Anda di halaman 1dari 10

PENDIDIKAN AKHLAK DAN KARAKTER SEBAGAI LANDASAN

TEORI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA INDONESIA

Agus Ali1, Agus Yosep Abduloh2, Aan Hasanah3, Bambang Samsul Arifin4
Mahasiswa Doktoral Pendidikan Islam UIN Sunan Gunung Djati, Indonesia
1,2
3 Guru Besar Ilmu Psikologi Pendidikan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Sunan

Gunung Djati, Indonesia


4 Dosen Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati, Indonesia

ABSTRAK
Program prioritas pembangunan nasional pemerintah adalah pendidikan karakter. Untuk itu
perlu kajian lebih mendalam terkait pendidikan akhlak dan karakter sebagai landasan teori
pendidikan karakter bangsa Indonesia, guna mengetahui bagaimana pendidikan akhlak dan
karakter bangsa Indonesia melalui teori pendidikan karakter yang menjadi ciri khas bangsa
Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlu dukungan yang lebih dari berbagai
stakeholder serta kebijakan pemerintah yang mendukung aktivitas ini dalam mewujudkan cita-
cita ini yakni mewujudkan pendidikan akhak dan karakter bangsa Indonesia, salah satunya
melalui 1) sosialisasi kepada khalayak umum (masyarakat) terkait teori dan konsep yang
digunakan bangsa Indonesia dalam mencetak akhlak dan karakter yang unggul; 2) melalui
penggalian kembali serta menerapkan dengan segera tentang sumber nilai pembentuk karakter
bangsa, yang meliputi agama, budaya dan falsafah negara dan tujuan pendidikan nasional untuk
segera dipraktikkan. 3) menyelenggarakan pendidikan yang tangguh yang mampu menangkal
ekses negatif dari pada budaya asing/global.

Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Landasan, Unsur, Fungsi, Tujuan dan Nilai-nilai Karakter

PENDAHULUAN Dalam hal ini secara implisit


Pembangunan karakter yang ditegaskan dalam Rencana Pembangunan
merupakan upaya perwujudan amanat Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun
pancasila dan pembukaan UUD 1945 2005-2025, dimana pendidikan karakter
dilatar belakangi oleh realita permasalahan ditempatkan sebagai landasan untuk
kebangsaan yang berkembang saat ini, mewujudkan visi pembangunan nasional,
seperti: disorientasi dan belum dihayatinya yaitu “Mewujudkan masyarakat berakhlak
nilai- nilai pancasila; bergesernya nilai mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan
etika dalam kehidupan berbangsa dan beradab berdasarkan falsafah pancasila
bernegara; memudarnya kesadaran (Alawiyah, 2012; Morelent, 2015).‟‟
terhadap nilai-nilai budaya bangsa; Dengan adanya upaya dalm
ancaman disintregasi bangsa; dan mewujudkan pendidikan karakter yang
melemahnya kemandirian bangsa (Hamid, sudah diamanatkan dalam RPJPN,
2017; Jaya, 2019). Untuk mendukung sesungguhnya hal yang dimaksud itu
perwujudan cita-cita pembangunan sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan
karakter sebagaimana diamanatkan pendidikan nasional, yaitu: Pendidikan
pancasila dan pembukaan UUD 1945 serta nasional yang berfungsi mengembangkan
mengatasi permasalahan kebangsaan saat dan membentuk watak serta peradapan
ini, maka pemerintah menjadikan bangsa yang bermartabat dalam rangka
pembangunan karakter sebagai salah satu mencerdaskan kehidupan
program prioritas pembangunan nasional. bangsa,bertujuan untuk berkembangnya
V o l . 2 N o . 1 T a h u n 2 0 2 1 | 38
potensi peserta didik agar menjadi karakter secara harfiah berasal dari bahasa
manusia yang beriman dan bertaqwa Latin “Charakter”, yang antara lain berarti:
kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi
mulia, sehat, berilmu, cakap, krestif, pekerti, kepribadian atau akhlak (Jive´ n &
mandiri, dan menjadi warga negara yang Larkham, 2003; Kohn, 1997; Munzel, 1999).
demokratis serta bertanggung jawab Sedangkan secara istilah, karakter
(Mulyani, 2011; No, 20 C.E.). dicontohkan diartikan sebagai sifat manusia pada
negara Indonesia yang notabene umumnya dimana manusia mempunyai
berpenduduk muslim mayoritas bahwa banyak sifat yang tergantung dari faktor
dengan berbagai suku, etnis, agama, kehidupannya sendiri (McAdams & Pals,
bahasa serta berbagai bentuk keragaman 2006; Sears, 1986).
lainnya menjadi sebuah keniscayaan dalam Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak
mencita-citakan karakter bangsa yang atau budi pekerti yang menjadi ciri khas
unggul. Hal ini senada (Hasanah et al., seseorang atau sekelompok orang.
2016) yang mengatakan bahwa local Karakter merupakan nilai-nilai perilaku
wisdom sunda misalnya dikatakan bahwa manusia yang berhubungan dengan Tuhan
multietnis seperti Indonesia ini sudah Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
berkontribusi dalam hal terwujudnya manusia, lingkungan, dan kebangsaan
karakter bangsa yang unggul. Oleh sebab yang terwujud dalam pikiran, sikap,
itu dari latarbelakang diatas terkait perasaan, perkataan, dan perbuatan
Pendidikan Akhlak dan Karakter sebagai berdasarkan norma-norma agama, hukum,
Landasan Teori Pendidikan Karakter tata krama, budaya, dan adat istiadat
bangsa Indonesia, maka perlu kajian lebih (Hendriana & Jacobus, 2017; McAdams &
mendalam tentang bagaimana konsepsi Pals, 2006; Sears, 1986) dalam hal ini
nilai-nilai Pendidikan Akhlak dan Karakter Karakter dapat juga diartikan sama dengan
yang dijadikan sebagai Landasan Teori akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter
Pendidikan Karakter bagi bangsa bangsa identik dengan akhlak bangsa atau
Indonesia di era disrupsi 4.0 seperti budi pekerti bangsa. Bangsa yang
sekarang ini ?. berkarakter adalah bangsa yang berakhlak
dan berbudi pekerti, sebaliknya bangsa
PEMBAHASAN yang tidak berkarakter adalah bangsa yang
Dalam dunia pendidikan istilah nation tidak atau kurang berakhlak atau tidak
and charakter building adalah istilah klasik memiliki standar norma dan perilaku yang
dan menjadi kosa kata hampir sepanjang baik.
sejarah modern Indonesia terutama sejak Pendidikan karakter adalah suatu
peristiwa Sumpah Pemuda 1928 sistem penanaman nilai-nilai karakter
(Alisjahbana, 1974; Anderson, 1990a, kepada warga sekolah yang meliputi
1990b). Istilah ini mencuat kembali sejak komponen pengetahuan, kesadaran atau
tahun 2010 ketika pendidikan karakter kemauan, dan tindakan untuk
dijadikan sebagai gerakan nasional pada melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik
puncak acara Hari Pendidikan Nasional 20 terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME),
Mei 2010 yang dicanangkan oleh presiden diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
RI. Munculnya pendidikan karakter ini kebangsaan sehingga menjadi manusia
dilatarbelakangi oleh semakin terkikisnya insan kamil (Citra, 2012; Suwito, 2012). Di
karakter sebagai bangsa Indonesia, dan sekolah pendidikan karakter semua
sekaligus sebagai upaya pembangunan komponen (stakeholders) harus dilibatkan,
manusia Indonesia yang berakhlak budi termasuk komponen- komponen
pekerti yang mulia (Adawiyah, 2018; pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum,
Laksana, 2016). Dalam hal ini Istilah proses pembelajaran dan penilaian,

