PEMBELAJARAN IPA SD
Wasih Djojosoediro
PENDAHULUAN
Selamat berjumpa Saudara Mahasiswa. Anda telah menjadi guru cukup lama,
bukan? Ketika Anda memilih suatu kejadian atau benda tertentu untuk diamati
atau dipelajari, pasti memiliki alasan, bukan? Apa alasan A nda mengamati yang
kejadian atau benda ini bukan kejadian atau benda yang itu? Banyak alasan yang
dapat diutarakan, misalnya: benda itu menarik, baru, bagus, aneh, atau benda itu
mengundang rasa ingin tahu Anda. Dapat dikatakan, rasa ingin tahu dan minat merupakan
salah satu pendorong untuk mengarahkan perhatian kita ke arah suatu kejadian atau suatu
benda tertentu.
Agar diperoleh data yang akurat, selain mengandalkan pancaindera, kita juga memerlukan
bantuan satu atau beberapa alat ukur. Misalnya, ketika Anda ingin mengetahui tentang
ukuran meja belajar yang Anda pakai saat ini, alat ukur apa saja yang perlu disiapkan?
Ya, Anda perlu meteran/penggaris. Dalam kaitan dengan penggunaan analisa dan
pembuktian dari apa yang kita amati, dalam Unit 1 ini Anda akan diajak untuk
mempelajari Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA SD.
HAKIKAT IPA
PENDAHULUAN
Bila Anda diminta mengamati seekor kelinci, apakah yang Anda lakukan? Apa
yang Anda lakukan pertama kali? Mungkin Anda mengendap-endap
mendekatinya agar binatang itu tidak lari bersembunyi. Mungkin Anda
menyiapkan kamera untuk mengambil gambarnya dari kejauhan. Atau, Anda
mencoba mencari suatu posisi yang „tepat‟ agar dapat mengamati binatang itu
tanpa membuatnya ketakutan. Apa yang anda lakukan berikutnya? Nah, kini ada banyak
kemungkinan dapat Anda lakukan. Mungkin Anda akan memperhatikan binatang itu,
mungkin akan mengobservasi, mengukur, menimbang, meraba, mencatat, dan sebagainya.
Setelah Anda memperoleh banyak data dan informasi Anda mulai menganalisis data tersebut,
bukan? Dengan menganalisis telinganya, moncongnya, kepalanya, matanya, tubuhnya, pakan
yang ada di depannya dan seterunya, apa yang ingin Anda cari?. Betul! Yang dicari adalah
ciri-ciri khas dari binatang itu. Dengan menemukan ciri-ciri khas dari binatang itu, Anda
dapat menetapkan namanya. Anda menetapkan bahwa binatang itu adalah kelinci.
Proses analisa dan pengambilan kesimpulan seperti di atas akan menjadi topik bahasan pada
Unit 1.1 ini.
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini
berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris,
kata sains berasal dari kata science yang berarti ”pengetahuan”. Science kemudian
berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu
pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal
dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).
IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA
didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang
diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan
keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.
Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang
dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan
diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi
penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian,
pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan
berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu
rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
Dalam perkembangan selanjutnya, metode ilmiah tidak hanya
es. Science is both of knowledge and a process (Trowbridge
berlaku bagiand Sund,
IPA 1973:2)
tetapi juga berlaku untuk bidang ilmu lainnya.
Hal yang membedakan metode ilmiah dalam IPA dengan ilmu
lainnya adalah cakupan dan proses perolehannya.
Planet Neptunus tidak akan dapat ditemukan secara teoritis jika sebelumnya tidak ada
pengamatan yang menyaksikan suatu keanehan
dalam lintasan planet lainya. Atau dapat dikatakan
bahwa Planet Neptunus tidak ditemukan berdasarkan
hasil observasi melainkan melalui perhitungan-
perhitungan
Jika IPA merupakan suatu jenis pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan cara
yang khusus, maka cara tersebut dapat berupa observasi, eksperimentasi,
pengambilan kesimpulan, pembentukan teori, observasi dan seterusnya. Cara yang
demikian ini dikenal dengan metode ilmiah (scientific method).
