Anda di halaman 1dari 15

RESENSI BUKU

PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK PERGURUAN TINGGI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Pendidikan Pancasila


Dosen Pengampu: Bapak Akbar Tanjung, M. Pd.

Disusun Oleh:
Aulia Ulfah 2381070001

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas "RESENSI BUKU PANCASILA UNTUK
PERGURUAN TINGGI." Resensi buku ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
individu mata kuliah Pendidikan Pancasila dengan dosen pengampu Bapak Akbar Tanjung, M.
Pd.

Selain daripada melaksanakan tugas meresensi buku, pada hakikatnya penulis belajar
serta menambah wawasan akan pengetahuan Pancasila. Penulis berharap resensi buku ini bisa
memberikan manfaat dan turut memperkaya wawasan materi para pembaca.

Akhir kata, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dalam segi penulisan,
bahasa, maupun isi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran serta masukan dari pembaca
untuk perbaikan karya tulis selanjutnya.

Wassalaamu'alaikum Wr. Wb.

Cirebon, 13 Oktober 2023 Penulis,


IDENTITAS BUKU

Judul Buku Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi


Pengarang Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasisswan
Tahun Terbit 2016
Kota Terbit Jakarta
Penerbit Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
Jumlah 239 halaman
Halaman
Cetakan ke 1 (Satu)
ISBN 978-602-6470-01-0
ANALISIS BUKU PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK PERGURUAN
TINGGI

A. Sinopsis Buku

Buku Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi yang dibuat oleh Direktorat
Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan terdiri dari tujuh bab. Bab pertama membahas
latar belakang pendidikan Pancasila, kebijakan nasional pembangunan bangsa dan karakter,
landasan hukum pendidikan Pancasila, kerangka konteks pendidikan Pancasila, visi dan
misi, tujuan pendidikan Pancasila, desain mata kuliah, kompetensi inti dan kompetensi dasar.
Bab kedua membahas Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia, mengkaji dinamika
Pancasila pada era pra kemerdekaan, awal kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, dan
Reformasi. Buku ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana Pancasila
menjadi dasar pengaturan pemerintah negara Indonesia.
B. Kekurangan
Kekurangan dari buku Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi yang di karang
oleh Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswan, yaitu:
1.Tidak memberikan contoh konkrit tentang penerapan Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Tidak membahas secara mendalam tentang tantangan dan hambatan dalam
implementasi pendidikan Pancasila di perguruan tinggi.
3. Tidak membahas secara mendalam tentang dampak perubahan zaman terhadap
Pancasila.
4. Banyak nya kata-kata yang kurang efektif.
C. Kelebihan
Kekurangan dari buku Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi yang di karang
oleh Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswan, yaitu:
1. Memberikan pemahaman tentang konsep dasar pendidikan Pancasila.
2. Memberikan pemahaman tentang bagaimana Pancasila berkembang seiring dengan
perubahan zaman.
3. Mahasiswa dapat menjadikan buku ini sebagai referensi tentang pendidikan Pancasila
yang mudah dipahami.
BAB I
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA

Mata kuliah pendidikan Pancasila merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar mahasiswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pengetahuan, kepribadian, dan keahlian,
sesuai dengan program studinya masing-masing. Selain itu, mahasiswa diharapkan mampu
memberikan kontribusi yang konstruktif dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
dengan mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.

Jadi, mata kuliah Pancasila merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan


pendekatan student centered learning, untuk mengembangkan knowledge, attitude, dan skill
mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa dalam membangun jiwa profesionalitasnya sesuai
dengan program studinya masing-masing dengan menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai
kaidah penuntun (guiding principle) sehingga menjadi warga negara yang baik (good
citizenship).
A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pendidikan Pancasila

Nilai-nilai Pancasila telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak sebelum


dirumuskan menjadi ideologi nasional negara. Berbagai daerah di Indonesia telah
memegang teguh nilai-nilai tertentu sepanjang sejarah. Nilai-nilai tersebut antara lain:
1. Percaya kepada Tuhan dan toleran
2. Gotong royong
3. Musyawarah
4. Solidaritas atau kesetiakawanan social.

