Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

RADIOLOGI LANJUT
AEC (AUTOMATIC EXPOSURE CONTROL)
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Radiologi Lanjut
Dosen Pengampu: Ir. Djoko Sukwono, S.T., M.T.

Disusun oleh :
HISYAM MEIDIANSYAH 20213010039
GHIYAS HAAFIS GYMNASTIAR 20213010042
CHAERUNNISA N.H 20213010046
ILHAM MU’ARIF PRASETYO 20213010052
BAYU AJI TRAPSILO 20213010054
AYU DWI NANDA PUTRI 20213010057
IRFAN RIFALDI 20213010060
SYAHRANI DIAN MARESKA 20213010062
WISNU CANDRA JAYA 20213010073

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI ELEKTRO-MEDIS


PROGRAM VOKASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kami karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini,
yang berjudul “AEC (Automatic Exposure Control)”
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Radiologi Lanjut yang telah memberikan tugas terhadap
kami. Kami ingin mengucapkan terima kasih juga kepada teman-teman kelompok
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulisan laporan ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah
Radiologi Lanjut. Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk menambah
wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami semua
menjadi mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Dengan tersusunnya laporan ini kami menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap
perbaikan, kritik dan saran yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.
Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih, wassalamu’ alaikum

Yogyakarta, 2 Juli 2023

1
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.............................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan.........................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
A. AEC (Automatic Exposure Control) Dalam Radiografi Proyeksional...................6
B. Pengertian AEC (Automatic Exposure Control)......................................................7
C. Kekurangan dan Kelebihan AEC (Automatic Exposure Control).........................8
D. Komponen-komponen pada sistem AEC (Automatic Exposure Control)..............8
E. Flowcart AEC (Automatic Exposure Control).......................................................13
F. Program AEC (Automatic Exposure Control).......................................................13
G. Skematik...............................................................................................................19
BAB III.................................................................................................................................20
PENUTUP.............................................................................................................................20
A. KESIMPULAN.........................................................................................................20
B. SARAN......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................21

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metoda automatic exposure control (AEC) merupakan metode yang
dirancang dengan ukuran dan geometri sensor untuk digunakan pada pasien
radiodiagnostik dewasa. Pada pesawat sinar-X digital radiography (DR)
dengan metode AEC dapat mengendalikan paparan radiasi sinar-X yang
diterima pasien secara otomatis, sehingga menghasilkan citra medis (medical
imaging) berkualitas tinggi dan meminimalisasi dosis radiasi. Pada metode
AEC ini, operator menetapkan nilai kVp dan sistem akan menentukan nilai
mAs secara otomatis sesuai dengan ketebalan objek (kVp tetap, Auto-mAs).
Nilai kVp dan mAs masing-masing akan menentukan kualitas citra dan
kuantitas, sehingga ketika nilai mAs besar maka dosis yang diterima pasien
juga akan besar. Pada pasien anak, karena sel jaringannya masih dalam proses
tumbuh kembang, maka relatif lebih rentan terhadap paparan radiasi
dibandingkan dengan pasien dewasa. Selain itu, pasien anak memiliki harapan
hidup yang lebih lama, sehingga dampak kanker yang disebabkan oleh radiasi
potensial pada pasien anak bisa dialami seumur hidup atau lebih lama dan
proses dalam perawatan pasien anak juga lebih rumit, karena harus konsisten
menjaga dosis serendah mungkin dengan informasi diagnostiknya tetap
optimal. Untuk meminimalkan dosis permukaan (Entrance Surface Dose,
ESD) yang diterima dan memaksimalkan kualitas citra medis, maka metode
AEC akan menjadi pilihan utama, terutama untuk pasien anak yang
melakukan pemeriksaan radiodiagnostik. Meningkatnya diagnosis dan
prognosis berbagai jenis penyakit yang memanfaatkan radiasi pengion telah
menyebabkan dosis populasi di dunia medis juga meningkat secara signifikan.
Untuk itu, pasien radiologi diagnostik harus dilindungi oleh prinsip-prinsip
jastifikasi dan optimasi, termasuk penetapan Diagnostic Reference Levels
(DRL). Prinsip jastifikasi, yaitu prosedur radiologi diagnostik dapat
dibenarkan, jika manfaat yang diperoleh akan menyeimbangkan atau melebihi
kerugian yang mungkin timbul Perbandingan Dosis Permukaan Pada
Pemeriksaan Thorax Anak Menggunakan Metode “Automatic Exposure
Control Dan Metode Manual” karena paparan radiasi, sedangkan prinsip
optimasi diterapkan ketika peralatan dan parameter paparan radiasi dapat