V o l . 2 N o . 1 T a h u n 2 0 2 1 | 39
kualitas hubungan, penanganan atau Hadits (Aeni, 2014; Ainiyah, 2013). Dalam
pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan Islam, tidak ada disiplin ilmu yang terpisah
sekolah, pelaksanaan aktivitas, dari etika-etika Islam. Sebagai usaha yang
pemberdayaan sarana prasarana, identik dengan ajaran agama, pendidikan
pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga karakter dalam Islam memiliki keunikan
dan lingkungan sekolah. Dengan dan perbedaan dengan pendidikan
demikian, pendidikan karakter adalah karakter di dunia barat. Dalam hal ini
usaha yang sungguh-sungguh untuk Perbedaan- perbedaan tersebut mencakup
memahami, membentuk, memupuk nilai- penekanan terhadap prinsip-prinsip
nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun agama yang abadi, aturan dan hukum
untuk semua warga masyarakat atau dalam memperkuat moralitas, perbedaan
warga negara secara keseluruhan. pemahaman tentang kebenaran, penolakan
Pendidikan karakter juga dapat terhadap otonomi moral sebagai tujuan
dikatakan sebagai pendidikan untuk pendidikan moral, dan penekanan pahala
“membentuk” kepribadian seseorang di akhirat sebagai motivasi perilaku
melalui pendidikan budi pekerti, yang bermoral. Inti dari perbedaaan-perbedaan
hasilnya terlihat dalam tindakan nyata ini adalah keberadaan wahyu ilahi sebagai
seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, sumber dan rambu-rambu pendidikan
jujur, bertanggung jawab, menghormati karakter dalam Islam. Akibatnya,
hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. pendidikan karakter dalam Islam lebih
Russels Williams menggambarkan bahwa sering dilakukan dengan cara doktriner
karakter adalah ibarat “otot, dimana “otot- dan dogmatis, tidak secara demokratis dan
otot” karakter akan menjadi lembek logis (Indrawan, 2014; Setiawan, 2014).
apabila tidak pernah dilatih, dan akan kuat Implementasi pendidikan karakter dalam
dan kokoh apabila sering dipakai. Seperti Islam, tersimpul dalam karakter pribadi
seorang binaragawan yang terus menerus Rasulullah SAW (Fitri, 2018; Suryawati,
berlatih untuk membentuk ototnya, “otot- 2016). Dalam pribadi Rasul, tersemai nilai-
otot” karakter akan terbentuk dengan nilai akhlak yang mulia dan agung. Al-
praktik latihan yang akhirnya akan qur’an dalam surat Al-ahzab ayat 21
menjadi sebuah kebiasaan (Ainissyifa, mengatakan “Sesungguhnya telah ada
2017; Rakhmat, 2013). pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
Abdullah Nasih Ulwan juga baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengungkapkan beberapa macam mengharap (rahmat) Allah dan
pendidikan budi pekerti atau karakter (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
yang perlu dikembangkan dan ditanamkan menyebut Allah”.
kepada anak. Pendidikan tersebut berupa Karakter atau Akhlak tidak diragukan
penanaman nilai-nilai kejujuran, lagi memiliki peran besar dalam
keikhlasan, sopan santun, keteguhan kehidupan manusia. Menghadapi
aqidah, kesabaran, kedermawanan, fenomena krisis moral, tuduhan seringkali
kebersihan, persaudaraan, persatuan, diarahkan kepada dunia pendidikan
pergaulan, kasih sayang, ilmu dan akal, sebagai penyebabnya. Hal ini dikarenakan
serta mengenai hal yang berhubungan pendidikan berada pada barisan terdepan
dengan manajemen waktu (Ridwan, 2019; dalam menyiapkan sumber daya manusia
Suwito, 2012). yang berkualitas, dan secara moral
memang harus berbuat demikian.
Landasan Pendidikan Karakter Bangsa Pembinaan karakter dimualai dari
Indonesia individu, karena pada hakikatnya karakter
Pendidikan karakter dalam Islam itu memang individual, meskipun ia dapat
berlandaskan kepada Al-Quran dan berlaku dalam konteks yang tidak