Terkikisnya nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat Indonesia telah menimbulkan


berbagai permasalahan dalam negeri. Oleh karena itu, perlu untuk mengungkap pentingnya
pendidikan Pancasila dalam mengatasi permasalahan tersebut.
1. Masalah Kesadaran Perpajakan

Masih banyak Wajib Pajak Perorangan maupun badan yang belum sadar dalam
memenuhi kewajiban perpajakan. Laporan yang disampaikan masih belum sesuai
dengan harta dan penghasilan yang sebenarnya dimiliki, bahkan banyak kekayaannya
yang disembunyikan. Pendidikan dan kesadaran perpajakan perlu ditingkatkan untuk
meningkatkan kesadaran hukum para mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa.
2. Masalah Korupsi

Indonesia masih menduduki peringkat 88 dalam urutan negara paling korup di


dunia menurut Transparency International pada tahun 2015. Mata kuliah pendidikan
Pancasila perlu diintensifkan di perguruan tinggi agar perilaku koruptif dapat
direduksi, karena mahasiswa merupakan kelompok elit intelektual generasi muda
calon-calon pejabat publik di kemudian hari.

3. Masalah Lingkungan

Citra Indonesia sebagai “paru-paru dunia” semakin memudar akibat deforestasi,


kebakaran hutan, dan polusi dari pabrik dan kendaraan. Permasalahan lingkungan
seperti limbah, pembangunan yang tidak diatur, dan polusi dari pabrik dan kendaraan
menunjukkan perlunya peningkatan kesadaran akan kelestarian lingkungan. Oleh
karena itu peningkatan pendidikan Pancasila di perguruan tinggi dapat membantu
mahasiswa mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan hidup,
mengenal dan menyelesaikan permasalahan lingkungan hidup, serta menghargai nilai-
nilai sejarah dan budaya negara untuk memajukan persatuan.

4. Masalah Disintegrasi bangsa

Reformasi menghasilkan perbaikan dan dampak negatif, termasuk terkikisnya


rasa kesatuan dan persatuan bangsa. Segelintir elit politik di daerah memiliki
pemahaman yang sempit tentang otonomi daerah, yang dapat mengancam kesatuan
dan persatuan bangsa. Kurangnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila
menjadi penyebab permasalahan dan konflik sosial yang terjadi di Indonesia

5. Masalah Dekadensi Moral

Materialisme, pragmatisme, dan hedonisme yang merajalela di masyarakat


sehingga mengikis moralitas dan etika, khususnya di kalangan generasi muda. Media
massa yang menampilkan perilaku asusila seperti pengkhianatan, pergaulan bebas,
bahkan kekerasan telah menjadi hiburan favorit sehingga menyebabkan
meningkatnya perilaku menyimpang di kalangan remaja. Peningkatan pendidikan
Pancasila dapat membantu mengatasi dekadensi moral di masyarakat, khususnya di
kalangan generasi muda, dan menanamkan nilai-nilai Pancasila untuk mengatur etika
bermasyarakat.

6. Masalah Narkoba

Letak geografis Indonesia yang strategis memiliki dampak negatif dalam hal
pemasaran obat-obatan terlarang, yang menyebabkan banyak generasi muda yang
masa depannya suram karena kecanduan narkoba. Sanksi yang diberikan terkesan
kurang tegas sehingga tidak menimbulkan efek jera pada bandar narkoba, dan kasus
narkoba yang ditangani oleh POLRI semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Pendidikan Pancasila perlu ditingkatkan untuk membentengi generasi muda dengan
nilai-nilai Pancasila yang dapat mengatur etika masyarakat dan mencegah dekadensi
moral dalam masyarakat

7. Masalah Penegakan Hukum yang Berkeadilan

Gerakan reformasi bertujuan mereformasi sistem hukum dan meningkatkan


kualitas penegakan hukum, yang ditentukan oleh kesadaran hukum masyarakat dan
profesionalitas aparatur penegak hukum. Mata kuliah pendidikan Pancasila perlu
ditingkatkan untuk meningkatkan kesadaran hukum para mahasiswa sebagai calon
pemimpin bangsa. Pendidikan Pancasila juga dapat membantu meningkatkan kontrol
sosial dalam masyarakat yang notabene semakin permisif dan mencegah dekadensi
moral dalam masyarakat

