DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 6 :
NAMA : NIM :
1. RABISA 105191111821
2. UMMI KHAIRI PUTRI 105191111921
3. SULFITRI 105191115621
TAHUN AJARAN
1
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah ISBD (Ilmu
Sosial Budaya Dasar). Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya
akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah yang
kami buat ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL...............................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB 1
PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. LATAR BELAKANG................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................5
C. TUJUA PENELITIAN...............................................................................5
BAB 2
PEMBAHASAN..........................................................................................6
3
1. Keberagaman sebagai Kekayaan
Sosial................................................10
2. Kesetaraan sebagai Kekayaan
Sosial....................................................10
D. PROBLEMATIKA KERAGAMAN DAN KESETARAAN DALAM
MASYARAKAT.......................................................................................11
1. Problematika Keragaman.....................................................................11
2. Problematika Kesetaraa........................................................................12
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................13
A. KESIMPULAN.........................................................................................13
B. KRITIK DAN
SARAN.............................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
4
dilahirkan atau yang disebut dengan hak asasi manusia.Kesetaraan dalam
derajat kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik nyata dengan adanya
pranata-pranata social, terutama pranata social, yang merupakan
mekanisme social yang secara ketat dan adil mendukung dan mendorong
terwujudnya prinsip-prinsip kesetaraan dalam kehidupan nyata. Kesetaraan
derajat individu melihat individu sebagai manusia yang berderajat sama
dengan meniadakan hierarki atau jenjang social yang menempel pada
dirinya berdasarkan atas asal rasial, suku bangsa, kebangsawanan, atau
pun kekayaan dan kekuasaan. Negara bangsa yang beragam yang tidak
berkesetaraan, lebih-lebih yang diskriminatif, akan menghadirkan
kehancuran. Semangat multikulturalisme dengan dasar kebersamaan,
toleransi, dan saling pengertian merupakan proses terus-menerus, bukan
proses sekali jadi dan sesudah itu berhenti. Di sinilah setiap komunitas
masyarakat dan kebudayaan dituntut untuk belajar terus-menerus atau
belajar berkelanjutan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana hakekat keragaman dan kesetaraan dalam strata sosial
masyarakat?
2. Bagaimana kemajemukan dalam dinamika sosial dalam strata sosial
masyarakat?
3. Bagaimana keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan budaya
bangsa dalam strata sosial masyarakat?
4. Bagaimana problematika keragaman dan kesetaraan dalam masyarakat
dalam strata sosial masyarakat?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui hakekat keragaman dan kesetaraan dalam strata
sosial masyarakat.
2. Untuk mengetahui kemajemukan dalam dinamika sosial dalam strata
sosial masyarakat.
5
3. Untuk mengetahui keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan
budaya bangsa dalam strata sosial masyarakat.
4. Untuk mengetahui problematika keragaman dan kesetaraan dalam
masyarakat dalam strata sosial masyarakat.
BAB 2
PEMBAHASAN
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai pulau dan daerah yang memiliki
karakteristik yang berbeda.Adanya perbedaan tersebut membuat bangsa
Indonesia memiliki beragam budaya, adat istiadat, suku bangsa, dan lain-
lain.Keberagaman ini mendorong setiap individu yang berasal dari setiap
daerah memiliki tingkah laku dan aktivitas yang berbeda-beda.Perbedaan
inilah yang menyebabkan keberagaman sosial.
1. Keberagaman Sosial
6
Faktor pendorong keberagaman:
2. Masyarakat Majemuk
7
a. Ascribed status : status yang dimiliki secara otomatis / tanpa usaha,
contoh: kasta, kebangsawanan.
b. Achieved status : status yang diperoleh dengan usaha atau disengaja,
contoh: pendidikan, dll.
c. Assigned status : status yg diperoleh karena jasa-jasa-nya (karena
pemberian/penghargaan), contoh: penghargaan (tanda jasa), gelar
pahlawan.
8
3. Pemukiman,
4. Pekerjaan,
5. Kedudukan social politik.
1. Ras
Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza.Pertama kali
istilah ras diperkenalkan Franqois Bernier, antropolog Prancis, untuk
mengemukakan gagasan tentang pembedaan manusia berdasarkan kategori
atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah. Setelah itu, orang lalu
menetapkan hierarki manusia berdasarkan karakteristik fisik atau biologis.
Ciri-ciri yang menjadi identitas dari ras bersifat objektif atau somatik.
Secara biologis, konsep ras selalu dikaitkan dengan pemberian karakteristik
seseorang atau sekelompok orang ke dalam suatu kelompok tertentu yang
secara genetik memiliki kesamaan fisik, seperti warna kulit, mata, rambut,
hidung, atau potongan wajah. Pembedaan seperti itu hanya mewakili faktor
tampilan luar.