2. KARAKTERISTIK IPA
IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin
ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri khusus/karakteristik.
Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta
aturan yang yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut
disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga
mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi (Prawirohartono, 1989: 93).
a. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi
oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang
dilakukan terdahulu oleh penemunya.
e. IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap.
Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur
pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan,
penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan,
pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan.
Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam
kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena
alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru
yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.
Kegiatan 1.1 (1):
Anda telah membaca dan mempelajari dengan baik, 5 karakteristik IPA. Cobalah jelaskan
kembali ke 5 karakteristik IPA tersebut!
a. Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir,
dan berbagai macam gerakan otot.
Contoh : pengamatan untuk mengukur suhu benda diperlukanGambar 1.3 Termometer 9/03/10/termomete
alat bantu pengukur suhu yaitu termometer.
d. Belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah (misal seminar,
konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek,
penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita lakukan semata-mata
dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar
obyektif.
e. Belajar IPA merupakan proses aktif. Belajar IPA merupakan sesuatu yang harus
siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Dalam belajar IPA, siswa
mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, memperoleh pengetahuan,
menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji penjelasan tersebut dengan cara-
cara yang berbeda, dan mengkomunikasikan gagasannya pada pihak lain.
a dua segi, yaitu aktif bertindak secara fisik atau hands-on IPA, siswa
dan aktif juga
berpikir atauharus
minds-memperoleh pengalaman
on (NRC, 1996:20)
berpikir melalui kebiasaan berpikir dalam belajar IPA.
Para ahli pendidikan dan pembelajaran IPA
menyatakan bahwa pembelajaran IPA seyogianya
melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah
kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Kegiatan 1.1 (2):
Karakteristik belajar manakah yang Anda gunakan ketika Anda belajar fenomena gerak
jatuh bebas? Mengapa demikian?
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………….
KESIMPULAN
Para ahli pendidikan dan pembelajaran IPA menyatakan bahwa pembelajaran IPA seyogianya
melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan
afektif. Hal ini dikuatkan dalam kurikulum IPA yang menganjurkan bahwa pembelajaran
IPA di sekolah melibatkan siswa dalam penyelidikan yang berorientasi inkuiri, dengan
interaksi antara siswa dengan guru dan siswa lainnya. Melalui kegiatan penyelidikan, siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan ilmiah yang
ditemukannya pada berbagai sumber, siswa menerapkan materi IPA untuk mengajukan
pertanyaan, siswa menggunakan pengetahuannya dalam pemecahan masalah, perencanaan,
membuat keputusan, diskusi kelompok, dan siswa memperoleh asesmen yang konsisten
dengan suatu pendekatan aktif untuk belajar.
Dengan demikian, pembelajaran IPA di sekolah yang berpusat pada siswa dan
menekankan pentingnya belajar aktif berarti mengubah persepsi tentang guru yang selalu
memberikan informasi dan menjadi sumber pengetahuan bagi siswa (NRC, 1996:20).
Ditinjau dari isi dan pendekatan kurikulum pendidikan sekolah tingkat pendidikan dasar dan
pendidikan menengah yang berlaku saat ini maupun sebelumnya, pembelajaran di sekolah
dititikberatkan pada aktivitas siswa. Dengan cara ini diharapkan pemahaman dan
pengetahuan siswa menjadi lebih baik. Kenyataan di lapangan, aktivitas siswa sering
diartikan sempit. Bila siswa aktif berkegiatan, walaupun siswa sendiri tidak mengetahui
(merasa pasti) untuk apa berbuat sesuatu selama pembelajaran, maka dianggap pembelajaran
sudah menerapkan pendekatan yang aktif.
1. IPA memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan bidang ilmu lain.
Karakteristik IPA tersebut yaitu;
a. IPA mempunyai nilai ilmiah, artinya kebenaran-kebenaran IPA dapat dibuktikan
kembali oleh semua orang dengan melakukan prosedur yang sama seperti yang
dilakukan penemunya;
b. IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang yang
berkaitan dengan gejala-gejala alam;
c. IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang
khas atau khusus yaitu denga melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan,
penyusunan teori, eksperimen, observasi demikian seterusnya sehingga saling terkait
satu sama lain;
d. IPA meliputi 4 unsur yaitu proses, produk, aplikasi, dan sikap.
