Levi Olivia
* e-mail: leviolivia328@gmail.com
Abstrak:
majikan, konflik antar partai, konflik antara perubahan yang penuh denga paradoksal dan
rakyat dengan penguasa, demonstrasi yang ketakterdugaan.
cenderung merusak, otonomi daerah yang Penguatan Pancasila melalui
berdampak tumbuhnya etnosentrisme dan Pendidikan Pancasila ini sesuai dengan
lain-lain. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
Jika melihat dari hal-hal tersebut tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1
maka pantaslah bangsa Indonesia perlu yang berbunyi : “Pendidikan Nasional
mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah adalah pendidikan yang berdasarkan
harus membina dan membangun bangsa Pancasila dan Undang-Undang Dasar
dengan menanamkan nilai-nilai positif republic Indonesia 1945 yang berakar pada
melalui pendidikan karakter yang berbasis nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
pada Pancasila sebagai sumber etika dan Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
moral dalam berbagai bidang kehidupan zaman”. Sedangkan Pasal 3 berbunyi “
terutama dikembangkan dan ditanamkan Pendidikan nasional berfungsi untuk
kepada anak anak bangsa sejak dini, agar mengembangkan kemampuan dan
bangsa ini memiliki generasi yang memiliki membentuk watak serta peradaban bangsa
karakter yang positif dan mampu bersaing yang bermartabat dalam rangka
dengan Negara lain di era globalisasi. mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan
Gagasan pembangunan bangsa untuk berkembangnya potensi peserta didik
unggul sebenarnya telah ada semenjak agar menjadi manusia yang beriman dan
kemerdekaan Republik Indonesia bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
diproklamasikan 17 Agustus 1945 oleh berakhlak mulia, sehat , berilmu, cakap,
Presiden Sukarno, telah menyatkan perlunya kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara
nation and character building sebagai yang demokratis serta bertanggung jawab”.
integral dari pembangunan bangsa. Beliau Menurut Notonegoro bangsa
menyadari bahwa karakter suatu bangsa Indonesia berPancasila dalam tri-prakara
berperan besar dalam mempertahankan yaitu : a. Pancasila Negara, b. Pancasila adat
eksistensi bangsa Indonesia. Cukup banyak kebudayaan dan c. Pancasila religious.
contoh empiris yang membuktikan bahwa Kemampuan warga Negara agar memiliki
karakter bangsa yang kuat berperan besar hidup yang berguna dan bermakna serta
dalam mencapai tingkat keberhasilan dan mampu mengantisipasi perkembangan,
kemajuan bangsa. perubahan masa depannya, sangat
Melalui Pendidikan Pancasila memerlukan pembekalan ilmu pengetahuan,
sebagai sumber etika dan moral dapat teknologi dan seni (ipteks) yang
membentuk karakter untuk membantu berlandaskan nilai-nilai keagamaan dan nilai-
perkembangan jiwa generasi penerus bangsa. nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar Negara
Sekolah memiliki kewajiban tersebut akan menjadi panduan dan
mengembangkan karakter melalui mewarnai keyakinan serta pegangan hidup
pendidikan Pancasila yang tertanam dan warga Negara dalam kehidupan
terimplementasi agar segala krisis moral bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ( M.
yang menjadi tantangan bangsa dapat terkikis Syamsudin. 2011: 11).
dengan menguatnya nilai-nilai Pancasila dan Tulisan ini mencoba memberikan
nilai nasionalisme kepada para peserta didik, gambaran tentang bagaimana Pancasila di
demi terwujudnya gerasi penerus selau warga kuatkan dalam perkembangan karakter anak
masyarakat bangsa dan Negara, agar berguna bangsa melalui Pendidikan Pancasila
dan bermakna serta mampu mengantisipasi sehingga dapat mengimplementasikan dalam
hari depan yang senantiasa berubah dan kehidupan sehari hari dimanapun dan
selalu terkait dengan konteks dinamika kapanpun, kemudian Pancasila ini sudah
budaya, bangsa dan Negara dan hubungan tumbuh menjadi sebuah karakter didalam diri
internasionalya. Pendidikan tinggi tidak masing-masing anak bangsa dengan etika
dapat mengabaikan realita kehidupan yang dan moral Pancasila yang sudah menjadi
mengglobal yang digambarkan sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia, agar
generasi penerus bangsa ini dapat
3
mewujudkan apa yang menjadi cita cita catatan dan sebagainya untuk memperoleh
bangsa dengan menghadapi segala tantangan kevalidan data (Miles&Huberman. 1992)
dimasa mendatang. Analisis data dilakukan secara
induktif, yang didalamnya terdiri dari dua
METODE/METHOD tahap yaitu proses reduksi data dan peyajian
Metode pendekatan penelitian ini data. Reduksi data bertujuan untuk penulis
adalah menggunakan library research. lebih mudah dalam memilih data yang valid,
Metode ini akan digunakan untuk menjawab sedangkan penyajian data agar
studi pendahuluan (prelimentary research) memungkinkan penarikan kesimpulan.
