Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang menjadi landasan kehidupan


bermoral bagi seluruh warga negara. Pancasila harus di junjung tinggi dan dihormati
oleh seluruh warganya. Bagi seorang mahasiswa tentu kita harus menerapkan dan
menjalankan Pancasila di kehidupan bermasyarakat maupun di lingkungan
Pendidikan sebagai pedoman atau landasan hidup bernegara. Dalam lingkungan
kampus tentu kita sebagai mahasiswa bertemu dengan teman-teman dari berbagai
daerah yang berkuliah di Universitas tersebut. Mereka pastinya berasal dari berbagai
daerah dengan suku, ras, bahasa yang berbeda-beda begitupun dengan agama dan
kepercayaannya. Sebagai mahasiswa yang cinta dengan Tanah Air nya, penerapan
nilai Pancasila dalam lingkungan kampus sangatlah penting dan merupakan suatu
kewajiban untuk di laksanakan guna menjaga kerukunan antar sesama warga negara.

Pancasila menjadi sumber dari segala sumber hukum yang dijadikan oleh
penyelenggara negara untuk menjalankan organisasi negara dan dijadikan sebagai
pandangan hidup bagi seluruh masyarakat. Transformasi nilai-nilai Pancasila haruslah
terlaksana dengan berbagai program baik dari pemerintah maupun masyarakat sendiri,
namun dalam faktanya masih jauh dari harapan dimana seolah-olah masyarakat lebih
bergaul dengan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga tidak
jarang terjadi pergesekan antar masyarakat seperti keributan dengan menonjolkan dan
terlalu membangga-banggakan kedaerahan, kepentingan golongan, tawuran antar desa
maupun antar pelajar dan tidak melek politik.

Masyarakat Indonesia seolah lupa bahwa kita memiliki Pancasila dan nilai-nilai dari
Pancasila tersebut sangatlah penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan, untuk
itulah kita ketahui betapa pentingnya transformasi nilai-nilai Pancasila ini
dilaksanakan guna meningkatkan kemelekan politik masyarakat Indonesia. Ketika
berbicara mengenai pendidikan, tentunya mahasiswa sebagai pemilik pendidikan
tertinggi haruslah menjadi garda terdepan dalam melaksanakan dan mengamalkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari tentunya dengan ilmu yang dimiliki
mentransformasikan nilai-nilai Pancasila itu ke masyarakat.

Istilah mahasiswa tertuang dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang


Perguruan Tinggi Pasal 1 Ayat (15) dikemukakan “Mahasiswa adalah peserta didik
pada jenjang Perguruan Tinggi”. Itu artinya mahasiswa adalah yang berproses dalam
bidang pendidikan di Perguruan Tinggi. Mahasiswa adalah manusia yang paling
memiliki gairah yang tinggi dalam segala hal, termasuk dalam mengembangkan diri,
mahasiswa pasti berada dalam suatu organisasi kemahasiswaan dimana organisasi

1
tersebut menjadi tempat yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan
intelektual dan sosial.

Dalam implementasi nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan kewarganegaraan di


sekolah maupun kampus, bisa dilakukan melalui metode pembelajaran yang
menyenangkan dan lebih menarik agar siswa/i dan mahasiswa/i semangat dan senang
ketika melakukan pembelajaranya

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu nilai-nilai Pancasila


2. Untuk mengetahui pendidikan karakter dalam Pancasila
3. Untuk mengetahui Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Kampus

