Anda di halaman 1dari 13

TRAGEDI KANJURUHAN

Tragedi Kanjuruhan menjadi ajang pertandingan dengan korban terbanyak


kedua di dunia dalam sejarah kerusuhan di stadion sepak bola. Diperlukan transformasi
persepakbolaan tanah air, menggunakan pendekatan psikologi massa. Tulisan ini
menjelaskan apa yang terjadi dalam Tragedi Kanjuruhan dari kaca mata psikologi massa.
Aksi represif aparat disertai penembakan gas air mata hingga ke tribun; kondisi stadion
yang tidak kondusif; dan jumlah penonton melebihi kapasitas stadion merupakan faktor-
faktor yang memancing kepanikan massal hingga kekacauan situasi. Tragedi Kanjuruhan
menggambarkan konsekuensi dari kegagalan dalam memetakan, mengantisipasi, dan
mengendalikan kerumunan massa. Komisi III dan X DPR RI perlu mengawal
penyelesaian kasus Tragedi Kanjuruhan hingga tuntas dan mendorong
kementerian/lembaga terkait untuk merealisasikan komitmen mengenai transformasi
persepakbolaan Indonesia.
Stadion merupakan tempat untuk dijadikan sebagai sarana prasarana penunjang
kegiatan olahraga. Banyak sekali terdapat stadion-stadion megah di Jawa Timur yang dijadikan
fasilitas untuk olahraga baik sepakbola maupun olahraga yang lainnya, salah satunya adalah
Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Stadion ini sering sekali dijadikan sebagai tempat untuk
event-event penting terutama sepakbola baik nasional maupun internasional karena merupakan
stadion yang dijadikan sebagai kandang dari klub sepakbola kebanggaan warga Malang dan
sekitarnya yaitu Arema FC. Stadion yang terletak di Jalan Trunojoyo, Kepanjen, Kabupaten
Malang ini bisa dibilang sudah menjadi salah satu ikon dari masyarakat Malang, khusunya
supporter 61 dari tim sepakbola kebanggan warga Malang Arema atau yang biasa dijuluki “Singo
Edan” yaitu aremania. Hal tersebut dikarenakan sudah banyak sekali menjadi saksi kesuksesan
dari klub sepakbola kebanggan warga Malang yaitu Arema. Banyak sekali sukses yang telah
diraih oleh Arema di stadion yang berkapasitas kurang lebih 45 ribu penonton ini, seperti juara
Copa Indonesia tahun 2005 dan 2006, juara Indonesia Super League (ISL) tahun 2009-2010, dan
juga juara piala presiden tahun 2019 lalu. Tidak hanya itu saja, aremania nama dari supporter
arema dan panpel dari arema juga pernah terpilih menjadi supporter terbaik bahkan menjadi rata-
rata penonton tertinggi se-Asia pada tahun 2009-2010 di stadion ini.58 Stadion Kanjuruhan yang
memiliki luas kurang lebih 3,5 hektar ini juga mempunyai area tempat parkir yang cukup luas,
sehingga tidak heran apabila lokasi area parkir stadion ini sering sekali dijadikan untuk event-
event diluar sepakbola seperti kegiatan dragbike baik itu legal maupun ilegal. Padahal, jika
dilihat secara jelas tempat tersebut bukan merupakan sirkuit yang secara khusus dirancang untuk
kegiatan balap motor khususnya balap motor liar, karena di area parkir tersebut banyak sekali
tiangtiang penyangga lampu dan bisa dibilang tidak safety untuk para pembalap itu sendiri dan
orang lain
Abstrak
Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang (Tragedi Kanjuruhan) telah menyisakan duka
mendalam, tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga dunia internasional. Tragedi
Kanjuruhan diawali dengan kekecewaan pendukung Arema (Aremania) karena Arema
kalah melawan Persebaya dalam pertandingan yang berlangsung pada 1 Oktober 2022.
Luapan kekecewaan terasa ketika Persebaya berhasil mengungguli Arema pada babak
kedua setelah sebelumnya kedua tim seri pada babak pertama. Pertandingan berakhir
dengan skor 2 untuk Arema FC dan 3 untuk Persebaya (Bbc.com, 3 Oktober 2022).
Masalah keamanan penyelenggaraan pertandingan sepak bola Arema FC vs Persebaya
sempat menjadi perhatian Polres Malang karena penyelenggaraan pertandingan dilakukan
malam hari. Untuk mengantisipasi kerusuhan, Polres Malang menambah petugas
keamanan hingga 2.034 personil dan hanya memperbolehkan Aremania yang berada di
Stadion Kanjuruhan (Tempo.co, 6 Oktober 2022). Faktanya, upaya ini tidak mampu
mencegah insiden yang terjadi di akhir pertandingan hingga menyebabkan 25 Vol. XV,
No. 20/II/Puslit/Oktober/2022 132 orang meninggal dunia dan 500- an orang lainnya
luka-luka. Tragedi Kanjuruhan bukan yang pertama di Indonesia, tetapi banyaknya
korban telah menjadikan tragedi ini sebagai ajang pertandingan dengan korban terbanyak
kedua di dunia dalam sejarah kerusuhan di stadion sepak bola (Media Indonesia, 14
Oktober 2022). Tragedi Kanjuruhan menunjukkan betapa seriusnya permasalahan
persepakbolaan Indonesia. Beruntung Federation Internationale de Football Association
(FIFA) tidak menjatuhkan sanksi kepada Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
FIFA, pemerintah Indonesia, dan Asian Football Confederation (AFC) berkolaborasi
untuk mentransformasi sepak bola Indonesia (Kemenpora.go.id, 8 Oktober 2022).