untuk memahami lebih mendalam gejala Penarikan kesimpulan didapatkan sesudah
yang tengah berkembang di lapangan atau merujuk tujuan penulisan, analisis dan
dalam masyarakat (Zed, 2004). Selanjutnya sistesis. Simpulan juga memperhatikan
menurut Zed (2004:54), menjelaskan bahwa penyajian data dari pembahasan yang ditarik
riset kepustakaan adalah serangkaian merepresentasikan pokok-pokok bahasan
kegiatan yang berkenaan dengan metode dalam karya tulis serta didukung dengan
pengumpulan pengumpulan data pustaka, saran praktis sebagai rekomendasi
membaca dan mencatat serta mengolah selanjutnya.
bahan penelitian.
Proses penyusunan artikel ini
HASIL PENELITIAN/ RESULT AND
dimulai dari pengumpulan data yang
RESEARCH
dilakukan dengan studiliterasi, yaitu
mengidentifikasi berbagai referensi yang
terkait dengan judul artikel. Data dan Pengertian Etika, Moral dan Karakter
informasi tersebut, didapatkan dari berbagai Etika berasal dari bahasa Yunani
literatur yang terkait dengan artikel dan Ethos yang berarti kebiasaan, adar, watak
anggapan yang didasarkan dari data-data perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam hal
sesuai dengan topic pembahasan. etika sama pengertiannya denga moral.
Berdasarkan anggapan tersebut, selanjutnya Moral berasal dari bahasa Latin Mos, yang
dilakukan tindak lanjut dengan berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan,
mengelompokkan data secara sistematis awatak, tabiat, akhlak dan cara hidup.
untuk memberikan penjelasan dari anggapan (Kanter, 2001).
tersebut. Setelah itu, data yang telah Menurut Kamus Besar Bahasa
dikumpulkan secara sistematis dianalisis dan Indonesia terbitan Departemen Pendidikan
ditafsirkan untuk menjelaskan fenomena dan Kebudayaan (1998), etika dirumuskan
dengan alur ilmiah. Maka dengan demikian, sebagai berikut:
akan menciptakan dan menghasilkan sebuah 1. Ilmu tentang apa yang baik dan
solusi terhadap persoalan yang ditulis dalam buruk, dan tentang hak dan
artikel ini. kewajiban moral (akhlak).
Beberapa jenis literatur yang 2. Kumpulan asas atau nilai yang
digunakan dalam melakukan riset ini adalah berkenaan dengan akhlak
terdiri dari buku-buku dan artikel jurnal 3. Nilai mengenai benar atau salah
mengenai Pendidikan Pancasila dan yang dianut suatu golongan atau
Kewarganegaraan serta artikel mengenai masyarakat.
Pendidikan karakter untuk menumbuhkan Jadi menurut Sukrisno Agoes dan I
nasionalisme bagi para anak bangsa sebagai Cenik Ardana ( 2014 : 27) dari hal tersebut
penerus serta pewaris bangsa Indonesia. dapat diketahui bahwa etika dapat dilihat
Teknik pengumpulan data sebagai :
menggunakan teknik dokumentasi, 1. Etika sebagai praktis, sama dengan
melakukan pencocokan data dari buku-buku, moral atau moralitas yang berarti
jurnal dan literatur terkait yang memiliki adat istiadat, kebiasaan, nilai-nilai,
korelasi dengan artikel ini. Setelahnya akan dan norma-norma yang berlaku
diterjemahkan kembali menjaditranskrip , dalam kelompok atau masyarakat.