C. Rumusan Masalah

1. Apa itu nilai-nilai Pancasila ?


2. Apa itu pendidikan karakter dalam Pancasila ?
3. Bagaimana implementasi Pancasila dalam kehidupan kampus ?

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Nilai-nilai Pancasila

1. Pengertian Nilai-nilai Pancasila


Nilai-nilai Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa perlu di implementasikan
untuk membangkitkan karakter bangsa yang semakin menurun. Pancasila
merupakan refleksi kritis dan rasional sebagai dasar negara dan kenyataan
budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh. Pancasila sebagai ideologi
baik dalam pengertian ideologi negara atau ideologi bangsa masih
dipertahankan. Namun, seiring kesalahan tafsir bahwa Pancasila dipergunakan
untuk memperkuat otoritarianisme negara. Salah satu ciri kekuasaan yang
otoriter di manapun adalah selalu menganggap ideologi sebagai maha penting
yang berhubungan erat dengan stabilitas atau kohesi sosial. Tetapi asumsi
bahwa usaha menyeragamkan ideologi penting demi menciptakan stabilitas
dan memperkuat kohesi masyarakat adalah menyesatkan.
Bagaimanapun sejarah telah membuktikan bahwa nilai materil Pancasila
merupakan sumber kekuatan bagi perjuangan bangsa Indonesia. Nilai-nilai
Pancasila merupakan pengikat sekaligus pendorong dalam usaha menegakkan
dan memperjuangkan kemerdekaan sehingga menjadi bukti bahwa Pancasila
sesuai dengan kepribadian dan keinginan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai
yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila yang meliputi:
a) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik,
berpikiran baik dan berprilaku baik.
b) Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila.
c) Mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sikap percaya diri,
bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.
Berikut ini ialah nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara:
a) Nilai Ketuhanan pada sila pertama Pancasila
b) Nilai Kemanusiaan dalam sila kedua Pancasila
c) Nilai Persatuan dalam sila ketiga Pancasila
d) Nilai Kerakyatan dalam sila keempat Pancasila
e) Nilai Keadilan dalam sila kelima Pancasila
2. Pancasila Sebagai Orientasi dan Kerangka Acuan Pembangunan
1) Pancasila Sebagai Orientasi Pembangunan.
Wawasan kebangsaan sebagai suatu kekuatan dinamis dapat
menggerakkan segenap potensi bangsa dalam mewujudkankan luhur
menuju Indonesia cita-cita berkemakmuran. Nilai-nilai kebangsaan yang

3
terkandung di dalamnya tidak dapat begitu mudah mengalami erosi, jika
tidak oleh karena tingkah laku insan-insan itu sendiri yang merusaknya.
Pada saat ini Pancasila lebih banyak dihadapkan pada tantangan berbagai
varian kapitalisme dari pada komunisme atau sosialisme. Ini disebabkan
perkembangan kapitalisme yang bersifat global. Fungsi Pancasila ialah
memberi orientasi untuk terbentuknya struktur kehidupan sosial-politik
dan ekonomi yang manusiawi, demokratis dan adil bagi seluruh rakyat.
Sila pertama dan kedua mengandung imperatif etis untuk menghormati
martabat manusia dan memperlakukan manusia sesuai dengan keluhuran
martabatnya. Sila ketiga mengandung implikasi keharusan mengatasi
segala bentuk sektarianisme, yang berarti pula komitmen kepada nilai
kebersamaan seluirtuh bangsa. Sila keempat mengandung konstitusional:
persamaan politis, hak-hak asasi manusia dan kewajiban kewarganegaraan.
Dan sila kelima mencakup persamaan dan pemerataan
2) Pancasila Sebagai Kerangka Acuan Pembangunan
Pancasila diharapkan dapat menjadi matriks atau kerangka referensi untuk
membangun suatu model masyarakat atau untuk memperbaharui tatanan
sosial-budaya. Ada dua fungsi dari Pancasila sebagai kerangka acuan:
pertama, Pancasila menjadi dasar visi yang memberi inspirasi untuk
membangun suatu corak tatanan sosial-budaya yang akan datang,
membangun visi masyarakat Indonesia di masa yang akan datang; dan
kedua, Pancasila sebagai nilai-nilai dasar menjadi referensi kritik sosial-
budaya.
Visi diibaratkan sebagai suatu peta yang memberi petunjuk ke mana arah
perjalanan kita. Visi masyarakat memberi arah kemana gerak dan langkah
masyarakat kita. Nilai-nilai apa yang menjadi pedoman untuk melagkah ke
masa depan. Visi dapat pula didefinisikan sebagai ekspresi terdalam akan
apa yang kita kehendaki, yang mengungkapkan sisi ideal dan spiritual dari
kodrat kita. Visi adalah adalah impian yang terjadi saat kita jaga impian
mengenai keinginan kita mau menjadi apa? Ini adalah visi pribadi masing-
masing. Visi suatu masyarakat adalah nilai-nilai yang dianggap paling
penting, yang memberi corak khas pada tatanan social budaya dan
mewarnai perilaku seluruh anggota masyarakat. Visi itu dapat merupakan
warisan dari para pendahulu, dapat pula merupakan kesepakatan yang
dirumuskan oleh seluruh warga dan menjadi komitmenm bersama.
3. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Bangsa
1) Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Pendidikan
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan/keahlian dalam kesatuan organis harmonis
dinamis, di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Mengembangkan kepribadian dan kemampuan/keahlian, menurut
Notonagoromerupakan sifat dwi tunggal pendidikan nasional. Pendidikan
sebagai bagian dari Ilmu Humaniora memperlihatkan proses yang terus
menerus mengarah pada kesempurnaan, yang semakin manusiawi.