3
memastikan dosis pasien serendah mungkin, wajar dan konsisten sejalan
dengan tujuan diagnostic. Dengan berpegang pada prinsip ini, maka
pemeriksaan thorax pada pasien anak yang dilakukan secara manual harus
dengan mengatur parameter-parameter kV dan mAs berdasarkan pengalaman
dan karakteristik pasien anak. Dalam laporan Komite Ilmiah PBB tentang
Efek Radiasi (United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic
Radiation, UNSCEAR) yang baru dinyatakan bahwa bayi, anak-anak dan
remaja memiliki risiko kanker yang jauh lebih tinggi dari orang dewasa.
Sekitar 25% dari 23 jenis kanker yang berbeda (leukimia, tiroid, kulit,
payudara dan kanker otak), anak-anak menunjukan lebih radiosensitive. Pada
anak usia di bawah 15 tahun yang menjalani pemeriksaan CT scan
menunjukkan peningkatan leukemia dan kanker otak, dengan risiko lebih 0,83
kasus leukemia dan 0,32 kasus kanker otak untuk 10.000 pasien anak yang
menerima 10mSv dari CT scan.
Mengingat dampak atau risiko radiasi pada anak, maka perlu
ditemukan suatu metode yang dapat meminimalisasi nilai dosis yang diterima.
Metode AEC pada pasien dewasa telah diketahui dapat menurunkan dosis
yang diterima tanpa mengurangi kualitas citra medis. Selama ini, pasien anak
yang menjalani pemeriksaan radiodiagnostik masih dilakukan dengan cara
manual. Meskipun metode AEC dirancang untuk pasien dewasa, tidak
menutup kemungkinan untuk digunakan pada pasien anak. Untuk itu, menjadi
penting melakukan penelitian membandingkan metode AEC dan manual agar
dapat diketahui metode yang lebih tepat agar dosis yang diterima pasien anak
lebih rendah tanpa mengurangi kualitas citra medis. Pengukuran dosis dalam
dosimetri medik menggunakan dosimeter jenis thermoluminescence (TLD)
yang memiliki karateristik bahan fosfornya hampir sama dengan jaringan
tubuh manusia (Zeff = 7,4), sehingga tidak meninggalkan jejak pada citra
medis.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari laporan ini ada beberapa, diantaranya:
1) Bagaimana AEC (Automatic Exposure Control) Dalam Radiografi
Proyeksional?
2) Apa itu AEC (Automatic Exposure Control)?
3) Apa saja kekurangan dan kelebihan AEC (Automatic Exposure Control)?
4) Apa saja komponen-komponen pada sistem AEC (Automatic Exposure
Control)?

4
5) Bagaimana skematik dari sistem AEC (Automatic Exposure Control)?
6) Bagaimana program dari sistem AEC (Automatic Exposure Control)?
7) Bagaimana cara pengujian pada sistem AEC (Automatic Exposure
Control)?

C. Tujuan
Tujuan dari laporan ini ada beberapa, diantaranya:
1) Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang sistem AEC
(Automatic Exposure Control)
2) Untuk mengetahui komponen-komponen apa saja yang ada pada sistem
AEC (Automatic Exposure Control)
3) Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan AEC (Automatic Exposure
Control)
4) Untuk mengetahui skematik dari sistem AEC (Automatic Exposure
Control)
5) Untuk mengetahui program dari sistem AEC (Automatic Exposure
Control)
6) Untuk mengetahui cara pengujian pada sistem AEC (Automatic Exposure
Control)

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. AEC (Automatic Exposure Control) Dalam Radiografi Proyeksional