4
2. Etika sebagai ilmu atau tata susila khas dari diri seseorang yang bersumber dari
adalah pemikiran/penilaian moral. bentukan-bentukan yang diterima dari
Etika sebagai pemikiran moral bisa lingkungan, misalnya keluarga pada masa
saja mencapai taraf ilmiah bila kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir.
proses penalaran terhadap moralitas Prof. Suyanto Ph.D menyatakan bahwa
tersebut bersifat kritis, metodis dan karakter adalah cara berpikir dan berperilaku
sistematis. yang menjadi cirri khas tiap individu untuk
Istilah karakter/watak banyak hidup dan bekerjasama baik dalam lingkup
dijumpai dalam ilmu psikologi. Soedarsono keluarga, masyarakat , bangsa dan Negara.
(2002: 67) mendefinisikan kepribadian Sedangkan definisi karakter menurut
sebagai totalitas kejiwaan seseorang yang Victoria Neufeld dan David B. Gunalnik
menampilkan sisi yang didapat dari (dalam Raka, 2007) adalah “distinctive trait,
keturunan dan sisi yang didapat dari distinctive quality, moral strength, the
pendidikan, pengalaman hidup, serta pattern of behavior found in an individual or
lingkungannya. Karakter adalah sisi group”. Kamus Besar Bahasa Indonesia
kepribadian yang didapat dari pengalaman, belum memasukkan kata-kata yang ada
pedidikan dan lingkungan sehingga bisa adalah ‘watak’ yang diartikan sebagai sifat
dikatakan bahwa karakter adalah bagian dari batin manusia yang mempengaruhi segenap
kepribadian. Cloud (2007) mendefinisikan pikiran dan tingkah laku, budi pekerti, tabiat.
karakter sebagai kemampuan seseorang Dari berbagai pendapat diatas dapat
untuk memenuhi tuntutan kenyataan. sejalan disimpulkan bahwa karakter berkaitan
dengan Cloud, Ezra (2006) mengatakan dengan kekuatan moral, berkonotasi ‘positif’
bahwa karakter adalah culture untuk sebuah bukan netral. Jadi orang yang berkarakter
kesuksesan yang langgeng dan tahan uji. adalah orang yang mempunyai kualitas moral
Kemudian Chopra (2005) menyatakan bahwa (tertentu) positif. Dengan demikian
karakter adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh pendidikan adalah membangun karakter,
mereka yang telah mencapai tingkat yang secara implicit mengandung arti
kesadaran Tuhan sebenarnya sama persis membangun sifat atau pola perilaku yang
dengan karakter/sifat-sifat yang dimiliki oleh didasari atau berkaitan dengan dimensi moral
sel tubuh manusia. yang positif atau baik, bukan negative atau
Lincona (1991:51) dalam bukunya yang buruk. Hal ini didukung oleh Peterson
Educating for Charakter menjelaskan tentang dan Seligman (Raka, 2007:5) yang
pengertian karakter dalam pembelajaran, mengaitkan secara langsung ‘charakter
yaitu sebagai berikut : “Charakter consist of strength’ adalah kebajikan. Charakter
operative value, values inaction. Charakter strength dipandang sebagai unsur-unsur
conceived has three in terrelated parts: psikologis yang membangun kebajikan
moral knowing, moral feeling and moral (virtues). Salah satu kriteria utama dari
behavior. Good character consist of knowing character strength adalah karakter tersebut
the good, desiring the good and doing the berkontribusi besar dalam mewujudkan
good-habits of the mind, habits of the heart sepenuhnya potensi dan cita-cita seseorang
and habits of action”. pernyataan di atas dalam membangun kehidupan yang baik,
dapat dijelaskan bahwa karakter terdiri atas yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang
nilai-nilai tindakan. Karakter dipahami lain.
mempunyai tiga komponen saling Menurut Prof. Wuryadi, sebenarnya
berhubungan yaitu pengetahuan moral, pembangunan karakter bangsa mulai
perasaan dan perilaku moral. Karakter yang dikumandangkan sejak awal Negara ini lahir.