V o l . 2 N o . 1 T a h u n 2 0 2 1 | 40
individual. Karenanya pembinaan karakter Adapun unsur-unsur tersebut adalah
dimulai dari gerakan individual, yang sikap, emosi, kemauan, kepercayaan dan
kemudian diproyeksikan menyebar ke kebiasaan. Sikap seseorang akan dilihat
individu-idividu lainnya, lalu setelah orang lain dan sikap itu akan membuat
jumlah individu yang tercerahkan secara orang lain menilai bagaimanakah karakter
karakter atau akhlak menjadi banyak, orang tersebut, demikian juga halnya
maka dengan sendirinya akan mewarnai emosi, kemauan, kepercayaan dan
masyarakat. Dalam Islam, karakter atau kebiasaan, dan juga konsep diri (Self
akhlak mempunyai kedudukan penting Conception). Dimensi ini meliputi : 1)
dan dianggap mempunyai fungsi yang Sikap, dimana Sikap seseorang biasanya
vital dalam memandu kehidupan adalah merupakan bagian karakternya,
masyarakat. Sebagaimana firman Allah bahkan dianggap sebagai cerminan
SWT di dalam Al-qur’an surat An-nahl karakter seseorang tersebut. Tentu saja
ayat 90 yang artinya “Sesungguhnya Allah tidak sepenuhnya benar, tetapi dalam hal
menyuruh (kamu) Berlaku adil dan tertentu sikap seseorang terhadap sesuatu
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum yang ada dihadapannya menunjukkan
kerabat, dan Allah melarang dari bagaimana karakternya; 2) Emosi, dimana
perbuatan keji, kemungkaran dan Emosi merupakan gejala dinamis dalam
permusuhan. Dia memberi pengajaran situasi yang dirasakan manusia, yang
kepadamu agar kamu dapat mengambil disertai dengan efeknya pada kesadaran,
pelajaran. perilaku, dan juga merupakan proses
Adapun yang menjadi dasar fisiologis; 3) Kepercayaan, terkait
pendidikan karakter atau akhlak adalah Kepercayaan ini yang notabene
Al-qur’an dan Al-hadits, dengan kata lain merupakan komponen kognitif manusia
dasar-dasar yang lain senantiasa di dari faktor sosiopsikologis. Kepercayaan
kembalikan kepada Al-qur’an dan Al- bahwa sesuatu itu “benar” atau “salah”
hadits (Izza, 2019; Muchlis, 2017). Di antara atas dasar bukti, sugesti otoritas,
ayat Al-qur’an yang menjadi dasar pengalaman, dan intuisi sangatlah penting
pendidikan karakter adalah surat Luqman untuk membangun watak dan karakter
ayat 17-18 sebagai berikut yang artinya “ manusia. jadi, kepercayaan itu
Hai anakku, dirikanlah shalat dan memperkukuh eksistensi diri dan
suruhlah (manusia) mengerjakan yang memperkukuh hubungan denga orang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan lain; 4) Kebiasaan dan Kemauan, Maksud
yang mungkar dan bersabarlah terhadap dari Kebiasaan adalah komponen konatif
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya dari faktor sosiopsikologis. Kebiasaan
yang demikian itu Termasuk hal-hal yang adalah aspek perilaku manusia yang
diwajibkan (oleh Allah). dan janganlah menetap, berlangsung secara otomatis, dan
kamu memalingkan mukamu dari tidak direncanakan. Sementara itu,
manusia (karena sombong) dan janganlah kemauan merupakan kondisi yang sangat
kamu berjalan di muka bumi dengan mencerminkan karakter seseorang. Ada
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak orang yang kemauannya keras, yang
menyukai orang-orang yang sombong lagi kadang ingin mengalahkan kebiasaan,
membanggakan diri”. tetapi juga ada orang yang kemauannya
lemah. Kemauan erat berkaitan dengan
Unsur-Unsur Karakter Bangsa Indonesia tindakan, bahakan ada yag mendefinisikan
Ada beberapa dimensi manusia yang kemauan sebagai tindakan yang
secara psikologis dan sosiologis perlu merupakan usaha seseorang untuk
dibahas dalam kaitannya dengan mencapai tujuan; 5) Konsep diri (Self
terbentuknya karakter pada diri manusia. Conception), maksudnya adalah menjadi

