Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH PKN

PANCASILA SEBAGAI SOLUSI MASALAH NEGARA

Disusun Oleh
Dwi Putri Almi Apdora

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI ELEKTRO-MEDIS


PROGRAM VOKASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2022

1
PANCASILA SEBAGAI SOLUSI MASALAH NEGARA

Abstrak
Pancasila merupakan pandangan hidup dan falsafah bangsa Indonesia yang mana
dahulu pernag digantikan keberadaanya dengan paham ideologi lain. Pancasila merupakan
kesepakatan dasar bangsa Indonesia untuk hidup dalam suatu Negara Kesatuan Republik
Indoensia. Pancasila mempunyai tempat dalam Pembukaan UUD 1945. Karena merumuskan
nilai-nilai dasar manusiawi, Pancasila dapat disebut visi atau pandangan hidup yang
mendasari dan menjadi tujuan segala hukum dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kelima sila mencantumkan nilai-nilai Peri kemanusiaan dan Persatuan serta
Keadilan yang diyakini secara universala oleh seluruh dunia, namun sekaligus asas
Permusayawaratab dan Ketuhanan yang menampilkan corak pandangan hidup kahs
kebudayaan Indonesia, yakni corak religius-sosial. Nilai pancasila juga diamalakan dalam
bidang sosial. Nilai sosial terdapat dalam sila kelima pancasila yaitu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia yang menjadi tolak ukur keberhasilan pemerintah Negara dalam
menjawabi ketimpangan sosial sehingga terjadi pemerataan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia sehingga tercipta pembangunan yang secara adil atau seimbang, mengikutsertakan
seluruh rakyat dan karenanay dinikmati oleh semu golongan masyarakat.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila akan mengajarkan cara berfikir dan
bertindak yang sesuai dengan ideologi negara. Banyaknya pengaruh negatif terhadap suatu
negara salah staunya adalah lunturnya nilai-nilai luhur yang melakat disuatu negara, dan
inipun yang terjadi di Indonesia saat ini, dengan banyaknya pengaruh gelobalisasi salah
satunya adalah pengaruh dari budaya luar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,
Permasalahan tersebut dihawatirkan masyarakat Indonesia akan lupa terhadap jati diri
bangsanya sendiri yang menjungjung tinggi nilai-nilai Pancasila sebagai bentuk warga
negara yang baik (Good Citizen) yang merupakan aplikasi karakter bangsa Indonesia ini
sendiri.
Krisis karakter yang terjadi pada masa kini mengakibatkan banyak hal yang
merugikan bangsa yang bertentangan secara langsung dengan nilai-nilai Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan cerminan dari karakter bangsa
Indonesia. Penulisan artikel ini menjelaskan ancaman dari krisis karakter bangsa dan
moral terhadap pengimplementasian nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara. Metode
yang digunakan adalah metode kajian pustaka dengan teknik analisis deskriptif. Hasilnya

2
akan didapatkan cara mengatasi permasalahan krisis karakter dan moral bangsa yang
disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila.Faktor yang menjadi penyebab krisis karakter yang
melibatkan keluarga dan sekolah. Ada beberapa alternatif solusi atau pemecahan
masalah dari krisis karakter dan moral ini. Peran keluarga dan sekolah merupakan
pelaku pendidikan yang pertama dan utama. Fungsi institusi keluarga yang perlu
dioptimalkan, yaitu fungsi spiritual, intelektual, sosial, dan dakwah.Peran institusi sekolah
sangat strategis dalam pendidikan karakter dengan mendasarkan pada peran guru. Guru
harus mengoptimalkan perannya sebagai pengajar, pengasuh, pendidik dan pembimbing
Situasi negara Indonesia saat ini begitu memprihatinkan. Begitu banyak masalah menimpa
bangsa ini dalam bentuk krisis yang multidimensional. Krisis ekonomi, politik, budaya, sosial,
hankam, pendidikan dan lain-lain, yang sebenarnya berhulu pada krisis moral. Moralitas memegang
kunci sangat penting dalam mengatasi krisis. Kalau krisis moral sebagai hulu dari semua masalah,
maka melalui moralitas pula krisis dapat diatasi. Moralitas memberi dasar, warna sekaligus penentu
arah tindakan suatu bangsa. Moralitas dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu moralitas individu,
moralitas sosial dan moralitas mondial. Moralitas individu lebih merupakan kesadaran tentang prinsip
baik yang bersifat ke dalam, tertanam dalam diri manusia yang akan mempengaruhi cara berpikir dan
bertindak. Faktor Penyebab Problem Bangsa adalah: 1) Kemiskinan, 2) Korupsi, 3) Penegakan
Hukum yang Lemah, 4). Kualitas Pendidikan yang Rendah, 5) Pengelolaan Sumber Daya Alam yang
Buruk, 6) Kasus SARA yang Merajalela 7) Kesenjangan Sosial, 8) Kemacetan, 9) Pengangguran dan
10) Banyak Daerah yang Kurang Diperhatikan. Sedangkan solusi untuk mengatasi problem bangsa
adalah: 1) Adil dalam membagi kekuasaan, 2) Pemerataan pendapatan, 3) Pemerataan pendidikan, 4)
Pemerataan pengetahuan dan wawasan, 5) Pemerataan kesehatan, 6) Pemerataan pekerjaan dan 7)
Pemerataan keamanan. Strategi dalam menerapkan Pancasila untuk mengatasi problem bangsa adalah
dengan memahami Pancasila secara benar. Pemahaman secara benar adalah memahami Pancasila
berdasarkan sila demi sila secara detail dan menyeluruh dalam satu kesatuan yang utuh.
Kata Kunci: Pancasila; moralitas; problem bangsa, nilai, permasalah social

3
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah telah membuktikan bahwa Panasila tetap mempersatukan bangsa dan tidak
tergantikan. Pancasila sungguh-sungguh mampu menjadi ideologi negara dan sumber seluruh
tata tertib hukum administrasi, dan kebudayaan. Nilai-nilai yang tercantum di dalam
Pancasila adalah nilai-nilai fundamental kehidupan sosial dan politik yang sehat, misalnya
hormat terhadap keyakinan sesama manusia, rasa tanggung jawab yang mendalam terhadap
Ketuhanan yang Maha Esa sebagai prinsip dan penjamin nilai-nilai trasenden, kemanusiaan
yang ciri khasnya adalah keadilan dan keadaban, persatuan dalam kebhinekaan, kerakyatan
yang melalu musyawarah mencapai mufakat antara semua pihak, dan keadilan yang
mengembangkan kesempatan merata untuk ikut serta bagi semua golongan masyarakat.
Pancasila merupakan pandangan hidup dan falsafah bangsa Indonesia yang mana
dahulu pernah akan digantikan keberadaannya dari hati sanubari rakyat Indonesia oleh
paham ideologi lain. Pancasila adalah pandangan hidup yang ber-Ketuhanan Maha Esa yang
artinya bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang wajib percaya dan menyembah-
Nya. Pancasila menjunjung tinggi kemanusian, keadilan, persatuan, kesatuan, keserasian,
keselarasan dan keseimbangan. Pancasila diamalkan melalui pembangunan nasioanl dalam
empat bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Dengan mendalami
nilai-nilai luhur Pancasila tentu kita sadar dan yakin akan keunggulan Pancasila.
Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara itu harus jelas dan bersih dari campuran
ideologi-ideologi yang menyimpang dan asing baginya. Pengertian yang tepat tentang
Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara harus dicari dalam dokumen kenegaraan,
misalnya dalam pembukaan UUD 1945. Karena Pembukaan UUD 1945 menduduki tempat
tertinggi sebagai sumber wewenang dalam hidup kenegaraan, Pancasila sejati sedapat
mungkin digali dari dalam naskah serta konteks Pembukaan itu sendiri, dari dalam sejarah
terjadinya, dan kemudian dari dalam ketentuan UUD 1945 dan penjelasannya. Hanya dengan
demikian dapat dihindari bahwa terlalu banyak unsur subyektif, kepentingan golongan,
ambisi pribadi, dan gagasan yang kurang bersangkut-paut dengannya ikut mewarnai
pengertian Pancasila.
Pancasila memiliki bermacam-macam fungsi dan kedudukan, antara lain sebagai dasar
negara, pandangan hidup bangsa, ideologi negara, jiwa dan kepribadian bangsa. Pancasila
sangat sarat dengan nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Oleh