baik adalah perilaku yang baik dari Tetapi, program ini belum selesai karena
pemikiran, kebiasaan dan tindakan yang banyak pihak-pihak yang merasa dirugikan
baik. Indonesia dengan kekayaan alamnya akan
Sementara itu Koesoema A sulit dikuasai manakala bangsanya memiliki
(2007:80) bahwa karakter sama dengan karakter yang kuat. Oleh karena itu, kondisi
kepribadian.. kepribadian dianggap sebagai bangsa kita dibuat semakin tajam krisis
“cirri atau karakteristik atau gaya atau sifat karakternya. Menurut Raka (2007), krisis
5
karakter bangsa kita disebabkan oleh hal-hal seperti motif-motif, dan watak. Ada
sebagai berikut : himpunan pernyataan ketiga yang tidak
1. Terlampau terlena oleh Sumber Daya bersifat moral, tetapi penting dalam rangka
Alam yang melimpah pernyataan tentang tindakan. Berdasarkan
2. Pembangunan ekonomi yang terlalu pendapat Franz Magnis-Suseno tersebut
bertumpu pada modal fisik membuat skema sebagai berikut:
3. Surutnya idealism, berkembangnya
permasalahan pernyataan
pragmatisme’overdosis’
etika moral moral
4. kurang berhasil belajar dari
pengalaman bangsa ssendiri.
persoalan pernyataan
Tujuan dan Hakekat Pendidikan moral tentang
Karakter tindakan
Tujuan pendidikan karakter menurut
manusia
Prof. Dr. H. E. Mulyana ( 2013:9) adalah
untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pernyataan
pendidikan yang mengarah pada tentang
pembentukan karakter dan akhlak mulia manusia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan sendiri
seimbang, sesuai dengan standar kompetensi
lulusan pada setiap satuan pendidikan. pernyataan
Melalui pendidikan karakter peserta didik bukan
diharapkan mampu secara mandiri moral
meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasikan serta Berdasarkan skema tersebut dapat di
mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan rincikan sebagai berikut:
akhlak mulia sehingga terwujud dalam a. Dalam beberapa pernyataan kita
perilaku sehari-hari. Pendidikan karakter mengatakan bahwa suatu tindakan tertentu
pada tingkat satuan pendidikan mengarah sesuai atau tidak sesuai dengan norma-norma
pada pembentukan budaya sekolah yaitu moral dan oleh karena itu adalah betul, salah,
nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, dan atau wajib. Contoh: “Engkau seharusnya
kebiasaan sehari-hari, serta symbol-simbol mengembalikan uang itu”. “Mencuri itu
yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, salah” “Perintah jahat tidak boleh ditaati”
dan masyarakat sekitarnya. Budaya sekolah Ketiganya disebut sebagai pernyataan
merupakan cirri khas, karakter atau watak, kewajiban.
dan citra sekolah tersebut dimata masyarakat b. Orang, kelompok orang dan unsur-unsur
luas. kepribadian (motif, watak, dan sebagainya)
Sedangkan menurut Sjarkawi kita nilai sebagai baik, buruk, jahat,
(2006:39) mengungkapkan bahwa mengagumkan, suci, memalukan,
pendidikan karakter bertujuan membina bertanggung jawab, pantas ditegur, disebut
terbentuknya perilaku siswa yang baik bagi sebagai pernyataan penilaian moral.
setiap orang. Artinya, pendidikan nilai c. Himpunan pernyataan ketiga yang harus
karakter bukan sekedar memahami tentang diperhatikan adalah penilaian bukan moral.
aturan tetapi juga mengenai penerapan nilai Contoh: Mangga itu enak, Anak itu sehat.
budaya yang membentuk akhlak seseorang. Mobil itu baik, Kertas ini jelek, dan
Objek etika manurut Franz Magnis- sebagainya.
Suseno13 adalah pernyataan moral .Apabila Perbedaan penting mengenai
diperiksa segala macam moral, pada beberapa pernyataan di atas :
dasarnya hanya ada dua macam, yaitu, a. Pernyataan kewajiban tidak mengenal
pernyataan tentang tindakan manusia dan tingkatan. Wajib atau tidak wajib, betul
pernyataan tentang manusia sendiri atau atau salah tidak ada tengahnya.
tentang unsur-unsur kepribadian manusia
6
b. Penilaian moral dan bukan moral (4) norma kebiasaan, dan (5) norma
mengenal tingkatan. Rasa dari sebuah kesopanan. Norma
mangga dapat agak enak atau enak sekali. agama adalah tolok ukur benar salah yang
Watak bersifat amat jahat atau agak jahat; mendasarkan diri pada ajaran-ajaran agama.
dan lain sebagainya. Dalam agama-agama selalu ada perintah dan
Nilai Pancasila yang digali dari bumi larangan. Ada halal haram lengkap dengan
Indonesia sendiri merupakan pandangan sanksi-sanksi bagi pelanggar ajaranajaran
hidup/panutan hidup bangsa Indonesia. agama. Norma agama itu tentunya berlaku
Kemudian, ditingkatkan kembali menjadi bagi pemeluknya karena beragama itu
Dasar Negara yang secara yuridis formal dasarnya adalah keyakinan.