Gambar 1. Reseptor X-ray

Dalam radiografi proyeksi, sistem AEC menggunakan satu atau


lebih ruang ionisasi radiasi tipis (detektor AEC) yang ditempatkan di
antara sumber sinar-X dan reseptor sinar-x. Di mana sinar-x energi rendah
digunakan seperti dalam mamografi , detektor AEC ditempatkan di
belakang reseptor gambar untuk menghindari pembentukan bayangan.
Dalam system AEC radiografi awal, dayung besar (17 x 17) dari lucite
transparan terjepit diantara layar tanah jarang, yang memancarkan foton
yang saat dieksitasi oleh sinar-x. Bagian lucite individu terbuka di salah
satu ujungnya, dan selonoida digunakan untuk memilih salah satu dari
tiga, atau kombinasi daun jendela yang memungkinkan cahaya yang
dihasilkan masuk kedalam tabung Photomultiplier. Output dari PMT
kemudian diubah menjadi sinyal , yang menggenjot kea rah positif hingga
ambang batas yang telah diprogram sebelumnya tercapai. Pada titik in,
generator sinar-x menghentikan paparan. Cara ini sudah tidak digunakan
lagi, dan telah digantikan dengan iontomat. Dalam iontomat, sinyal
ionisasi lemah yang dihasilkan dari sinar-x radiografi yang melewatinya
diintegrasikan sebagai ramp berbentuk bentuk gelombang tegangan.
Sinyal ramp ini naik hingga sesuai dengan ambang batas yang telah
ditentukan sebelumnya. Pada titik ini paparan sinar-x dihentikan oleh
generator sinar-x. Perangkat AEC dikalibrasi untuk memastikan bahwa
ujian serupa memiliki linearitas dalam kerapatan optik.

6
B. Pengertian AEC (Automatic Exposure Control)

Gambar 2. Automatic Exposure Control

Sistem Automatic Eksposure Control adalah metode akuisisi image


pada pesawat Radiologi dengan membatasi nilai faktor eksposi secara
otomatis. Sistem Automatic Eksposure Control akan memberikan faktor
eksposi berupa tegangan tabung ( KV ), arus tabung dan waktu paparan
( mAS ) secara otomatis sesuai dengan objek pemeriksaan. Sistem AEC
yang di terapkan pada pesawat digital radiologi ini dapat di uji dengan
nilai Indeks Eksposure yang merupakan fasilitas unit digital radiografy.
Nilai Indeks Eksposure adalah adalah nilai tengah dari histogram image
yang merupakan representatif dari kualitas gambar.
Automatic Exposure Control (AEC) merupakan perangkat
penghentian paparan sinar-X. Paparan sinar-x radiografi medis selalu
diprakarsai oleh teknisi sinar-x. Selanjutnya, penghentian x-ray dapat
dilakukan baik oleh teknisi x-ray atau perangkat kontrol eksposur seperti
phototimer atau detektor ruang ion , mana saja yang lebih dulu. Tujuan
AEC adalah untuk memberikan eksposur yang konsisten dan dapat
direproduksi di berbagai ketebalan anatomi, kVp , dan pengguna. Semua
perangkat kontrol paparan otomatis bekerja dengan prinsip fisik yang
sama, berdasarkan kemampuan perangkat pendeteksi radiasi untuk
mengubah energi radiasi menjadi arus listrik.
Sistem AEC menggunakan detektor ionisasi radiasi tipis secara fisik
"detektor AEC". Detektor AEC yang digunakan dalam sistem AEC
meliputi layar fluoresen dengan Photo Multiplier Tubes (PMT)/fotodioda,
ruang ionisasi, dan kemungkinan detektor solid state. Detektor AEC ini
ditempatkan pada kaset film x-ray. Mereka dapat disesuaikan dengan tiga
cara tergantung pada desain OEM:
1). penyesuaian perangkat lunak atau