4
karena itu, Pancasila secara normatif dapat dijadikan sebagai suatu acuan atas tindakan baik,
dan secara filosofis dapat dijadikan perspektif kajian atas nilai dan norma yang berkembang
dalam masyarakat. Sebagai suatu nilai yang terpisah satu sama lain, nilai-nilai tersebut
bersifat universal, dapat ditemukan di manapun dan kapanpun. Namun, sebagai suatu
kesatuan nilai yang utuh, nilai-nilai tersebut memberikan ciri khusus pada ke-Indonesia-an
karena merupakan komponen utuh yang terkristalisasi dalam Pancasila. Meskipun para
founding fathers mendapat pendidikan dari barat, namun causa materialis Pancasila digali
dan bersumber dari agama, adat dan kebudayaan yang hidup di Indonesia.
Oleh karena itu, Pancasila yang pada awalnya merupakan konsensus politik yang
memberi dasar bagi berdirinya negara Indonesia, berkembang menjadi konsensus moral yang
digunakan sebagai sistem etika yang digunakan untuk mengkaji moralitas bangsa dalam
konteks hubungan berbangsa dan bernegara.
Sumber daya manusia Indonesia mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam wujud
pendidikan karakter(Mulyasa, 2017). Hal ini karena pendidikan merupakan kunci
utama terjadinya kemajuan dalam suatu bangsa. Pendidikan karakter merupakan tolak
ukur untuk membangun bangsa yang berkualitas dan bermanfaat bagi bangsa. Ketika suatu
bangsa memiliki karakteristik yang baik dalam membentuk watak serta peradaban yang
bermartabat maka akan tercipta generasi emas yang berkualitas. Bangsa yang memiliki
karakter kuat akan mampu bersaing dan eksis dalam persaingan dunia global.
Sebaliknya,bangsa yang mengalami krisis karakter akan tergilas oleh perubahan akhirnya
menjadi bangsa pecundang dalam persaingan global(Suryadi, 2017).
Penerapan karakter yang baik harus diterapkan dan dimplementasikan pada
masyarakat, terutama masyarakat Indonesia yang memiliki kepribadian ketimuran yakni
kepribadian yang memiliki ciri khas menjungjung tinggi nilai, moral, etika, rasa toleransi
yang tinggi, rasa sopan santun, dan saling menghargai satu sama lain dan tolong
menolong antar masyarakat. Indonesia memiliki filosofi Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa sekaligus dasar negara. Karakter bangsa Indonesia haruslah sesuai dengan
makna yang terdapat dalam sila Pancasila, seperti Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Permusyawarahan, dan Keadilan sosial. Saat ini, karakter masyarakat Indonesia
menghilang dan tenggelam bersamaan dengan lahirnya globalisasi. Banyak orang-orang
terutama anak muda Indonesia yang telah meninggalkan karakter mereka sebagai bangsa
Indonesia, nilai dan moral pun tidak mereka perdulikan kembal, dapat dikatakan Indonesia

5
saat ini mendapat tantangan besar untuk menghadapi krisis moral dan krisis
karakter(Koesoema, 2010).
Guru sebagai perantara ilmu, mempunyai tanggung jawab besar untuk
membentuk karakter peserta didik. Tanggung jawab adalah kesanggupan untuk menetapkan
sikap terhadap suatu hal, berupa perbuatan atau tugas yang diemban dan kesanggupan untuk
memikul resiko dari suatu perbuatan yang dilakukan. Untuk membentuk karakter seorang
peserta didik, guru harus bisa menjadi contoh atau teladan bagi peserta didik baik dari
pola pikir maupuntingkah laku. Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran, guru
harus mampu membimbing anak untuk berperilaku baik(Widiatmaka, 2016).
Perbedaan ini dapat ditinjau dari agama, ras, maupun budaya yang mana masyarakat
Indonesia harus mampu memajukan bangsa Indonesia demi persatuan dan kesatuan
bangsa. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, ideologi sebuah bangsa menjadi
pegangan dalam melakukan hal-hal yang bersangkutan dengan bangsa Indonesia. Melalui
nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila yang
diamalkan melalui Pendidikan Kewarganegaran, dimana manusia dibimbing untuk
membangun karakter demokrasi dan toleransi peserta didik karena Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan pendidikan moral yang wajib diberikan pada setiap jenjang
Pendidikan. Dimulai sejak jenjang kelas rendah hingga memasuki jenjang perguruan tinggi.
Jika dilihat pada era sekarang Pendidikan karakter di negara Indonesia sangat jauh
tertinggal dibandingkan bangsa lain. Tidak dapat dipungkiri bahwa peserta didik pada era ini
mengalami krisis karakter. Tugas dan peran guru serta orangtua sangat dibutuhkan untuk
mengatasi krisis karakter padapeserta didik. Guru dapat membina dan mendisiplinkan siswa
agar tidak melakukan sebuah pelanggaran atau tindakan yang akan merugikan peserta didik
di kemudian hari. Orang tua juga dapat memberikan pembelajaran hal-hal apa saja yang
sebaiknya tidak dilakukan, sebaliknya orang tua harus mampu mengarahkan siswa
kedalam pendidikan karakter yang bermutu dan akan sangat berguna di kemudian
hari(Budiarto, 2020).
Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia dan untuk menjadi warega negara
yang baik (good citizen) di Indonesia harus sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.Hal inilah yang mendasari betapa pentingnya Pancasila sebagai acuan ataupun pedoman tentang
bagaimana berperilaku menjadi warga negara yang baik (good citizen) di Indonesia. Nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila akan mengajarkan cara berfikir dan bertindak yang sesuai dengan
ideologi negara.

6
Pada zaman modern atau zaman globalisasi seperti sekarang ini, banyaknya pengaruh negatif
terhadap suatu negara salah staunya adalah lunturnya nilai-nilai luhur yang melakat disuatu negara,
dan inipun yang terjadi di Indonesia saat ini, dengan banyaknya pengaruh gelobalisasi saalah satunya
adalah pengaruh dari budaya luar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, banyaknya warga
negara atau masyarakat yang tidak atau kurangnya memahami betapa pentingnya nilai-nilai Pancasila
tersebut dikarenakan pengaruh negaritif gelobalisasi.
Ancaman yang muncul dari pengaruh negatif globalisasi terhadap ideologi suatu negara atau
bangsa merupakan suatu ancaman yang besar dan tidak bisa dianggap kecil, dengan begitu mudahnya
pengaruh negatif dari luar yang masuk ke Indonesia, perlahan-lahan akan berdampak secara tidak
disadari terhadap karakter masyarakat yang tidak sesuai dengan karakter bangsa dan inilah yang
sedang terjadi di Indonesia saat ini.
Permasalahan tersebut dihawatirkan masyarakat Indonesia akan lupa terhadap jati diri
bangsanya sendiri yang menjungjung tinggi nilai-nilai Pancasila sebagai bentuk warga negarayang
baik (Good Citizen) yang merupakan aplikasi karakter bangsa Indonesia ini sendiri. Hal ini terlihat
dari Majlis PermusyawaratanRakyat (2013, hal.103) yang terlah menidentifikasikan dalam ketetapan
MPR bahwa Ketetapan MPR No/ V /MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan dan
Kondisi Bangsa Indonesia saat ini adalah sebagai berikut : Nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya
bangsa tidak dijadikan sumber etika dalam berbangsa dan bernegara oleh sebagian masyarakat hal itu
akhirnya melahirkan krisis akhlak dan moral yang berupa ketidakadilan, pelanggaran hukum, dan
pelanggaran hak asasi manusia dan kurangnya pemahaman, penghayatan, dan kepercayaan akan
keutamaan nilainilai yang terkandung pada setiap sila pancasila dan keterkaitannya satu sama lain,
untuk kemudian diamalkan secara konsisten disegala lapis dan bidang kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Berdasarkan peryataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya nilai-nilai
yang terkandung pada setiap sila Pancasila sebagi wujud dari karakter bangsa Indonesia itu sendiri
yang merupakan cerminan sebagai bentuk warga negara yang baik (Good Citizen), dan inipun yang
akan diterapkan melalui perkakampungan Pancasila sebagai contoh untuk menjadikan uapaya
pembangunan karakter bangsa di masyarakat, karena apabila nilai-nalai Pancasila tidak dilaksanakan
maka akan terjadi damapak negatif terhadap negara Indonesia ini, maka diperlukan inovasi dan solusi
untuk dapat menunbuhkan kembali nilai-nilai Pancasila yang luntur tersebut.
Perkembangan zaman yang dinamis membuat segala tatanan kehidupan berubah drastis. Era
Globalisasi telah membiaskan segala persoalan antara yang baik dan yang buruk atas dasar
kebebasan. Globalisasi memberikan dampak positif dan negatif bagi setiap warga negara Indonesia
(Kurniawan, 2015). Dampak positif dari globalisasi adalah adanya kemudahan dalam berbagai hal
karena ditunjang dengan semakin berkembangnya teknologi yang menghubungkan setiap penjuru
dunia. Globalisasi juga telah merobohkan batas-batas teritorial negara karena akulturasi budaya
sehingga menimbulkan kesan negatif terhadap budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya

7
ketimuran negara kita. Globalisasi juga menyasar seluruh bidang kehidupan, termasuk bidang
pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, perkembangan zaman berhasil menggeser paradigma pembelajaran
yang serba tradisional menjadi lebih modern. Hari ini pembelajaran tidak lagi mengharuskan tatap
muka secara langsung dalam satu ruangan, melainkan dengan pembelajaran jarak jauh menggunakan
fasilitas internet. Hal ini menjadi menjadi tantangan tersendiri bagi kalangan akademisi. Disatu sisi
terasa sangat menguntungkan karena lebih fleksibel, disisi lainnya merupakan kekhawatiran karena
perilaku peserta didik tidak terawasi secara langsung. Dengan begitu pendidikan juga perlu
mengembangkan kegiatan yang mengandung nilai-nilai keagamaan agar perilaku peserta didik tetap
terkontrol di tengah-tengah arus globalisasi (Novitasari et al., 2019).
Untuk mengontrol perilaku peserta didik tidak hanya dengan kegiatan keagamaan saja, tapi
juga menjadi tugas bersama semua pihak. Pendidikan menjadi tanggungjawab orang tua, sekolah,
instansi agama, masyarakat, dan negara (Nafisah, 2016). Orang tua bertanggung jawab terhadap
perilaku peserta didik di lingkungan keluarga, begitu juga masyarakat berperan sebagai pengawas di
lingkungan sekitar. Instansi agama tidak kalah pentingnya sebagai perisai bagi peserta didik agar
berperilaku sesuai dengan norma agama. Sedangkan kehadiran negara ada pada penetapan regulasi
berupa peraturan perundang-undangan yang wajib ditaati.
Selain bertanggung jawab terhadap perilaku peserta didik, pendidikan juga dijadikan sebagai
penyalur bakat yang ada pada peserta didik agar mereka dapat mengembangkan segala potensi yang
dimilikinya agar dapat bersaing dengan para kompetitornya (Ningsih, 2019). Pendidikan juga
memiliki fungsi untuk mengenalkan, memahamkan, dan menjadikan nilai-nilai karakter sehingga
melekat dalam kehidupan peserta didik (Puspitasari, 2014). Dengan demikian pendidikan memiliki
peranan yang sangat penting terhadap perilaku peserta didik di era globalisasi sekarang ini.
Penerapan nilai-nilai karakter pada peserta didik sangat penting terutama karakter religius.
Nilai-nilai karakter yang luhur tergerus oleh arus globalisasi (Dalyono & Lestariningsih, 2017).
Dampaknya dapat kita rasakan seperti banyak anak-anak yang membangkang pada orang tuanya,
peredaran minuman keras dan obatobatan terlarang, perilaku seks bebas, tawuran, dan tindakan
kriminal lainnya yang disebabkan semakin pudarnya nilai karakter.
Karakter terdiri dari nilai-nilai tindakan yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat
sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang melekat pada masing-masing individu (Anshori, 2014).
Nilai karakter dapat dibentuk melalui pendidikan karakter. Pendidikan Karakter adalah proses, bukan
tujuan (Cahyono et al., 2018). Artinya tujuan akhir tidak dijadikan sebagai patokan yang menyatakan
bahwa seseorang itu berperilaku baik, melainkan proseslah yang perlu dititikberatkan dalam
penerepan karakter.
Dalam penelitian Novitasari dkk yang dilakukan pada 2019 tentang pembentukan karakter
religius siswa SMK dengan keteladanan, diperoleh hasil bahwa diperlukan proses yang sangat

8
panjang untuk membentuk karakter religius. Kepala sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat turut
berperan dalam proses pembentukan tersebut.
Pendidikan karakter harus diupayakan oleh setiap orang dewasa kepada setiap anak (Yunus,
2015). Dengan demikian perlu adanya sosok teladan atau figur yang bisa dijadikan panutan. Hal ini
juga menekankan pada keharusan adanya regenerasi sebagai penerus tongkat estapet dari orang tua
kepada anak. Pendidikan karakter juga harus berpijak pada karakter dasar manusia yang bersumber
dari nilai moral universal (Anwar, 2016). Nilai moral ini berlaku secara universal dan berlaku bagi
siapapun, dimanapun, dan kapanpun. Hanya saja yang menjadi permasalahan mendasar mengenai
nilai moral adalah perbedaan persepsi dan keyakinan tentang indikator karakter religius. Nilai
Karakter ini hanya berkutat seputar persoalan-persoalan agama yang bersifat ritual-formal (Munif,
2017). Karakter religius ini hanya mengajarkan tata cara peribadatan dan hubungannya dengan sang
pencipta dengan mengesampingkan hubungan antar sesama manusia sehingga gagal menerapkan
nilai persatuan sesuai dengan sila ketiga pancasila.
Pendidikan karakter di sekolah bagi peserta didik bisa didapatkan melalui sebaran mata
pelajarannya. Pendidikan Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama misalnya
mempunyai kedudukan khusus dalam rangka implementasi pendidikan karakter (Nuhamara, 2018).
Pendidikan Pancasila mengajarkan kepada peserta didik tentang nilai-nilai pancasila yang harus
diterapkan dalam kehidupan seharihari, Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan pada peserta
didik segala sesuatu yang berkaitan dengan hak dan kewajiban warga negara, dan Pendidikan Agama
mengajarkan pada peserta didik tentang kebaikan, nilai, dan moral. Dari ketiga mata pelajaran
tersebut, Pendidikan Pancasila menempati peranan paling penting dalam pembentukan karakter
bangsa karena pancasila merupakan dasar negara Indonesia
Pancasila merupakan bukti dari semangat kebangsaan para pendiri bangsa (Aditia & Noor,
2017). Para founding father kita telah jauh-jauh hari merumuskan dasar negara yang paling tepat.
Nilai-nilai Pancasila harus selalu dijadikan landasan pokok dalam berpikir dan berbuat (Octavia &
Rube’i, 2017). Setiap perbuatan yang dilakukan oleh peserta didik harus dipikirkan terlebih dahulu
baik buruknya agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Secara hierarki, nilai pancasila mengajarkan masyarakat berperilaku sesuai dengan kodratnya.
Nilai ketuhanan mengajarkan masyarakat perihal hubungannya dengan sang pencipta. Nilai
Kemanusiaan mengajarkan masyarakat agar berperilaku sesuai dengan harkat dan derajat manusia
agar terciptanya nilai persatuan. Dan nilai kerakyatan menekankan pada prinsip musyawarah mufakat
dalam pengambilan keputusan agar terciptanya nilai keadilan. Nilai-nilai Pancasila sebagai falsafah
hidup bangsa perlu diimplementasikan untuk meningkatkan karakter bangsa yang semakin menurun
(Anwar & Salim, 2019).
Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukan penguatan kembali karakter religius
melalui pendidikan pancasila. Pendidikan religius penuh dengan muatan nilai moral (Hibana et al.,
2015). Nilai religius merupakan nilai yang berhubungan dengan Tuhan sehingga cocok dengan nilai

9
ketuhanan dalam sila pertama Pancasila (Hambali & Yulianti, 2018). Selain itu karakter religius
berfungsi untuk membangun kesadaran anak tentang adanya Tuhan dan hubungannya dengan
pencipta (Khotimah, 2016). Sehingga masyarakat merasa terus diawasi oleh tuhan yang pada
akhirnya akan bersikap hati-hati agar tidak terjerumus ke dalam dosa. Karakter religius juga bisa
membentuk sikap toleransi peserta didik. Toleransi adalah kesediaan seseorang untuk menerima cara
pandang, perilaku, dan kebiasaan orang lain yang tidak sama dengan dirinya (Yani & Darmayanti,
2020). Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk membentuk karakter religius melalui
Pendidikan Pancasila. Pendidikan Pancasila dapat menyatukan konsep karakter religius karena
berhubungan erat dengan nilai, moral, dan norma.

Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang
didasarkan pada dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang
implementasi nilai-nilai Pancasila dalam upaya penguatan karakter bangsa ini membutuhkan
sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua, pemilihan pendekatan ini
didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian
yang tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya, tanpa ada rekayasa serta pengaruh dari luar. Atas
dasar itulah maka peneliti menggunakan pendekatan kuatitataif. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Cresswel (1998 : 15) “Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct
methological traditions of inquiry that explorea social or human problem. The researcher build a
complex, holistic picture, analysis words, reports detailed views of informants, and conducts the
study in a natural setting”
Pendapat tersebut menjelaskan bahwa penelitian kualitatif didasarkan pada tradisi metodologi
penelitian dengan cara menyelidiki masalah sosial atau kemanusiaan. Peneliti membuat gambaran
yang kompleks, gambaran yang menyeluruh, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-
pandangan para informan secara menyeluruh dan melakukan penelitian pada situasi yang alamiah.
Peneliti memilih pendekatan ini karena ingin mengetahui secara langsung implementasi nilai-
nilai Pancasila di Desa Tanjungsari Kecamatan Pabuaran yang disebut sebagai perkampungan
Pancasila sebagai upaya pembangunan karakter bangsa.
gsa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus berdasarkan Robert K. Yin
(1995 : 18) bahwa “studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam
konteks kehidupan nyata bilamana batas- batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan
tegas, dan bilamana multisumber bukti dimanfaatkan”. Dipilih metode ini karena peneliti akan
menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses atau sekelompok individu yang
dibatasi oleh waktu dan peristiwa. Penelitian ini dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam
terhadap suatu kelompok dalam hak ini masyarakat di perkampungan Pancasila.