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, Norma hukum adalah norma yang
yaitu sehari setelah Indonesia merdeka. dituntut dengan tegas oleh masyarakat dan
Secara spesifik, nilai Pancasila telah dianggap perlu demi kemaslahatan dan
tercermin dalam norma seperti norma agama, kesejahteraan umum.
kesusilaan, kesopanan, kebiasaan, serta Norma moral atau susila adalah tolok ukur
norma hukum. Dengan demikian, nilai yang dipakai masyarakat untuk
Pancasila secara individu hendaknya mengukur kebaikan seseorang. Tolok ukur
dimaknai sebagai cermin perilaku hidup penilaiannya adalah ukuran baik dan buruk
sehari-hari yang terwujud dalam cara berdasarkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi
bersikap dan dalam cara bertindak. Misalnya, atau yang dianggap rendah masyarakat
gotong-royong. tempat manusia yang bersangkutan itu
Notonagoro juga berpendapat bahwa berada. Dengan norma moral itu, seseorang
nilai-nilai Pancasila tergolong nilai-nilai benar-benar dinilai perilakunya. Norma
kerohanian, tetapi nilai-nilai kerohanian yang kebiasaan adalah tolok ukur perilaku
mengakui adanya nilai material dan nilai manusia yang berdasarkan pada hal-hal yang
vital. Dengan demikian, nilai-nilai lain secara telah berlangsung dalam masyarakat sebagai
lengkap dan harmonis,baik nilai material, suatu adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan Pelanggaran norma biasanya
atau nilai estetis, nilai kebaikan atau nilai mendapatkan sanksi, tetapi tidak selalu
moral, maupun nilai kesucian yang berupa hukuman di pengadilan atau penjara.
sistematika– hirarkhis, yang dimulai dari sila Sanksi dari norma agama lebih ditentukan
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai ‘dasar’ oleh Tuhan. Oleh karena itu, hukumannya
sampai dengan sila keadilan sosial bagi berupa siksaan di akhirat, atau di dunia atas
seluruh rakyat Indonesia sebagai ‘tujuan’. kehendak Tuhan. Sanksi pelanggaran/
Norma adalah tolok ukur/alat untuk penyimpangan norma kesusilaan adalah
mengukur benar salahnya suatu sikap dan moral yang biasanya berupa gunjingan dari
tindakan manusia. Norma juga bisa diartikan lingkungannya.
sebagai aturan yang berisi Penyimpangan norma kesopanan dan
rambu-rambu yang menggambarkan ukuran norma kebiasaan, seperti sopan santun dan
tertentu, yang di dalamnya terkandung nilai etika yang berlaku di lingkungannya, juga
benar/salah. Dalam bahasa Inggris, norma mendapat sanksi moral dari masyarakat,
diartikan sebagai standar. Di samping itu, misalnya berupa gunjingan atau cemoohan.
norma juga bisa diartikan kaidah atau Begitu pula norma hukum, biasanya berupa
petunjuk hidup yang digunakan untuk aturan-aturan atau undang-undang yang
mengatur perilaku manusia dalam kehidupan berlaku di masyarakat dan disepakati
bermasyarakat maupun bernegara. Jika bersama. Norma adalah aturan-aturan dan
norma dipahami sebagai standar (ukuran) ketentuan-ketentuan yang mengikat warga
perilaku manusia, yang dapat dijadikan “alat” masyarakat atau kelompok tertentu dan
untuk menghakimi (justifikasi) suatu perilaku menjadi panduan, tatanan, padanan dan
manusia (benar atau salah), maka dalam pengendali sikap dan tingkah laku manusia.
realitas kehidupan sehari-hari terdapat palng Agar manusia mempunyai harga, moral
tidak 5 norma, yaitu (1) norma agama, (2) mengandung integritas dan martabat pribadi
norma hukum, (3) norma moral atau susila, manusia. Sedangkan derajat kepribadian
7