Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENYIMPANGAN NILAI-NILAI PANCASILA YANG

TERJADI DI INDONESIA
Dosen Pengampu: Prof.Dr.Leo Agung S.,M.Pd.

Disusun Oleh:
Anisa Eka Putri Devita Maharani
K4422009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT. Dengan rida dan
rahmat-Nya, penulis akhirnya bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Shalawat
serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah dengan judul “Persetujuan Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif
Pancasila” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu,
penulis juga berharap bahwa penyusunan makalah ini bisa bermanfaat untuk dunia
pendidikan, khususnya para pelajar yang saat ini. Makalah ini kami susun dengan
segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun, kami menyadiri bahwa
dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan
serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran
dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah
Pendidikan Pancasila yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami. Segala
kekurangan yang terdapat pada makalah ini sepenuhnya milik penulis. Semoga karya
sederhana ini bisa menambah wawasan para pembaca.

Surakarta, 4 November 2022


Penyusun,

Anisa Eka Putri Devita Maharani


Abstrak

Penyimpangan dari nilai-nilai inti yang terkandung dalam Pancasila masih sering terjadi
di sekitar kita. Implementasinya sebagian masih belum sesuai dengan isi dan sifat yang
seharusnya. Tidak sedikit juga masyarakat yang belum memahami betul makna
pancasila dan betapa fatalnya penyimpangan dari nilai-nilai inti yang terjadi. Persatuan
negara adalah salah satu hal yang akan menderita jika penyimpangan nilai-nilai
Pancasila terus berlanjut di Indonesia. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk
menciptakan gambaran dan kesadaran akan pentingnya hal tersebut dan apa yang
harus dilakukan oleh masyarakat dan negara untuk mengetahuinya, dengan
menggunakan metode analisis kualitatif dengan metode analisis deskriptif yang
menitikberatkan pada kasus-kasus yang menjadi kajiannya. memproses dan
menganalisis hasil dan menarik kesimpulan dari kasus. Hasil penelitian dan analisis
menunjukkan bahwa masih banyak kasus penyimpangan dan kontradiksi nilai-nilai
kehidupan sosial dan pemerintahan Pancasila dari nilai-nilai inti dari pedoman Pancasila,
sehingga semua warga negara Indonesia harus ditindak. lebih ketat agar menimbulkan
efek jera dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Kata Kunci : Penyimpangan; Pancasila; nilai-nilai dasar; konflik; masyarakat
BAB I
Pendahuluan

1.1Latar Belakang

Banyak masalah muncul di negara kita saat ini rumit, sebagian karena
ketidaktahuan generasi muda sebagai generasi penerus bangsa akan pentingnya
Pancasila sebagai ideologi nasional. Hal ini dibuktikan dengan berbagai
permasalahan yang muncul kalangan remaja dianggap menyimpang dari nilai-nilai
pancasila hanya. Sementara dikhawatirkan terjadi kemerosotan sikap moral bangsa
Indonesia.Pancasila merupakan asas yang menjadi dasar dan dasar negara
Indonesia menjadi negara yang adil dan makmur. Dasar negara, nilai-nilai dalam
pancasila harus berlaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk
mencapai keadilan dan Makmur. Nilai-nilai pancasila yang dikandungnya adalah
nilai-nilai Keramat, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi dan Keadilan. Nilai Ia
merupakan nilai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara.Nilai pancasila
tergolong nilai spiritual yang terkandung di dalamnya.

Nilai-nilai lain secara utuh dan serasi, seperti nilai material, nilai kehidupan,nilai
kebenaran (kenyataan), nilai estetika, nilai etika dan nilai religi.Kecuali bahwa itu
adalah ideologi objektif nilai-nilai yang dipelajari, tumbuh dan berkembang juga
bersifat subyektif tentang budaya bangsa Indonesia yang berakar pada iman yang
hidup dari masyarakat Indonesia. Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila menjadi
ideologi yang tidak ada diciptakan oleh negara, tetapi diambil dari kekayaan spiritual
dan moral dan budaya masyarakat Indonesia. Diekstraksi sebagai nilai Kekayaan
spiritual, moral dan budaya bangsa Indonesia, nilai-nilai pancasila selalu
berkembang mengikuti perkembangan masyarakat.Indonesia Sebagai ideologi yang
tidak diciptakan oleh negara dalam Pancasila Sebagaimana ideologi juga
merupakan sumber nilai, demikian pula Pancasila sebagai asas spiritual sistem
hukum Indonesia mengandung suasana mistis UUD 1945 dan melaksanakan cita-
cita hukum hukum dasar negara. Pancasila berfungsi sebagai acuan bersama baik
secara internal maupun eksternal.Menyelesaikan perselisihan kelompok dan konflik
politik kekuatan politik yang ada. Ini berarti semua faksi dan kekuatan di Indonesia
sepakat menunggu, menunggu dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan kerangka Pancasila.