Soal-soal pada nomer 1 sampai dengan 3 adalah soal untuk mengukur kompetensi
Anda dalam memahami materi.
Untuk soal nomer 4 dan 5 merupakan soal yang akan membutuhkan analisa Anda dari
teori yang telah dipelajari.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan uraian secara runtut dan
jelas!
4. Apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang agar temuannya di bidang IPA
mempunyai nilai obyektivitas yang tinggi?.Jelaskan!
5. Mengapa pengukuran panjang benda dengan menggunakan alat ukur jengkal tidak
obyektif? Jelaskan!
UMPAN BALIK
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban sub-Unit 1.1 yang terdapat pada bagian
akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Gunakanlah rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi sub-Unit 1.1.
Rumus:
Skor jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = X 100%
Skor total (25)
Penentuan Skor : Setiap butir soal yang dijawab dengan benar (100%) diberi skor
berbeda. Jika jawaban benar, setiap butir soal diberi skor 5.
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan dengan
Unit selanjutnya. Selamat untuk Anda!
Tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari
kembali materi sub-Unit 1.1 terutama bagian yang belum Anda kuasai.
LEMBAR DISKUSI MAHASISWA
Petujuk Umum:
Pertanyaan
2. Cobalah anda cari alternatif lain untuk dapat menunjukkan perubahan panjang batang
logam yang dipanaskan seperti pada fenomena yang ditampilkan pada website?
Mengapa anda memilih alternatif demikian?, Jelaskan!
PENDAHULUAN
Tentu Anda sudah pernah menghadiri acara seminar. Dan bila Anda amati dengan
seksama, banyak pembicara dalam seminar yang menyajikan hasil laporan dari
penelitian maupun pengamatan yang dilakukannya. Tujuannya adalah untuk
mendapat pengakuan ilmiah dan juga membagi informasi.
Nah... Saudara mahasiswa sekalian, keinginan untuk menyampaikan hasil temuan dalam
seminar tersebut adalah merupakan salah satu kedudukan IPA sebagai ”sikap ilmiah”.
Untuk itu, setelah kita memahami konsep dan karakteristik IPA, pada pada Unit 1.1, maka
selanjutnya kita akan membahas kedudukan IPA sebagai proses, produksi dan juga sikap
ilmiah.
Kompetensi yang hendaknya dicapai setelah mempelajari Unit 1.2 ini, adalah
Anda dapat:
Mari kita telusuri materi kajian IPA sebagai proses dari sajian berikut ini. IPA sebagai
proses mengandung pengertian cara berpikir dan bertindak untuk menghadapi atau
merespons masalah-masalah yang ada di lingkungan. Jadi, IPA sebagai proses
menyangkut proses atau cara kerja untuk memperoleh hasil (produk) inilah yang
kemudian dikenal sebagai proses ilmiah. Melalui proses-proses ilmiah akan didapatkan
temuan-temuan ilmiah.
Perwujudan proses-proses ilmiah ini berupa kegiatan ilmiah yang disebut sebagai
inkuiri/penyelidikan ilmiah.
1) Mengamati
Mengamati adalah kegiatan yang melibatkan satu atau lebih alat indera. Pada
tahap pengamatan orang hanya mengatakan kejadian yang mereka lihat, dengar,
raba, rasa, dan cium.
Pada tahap ini seseorang belajar mengumpulkan petunjuk. Kegiatan inilah yang
membedakan antara pengamatan dengan
penarikan kesimpulan atau pengajuan pendapat.
2) Menggolongkan/Mengklasifikasi
Amati bentuk tulang daun dari berbagai jenis tumbuhan amatan dan
kelompokkan daun-daun tersebut berdasarkan bentuk tulang daunnya.
4) Mengkomunikasikan
5) Menginterpretasi Data
Contoh : Berikut ini tabel data pengukuran suhu pada pemanasan 500 cc
(500 ml) air selama 15 menit, dengan frekuensi pengukuran setiap
3 menit.