10
Penelitian ini menggunakan sampel purposif seperti yang diungkapkan Cresswel (1998 : 266)
partisipan dan lokasi penelitian itu dipilih secara dengan sengaja dan penuh perencanaan, penelitian
yang dapat membatu peneliti memahami masalah penelitian. Sehingga besarnya sampel ditentukan
dengan adanya pertimbangan informasi dengan teknik snowball. Penentuan sampel dianggap telah
memadai apabila telah disampaikan pada titik jenuh. Agar memperoleh infomasi yang valid dan
kompeten maka sampel penelitian adalah sebagai berikut : 1. Pemerintah (kecamatan, kelurahan,
desa) 2. Masyarakat setempat 3. Budayawan 4. Akademisi
Perimbangan peneliti untuk memilih subjek penelitian di atas didasari oleh beberapa alasan
seperti ; dari segi pemerintah peneliti ingin mengetahui kegiatan-kegiatan yanng dilaksanakan oleh
pemerintah untuk menunjang proses implementasi nilai-nilai Pancasila. dari segi masyakarat peneliti
ingin mengetahui nilai-nilai Pancasila apa saja yang diimplementasikan oleh masyarakat desa
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi budayawan, peneliti ingin mengkaji adakah pengaruh
budaya lokal Banten di kampung Pancasila tersebut. Dari segi akademisi peneliti ingin mengetahui
telaah akademik mengenai nilai-nilai budaya lokal terhadap pengembangan karakter bangsa.

11
BAB II
PEMBAHASAN

Ada banyak permasalah yang didahapi tanah air kita. Masalah yang sering didengar
meliputi masalah kemiskinan. Radikalisme, perbedaan agama dan masih banyak lagi, bangsa
Indoneisa memang tidak bisa menyelesaikan masalah tetapi ada solusi untuk mencegah
permasalah terjadi. Bagaimana caranya mencegah permasalahan bangsa? Caranya dengan
menanamkan pancasila pada setiap individu. Pancasila merupakan dasar bangsa Indonesia,
buat apa pancasila ada jika masyarakatnya sendiri tidak memakai itu sebagai pedoman pada
setiap individu. Pancasila sebaiknya tidak diucapkan saat melakukan upacara saja namun
perlu dipraktikan dalam kehidupan bermasyarakat. Sudahkan kita sebagai warga Indonesia
melakukan itu?
Masalah sosial dalam perselisihan dalam masyarakat yang terdorong akibat interaksi
sosial antar individu, interaksi sosial dan kelompok, atau antara suaut kelompok dan
kelompok lainnya. Dalam keadaan normal masyarakat akan terintegrasi (bersatu) di dalam
kehidupan yang sesuai pada unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, akan tetapi apabila
unsur yang telah menjadi kaidah sosial ini bentrok, maka dapat dipastikan bahwa hubungan-
hubungan sosial akan terganggu sehingga memungkinkan terjadi kegoyahan dalam
kehidupan kelompok.
Pancasila memiliki lima sila yang berisi solusi dari setiap permasalahan yang terjadi.
Masalah sosial yang pada saat ini terjadi di Indonesia dan dapat memberikan efek yang
berarti adalah pengganguran, korupsi, konflik Ras, kenakalan remaja, narkoba, dan
pendidikan yang rendah.
Permasalahan Sosial :
Faktior penyebab pengangguran ini adalah kekalahan SDM (Sumber Daya Manusia)
Indonesia untuk berkompetensi dengan tenaga kerja dari negara lain. Keadaan ini memicu
negara dalam jumlah penduduk yang tidak produktif. Salah satu cara mengatasi

12
pengangguran dan sosial di Indonesia ialah dengan memberikan pelatihan tenaga kerja,
memberikan pelatihan bahasa, serta pelatihan keterampilan yang membuat laku bekerja di
sektor unggulan Indonesia.
Korupsi ini merupakan masalah sosial yang seringkali menjadi masalah yang
menahun, dari tahun ke tahun adalah korupsi yang menggunakan jabatan dengan
memperkaya diri sendiri. Masalah ini begitu pelik di alami Indonesia, bahkan pada saat ini
masyarkat Indoensia seringkali dihadapkan dengan para pejabat yang menggunakan
kekayaan negara untuk keperluan pribadi. Baru-baru ini pada tahun 2018 misalnya, kasus
korupsi di Indonesia merajalela pada E-KTP yang memberikan efek kejerahan atas
kepercayaan masyarakat dengan ketua DPR (Setya Novanto). Oleh karenanya cara atau
solusi dalam mengatasi korupsi ini bisa dilakukan dengan memberikan hukuman yang lebih
berat dibandingkan dengan hukuman yangs aat ini diterapkan.
Konflik Ras ini merupakan salah satu dari permasalah sosial lainnya yang seringkali
terjadi antara masyarakat Indonesia adalah konflik antar ras, karean tidak bisa menerima
perbedaan yang ada dalam kehidupan masyarakat multikultural. Pengertian masyarakat itu
sendiri yaitu kumpulan dua atau lebih orang untuk bersatu dalam kurun waktu tertentu.
Negara Indonesia ini bisa terbentuk karena ada kumpulan orang-orang yang seharusnya
bersatu untuk mencapai tujuan bersama bukan pada tujuan pribadi.
Kenakalan remaja menjadi salah satu masalah sosial yang sering terjadi di Indonesia,
masalah ini berakibat pada rusaknya mental remaja dalam menghadapi perkembangan
perubahan sosial yang tinggi. Generasi muda yang sudah rusak bahkan bisa menjadi
ancaman yang berarti bagi Indonesia. Cara mengatasi masalah sosail kenakalan remaja ini
ialah dengan memebrikan remaja penyuluhan serta bentuk kesibukan yang ada. Dorongan ini
bisa dilakukan dengan memberikan fasilitas untuk mendapatkan beasiswa di luar negeri bagi
remaha yang berprestasi.
Contoh lainnya yang berhubungan erat dengan masalah sosial di Idonesia adanya
penyebarluasan narkoba yang menjadi salah satu yang ditakuti bagi Indonesia. Narokoba
sudah banyak dipasarkan di Indonesia. Bahkan dari sejumlah kasus Pemerintah Indonesia
melalui kepolisian pernah menangkap jumlah 4 ton sabu pada tahun 2018. Cara mengatasi
masalah sosial ini ialah dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bahaya
narkoba sehingga dengan demikian masyarakat akan mengetahui damapk negatif dari
narkoba ini.

13
Pendidikan yang rendah menjadi salah satu masalah yang sering terjadi di Indonesia,
masalah ini berhubungan erat dengan kemampuan masyarakat dalam kualitas yang
diberikan. Dengan pendidikan rendah masyarakat tidak bisa bersaing dengan tenaga kerja di
luar negeri, bahkan bangsa ini identik sebagai pemasok PRT (Pembatu Rumah Tangga)
ketika bekerja di luar negeri. Oleh karena itu, salah satu sektor upaya mengatasi masalah
sosial ini ialah dengan meningkatkan pendidikan dan terus menerus menyebarkan pendidikan
yang merata bagi daerah-daerah tertinggal di Indoensia, untuk saat ini aplikasi nyata yang
bisa dilakukan ialah dengan memberikan program relawan pendidikan.
Dari permasalah sosial diatas perlu disadari bahwa negara indonesia masih jauh
tetinggal dengan negara maju lainnya maka perlulah masyrakat mempelajari lebih dalam
mengenai pancasila supaya warga negara Indonesia bersatu dalam mencegah masalah.
Pengenalan akan pancasila dimulai dari keluarga. Keluarga dihimbau untuk mengajarkan
anak mereka mengenai pancaisla dan mengajak mereka untuk mempraktikkannya. Selain
keluarga cara mengenalkan pancasila dengan melakukan seminar, lewat pendidikan, dan
adapun upaya pemerintah yaitu dengan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
yang biasa kita kenal dengan P4 untuk menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
Pancasila tapi pada masa reformasi nilai-nilai tersebut pudar dan hilang dalam pandangan
masyarakat Indonesia. Penanaman pancasila pada setiap individu harus dimulai sejak dini
supaya mereka sadar akan tanggungjawab mereka sebagai waarga negara. Dengan adanya
pancasila yang menjadi sumber hukum, sudah seharusnya pemerintah mempersiapkan segala
bentuk rencana kebijakan yang bernafaskan kebijakan asas kekeluargaan dan rasa keadilan
yang seadil-adilnya kepada rakyat tanpa padang bulu. Seluruh masyarkat Indonesia sudah
sejak lama mendambakan wakil-wakilnya yang peduli pada rakyat yang mengangkat mereka
menjadi penguasa di bumi Indonesia ini. kembalikan citra Indonesia sebagai Negara hukum
yang bersih dan menjadikan Pancasila sebagai etika politik bangsa yang murni dan jujur,
dalam hal oemenuhan tuntutan kewajiban pembagunan yang merata.