Pendidikan pancasila diberikan sejak taman kanak-kanak dengan diperkenalkan


dari sila pertama ke yang ilahi, mereka diperkenalkan semua yang hidup di dunia ini
adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Setelah Saat mereka memasuki taman kanak
-kanak, mereka mulai menerima penahbisan kedua.Tentang kemanusiaan, dalam
pengantar ini mereka dikenalkan dengan adat-istiadat dan etika yang sesuai dengan
kemanusiaan yang adil dan beradab. Tujuan
Pengenalan kedua ini dimaksudkan untuk mengajarkan kesantunan pada anak.sopan
setiap saat. Mari kita pergi ke tingkat dasar,Pada usia ini, siswa dikenalkan dengan
hukum ketiga tentang solidaritas antar sesama melalui pendidikan kewarganegaraan.
Biasanya pada usia ini mereka diajari untuk bergaul dan tidak membedakan teman
untuk memiliki persatuan di antara siswa. Tujuanya adalah untuk mengajari mereka
bahwa persatuan dapat menciptakan suasana perdamaian dan harmoni. Pada tingkat
pendidikan menengah SMP dan SMA, pada usia ini sering disebut pubertas, demikian
mata pelajarannya Pendidikan Kewarganegaraan menekankan pada sila keempat yaitu
Pembahasan Pancasila tentang Demokrasi dan Pembahasan Keadilan Gender Kelima
dan kemakmuran bangsa. Di tingkat SMA ini penanaman sila keempat dan kelima bagi
pelajar atau mahasiswa berjiwa demokrasi dan memahami tujuan hidup Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pancasila mencerminkan seperangkat nilai yang terkait dengan kehidupan politik
bangsa Indonesia, khususnya sistem nilai yang digunakan sebagai acuan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Semua gagasan yang muncul
dalam kehidupan sosial,bangsa dan negara diatur secara sistematis menjadi satu
kesatuan yang utuh.Sebagai ukuran kebenaran dalam membangun nilai-nilai inti
Pancasila,kesatuan, persatuan dan orisinalitas. Penanda ini digunakan mengenang
kehidupan di kerajaan Pancasila yang semarak berdasarkan dialog, diskusi dan
mufakat.Pendapat atau persepsi tentang makna ideologi pancasila saat ini sangat
dibutuhkan tanya lagi. Penyimpangan nilai-nilai Pancasila yang banyak terjadi akhir-akhir
ini dapat disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang makna ideologi pancasila itu
sendiri.Ada banyak pertanyaan tentangnya akhir-akhir ini perubahan nilai moral,
khususnya di kalangan remaja dan pelajar, yang setiap hari semakin parah, mereka
tidak lagi memperhatikan dan mempertimbangkan nilai-nilai etika yang berlaku di
negara yang terdaftar sebagai Indonesia dalam nilai-nilai yang tertera dalam Pancasila.
Situasi ini mengkhawatirkan akan menghilangkan moralitas yang secara bertahap
menjadi krisis. Degradasi moral bersumber dari kurangnya pemahaman akan nilai-nilai
terkandung dalam Pancasila. Dekadensi moral dan pesta pora Nilai-nilai pancasila di
kalangan pelajar semakin meningkat.
Lemahnya kekuatan tradisi yang ada di masyarakat menggerogoti kekuatan ideologi
pancasila dalam menciptakan solidaritas sosial yang baik.Oleh karena itu, terjadi
penyimpangan nilai-nilai Pancasila di kalangan mahasiswa di area lingkungan sekolah
berkembang dalam berbagai bentuk seperti: tawuran, membawa HP berisi pornografi,
melecehkan secara seksual teman dan melanggar peraturan sekolah lainnya.
Perbedaan tersebut tidak akan terjadi jika pada siswa serius untuk memahami makna
ideologi pancasila itu mereka dapat mengenyam pendidikan formal dan dapat
mengamalkan nilai-nilai pancasila dengan baik. Kemerosotan moral ini dapat
dihidupkan kembali dilanjutkan dengan meningkatkan pendidikan anak sejak
dini.Namun pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah sebagai siswa
memperoleh pendidikan formal.

1.2Rumusan Masalah
1.Lemahnya pemahaman tentang ideologi Pancasila dan nilai-nilai
Pancasila di kalangan pelajar khususnya siswa SD Negeri 2 Genengan
2. Keteladanan orang tua atau orang dewasa dalam menanamkan nilai
Pancasila
3. Peran lingkungan keluarga dalam menanamkan nilai Pancasila
4. Peran lingkungan masyarakat dalam menanamkan nilai Pancasila
5. Munculnya gerakan radikalisme dan terorisme antar umat beragama di indonesia
6. Pembatasan kebebasan berpendapat di era digital
7. Maraknya korupsi oleh pemerintah negara Indonesia
8. Penerapan nilai-nilai pancasila dalam pendidikan karakter

1.3Tujuan
1.Memapaprkan pemahaman tentang ideologi pancasila
2.Menjelaskan bagaimana peran lingkungan keluarga dan masyarakat dalam
menanamkan nilai pancasila
3.Menjabarkan banyaknya kegiatan yang menyimpang pancasila
4.Menjelaskan cara dan tips mengatasi berbagai contoh kegiatan yang
menyimpang pancasila

1.4Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian studi pustaka, studi
pustaka atau studi kepustakaan adalah kegiatan untuk menghimpun informasi yang
relevan dengan topik atau masalah yang menjadi objek penelitian atau topik cerita
yang diusung ke dalam karya tulis non ilmiah. Dengan cara menggunakan buku dan
jurnal,serta menggunakan metode survey yaitu terjun langsung ke lapangan dan
mewawancarai salah satu siswa SD negri 02 Genengan, di gunakan untuk
memperoleh data yang hanya ada pada kehidupan masyarakat secara langsung dan
diperoleh melalui angket,wawancara,ataupun observasi secara langsung. Persiapan
yang dilakukan adalah menentukan populasi yang hendak diteliti sekaligus
objek,angket dan bahasa yang dipahami.

BAB II
Hasil dan Pembahasan

Pada bab II ini akan diberikan pemaparan mengenai hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti saat melakukan penelitian di
Sekolah Dasar Negri 2 Genengan Kecamatan Jumantono Kabupaten Karanganyar
dan sejumlah masyarakat yang ada di sekitar desa penulis.Penjelasan yang
diberikan merupakan menjabaran dari rumusan masalah yang ada.

1.Berdasarkan hasil penelitian di Sekolah Dasar Negri 02 Genengan Kecamatan


Jumantono Kabupaten Karanganyar ditemukan bahwa siswa sd yang belum
mengerti tentang ideologi pancasila bahkan tidak sedikit siswa sd yang tidak hafal
pancasila ataupun terbalik dalam urutan dasar negara yaitu pancasila.

Ketahanan ideologi Pancasila kembali diuji ketika dunia memasuki era


globalisasi, di mana banyak ideologi alternatif telah merambah setiap aspek bangsa
melalui media informasi yang dapat diakses oleh seluruh anak bangsa.