Tabel 1.2.1
Hasil Pengukuran Suhu pada Pemanasan Air
sampai pada menit ke-6 pemanasan kenaikan suhu setiap 3 menit masih
konstan, yaitu sebesar 14,50C, dan
Oleh karena banyaknya kalor dalam suatu zat menentukan suhu zat itu, maka
kemungkinan penyebab kenaikan suhu air menjadi tidak konstan adalah faktor
pemanasan yang tidak konstan juga, sehingga mengakibatkan kalor yang diserap
air pada pemanasan tersebut juga tidak konstan. Karena banyaknya kalor yang
diserap tidak konstan, maka kenaikan suhu juga tidak konstan.
6) Memprediksi
observasi,
klasifikasi, dan
penarikan kesimpulan.
8) Melakukan Percobaan
9) Menyimpulkan
1) Merumuskan Masalah
2) Mengidentifikasi Variabel
Dari rumusan masalah tersebut, dapat diinformasikan bahwa dalam penelitian ini
variabel bebasnya adalah jumlah tetes yodium yang diberikan pada tepung
terigu Cakra.
Tabel 1.2.2
Operasional Terhadap Variabel Penyelidikan
No Tinggi tempat (h) dalam meter Waktu jatuh (t) dalam detik
1 1 …….
2 2 …….
3 3 …….
4 1 (kontrol) …….
7) Menganalisis Data
Data percobaan yang telah dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk sajian
data yang sesuai dengan jenisnya, selanjutnya perlu dianalisis dulu sebelum
ditarik kesimpulannya. Kegiatan menganalisis data diartikan sebagai
menginterpretasi data, selanjutnya hasil interpretasi data dibandingkan dan
diintegrasikan dengan teori yang relevan dengan masalah penyelidikan,
dan/atau dibandingkan dan diintegrasikan dengan temuan penelitian lain yang
relevan
8) Merumuskan Hipotesis
merumuskan hipotesis,
memilih alat dan bahan dan merancang cara kerja percobaaan untuk
menguji hipotesis yang difasilitasi oleh guru,
Produk IPA adalah sekumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang
dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. Produk IPA yang disebut istilah
adalah sebutan, simbol atau nama dari benda-benda dan gejala-gejala alam, orang,
tempat.
Contoh:
malaria (sebutan),
enyebutkan bentuk- bentuk produk IPA meliputi istilah, fakta, konsep, prinsip,
lamda dan prosedur
(simbol untuk panjang gelombang),
Sementara itu Susanto (1991: 3) mengartikan fakta sebagai ungkapan tentang sifat-
sifat suatu benda, tempat, atau waktu adanya atau terjadinya suatu benda atau
kejadian. Sifat yang dimaksud dapat berupa wujud, bentuk, bangun, ukuran, warna, bau,
rasa dan yang lainnya.
Contoh:
fakta mengenai tempat: Ujung Kulon (tempat suaka badak bercula satu)
Sedangkan Iskandar (1997:3) mengartikan ”konsep IPA adalah suatu ide yang
mempersatukan fakta-fakta IPA”.
Contoh:
1) Konsep merupakan istilah yang diberi makna khusus:
Gerhana adalah istilah, tetapi jika gerhana tersebut diberi makna khusus menjadi
sebuah konsep tentang gerhana. Makna khusus yang dimaksud adalah Gerhana
adalah peristiwa alam terhalangnya cahaya sampai ke bumi.
Konsep tentang zat cair (kelompok benda-benda seperti air, minyak, alkohol,
bensin, spiritus) adalah zat yang mempunyai ciri-ciri bentuk selalu berubah
sesuai bentuk wadah/tempat yang ditempatinya, volume dan beratnya selalu
tetap, dapat mengalir dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang lebih
rendah, tidak dapat dimampatkan.
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
Produk dalam IPA dapat berupa prosedur. Prosedur diartikan sebagai “langkah-
langkah dari suatu rangkaian kejadian, suatu proses, atau suatu kerja”
(Susanto,1991: 4). Contoh prosedur:
Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh ilmuwan
untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar, 1996/1997: 11).
b. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung
kesimpulan itu.