A. Nilai-Nilai Pancasila
Jika Pancasila adalah ideology bangsa Negara Indonesia maka nilai-nilai Pancasila
dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi penyelenggara Negara Indonesia.
Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental.
Sebagai suatu sistem nilai, maka lima dasar Pnacasila tersebut pada hakikatnya merupakan
satu kesatuan yang utuh. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai yang memiliki

14
perbedaan antara satu kesatuan yang sistematis dan tak terpisahkan sehingga saling terkait
antara satu sila dengan sila yang lain.
Berdasarkan Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa
menjabarkan kelima sila Pancasila tersebut menjadi 45 butir pengalaman sebagai pedoman
praktis bagi pelaksanaan Pancasila :
1. Nilai Ketuhanan
- Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
- Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
- Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasam antara pemeluk agama
dengan menganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
- Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Nilai Kemanusiaan
- Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
- Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
- Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa salira.
- Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
- Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
- Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
- Berani membela kebenaran dan keadilan.
3. Nilai Persatuan
- Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa
dan Negara sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan.
- Sanggup dan rela bekorban untuk kepentingan Negara dan bangsa apabila diperlukan.
- Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
- Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
- Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika.
4. Nilai Kerakyatan
- Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

15
- Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
- Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
- Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
- Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
- Didalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi
dan golongan.
- Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
5. Nilai Keadilan
- Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
- Mengembangkan sikap adil terhadap sesama manusia.
- Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
- Menghormati hak orang lain.
- Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
- Suka bekerja keras.
- Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bangsa.
2.2. Permasalahan Di Indoneisa
Permasalahan di Indonesia tidak pernah usai. Patah satu, tumbh seribu. Mungkin itu
pepatah yang tepat untuk masalah yang tak pernah usai. Berikut permasalahan di Indonesia
yang kami rangkum:
A. KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)
1. Pengertian
Korupsi berasal dari bahasa Latin corrupti atau corruptus yang secara harfiah berarti
kebusukan, kebejatan, tidak jujur, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.

16
Selanjutnya kata itu disadur kebanyak bahasa Eropa seperti Inggris: corruptio, corrupt;
Prancis: corruption; dan Belanda: corruptive (korruptie).1
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi adalah perbuatan busuk seperti
penggelapan uang, penerimaan uang sogok.
Kolusi atau collusion menurut Osborn’s Laur Dictionary (1983) ditulis “The arragement
of two ferson, apparently in a hostile positions or having conflicting interests, to some act in
order to injure a third ferson, or deceive a court ”, sedangkan menurut canadian law
dictionary, Kolusi adalah “The making of an agreement with another for the purpose of
perpetrating a fraud, or engaging in illegal activity while having an illegal end in mind”.
Dari kedua pengertian tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa kolusi atau collusion
ini adalah suatu kesepakatan atau persetujuan dengan tujuan yang bersifat melawan hukum
atau melakukan suatu tindakan penipuan.
Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat kesepakatan secara
tersembunyi dalam melakukan kesepakatan perjanjian yang diwarnai dengan pemberian uang
atau fasilitas tertentu sebagai pelicin agar segala urusannya menjadi lancar.
Nepotisme berasal dari istilah bahasa Inggris “Nepotism” yang secara umum
mengandung pengertian “mendahulukan atau memprioritaskan
keluarganya/kelompok/golongan untuk diangkat dan atau diberikan jalan menjadi pejabat
negara atau sejenisnya. Dengan demikian nepotisme merupakan suatau perbuatan/tindakan
atau pengambilan keputusan secara subyektif dengan terlebih dahulu mengangkat atau
memberikan jalan dalam bentuk apapun bagi keluarga/kelompok/golongannya untuk
suatu kedudukan atau jabatan tertentu.
KKN menurut standart yang digunakan untuk memberikan pengertian tindak pidana
korupsi secara konstitusional diatur dalam UU No. 28 Tahun 1999 Pasal 1 ayat 3,4,5 dengan
penjabaran:
a. Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang - undangan yang mengatur tindak pidana korupsi.
b. Kolusi adalah pemufakatan atau kerjasama secara melawan hukum atau penyelenggara
negara atau antara penyelenggara negara dan pihak lain yang merugikan orang lain,
masyarakat dan atau negara.
c. Nepotisme adalah setiap perbuatan penyelenggara negara secara melawan hukum yang
menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kronnya diatas kepentingan
masyarakat, bangsa dan negara.
1

17
Menurut Pak Darmawan, salah satu dosen mata kuliah Pancasila UIN Raden Fatah
Palembang, pengertian KKN itu dilihat dari sudut pandang subyektifnya. Korupsi apabila
salah satu yang di untungkan dan yang lain dirugikan. Korupsi pun bukan hanya materill
atau uang saja tapi waktu pun bisa kita korupsikan. Kolusi apabila kedua-dua pihak di
untungkan baik penyogok maupun yang disogok. Nepotisme itu mementingkan suatu ras,
suku, dan agama dengan rasa kekeluargaan. Misalnya, perusahaan PT.Maju dipimpin oleh
Anjab. Ia berasal dari Lahat. Lalu memilih pegawainya dengan cukup bertanya “asal kamu
darimana?”. Kalau sedaerah langsung di terimanya tanpa memandang keahlian masing-
masing yang mereka miliki.

2. Sebab KKN di Indonesia


KKN di Indonesia ibaratkan pohon besar, yang berumur ratusan tahun hingga akar pun
begitu kokoh. Dari perumpamaan tersebut, kita ketahui bahwa KKN di Indonesia kita ini
sudah membudaya dan menjadi kebiasaan. Jadi, sangat susah menghilangkannya. Karena
akar yang tua tidak bisa dicabut secara langsung. Lalu apa penyebab KKN di Indonesia?
Sebab-sebab KKN di Indonesia:
1. Lunturnya Norma Agama atau kurangnya iman dalam diri sendiri.
2. Sudah membudaya atau menjadi kebiasaan sejak dulu. Sejak tonggak bangsa Indonesia
berdiri yaitu Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya.
3. Peraturan perundang-undangan yang banyak. Namun penegaknya yang lemah akan
hukum.
4. Budaya “menyenangkan” Hati Pemimpin. Contoh: memberikan using sogok kepada
kepala sekolah agar anak yang tinggal kelas dinaikkan.
5. Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan “teman lama”.

Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut dengan dasar falsafah negara.
Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan negara. Dengan kata
lain Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur seluruh penyelenggaraan negara.
Pengertian Pancasila sebagai dasar negara seperti dimaksud dalam bunyi Pembukaan
UUD 1945 Alinea IV (4) yang secara jelas menyatakan sebagai berikut: “Kemudian dari
pada itu untuk dapat membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia serta seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut dalam melaksanakan

18
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
suatu Dasar Negara Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil serta beradab, Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta untuk
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Sebagai dasar negara, Pancasila dipergunakan untuk dapat mengatur seluruh tatanan
kehidupan bangsa serta negara Indonesia. Hal ini mengandung arti bahwa segala sesuatu
yang berhubungan dengan pelaksanaan sistem ketatanegaraan Negara Kesatuan Republik
Indonesia harus berdasarkan Pancasila.

Faktor Penyebab Problem Bangsa


Kemiskinan Hampir di setiap sudut ditemukan pemukiman kumuh. Ada sekitar 30
juta rakyat Indonesia yang hidup sangat miskin. Penyebab utama kemiskinan adalah
ledakan penduduk yang tidak disertai dengan peningkatan kualitas penduduk tersebut
ditambah lagi dengan kebutuhan hidup yang makin kompleks dan mahal.
Korupsi Negara kita pada dasarnya memiliki kekayaan atau dana yang cukup untuk
mensejahterkan rakyatnya namun dikarenakan negara ini dikerumuni oleh para koruptor
sehingga uang negara terbuang sia-sia dan mengakibatkan kesengsaraan bagi rakyat.
Kurangnya efek jera menjadi penyebab utama korupsi ini.
Penegakan Hukum yang Lemah Negara Indonesia adalah negara hukum, tapi kenapa
hanya rakyat kecil yang dihukum? Penyebabnya karena hukum di Indonesia masih bisa
dipermainkan. Orang kaya masih bisa terbebas dari jeratan hukum. Jangan dulu melihat
kasus-kasus hukum yang besar, kita masih bisa melihat di sekitar kita. Terutama saat
ditilang polisi. Apa yang biasanya dilakukan? Tentu saja menyuap polisi tersebut. Kalau
terus saja dibiarkan begini, hancurlah Indonesia.
Kualitas Pendidikan yang Rendah Sistem pendidikan di Indonesia bisa dikatakan
sangat buruk. Biaya sekolah yang semakin mahal tidak sebanding dengan hasil yang
didapatkan. Memang siswa selalu lulus dengan nilai sangat baik, tetapi angka tersebut
hanya di atas kertas. Buktinya kualitas penduduk Indonesia masih sangat rendah
dibandingkan di negara lain. Tak heran kita selalu mendatangkan tenaga ahli dari luar