8. Masalah Terorisme

Terorisme merupakan masalah besar yang dihadapi Indonesia saat ini, dan
faktor dominan dalam penegakan hukum adalah faktor manusianya, yaitu kesadaran
hukum masyarakat dan profesionalitas aparatur penegak hukum. Kelompok teroris
mudah terpengaruh paham ekstrim karena himpitan ekonomi, rendahnya tingkat
pendidikan, dan pemahaman keagamaan yang kurang komprehensif. Pendidikan
Pancasila perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kesadaran hukum para mahasiswa
sebagai calon pemimpin bangsa dan membentengi mereka dengan nilai-nilai
Pancasila yang dapat mengatur etika masyarakat

Adapun visi dan misi mata kuliah pendidikan Pancasila adalah sebagai berikut:

Visi Pendidikan Pancasila


Terwujudnya kepribadian sivitas akademika yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila.

Misi Pendidikan Pancasila

1. Mengembangkan potensi akademik peserta didik (misi psikopedagogis).


2. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat, bangsa
dan negara (misi psikososial).
3. Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan (misi
sosiokultural).
4. Mengkaji dan mengembangkan pendidikan Pancasila sebagai sistem pengetahuan
terintegrasi atau disiplin ilmu sintetik (synthetic discipline), sebagai misi akademik
(Sumber: Tim Dikti)

B. Alasan Diperlukannya Pendidikan Pancasila

Pendidikan Pancasila diharapkan dapat memperkokoh modalitas akademik


mahasiswa dalam berperan serta membangun pemahaman masyarakat, antara lain:

1. Kesadaran gaya hidup sederhana dan cinta produk dalam negeri

2. Kesadaran pentingnya kelangsungan hidup generasi mendatang

3. Kesadaran pentingnya semangat kesatuan persatuan (solidaritas) nasiona

4. Kesadaran pentingnya norma-norma dalam pergaulan

5. Kesadaran pentingnya kesahatan mental bangsa

6. Kesadaran tentang pentingnya penegakan hukum

7. Menanamkan pentingnya kesadaran terhadap ideologi Pancasila.

C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Yuridis, dan Politik Pendidikan


Pancasila

1. Sumber Historis Pendidikan Pancasila

Pendidikan Pancasila perlu menggali sumber sejarah sebagai dasar negara


untuk memahami latar belakang, proses, dan makna Pancasila dalam konteks sejarah,
sosial, dan politik bangsa Indonesia. Pendekatan historis dapat memberikan inspirasi
bagi mahasiswa untuk berpartisipasi dalam pembangunan bangsa sesuai dengan
program studi masing-masing dan meningkatkan motivasi kejuangan bangsa serta
motivasi belajar dalam menguasai IPTEKS sesuai dengan prodi masing-masing.
2. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila

Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antarmanusia yang


mengkaji latar belakang, susunan, dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan
dan kelompok masyarakat, serta masalah-masalah sosial dan perubahan dalam
masyarakat. Melalui pendekatan sosiologis, mahasiswa diharapkan dapat mengkaji
struktur sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, dan masalah-
masalah sosial yang patut disikapi secara arif dengan menggunakan standar nilai-nilai
yang mengacu pada nilai-nilai Pancasila.

3. Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila

Negara Republik Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat) dan


pemerintahan berdasarkan hukum (rule of law) yang didasarkan pada Pancasila
sebagai dasar negara. Pendekatan yuridis (hukum) dalam pengembangan atau
pengayaan materi pendidikan Pancasila penting untuk menegakkan Undang-Undang
(penegakan hukum) dan penegakan hukum yang efektif, serta meningkatkan
kesadaran warga hukum negara terutama dari kalangan intelektualnya.

4. Sumber Politik Pendidikan Pancasila

Fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia merupakan salah satu sumber


pengayaan materi pendidikan Pancasila untuk mewujudkan kehidupan politik yang
ideal sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pendekatan politik dalam pengembangan
materi pendidikan Pancasila penting untuk menemukan nilai-nilai ideal yang menjadi
kaidah penuntun dalam mengkaji konsep-konsep pokok dalam politik dan
memberikan kontribusi konstruktif dalam menciptakan struktur politik yang stabil dan
dinamis.