Contoh : Ketika seorang ilmuwan menemukan hasil
pengamatan suatu burung mempuyai paruh yang
panjang dan lancip, maka dia tidak segera
mengatakan semua burung paruhnya panjang
dan lancip, sebelum data-datanya cukup kuat
mendukung kesimpulan tersebut. Gambar 2.7 Burung berparih panjang
http://faunakaltim.wordpress.com/2008/0
5/31/enggang-burung-besar-bercula/
c. Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain,
walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri. Sementara itu,
jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang mendukung gagasan tersebut maka
ilmuwan tersebut tidak ragu menolak temuannya sendiri.
Contoh : tinggi batang kacang tanah di pot A pada umur lima (5) hari 2 cm, yang
di pot B umur lima hari tingginya 6,5 cm. Orang lain mengatakan
tanaman kacang tanah pada pot A terlambat pertumbuhannya,
pernyataan orang ini merupakan pendapat bukan fakta.
e. Bersikap hati-hati.
Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara kerja yang
didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja sesuai
prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat mengambil
kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan penuh kehati-hatian
berdasarkan fakta-fakta pendukung yang benar-benar akurat.
Contoh : Orang menganggap hal yang biasa ketika melihat benda-benda jatuh,
tetapi tidak biasa bagi seorang Issac Newton pada waktu itu. Beliau
berpikir keras mengapa buah apel jatuh ketika dia sedang duduk istirahat
di bawah pohon tersebut. Pemikiran ini ditindaklanjuti dengan
menyelidiki selama bertahun-tahun sehingga akhirnya ditemukannya
hukum Gravitasi.
KESIMPULAN
1. Kedudukan IPA pada dimensi proses ditunjukkan oleh sejumlah keterampilan proses
IPA dasar dan terintegrasi. Keterampilan proses IPA diartikan sebagai keterampilan
yang dilakukan oleh para ilmuwan. Dalam proses IPA terkandung cara kerja dan cara
berpikir untuk kemajuan IPA itu sendiri.
adalah: mengamati,
mengukur,
mengklasifikasi,
menginterpretasi,
memprediksi,
mengkomunikasikan hasil,
menggunakan alat,
menarik kesimpulan.
mengolah data,
menyusun hipotesis,
merancang penelitian/penyelidikan,
melakukan penelitian/penyelidikan.
4. Pada tataran penerapan, keterampilan proses dasar lebih sederhana dibanding dengan
penerapan keterampilan proses terintegrasi yang lebih kompleks. Penerapan
keterampilan proses terintegrasi lebih rumit karena memerlukan penggunaan
keterampilan proses yang lain. Keterampilan proses dasar merupakan modal dasar untuk
dapat mengembangkan keterampilan proses terintegrasi.
5. Kedudukan IPA pada dimensi produk mengkaji produk-produk IPA yang diperoleh dari
kegiatan serangkaian proses-proses IPA. Produk-produk IPA meliputi:
istilah,
fakta,
konsep,
prinsip, dan
6. Kedudukan IPA pada dimensi sikap: dipahami sebagai sikap-sikap yang diperlukan oleh
para ilmuwan dalam melakukan proses-proses ilmiah. Sikap-sikap ilmiah meliputi:
Soal-soal pada nomer 1 sampai dengan 3 adalah soal untuk mengukur kompetensi
Anda dalam memahami materi.
Untuk soal nomer 4 dan 5 merupakan soal yang akan membutuhkan analisa Anda dari
teori yang telah dipelajari.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan uraian secara runtut dan
jelas!
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan hakikat IPA sebagai proses, produk dan sikap
ilmiah?
2. Menurut Moejiono dan Dimyati (1992:16), salah satu keterampilan IPA sebagai proses
adalah keterampilan proses terintegrasi. Sebutkan dan jelaskanlah yang termasuk dalam
proses terintegrasi!
3. Terdapat 3 (tiga) konsep keterampilan IPA sebagai produk. Sebutkanlah dan berikan
contoh dari masing-masing konsep!
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban sub-Unit 1.2 yang terdapat pada bagian
akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Gunakanlah rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi sub-Unit 1.2.