19
negeri sementara kita selalu mengirim tenaga kerja ke luar negeri sebagai buruh atau
pembantu.
Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Buruk Sampai sekarang kita tidak bisa
mencapai swasembada beras. Akibat kesejahteraan petani tidak pernah diperhatikan,
banyak dari mereka yang menjual lahan pertaniannya dan dialih fungsikan menjadi
perumahan. Kita juga tidak pernah menikmati hasil bumi kita yang melimpah secara utuh.
Justru pihak asing yang mengelola dan mengambil hasil pertambangan kita, sedangkan
kita hanya mendapatkan pemasukan dari pajak dan upah buruh.
Kasus SARA yang Merajalela Indonesia adalah negara yang memiliki suku bangsa
dan agama yang beragam. Di sekitar kita mungkin kehidupan antara umat beragaman
sudah rukun. Tetapi di beberapa tempat masih saja ada kasus yang menyangkut SARA
seperti perusakan tempat ibadah, terorisme, pertikaian antar suku, dan saling ejek antar
agama di dunia maya. Jika masalah ini dibiarkan terjadi, maka akan terjadi disintegrasi
bangsa dan sangat berbahaya bagi kedaulatan bangsa
Kesenjangan Sosial Ini sudah biasa terjadi di negara kita dimana orang kaya akan
tetap kaya, sedangkan orang miskin tetaplah miskin walau sekeras apapun dia bekerja.
Tidak hanya itu mereka yang kaya tidak merasa puas apalagi bersyukur akan harta yang
mereka miliki. Begitu pula dengan orang-orang yang berada di kalangan bawah merasa
susah menjalankan hidup akhirnya mereka melakukan hal-hal yang seharusnya mereka
tidak lakukan yang mengakibatkan marak kriminalitas di Indonesia
Kemacetan Di beberapa kota besar di Indonesia, kemacetan sudah menjadi hal yang
lumrah. Kemacetan disebabkan oleh penggunaan kendaraan bermotor yang meningkat
dan banyak orang yang lebih memilih menggunakan kendaraan bermotor ketimbang
bersepeda walaupun jarak tempuhnya cukup dekat.
Pengangguran Angka pengangguran di Indonesia cukup tinggi. Bahkan orang-orang
pengangguran kebanyakan sudah sarjana. Pengangguran menjadi penyebab utama
kemiskinan. Kurangnya lapangan pekerjaan menjadi salah satu penyebab terjadinya
pengangguran. Bila ditemukan solusi yang tepat, bukan tidak mugkin seorang
pengangguran menjadi pengusaha yang sukses.
Banyak Daerah yang Kurang Diperhatikan Banyak sekali terdapat daerah tertinggal di
negara ini terutama di kawasan dekat perbatasan negara dan bagian timur Indonesia.
Pembangunan cenderung berpusat di sekitar pulau Jawa, Sumatera, dan Bali saja.
Mungkin karena hanya daerah tersebut yang paling potensial. Tetapi sebaiknya

20
pemerintah memperhatikan daerah lain. Siapa tahu daerah yang kurang diperhatikan
tersebut sebenarnya sangat berpotensi bagi pembangunan negara

Solusi Untuk Mengatasi Problem Bangsa


Adil dalam membagi kekuasaan Sesungguhnya yang namanya politik bagi-bagi
kekuasaan itu adalah tidak ada. Ini sama saja dengan kebiasaan bagi-bagi jatah sumber
daya yang sudah tersedia. Inilah yang terjadi ketika kekuasaan berada di tangan manusia
alhasil akan termakan oleh sifat keserakahan yang sesat dan tidak terkendali. Karena itu,
ada baiknya jikalau kekuasaan dikembalikan kepada masyarakat luas sehingga sekiranya
ada ancaman yang datang maka semuanya akan pasang badan membela NKRI.
Pemerataan pendapatan Merupakan solusi jangka pendek atas situasi yang terjadi saat
ini. Jika perolehan uang tidak disetarakan maka masing-masing orang akan berusaha lebih
gesit untuk menerjang lalu mendahului sesamanya agar bisa merebut lebih banyak uang
dari tangan pelanggan. Lagi pula pembagian keuangan yang tidak adil akan memicu
ledakan pergerakan masyarakat pada profesi terntentu dimana semuanya itu terjadi demi
hidup yang lebih kaya raya.
Pemerataan pendidikan Perolehan pendidikan tidak hanya terpusat di kotakota
melainkan juga di daerah-daerah terpencil. Ini tidak hanya fokus pada sarana dan
prasarana yang tersedia melainkan lebih kepada kemampuan intelektual dan emosional
tenaga pengajar yang ada. Sehingga para guru tidak hanya mengajar dengan kata-katanya
di depan kelas melainkan juga menjadi contoh yang baik bagi para siswa-siswinya.
Pemerataan skill tenaga pengajar adalah jalan cepat demi kesetaraan pendidikan di
seluruh negeri.
Pemerataan pengetahuan dan wawasan Merupakan jalan keluar bagi permasalahan
yang dihadapi oleh Indonesia yang sifatnya jangka panjang. Perolehan ini berhubungan
erat dengan keterbukaan informasi dari pihak pemerintah dan swasta. Tanpa keterbukaan
informasi mustahil terjadi pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan dibidang ilmu
pengetahuan juga wawasan. Oleh karena itu, ada baiknya jikalau semua pihak disuguhkan
dengan informasi yang benar. Bukan sesuatu yang merupakan hasil rekayasa untuk
mendatangkan keuntungan bagi pihak tertentu.
Pemerataan kesehatan Salah satu syarat pertama agar seseorang menjadi bahagia
adalah memiliki fisik yang sehat dan prima. Tanpa tubuh yang sehat maka tidak ada pula
hari-hari yang menyenangkan dengan aktivitas yang padat bersama keluarga, sahabat,
handai tolan, rekan kerja dan lain sebagainya. Kesetaraan di bidang kesehatan dapat
21
dicapai dengan memberikan informasi yang benar tentang cara hidup sehat dan panjang
umur.
Pemerataan pekerjaan Merupakan solusi jangka menengah demi kesetaraan bagi
seluruh rakyat Indonesia. Setiap masyarakat yang berumur 25 tahun berhak mendapatkan
pekerjaan yang layak sesuai dengan bakat yang dimiliki. Oleh karena itu, jika setiap
orang bekerja sesuai bakatnya dalam kreativitas berkelompok sehingga waktunya tidak
habis terbuang dalam hal yang sia-sia.
Pemerataan keamanan (rasa aman) Ketika semua orang sudah sejahtera, tidak ada lagi
silat lidah dan pasang badan untuk mengambil sesuatu dari orang lain secara tidak sah,
sebab semua sudah dapat jatah yang mensejahterakan. Orang-orang yang telah sejahtera
akan berpikir dua kali untuk meninggalkan keadaan seperti itu hanya demi sesuap nasi
atau sekedar cara anak bersikap dengan sesamanya.

Strategi Pemahaman dan Penerapan Pancasila dalam Mengatasi Problem untuk


Mencapai Tujuan Nasional Bangsa Indonesia
Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa Secara garis besar mengandung makna
bahwa Negara melindungi setiap pemeluk agama untuk menjalankan ibadahnya sesuai
dengan ajaran agamanya. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada
orang lain. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama. Dan
bertoleransi dalam beragama, yakni saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Mengandung makna bahwa setiap
warga Negara mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum, karena Indonesia
berdasarkan atas Negara hukum. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
persamaan kewajiban antara sesama manusia. Menempatkan manusia sesuai dengan
hakikatnya sebagai makhluk Tuhan. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Bertingkah
laku sesuai dengan adab dan norma yang berlaku di masyarakat.
Sila Ketiga: Persatuan Indonesia Mengandung makna bahwa seluruh penduduk yang
mendiami seluruh pulau yang ada di Indonesia ini merupakan saudara, tanpa pernah
membedakan suku, agama ras bahkan adat istiadat atau kebudayaan. Penduduk Indonesia
adalah satu yakni satu bangsa Indonesia. cinta terhadap bangsa dan tanah air. Menjaga

