Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

(STRATA SOSIAL MASYARAKAT)

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 6 :

NAMA : NIM :

1. RABISA 105191111821
2. UMMI KHAIRI PUTRI 105191111921
3. SULFITRI 105191115621

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN AJARAN

1
2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah ISBD (Ilmu
Sosial Budaya Dasar). Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya
akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah yang
kami buat ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL...............................................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB 1
PENDAHULUAN.......................................................................................4

A. LATAR BELAKANG................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................5
C. TUJUA PENELITIAN...............................................................................5

BAB 2
PEMBAHASAN..........................................................................................6

A. HAKIKAT KERAGAMAN DAN KESETARAAN STRATA SOSIAL


MASYARAKAT.........................................................................................6
1. Keberagaman Sosial...............................................................................6
2. Masyarakat Majemuk.............................................................................6
3. Kesetaraan Sosial...................................................................................7
B. KEMAJEMUKAN DALAM DINAMIKA SOSIAL STRATA SOSIAL
MASYARAKAT.........................................................................................7
1. Ras..........................................................................................................8
2. Etnik atau suku
bangsa............................................................................9
C. KEBERAGAMAN DAN KESETARAAN SEBAGAI KEKAYAAN
BUDAYA BANGSA.................................................................................10

3
1. Keberagaman sebagai Kekayaan
Sosial................................................10
2. Kesetaraan sebagai Kekayaan
Sosial....................................................10
D. PROBLEMATIKA KERAGAMAN DAN KESETARAAN DALAM
MASYARAKAT.......................................................................................11
1. Problematika Keragaman.....................................................................11
2. Problematika Kesetaraa........................................................................12

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................13

A. KESIMPULAN.........................................................................................13
B. KRITIK DAN
SARAN.............................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman


identitas yang disandang. Kesetaraan merupakan hal yang inheren yang
dimiliki manusia sejak lahir. Setiap individu memiliki hak-hak dasar yang
sama yang melekat pada dirinya sejak dilahirkan atau yang disebut dengan
hak asasi manusia. Keragaman merupakan salah satu realitas utama yang
dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini dan di waktu-
waktu mendatang Sebagai fakta, keragaman sering disikapi secara
berbeda. Kemajemukan bisa mendatangkan manfaat yang besar, namun
juga bisa menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan masyarakat
sendiri jika tidak dikelola dengan baik.Setiap manusia dilahirkan setara,
meskipun dengan keragaman identitas yang disandang. Setiap individu
memiliki hak-hak dasar yang sama yang melekat pada dirinya sejak

4
dilahirkan atau yang disebut dengan hak asasi manusia.Kesetaraan dalam
derajat kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik nyata dengan adanya
pranata-pranata social, terutama pranata social, yang merupakan
mekanisme social yang secara ketat dan adil mendukung dan mendorong
terwujudnya prinsip-prinsip kesetaraan dalam kehidupan nyata. Kesetaraan
derajat individu melihat individu sebagai manusia yang berderajat sama
dengan meniadakan hierarki atau jenjang social yang menempel pada
dirinya berdasarkan atas asal rasial, suku bangsa, kebangsawanan, atau
pun kekayaan dan kekuasaan. Negara bangsa yang beragam yang tidak
berkesetaraan, lebih-lebih yang diskriminatif, akan menghadirkan
kehancuran. Semangat multikulturalisme dengan dasar kebersamaan,
toleransi, dan saling pengertian merupakan proses terus-menerus, bukan
proses sekali jadi dan sesudah itu berhenti. Di sinilah setiap komunitas
masyarakat dan kebudayaan dituntut untuk belajar terus-menerus atau
belajar berkelanjutan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana hakekat keragaman dan kesetaraan dalam strata sosial
masyarakat?
2. Bagaimana kemajemukan dalam dinamika sosial dalam strata sosial
masyarakat?
3. Bagaimana keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan budaya
bangsa dalam strata sosial masyarakat?
4. Bagaimana problematika keragaman dan kesetaraan dalam masyarakat
dalam strata sosial masyarakat?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui hakekat keragaman dan kesetaraan dalam strata
sosial masyarakat.
2. Untuk mengetahui kemajemukan dalam dinamika sosial dalam strata
sosial masyarakat.