Rumus:
Skor jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = X 100%
Skor total (25)
Penentuan Skor : Setiap butir soal yang dijawab dengan benar (100%) diberi skor
berbeda. Jika jawaban benar, setiap butir soal diberi skor 5.
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan dengan
Unit selanjutnya. Selamat untuk Anda!
Tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari
kembali materi sub-Unit 1.2 terutama bagian yang belum Anda kuasai.
SUB UNIT 1.3
HAKIKAT
PEMBELAJAN IPA
PENDAHULUAN
Dalam Unit 1.3 ini Anda akan menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut karena Anda
akan diajak untuk mengkaji secara cermat dan seksama hal-hal yang berkenaan dengan
hakikat pembelajaran, dalam hal IPA. Untuk itu marilah kita baca secara seksama paparan
bahan ajar pada bagian ini.
Disamping itu apakah Anda sudah kenal dengan teori-teori belajar? Bagi Anda yang sudah
mengenal marilah disegarkan kembali memori terhadap teori-teori tersebut, sedangkan bagi
Anda yang belum kenal marilah mengkaji teori-teori belajar tersebut agar memahami apa
sebenarnya belajar itu.
Kompetensi yang hendaknya dicapai setelah mempelajari Unit 1.3 ini, adalah
Anda dapat:
menjelaskan pengertian belajar dan pembelajaran IPA menurut teori belajar
behavioristik dan konstruktivistik, dan
menjelaskan dampak pengertian belajar dan pembelajaran IPA menurut teori
behavioristik dan konstruktivistik terhadap pembelajaran IPA.
1. TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN BEHAVIORISTIK
Teori belajar perilaku (behavioristik) merupakan teori belajar yang dikemukakan oleh
beberapa ahli yaitu:
Tingkah laku sebagai padanan behaviour merupakan media yang dapat digunakan untuk
menunjukkan suatu struktur telah dipelajari atau tingkah laku merupakan fungsi dari
stimulus, pujian atau hukuman (Blackman, 1984 dalam Sutrisno, dkk. 2007: 2). Dalam
pembelajaran, stimuli, pujian atau hukuman merupakan kejadian yang dibuat secara
sengaja oleh guru. Respons siswa terhadap stimuli diaktualisasikan dalam bentuk tingkah
laku. Jadi, tingkah laku dipandang sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran.
2. PEMBELAJARAN BEHAVIORISTIK
Apa dan bagaimanakah pembelajaran behavioristik itu? (Tentunya Anda masih ingat
contoh pada pengantar pembelajaran Unit 1.3 ini).
Sutrisno & Kresnadi, (2007: 2-3) menyatakan bahwa “ciptakan lingkungan yang
sesuai, maka Anda akan dapat membangun suatu ’habitat’ yang anda kehendaki”.
Dengan demikian ada dua hal penting dalam pembelajaran behavioristik yaitu:
materi bahan ajar disusun secara hirarkis (berurutan), dan
Tunjukkan dampak apa yang ditimbulkan dari pengertian belajar dan pembelajaran
behaviouristik yang Anda miliki terhadap pembelajaran IPA di SD/MI?
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
Teori belajar konstruktivistik dikembangkan dari teori Developmental Piaget. Dalam teori
developmental, Piaget mengemukakan empat periode perkembangan intelektual manusia
sejak dilahirkan sampai dengan puncak perkembangannya.
Periode sensori motor menempati dua tahun pertama dalam masa kehidupannya.
Selama periode ini anak mengatur alamnya didominasi oleh indera-inderanya
(sensori) dan tindakan-tindakannya (motor). Selama periode ini bayi tidak mempunyai
konsepsi object permanence.
Rentang umur anak 2 sampai 7 tahun inilah yang disebut oleh Piaget sebagai periode
pra-operasional. Dinamakan pra-operasional karena pada rentang umur ini anak
belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental, seperti yang telah dikemukakan
terdahulu, seperti menambah, mengurangi dan yang lain-lain.
Dari pernyataan anak tersebut sebenarnya tidak ada hubungan antara belum tidur
dengan sore hari, tetapi anak tersebut menghubungkannya berdasarkan pola
pikirnya sendiri, bukan hubungan antar dua hal yang khusus dengan umum atau
antara umum dengan khusus.