22
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Rela berkorban demi bangsa dan negara.
Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.
Sila Keempat: Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan Mengandung maksud bahwa setiap pengambilan keputusan
hendaknya dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mufakat, bukan hanya
mementingkan segelintir golongan saja yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan
anarkisme. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Melakukan musyawarah,
artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan
bersama. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia Mengandung maksud
bahwa setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan penghidupan yang layak sesuai
dengan amanat UUD 1945 dalam setiap lini kehidupan. Mengandung arti bersikap adil
terhadap sesama, menghormati dan menghargai hak-hak orang lain. Kemakmuran yang
merata bagi seluruh rakyat. Seluruh kekayaan alam dan isinya dipergunakan bagi
kepentingan bersama menurut potensi masing-masing. Segala usaha diarahkan kepada
potensi rakyat, memupuk perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga
kesejahteraan tercapai secara merata.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa keadaan nilai-nilai Pancasila
di perkampungan Pancasila desa tanjung sari sebagai upaya pembengunan karakter
bangsa sudah berjalan cukup baik, hal ini dikarenakan perkampungan Pancasila sudah
dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, sperti nilai
ketuhanan yang mencerminkan masyarakat memiliki nilai nilai keagamaan yang tinggi
yang tercermin dari sholat berjamaah sebagai nilai taat dalam menjalankan perintah
agama, pengajian bersama sebagai bentuk dari nilai agama serta sebagai bentuk menjalin
tali silaturahmi antar sesama warga yang ada di perkampungan Pancasila, serta
menjalankan perintah-perintah agama laianya sebagai wujud nilai sila pertama yaitu
ketuhanan, selain nilai ketuhaan, dapat terlihat pula nilai-nilai Pancasila liannya yaitu
nilai kemanusian yang tertera di sila ke dua Pancasila“Kemanusiaan yang adil dan
beradab” terkandung nilai kemanusiaan. makna dari nilai kemanusiaan yaitu mengakui
dan menghormati martabat dan hak orang lain antar sesama manusia, saling tolong
menolong, dan bersikap sebagai manusia yang beradab sebagai perwujudan sila kedua hal
ini tercermin dari masyarakat perkampungan Pancasila salang menghormati antar sesama
warga serta nilai-nilai kekeluargaanya begitu tinggi. Nilai Pancasila ketiga yaitu nilai
23
persatuan yang diterapkan di perkampungan Pancasila yang paling terlihat dengan adanya
kegiatan gotong royong yang selalu dilaksanakan rutin, gotong royong yang dilaksanakan
di kampong pancasila mencerminkan masyarakat yang penuh rasa semangat kebersamaan
dan kekeluargaan dalam melaksanakan suatu hal. Selanjutnya nilai kerakyatan merupakan
cerminan dari sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawa ratan/perwakilan” yang memiliki nilai yang terkandung
dalam sila ini adalah nilai kerakyatan yang berarti kedaulatan berada ditangan rakyat itu
sendiri, maka rakyat berhak memilih perwakilan mereka, dan rakyat juga memiliki
kedudukan antara hak, dan kewajiban yang sama di negara ini, salah satu yang tercermin
dari sila Pancasila yang keempat di kampong Pancasila yaitu masyarakatnya selalu
mengutaman musyawarah untuk mencapai mufakat dan inipun dijungjung tinggi oleh
masyarakat kampung Pancasila itu sendiri. Yang terakhir adalah nilai keadilan sebagai
nilai yang terdapat dalam sila kelima sila Pancasila yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat indonesia” yang artinya sila kelima ini memiliki nilai keadilan yang berarti
keadilan dalam kehidupan sosial haruslah meliputi seluruh rakyat Indonesia tanpa
terkecuali, persamaan hak dan kewajiban yang harus dijungjung tinggi antar sesama
warga, hal ini dapat terlihat dari prilaku warga perkampungan Pancasila yang selalu
mematuhi atauran-atauran yang telah ditetapkan, sehingga menjadi masyarakata yang taat
akan aturan yang berlaku secara lokal di kampong Pancasila aupun aturan secara
Nasioanal, karana warga negara yang baik adalah yang mampu melaksanakan hak dan
kewajibannya dan itulah yang dicerminkan mayoritas warga perkampungan pancasila.
Pembangunan masyarakat desa mengandung makna pendekatan kemasyaraatan,
partisipasi masyarakat dan pengorganisasian dan pelaksanaannya berorientasi pada
inisiatif dan daya kreasi masyarakat (Swalem,1997). Pengertian pembangunan desa juga
dapat dilihat dari berbagai segi (Zein, 1983; Suwignyo, 1985; Sarmato, 1985;
Arkanudin,1995), yaitu: (1) Pembangunan desa sebagai suatu “Proses”, yaitu merupakan
suatu perubahan dari cara hidup tradisional masyarakat pedesaan menuju cara hidup yang
lebih maju. Dalam hal ini pembangunan desa lebih di tekankan pada aspek perubahan
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, baik yang menyangkut segi-segi sosial,
ekonomi maupun psikologis; (2) Pembangunan desa sebagai suatu “Metode”, yaitu
mengusahakan agar masyarakat berkemampuan dalam membangun diri mereka sendiri
sesuai dengan kemampuan dari sumber-sumber yang mereka miliki. Jadi pembangunan
desa di sini lebih ditekan pada cara-cara untuk mencapai atau mewujudkan tujuantujuan
pembangunan; (3) Pembangunan desa sebagai suatu “ Program”, yaitu untuk
24
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, lahir dan bathin. Pembangunan
desa di sini lebih ditekankan kepada bidang kegiatan pemerintah dalam pelayanan
terhadap masyarakat, seperti di bidang pendidikan, kesehatan, pertanian, industri,
koperasi, keluaga berencana dan transmigrasi dan lain-lain; (4) Pembangunan desa
sebagai suatu “Gerakan”, yaitu tekanannya lebih diarahkan untuk menunjukkan
masyarakat secara terkoordinir dan terarah sesuai dengan cita-cita nasional kita, yaitu
terwujudnya “masyarakat Pancasila” yang kita inginkan bersama. Jadi penekanan
pembangunan desa di sini adalah dalam kerangka ideologis yang mendasar yang
mengarahkan proses, metoda dan program pembangunan desa.
Pembangunan yang terjadi saat ini mulai bergeser pada pembanguan pembaharuan
pemukiman. Salah satu contoh pembangunan pada pemukiman yaitu banyak dibangunnya
perumahanperumahan yang secara tidak langsung dapat menggeser keberadaan kampung,
tetapi juga membangkitkan rasa iri bagi masyarakat sekitar. Perumahan merupakan
representasi dari masyarakat kelas menengah ke atas, sedangkan kampung merupakan
representasi masyarakat kelas bawah. Pola komunikasi antara masyarakat di perumahan
dengan masayarakat kampung sudah jauh berbeda. Kalau di perumahan, semua jenis
keamanan sudah terjamin karena rata-rata menggunakan jasa keamanan. Pola komunikasi
pun cendrung individualistik, tidak mengenal satu dengan tetangga yang lainnya.
Sementara di perkampungan, tanggung jawab keamanan ada di setiap penghuni kampung.
Ronda malam merupakan bagian dari cara masyarakat berkomunikasi dengan warga
lainnya, khususnya dalam menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah
perkampungannya masingmasing. Keadaan seperti ini, tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Butuh solusi yang pas untuk mengatasinya. Sebelum semuanya "musnah", alangkah
baiknya mengambil tindakan antisipatif. Mendorong lahir dan terbentuknya kampung
Pancasila bisa menjadi salah satu alternatif dalam menjembatani keadaan tersebut. Lewat
kehadiran "kampung Pancasila" kita disadarkan untuk mengenang betapa pentingnya
menjaga persatuan dan kesatuan
Problem yang berhubungan dengan desa Pancasila adalah penerapan esensi Pancasila
pada tingkat desa. Alasannya, masyarakat desa sudah terkena kebiasaankebiasaan orang
kota yaitu individualis. Perubahan-perubahan kebiasaan itu terjadi karena pembangunan
bersifat sentralistik (dari pusat tanpa melibatkan orang daerah). Contoh perubahan
kebiasaan pada orang desa yaitu terlihat pada perubahan alat pemuas kebutuhan yang
bersifat material. Kebutuhan sosial dan spiritual dirangsang dengan motif material,

25
sehingga terjadi erosi nilai-nilai spritiual dan sosial. Hal ini adalah ancaman bagi
penerapan sila-sila Pancasila dalam kehidupan seharihari. Contohnya, di desa muncul
persaingan, eksploitasi bahan-bahan alam, dan konflik kepentingan. Seharusnya
pembangunan di desa diikuti dengan pemberdayaan masyarakat untuk menerapkan
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Penerapannya yaitu:
1. Sila pertama, ini adalah sila pengutamaan spiritualisme bukan materialisme.
2. Sila kedua, pemberdayaan akan menghilangkan dehumanisasi dan mencegah
eksploitasi sumber daya alam.
3. Sila ketiga, pemberdayaan akan memperkuat azas kekeluargaan dan gotong royong.
4. Sila keempat, pemberdayaan masyarakat akan mencegah konflik.
5. Sila kelima, kekeayaan bangsa akan tetap tersalur untuk semua penduduk desa
melalui koperasi.
Dalam implementasi nilainilai Pancasila tidak selalu berjalan mulus. Banyak sekali
hambatanhambatan yang terjadi. Disebutkan bahwa hambatan itu terjadi karena proses
globalisasi yang begitu cepat, membawa masyarakat Indonesia cenderung berorientasi
pada nilai yang datang dari luar. Nilai individual, materialistis, pragmatis semakin kuat,
lebih-lebih dengan perkembangan pariwisata yang pesat dan gelombang hegemoni pasar
bebas. Adapun hambatanhambatannya antara lain sebagai berikut:
1. Masih banyak masyarakat yang belum ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang
dilakukan di perkampungan pancasila
2. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila belum terealisasi dengan baik, contoh:
a. Pada sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa): kegiatan penanaman keagamaan
yang selalu dilakukan di perkampungan pancasila masih belum ada partisipasi aktif dari
masyarakat sebagai contoh kegiatan pengajian dan acara-acara keagamaan kurang
dilaksanakan oleh masyarakat karena selalu berbenturan dengan pekerjaan yang sebagian
besar mata pencahariannya sebagai petani
b. Pada sila kedua (Kemanusiaan yang adil dan beradab): konflik social di
perkampungan pancasila merupakan hal yang tidak bisa dihindari, seperti contoh masih
ada konflik antar masyarakat dalam setiap keputusan yang dilakukan oleh aparat desa.
Hal itu bertentangan dengan prinsip kemanusiaan yang mengedepankan kasih sayang
sesama manusia dan rasa saling menghormati antar manusia.
c. Pada sila ketiga (Persatuan Indonesia): kegiatan di perkampungan pancasila yaitu
kegiatan gotong royong dengan cara membersihkan setiap jalan, tapi dalam