Pancasila pada hakekatnya adalah ideologi terbuka, yaitu ideologi yang terbuka
untuk menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi kelangsungan hidup
bangsa. Namun di sisi lain, diperlukan kewaspadaan nasional terhadap ideologi-
ideologi baru. Jika Indonesia tidak hati-hati, maka masyarakat akan cenderung
mengikuti arus ide-ide luar, sedangkan ideologi asli bangsa Indonesia sendiri yaitu
Pancasila malah dilupakan, bahkan nilai-nilainya, dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.

Anak-anak zaman sekarang lebih membutuhkan panutan dan pengajaran,


seseorang yang benar-benar menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Sejujurnya, terkadang anak muda disalahpahami, berpikir bahwa mereka begitu
dipengaruhi oleh budaya asing sehingga mereka melupakan budaya mereka sendiri.
Padahal, dengan pekerjaan saya sebagai jurnalis, dan berinteraksi dengan banyak
orang, saya tahu mereka tidak mengerti bagaimana menyusun Pancasila.

Beberapa cara yang dapat saya lakukan untuk memberitahu dan menasehati
tentang cara pengamalan pancasila di lingkungan SD Negri 02 Genengan yaitu:
a.Menasehati untuk menjalankan ibadah sesuai agama masing-masing dan
bersungguh-sungguh.
b.Toleransi dan berteman baik dengan teman yang beda agama .
c.Tidak menggangu teman yang sedang beribadah.
d. Menjadi siswa yang beradab dan berakhlak baik.
e.Bertanggung jawab sebagai seorang siswa, seperti tidak mencontek dan
menaati tata tertib sekolah.
f.Menolong teman atau warga sekolah yang sedang kesusahan.
g.Bekerja sama dengan teman dan warga sekolah dalam kerja bakti.
h.Menjaga kerukunan dengan teman di sekolah.

2. Berdasarkan hasil penelitian di Lingkungan keluarga saya di temukan bahwa sudah


banyak orang tua dan orang dewasa yang menghafal sila-sila pancasila dan sebagian
mengerti cara mengamalkanya sebagai contohnya sila pertama yaitu ketuhanan yang
maha esa dengan cara beribadah dan saling toleransi antara umat beragama.
Orang tua memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam membangun
karakter bangsa dan terutama untuk keberhasilan pendidikan anak-anak di satuan
sekolahnya. seperti satu keluarga dan masyarakat memegang peranan strategis dalam
keberhasilan pendidikan anak di satuan pengajaran. Di era digital, peran keluarga dan
masyarakat masih tak tergantikan dengan menanamkan Pancasila sejak dini. Karena
nilai moral sejati tidak bisa dipelajari, tetapi harus dilatih dan ditanamkan oleh
kebiasaan dan contoh.
Penanaman nilai-nilai termasuk nilai Pancasila di lingkungan keluarga utamanya
dilakukan melalui keteladan dan pembiasaan. Hal ini dilakukan mengingat anak usia dini
merupakan peniru ulung dan belum dapat berfikir abstrak. Seperti yang dikemukakan
oleh Seagel, yaitu anak memilki mimic yang natural dan aktor yang berbakat. Mereka
dapat meniru perilaku dan model alami sertamemainkan peran dari orang lain. Orang
dewasa yang peduli dengan perkembangan ketrampilan sosial anak harus menunjukkan
sebagai model yang positif dan pada saat yang sama struktur lingkungan memberikan
kesempatan pada anak untuk mempelajari bagaimana tindakan dan perasaan orang
lain.
=>Contoh Pembiasaan dan Kegiatan Model yang dapat di lakukan yaitu:
1). Biasakan anak untuk bangun pagi, membereskan tempat tidur, dan bergerak.
2).Membiasakan anak mandi dan berpakaian bersih.
3). Mintalah anak-anak membantu pekerjaan rumah tangga.
4). Mengenalkan anak untuk mengelola dan merawat harta bendanya sendiri.
5).Membiasakan dan membantu anak dalam belajar/mengulas/menyelesaikan tugas
sekolah.
6).Biasakan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada anak-anak ketika mereka
meninggalkan rumah.
7). Biasakan anak mengucapkan salam dan doa saat datang dan pergi.
3. Peran lingkungan keluarga dalam menanamkan nilai Pancasila yaitu hal-hal yang
dapat dilakukan oleh lingkungan rumah untuk menanamkan nilai-nilai yaitu dengan
memberikan pengertian dan yang terpenting menggambarkan perilaku keluarga itu
sendiri, agar anak mudah memahami mendapatkan nilai-nilai yang diajarkan, apalagi
jika itu juga merupakan contoh hidup.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena
pada lingkungan inilah anak dibimbing dan diorientasikan terlebih dahulu. Dikatakan
juga sebagai lingkungan primer, karena sebagian besar hidup anak dihabiskan bersama
keluarga, maka pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah di lingkungan
keluarga.
Peran lingkungan rumah merupakan salah satu pilar dari tiga pusat pendidikan.
Lingkungan keluarga merupakan pilar utama untuk membentuk kebaikan dan
keburukan manusia sehingga manusia dapat berkembang dengan baik dalam akhlak,
etika dan akhlak.
lingkungan keluarga dalam perkembangan anak sangat penting dalam
membentuk perilaku moral, etika dan etika yang baik serta membangun kepercayaan
anak terhadap orang lain dan diri sendiri. Ini juga dapat berkontribusi pada
perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak-anak.
=>Adapun yang dapat di lakukan lingkungan keluarga untuk mengamalkan nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan sehari-hari adalah:
a.Mengembangkan perilaku hormat kepada anggota keluarga yang lebih tua dan
menghargai anggota keluarga yang lebih muda.
b.Membantu berbagai kegiatan dalam keluarga.
c.Selalu menjaga kerukunan dengan sesama anggota keluarga.
d.Melaksanakan ibadah tepat waktu
e.Mengingatkan anggota keluarga untuk melaksanakan ibadah.
f.Melaksanakan ibadah bersama-sama anggota keluarga.
g.Merayakan hari-hari besar agama bersama-sama anggota keluarga.
h.Membimbing anggota keluarga untuk memperdalam ilmu agama.
i.Menolong anggota keluarga yang mengalami kesusahan.
j.Menerima hak sebagai anggota keluarga.
k.Gemar melakukan kegiatan untuk kepentingan bersama.
l.Saling menghargai dan menghormati sesama anggota keluarga.