9
Di dunia ini dihuni berbagai ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi
membuat klasifikasi ras atas tiga kelompok, yaitu kaukasoid, Negroid, dan
Mongoloid. Sedangkan Koentjaraningrat (1990) membagi ras di dunia ini
dalam 10 kelompok, yaitu Kaukasoid, Mongoloid, Negroid, Australoid,
Polynesia, Malenesia, Micronesia, Ainu, Dravida, dan Bushmen.
10
C. KEBERAGAMAN DAN KESETARAAN SEBAGAI KEKAYAAN
BUDAYA BANGSA
Setiap manusia dilahirkan sama atau setara antara satu dengan lainnya,
meskipun dalam masyarakat, terdapat keragaman identitas. Kesetaraan dan
keberagaman yang ada di masyarakat menunjukkan tingkatan yang sama,
kedudukan yang sama meskipun dalam masyarakat yang majemuk. Adanya
kesetaraan dan keberagaman sosial di masyarakat dapat memberikan kekayaan
sosial.
1. Keberagaman sebagai Kekayaan Sosial
Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan
masyarakat majemuk. Seperti di Indonesia, adanya masyarakat majemuk dapat
dikarenakan kemajemukan etnik atau suku bangsa. Beragamnya etnik di
Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki ragam budaya, tradisi,
kepercayaan, dan pranata. Etnik atau suku bangsa menjadi identitas sosial
budaya seseorang. Artinya, identifikasi seseorang dapat dikenali dari Bahasa,
tradisi, budaya, dan kepercayaan yang bersumber dari etnik di mana ia berasal.
2. Kesetaraan sebagai Kekayaan Sosial
11
Masyarakat majemuk atau masyarakat yang beragam selalu memiliki
sifat-sifat dasar sebagai berikut :
2. Problematika Kesetaraan
12
a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras,
gender, dan golongan;
b. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan
yang layak;
c. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan
anggota masyarakat.
BAB 3
PENUTUP
13
A. KESIMPULAN
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai pulau dan daerah yang memiliki
karakteristik yang berbeda.Adanya perbedaan tersebut membuat bangsa Indonesia
memiliki beragam budaya, adat istiadat, suku bangsa, dan lain-lain.Keberagaman
ini mendorong setiap individu yang berasal dari setiap daerah memiliki tingkah
laku dan aktivitas yang berbeda-beda.Perbedaan inilah yang menyebabkan
keberagaman sosial.
Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan
masyarakat majemuk. Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis.
Konsep masyarakat majemuk (plural society)pertama kali diperkenalkan oleh
Furnivall tahun 1948 yang mengatakan bahwa ciri utama masyarakatnya adalah
berkehidupan secara berkelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi terpisah
oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam sebuah satuan politik. Konsep
masyarakat majemuk Furnivall di atas, dipertanyakan validitasnya sekarang ini
sebab telah terjadi perubahan fundamental akibat pembangunan serta kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Usman Pelly (1989) mengkategorikan
masyarakat majemuk di suatu kota berdasarkan dua hal, yaitu pembelahan
horizontal dan pembelahan vertikal.
Kesetaraan dan keberagaman yang ada di masyarakat menunjukkan
tingkatan yang sama, kedudukan yang sama meskipun dalam masyarakat yang
majemuk. Adanya kesetaraan dan keberagaman sosial di masyarakat dapat
memberikan kekayaan sosial.Adapun Keragaman yang terdapat dalam kehidupan
sosial manusia melahirkan masyarakat majemuk. Seperti di Indonesia, adanya
masyarakat majemuk dapat dikarenakan kemajemukan etnik atau suku
bangsa,serta hubungan antarmanusia dan lingkungan masyarakat pada umumnya
memiliki sifat timbal-balik. Artinya, individu yang menjadi anggota masyarakat
memiliki hak dan kewajiban.
Keragaman adalah modal tetapi sekaligus potensi konflik. Keragaman
budaya daerah memang memperkaya khazanah budaya dan menjadi modal yang
berharga untuk membangun Indonesia yang multicultural. Namun, kondisi aneka
budaya itu sangat berpotensi memecah belah dan menjadi lahan subur bagi konflik
dan kecemburuan sosial.Yang menjadi penyebab adalah tidak adanya dan
14
pemahaman pada berbagai kelompok masyarakat dan budaya lain, inilah justru
yang dapat memicu konflik.Penyakit budaya tersebut adalah etnosentrisme
stereotip, prasangka, rasisme, diskriminasi, dan space goating. (Sutarno, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
15
https://www.fahdisjro.com/2014/10/keberagaman-dan-kesetaraan-sosial.html?
m=1
https://drsuprobo.wordpress.com/2013/01/16/kemajemukan-dalam-dinamika-
sosial-budaya-horizontal-dan-vertikal/
16