7
2). pot yang terletak pada detektor atau kaset x-ray
3). pembangkit sinar-x
 Sinar-X yang melewati pasien melewati "detektor AEC" ini sebelum
mengenai film sinar-x. AEC hanya mengontrol waktu pemaparan dan total
mAs. kVp dan mA tetap harus diatur secara manual oleh teknisi x-ray saat
menggunakan fungsi AEC.
Sinyal ionisasi lemah dari detektor AEC diintegrasikan sebagai
bentuk gelombang tegangan berbentuk ramp. Sinyal ramp ini naik hingga
sesuai dengan ambang batas yang telah ditentukan sebelumnya. Pada titik
ini paparan x-ray dihentikan. Perangkat AEC dikalibrasi untuk
memastikan bahwa ujian serupa memiliki kerapatan ujian linier. Hal ini
disebabkan fakta bahwa stasiun miliampere tidak lagi dipilih dan sebagai
gantinya bergantung pada ionisasi di dalam ruang yang dipilih.
C. Kekurangan dan Kelebihan AEC (Automatic Exposure Control)
Kekurangan
Karena ukuran dan bentuk pasien bervariasi, perangkat AEC sangat
berguna dalam mencapai tiga faktor:
1) Kerapatan film yang lebih konsisten
2) Mengurangi tingkat pengulangan
3) Mengurangi dosis berulang dibandingkan dengan paparan x-ray non
AEC.
Kelebihan
Perangkat AEC rentan terhadap kesalahan operator biasanya karena
posisi anatomi yang salah atau memilih ruang AEC yang
salah. Perangkat prostetik seperti perangkat keras pinggul total juga
dapat menyebabkan ruang ionisasi yang dipilih mengekspos reseptor
gambar secara berlebihan. Hal ini disebabkan oleh penyerapan sinar x-
ray ke dalam logam perangkat keras, bukan membuka ruang ionisasi.
D. Komponen-komponen pada sistem AEC (Automatic Exposure
Control)
Relay

8
Gambar 3. Relay
Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan
merupakan komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri
dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat
Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk
menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low
power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai
contoh, dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA
mampu menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya)
untuk menghantarkan listrik 220V 2A.

Multitune

Gambar 4. Multitunr
Preset resistor atau sering juga disebut dengan trimpot adalah jenis
variable resistor yang berfungsi seperti potensiometer, tetapi memiliki
ukuran yang lebih kecil dan tidak memiliki tuas.
Untuk mengatur nilai resistansinya, dibutuhkan alat bantu seperti obeng
kecil, untuk dapat memutar porosnya.

Dioda

9
Gambar 5. Dioda
Komponen yang berfungsi untuk menyearahkan sekaligus sebagai
penghambat arus listrik, disusun dari beragam bahan yang
bersifat semikonduktor. Umumnya jenis bahan yang digunakan dalam proses
pembuatannya yakni seperti silikon, germanium, dan lain sebagainya.
Pada dioda, Anda akan menemukan dua buah kutub yang saling berlawanan.
Dimana salah satunya adalah kutub bermuatan positif (anoda), kemudian sisi
lainnya adalah kutub dengan muatan negatif (katoda).
Karena hal itu juga, maka dioda dapat digunakan untuk 2 fungsi sekaligus.
Misalnya pada satu sisi dapat digunakan sebagai dioda penyearah arus,
kemudian sisi lainnya akan digunakan sebagai penghambat arus listrik.

Transistor 2N5551

Gambar 6. Transistor 2N555


Bagian resistor terbuat dari bahan semikonduktor, seperti galium arsenide,
silikon, atau germanium yang merupakan elektroda aktif.
Secara umum, transistor dipakai untuk menjalankan fungsi sebagai penguat
atau amplifier dan saklar.

IC TL074

10
Gambar 7. IC TL074
IC operational amplifier TL074 merupakan salah satu IC linear op-amp yang
memiliki 4 buah channel dalam satu kemasan IC nya. Sama seperti seri
TL07x lainnya, yaitu TL071 dan TL072, IC TL074 bersifat low noise, low
harmonic distortion, general purpose operational amplifier dan memiliki
input-input FE.

TIP3055

Gambar 8. TIP3055
Transistor TIP3055 adalah jenis transistor NPN yang sering digunakan
pada rangkaian penguat audio. Pada sistem rangkaian penguat OCL,
transistor ini biasanya digunakan bersamaan dengan transistor TIP2955.
Transistor TIP3055 memiliki disipasi maksimum kolektor sebesar 90W
dengan arus kolektor maksimum sekitar 15A.
Dengan daya yang cukup besar, transistor ini akan menghasilkan panas yang
tinggi saat beroperasi. Oleh karena itu, pemasangan pendingin yang
memadai sangat diperlukan.
Body transistor TIP3055 memiliki ukuran yang cukup besar. Beberapa jenis
transistor TIP3055 memiliki bagian belakang body yang terbuat dari bahan
logam untuk membantu dalam pembuangan panas ke pendingin.