4. Peran masyarakat dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai


pancasila
harus dihormati agar masyarakat saling menghargai antar lingkunngan
bermasyarakat, berperilaku baik, menciptakan kerukunan dan toleransi antar umat
beragama.Keselarasan dengan visi dan misi Kabupaten Belimbing juga sejalan dengan
nilai-nilai Pancasila khususnya pada sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa yang
didukung oleh kecintaan dan ketaqwaan terhadap ibadah masing-masing agama.
Keharmonisan di antara orang-orang Agama juga sangat penting bagi masyarakat
dalam melakukan suatu kegiatan agama. Dampak peran sosial dalam meningkatkan
kesadaran akan pentingnya Nilai Pancasila di Kecamatan Blimbing Kota Malang juga
tidak akan ada keharmonisan Ketaatan masyarakat tergantung pada masing-masing
orang menjalankan ibadahnya mengadakan. Ada kelompok ekstremis dan ateis yang
harus ditindak tegas oleh masyarakat agar tidak ada perpecahan antar agama lain.
Dalam pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh masyarakat sekitar kecamatan Blimbing
cukup baik, meskipun ada beberapa kendala yang juga menjadi tanggung jawab
masyarakat dia melakukannya dan mendapat teguran jika penerapan nilai-nilai
pancasila tidak dilakukan bagus. Mengusulkan solusi untuk mengatasi pengaruh peran
masyarakat dalam tumbuhnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai pancasila di
kabupaten Blimbing Kota Malang aktif memberikan pembinaan kepada masyarakat
sekitar untuk mencapai kerukunan dan ketertiban dalam kegiatan keagamaan yang
dilakukan, meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai pancasila khususnya pada sila
pertama.
Dengan cara memperkuat peran masyarakat dalam memahami dan
mengamalkan Pancasila secara konseptual. Anak-anak dalam keluarga dapat dengan
mudah mengenal Pancasila dan lima sila yang dikandungnya. Misalnya, untuk
meneguhkan rasa nasionalisme melalui dongeng, cerita kepahlawanan,serta sejarah
masa perjuangan kemerdekaan,sastra serta anak, dan permainan
tradisional.Pentingnya penerapan nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat merupakan hal
yang perlu diperhatikan dan disadari oleh seluruh rakyat Indonesia agar tidak terjadi
kerugian negara seperti perpecahan.Selain membangun, Pancasila juga menjadi dasar
penghubung seluruh masyarakat Indonesia yang sangat beragam, sehingga setiap
orang memiliki semangat toleransi dan saling menghargai. Dapat menciptakan
kehidupan yang harmonis, damai dan sejahtera.
Bentuk implementasi Pancasila di lingkungan masyarakat ada berbagai contoh
yang sudah saya amati antara lain:
1.Sila Pertama:
a.Percaya pada satu-satunya Tuhan
b.Pelaksanaan hari raya keagamaan di masyarakat.
c.Jangan memaksa orang lain untuk menerima keyakinan tertentu.

2.Sila Kedua:
a.Bertemanlah dengan orang lain tanpa membeda-bedakan.
b.Siap membantu tetangga yang membutuhkan.
3.Sila Ketiga:
a.Gunakan produk lokal atau buatan Indonesia.
b.Cinta dan cinta tanah air Indonesia.

4.Sila Keempat
a.Bicaralah dengan tetangga lain untuk mengambil keputusan.
b.Jangan memaksakan kehendak pada orang lain ketika terjadi perbedaan
pendapat dalam konseling.

5.Sila Kelima
a.Buat gotong royong wajib dengan tetangga.
b.Mengusir orang yang mengganggu ketertiban umum lingkungan.

Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan


bernegara berusaha untuk tidak menimbulkan perpecahan yang merugikan setiap orang
bahkan dapat merugikan negara Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa
mengandung nilai-nilai yang dapat diwujudkan dalam kehidupan di sekitarnya. Tanpa
nilai-nilai Pancasila tersebut, bangsa Indonesia tidak akan mempunyai pandangan atau
usaha untuk menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara di negara yang beraneka
ragam budayanya.
Pada akhirnya, partisipasi dan peran aktif masyarakat dalam implementasi nilai-nilai
Pancasila juga akan menentukan keberhasilan implementasi nilai-nilai Pancasila secara
tepat dalam peraturan perundang-undangan. Dengan keikutsertaan masyarakat ini
dimungkinkan dapat mengurangi inkonsistensi muatan peraturan perundang-undangan
dengan nilai-nilai Pancasila.
Pentingnya menerapkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan masyarakat adalah hal
yang perlu diperhatikan dan disadari oleh setiap warga Indonesia agar tidak terjadi
sesuatu yang merugikan negara seperti perpecahan.
Selain membangun, Pancasila juga merupakan suatu dasar yang mempersatukan
seluruh masyarakat Indonesia yang sangat majemuk ini, sehingga setiap orang memiliki
rasa toleransi dan saling menghormati. Hal ini dapat menciptakan kehidupan yang
rukun, damai, dan sejahtera.
5. Munculnya gerakan radikalisme dan terorisme antar umat beragama di indonesia
Kelompok radikal sering diartikan sebagai kelompok dengan ideologi atau arus
tertentu yang berusaha melakukan perubahan dan reformasi dengan cara-cara yang
sangat keras. Cara-cara kekerasan tersebut antara lain menghalalkan segala cara untuk
mencapai tujuannya, termasuk melakukan pengeboman, penculikan, perampokan dan
tindakan kriminal lainnya untuk mendapatkan uang guna membiayai perjuangan mereka.
Kelompok radikal juga berusaha mengesampingkan sistem nilai yang ada di
masyarakat berdasarkan ideologi yang dianutnya. Simbol perjuangan mereka adalah
jihad melawan kafir.

