Anda di halaman 1dari 5

NAMA KELOMPOK III

1. IYAN SYAHPUTRA (04)


2. RAHMAT SYAIFULLAH (09)
3. EGI VADIA (13)
4. SHERINA NURLAILA (16)

Judul Pendidikan Karakter Bangsa yang Berlandaskan Pancasila


Volume & Volume 5 Nomor 3 Tahun 2021, Halaman 7875-7883
Halaman
Tahun 2021
Penulis Leni Nadiah1 , Dinie Anggraeni Dewi2 , Yayang Furi Furnamasari3
Penerbit Universitas Pendidikan Indonesia
Hasil Pembangunan pendidikan harus diorientasikan pada tiga tujuan utama, yaitu:

1. Pendidikan sebagai sarana pemajuan dan peningkatan jati diri bangsa, guna
mengembangkan manusia sedemikian rupa sehingga dapat mengembangkan
potensipotensi yang bersumber dari fitrah manusia, dari Tuhan. Pengembangan
identitas mempromosikan karakter yang kuat, yang tercermin dalam sikap dan
perilaku Anda. Tanpa identitas, suatu bangsa akan dengan mudah menyimpang dari
tantangan globalisasi yang serba cepat saat ini dan kehilangan dirinya sendiri.
2. Pendidikan merupakan sarana utama dalam membangun kembali karakter bangsa
Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang ramah, kooperatif, ulet, dan terpelajar.
Jika kita bisa membangun kembali karakter ini, memperkuatnya, maka insya Allah kita
akan mampu menghadapi setiap krisis dan tantangan di masa depan.
3. Pendidikan sebagai wadah pembentukan wawasan kebangsaan, , yaitu perubahan
dari mentalitas warga negara yang semula berorientasi etnis menjadi mentalitas
nasional seutuhnya. Melalui visi nasional, dapat dibangun masyarakat yang mencintai,
menghargai, percaya, bahkan saling melengkapi untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan pembangunan

Pendidikan karakter sering disamakan dengan pendidikan religius, pendidikan budi


pekerti, pendidikan akhlak mulia, pendidikan moral atau pendidikan nilai. 6 Karakter
secara etimologis menurut Mounier berasal dari bahasa Yunani “kasairo” berarti
“cetak biru”, format dasar”, “sidik” seperti sidik jari. Pendidikan karakter terus
mengembangkan akhlak, berakhlak mulia, dan kebiasaan, adalah baik, untuk siswa.
Pendidikan karakter yang terintegrasi di dalam mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri adalah pengenalan nilai-nilai yang diperolehnya kesadaran akan
pentingnya dan bagaiman penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta
didik sehari-hari melalui proses pembelajaran.

Pancasila merupakan sumber kekuatan bagi perjuangan bangsa Indonesia. Nilai-nilai


Pancasila merupakan pengikat sekaligus pendorong dalam usaha menegakkan dan
memperjuangkan kemerdekaan sehingga menjadi bukti bahwa Pancasila sesuai
dengan kepribadian dan keinginan bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di
dalam Pancasila merupakan jiwa kepribadian dan pandangan hidup masyarakailayah
nusantara sejak dahulu. Pancasila merupakan ideologi yang menjadi landasan
berbangsa yang memuat nilai-nilai luhur sebagai solusi pemecahan masalah.
NAMA KELOMPOK III
1. IYAN SYAHPUTRA (04)
2. RAHMAT SYAIFULLAH (09)
3. EGI VADIA (13)
4. SHERINA NURLAILA (16)

Judul NILAI-NILAI DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA YANG BERDASARKAN PANCASILA


DAN UUD 1945
Penulis RABIATUL NITA
Penerbit Universitas Lambung Mangkurat
Hasil Pembangunan karakter merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang
berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila;
keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila;
bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya
kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, ancaman disintegrasi bangsa , dan
melemahnya kemandirian bangsa.

Pelaksanaan pendidikan karakter sesuai dengan panduan pelaksanaan dapat dilakukan


melalui tiga jalur yaitu (1) integrasi melalui mata pelajaran, (2) integrasi melalui
muatan lokal dan (3) integrasi melalui pengembangan diri. Pendidikan karakter yang
terintegrasi di dalam mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri adalah
pengenalan nilai-nilai yang diperolehnya kesadaran akan pentingnya dan bagaiman
penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui
proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas (Kemdiknas, 2011:40).