V o l . 2 N o . 1 T a h u n 2 0 2 1 | 41
hal penting lainnya yang berkaitan dengan 4). Disiplin; 5). Kerja Keras; Kreatif; 7).
(pembangunan) karakter adalah konsep Mandiri; 8). Demokratis; 9). Rasa Ingin
diri. Proses konsepsi diri merupakan Tahu; 10). Semangat Kebangsaan; 11).
proses totalitas, baik sadar maupun tidak Cinta Tanah Air; 12). Menghargai Prestasi;
sadar, tentang bagaimana karakter dan diri 13). Bersahabat atau Komuniktif; 14). Cinta
kita dibentuk. Dalam proses konsepsi diri, Damai; 15). Gemar Membaca; 16). Peduli
biasanya kita mengenal diri kita dengan Lingkungan; 17). Peduli Sosial, dan 18).
mengenal orang lain terlebih dahulu. Citra Tanggung Jawab (Afandi, 2011;
diri dari orang lain terhadap kita juga akan Cahyaningrum et al., 2017; Supranoto,
memotivasi kita untuk bangkit 2015). Sedangkan jika kita mengacu apa
membangun karakter yang lebih bagus yang diundangkan dalam UU No 20 tahun
sesuai dengan citra. Karena pada dasarnya 2003 pasal 3 menyebutkan pendidikan
citra positif terhadap diri kita, baik dari kita nasional berfungsi mengembangkan
maupun dari orang lain itu sangatlah kemampuan dan membentuk karakter
berguna. bangsa yang bermartabat. Ada 9 pilar
pendidikan berkarakter, diantaranya
Fungsi Pendidikan Karakter Bangsa adalah (Dianti, 2014; Faujiah et al., 2018):
Indonesia 1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaannya;
Pendidikan karakter berfungsi (1) 2. Tanggung jawab, kedisiplinan dan
mengembangkan potensi dasar agar kemandirian;
berhati baik, berpikiran baik, dan 3. Kejujuran /amanah dan kearifan;
berperilaku baik; (2) memperkuat dan 4. Hormat dan santun;
membangun perilaku bangsa yang 5. Dermawan, suka menolong dan gotong
multikultur; (3) meningkatkan peradaban royong/ kerjasama;
bangsa yang kompetitif dalam pergaulan 6. Percaya diri, kreatif dan bekerja keras;
dunia. Pendidikan karakter dilakukan 7. Kepemimpinan dan keadilan;
melalui berbagai media yang mencakup 8. Baik dan rendah hati;
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat 9. Toleransi kedamaian dan kesatuan;
sipil, masyarakat politik, pemerintah,
dunia usaha, dan media massa
(Puspitasari, 2016; Susanti, 2013). Tujuan Pendidikan Karakter Bangsa
Sedangkan menurut salah seorang pakar Indonesia
pendidikan Darmawan Iskandar, Dalam hal ini pendidikan karakter
menyatakan bahwa pendidikan pada intinya bertujuan membentuk bangsa
merupakan proses yang terjadi secara terus yang tangguh, kompetitif, berakhlak
menerus (abadi) dari penyesuaian yang mulia, bermoral, bertoleran, bergotong
lebih tinggi bagi makhluk manusia yang royong, berjiwa patriotik, berkembang
telah berkembang secara fisik dan mental, dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan
yang bebas dan sadar kepada Tuhan, dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh
seperti termanifestasi dalam alam sekitar iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha
intelektual, emosional dan kemanusiaan Esa berdasarkan Pancasila (Amal, 2017;
dari manusia (Puspitasari, 2016; Susanti, Rizkyanfi, 2020). DIKTI menyatakan
2013). Nilai-nilai pendidikan sendiri adalah bahwa Pendidikan karakter dilakukan
suatu makna dan ukuran yang tepat dan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
akurat yang mempengaruhi adanya nasional yaitu untuk berkembangnya
pendidikan itu sendiri. diantara Nilai-nilai potensi peserta didik agar menjadi
dalam Pendidikan Karakter Bangsa, ada 18 manusia yang beriman dan bertakwa
unsur dan nilai yang mana diantaranya kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
adalah : 1). Religius; 2). Jujur; 3). Toleransi; mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