Radikalisme dalam arti pengetahuan politik yang ekstrim dan penggunaan


kekerasan, atau fanatisme agama sampai pada pemaksaan, jelas bertentangan dengan
Islam. Dalam Al-Qur'an dikatakan:La ikrâha fî ad-dîn (Muslim tidak wajib) (QS al-Baqarah
[2]:256). Memaksakan agama Islam kepada orang lain adalah tabu dalam Islam. Tidak
lupa melecehkan, meneror dan membombardir non muslim yang tinggal bersama
muslim. Jelas dilarang dalam Islam. Jadi meskipun, secara linguistik, Islam itu
ekstremis, Islam menolak ekstremisme. Islam menolak metode kekerasan dalam
perubahan sosio-politiknya dan juga dalam pemaksaan agamanya. Ini tampaknya tidak
konsisten radikal tetapi menolak radikalisme.
Radikalisme yang mengarah pada terorisme merupakan isu penting bagi umat
Islam Indonesia saat ini. Kedua isu ini telah menyebabkan Islam dipandang sebagai
agama teroris dan umat Islam dipandang lebih memilih kekerasan ilahi untuk
menyebarkan agamanya. Meski anggapan ini mudah dibantah, namun fakta bahwa
pelaku terorisme di Indonesia adalah umat Islam radikal sangat membebani jiwa umat
Islam secara umum.
Keduanya merupakan tindakan kekerasan atau ancaman terhadap kehidupan
beragama. Padahal, kejahatan-kejahatan tersebut dilakukan oleh segelintir orang yang
menolak sekaligus tidak percaya lagi dengan sistem dan proses demokrasi yang ada.
Gerakan itu menginginkan perubahan sosial dan politik yang drastis dengan kekerasan.
Di sisi lain, mengambil agama sebagai dasar dipahami secara ekstrim. Namun,
benarkah radikalisme dan terorisme merupakan ciri bawaan dari bentuk keagamaan
masyarakat Indonesia? Berdasarkan analisis keterkaitan Islam dan demokrasi di
Indonesia, keberadaan Islam radikal bukanlah fenomena yang berasal dari Indonesia.
Mereka padat dengan pengaruh luar dari Timur Tengah. Adanya gagasan “Islamisme”
yang mereka sampaikan tidak sepenuhnya mencerminkan keindonesiaan, seperti
gerakan ekstrimis ISIS saat ini.

Ada beberapa strategi radikalisme dan terorisme :


Sangat penting untuk mengetahui strategi/taktik para radikal ini terlebih dahulu agar
pemerintah, ulama, ormas, dan masyarakat luas mengetahui aktivitas mereka.
Strateginya adalah:
a.Analiansi Politik
Kelompok radikal membangun dukungan politik dengan politisi atau pemimpin.
Biasanya saat ada momen politik elektoral atau pilkada. Ada hubungan simbiosis
mutualisme dalam aliansi ini.

b. Mencari dukungan dari tokoh-tokoh Muslim moderat dan organisasi


masyarakat
Karena jumlahnya sedikit, kelompok fanatik ini menjalin hubungan dengan tokoh agama
atau ormas moderat. Mereka telah mengembangkan berbagai taktik, termasuk secara
aktif menekan individu dan praktik Muslim yang berbeda serta organisasi untuk
memerangi mereka.
c.dibandingkan dengan Intrusi MUI
Sejak 2005, kelompok ekstremis menyadari bahwa mereka membutuhkan dukungan
dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang paling kuat. Taktik yang digunakan adalah
menjadi pengurus MUI dan mempromosikan agenda radikalnya atas nama MUI.

d.. Tindakan hukum dan tindakan jalanan


Kelompok Muslim radikal mengembangkan strategi pembelaan yang
mengkombinasikan pembelaan non-judgmental (di luar pengadilan) dengan pembelaan
kontroversial (melalui pengadilan). Mereka seolah sadar bahwa tanpa dukungan produk
yang sah, perjuangan mereka akan sulit berhasil. Namun, mereka juga sadar bahwa
untuk menciptakan produk yang sah yang mendukung program mereka, dibutuhkan aksi
jalanan untuk menekan lembaga peradilan dan pemerintah.

e.Jaringan Aksi Antarprovinsi


Kelompok ekstremis Islam telah lama mengembangkan strategi membangun jaringan
aksi. Mereka berusaha memastikan bahwa setiap aksi didukung oleh kelompok lain.
Sasaran adalah masalah yang kita perjuangkan lebih kuat dan bisa menjadi program
perjuangan bersama.

Upaya mencegah Radikalisme dan Terorisme

a.Langkah pertama untuk menghentikan radikalisme dan aksi terorisme adalah


menghadirkan ilmu pengetahuan dengan cara yang benar. Pengenalan ilmu ini
harus sangat ditekankan kepada siapa saja, terutama generasi muda. Hal itu
karena pikiran generasi muda masih mengembara karena rasa ingin tahunya,
apalagi ketika dihadapkan pada sesuatu yang baru seperti memahami suatu isu
dan dampak globalisasi.

b.Pemahaman ilmu yang benar dan benar


Hal kedua yang dapat dilakukan untuk mencegah paham radikalisme dan aksi
terorisme adalah pemahaman ilmu yang benar dan benar. Setelah pengenalan
ilmu dilakukan secara lengkap dan benar, langkah selanjutnya adalah memahami
ilmu tersebut.

c.Mengurangi Ketimpangan Sosial


Ketimpangan sosial yang terjadi juga dapat menimbulkan wawasan radikalisme
dan aksi terorisme. Oleh karena itu, untuk mencegah kedua hal tersebut terjadi,
perlu dilakukan pengurangan ketimpangan dalam masyarakat. Jika tingkat
pemahaman ekstremisme dan aksi terorisme tidak diinginkan di negara
manapun, termasuk Indonesia, maka kesenjangan antara pemerintah dan rakyat
harus diminimalisir.

d.Menjaga persatuan dan kesatuan


Menjaga persatuan dan kesatuan juga dapat dilakukan melalui upaya
pencegahan paham ekstrimisme dan aksi terorisme di kalangan masyarakat,
perpecahan di tingkat negara.

e.Mendukung Tindakan Damai


Tindakan damai dapat dilakukan khususnya untuk mencegah aksi terorisme.
Kalaupun hal ini sudah terjadi, tindakan tersebut dilakukan sebagai upaya untuk
mencegah agar tindakan tersebut tidak menyebar lebih jauh dan kemungkinan
berhenti.