2) Berpikir Irreversibel
Jadi dari contoh tersebut secara jelas dapat dipahami bahwa anak belum dapat
berpikir balik.
3) Sifat Egosentris
4) Berpikir Statis
Bila kepada anak yang berkemampuan berpikir statis tersebut ditunjukkan dua
bola dari plastisin yang sama besarnya. Selanjutnya salah satu bola tersebut
diubah bentuknya seperti sosis. Kemudian kepada anak tersebut ditanyakan
”masih sama banyakkah zat pada kedua lilin ini?, anak akan menjawab ”yang
berbentuk sosis lebih besar”.
Periode ini merupakan awal dari berpikir rasional, artinya anak memiliki operasi-
operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Operasi anak
pada periode ini terikat pada pengalaman perorangan. Operasi-operasi itu konkret
bukan operasi-operasi formal. Anak belum dapat berurusan dengan materi abstrak
seperti hipotesis dan proposisi-proposisi verbal. Berpikir operasional konkret lebih
stabil dibanding dengan berpikir statis yang terdapat pada anak pra-operasional. Ciri-
ciri umum yang ditunjukkan oleh anak pada periode operasional konkret yaitu:
Periode ini ditandai oleh kemampuan anak dalam operasi-operasi konkret untuk
membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Periode ini disebut juga tahap
adolesen. Anak mulai dapat memecahkan masalah verbal yang serupa.
Contoh : Abas lebih putih dari Hasan. Abas lebih hitam dari Budi.
Siapakah yang terhitam dari ketiga anak ini?
Jadi berdasarkan teori ini, penerapannya dalam mengajar adalah bahwa mengajar
perlu memperhatikan tahap perkembangan intelektualnya. Setiap individu dalam
perkembangan intelektualnya selalu melalui tahapan-tahapan tersebut tetapi yang
dapat berbeda dalah kecepatan perkembangannya.
Kegiatan 1.3 (3)
4. BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK
Hal ini berlawanan dengan belajar absolutime yang menganggap anak sebagai botol
kosong yang dapat diisi pengetahuan dari guru. Pengetahuan awal siswa mengarahkan
perhatiannya pada satu atau dua hal tertentu dari seluruh materi yang sedang dipelajari.
Dengan demikian pengetahuan awal ini sebagai ”penyaring” terhadap pengetahuan baru
yang dipelajari. Pengetahuan awal ini juga menentukan bangunan pengetahuan yang baru
dikonstruksi (dibangun).
Contoh : ketika guru menjelaskan tentang kalor/panas dapat berpindah secara
merambat, maka dalam pikiran anak telah ada pengetahuan awal tentang panas
(dalam diri anak terpikir tentang api, matahari, air mendidih); dan berpindah
(dimaknai berjalan/bergerak berpindah tempat), dan merambat (dimaknai anak
sebagai menjalar, berjalan dengan cara berpegangan sesuatu agar tidak
terpeleset/terjatuh).
Pemikiran anak seperi itu belum sesuai dengan keinginan gurunya kan? Nah pemikiran
awal seperti inilah yang perlu diperbaiki oleh guru dalam proses pembelajaran untuk
diarahkan kepada pemikiran para ilmuwan (diarahkan kepada konsep ilmiah). Dalam
proses belajar seperti ini anak mencari makna sendiri, untuk pembenarannya dibantu
guru. Makna pembelajaran dalam paradigma konstruktivistik tentunya tidak akan lepas
dari makna belajar dalam paradigma konstruktivistik.
aktif membentuk keterkaitan (link) antara pengetahuan yang telah dimiliki siswa
dengan pengetahuan yang sedang dipelajari;
1. Jawaban Anda benar jika belajar dan pembelajaran behavioristik dicirikan oleh 4 hal
yaitu: (a) lingkungan belajar sebagai bagian penting dari pembelajaran, (umumnya
berupa penguatan/reinforsemen); (b) pemberian stimuli dalam belajar dan pembelajaran;
(c) terbentuk respon sebagai manifestasi hasil belajar; dan (d) materi ajar disusun secara
berurutan (hirarkis).