V o l . 2 N o . 1 T a h u n 2 0 2 1 | 42
mandiri, dan menjadi warga negara yang yang berkaitan dengan norma atau nilai-
demokratis serta bertanggung jawab nilai pada setiap mata pelajaran perlu
(Amal, 2017; Setiawati et al., 2020). dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan
Pendidikan karakter pada tingkatan dengan konteks kehidupan sehari-hari
institusi mengarah pada pembentukan (Bahri, 2015; Rismayanthi, 2011). Dengan
budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter
melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi
keseharian, dan simbol-simbol yang menyentuh pada internalisasi, dan
dipraktikkan oleh semua warga sekolah, pengamalan nyata dalam kehidupan
dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya peserta didik sehari-hari di masyarakat.
sekolah merupakan ciri khas, karakter atau
watak, dan citra sekolah tersebut di mata Nilai-Nilai Karakter Bangsa Indonesia
masyarakat luas. Sasaran pendidikan Berdasarkan kajian nilai-nilai agama,
karakter adalah seluruh Sekolah norma-norma sosial, peraturan/hukum,
Menengah Pertama (SMP) di Indonesia etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM,
negeri maupun swasta. Semua warga telah teridentifikasi butir-butir nilai yang
sekolah, meliputi para peserta didik, guru, dikelompokkan menjadi lima nilai utama,
karyawan administrasi, dan pimpinan yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam
sekolah menjadi sasaran program ini. hubungannya dengan Tuhan Yang Maha
Sekolah-sekolah yang selama ini telah Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan
berhasil melaksanakan (Fitrah, 2017; lingkungan serta kebangsaan (Bahri, 2015;
Hidayat & Machali, 2012). Komariah, 2018). Lebih jelasnya inilah
Pendidikan karakter dengan baik nilai-nilai utama yang dimaksud dan
dijadikan sebagai best practices yang diskripsi ringkasnya: a) Nilai karakter
menjadi contoh untuk disebarluaskan ke dalam hubungannya dengan Tuhan, yakni
sekolah-sekolah lainnya. Melalui program nilai religius; b) Nilai karakter dalam
ini diharapkan lulusan SMP memiliki hubungannya dengan diri sendiri yaitu; (a)
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Bertanggung jawab, (b), Bergaya hidup
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, (c) Disiplin, (d) Jujur, (e) Kerjakeras,
kompetensi akademik yang utuh dan (f) Percaya diri, (g) Berpikir logis, kreatif
terpadu, sekaligus memiliki kepribadian dan mandiri, (h) ingin tahu; c) Nilai
yang baik sesuai norma-norma dan budaya karakter dalam hubungannya dengan
Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, sesama, yaitu,; (a) Sadar akan hak dan
pendidikan karakter nantinya diharapkan kewajiban diri dan orang lain, (b) Patuh
menjadi budaya sekolah. Menurut Mochtar pada aturan-aturan sosial, (c) Menghargai
Buchori, pendidikan karakter seharusnya karya dan prestasi orang lain, (d) Santun,
membawa peserta didik ke pengenalan (e) Demokratis; d) Nilai karakter dalam
nilai secara kognitif, penghayatan nilai hubungannya dengan lingkungan, yaitu;
secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan (a) Peduli sosial dan lingkungan, (b) Nilai
nilai secara nyata. Pendidikan karakter kebangsaan, (c) Nasionalis, (d) Menghargai
yang selama ini ada di SMP perlu segera keberagaman. Sedangkan menurut
dikaji, dan dicari altenatif-alternatif Heritage Foundation dan tertuang dalam
solusinya, serta perlu dikembangkannya sembilan pilar karakter yang dicetuskan
secara lebih operasional sehingga mudah oleh Ratna Megawangi ada Sembilan
diimplementasikan di sekolah karakter yang harus dimiliki oleh siswa
(Rismayanthi, 2011; Rosmiati, 2014). yaitu adalah: a) Cinta Tuhan dan segenap
Pendidikan karakter pada dasarnya dapat ciptaan-Nya; b) Kemandirian dan
diintegrasikan dalam pembelajaran pada Tanggung jawab; c) Kejujuran/amanah,
setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran bijaksana; d) Hormat dan santun; e)

