PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat dapat diikuti
dari media elektronik misalnya TV, radio, internet dan lain- lain, dan juga dapat
diikuti melalui media cetak misalnya koran, majalah, jurnal, dan sebagainnya,
dengan cara membaca. Sehingga kegiatan membaca bisa digunakan untuk mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi tersebut, karena dengan membaca seseorang akan
memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan pengalaman – pengalaman baru. Hal
ini ditegaskan oleh ( Farida Rahim, 2008 : 1 ) Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar.
Indonesia pertama kali mengikuti PISA pada tahun 2000 Indonesia berada
diurutan ke 38 dari 41 negara yang terlibat dengan rata- rata 377. Pada hasil PISA
mengenai literasi membaca, Indonesia mendapat peringkat ke 39 membaca skor 371.
Pada tahun kedua diselenggarakan PISA yaitu 2003 yang diikuti oleh 40 negara,
literasi membaca Indonesia mendapat skor 382. Hal ini menunjukkan peningkatan
literasi membaca kala itu. Tahun – tahun selanjutnya dilaksanakan pada tahun 2003,
2006, 2009,2012, dan 2015. Tahun 2015, Negara yang mengikuti PISA ada 72
negara.
Dari hasil tes, literasi membaca Indonesia mengalami puncak pada tahun
2009 yaitu dengan skor 402, namun pada tahun 2012 mengalami penurunan skor
menjadi 396 dan tahun 2015 mengalami kenaikan 1 skor menjasi 397. Indonesia
tahun 2015 masih berada pada 10 besar peringkat terbawah yaitu peringkat 62 dari 72
negara dengan rata – rata skor 395.
Pada tahun 2017 Kemendikbud telah melakukan survei terdapat 3,4 juta jiwa
usia produktif yang masih belum melek aksara. Selain itu Progress in International
Reading Literacy Study (PIRLS) juga telah melaksanakan survei di tingkat
pendidikan dasar pada tahun 2014, menunjukkan bahwa Indonesia masih berada pada
peringkat ke-48 dari 56 negara yang terdata sebagai peserta.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan agar siswa lancar membaca. Fakta
di lapangan menunjukkan bahwa pada prosesnya dalam menguasai kemampuan
membaca, 70 persen siswa mengalami kesulitan. Kesulitan yang dialami masing-
masing siswa berbeda antara siswa satu dengan yang lainnya.
Dalam kondisi tersebut guru, orang tua, atau orang dewasa yang dekat dengan
anak perlu mengupayakan bantuan dan pendampingan agar anak yang mengalami
kesulitan membaca tersebut segera mendapatkan penanganan yang tepat. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah melakukan analisis kesulitan membaca permulaan.
Melalui analisis kesulitan membaca permulaan, maka akan diketahui pada aspek-
aspek mana saja letak letak kesulitan membaca masing – masing siswa. Analisis ini
perlu dilakukan sedini mungkin di kelas- kelas awal, dengan demikian maka tidak
terlambat untuk melakukan perbaikan dengan memberikan penanganan yang tepat
kepada siswa.
(Farida Rahim, 2011 : 16) Faktor- faktor penyebab kesulitan membaca yang
dialami setiap anak dapat disebabkan oleh faktor internal pada diri anak itu sendiri
atau faktor eksternal di luar diri anak. Faktor internal pada diri anak meliputi faktor
fisik, intelektual, dan psikologis. Adapun faktor eksternal di luar diri anak mencakup
lingkungan keluarga dan sekolah.
Kesulitan lain yang dialami siswa yaitu dalam merangkai huruf menjadi kata –
kata. Ada siswa yang bahkan kesulitan dalam merangkai dua huruf saja, misalnya
huruf “b” dan “o” dirangkai menjadi “bo” dan huruf “l” dengan “a” menjadi “la”,
seharusnya dibaca “bola”. Tetapi kata “bola” tidak terbaca “bola” oleh siswa.
Terlebih untuk kata yang susunan huruf- hurufnya lebih kompleks seperti huruf
konsonan rangkap sangat menyulitkan siswa, misalnya kata “nyamuk”, “ mengeong”,
“khawatir” dan lain- lain. Hal ini kemungkinan terjadi karena anak tidak mengenal
huruf.
Sebagian siswa ketika mengeja ada yang menghilangkan beberapa huruf.
Misalnya tulisan “menyanyikan” dibaca “menyanyi”. Hal tersebut karena anak
menganggap huruf atau kata yang dihilangkan tersebut tidak diperlukan. Penyebab
lain adalah karena membaca terlalu cepat, sehingga terjadi penghilangan beberapa
huruf.
Siswa juga masih terbata- bata dalam mengeja ketika membaca rangkaian
kalimat. Ketidaklancaran membaca seperti ini karena anak memusatkan perhatianya
secara berlebihan pada proses decoding (Amitya Kumara, A. Jayanti Wulansari &
L.Gayatri Yosef, 2014: 8). Ada siswa yang bercanda dan berlari- lari ketika disuruh
membaca. Selain itu ada juga siswa yang membaca dengan menggunakan alat bantu
seperti jari tangan. Hal itu karena anak kesulitan konsentrasi.
2. Siswa kesulitan membedakan huruf yang mirip, baik bentuk hurufnya atau
kemiripan bunyi pengucapannya. Misalnya huruf ”b” dengan “d” dan huruf
“f” dan “v”.