Meskipun diawali dengan duka, namun Tragedi Kanjuruhan menjadi momentum
transformasi persepakbolaan tanah air. Pertandingan sepak bola melibatkan massa
sehingga dalam rangka mentransformasi sepak bola, diperlukan pendekatan psikologi
massa. Menurut American Psychological Association, psikologi massa adalah kondisi
emosi yang muncul pada sekelompok orang yang pada dasarnya tidak memiliki
karakteristik yang sama, namun menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan yang
sama (dictionary.apa. org, 2022). Psikologi massa berupaya memahami proses perilaku
dan pemikiran dari anggota massa dan massa itu sendiri. Tulisan ini menjelaskan apa
yang terjadi dalam Tragedi Kanjuruhan dari kaca mata psikologi massa sebagai bahan
masukan transformasi sepak bola di Indonesia. Psikologi Massa dalam Tragedi
Kanjuruhan Seperti kasus kerusuhan sepak bola lainnya, dalam kasus ini, fanatisme
membangkitkan semangat berlebihan yang tidak rasional pada para pendukung. Secara
tidak sadar individu telah membangun ikatan emosi satu sama lain dan melebur ke dalam
massa pendukung. Luapan kekecewaan karena kekalahan Arema yang digambarkan
melalui penggunaan kata-kata kasar, lemparan nasi bungkus dan kantong air, hingga aksi
turun lapangan merupakan konsekuensi dari deindividualisasi karena identitas sebagai
individu telah dikuasai oleh massa, berubah menjadi identitas kolektif. Deindividualisasi
bisa membuat mereka mengalami penurunan kesadaran atas batasan normal dalam
berperilaku yang seringkali membawa mereka pada sikap impulsif, mudah tersinggung,
mudah meniru atau berperilaku sesuai dengan norma kelompoknya. Para psikolog
menyimpulkan bahwa dalam situasi darurat, identitas kolektif menentukan akan
sekooperatif, dan sebaliknya, akan sekacau apa kelompok massa jika diberikan suatu
kondisi. Templeton, Drury, dan Philippides (2018) menjelaskan bahwa dalam kondisi
kritis, massa yang sudah memiliki satu identitas yang sama akan berperilaku lebih tenang
atau justru lebih brutal apabila mereka dipancing. Drury dan Cocking (2014)
mengungkapkan, ketika petugas keamanan yang tidak berpengalaman ikut terlibat dalam
penanganan massa dan menilai aksi massa berbahaya hingga mulai mengintervensi secara
fisik, maka kondisi bisa berubah kritis. Hal inilah yang terjadi saat Tragedi Hillsborough
tahun 1989 lalu, ketika 96 orang meninggal terinjakinjak di Stadion Sheffield, Inggris.
Polisi yang khawatir memojokkan massa yang membuat situasi memanas. Situasi serupa
juga terjadi di Stadion Kanjuruhan, di mana petugas gagal membangun kondisi yang
diharapkan. Aksi represif petugas justru membangkitkan emosi ratusan 26 27 penonton
lainnya untuk ikut turun ke lapangan, mengambil kesempatan untuk menunjukkan
keberadaan dirinya sebagai Aremania. Menurut Julius Ibrani dari Perhimpunan Bantuan
Hukum Indonesia (PHBI), aksi turun lapangan Aremania ditangkap petugas sebagai
indikator terjadinya kekacauan sehingga petugas mempersepsikan perlunya pengamanan
dalam konteks menyerang. Padahal, di dalam stadion hanya ada Aremania sehingga
potensi kerusuhan yang menyebabkan kematian sebetulnya tidak tampak (Bbc.com, 6
Oktober 2022). Berdasarkan pemaparan Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo, petugas
pengamanan menggunakan kekuatan dengan perlengkapan penuh karena melihat
penonton yang turun ke lapangan semakin banyak. Dengan maksud mencegah penonton
turun ke lapangan, 11 petugas menembakkan gas air mata: 7 tembakan ke arah Tribun
Selatan; 1 tembakan ke arah Tribun Utara; dan 3 tembakan ke arah lapangan (Tempo.co,
6 Oktober 2022). Sayangnya, tindakan ini justru memperburuk situasi. Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menegaskan, tembakan gas air mata adalah
penyebab banyak korban berjatuhan (Kompas.com, 13 Oktober 2022). Tembakan gas air
mata memicu stress hingga menciptakan kepanikan massal. Jumlah penonton yang
melebihi kapasitas stadion menambah kekacauan situasi. Komnas HAM mengonfirmasi,
tiket Stadion Kanjuruhan dicetak melebihi kapasitas stadion yang hanya 38.054 orang.
Eks Kapolres Malang, Ferli Hidayat, disebut meminta agar kapasitas penonton yang
datang ke stadion dikurangi, namun sudah ada 42.516 tiket yang dipesan dari 43.000 tiket
yang akan dicetak (Kompas. com, 13 Oktober 2022). Kepanikan massal tergambar dari
banyaknya penonton yang lari berhamburan meninggalkan tribun menuju pintu keluar
dalam waktu yang bersamaan setelah gas air mata ditembakkan. Sayangnya, beberapa
pintu keluar belum sepenuhnya terbuka, hanya terbuka 1,5 x 1,8 meter atau hanya cukup
dilalui dua orang. Sementara itu, steward yang seharusnya menjaga pintu juga tidak di
tempat (Tempo. co, 6 Oktober 2022). Pada akhirnya banyak penonton berdesakan dalam
waktu yang cukup lama hingga mengalami patah tulang, trauma, kepala retak dan bahkan
meninggal karena asfiksia (Tempo.co, 6 Oktober 2022).