V o l . 2 N o . 1 T a h u n 2 0 2 1 | 43
Dermawan, suka menolong dan gotong 1. Keteladanan; Memiliki Integritas
royong; f) Percaya diri,kreatif dan pekerja Tinggi serta Memiliki Kompetensi:
keras; g) Keadilan dan kepemimpinan; h) Pedagogik, kepribadian, sosial, dan
Baik dan rendah hati; i) Toleransi, profesional;
kedamaian dan kesatuan (Ainissyifa, 2017; 2. Pembiasaan;
Rakhmat, 2013). 3. Penanaman kedisiplinan
Sementara itu nilai-nilai karakter 4. Menciptakan suasana yang konduksif
menurut Kementrian Pendidikan Nasional 5. Integrasi dan internalisasi
yang merupakan hasil kajian empirik Pusat 6. Meletakkan landasan karakter yang
Kurikulum (Kusumawati, 2015; kuat melalui internalisasi nilai dalam
Rahayuningtias, 2015). Nilai-nilai yang pendidikan jasmani.
bersumber dari agama, Pancasila, budaya 7. Membangun landasan kepribadian
dan tujuan pendidikan nasional (1) yang kuat, sikap cintai damai, sikap
Religius; (2) Jujur; (3) Toleransi; (4) sosial dan toleransi dalam konteks
Disiplin; (5) Kerja keras; (6) Kreatif; (7) kemajemukan budaya, etnis, dan
Mandiri; (8) Demokratis; (9) Rasa Ingin agama
Tahu; (10) Semangat Kebangsaan; (11) 8. Menumbuhkan kemampuan berfikir
Cinta Tanah Air; (12) Menghargai Prestasi; kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas
(13) Bersahabat/Komunikatif; (14) Cinta ajar dalam pendidikan jasmani
Damai; (15) Gemar Membaca; (16) Peduli 9. Mengembangkan keterampilan untuk
Lingkungan; (17) Peduli Sosial; (18) melakukan aktivitas jasmani dan
Tanggung Jawab. Pendidikan karakter olahraga, serta memahami alasan-
memiliki sifat bidireksional (dua arah) alasan yang melandasi gerak dan
dimana arahannya adalah anak mampu kinerja.
memiliki ketajaman intelektual dan 10. Menumbuhkan kecerdasan emosi dan
integritas diri sebagai pribadi yang penghargaan terhadap hak-hak asasi
memiliki karakter kuat. Thomas Lickona orang lain melalui pengamalan fair
dalam Educating for Character (1991) play dan sportivitas.
menuturkan bahwa pendidikan karakter 11. Menumbuhkan self esteem sebagai
merupakan suatu ikhtiar yang secara landasan kepribadian melalui
sengaja untuk membuat seseorang pengembangan kesadaran terhadap
memahami, peduli akan dan bertindak atas kemampuan dan pengendalian gerak
dasar nilai-nilai yang etis (Lesmana, 2014; tubuh
Muchlis, 2017). Pendidikan karakter 12. Mengembangkan keterampilan dan
merupakan pendidikan budi pekerti plus kebiasaan untuk melindungi
yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan keselamatan diri sendiri dan
(cognitive), perasaan (feeling), dan keselamatan orang lain.
tindakan (action). 13. Menumbuhkan cara pengembangan
dan pemeliharaan kebugaran jasmani
Strategi Pembentukan Karakter Bangsa dan pola hidup sehat.
Indonesia 14.Menumbuhkan kebiasaan dan
Adapun terkait Strategi Pembentukan kemampuan untuk berpartisipasi aktif
Karakter dalam menunjang terciptanya secara teratur dalam aktivitas fisik dan
Pendidikan Karakter, Landasan memahami manfaat dari
Pendidikan Karakter, Unsur-Unsur keterlibatannya
Karakter, Fungsi Pendidikan Karakter, 14. Menumbuhkan kebiasaan untuk
Tujuan Pendidikan Karakter, dan Nilai- memanfaatkan dan mengisi waktu
nilai Karakter maka perlu strategi khusus luang dengan aktivitas jasmani yang
meliputi :