Hampir semua subjek setuju untuk memiliki pandangan negatif terhadap


radikalisme agama, tetapi ada ulama yang berbagi pemahaman mereka
Radikalisme memiliki dua pengertian, ada yang positif dan ada yang negatif
Afirmasi. Orang-orang dengan pandangan negatif terhadap radikalisme agama
karena menurutnya radikalisme agama adalah paham kelompok yang tidak
memahami agama secara utuh dan mendalam sering menimbulkan sikap
kekerasan bahkan aksi teror atas nama agama untuk mencapai cita-citanya.
Sementara misionaris memiliki konotasi positif, karena menurutnya radikalisme
dalam konteks kembali ke arti asal kata "radix", arti sebenarnya adalah Kalau
mau belajar agama harus sampai ke akarnya. Tapi semua setuju bahwa
radikalisme agama disebabkan oleh ketidaktahuan akan agama ya, belajar
dengan non-ahli, dan itu terlalu sempit.
6.Pembatasan kebebasan berpendapat di era digital

Kebebasan berekspresi dalam bentuk lain sangat erat kaitannya dengan


akademisi dan sebenarnya berpangkal pada penghormatan, perlindungan, dan
pelaksanaan hak atau kebebasan civitas akademika untuk menyampaikan
pandangannya secara tertulis, lisan maupun tulisan.

Dengan kata lain, dalam dunia akademik dan keilmuan, kebebasan


berekspresi (dalam proses belajar mengajar) dan kebebasan akademik
(pengumpulan informasi, analisis informasi, pelaporan hasil penelitian pada
forum ilmiah secara lisan atau tertulis) harus berlaku. Penting untuk
mempertahankan kedua bentuk kebebasan tersebut dalam kerangka
pengembangan ilmu pengetahuan, yang hanya mungkin terjadi jika skeptisisme
dan kritik mencirikan budaya universitas.

Tentu harus segera dipahami bahwa pelaksanaan hak asasi manusia atau
kebebasan dasar tidak berlaku secara mutlak. Kebebasan berbicara tidak boleh
diartikan sebagai kebebasan untuk menghujat, menebar ujaran kebencian, atau
dilakukan dengan motif menyinggung (fitnah), mencemarkan nama baik orang
lain (defamation) atau memfitnah (fitnah). Pembatasan kebebasan oleh undang-
undang ini dilakukan dengan maksud untuk memelihara ketertiban dan
kerukunan masyarakat. Sementara itu, dalam dunia pendidikan arus utama,
kebebasan berpendapat dan kebebasan akademik terutama dibatasi oleh etika
akademik. Apa yang diajarkan, diteliti, ditelaah dan dilaporkan sebagai hasil
ilmiah harus dilakukan sesuai kaidah ilmiah dan dapat dibuktikan secara ilmiah
(tanggung jawab ilmiah-akademis).

Kebebasan berekspresi dan berpendapat dipahami sebagai hak yang terkait


dengan setiap manusia, untuk dimiliki. Kebebasan berbicara digunakan untuk
berkomunikasi pandangan dan pendapat, baik antar individu maupun antar kelompok
(Wiratraman, 2016:51). Kacau Hak asasi manusia atas kebebasan berekspresi dan
berpendapat terkait erat dengan konsep negara hak. Indonesia mengatur kebebasan
berpendapat dan berekspresi dalam pasal 28E pasal tersebut(3) “setiap orang berhak
atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.”Pasal 28F “Setiap
orang berhak atas informasi dan berhak untuk mengumpulkan informasi
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari dan
berprestasi mengatur diri sendiri, mentransmisikan informasi melalui semua jenis
saluran tersedia." Sekarang, warga negara dapat secara legal mengekspresikan kritik
mereka terhadap kebijakan apa pun Kebijakan publik dirumuskan oleh pemerintah dan
organisasi negara, sehingga jika kebijakan tersebut Jika tidak memenuhi tujuan dari
kebijakan publik, maka kebijakan tersebut boleh dikendalikan oleh rakyat itu sendiri.
Belakangan ini, berbagai organisasi berdedikasi.
Karena kebebasan berbicara telah muncul. Tujuan sebagian besar organisasi
adalah untukharus ada cara bagi warga negara untuk mengungkapkan semua pendapat
dan saran, pendapat, dan saran mereka akan dikomunikasikan oleh organisasi-
organisasi ini atau membantu pembuat keputusan mendengarkan. Menjadikan
kehidupan bernegara dan bernegara terikat menjadi satu. Namun, proses kebebasan
berbahasa Indonesia tidak lepas dari penyalahgunaan kebebasan berbicara, karena
Penyalahgunaan kebebasan berbicara dapat menyebabkan perpecahan jangka
panjang.Tanpa kontrol, kebebasan berbicara dilanggar. Tanpa kontrol eksplisit,warga
akan terlalu percaya bahwa semua kebijakan pasti akan gagal dan organisasi mereka
akan menentang pembentukan kebebasan berbicara dan akan dipertimbangkan
kebijakan yang tidak tepat.
=> Hal yang dapat dilakukan seseorang untuk mengungkapkan pendapat Kita juga
harus bertindak secara etis ketika kita mengungkapkan pendapat kita
1) Ekspresikan pendapat Anda dengan sopan
Jadi kalau mau mengeluarkan pendapat harus sopan dan santun, tidak gunakan bahasa
kasar atau sumpah serapah saat ini terjadi untuk menyebabkan rasa sakit pada orang
lain.
2) Mengetahui kemampuan mengenal diri sendiri
Jika kita ingin menyampaikan pendapat, kita juga perlu mengetahui kapasitas
informasinya dalam diri kita, jadi ketika kita mengeluarkan pendapat, asalnya jelas
Jangan menimbulkan konflik saat Anda berdebat.
3) Membuat argumen yang kuat
Jadi ketika kita berdebat, kita harus memiliki argumen yang kuat agar kita tidak salah
berbicara
4) Jangan menyela lawan bicara
Ketika kita berbicara, kita harus memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama.
dan biarkan yang lain berbicara bagaimana mengungkapkan pendapatnya sampai
selesai setelah selesai, beri tahu orang lain pendapat Anda.
5) Jangan menyerang orang lain
Jika lawan bicara mengungkapkan pendapatnya, kami tidak menyerang lawan
bicara,bahkan jika kita tidak setuju dengan dia. Jadi yang menghalangi kita menerima
pendapat adalah kita tidak menerima pendapat kemudian ada keputusan langsung oleh
otoritas negara. Apapun keputusannya