D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pendidikan


Pancasila

1. Dinamika Pendidikan Pancasila

Penyelenggaraan pendidikan Pancasila mengalami perubahan bentuk dan


intensitas dari waktu ke waktu, mulai dari pidato tokoh nasional hingga penerbitan
buku dan dimasukkannya pendidikan Pancasila ke dalam kurikulum nasional.
Tantangannya saat ini adalah bagaimana menerapkan pendidikan Pancasila secara
efektif di berbagai program studi, baik dari faktor internal perguruan tinggi maupun
tantangan eksternal seperti krisis kepemimpinan dan gaya hidup hedonis di
masyarakat.

2. Tantangan Pendidikan Pancasila

Pancasila merupakan ideologi dan dasar negara sejak kemerdekaan, dan telah
menjadi konsensus bangsa untuk dipahami, dihayati, dan diamalkan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Adapun tantangan
pendidikan Pancasila dapat berasal dari faktor internal perguruan tinggi, seperti
ketersediaan sumber daya dan semakin meningkatnya spesialisasi program studi,
sehingga dapat menyebabkan rendahnya minat terhadap pendidikan Pancasila di
kalangan sebagian mahasiswa. Tantangan eksternal antara lain krisis
kepemimpinan elite politik dan maraknya gaya hidup hedonis di masyarakat.

E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pendidikan Pancasila untuk Masa


Depan

Menurut penjelasan pasal 35 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, yang dimaksud dengan mata kuliah pendidikan
Pancasila adalah pendidikan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan kepada
mahasiswa mengenai ideologi bangsa Indonesia.

Dengan landasan tersebut, Ditjen Dikti mengembangkan esensi materi pendidikan


Pancasila yang meliputi:

1. Pancasila sebagai dasar negara


2. Pencasila sebagai ideologi negara
3. Pancasila sebagai sistem filsafat
4. Pancasila sebagai sistem etika
5. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.
BAB II
PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA INDONESIA

Pancasila merupakan dasar resmi Negara kebangsaan Indonesia sejak 18 Agustus


1945. Hal ini terjadi karena pada waktu itulah Pancasila disahkan oleh PPKI, lembaga atau
badan konstituante yang memiliki kewenangan dalam merumuskan dan mengesahkan dasar
negara Indonesia merdeka. Pada awal era reformasi 1998 muncul anggapan bahwa Pancasila
sudah tidak berlaku lagi karena sebagai produk rezim Orde Baru. Anggapan ini muncul karena
pada zaman Orde Baru sosialisasi Pancasila dilakukan melalui penataran P-4 yang sarat dengan
nuansa doktrin yang memihak kepada rezim yang berkuasa pada waktu itu.

A. Periode Pengusulan Pancasila

Benih nasionalisme sudah mulai tertanam kuat dalam gerakan Perhimpoenan


Indonesia yang sangat menekankan solidaritas dan kesatuan bangsa. Perhimpoenan
Indonesia menghimbau agar segenap suku bangsa bersatu teguh menghadapi penjajahan dan
keterjajahan. Kemudian, disusul lahirnya Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 merupakan
momen-momen perumusan diri bagi bangsa Indonesia.

Perumusan Pancasila itu pada awalnya dilakukan dalam sidang BPUPKI pertama
yang dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945. BPUPKI dibentuk oleh
Pemerintah Pendudukan Jepang pada 29 April 1945 dengan jumlah anggota 60 orang.
Badan ini diketuai oleh dr. Rajiman Wedyodiningrat yang didampingi oleh dua orang Ketua
Muda (Wakil Ketua), yaitu Raden Panji Suroso dan Ichibangase. BPUPKI dilantik oleh
Letjen Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta, pada 28 Mei 1945.
Sehari setelah dilantik, 29 Mei 1945, dimulailah sidang yang pertama dengan materi
pokokpembicaraan calon dasar negara.

Ir. Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945. Pada hari itu, Ir. Soekarno
menyampaikan lima butir gagasan tentang dasar negara sebagai berikut:

1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia


2. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan.
B. Periode Perumusan Pancasila

Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 - 16 Juli 1945
adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian dikenal
dengan nama Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan
kemerdekaan Indonesia. Pada alinea keempat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan
Pancasila sebagai berikut:

1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini di
kemudian hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan sejumlah perubahan di sana-sini.