V o l . 2 N o . 1 T a h u n 2 0 2 1 | 44
bersifat rekreatif (Kusumawati, 2015; PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 1(1), 85–
Wibowo, 2017). 98.
Ainissyifa, H. (2017). Pendidikan Karakter
KESIMPULAN dalam Perspektif Pendidikan
Dari pembahasan diatas maka dapat Islam. Jurnal Pendidikan UNIGA,
ditarik kesimpulan bahwa program 8(1), 1–26.
prioritas pembangunan nasional Ainiyah, N. (2013). Pembentukan karakter
pemerintah adalah pendidikan karakter. melalui pendidikan agama Islam.
Untuk itu perlu kajian lebih mendalam Al-Ulum, 13(1), 25–38. Alawiyah, F.
terkait pendidikan akhlak dan karakter (2012). Kebijakan dan
sebagai landasan teori pendidikan karakter Pengembangan Pembangunan
bangsa Indonesia, guna mengetahui Karakter Melalui Pendidikan di
bagaimana pendidikan akhlak dan Indonesia. Aspirasi: Jurnal Masalah-
karakter bangsa Indonesia melalui teori Masalah Sosial, 3(1), 87–101.
pendidikan karakter yang menjadi ciri Alisjahbana, S. T. (1974). Language policy,
khas bangsa Indonesia. Hasil penelitian language engineering and literacy
menunjukkan bahwa perlu dukungan in Indonesia and Malaysia.
yang lebih dari berbagai stakeholder serta Advances in Language Planning,
kebijakan pemerintah yang mendukung 391–416.
aktivitas ini dalam mewujudkan cita-cita Amal, B. K. (2017). Pembelajaran Ips
ini yakni mewujudkan pendidikan akhak Berkarakter Dan Peranannya
dan karakter bangsa Indonesia, salah Dalam Menghadapi Era Globalisasi
satunya melalui 1) sosialisasi kepada Mea.
khalayak umum (masyarakat) terkait teori Anderson, B. R. O. (1990a). Language and
dan konsep yang digunakan bangsa power: Exploring political cultures
Indonesia dalam mencetak akhlak dan in Indonesia. Cornell University
karakter yang unggul; 2) melalui Press.
penggalian kembali serta menerapkan Anderson, B. R. O. (1990b). Language and
dengan segera tentang sumber nilai power: Exploring political cultures
pembentuk karakter bangsa, yang meliputi in Indonesia. Cornell University
agama, budaya dan falsafah negara dan Press.
tujuan pendidikan nasional untuk segera Bahri, S. (2015). Implementasi pendidikan
dipraktikkan. 3) menyelenggarakan karakter dalam mengatasi krisis
pendidikan yang tangguh yang mampu moral di sekolah.
menangkal ekses negatif dari pada budaya Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1),
asing/global. 57–76.
Cahyaningrum, E. S., Sudaryanti, S., &
DAFTAR PUSTAKA Purwanto, N. A. (2017).
Adawiyah, S. (2018). Pentingnya Pengembangan nilai-nilai karakter
Pendidikan Karakter Pada Anak. anak usia dini melalui pembiasaan
Prosiding Seminar Dan Diskusi dan keteladanan. Jurnal
Pendidikan Dasar. Pendidikan Anak, 6(2), 203–213.
Aeni, A. N. (2014). Pendidikan karakter Citra, Y. (2012). Pelaksanaan pendidikan
untuk siswa sd dalam perspektif karakter dalam pembelajaran.
islam. Mimbar Sekolah Dasar, 1(1), Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus,
50–58. 1(1), 237–249.
Afandi, R. (2011). Integrasi pendidikan Dianti, P. (2014). Integrasi Pendidikan
karakter dalam pembelajaran IPS Karakter dalam pembelajaran
di sekolah dasar. Pendidikan Kewarganegaraan

V o l . 2 N o . 1 T a h u n 2 0 2 1 | 45
untuk mengembangkan karakter Karana. Jurnal Penjaminan Mutu,
siswa. Jurnal Pendidikan Ilmu 5(1), 57–67.
Sosial, 23(1). Jive´ n, G., & Larkham, P. J. (2003). Sense
Faujiah, A., Tafsir, A., & Sumadi, S. (2018). of place, authenticity and character:
Pengembangan Karakter Anak Di A commentary.
Indonesia Heritage Foundation Journal of Urban Design, 8(1), 67–81.
(Ihf) Depok. Jurnal Penelitian Kohn, A. (1997). How not to teach values:
Pendidikan Islam,[SL], 6(2), 163– A critical look at character
186. education. Phi Delta Kappan, 78,
Fitrah, M. (2017). Peran kepala sekolah 428–439.
dalam meningkatkan mutu Komariah, Y. (2018). Pengembangan
pendidikan. Jurnal Penjaminan Bahan Ajar Cerita Rakyat
Mutu, 3(1), 31–42. Kuningan Terintegrasi Nilai
Fitri, A. (2018). Pendidikan karakter Karakter dalam Pembelajaran
prespektif al-Quran hadits. Apresiasi Sastra di SMP. Deiksis:
TA’LIM: Jurnal Studi Pendidikan Jurnal Pendidikan Bahasa Dan
Islam, 1(2), 258–287. Sastra Indonesia, 5(1), 100–109.
Kusumawati, R. D. (2015). Pendidikan
Hamid, A. (2017). Pendidikan Karakter Karakter Di Pondok Pesantren
Berbasis Pesantren: Pelajar dan Askhabul Kahfi Semarang.
Santri dalam Era IT dan Cyber Universitas Negeri Semarang.
Culture. Imtiyaz. Laksana, S. D. (2016). Urgensi pendidikan
Hasanah, A., Gustini, N., & Rohaniawati, karakter bangsa di sekolah.
D. (2016). Nilai-Nilai Karakter MUADDIB: Studi Kependidikan
Sunda. Deepublish. Dan Keislaman, 5(2), 167–184.
Hendriana, E. C., & Jacobus, A. (2017). Lesmana, J. A. (2014). Nilai budaya cina
Implementasi pendidikan karakter dan jawa dalam novel putri cina
di sekolah melalui keteladanan dan karya sindhunata sebagai butir
pembiasaan. JPDI (Jurnal pendidikan karakter.
Pendidikan Dasar Indonesia), 1(2), McAdams, D. P., & Pals, J. L. (2006). A
25–29. new Big Five: Fundamental
Hidayat, A., & Machali, I. (2012). principles for an integrative science
Pengelolaan pendidikan: Konsep, of personality. American
prinsip, dan aplikasi dalam Psychologist, 61(3), 204.
mengelola sekolah dan madrasah. Morelent, Y. (2015). Pengaruh Penerapan
Kaukaba. Kurikulum 2013 Terhadap
Indrawan, I. (2014). Pendidikan karakter Pembentukan Karakter Siswa
dalam perspektif islam. Al-Afkar: Sekolah Dasar Negeri 05 Percobaan
Jurnal Keislaman & Peradaban, Pintu Kabun Bukittinggi. Jurnal
2(1). Gramatika, 1(2), 79634. Muchlis, S.
Izza, I. (2019). Media Sosial, Antara (2017). Nilai-nilai pendidikan
Peluang dan Ancaman dalam karakter religius dalam Kitab
Pembentukan Karakter Anak Didik Maulid Al-Barzanji karya
di Tinjau dari Sudut Pandang Syaikh Ja’far Bin Hasan Al-Barzanji.
Pendidikan Islam. At-Ta’lim: Universitas Islam Negeri Maulana
Jurnal Pendidikan, 5(1), 17–37. Malik Ibrahim.
Jaya, K. A. (2019). Membangun Mutu Mulyani, E. (2011). Model pendidikan
Pendidikan Karakter Siswa Melalui kewirausahaan di pendidikan
Implementasi Ajaran Tri Hita

