita (al-Hikayat)
2. Metode Keteladanan (Uswah al-Hasanah)
3. Membiasakan hal-hal yang baik.
4. Membangun Lingkungan yang baik
5. Memberikan pujian dan ganjaran, bagi yang sudah mencapai usia sekolah.
B. Menurut Aan Nurhasanah
Program pendidikan karakter menurut Aan Nurhasanah, meliputi unsur-unsur sebagai
berikut :
1. Pengajaran
2. Pembiasaan
3. Peneladanan
4. Pemotivasian
5. Penegakkan aturan
Dengan pendekatan lima point tersebut di atas, maka pendidikan karakter bisa
terprogramkan dengan baik dan terarah. Inilah susunan program pendidikan karakter yang di
rumuskan oleh Aan Nurhasanah.15

C. Menurut Ayat-Ayat Al Qur’an


1. Ketajaman Dzikir

13
Aan Nurhasanah, Pendidikan Karakter Berperspektif Islam, (Bandung : Insan Komunika, 2013), hlm. 99
14
Aan Nurhasanah, Pendidikan Karakter Berperspektif Islam, (Bandung : Insan Komunika, 2013), hlm 100
15
Aan Nurhasanah, Pendidikan Karakter Berperspektif Islam, (Bandung : Insan Komunika, 2013), hlm. 134-138

6
Jika kita cermati, dalam ayat-ayat al Qur’an terdapat sebuah metode pendidikan Islam
yang menfokuskan kepada pendidikan jiwa manusia, yang akan mampu membentuk
kepribadian atau karakter yang Qur’ani. Dalam beberapa ayat Allah berfirman :
        
       
       
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang
mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka.” (QS. Al Anfal [8] : 2-3)

Dari keterangan ayat diatas menunjukkan bahwa, jika efek dzikir mampu
menggetarkan hati, maka akan mampu menimbulkan peningkatan keimanan untuk
mengamankan (menjalankan) ayat-ayat Allah.
2. Penjiwaan Tadarus
Allah berfirman :
      
         
“Orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya, mereka membacanya dengan
bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. dan Barangsiapa yang ingkar
kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al Baqarah [2] : 121)

Ayat tersebut diatas menggambarkan, jika seorang muslim mampu mentadaruskan


ayat-ayat al Qur’an secara terus-menerus, dengan cara tadarus yang benar (bukan hanya
benar dalam tajwidnya dan makhrajnya saja, akan tetapi juga benar dalam mengikuti
artinya, maknanya dan penjiwaannya) sehingga melingkupi keutuhan dalam aspek bacaan
al Qur’an (membaca al Qur’an secara luar-dalam : secara dhohiriyah dan bathiniyah),
maka seseorang tersebut akan mampu mengimani (mengamalkan) ayat-ayat al Qur’an yang
dibacanya.
3. Kekkhusyu’an Sholat
Allah berfirman :

7
        
       
“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada
bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu
(utamanya shalat) akan menghapuskan (dosa)/ perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah
peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Huud [11] : 114)

Melalui penjelasan ayat tersebut di atas, kemampuan seseorang dalam aqimu al-
sholat yaitu, sholat yang matang, berkualitas, kuat dan mendalam, dengan kata lain shalat
yang khusyu’ dan tertib (bukan sekedar af’alu al-sholat : menjalankan shalat saja) akan
menjadikan seseorang itu mampu merubah seseuatu yang buruk kedalam sesuatu yang baik
dalam dirinya.
Apabila kita perhatikan tiga contoh ayat tersebut di atas, mengisyaratkan bahwa jika
dalam berdzikir mampu menggetarkan hati, dalam tadarus dapat dilakukan dengan benar
sehingga bisa terjiwai serta dalam shalat yang dilakukan mampu kuat dan mendalam
sehingga tercapai kekhusyu’an, maka akan berdampak matangnya keimanan dan terjadinya
perubahan ke arah yang lebih baik. Ini artinya, jika dalam membaca al Qur’an, berdzikir,
sholat dan menjalankan berbagai perintah al Qur’an yang lainnya tidak sekedar dijadikan
kewajiban belaka atau sebagai wujud ibadah semata, akan tetapi juga di-“terapikan” dalam
diri dengan melakukan penjiwaan yang dalam maka kekuatan penjiwaan tersebut akan
meresap dan menhujam dalam hati menjadi energi keimanan yang sangat kuat.
Jika hati dipenuhi dengan energi keimanan yang sangat kuat secara terus menerus,
sementara menurut hadits Rasul hati adalah raja, maka hati akan mampu mengendalikan
tangan, kaki, mata, telinga, mulut dan semua anggota badan kita dengan kekuatan
keimanan pula. Sehingga akan terbentuklah kepribadian yang Qur’ani, dengan gerak-
langkah akhlaq yang Qur’ani pula. Semoga dengan melalui pendidikan dan pembinaan
“terapi penjiwaan al Qur’an” benar-benar akan mampu membentuk generasi umat yang
Qur’ani.
Sehingga sangat dipandang penting melakukan pendidikan terhadap jiwa dan atau
hati karena elemen yang satu ini adalah elemen utama yang ada pada diri mausia. Menurut
Quraish Shihab nafs (jiwa) dalam al-Qur’an memiliki beraneka makna, diantaranya sebagai
totalitas manusia (QS. 5 : 32), apa yang terdapat dalam diri manusia yang menghasilkan