7.Maraknya korupsi oleh pemerintah negara indonesia


Kasus korupsi di Indonesia memang sudah merembet ke berbagai level dan lini
birokrasi. Ketika otonomi daerah (otda) direalisasikan, banyak yang menyambutnya
dengan optimisme. Rasa jenuh dan rapuh dari kekuatan monolitik yang berada di Pusat,
disadari atau tidak, telah melahirkan era baru yang dipandang mampu menyejahterakan
masyarakat. . Otonomi daerah diharapkan dapat mengeluarkan potensi kearifan lokal
untuk mengurangi kesenjangan ekonomi antar daerah, kesejahteraan yang lebih merata,
rakyat yang lebih sejahtera, bangsa yang lebih mandiri, lebih mapan dan semangat lokal
-global ekonomi muncul untuk melepaskan stimulan baru dalam membangun negara.
lembaga kehidupan berbangsa dan bernegara.
Penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia telah mengalami lompatan
dari sentralisasi ke desentralisasi, setelah diberlakukannya Undang-Undang Digital. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Namun sayangnya, pengesahan undang-
undang ini tidak didasari oleh kemauan politik nyata dari pemerintah, melainkan hanya
sebagai respon untuk meredam munculnya tuntutan dari beberapa wilayah Indonesia
yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. . UU No. 22
Tahun 1999 diubah atau bahkan diganti dengan UU No. 32 tahun 2004 lalu UU No.
Desember 2008. Dilihat dari pikirannya, UU No. 32 Tahun 2004 seolah-olah ditujukan
untuk memperkuat otonomi daerah, terutama dengan mengubah pelaksanaan
pemilihan kepala daerah menjadi dipilih terlebih dahulu oleh DPRD, kemudian langsung
oleh rakyat. Namun, jika kita melihat lebih dalam, kita akan melihat bahwa ada
semangat penolakan desentralisasi dan otonomi daerah, meninggalkan undang-undang
untuk diganti dengan undang-undang. 23 tahun 2014
Sejak diberlakukannya otonomi daerah, daerah-daerah tersebut menjadi sarang
korupsi yang semakin sulit dikendalikan. Para bupati/walikota, para anggota dewan,
seperti penguasa baru yang seenaknya menggunakan pedang kekuasaan untuk
memuaskan insting dan amukan politiknya. Realitas korupsi di era reformasi yang
semakin merajalela di daerah dan melibatkan semakin banyak aktor tentu
menggambarkan ironi desentralisasi. Yang paling memprihatinkan, sebagian besar
korupsi di daerah justru dilakukan oleh Kepala Daerah dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPRD) yang jelas-jelas dipilih oleh rakyat.

Penyebab Korupsi di Indonesia


Mengutip dari Journal of Progressive Justice Fakultas Hukum Universitas Bandar
Lampung penyebab korupsi di Indonesia dapat digolongkan menjadi 2 penyebab
internal dan eksternal. Berikut penjelasan lengkapnya;
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Persepsi
korupsi atau pengertian korupsi tentu berbeda. Salah satu penyebab terjadinya korupsi
di Indonesia adalah adanya sikap primitif terhadap praktik korupsi, karena tidak jelas
batas-batas istilah korupsi. Meskipun ada beberapa perbedaan pandangan tentang
korupsi.
Kualitas moral dan integritas pribadi juga memegang peranan penting penyebab
korupsi di Indonesia dari faktor internal. Adanya keserakahan manusia, tekanan
ekonomi dan harga diri yang rendah dapat menyebabkan seseorang melakukan korupsi.
Untuk beberapa pernyataan ahli menyimpulkan beberapa poin tentang penyebab
korupsi di Indonesia sebagai berikut:
a.warisan kekuasaan kolonial.
b.kemiskinan dan ketimpangan.
c.gaji rendah.
d.persepsi populer.
e.Tidak cukup pengetahuan di bidang ini.

2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor
eksternal penyebab korupsi di Indonesia adalah sebagai berikut;
1.Hukum
Sistem hukum di Indonesia untuk memberantas korupsi masih sangat lemah.
Hukum diterapkan tidak semestinya, pejabat mudah disuap sehingga masyarakat
mudah melanggar.
2.Politik
Monopoli kekuasaan menjadi sumber korupsi, karena tidak ada kontrol oleh
organisasi yang mewakili kepentingan masyarakat. Faktor yang sangat dekat dengan
munculnya korupsi adalah budaya penyalahgunaan kekuasaan yang berlebihan, dalam
hal ini munculnya KKN. Situasi korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) masih sangat
tinggi dan belum ada sistem kontrol yang baik, sehingga masyarakat menganggap
korupsi itu biasa.
3.Sosial
Lingkungan sosial juga dapat mendorong seseorang untuk melakukan perilaku
korupsi. Korupsi adalah budaya pejabat daerah dan tradisi mengemis yang
disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Menurut bidang psikologi, ada dua teori yang menyebabkan terjadinya korupsi,
yaitu teori medan dan teori kepribadian lima besar.
a.Teori lapangan berpandangan bahwa perilaku manusia merupakan hasil interaksi
antara faktor kepribadian dan lingkungan atau dengan kata lain lingkungan hidup
seseorang meliputi dirinya dan lingkungannya, yaitu lingkungan psikologi (psychology)
yang ada pada diri orang tersebut. Melalui teori ini, jelas bahwa perilaku koruptif dapat
dianalisis atau diprediksi memiliki dua pilihan motivasi, yaitu dari perspektif lingkungan
atau kepribadian.
b.Teori kedua adalah teori lima besar kepribadian. Teori ini merupakan suatu konsep
yang berpandangan bahwa kepribadian seseorang terdiri dari lima unsur kepribadian
yaitu, ekstroversi, keramahan, neurotisisme, keterbukaan, dan kesadaran.