4
Pendidikan pada dasarnya ialah pemanusiaan, dan ini memuat hominisasi
dan humanisasi. Hominisasi merupakan proses pemanusiaan secara umum,
yakni memasukkan manusia dalam lingkup hidup manusiawi secara
minimal. Humanisasi adalah proses yang lebih jauh, kelanjutan
hominisasi. Dalam proses ini, manusia bisa meraih perkembangan yang
lebih tinggi, seperti nampak dalam kemajuan-kemajuan budaya dan ilmu
pengetahuan.
Pendidik (guru) yang baik adalah vital bagi kemajuan dan juga
keselamatan bangsa. Guru tidak hanya menyampaikan idea-idea, tetapi
hendaknya menjadi suatu wakil dari suatu cara hidup yang kreatif, suatu
simbol kedamaian dan ketenangan dalam suatu dunia yang dicemaskan
dan dianiaya. Ia menjadi penjaga peradaban dan pelindung kemajuan.
Keteladanan pendidik adalah suatu keniscayaan yang harus diwujudkan.
Perilaku pendidik akan lebih diikuti oleh peserta didik dari pada apa yang
dikatakan guru.
2) Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
Menurut DriyarkaraIdeologi Ideologi adalah suatu kompleks idea-idea
asasi tentang manusia dan dunia yang dijadikan pedoman dan cita-cita
hidup. Dalam pengertian ini termuat juga pandangan tentang Tuhan,
tentang manusia sesama, tentang hidup dan mati, tentang masyarakat dan
negara dsb. Istilah manusia dan dunia mengandung arti bahwa manusia itu
mempunyai tempat tertentu, mempunyai kedudukan tertentu, berarti
mempunyai hubunganhubungan atau relasi. Sesuai dengan tabiat
hubungan-hubungan itu, suatu ideologi bersifat hanya Diesseitig
(merembug kehidupan dunia, dan tidak mengakui adanya Tuhan,
contohnya ideologi Komunis) atau ideologi yang bersifat Diesseitig
sekaligus juga yenseitig (merembug kehidupan akhirat, mengakui adanya
Tuhan, contohnya ideologi Pancasila).
Pengembangan Pancasila sebagai ideologi yang memiliki dimensi realitas,
idealitas dan fleksibilitas (Pancasila sebagai ideologi terbuka)
menghendaki adanya dialog yang tiada henti dengan tantangan-tantangan
masa kini dan masa depan dengan tetap mengacu kepada pencapaian
tujuan nasional dan cita-cita tujuan nasional Indonesia.

B. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter berasal dari dua kata pendidikan dan karakter, menurut
beberapa ahli, kata pendidikan mempunyai definisi yang berbeda-beda
tergantung pada sudut pandang, paradigma, metodologi dan disiplin keilmuan
yang digunakan, diantaranya: Menurut D. Rimba, pendidikan adalah
“Bimbingan atau pembinaan secara sadar oleh pendidik terhadap

5
perkembangan Jasmani dan Rohani anak didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utuh.
Menurut Doni Koesoema A. mengartikan pendidikan sebagai proses
internalisasi budaya ke dalam diri individu dan masyarakat menjadi beradab.
Ada pula yang mendefinisikan pendidikan sebagai proses dimana sebuah
bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan, dan
untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.
Menurut Sudirman pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang
atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atausekelompok orang
lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang
lebih tinggi dalam arti mantap.
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Pada dasarnya Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu,
dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter
diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud
dalam perilaku sehari-hari.Pendidikan adalah pendidikan budi pekerti plus,
yaitu yang melibatkan aspek teori pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling),
dan tindakan (action).
Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter
tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis
dan berkelanjutan. Melalui pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi
cerdas, tidak hanya otaknya namun juga cerdas secara emosi. Kecerdasan
emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa
depan. Dengankecerdasan emosi, seseorang akan dapat berhasil dalam
menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil
secara akademis.
3. Nilai dalam Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari
nilai moral universal bersifat absolut yang bersumber dari agama yang juga
disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan
yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut
para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada
Allah dan ciptaan-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat
dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja
keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah
hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan.
Pendidikan karakter dianggap sebagai pendidikan nilai moralitas manusia
yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Tampak di sini terdapat
unsur pembentukan nilai tersebut dan sikap yang didasari pada pengetahuan
untuk melakukannya. Nilai-nilai itu merupakan nilai yang dapat membantu

6
interaksi bersama orang lain secara lebih baik (learning to live together). Nilai
tersebutmencakup berbagai bidang kehidupan, seperti hubungan dengan
sesama (orang lain, keluarga), diri sendiri (learning to be), hidup bernegara,
lingkungan dan Tuhan.26 Tentu saja dalam penanaman nilai tersebut
membutuhkan tiga aspek, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Kampus

Sebagai warga negara yang taat terhadap peraturan dan norma-norma yang ada dalam
negara Indonesia, sepatutnya kita harus mengetahui dan mengenal lebih dalam
tentang Ideologi Bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila merupakan dasar negara
Indonesia yang telah tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Pentingnya Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia menjadi pilar dalam
kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Pilar-pilar itu tercermin dalam kehidupan
tiap-tiap nilai atau sila Pancasila, Penerapan atau implementasi sila-sila dalam
Pancasila merupakan hal yang wajib dilakukan bagi tiap-tiap warga negara. Akan
tetapi saat ini semakin lama pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila justru semakin
memudar. Pengaruh masuknya budaya asing dan perkembangan teknologi di tengah
kehidupan masyarakat yang selalu diikuti tanpa adanya penyaringan atau seleksi
merupakan salah satu penyebab semakin terkikisnya rasa patriotisme dan
nasionalisme bangsa Indonesia.

Sejauh yang saya rasakan implementasi Pancasila hanya menjadi teori di sekolah,
kampus, atau lembaga pendidikan lainnya. Bahkan teori-teori yang saya dapatkan
selama perkuliah masih belum cukup. Apalagi selama masa perkuliahan saya hanya
mendapatkan kuliah tentang Pancasila hanya satu semester. Menurut saya, Pancasila

7
hanya dijadikan suatu symbol tanpa adanya tindakan yang konkret bagi terwujudnya
masyarakat yang berbangsa dan bernegara. Pemahaman sekaligus implementasi
Pancasila sangat penting bagi mahasiswa yang merupakan actor perubahan dalam
pemerataan pembangungan. Mahasiswa seharusnya menjadi roda penggerak
implementasi Pancasila namun akhir-akhir ini semangat itu mulai terkikis dan jarang
kita temukan. Pada kesempatan kali ini saya akan sedikit membahas implementasi
Pancasila dalam kehidupan kampus. Sebelum berbicara tentang implementasi
Pancasila, alangkah baiknya kita mengenal lagi tentang sila-sila yang ada pada
Pancasila. Terlebih kita sebagai mahasiswa tentunya jarang sekali mendengar,
melihat, bahkan membaca sila-sila Pancasila. Mungkin sebagian dari kita terakhir kali
mendengar sila-sila Pancasila saat ketika masih duduk di bangku SMA. Berikut ini
sila-sila yang ada pada Pancasila:

1. Ketuhanan yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Sebenarnya implementasi Pancasila dapat kita lakukan kapan saja dan dimana saja
terlebih lagi bagi mahasiswa seperti saya. Sebagai mahasiswa tentunya memiliki
lingkungan yang tepat untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila.
Implementasi Pancasila sebagai paradigm kehidupan kampus tidak berbeda jauh
dengan kehidupan bernegara karena pada dasarnya tananan kehidupan di kampus
memiliki kesamaan dengan tatanan negara. Jadi kampus itu memiliki tatanan
pembangunan seperti tatanan negara yaitu politik, ekonomi, budaya, hukum, dan
kehidupan beragama.

Untuk mencapai tujuan dari sebuah tatanan kehidupan bermasyarakat terutama


masyarakat kampus. maka mahasiswa perlu merefleksikan nilai-nilai Pancasila
tersebut dalam kesehariannya, Sebagai mahasiswa dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta rasa intelektual yang besar kita dapat memanfaatkan kemampuan yang
kita punya serta dukungan fasilitas kampus untuk mencapai tujuan. bersama.
Pembangunan merupakan realisasi praktis dalam kampus untuk mencapai tujuan
seluruh mahasiswa harus mendasarkan pada hakikat manusia sebagai subyek
pelaksanan sekaligus tujuan pembangunan. Oleh karena itu, hakikat manusia
merupakan sumber nilai bagi pembangunan pengembangan kampus itu sendiri.

B. Nilai nilai pancasila di lingkungan kampus

Berikut ini bentuk implementasi Pancasila di lingkungan kampus :

1. Ketuhanan yang Maha Esa

8
Sila pertama memiliki pengertian bahwa warga negara harus mengakui
Tuhan yang Maha Esa sebagai zat yang Utama di atas kehidupan yang ada.
Bentuk pengakuan dapat berupa meyakini dalam hati, perkataan, dan
perilaku. Oleh karena itu, Pancasila menuntut warga negara Indonesia untuk
taat dalam beragama. Terlebih lagi kehidupan beragama di Indonesia
sangatlah kompleks terdapat beberapa keyakinan yang dianut oleh warga
negara Indonesia dari mulai Islam, Budha, Kristen, Katolik, Protestan,
Hindu, dan lain sebagainya. Kehidupan yang seperti ini tercermin dalam
kehidupan kampus. Mahasiswa-mahasiswa yang ada di Kampus terdiri dari
berbagai jenis keyakinan yang dianut dan diyakini oleh masing-masing
individu. Oleh karena itu, jika sebagai mahasiswa tidak dapat merefleksikan
sila pertama ini bias jadi kehidupan kampus akan sangat kacau dan nilai
toleransi antar umat beragama akan rusak dan dapat menyebabkan kekacauan
dalam proses pembangunan. Contoh lain adalah dalam pengembangan
teknologi, saya sebagai mahasiswa yang menekuni bidang teknologi jaringan
juga harus merefleksikan sila pertama ini dalam mengembangkan system
jaringan atau aplikasi. Kenapa demikian? Tentunya kembali lagi pada nilai di
atas, dalam membuat suatu system jaringan saya harus membuat suatu
system tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang saya yakini dalam agama saya
supaya kedepannya nanti system jaringan atau aplikasi yang saya buat tidak
bertentangan dengan nilai atau aturan di agama saya dan aplikasi yang saya
buat tidak membeda-bedakan kepentingan agama.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Sila kedua memiliki pengertian bahwasannya setiap warga negara Indonesia
harus menjunjung tinggi dan memberlakukan setiap manusia atau orang lain
dengan derajat yang sama tidak adanya kasta atau kelas social, memiliki hak-
hak yang sama sebagai manusia, dan martabat yang mulia. Kehidupan
bernegara di Indonesia sangat penuh dengan kemajemukan atau keberagaman
baik itu suku, ras, budaya, dan tentunya agama. Hal tersebut menjadikan sila
ini menjadi penting adanya dalam kehidupan bernegara. Sila ini harus kita
implementasikan dalam kehidupan kampus terutama kampus pgri dimana
kampus ini memiliki mahasiswa yang terdiri dari berbagai suku, ras, budaya,
dan agama dari seluruh penjuru Indonesia. Kehidupan kampus yang beragam
membutuhkan nilai toleransi antar mahasiswa yang cukup tinggi. Kita
sebagai mahasiswa harus bias menghormati perbedaan-perbedaan yang ada
di antara mahasiswa-mahasiswa yang lain. Rasa menghormati antar
mahasiswa dapat menimbulkan. keharmonisan dalam kehidupan kampus dan
menjaga keberlangsungan pembangunan dalam kehidupan kampus. Sebagai
mahasiswa teknologi jaringan, saya harus merefleksikan nilai ini dalam hal
membuat system jaringan supaya system atau aplikasi yang saya buat tidak
bersifat diskriminatif dan berbau rasisme. Jadi system yang saya buat dapat
diterima di semua kalangan mahasiswa maupun masyarakat di Indonesia.
3. Persatuan Indonesia