26
implementasinya masyarakat masih banyak yang kurang berpartisipasi dan belum ada
kesadaran akan tanggung jawab terhadap kepemilikan perkampungan pancasila.
d. Pada sila keeempat (Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan): dalam mengambil keputusan, kalangan atas masih
mengutamakan kepentingan sendiri tanpa memikirkan nasib yang lain.
e. Pada sila kelima (Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia). Status social
yang terjadi di perkampungan pancasila terkadang menjadi masalah yang bisa
memecahbelah masyarakat diperkampungan pancasila. Solusi atau cara yang efektif
dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila sebagai upaya pembangunan karakter bangsa
di perkampungan Pancasila Desa Tanjung Sari Pabuaran Serang Banten
a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat desa dalam dalam ber bangsa dan ber negara
serta kesadaran bela negara melalui semangat gotong royong dan Wawasan Kebangsaan
b. Menanamkan semangat nasionalisme NKRI adalah harga mati
c. Penyuluhan tentang pentingnya menerapkan/mengamalkan Pancasila
d. Penyuluhan tentang Keamanan dan ketertiban masyarakat
e. Memperkenalkan nilai-nilai Pancasila melalui media massa.
f. warga dari anak-anak dan orang tua diharuskan menghafal Pancasila
g. Penyuluhan tentang Bahaya Narkoba bagi Pemuda/Pemudi
h. Penyuluhan tentang Kenakalan Remaja
i. Penyuluhan tentang Bahaya latin Komunis
j. Penyuluhan tentang antisipasi adanya Teroris
k. Penyuluhan Tentang potensi masuknya aliran sesat
l. Membiasakan pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mencapai
mufakat
m. Gerakan Terima kasih Pancasila kegiatannya, berupa : Sholat subuh berjamaah dan
n. Dialog interaktif oleh Tokoh masyarakat, Tokoh daerah dan Mahasiswa.
o. Menanamkan budaya Paguyuban (gotong-royong, silaturahmi, kekeluargaan dll)
p. menjunjung tinggi toleransi kehidupan antar umat beragama

27
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Negara kita adalah negara yang memiliki Pancasila dengan kelima silanya yang
mengandung makna-makna dari setiap cerminan kehidupan rakyat Indonesia. Namun seiring
dengan pertumbuhan bangsa ini muncul berbagai masalah didalamnya. Kesepuluh masalah
ini tidak mencakup seluruh problem dalam negara Indonesia sebab masih banyak lagi
masalah selain kemiskinan, korupsi, penegakan hukum yang lemah, kualitas pendidikan
yang lemah, pengelolaan sumber daya alam yang buruk, kasus SARA yang merajalela,
kesenjangan sosial, kemacetan, pengangguran, dan banyak daerah yang kurang diperhatikan
Semua permasalahan di Indonesia adalah bentuk penyimpangan dari setiap sila-sila
Pancasila. Oleh karena itu cara untuk mengatasi 10 permasalahan tersebut hanyalah kembali
kepada Pancasila. Apabila Pancasila tidak hanya dijadikan dasar negara dan slogan saat kita
bicara melainkan menjadi sebuah pedoman dalam kehidupan maka semua permasalahan
diatas dapat diatasi bahkan dapat dihindarkan dengan diiringi oleh doa serta izin dari sang
Pencipta.

28
Pertimbangan yang melatar belakangi penentuan lokasi untuk pembentukan Kampung
Pancasila di desa Tanjungsari Kec. Pabuaran, Kab. Serang adalah didasarkan dari beberapa
faktor yang dititikberatkan pada aspek sejarah, aspek kesejahteraan dan aspek pertahanan.
nilai-nilai Pancasila di perkampungan Pancasila desa tanjung sari sebagai upaya
pembengunan karakter bangsa sudah berjalan cukup baik, hal ini dikarenakan perkampungan
Pancasila sudah dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, hal ini
diharapkan penanaman nilai nilai pancasila dapat menumbuhkan nilai karakter pada
masyarakat di perkampungan pancasila.
Hambatan yang terjadi dalam perkampungan pancasila yaitu sebagian masyarakat
masih belum berpartisipasi maksimal dalam penerapan nilai-nilai Pancasila karena masih
banyak masyarakat yang kurang mendukung serta menumbuhkan kesadarannya akan
pentingnya penanaman dan pengamalan nilai-nilai pancasila dalam penguatan karakter
masyarakat. sikap apatis tersebut dipengaruhi oleh pengaruh globalisasi yang dibawa oleh
masyarakat yang pulang setelah berkerja di luar kota. Pengaruh inilah yang menjadikan
masyarakat individualistis, kecenderungan kurang rasa tanggung jawab dan tidak
mengindahkan aturan yang ada di perkampungan pancasila.
Dalam mengimplementasikan nilai-nilai pancasila demi terwujudnya masyarakat yang
berkarakter perlu ada solusi untuk meminimalisir hambatan atau tantangan yang dihadapi di
perkampungan pancasila diantaranya yaitu, Menumbuhkan kesadaran masyarakat desa
dalam dalam ber bangsa dan ber negara serta kesadaran bela negara melalui semangat gotong
royong dan Wawasan Kebangsaan, Menanamkan semangat nasionalisme NKRI adalah harga
mati, Penyuluhan tentang pentingnya menerapkan/ mengamal kan Pancasila, Penyuluhan
tentang Keamanan dan ketertiban masyarakat, Memperkenalkan nilainilai Pancasila melalui
media massa, warga dari anak-anak dan orang tua diharuskan menghafal pancasila,
Penyuluhan tentang Bahaya Narkoba bagi Pemuda/Pemudi, Penyuluhan tentang Kenakalan
Remaja.

29
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, S. (2016). Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Bangsa. Jurnal
Pendidikan Islam, 7(2), 157–169.

Bahri, S. (2015). Implementasi pendidikan karakter dalam mengatasi krisis moral di sekolah.
Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 57-76

Cahyono, H., Suhono, S., & Khumairo, A. (2018). Pendidikan Karakter Bagi Pelaku Pedofilia
(Sebuah Strategi Dalam Mengatasi Amoral). Jmksp (Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, Dan
Supervisi Pendidikan), 3(1), 1–19. Https://Doi.Org/10.31851/Jmksp.V3i1.1519

Dalyono, B., & Lestariningsih, E. D. (2017). Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Di


Sekolah. Jurnal Bangun Rekaprima, 3(2), 33–42.

Dewantara, A. W. (2015). Pancasila Sebagai Pondasi Pendidikan Agama Di Indonesia. CIVIS,


5(1/Januari)

30
Dewantara A. W. 2017. Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini. Kanisius: Yogyakarta.

Munir, dkk,. 2016. Pendidikan Pancasila. Jatim: Madani Media.

https://lasealwin.com/2017/03/22/solusi-dari-masalahutama-di-indonesia-adalah-keadilan-
sosialpemerataan-kesejahteraan-solusi-jangka-pendekpemerataan-pengetahuan-solusi-
jangka-panjang/

http://winanurani.blog.institutpendidikan.ac.id/2018/06/1 1/makalah-pancasila-sebagai-
solusi-problembangsa/

Nafisah, D. (2016). Peran Pendidikan Muatan Lokal Terhadap Pembangunan Karakter Bangsa.
Citizenship Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan, 4(2), 451.
Https://Doi.Org/10.25273/Citizenship.V4i2.1078

Ningsih, T. (2019). Peran Pendidikan Islam Dalam Membentuk Karakter Siswa Di Era Revolusi
Industri 4.0. Jurnal Insania, 24(2), 220–231.

Novitasari, D., Ladamay, I., & Wadu, L. B. (2019). Upaya Pembentukan Karakter Religius Islam
Pada Siswa Melalui Keteladanan Di Sekolah Menengah Kejuruan. Prosiding Seminar
Nasional, 3, 174–181.
Nuhamara, D. (2018). Pengutamaan Dimensi Karakter Dalam Pendidikan Agama Kristen. Jurnal
Jaffray, 16(1), 93. Https://Doi.Org/10.25278/Jj71.V16i1.278
Munif, M. (2017). Strategi Internalisasi Nilai-Nilai Pai Dalam Membentuk Karakter Siswa.
Edureligia; Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1(1), 1–12.
Https://Doi.Org/10.33650/Edureligia.V1i2.49

Puspitasari, E. (2014). Pendekatan Pendidikan Karakter. Jurnal Edueksos, 3(2), 45–57

Widiatmaka, P. (2016). Pembangunan Karakter Nasionalisme Peserta Didik Di Sekolah


Berbasis Agama Islam. Jpk (Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan), 1(1), 25–33.
Http://Journal.Umpo.Ac.Id/Index. Php/Jpk/Article/View/301

Yani, F., & Darmayanti, E. (2020). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Melalui Pendidikan Pancasila
Sebagai Upaya Membangun Sikap Toleransi Pada Mahasiswa Di Universitas Potensi Utama.
Jurnal Lex Justitia, 2(1), 48–58.

31
32

Anda mungkin juga menyukai