8.Penerapan nilai-nilai pancasila dalam pendidikan karakter


Kebanyakan orang menyepelekan makna yang terkandung di dalamnya Pancasila itu
sendiri. Perbedaan yang nyata adalah dari tidak menerapkan nilai-nilai yang terkandung
di dalamnya pancasila pada karakter.Oleh karena itu, memaknai isi nilai pancasila
sebagai: nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, masyarakat dan keadilan Hal
inilah yang perlu dilakukan melalui pendidikan karakter agar dapat Bangsa Indonesia
telah menjadi bangsa yang sangat religius, manusiawi dan berbudi luhur dan berguna
bagi diri sendiri, bagi masyarakat, bagi bangsa dan bagi negara. Mendidik identitas dan
budaya bangsa untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih
baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan dan penerapan nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan sebagai warga negara
Nilai pendidikan kepribadian
a.Agama :
Sikap dan perilaku patuh dalam menjalankan ajaran agama yang dianutnya,
mentolerir praktik sekte agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b.Kejujuran:
Perilaku yang didasarkan pada usaha untuk mendapatkan seseorang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, perbuatan dan perbuatan.
c.Toleransi:
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap
dan tindakan orang lain selain mereka sendiri.
d. Disiplin
Perbuatan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuhperaturan dan ketentuan yang
berbeda.

d.Bekerja keras:
Perilaku yang menunjukkan upaya nyata dalammengatasi berbagai kendala dalam
belajar dan mengerjakan tugas, serta menyelesaikan pekerjaan rumah lebih baik.
e.Penciptaan :
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menciptakan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang sudah Anda miliki
f.Kemandirian:
Sikap dan perilaku tidak mudah bergantung pada orang lain dalam pelaksanaan
tugasnya sendiri.
BAB III
KESIMPULAN

Penyimpangan dari nilai-nilai inti yang terkandung dalam Pancasila masih sering
terjadi di sekitar kita. Implementasinya sebagian masih belum sesuai dengan isi dan
sifat yang seharusnya. Tidak sedikit juga masyarakat yang belum memahami betul
makna pancasila dan betapa fatalnya penyimpangan dari nilai-nilai inti yang terjadi.
Persatuan negara adalah salah satu hal yang akan menderita jika penyimpangan nilai-
nilai Pancasila terus berlanjut di Indonesia. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk
menciptakan gambaran dan kesadaran akan pentingnya hal tersebut dan apa yang
harus dilakukan oleh masyarakat dan negara untuk mengetahuinya, dengan
menggunakan metode analisis kualitatif dengan metode analisis deskriptif yang
menitikberatkan pada kasus-kasus yang menjadi kajiannya. memproses dan
menganalisis hasil dan menarik kesimpulan dari kasus. Hasil penelitian dan analisis
menunjukkan bahwa masih banyak kasus dan kontradiksi pada setiap nilai inti
kebijakan Pancasila terkait dengan penyimpangan nilai-nilai kehidupan sosial dan
pemerintahan Pancasila, sehingga semua warga negara Indonesia harus ditindak lebih
tegas.

DAFTAR PUSTAKA

Nurhadi (2004). Kurikulum 2004. Jakarta: Gramedia.


Meinarno, EA., Juneman. Validasi konkuren skala keber-pancasila-an pada
remaja majasiswa di Jakarta. Insan Media Psikologi. Vol. 14 No 1, April
2012. Hlm.1-13.
Natal Kristiono (2017). Penguatan Ideologi Pancasila Di Kalangan Mahasiswa
Universitas Negeri Semarang. Jurnal Harmoni, No. 2, Volume 2, November
2017. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/harmony/article/view/20171
Nawawi, H . (2012). Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Sahid Gatara dan Sofian, (2011). Pendidikan Kewarganegaraan.Bandung : Fokusmedia.
Sugiyono. (2011), Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Sastrapratedja. (2001). Pancasila Sebagai Visi dan Referensi Kritik Sosial.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Somantri, N. (1976). Metode Mengajar Civics. Jakarta: Erlangga.
Somantri, Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung:PT.
Remaja Rosdakarya.
Wahab & Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan.
Bandung: Alfabeta.
Zuldafrial. (2009). Penelitian Kuantitatif. Pontianak: STAIN Pontianak Press
Mahfud, M D. (2009). Pancasila Hasil Karya dan Milik Bersama. Makalah pada
Kongres Pancasila di UGM tanggal 30 Mei 2009
Meinarno, EA., Suwartono, C. (2013). Identitas etnis, Pancasila, dan identitas
nasional: Remaja Indonesia menatap masa depan. Dalam buku Menongkah
arus globalisasi: Isu-isu psikologi di Malaysia dan Indonesia. Penyunting
Jas Laile Suzana, Yahaya Mahamood dan Zahari Ishak.

BIODATA PENULIS
Nama : Anisa Eka Putri Devita Maharani
NIM / Kelas : K4422009 / A
Tempat,Tanggal Lahir : Karanganyar,06 November 2004
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Temon RT1/RW2 Genengan Jumantono
Karanganyar
Nomor Telepon : 082264962312

Anda mungkin juga menyukai