V o l . 2 N o . 1 T a h u n 2 0 2 1 | 46
dasar dan menengah. Jurnal Pertunjukan (Journal of Performing
Ekonomi Dan Pendidikan, 8(1). Arts), 15(1), 71–82.
Munzel, G. F. (1999). Kant’s conception of
moral character: The" critical" link Sears, D. O. (1986). College sophomores in
of morality, anthropology, and the laboratory: Influences of a
reflective judgment. University of narrow data base on social
Chicago Press. psychology’s view of human
No, U.-U. (20 C.E.). Tahun 2003 tentang nature. Journal of Personality and
sistem Pendidikan Nasional. Social Psychology, 51(3), 515.
Puspitasari, E. (2016). Pendekatan Setiawan, A. (2014). Prinsip pendidikan
Pendidikan Karakter. Edueksos: karakter dalam islam: Studi
Jurnal Pendidikan Sosial & komparasi pemikiran al-Ghazali
Ekonomi, 3(2). dan Burhanuddin al-Zarnuji.
RAHAYUNINGTIAS, W. D. W. I. (2015). Dinamika Ilmu: Jurnal Pendidikan,
Peran Kegiatan Ekstra Kurikuler 14(1), 1–12.
Agama Dalam Meningkatkan Setiawati, E., Bahri, A. S., Firmadani, F.,
Karakter Santriwati Pondok Safari, M., Pramanik, P. D.,
Modern Darul Hikmah Tawangsari Nuramila, N., Rahmah, R. E.,
Tulungagung 2014/2015. Nuryanti, N., Pratama, A. Y., &
Rakhmat, C. (2013). Menyemai Pendidikan Nurmiyanti, L. (2020). Pendidikan
Karakter Berbasis Budaya Dalam Karakter.
Menghadapi Tantangan Supranoto, H. (2015). Implementasi
Modernitas. Institut Hindu pendidikan karakter bangsa dalam
Dharma Negeri, Bali. pembelajaran SMA. Jurnal
Ridwan, I. (2019). Konsep Dan Pola Asuh Promosi, 3(1), 36–49.
Orang Tua Terhadap Pembentukan Suryawati, D. P. (2016). Implementasi
Karakter Anak Dalam Perspektif Pembelajaran Akidah Akhlak
Islam (Qs: Lukman Ayat 12-19). Terhadap Pembentukan Karakter
Jurnal Penelitian Bimbingan Dan Siswa di MTs Negeri Semanu
Konseling, 4(2). Gunungkidul. Jurnal Pendidikan
Rismayanthi, C. (2011). Optimalisasi Madrasah, 1(2), 309–322.
pembentukan karakter dan Susanti, R. (2013). Penerapan pendidikan
kedisiplinansiswa sekolah dasar karakter di kalangan mahasiswa.
melalui pendidikan Al-Ta Lim Journal, 20(3), 480–487.
jasmaniolahraga dan kesehatan. Suwito, A. (2012). Integrasi Nilai
Jurnal Pendidikan Jasmani Pendidikan Karakter ke dalam
Indonesia, 8(1). Mata Pelajaran Pendidikan
Rizkyanfi, M. W. (2020). Alat Evaluasi Kewarganegaraan di Sekolah
Presentasi Berbasis Pendidikan Melalui RPP. CIVIS, 2(2/Juli).
Karakter Pada Mata Kuliah Umum Wibowo, S. S. S. (2017). Pendidikan
(Solusi untuk Mengatasi Karakter Dalam Pembelajaran
Keterampilan Wicara Publik pada ISMUBA (Al-Islam,
Masyarakat Modern). Proceedings Kemuhammadiyahan, Dan Bahasa
Universitas Pamulang, 1(2). Arab) Sekolah Menengah Kejuruan
Rosmiati, A. (2014). Teknik stimulasi Muhammadiyah 1 Purbalingga.
dalam pendidikan karakter anak IAIN Purwokerto.
usia dini melalui lirik lagu
dolanan. Resital: Jurnal Seni

V o l . 2 N o . 1 T a h u n 2 0 2 1 | 47

Anda mungkin juga menyukai