Degradasi karakter muncul karena adanya contoh kurang baik dari orang yang lebih
dewasa seperti guru,orang tua dan lainnya. Misalnya budaya buang sampah
sembarangan, budaya terlambat, budaya tidak sabaran dan budaya
merokok.Pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang
baik (habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan
nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya bukan hanya sekedar mengajarkan mana
yang benar dan mana yang salah. Nilai materiil Pancasila merupakan sumber kekuatan
bagi perjuangan bangsa Indonesia.

Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara disebut diengan konsep pendidikan sistem


among yang meliputi ing ngarsa sung tuladha (jika di depan memberi teladan
mengandung nilai keteladanan, pembimbingan dan pemanduan), ing madya mangun
karsa(jika ditengahtengah atau sedang bersama-sama menyumbangkan gagasan, yang
bermakna peserta didik didorong untuk mengembangkan karsa atau gagasannya-
mengandung nilai kreativitas dan pengembangan gagasan serta dinamisasi
pendidikan) dan tut wuri handayani (jika dibelakang menjaga agar tujuan pendidikan
tercapai dan peserta didik diberi motivasi serta diberi dukungan psikologis untuk
mencapai tujuan pendidikan mengandung nilai memantau, melindungi,
merawat,menjaga, memberikan penilaian dan saran-saran perbaikan,sambil
memberikan kebebasan untuk bernalar dan mengembangkan karakter peserta didik)
sebenarnya sarat akan nilai-nilai karakter (Samani dan Hariyanto, 2011:6). Jadi dapat
NAMA KELOMPOK III
1. IYAN SYAHPUTRA (04)
2. RAHMAT SYAIFULLAH (09)
3. EGI VADIA (13)
4. SHERINA NURLAILA (16)

dilihat bahwa konsep Kaya Karsa mengadopsi konsep sistem among Ki Hajar
Dewantara,sehingga pendidikan karakter sebetulnya bukan hal yang baru, tetapi
merupakan penggalian nilai-nilai lama dari konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara.
Guru dapat menjadi contoh yang langsung dapat ditiru oleh peserta didik dengan
mengikuti ajaran dan fatwa Ki Hajar Dewantara
Judul Membumikan nilai Pancasila pada generasi bangsa
Volume & Vol 10, No 2, Oktober 2019, Halaman 179-190
Halaman
Tahun 2019
Penulis Muhammad Awin Alaby
Penerbit Universitas wiralodra
Hasil Pembangunan pendidikan harus diorientasikan pada tiga tujuan utama, yaitu:

1. Pancasila sebagai ideologi negara menjadi acuan dasar bagi semua warga negara
Indonesia diberbagai sektor kehidupan. Namun faktanya saat ini nilai-nilai luhur
pancasila semakin terkikis akibat pengaruh pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni yang kurang terfilter dengan baik, Indikasi memudarnya praktik
nilai-nilai pancasila dapat dilihat dari meningkatnya jumlah kasus yang melibatkan
generasi bangsa yang mencerminkan lemahnya karakter bangsa, seperti meningkatnya
kriminalitas, korupsi, kolusi dan nepotisme, radikalisme, kejahatan seksual, kehidupan
yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan sebagainya.

2. pancasila merupakan aspek yang penting untuk menangkal radikalisme dan


membangun karakter generasi bangsa, dinamika dalam mengaktualisasikan nilai
Pancasila ke dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan benegara adalah suatu
keniscayaan, agar Pancasila tetap selalu relevan pada fungsinya memberikan acuan
dasar bagi pengambilan kebijaksanaan dan pemecahan masalah dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara supaya loyalitas warga masyarakat dan warganegara
terhadap Pancasila tetap tinggi sehingga apatisme, resistensi terhadap pancasila bisa
diminimalisir dan persatuan indonesia tetap terjaga.