5
3. Untuk mengetahui keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan
budaya bangsa dalam strata sosial masyarakat.
4. Untuk mengetahui problematika keragaman dan kesetaraan dalam
masyarakat dalam strata sosial masyarakat.

BAB 2

PEMBAHASAN

A. HAKIKAT KERAGAMAN DAN KESETARAAN STRATA SOSIAL


MASYARAKAT

Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai pulau dan daerah yang memiliki
karakteristik yang berbeda.Adanya perbedaan tersebut membuat bangsa
Indonesia memiliki beragam budaya, adat istiadat, suku bangsa, dan lain-
lain.Keberagaman ini mendorong setiap individu yang berasal dari setiap
daerah memiliki tingkah laku dan aktivitas yang berbeda-beda.Perbedaan
inilah yang menyebabkan keberagaman sosial.

1. Keberagaman Sosial

6
Faktor pendorong keberagaman:

a. Faktor bawaan yang dibawa individu keberagaman,


b. Faktor lingkungan, baik lingkungan alam, lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat,
c. Faktor waktu yang mengisi kehidupan mmanusia

Adanya interaksi yang membawa perubahan dan perkembangan


manusia.Keberagaman individu terletak pada perbedaan perseorangan,
sedangkan keberagaman sosial terletak pada keberagaman masyarakat yang
satu dengan yang lainnya.

2. Masyarakat Majemuk

Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri atas kelompok-


kelompok, yang tinggal bersama dalam suatu wilayah, tetapi terpisah menurut
garis budaya masing-masing.Kemajemukan suatu masyarakat patut dilihat dari
dua variabel yaitu kemajemukan budaya dan kemajemukan sosial.

a. Kemajemukan budaya ditentukan oleh indikator- indikator genetik-


sosial (ras, etnis, suku), budaya (kultur, nilai, kebiasaan), bahasa,
agama, kasta, ataupun wilayah.
b. Kemajemukan sosial ditentukan indikator-indikator seperti kelas,
status, lembaga, ataupun power.
3. Kesetaraan Sosial

Kesetaraan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan


yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama
lain.Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai mahkluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa memiliki tingkat atau kedudukan yang sama.Tingkatan
atau kedudukan tersebut bersumber dari adanya pandangan bahwa semua
manusia diciptakan dengan kedudukan yang sama yaitu sebagai makhluk
mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain. Dalam masyarakat
terdapat tiga macam kedudukan, yaitu:

7
a. Ascribed status : status yang dimiliki secara otomatis / tanpa usaha,
contoh: kasta, kebangsawanan.
b. Achieved status : status yang diperoleh dengan usaha atau disengaja,
contoh: pendidikan, dll.
c. Assigned status : status yg diperoleh karena jasa-jasa-nya (karena
pemberian/penghargaan), contoh: penghargaan (tanda jasa), gelar
pahlawan.

B. KEMAJEMUKAN DALAM DINAMIKA SOSIAL STRATA SOSIAL


MASYARAKAT

Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan


masyarakat majemuk. Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-
jenis. Konsep masyarakat majemuk (plural society) pertama kali
diperkenalkan oleh Furnivall tahun 1948 yang mengatakan bahwa ciri utama
masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok yang berdampingan
secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam sebuah
satuan politik. Konsep masyarakat majemuk Furnivall di atas, dipertanyakan
validitasnya sekarang ini sebab telah terjadi perubahan fundamental akibat
pembangunan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Usman Pelly
(1989) mengkategorikan masyarakat majemuk di suatu kota berdasarkan dua
hal, yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.