9
Sila ketiga yang memiliki pengertia yaitu satu, bulat tidak terpecah-pecah.
Sila ini ditujukan untuk menciptakan rasa mencintai tanah air, bangsa, dan
negara. Jika persatuan Indonesia dikaitkan dengan pengertian modern
sekarang ini, maka disebut juga dengan nasionalisme. Nasionalisme
merupakan perasaan mencintai suatu bangsa, satu dengan seluruh warga yang
ada dalam masyarakat. Dengan begitu diharapkan warga negara juga turut
memperjuangkan kepentingan negara dan memiliki rasa solidaritas yang
tinggi terhadap sesama warga negara Indonesia. Bila dikaitkan dalam
kehidupan kempus adalah sebagai contoh organisasi kemahasiswaan, mereka
membentuk suatu organisasi atau perkumpulan mahasiswa dari berbagai
macam latar belakang disiplin ilmu. Hal tersebut merupakan salah satu bukti
bahwa adanya sikap dan upaya untuk menjalin rasa kebersamaan diantara
para mahasiswa sebagai bagian dari pembangunan dan pemuda Indonesia.
Selanjutnya sebagai mahasiswa. teknologi jaringan saya juga harus
menyadari bahwa penting rasa persatuan harus saya tanamkan dalam diri
saya supaya ketika saya nanti membuat system jaringan atau aplikasi dapat
menyatukan kehidupan berbangsa bukan malah memecah pelah persatuan
bangsa
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
Sila ini memiliki pengertian yaitu musyawarah dan kehidupan berpolitik.
Musyawarah merupakan upaya dalam menghasilkan keputusan-keputusan
yang diambil secara bulat dan dapat diterima semua. kelangan sehingga
keputusan dapat bermanfaat bagi kepentingan orang banyak. Kehidupan
politik di lingkungan kampus sangat penting adanya terkait keputusan-
keputusan yang akan diambil sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan
pembangunan dalam kehidupan kampus terlebih kita sebagai mahasiswa
merupakan bagian dari pembangungan itu sendiri. Sebagai contoh kehidupan
politik di kampus adalah adanya kebiasaan untuk melakukan musyawarah
dan diskusi atau biasa disebut hearing terkait tentang isu-isu yang ada.
Kebiasaan seperti ini sangat dibutuhkan untuk menyatukan pendapat ataupun
suara dan masukan dari berbagai sumber supaya nantinya keputusan yang
akan diambil dapat memperlancar proses pembangunan kampus terlebih
pembangunan nasional.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila ini mengandung makna yaitu adil atau dapat saya katakan sesuai porsi
masing-masing. Sebagai warga negara kita harus menjunjung tinggi nilai
keadilan. Karena demi kepentingan bersama dan banyak orang rasa keadilan
perlu kita hadirkan dalam proses pembangunan supaya nantinya tidak ada
ketimpangan social yang terjadi dalam pembangunan. Dalam kehidupan
kampus nilai ini sangat kita. perlukan supaya proses pembelajaran dan
pengembangan ilmu tidak terjadi ketimpangan antara disiplin ilmu satu
dengan yang lain. Dengan begitu akan tercipta keharmonisan dalam proses
pengembangan ilmu.