Malang (Tragedi Kanjuruhan)


Metode Penelitian
akarta, CNN Indonesia -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah menyerahkan
hasil penelitian gas air mata yang digunakan aparat kepolisian dalam tragedi di Stadion
Kanjuruhan, Malang, kepada Menko Polhukam Mahfud MD.
"Sudah (diserahkan ke Menko Polhukam), hasil analisa lengkap," kata Kepala
BRIN Laksana Tri Handoko saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (21/10)
Ia enggan mengungkap hasil analisa soal gas air mata itu. Tri hanya mengatakan
pihaknya menyerahkannya kepada Mahfud sejak Kamis (21/10).
"Itu nanti Pak Menko saja (hasil analisa)," kata dia.
Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Peristiwa yang dipimpin Menko
Polhukam Mahfud MD sebelumnya telah menyerahkan laporan akhir Tim ke Presiden RI
Joko Widodo (Jokowi) pada Jumat (14/10).
Mahfud mengatakan TGIPF menyimpulkan gas air mata sebagai pemicu utama
kepanikan berujung meninggalnya ratusan nyawa.
Baca artikel CNN Indonesia "BRIN Serahkan Hasil Penelitian Gas Air Mata Kanjuruhan
ke Mahfud MD"
"Yang mati dan cacat serta sekarang kritis dipastikan setelah terjadi desak-desakan
setelah gas air mata yang disemprotkan," kata Mahfud dalam jumpa pers di Kompleks
Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan peringkat keterbahayaan racun dari gas air mata itu diperiksa oleh
BRIN. Meskipun demikian, dia menegaskan apapun hasil temuan BRIN itu tak akan
mengurangi kesimpulan tim yang terdiri dari tokoh-tokoh lintas sektor itu.