3. Siswa kesulitan merangkai simbol dari huruf- huruf menjadi sebuah kata.
Misalnya huruf “b” dan “o” dirangkai menjadi “bo” dan huruf “l” dengan “a”
menjadi “la”, seharusnya dibaca “bola”.
5. Siswa masih terbata – bata dalam mengeja, sehingga perlu bantuan ketika
membaca.
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah,
bagaimana proses dan hasil analisis kesulitan membaca permulaan yang dialami
siswa kelas I SD Negeri 3 Bacin ?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan utama dari penelitian ini adalah,
menganalisis deskripsi proses dan hasil kesulitan, membaca permulaan yang dialami
siswa kelas I SD 03 Bacin Kudus.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
c. Bagi siswa
G. Pembatasan Istilah
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Membaca
Menurut ( Farida Rahim, 2011 : 2) membaca adalah suatu yang rumit yang
melibatkan banyak hal,tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga
melibatkanaktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses
visual membaca merupakan proses menerjemahkan symbol tulis (huruf) kedalam
kata- kata lisan.
Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk
menemukan berbagai informasi yang terdapat pada tulisan hal ini berarti membaca
merupakan proses berfikir untuk memahami isi teks yang dibaca. Oleh sebab itu
membaca, membaca bukan hanya melihat kumpulan huruf yang telah membentuk
kata, kelompok kata, kalimat, paragraph, dan wacana saja, akan tetapi lebih dari itu
bahwa membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterpresentasikan
lambing, tanda, tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis
dapat diterima oleh pembaca ( Dr.H.Dalman, M.Pd, 2013: 5).
Tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari
proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada
kata- kata dan kalimat, kemudian mengasosiakannya dengan bunyi- bunyinya sesuai
dengan sistem tulisan yang digunakan. Proses decoding (penyandian) merujuk pada
proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Proses recording dan
decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal, yaitu SD kelas (I,II, dan III)
yang dikenal dengan istilah membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini
yaitu proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaia huruf dengan
bunyi-bunyi bahasa. Sementara itu proses memahami makna (meaning) lebih
ditekankan di kelas-kelas tinggi SD (Farida Rahim, 2008 : 20-22).
Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk
menemukan berbagai informasi yang terdapat pada tulisan hal ini berarti membaca
merupakan proses berfikir untuk memahami isi teks yang dibaca. Oleh sebab itu,
membaca bukan hanya melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata,
kelompok kata, kalimat, paragraph dan wacana saja, akan tetapi lebih dari itu bahwa
membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterpresentasikan lambing,
tanda, tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat
diterima oleh membaca.
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak
hal. Membaca tidak tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan
aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual,
membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata – kata
lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata,
pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman. Membaca
merupakan upaya untuk menemukan makna dan pemahaman dari apa yang ditulis
dalam teks, yang semuanya tergantung pada penulis dan pembaca.
b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan
menarik. Masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang
dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal – hal yang dilakukan oleh sang tokoh
untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk ide- ide
utama (reading main for ideas).
c. Membaca untuk menemukan atau untuk mengetahui apa yang terjadi pada setiap
bagian cerita, apa yang terjadi mula- mula, pertama, kedua,dan ketiga/seterusnya,
setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah , adegan – adegan dan
kejadian – kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui suatu
susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).
e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa- apa yang tidak bisa, tidak
wajar mengenai seorang tokoh, apa yang benar. Ini disebut membaca untuk
mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classifiy).
f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan
ukuran – ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh
sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini
disebut membaca mengevaluasi (reading to evaluate).
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Metode Deskriptif
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Waktu/Bulan
No Kegiatan
Oktob Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust
1. observasi
2. Bimbingan proposal
3. Pengambilan data
4. Pengolahan data
6. Penyelesaian skripsi
7. Penyusunan jurnal
9. Revisi laporan
11. publikasi
1. Popolasi penelitian
(Suharsimi Arikunto, 2010:173).Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Populasi didalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I SD 03
Bacin Kudus yang keseluruhannya berjumlah 29 siswa.
2. Sampel penelitian
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat
diperoleh (Suharsimi Arikunto, 2010: 129). Menurut (Muhammad Idrus,
2009: 61) adalah segala keterangan (informasi) mengenai semua hal yang
berkaitan dengan tujuan penelitian. Selanjutnya Muhammasd Idrus (2009: 86)
menjelaskan data menurut derajat sumbernya (asal diperolehnya data) dibagi
menjadi data primer dan sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber asli
(langsung dari informan) yang memiliki informasi atau data tersebut.
Dalam penelitian ini sumber data primer didapatkan melalui hasil tes
membaca yang dilakukan peneliti terhadap siswa kelas I SD 03 Bacin.
2. Data Sekunder
Jika data primer informasi atau datanya diambil dari sumber asli, data
sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua sebagai data yang
digunakan untuk mendukung pembahasan-pembahasan yang ada di dalam
penelitian. Adapun data sekunder tersebut berupa dokumen- dokumen
nilai ulangan siswa, catatan kondisi siswa, dan foto berkaitan dengan
kegiatan membaca siswa.
E. Variabel Penelitian
2. Observasi
3. Dokumentasi
G. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Tes
2. Instrumen Observasi
Mengidentifikasi kata 6 1
3. Dokumentasi