3. Aktualisasi nilai pancasila harus mulai disosialisasikan dari berbagai lingkungan


pendidikan. Baik itu di keluarga sebagai pendidikan informal, sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal, maupun dalam masyarakat sebagai lembaga pendidikan non
formal. Tahap pendidikan yang pertama dan utama bagi anak ada di keluarga, Artinya
bagaimana karakter anak berkembang kedepan bergantung dari pola asuh yang
diterapkan di rumah. Apakah pola asuh permisif yang memberi kebebasan pada anak,
pola asuh otoriter yang mewajibkan anak untuk selalu patuh, atau pola asuh
autoritatif yang artinya antara orangtua dan anak saling mengerti tanggungjawab, hak
dan kewajiban masing-masing. Para tenaga pendidik yang merupakan orangtua kedua
peserta didik di sekolah, perlu senantiasa mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila
yang sebenarnya. Mulai dari kebiasaan untuk berdoa setiap kegiatan belajar mengajar,
saling toleransi antar teman, menumbuhkan sikap peduli sesama, dan tidak
membeda- bedakan antara peserta didik satu dengan peserta didik yang lain. Dalam
NAMA KELOMPOK III
1. IYAN SYAHPUTRA (04)
2. RAHMAT SYAIFULLAH (09)
3. EGI VADIA (13)
4. SHERINA NURLAILA (16)

lingkungan lembaga pendidikan Informal/ Masyarakat. Mengimplementasikan nilai-


nilai Pancasila di masyarakat tentu dimulai dari sekitar lingkungan rumah.
Keberagaman etnis yang ada di masyarakat hendaknya menjadi suatu warna tersendiri
bagi mereka, sebagaimana semboyan yang dimiliki bangsa Indonesia yaitu “ Bhinneka
Tunggal Ika”.
Judul Pendidikan Karakter
Volume & Halaman 69-89
Halaman
Tahun 2019
Penulis Nurdin
Penerbit STAIN Sultan Qaimuddin Kendari
Hasil Pembangunan Karakter bangsa (2010) dapat di identifikasi sebagai berikut; (1),
Disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila sebagai filosofi dan ideologi
bangsa; (2), Keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai
esensi pancasila; (3), Bergesernya nilai-nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara; (4), Memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; (5),
Ancaman disintegrasi bangsa; (6), Melemahnya kemandirian bangsa. Kondisi tersebut
menumbuhkan kesadaran betapa mendesaknya agenda untuk melakukan terobosan
guna membentuk dan membina karakter kepada generasi bangsa. Urgensi pendidikan
karakter dikembangkan karena, salah satu bidang pembangunan nasional yang sangat
penting dan menjadi fondasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
adalah pembangunan karakter bangsa.
Ada beberapa alasan mendasar yang melatari pentingnya pembangunan karakter
bangsa, baik secara filosofis, ideologis, normatif, historis maupun sosiokultural. Secara
filosofis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah kebutuhan asasi dalam
proses berbangsa karena hanya bangsa yang memiliki karakter dan jati diri yang kuat
yang akan eksis. Secara ideologis, pembangunan karakter merupakan upaya
mengejawantahkan ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Secara normatif, pembangunan karakter bangsa merupakan wujud nyata langkah
mencapai tujuan negara, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan
bangsa; ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial. Secara historis, pembangunan karakter bangsa merupakan
sebuah dinamika inti proses kebangsaan yang terjadi tanpa henti dalam kurun sejarah,
baik pada zaman penjajahan maupun pada zaman kemerdekaan. Secara sosiokultural,
pembangunan karakter bangsa merupakan suatu keharusan dari suatu bangsa yang
multikultural.
1. Karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. 2. Sumber Nilai Pendidikan
Karakter yaitu: Agama: Pancasila: Budaya: dan Tujuan Pendidikan Nasional. 3. Konsepsi
pendidikan karakter yang dianut oleh Indonesia mencerminkan absolute moral.
Gagasan mengenai absolute moral dalam arti nilai-nilai yang disepakati dan penting
juga dari diangkatnya nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai yang tertuang dalam tujuan
pendidikan nasional sebagai sumber dari pendidikan karakter. 4. Secara makro
NAMA KELOMPOK III
1. IYAN SYAHPUTRA (04)
2. RAHMAT SYAIFULLAH (09)
3. EGI VADIA (13)
4. SHERINA NURLAILA (16)

pendidikan karakter dibagi dalam tiga tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi hasil. 5. Pendidikan karakter dalam konteks mikro, berpusat pada satuan
pendidikan secara holistik. Satuan pendidikan merupakan sektor utama yang secara
optimal memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada
untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secara
terusmenerus proses pendidikan karakter di satuan pendidikan. 6. Implementasi
pendidikan karakter di sekolah setidaknya melalui 4 model yaitu (1) Model sebagai
Mata Pelajaran Tersendiri (monolitik); (2), Model Terintegrasi dalam Semua Bidang
Studi; (3), Model non formal (ekstrakurikuler); (4), Model Gabungan.

Anda mungkin juga menyukai