"Kesimpulan bahwa kematian massal itu terutama karena gas air mata," kata Mahfud.

Polisi menembakkan gas air mata ke arah penonton yang berada di tribun Stadion
Kanjuruhan, Malang, seusai pertandingan sepak bola antara Arema FC melawan
Persebaya, Sabtu, 1 Oktober 2022

Baca artikel CNN Indonesia "BRIN Serahkan Hasil Penelitian Gas Air Mata Kanjuruhan
ke Mahfud MD"

Meninggalnya ratusan suporter dalam pertandingan sepak bola antara Arema FC


dan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pada hari Sabtu (1/10)
menjadi kisah pilu yang akan menjadi catatan kelam dalam sejarah sepak bola dunia.

Sejumlah perempuan, anak-anak, siswa SMP, SMA dan SMK di Kota Malang turut
menjadi korban dalam tragedi kerusuhan tersebut. Pemakaian gas air mata oleh aparat
keamanan dalam pertandingan tersebut dituding sebagai pemicu jatuhnya banyak korban.

Padahal, FIFA sebagai induk sepak bola dunia melarang penggunaan gas air mata di
dalam stadion. Berdasarkan pedoman 'FIFA Stadium Safety and Security Regulation'
Pasal 19 poin B, disebutkan tidak boleh sama sekali penggunaan senjata api dan gas air
mata untuk pengendalian massa.

Menanggapi peristiwa tersebut Dr. Hempri Suyatna., S.Sos., M.Si selaku pengamat
pembangunan sosial dan kesejahteraan UGM menyatakan suporter khususnya  sepak
bola memiliki karakteristik tersendiri . Suporter sepak bola memilik karakter unik dan 
semangat fanatisme yang luar biasa.
Mereka rela mengeluarkan waktu, uang dan tenaga untuk mendukung tim kebanggaan
mereka. Bahkan tidak jarang dari mereka harus menjual barang yang dimiliki agar dapat
menonton tim kesayangannya berlaga.

“Bagi mereka, sepak bola adalah harga diri dan martabat daerah atau martabat bangsa”,
ujarnya di Fisipol UGM, Selasa (4/10).

Menurut Hempri mampu memahami karakteristik yang dimiliki para suporter sepak bola
sebagai hal yang seharusnya menjadi bahan untuk pola-pola pengasuhan, penanganan
atau pengamanan suporter. Oleh karena itu, pendekatan persuasif sudah semestinya harus
diutamakan.

“Kasus di Kanjuruhan menunjukkan justru pendekatan represif yang dikedepankan.


Penggunaan pentungan, penggunaan gas air mata yang sudah jelas dilarang FIFA
ternyata justru masih digunakan," terangnya.

Menurut Hempri, kasus di Kanjuruhan menjadi pelajaran berharga bagaimana dimensi


sosial  suporter seharusnya menjadi pertimbangan di dalam melakukan pola penanganan
suporter. Panitia pelaksana dan PSSI sudah saatnya tidak hanya sekedar mengejar
keuntungan komersial dengan melupakan aspek-aspek sosial.

Ke depan, tandasnya, ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian banyak
pihak. Pertama, soal edukasi suporter dan pendekatan-pendekatan persuasif menjadi hal
yang harus diutamakan.

Pemahaman terkait karakteristik, kultur dan sejarah historis antar suporter seharusnya
bisa menjadi acuan di dalam melakukan pengamanan. Bagaimanapun pola detail
pengamanan antar klub akan berbeda.

“Kedua, perbaikan fasilitas infrastruktur pendukung. Bagaimana membangun stadion


ramah anak, stadion ramah perempuan, stadion ramah lansia dan sebagainya. Hal-hal
semacam itu perlu dilakukan dan harus dikedepankan," paparnya.

