PENDAHULUAN
Persoalan budaya dan karakter bangsa akhir-akhir ini telah banyak menyita
perhatian berbagai kalangan, baik pemerintah maupun seluruh masyarakat
Indonesia. Sorotan mengenai persoalan budaya dan karakter bangsa Indonesia
dalam berbagai aspek kehidupan, yang tertuang dalam berbagai tulisan di media
cetak, pandangan berbagai tokoh masyarakat, ilmuwan, dan agamawan,
menggambarkan adanya keprihatinan terhadap perkembangan budaya dan
karakter bangsa kita akhir-akhir ini.
Dahulu bangsa kita yang dikenal oleh bangsa lain sebagai bangsa yang
ramah, santun, arif, dan menghargai orang/suku/agama lain, sekarang malahan
sebaliknya. Banyak kita saksikan konflik horizontal dan kekerasan di mana-
mana, baik yang mengatas-namakan agama, suku, maupun perbedaan
kepentingan. Belum lagi masalah korupsi, mafia pajak, mafia hukum telah
mewarnai berita-berita di media massa kita.
1
1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat
menerapkan pendidikan karakter mulai dari lingkungan pribadi, agar dapat
menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam budaya bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Menurut Syahroni (2012), pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-
nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “ the deliberate use of
all dimensions of school life to foster optimal character development ”.
Pendidikan karakter juga berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber
dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang
juga disebut sebagai the golden rule .
3
Menurut Yuliana (2012), pendidikan karakter dapat diaktualisasikan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pengertian cerdas harus dimaknai, bukan saja
sebagai kemampuan dan kapasitas untuk menguasai ilmu pengetahuan, budaya
serta kepribadian yang tangguh akan tetapi juga memiliki kecerdasan emosional
yang dengan bahasa umum disebut sebagai berkarakter mulia atau berbudi luhur,
berakhlak mulia. Sedangkan berbudaya memiliki makna sebagai kemampuan dan
kapasitas untuk menangkap dan mengembangkan nilai-nilai moral dan
kemanusiaan yang beradab dalam sikap dan tindakan berbangsa dan bernegara
(karakter bangsa) dengan penuh tanggung jawab.
Menurut Marzuki (2013), budaya dan karakter tidak bisa dibentuk dan
dibangun dalam waktu yang singkat. Membangun budaya dan karakter bangsa
membutuhkan waktu yang lama dan harus dilakukan secara berkesinambungan.
Dan keluarnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas) menegaskan kembali fungsi dan tujuan pendidikan
nasional kita. Pada Pasal 3 UU ini ditegaskan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
4
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Jadi, pendidikan nasional merupakan usaha terencana
untuk membangun budaya dan karakter bangsa Indonesia.
5
Keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan
yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang
baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk
mencontohnya.
d. Pengkondisian
Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan budaya dan karakter
bangsa maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan
itu. Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa yang diinginkan. Misalnya, toilet yang selalu bersih,
bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah
terlihat rapi dan alat belajar ditempatkan teratur.
3. Budaya Sekolah
Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik
berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan
sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antaranggota
kelompok masyarakat sekolah. Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan
budaya dan karakter bangsa dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-
kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga
administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan
fasilitas sekolah.
6
perhatian, (5) beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral, (6) buat
kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua
peserta didik, mengembangkan karakter, dan membantu siswa untuk berhasil, (7)
usahakan mendorong motivasi diri siswa, (8) libatkan staf sekolah sebagai
komunitas pembelajaran dan moral yang berbagi tanggung jawab dalam
pendidikan karakter dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang
membimbing pendidikan siswa, (9) tumbuhkan kebersamaan dalam
kepemimpinan moral dan dukungan jangka panjang bagi inisiatif pendidikan
karakter, (10) libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
upaya pembangunan karakter, (11) evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah
sebagai pendidik karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter
yang baik.
7
Gambar 2. Warung Kejujuran
4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan
menyenangkan; prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai
budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru.
Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam
suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif.
8
2. Jujur. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
3. Toleransi. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras . Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh–sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif. Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri. Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis. Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu . Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan . Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri
dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air. Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi . Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui,
serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/ Komunikatif . Tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai. Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca. Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan . Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
17. Peduli Sosial . Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
9
18. Tanggung Jawab . Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12