C. Periode Pengesahan Pancasila

Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yakni 18 Agustus 1945, PPKI


bersidang untuk menentukan dan menegaskan posisi bangsa Indonesia dari semula bangsa
terjajah menjadi bangsa yang merdeka. PPKI yang semula merupakan badan buatan
pemerintah Jepang, sejak saat itu dianggap mandiri sebagai badan nasional. Atas prakarsa
Soekarno, anggota PPKI ditambah 6 orang lagi, dengan maksud agar lebih mewakili seluruh
komponen bangsa Indonesia. Mereka adalah Wiranatakusumah, Ki Hajar Dewantara,
Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, Iwa Koesoema Soemantri, dan Ahmad Subarjo.

Indonesia sebagai bangsa yang merdeka memerlukan perangkat dan kelengkapan


kehidupan bernegara, seperti: Dasar Negara, Undang-Undang Dasar, Pemimpin negara, dan
perangkat pendukung lainnya. Putusan-putusan penting yang dihasilkan mencakup hal-hal
berikut:

1. Mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara (UUD 1945) yang terdiri atas Pembukaan
dan Batang Tubuh. Naskah Pembukaan berasal dari Piagam Jakarta dengan sejumlah
perubahan. Batang Tubuh juga berasal dari rancangan BPUPKI dengan sejumlah
perubahan pula.
2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama (Soekarno dan Hatta).
3. Membentuk KNIP yang anggota intinya adalah mantan anggota PPKI ditambah tokoh-
tokoh masyarakat dari banyak golongan. Komite ini dilantik 29 Agustus 1945 dengan
ketua Mr. Kasman Singodimejo.

Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia.
4.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

a. Alasan Diperlukannya Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

Perlunya Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia, yaitu:

(1). Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia


(2). Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia
(3). Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa Indonesia
(4). Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa
(5). Pancasila sebagai Perjanjian Luhur

b. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam


Kajian Sejarah Bangsa Indonesia

(1). Argumen tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa

Sifat Pancasila yang dinamis sebagai ideologi negara menyebabkan


terus berkembang dan beradaptasi terhadap perubahan zaman. Proses
perumusan Pancasila melibatkan berbagai faktor sejarah dan budaya, dan
penerapannya memerlukan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan
pendidikan dan memajukan nilai-nilainya di kalangan masyarakat
Indonesia.

(2). Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila dalam Kehidupan


Berbangsa dan Bernegara

Salah satu tantangan yang dihadapi Pancasila dalam kehidupan


berbangsa adalah kecenderungan menempatkan nilai-nilainya pada posisi
yang tidak mencerminkan realitas bangsa sehingga menimbulkan
penyimpangan terhadap pelaksanaan Pancasila yang sebenarnya. Misalnya,
pengangkatan presiden seumur hidup oleh MPRS pada tahun 1960
bertentangan dengan Pasal 7 UUD 1945 yang menyatakan bahwa presiden
dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun dan dapat dipilih
kembali.

c. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa


Indonesia untuk Masa Depan

(1). Essensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa

Pada hakikatnya Pancasila merupakan Philosofische Grondslag


(dasar filsafat) dan Weltanschauung (pandangan dunia). Sebagai
Philosofische Grondslag, Pancasila merupakan dasar filosofis negara dan
setiap produk hukum di Indonesia harus berlandaskan nilai-nilai Pancasila.
Sebagai Weltanschauung, Pancasila merupakan pandangan hidup
masyarakat Indonesia yang memadukan nilai-nilai agama, budaya, dan
adat.

(2). Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa

Pemberlakuan Pancasila dipengaruhi oleh pemimpin dan rezim yang


berbeda, sehingga menimbulkan tantangan seperti teridentifikasinya
Pancasila dengan ideologi lain, penyalahgunaan Pancasila untuk
membenarkan kekuasaan rezim tertentu, dan melemahnya pemahaman dan
implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat.
Diperlukan upaya untuk memasyarakatkan pendidikan dan nilai-nilai
Pancasila di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda,
untuk menjaga persatuan dan jati diri bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasisswan. 2016. Pendidikan Pancasila Untuk


Perguruan Tinggi. Jakarta: Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia. Cet: 1, hlm; 11-69.

Anda mungkin juga menyukai