10
Penjabaran nilai-nilai sila Pancasila di kehidupan kampus diatas merupakan
salah satu contoh apa yang dapat kita lakukan untuk mengimplementasikan
Pancasila. Nilai-nilai Pancasila antara sila satu dengan yang saling berkaitan
dan memiliki prioritas bedasarkan urutan silanya. Mungkin kita masih belum
tersadarkan betapa pentingnya kita harus mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila. Mungkin kita juga berpikir "ah, gak penting" justru malah
sebaliknya Pancasila itu penting dalam kehidupan kampus, tanpa adanya
nilai-nilai Pancasila dalam diri kita keharmonisan tidak akan tercipta terlebih
tujuan kita bersama bisa jadi tidak akan tercapai.

Pancasila merupakan senjata bagi kita sebagai mahasiswa dalam menghadapi


arus globalisasi yang kian kesini kian mengancam eksistensi kepribadian
bangsa. Kini kita mau tak mau, suka tak suka harus terlibat dalam arus
globalisasi dunia. Dan jika kita kehilangan pegangan atau pun jati diri di
tengah pergaulan dunia, mungkin dari sisi positifnya kita akan mendatangkan
kemajuan sebagai dampak globalisasi akan tetapi kita bisa saja menjadi asing
terhadap diri kita sendiri. Mungkin kita bertanya- tanya apakah Pancasila
masih mampu menjawab tantangan-tantangan dalam era globalisasi?
Menurut saya "ya, Pancasila masih mampu asalkan kita mau meyakini dan
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila tersebut dalam kehidupan kita.".
lalu apakah kita bisa dan mau? jawabannya adalah "kita harus bisa.

11
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari
bahasa Sanskerta: पञ्च "pañca" berarti lima dan शीला "śīla" berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia.

Penerapan Pancasila di lingukungan kampus sangatlah penting, karena Pancasila bisa


sebagai tameng bagi mahasiswa agar tidak salah dalam mengambil keputusan, dan
juga Pancasila bisa sebagai pedoman agar tidak terbelenggu oleh teroris maupun
pergerakan disintegrasi bangsa.

Pancasila haruslah dipelajari sejak dini agar Pancasila selalu jadi pedoman atau
pegangan hidup dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan masyarakat
Indonesia yang plural dan heterogen.

B. Saran

Melalui makalah ini, penulis sangat mengharapkan kesadaran mahasiswa akan


pentingnya penerapan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan kampus, seperti sila
"Persatuan Indonesia". Kiranya mahasiswa tidak membatasi diri hanya karena
perbedaan. Perbedaan tidak mungkin dihilangkan tapi jangan biarkan itu menghalangi
dan membatasi diri untuk mengembangkan pergaulan dan relasi yang lebih luas lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, Drs.,Ms. 1995. Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta:


Paradgima Yogyakarta.

Rahma, Srijanti A dan Purwanto S. K. 2008. Erika Berwarga Negara: Pendidikan


Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jakarta: Salemba Empat.

Suardi Abubakar, dkk. 2000. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 SMU.


Jakarta: Yudhistira.

Asmaroini, A. P. (2016). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Bagi Siswa di Era


Globalisasi. Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, 4(2), 440-450.

Kaelan, & Zubaidi. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.


Yogyakarta: Paradigma.

13

Anda mungkin juga menyukai