Secara horizontal, masyarakat majemuk, dikelompokkan berdasarkan:

1. Etnik dan ras atau asal usul keturunan,


2. Bahasa daerah,
3. Adat Istiadat atau perilaku,
4. Agama,
5. Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.

Secara vertical, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan:

1. Penghasilan atau ekonomi,


2. Pendidikan,

8
3. Pemukiman,
4. Pekerjaan,
5. Kedudukan social politik.

Keragaman atau kemajemukkan, masyarakat terjadi karena unsur-


unsur seperti ras, etnik, agama, pekerjaan (profesi), penghasilan, pendidikan,
dan sebagainya. Pada bagian ini akan diulas tentang kemajemukan masyarakat
Indonesia karena unsur-unsur ras dan etnik.

1. Ras

Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza.Pertama kali
istilah ras diperkenalkan Franqois Bernier, antropolog Prancis, untuk
mengemukakan gagasan tentang pembedaan manusia berdasarkan kategori
atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah. Setelah itu, orang lalu
menetapkan hierarki manusia berdasarkan karakteristik fisik atau biologis.

Berdasarkan karakter biologis, pada umumnya manusia


dikelompokkan dalam berbagai ras. Manusia dibedakan menurut bentuk
wajah, rambut, tinggi badan, warna kulit, mata, hidung, dan karakteristik fisik
lainnya. Jadi, ras adalah perbedaan manusia menurut berdasarkan ciri fisik
biologis. Ciri utama pembeda antarras antara lain ciri alamiah rambut pada
badan, warna alami rambut, kulit, dan iris mata, bentuk lipatan penutup mata,
bentuk hidung serta bibir, bentuk kepala dan muka, ukuran tinggi badan.
Misalnya, ras Melayu secara umum bercirikan sawo matang, rambut ikal, bola
mata hitam, dan berperawakan badan sedang. Ras negro bercirikan kulit hitam
dan berambut keriting.

Ciri-ciri yang menjadi identitas dari ras bersifat objektif atau somatik.
Secara biologis, konsep ras selalu dikaitkan dengan pemberian karakteristik
seseorang atau sekelompok orang ke dalam suatu kelompok tertentu yang
secara genetik memiliki kesamaan fisik, seperti warna kulit, mata, rambut,
hidung, atau potongan wajah. Pembedaan seperti itu hanya mewakili faktor
tampilan luar.

9
Di dunia ini dihuni berbagai ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi
membuat klasifikasi ras atas tiga kelompok, yaitu kaukasoid, Negroid, dan
Mongoloid. Sedangkan Koentjaraningrat (1990) membagi ras di dunia ini
dalam 10 kelompok, yaitu Kaukasoid, Mongoloid, Negroid, Australoid,
Polynesia, Malenesia, Micronesia, Ainu, Dravida, dan Bushmen.

2. Etnik atau suku bangsa

Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku bangsa sebagai kelompok


sosial atau kesatuan hidup manusia yang memiliki sistem interaksi, yang ada
karena kontinuitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya
serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri. F. Baart (1988) menyatakan
etnik adalah suatu kelompok masyarakat yang sebagian besar secara biologis
mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilai budaya, membentuk
jaringan komunikasi dan interaksi sendiri dan menentukan sendiri ciri
kelompok yang diterima kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok
populasi lain.

Bila merujuk pendapat F. Baart di atas, identitas kesukubangsaan


antara lain dapat dilihat dari unsur-unsur suku bangsa bawaan(etnictraits).
Ciri-ciri tersebut meliputi natalitas (kelahiran) atau hubungan darah, kesamaan
bahasa, kesamaan adat istiadat, kesamaan kepercayaan (religi), kesamaan
mitologi, dan kesamaan totemisme.

Secara etnik, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan


jumlah etnik yang besar. Berapa persis jumlah etnik di Indonesia sukar
ditentukan. Sebuah buku pintar Rangkuman Pengetahuan Sosial Lengkap
menuliskan jumlah etnik atau suku bangsa di Indonesia ada 400 buah (Sugeng
HR, 2006). Klasifikasi dari suku bangsa di Indonesia biasanya didasarkan
sistem lingkaran hukum adat. Van Vollenhoven mengemukakan adanya 19
lingkaran hukum adat di Indonesia (Koentjaraningrat, 1990). Keanekaragaman
kelompok etnik ini dengan sendirinya memunculkan keanekaragaman
kebudayaan di Indonesia. Jadi, berdasarkan klasifikasi etnik secara nasional,
bangsa Indonesia adalah heterogen.