3. Empat (4) ciri utama belajar dan pembeljaran konstruktiivistik adalah: (a) pengetahuan
awal siswa menjadi bagian penting dalam pembelajaran; (b) siswa aktif belajar dan
menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki dengan pengetahuan yang sedang
dipelajari; (c) siswa membangun pengetahuan sendiri sehingga pengetahuan tersebut
bermakna bagi dirinya; dan (d) selalu beriteraksi multi arah (guru siswa, siswa siswa)
Soal-soal pada nomer 1 sampai dengan 3 adalah soal untuk mengukur kompetensi
Anda dalam memahami materi.
Untuk soal nomer 4 dan 5 merupakan soal yang akan membutuhkan analisa Anda dari
teori yang telah dipelajari.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan uraian secara runtut dan
jelas!
3. Jelaskan secara runtut pengertian Anda terhadap kemampuan anak berpikir konkret.
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban sub-Unit 1.3 yang terdapat pada
bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Gunakanlah rumus di bawah
ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi sub-Unit 1.3.
Rumus:
Skor jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = X 100%
Skor total (25)
Penentuan Skor : Setiap butir soal yang dijawab dengan benar (100%) diberi skor skor 5
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 – 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan dengan
Unit selanjutnya. Selamat untuk Anda ! Tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di
bawah 80%, Anda harus mempelajari kembali materi sub-Unit 1.23 terutama bagian yang
belum Anda kuasai.
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
4. Yang harus dilakukan seseorang agar temuannya di bidang IPA mempunyai nilai
objektivitas yang tinggi adalah dengan cara membawa temuan ke sidang ilmiah regional,
nasional, atau internasional (skor = 5)
5. Anda benar jika pemahaman Anda terhadap ukuran “jengkal” tidak objektif (skor = 2);
sebab ukuran jengkal tidak konstan, sehingga data pengukuran dengan jengkal menjadi
sangat bervariasi (skor = 1,5). Contoh: Benda yang sama bila diukur dengan jengkal
orang yang berbeda hasilnya tidak sama, jadi tidak objektif (skor = 1,5).
Kunci Jawaban sub-Unit 1.2
1. Jawaban cukup jelas (lihat di uraian tentang IPA sebagai proses dasar, produk dan sikap
ilmiah)
3. Penjelasan IPA sebagai produk cukup jelas (bacalah uraian tentang IPA pada dimensi
produk)
4. a. Tekstur tanah ada 3 macam yaitu pasir, lempung, dan liat maka rumusan masalahnya:
Variabel bebas: jenis tekstur tanah. Jenis tekstur tanah ini dijadikan variabel bebas
karena jenis tekstur tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung.
Variabel control: jenis tekstur tanah yang sama. Tekstur yang sama memberikan
pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan, sehingga hasil ini memperkuat hasil
bahwa pertumbuhan yang berbeda hanya disebabkan oleh perbedaan jenis tekstur
tanah yang berbeda pula.
6. Jawaban Anda benar, jika fakta-fakta dari konsep ”pemuaian pada benda padat” adalah
seperti tabel hasil percobaan di bawah ini.
a. Kemampuan anak berpikir konkret adalah bahwa anak hanya dapat melakukan
operasi-operasi mental dalam proses belajarnya dengan memanipulasi benda-benda
konkret,
c. Contoh anak belajar tentang benda padat. Agar anak mampu membangun konsep
benda padat, maka kepada mereka diberikan berbagai benda padat di lingkungan
sekitar untuk dipegang, diraba, dibau, diukur, diremas dan sebagainya sehingga anak
mengenal untuk dipahami tentang konsep benda padat dari ciri-cirinya.
5. Anda benar manakala jawaban Anda mengarah pada informasi bahwa pembelajaran IPA
SD/MI adalah:
d) Pengetahuan yang dibangun belum tentu cocok dengan pengetahuan para ahli, karena
itu selanjutnya pengetahuan yang belum mapan ini perlu diluruskan dengan bantuan
guru Pengetahuan yang telah menjadi milik siswa ini selanjutnya diterapkan untuk
memecahkan masalah terkait, yang terjadi di lingkungan sekitar.