Resistor Kapur 5W

11
Gambar 9. Resistor Keramik
Jadi fungsi resistor kapur adalah untuk penggunaan pada rangkaian
yang memiliki daya tinggi, karena ketahanan pada panas sehingga
memungkinkan komponen ini bekerja pada daya tinggi. Fungsi lain adalah
sebagai tahanan pada perangkat audio, atau tegangan listrik yang
berhubungan dengan perubahan frekuensi. Sehingga resistor ini memang
berbeda dari resistor gelang warna pada umumnya.

Rangkaian Komparator

Gambar 10. Rangkaian Komparator


Komparator adalah sebuah rangkaian yang dapat membandingkan
besar tegangan masukan. Komparator biasanya menggunakan Op-Amp
sebagai piranti utama dalam rangkaian. Vref dihubungkan ke +V supply,
kemudian R1 dan R2 digunakan sebagai pembagi tegangan, sehingga nilai
tegangan yang di referensikan pada masukan + op-amp adalah sebesar :V =
[R1 / (R1 + R2)]

12
E. Flowcart AEC (Automatic Exposure Control)
Berikut Flowcart dari AEC (Automatic Exposure Control);
Start

Scan Bluetooth

Tidak
Masuk

Ya

Pemilihan Dosis

Pemilihan KV

Small Large

Tidak

Ready

Ya

Exspose

Selesai

F. Program AEC (Automatic Exposure Control)


1. Coding Perintah AEC (Automatic Exposure Control)
#define KV1 2
#define KV2 4
#define KV3 5
#define expose 27
#define Ready 18
#define PB 15
#define RLY 21

#include <BluetoothSerial.h>
BluetoothSerial SerialBT;

13
//------------------------------START Program untuk ambil perintah
dari serial
String retreivedata(char inChar, char pembuka, char penutup) {
if (inChar == pembuka) {
String rawserial = "";
unsigned int wait_serial = 0;
while (inChar != penutup && wait_serial < 10) {
if (SerialBT.available()) {
inChar = (char)SerialBT.read();
if (inChar != penutup) {
rawserial += inChar;
}
}
wait_serial++;
delay(1);
}
if (wait_serial < 10) {
return rawserial;
} else {
return "";
}
} else {
return "";
}
}
//------------------------------END Program untuk ambil perintah dari
serial
void setup() {
SerialBT.begin("ESP32 AEC");
Serial.begin(115200);
pinMode(PB, INPUT_PULLUP);
pinMode(KV1, OUTPUT);
pinMode(KV2, OUTPUT);
pinMode(KV3, OUTPUT);

#define focus 19
#define Dosis1 13

14
#define Dosis2 12
#define Dosis3 14
pinMode(Dosis1, OUTPUT);
pinMode(Dosis2, OUTPUT);
pinMode(Dosis3, OUTPUT);
pinMode(expose, OUTPUT);
pinMode(Ready, OUTPUT);
pinMode(focus, OUTPUT);
pinMode(RLY, OUTPUT);
//----------------------------------------
digitalWrite(KV1, HIGH);
digitalWrite(KV2, LOW);
digitalWrite(KV3, LOW);
//----------------------------------------
digitalWrite(Dosis1, HIGH);
digitalWrite(Dosis2, LOW);
digitalWrite(Dosis3, LOW);
//-----------------------------------
digitalWrite(Ready, LOW);
digitalWrite(expose, LOW);
//-----------------------------------
digitalWrite(focus, LOW);
//-----------------------------------
digitalWrite(RLY, LOW);
}

void loop() {
char inChar = (char) SerialBT.read(); //Baca Data Serial
String output; //Inisialisasi variabel output
output = retreivedata(inChar, 'd', 's'); //Deteksi karakter k dan v

if (output == "0") {
digitalWrite(Dosis1, HIGH);
digitalWrite(Dosis2, LOW);
digitalWrite(Dosis3, LOW);

} else if (output == "1") {

15
digitalWrite(Dosis1, LOW);
digitalWrite(Dosis2, HIGH);
digitalWrite(Dosis3, LOW);
} else if (output == "2") {
digitalWrite(Dosis1, LOW);
digitalWrite(Dosis2, LOW);
digitalWrite(Dosis3, HIGH);
}
//---------------------------------------------------------------
output = retreivedata(inChar, 'k', 'v');

if (output == "0")
{
digitalWrite(KV1, HIGH);
digitalWrite(KV2, LOW);
digitalWrite(KV3, LOW);
}
if (output == "1")
{
digitalWrite(KV1, LOW);
digitalWrite(KV2, HIGH);
digitalWrite(KV3, LOW);
}
if (output == "2")
{
digitalWrite(KV1, LOW);
digitalWrite(KV2, LOW);
digitalWrite(KV3, HIGH);
}