10
C. KEBERAGAMAN DAN KESETARAAN SEBAGAI KEKAYAAN
BUDAYA BANGSA
Setiap manusia dilahirkan sama atau setara antara satu dengan lainnya,
meskipun dalam masyarakat, terdapat keragaman identitas. Kesetaraan dan
keberagaman yang ada di masyarakat menunjukkan tingkatan yang sama,
kedudukan yang sama meskipun dalam masyarakat yang majemuk. Adanya
kesetaraan dan keberagaman sosial di masyarakat dapat memberikan kekayaan
sosial.
1. Keberagaman sebagai Kekayaan Sosial
Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan
masyarakat majemuk. Seperti di Indonesia, adanya masyarakat majemuk dapat
dikarenakan kemajemukan etnik atau suku bangsa. Beragamnya etnik di
Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki ragam budaya, tradisi,
kepercayaan, dan pranata. Etnik atau suku bangsa menjadi identitas sosial
budaya seseorang. Artinya, identifikasi seseorang dapat dikenali dari Bahasa,
tradisi, budaya, dan kepercayaan yang bersumber dari etnik di mana ia berasal.
2. Kesetaraan sebagai Kekayaan Sosial

Hubungan antarmanusia dan lingkungan masyarakat pada umumnya


memiliki sifat timbal-balik. Artinya, individu yang menjadi anggota
masyarakat memiliki hak dan kewajiban. Beberapa hak dan kewajiban telah
ditetapkan dalam undang-undang (konstitusi) dan telah menjadi hak dan
kewajiban asasi, seperti yang tercantum dalam Pasal 27 ayat 1 UUD 1945.
Pada pasal tersebut jelas mengakui adanya kesetaraan dan kesederajatan yang
diakui oleh Negara melalui UUD 1945. Kesetaraan dalam derajat
kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik nyata dengan adanya pranata-
pranata sosial.

D. PROBLEMATIKA KERAGAMAN DAN KESETARAAN DALAM


MASYARAKAT PROBLEMATIKA KERAGAMAN
1. Problematika Keragaman

11
Masyarakat majemuk atau masyarakat yang beragam selalu memiliki
sifat-sifat dasar sebagai berikut :

a. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering kali


memiliki kebudayaan yang berbeda,
b. Memiliki strutkutr sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga
yang bersifat nonkomplementer,
c. Kurang mengembangkan consensus di antara para anggota masyarakat
tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar,
d. Secara relatif, sering kali terjadi konflik di antara kelompok yang satu
dengan yang lainnya,
e. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling
ketergantungan di dalam bidang ekonomi,
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok
yang lain.
Keragaman adalah modal tetapi sekaligus potensi konflik. Keragaman
budaya daerah memang memperkaya khazanah budaya dan menjadi modal
yang berharga untuk membangun Indonesia yang multicultural. Namun,
kondisi aneka budaya itu sangat berpotensi memecah belah dan menjadi lahan
subur bagi konflik dan kecemburuan sosial.Yang menjadi penyebab adalah
tidak adanya dan pemahaman pada berbagai kelompok masyarakat dan
budaya lain, inilah justru yang dapat memicu konflik.Penyakit budaya tersebut
adalah etnosentrisme stereotip, prasangka, rasisme, diskriminasi, dan space
goating. (Sutarno, 2007).

2. Problematika Kesetaraan

Prinsip kesetaraan atau kesederajatan mensyaratkan jaminan akan


persamaan derajat, hak, dan kewajiban. Indicator kesederajatan adalah sebagai
berikut :

12
a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras,
gender, dan golongan;
b. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan
yang layak;
c. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan
anggota masyarakat.