Pembahasan
Tragedi Kanjuruhan menggambarkan kegagalan dalam memetakan, mengantisipasi,
dan mengendalikan kerumunan massa, terutama saat sedang terjadi kepanikan.
Melihat dari banyaknya faktor pemicu kekacauan situasi, permasalahan harus dilihat
secara menyeluruh. Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mengaudit seluruh stadion yang
digunakan untuk kompetisi sepak bola di Indonesia; meminta Menteri Pemuda dan
Olahraga (Menpora) untuk melakukan evaluasi menyeluruh tentang pelaksanaan
pertandingan sepak bola, dan juga prosedur pengamanan penyelenggaraannya;
membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk mencari,
menemukan, dan mengungkap fakta terkait Tragedi Kanjuruhan; serta menekankan
transparansi dalam penyelidikan (Kompas. com, 6 Oktober 2022). TGIPF yang
dipimpin Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
(Menkopolhukham) serta Menpora melaporkan bahwa PSSI, PT LIB, panitia
pelaksana, petugas keamanan, aparat keamanan, dan pendukung memiliki andil
terhadap terjadinya Tragedi Kanjuruhan. TGIPF juga menetapkan beberapa
rekomendasi bagi pihak-pihak terkait. Khususnya Kemenpora yang memiliki peran
dan fungsi dalam pembinaan olahraga, diminta untuk memastikan semua
penyelenggaraan pertandingan sepak bola berjalan sesuai peraturan yang berlaku;
segera menyusun rancangan peraturan pemerintah tentang pelindungan kepada
pemain, wasit, penonton/pendukung, dan perangkat penyelenggara pertandingan
lainnya; serta segera merancang program untuk membangun budaya sportivitas para
pemain, pendukung, dan masyarakat (Tempo.co, 14 Oktober 2022). Harapan baru
muncul seiring komitmen pemerintah untuk mentransformasi sepak bola tanah air.
Bersama FIFA dan Asian Football Confederation (AFC), pemerintah berkolaborasi
untuk membangun standar keamanan di seluruh stadion yang ada di Indonesia,
memformulasikan standar protokol dan prosedur pengamanan yang dilakukan pihak
kepolisian berdasarkan standar keamanan internasional, melakukan sosialisasi dan
diskusi dengan klub-klub bola di Indonesia, termasuk perwakilan pendukung untuk
mendapatkan saran dan masukan serta komitmen bersama, mengatur jadwal
pertandingan yang memperhitungkan potensi-potensi risiko yang ada, serta
menghadirkan pendampingan dari para ahli di bidangnya (Presidenri.go.id, 7 Oktober
2022). Selain itu, melalui pertemuan pada tanggal 18 Oktober 2022, Presiden Jokowi
dan Presiden FIFA, Gianni Infantino, bersepakat untuk beberapa hal. Pertama,
memastikan semua aspek pertandingan berjalan sesuai dengan standar keamanan yang
telah ditetapkan FIFA, baik untuk penonton maupun pemain sepak bola. Kedua,
mengkaji kelayakan stadion serta akan menerapkan teknologi untuk membantu
mitigasi aneka potensi yang dapat membahayakan penonton atau pemain sepak bola.
Ketiga, mengkaji ulang pemangku kepentingan persepakbolaan Indonesia untuk
memastikan proses transformasi sepak bola Indonesia berjalan sesuai dengan standar
yang ditetapkan. Pertemuan juga membahas hal-hal detail berkaitan dengan
manajemen stadion, manajemen keamanan, manajemen pertandingan, manajemen
pendukung (Setkab.go.id, 18 Oktober 2022). Penjelasan di atas menggambarkan
langkah-langkah strategis untuk membangun kondisi yang tepat dalam
penyelenggaraan pertandingan sepak bola di stadion. Ada beberapa poin untuk
diperhatikan, terutama terkait mitigasi potensi risiko aktivitas massa. Pertama, perlu
dikaji bagaimana orang-orang melakukan mobilisasi di dalam stadion untuk
menghindari desakan-desakan pada situasi kritis. Kedua, perlu dilakukan simulasi
pengaturan massa dengan mempertimbangkan bagaimana individu berinteraksi di
dalam kelompok massa. Sementara penatapan standar keamanan dalam
penyelenggaraan pertandingan, termasuk kejelasan mengenai apa saja yang boleh dan
tidak boleh dilakukan, disertai pengawasan yang memadai menjadi hal utama untuk
mengondisikan massa menjadi sekooperatif mungkin. Upaya membangun budaya
sportivitas juga menjadi langkah yang baik untuk menciptakan mental kolektif yang
positif. Berdasarkan Abraham (2022), berbekal mental kolektif yang positif,
masyarakat tetap bisa rasional menghadapi kejadian yang tidak sesuai ekspektasi.
Harapannya, semakin banyak individu yang memiliki mental positif, maka kebutuhan
akan mental model yang baik, adil, dan damai dalam suasana kolektif akan terpenuhi.
Kesimpulan
TGIPF menyimpulkan dan merekomendasikan beberapa hal. Secara umum, garis
besar kesimpulan dan rekomendasi TGIPF adalah sebagai berikut.

1. Tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang pasca pertandingan sepakbola antara Arema


vs Persebaya pada 1 Oktober 2022, terjadi karena PSSI dan para pemangku
kepentingan liga sepakbola Indonesia tidak profesional, tidak memahami tugas dan
peran masing-masing, cenderung mengabaikan berbagai peraturan dan standar yang
sudah dibuat sebelumnya, serta saling melempar tanggung jawab pada pihak lain.

Sikap dan praktik seperti itu dinilai merupakan akar masalah yang sudah berlangsung
selama bertahun-tahun dalam penyelenggaraan kompetisi sepak bola, sehingga
dibutuhkan langkah-langkah perbaikan secara drastis namun terukur untuk
membangun peradaban baru dunia sepakbola nasional.

2. Langkah pimpinan Polri yang telah melakukan proses pidana dan tindakan
administrasi dengan melakukan demosi sejumlah pejabat, sudah menjawab sebagian
harapan masyarakat dan patut diapresiasi.

Namun, tindakan itu juga perlu ditindaklanjuti dengan melakukan penyelidikan


lanjutan terhadap pejabat Polri yang menandatangani surat rekomendasi izin
keramaian Nomor Rek/000089/IX/YAN.2.1/2022/DITINTELKAM tanggal 29
September 2022 yang dilakukan oleh Dirintelkam atas nama Kapolda Jawa Timur.

"Kesimpulan dan Rekomendasi Lengkap TGIPF Tragedi Kanjuruhan" selengkapnya


di sini: 3. Polri dan TNI juga perlu segera menindaklanjuti penyelidikan terhadap
aparat Polri dan TNI serta pihak-pihak yang melakukan tindakan berlebihan pada
kerusuhan pasca pertandingan seperti yang menyediakan gas air mata, menembakkan
gas air mata ke arah penonton (tribun) yang diduga dilakukan di luar komando,
pengelola Stadion Kanjuruhan yang tidak memastikan semua daun pintu terbuka,
pihak Arema FC, dan pihak PSSI yang tidak melakukan pengawasan atas keamanan
dan kelancaran penyelenggaraan pertandingan.

4. Polri juga perlu segera menindaklanjuti penyelidikan terhadap suporter yang


melakukan provokasi, seperti yang awal mula memasuki lapangan sehingga diikuti
oleh suporter yang lain, suporter yang melakukan pelemparan flare, melakukan
perusakan mobil di dalam stadion, dan melakukan pembakaran mobil di luar stadion.

5. Secara normatif, pemerintah tidak bisa mengintervensi PSSI, tetapi dalam negara
yang memiliki dasar moral dan etik serta budaya adiluhung, sudah sepatutnya Ketua
Umum PSSI dan seluruh jajaran Komite Eksekutif mengundurkan diri sebagai bentuk
pertanggungjawaban moral atas jatuhnya korban sebanyak 712 orang.

Saat laporan ini disusun, sudah mencapai 132 orang meninggal dunia, 96 orang luka
berat, 484 orang luka sedang/ringan yang sebagian bisa saja mengalami dampak
jangka panjang.
Baca artikel CNN Indonesia "Kesimpulan dan Rekomendasi Lengkap TGIPF Tragedi
Kanjuruhan"
6. Untuk menjaga keberlangsungan kepengurusan PSSI dan menyelamatkan
persepakbolaan nasional, pemangku kepentingan PSSI diminta untuk melakukan
percepatan Kongres atau menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) untuk menghasilkan
kepemimpinan dan kepengurusan PSSI yang berintegritas, profesional,
bertanggungjawab, dan bebas dari konflik kepentingan.

Pemerintah tidak akan memberikan izin pertandingan liga sepakbola profesional di


bawah PSSI yaitu Liga 1, Liga 2, dan Liga 3, sampai dengan terjadinya perubahan
dan kesiapan yang signifikan oleh PSSI dalam mengelola dan menjalankan kompetisi
sepakbola di Tanah Air.