8
tingkah laku (QS. 13 : 11) dan secara umum dapat dikatakan, bahwa jiwa adalah nafs
dalam konteks pembicaraan manusia, menunjukkan sisi yang berpotensi baik dan buruk.16
Sedangkan dalam kitab Lisan Al-Arabi, dijelaskan bahwa, manusia itu memiliki dua nafs,
yaitu : Nafs akal dan nafs ruh. Jika nafs akal hilang, manusia masih tetap hidup hanya saja
tidak bisa berpikir (seperti orang tidur dan oang gila), tetapi jika hilang nafs ruh maka
hilang pula kehidupan.17 Adapun nafs menurut Dawam Raharjo adalah jiwa (soul), pribadi
(person), diri (self atau selves), hidup (life), hati (heart), pikiran (mind) dan lain
sebagainya.18
Dengan demikian, maka nafs atau jiwa, yang menjadikan manusia hidup dan
merupakan sesuatu yang inti dalam diri manusia, perlu juga mendapatkan pendidikan, agar
keberadaannya menjadi sesuatu yang sehat, kuat, terarah, lurus/benar, suci dan mampu
mengendalikan manusia kearah kebaikan demi kebaikan. Dan ini merupakan hal yang
paling utama. Karena pendidikan terhadap nafs (jiwa) adalah pendidikan terhadap karakter
manusia, yang akan menjadikan manusia memiliki daya hidup dan kepribadian yang baik.

SIMPULAN
Berdasarkan uraian tentang pendidikan karakter dalam pendidikan Islam, maka dapat di
simpulkan beberapa hal berkenaan dengan pendidikan karakter tersebut, diantaranya adalah :
1. Melakukan pengajaran, pembiasaan secara terus menerus (berulang-ulang) dengan
sungguh-sungguh, pemberian motivasi, membangun lingkungan serta penegakkan aturan.
2. Melalui metode cerita, ketauladanan serta pujian dan ganjaran,
3. Pendidikan Hati, melalui latihan-latihan penjiwaan terhadap dzikir, tadarus dan sholat.
DAFTAR PUSTAKA

Aan Nurhasanah, Pendidikan Karakter Berperspektif Islam, Bandung, 2013, Insan Komunika.

Muchlas Samani dan Hariyanto, “Konsep dan Model” Pendidikan Karakter, Bandung, 2011,
PT. Remaja Rosdakarya.

Al-Imam Abi Hamid Al-Ghozali, Ihya’u Ulumuddin, Cairo, 2004, Daru al-Hadits, Jld. 3.

16
M. Quraish Shihab, Wawasan A-Qur’an : Tafsir Mudhu’i atas Berbagai Perrsoalan, Umat, (Bandung : Mizan,
1996), hlm. 285-286
17
Ibnu Manzur, Ibnu Muharram al-Anshari, Lisan Al-Arabi, Juz VIII, (Kairo : Dar al-Misriyahal-Ta’lif al-
Tarjamah, 1968), hlm. 119-120.
18
M. awam Raharjo, Ensiklopedia Al-Qur’an : Tafsir Sosial Bersdasarkan Konsep-Konsep Kunci, (Jakarta :
Paramadina, 1996), hlm. 250.

9
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta, 2011, Bumi Aksara.

Dasim Budimansyah, Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter


Bangsa, Bandung, 2010, Widya Aksara Press.

Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter. Solusi Tepat untuk Membangun Bangsa, Jakarta,
2004, IHF dan BP Migas.

Thomas Lickona, Mendidik Untuk Membentuk Karakter, trj. Juma Abu Mawaungo, Jakarta,
2012, Bumi Aksara.

A.G. Hughes & E.H. Hughes, Laerning Teaching, Pengantar Psikologi Pembelajaran
Modern, trj. SPA Team Work Yogyakarta, Bandung, 2012, Nuansa.

M. Quraish Shihab, Wawasan A-Qur’an : Tafsir Mudhu’i atas Berbagai Perrsoalan, Umat,
Bandung, 1996, Mizan.

Ibnu Manzur, Ibnu Muharram al-Anshari, Lisan Al-Arabi, Juz VIII, Kairo, 1968, Dar al-
Misriyahal-Ta’lif al-Tarjamah.

M. awam Raharjo, Ensiklopedia Al-Qur’an : Tafsir Sosial Bersdasarkan Konsep-Konsep


Kunci, Jakarta, 1996, Paramadina.

Muhibbin Syah, Catatan Kuliah Seminar Pendidikan, Semester I, Bandung, 2012, Prodi
Pendidikan Islam, Program Doktor Pasca Sarjana UIN SGD Bandung.

Bohlin, Karen, E. (2005). Teaching Character Education through Literature. New York:
Routledge Falmer (http://pks.psikologi.unair.ac.id/coretan-kami/membangun-peradaban-
bangsa-dengan-pendidikan-berkarakter-moral/)

impe, Kevin. (2007). Internet Encyclopedia of Philosophy, dari http://www.iep.utm.edu/moral-


ch/#H3, (http://pks.psikologi.unair.ac.id/coretan-kami/membangun-peradaban-bangsa-dengan-
pendidikan-berkarakter-moral/)

Nilai Karakter Bangsa, http://sdn2rogojampi.siap-sekolah.com/2013/02/18/18-nilai-karakter-


bangsa/

10

Anda mungkin juga menyukai