//----------------------------------------------------------------------------
output = retreivedata(inChar, 'f', 'c');
if (output == "1") {
digitalWrite(focus, HIGH);
} else if (output == "0") {
digitalWrite(focus, LOW);
}

16
//------------------------------------------------------------------------
output = retreivedata(inChar, 'e', 'x');
if (output == "1") {
digitalWrite(expose, HIGH);

} else if (output == "0") {


digitalWrite(expose, LOW);
}

//------------------------------------------------------------------------
output = retreivedata(inChar, 'r', 'y');
if (output == "1") {
digitalWrite(Ready, HIGH);
}
else if (output == "0") {
digitalWrite(Ready, LOW);
}
//-----------------------------------------------------------------------------
---
output = retreivedata(inChar, 'w', 's');
bool bacatombol1 = digitalRead(PB);
if (bacatombol1 == LOW) {
digitalWrite(RLY, HIGH);
} else if (output == "0") { //Jika data a0b diterima
digitalWrite(RLY, LOW); //Matikan LED1
delay(200);
}
}

17
2. Coding Kontrol AEC (Automatic Exposure Control)

Gambar 11. Blok Kode Scan Bluetooth

Gambar 12. Blok Kode Pemilihan Kv

Gambar 13. Blok Kode Pemilihan Dosis

18
Gambar 14. Blok Kode Ready, Expose, dan Riset

G. Skematik
Rangkaian Komparator

Gambar 15. Rangkaian Komparator

Rangkaian Kontrol AEC (Automatic Exposure Control)

Gambar 16. Rangkaian Kontrol AEC (Automatic Exposure Control)

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Sistem Automatic Eksposure Control adalah metode akuisisi image
pada pesawat Radiologi dengan membatasi nilai faktor eksposi secara
otomatis.
 Kekurangan AEC (Automatic Exposure Control)
1) Kerapatan film yang lebih konsisten
2) Mengurangi tingkat pengulangan
3) Mengurangi dosis berulang dibandingkan dengan paparan x-ray non
AEC
 Kelebihan AEC (Automatic Exposure Control)
1) Perangkat AEC rentan terhadap kesalahan operator biasanya karena
posisi anatomi yang salah atau memilih ruang AEC yang salah
2) Perangkat prostetik seperti perangkat keras pinggul total juga dapat
menyebabkan ruang ionisasi yang dipilih mengekspos reseptor
gambar secara berlebihan. Hal ini disebabkan oleh penyerapan sinar
x-ray ke dalam logam perangkat keras, bukan membuka ruang
ionisasi.
 Komponen-komponen pada sistem AEC (Automatic Exposure
Control)
1) Relay
2) Multitun
3) Dioda
4) Transistor 2N5551
5) IC TL074
6) TIP3055
7) Resistor Kapur 5W

B. SARAN

20
DAFTAR PUSTAKA

https://en.wikipedia.org/wiki/Automatic_exposure_control
https://media.neliti.com/media/publications/484936-perbandingan-dosis-permukaan-
pada-pemeri-9c1af93f.pdf
https://radiologykey.com/automatic-exposure-control/
https://teknikelektronika.com/pengertian-relay-fungsi-relay/
https://www.samrasyid.com/2019/08/op-amp-sebagai-komparator.html
https://rangkaianelektronika.info/penjabaran-fungsi-resistor-kapur-perbedaan-serta-
karakteristiknya/
https://www.bengkeltv.id/persamaan-transistor-tip-3055/#:~:text=Transistor
%20TIP3055%20merupakan%20tipe%20transistor,arus%20kolektor%20maksimum
%20sekitar%2015A.
https://www.elektronikabersama.web.id/2012/07/konfigurasi-kaki-dan-tegangan-
kerja-ic.html
https://tvjernih.com/persamaan-transistor-2n5551-jenis-npn-fungsinya/
https://id.wikipedia.org/wiki/Dioda

21

Anda mungkin juga menyukai