Adapun pertandingan sepakbola di luar Liga 1, Liga 2, dan Liga 3 tetap berlangsung
dengan memperhatikan ketertiban umum dan berkoordinasi dengan aparat keamanan.

7. Dalam rangka pelaksanaan prinsip tata kelola organisasi yang baik (good
organization governance) perlu segera bagi PSSI untuk merevisi statuta dan peraturan
PSSI.

PSSI juga mendesak untuk menjalankan prinsip keterbukaan informasi publik


terhadap berbagai sumber dan penggunaan finansial, serta berbagai lembaga kegiatan
usaha dibawah PSSI.

Baca artikel CNN Indonesia "Kesimpulan dan Rekomendasi Lengkap TGIPF Tragedi
Kanjuruhan" selengkapnya di
sini: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20221014185027-12-860759/
kesimpulan-dan-rekomendasi-lengkap-tgipf-tragedi-kanjuruhan.

Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/

Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/


Daftar Pustaka:

Drury, John., Cocking, dictionary.apa. org/mass-


Christopher. 2014. "Talking about psychology, diakses 18 Oktober
Hillsborough: Panic as Discourse 2022. “Psikolog: Pentingnya Jaga
in Survivors' Accounts of the 1989 Mental Kolektif Cegah Insiden
Football Stadium Disaster." Journal Kanjuruhan Terulang,” 2 Oktober
of Community and Applied Social 2022,
Psychology. Vol 24 (2), 1-14. “Ini https://kalteng.antaranews.com/
Isi Lengkap Kesimpulan dan berita/594657/psikolog-
Rekomendasi TGIPF Tragedi pentingnyajaga-mental-kolektif-
Kanjuruhan,” 14 Oktober 2022, cegah-insidenkanjuruhan-terulang,
https://sport.tempo.co/ diakses 18 Oktober 2022.
read/1645432/ini-isi- Templeton, Anne., Drury, John.,
lengkapkesimpulan-dan- Philippides, Andrew.
rekomendasitgipf-tragedi- 2018."Walking Together:
kanjuruhan, diakses 18 Oktober Behavioral Signatures of
2022. “Keterangan Pers Bersama Psychological Crowds." R. Soc.
Presiden RI dan Presiden FIFA di open. sci. Vol: 5 (7). 1-14.
Istana Merdeka Jakarta 18 Oktober “Tragedi Kanjuruhan: Tudingan
2022,” 18 Oktober 2022, Kekerasan Aparat dan Dugaan
https://setkab.go.id/ keterangan- Intimidasi Terhadap Aremania,” 6
pers-bersama-presidenri-dan- Oktober 2022, https://www.
presiden-fifa-di-istanamerdeka- bbc.com/indonesia/articles/
jakarta-18-oktober-2022/, diakses cxe8ny8vxndo, diakses 18 Oktober
18 oktober 2022. “Kronologi 2022. “Transformasi Sepak Bola
Tragedi Kanjuruhan Malang yang Indonesia Mutlak Dilakukan,”
Dipaparkan Kapolri,” 6 Oktober Media Indonesia, 14 Oktober 2022,
2022, https://nasional. hal.6. “4 Instruksi Jokowi Soal
tempo.co/read/1642553/kronologitr Tragedi Kanjuruhan: Audit Stadion
agedi-kanjuruhan-malang- Hingga Evaluasi Manajemen
yangdipaparkan-kapolri, diakses 18 Pertandingan,” 6 Oktober 2022,
Oktober 2022. "Mass Psychology," https://nasional.kompas.com/
read/2022/10/06/05300021/4- 2088-2351 evaluasi, diakses 18
instruksi-jokowi-soal- Oktober 2022. “7 Temuan Baru
tragedikanjuruhan--audit-stadion- Komnas HAM dalam Tragedi
hingga29 Hak cipta dilindungi oleh Kanjuruhan,” 13 Oktober 2022,
undang-undang. Dilarang mengutip https:// nasional.kompas.com/
atau memperbanyak sebagian atau read/2022/10/13/06042361/7-
seluruh isi tulisan ini tanpa izin temuan-baru-komnas-ham-
penerbit. Info Singkat © 2009, dalamtragedi-kanjuruhan, diakses
Pusat Penelitian Badan Keahlian 18 Oktober 2022.
DPR RI http://puslit.dpr.go.id ISSN

Anda mungkin juga menyukai