Problem yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah munculnya


sikap dan perilaku untuk tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan
kewajiban antarmanusia atau antarwarga. Perilaku yang membeda-bedakan
orang disebut diskriminasi.

BAB 3

PENUTUP

13
A. KESIMPULAN
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai pulau dan daerah yang memiliki
karakteristik yang berbeda.Adanya perbedaan tersebut membuat bangsa Indonesia
memiliki beragam budaya, adat istiadat, suku bangsa, dan lain-lain.Keberagaman
ini mendorong setiap individu yang berasal dari setiap daerah memiliki tingkah
laku dan aktivitas yang berbeda-beda.Perbedaan inilah yang menyebabkan
keberagaman sosial.
Keragaman yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia melahirkan
masyarakat majemuk. Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis.
Konsep masyarakat majemuk (plural society)pertama kali diperkenalkan oleh
Furnivall tahun 1948 yang mengatakan bahwa ciri utama masyarakatnya adalah
berkehidupan secara berkelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi terpisah
oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam sebuah satuan politik. Konsep
masyarakat majemuk Furnivall di atas, dipertanyakan validitasnya sekarang ini
sebab telah terjadi perubahan fundamental akibat pembangunan serta kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Usman Pelly (1989) mengkategorikan
masyarakat majemuk di suatu kota berdasarkan dua hal, yaitu pembelahan
horizontal dan pembelahan vertikal.
Kesetaraan dan keberagaman yang ada di masyarakat menunjukkan
tingkatan yang sama, kedudukan yang sama meskipun dalam masyarakat yang
majemuk. Adanya kesetaraan dan keberagaman sosial di masyarakat dapat
memberikan kekayaan sosial.Adapun Keragaman yang terdapat dalam kehidupan
sosial manusia melahirkan masyarakat majemuk. Seperti di Indonesia, adanya
masyarakat majemuk dapat dikarenakan kemajemukan etnik atau suku
bangsa,serta hubungan antarmanusia dan lingkungan masyarakat pada umumnya
memiliki sifat timbal-balik. Artinya, individu yang menjadi anggota masyarakat
memiliki hak dan kewajiban.
Keragaman adalah modal tetapi sekaligus potensi konflik. Keragaman
budaya daerah memang memperkaya khazanah budaya dan menjadi modal yang
berharga untuk membangun Indonesia yang multicultural. Namun, kondisi aneka
budaya itu sangat berpotensi memecah belah dan menjadi lahan subur bagi konflik
dan kecemburuan sosial.Yang menjadi penyebab adalah tidak adanya dan

14
pemahaman pada berbagai kelompok masyarakat dan budaya lain, inilah justru
yang dapat memicu konflik.Penyakit budaya tersebut adalah etnosentrisme
stereotip, prasangka, rasisme, diskriminasi, dan space goating. (Sutarno, 2007).

B. KRITIK DAN SARAN

Kami selaku penyusun makalah meminta maaf apabila masih ada


kekurangan kata dalam makalah yang telah kami susun, tentunya begitu banyak
kata yang kurang atau salah karena kami juga adalah manusia yang tidak
selamanya benar dan kami juga masih kurang pengetahuan tentang materi
makalah yang telah kami susun, kami mohon kepada para pembaca agar bisa
memaklumi kesalahan-kesalahan yang ada pada makalah kami dan kami berharap
kepada pembaca bisa mengambil hal positif yang ada di makalah kami . Kami
juga berharap apa yang telah di sampaikan dalam makalah yang telah kami susun
ini dapat bermanfaat dan dapat di pergunakaan dengan sebaik baik mungkin dan
bisa menambah pengetahuan kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

15
https://www.fahdisjro.com/2014/10/keberagaman-dan-kesetaraan-sosial.html?
m=1

https://drsuprobo.wordpress.com/2013/01/16/kemajemukan-dalam-dinamika-
sosial-budaya-horizontal-dan-vertikal/

16

Anda mungkin juga menyukai