Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH


PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu :

Dr., Nina Nurani, , S.H. M.SI

Disusun Oleh Kelompok 12 (Kelas C) :

Isfah Melani Putri (C10210096)


Salsa Rahmadina (C10210090)
Sendi Rizki Firmansyah (C10210095)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI EKUITAS BANDUNG

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas rahmat
serta hidayahnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian” tepat
pada waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan dari hasil telaahan terhadap Jurnal dengan berkunjung ke sumber
pembelajaran bebasis website dengan issue materi yang ditentukan.

Terimakasih kepada Ibu Dr., Nina Nurani, , S.H. M.SI selaku Dosen Pengampu pada
mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu Penulis dalam penyelesaian makalah.

Penulis dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini, oleh karena itu penulis akan sangat menghargai kritikan dan saran untuk
membangun makalah ini lebih baik lagi. Semoga pembahasan kali ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua

Bandung, 9 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
BAB II TINJAUAN LITERATUR
2.1 LATAR BELAKANG DAN TUJUAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI
2.2 NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI ORIENTASI (CORE VALUE) PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAA
BAB III KASUS
3.1 PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI SALAH SATU KAMPUS DI SUMATERA
UTARA 0
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 PEMBAHASAN KASUS PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI SALAH SATU
KAMPUS DI SUMATERA UTARA
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN2
5.1 KESIMPULAN2
5.2 SARAN2

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan Kewarganegaraan secara umum merupakan bentuk pendidikan


yang mengingatkan akan pentingnya nilai-nilai hak dan kewajiban warga negara
supaya mereka menjadi warga negara yang berpikir tajam dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara. Pemerintah menggunakan mata pelajaran PKN
sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai budaya bangsa serta juga mengenai
kebijakan yang bisa menjadi sumber pengetahuan peserta didik sehingga memiliki
kesadaran untuk dapat membangun negara serta juga bangsa Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran penting bagi para generasi
muda yang akan menjadi warga negara sepenuhnya. Sebab Pendidikan
Kewarganegaraan mengajarkan sikap saling menghargai keragaman, pembelajaran
kolaboratif, dan kreatifitas.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan
2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
3. Nilai-nilai Pancasila sebagai Core Value

1.3 TUJUAN
1. Memahami dan dapat menjelaskan latar belakang serta tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan pada kampus.
2. Membahas serta menelaah kasus yang berhubungan dengan materi.
3. Dapat menyimpulkan serta memberi saran bagi pembaca atas materi yang
sudah dibuat.

1
BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 LATAR BELAKANG DAN TUJUAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI

1. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan yang penting bagi


setiap anak bangsa, karena pendidikan kewarganegaraan dapat menjadi panutan
untuk menghindari perilaku-perilaku yang menyimpang. Di jaman modern
seperti sekarang ini, setiap anak bangsa harus memiliki pendidikan
kewarganegaraan yang baik untuk menghindari perilaku-perilaku menyimpang.
Selain itu, melalui pendidikan kewarganegaraan kita dapat mengetahui sejarah
perjuangan bangsa serta lebih menghargai arti dari kemerdekaan Indonesia.
Sebagai warga negara, kita perlu memiliki wawasan dan kesadaran
bernegara,sikap dan perilaku, cinta tanah air serta mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa dalam rangka bela negara demi keutuhan NKRI. Mempelajari
pendidikan kewarganegaraan juga terdapat di dalam pasal 39 ayat 2 yaitu bahwa
di setiap Jenis,jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan
kewarganegaraan agar kita dapat memahami hak dan kewajiban seorang warga
Negara.Banyak manfaat yang bisa kita pelajari dari pendidikan
kewarganegaraan,seperti kita dapat belajar etika,moral,norma dan masih banyak
lagi yang bisa dapat dari pelajaran ini. Banyak masyarakat yang tidak memahami
pentingnya mempelajari pendidikan kewarganegaraan, contohnya yaitu
demonstrasi yang melanggar hukum, mahasiswa yang bentrok dan tawuran
sesama mahasiswa maka dari kejadian itu sudah jelas bahwa mereka
menyalahgunakan dan tidak memahami dari pelajaran pendidikan
kewarganegaraan ini. Maka dari itu pendidikan kewarganegaraan harus di mulai
dari usia dini, supaya kita dapat memahami pentingnya keadaan lingkungan di
sekitar kita.

2
2. Pengertian Alasan di Perlukannya Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi

Alasan diperlukannya pendidikan Pancasila adalah untuk membangun generasi


bangsa yang cerdas dan berkarakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan agar
mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya mencegah dan menghentikan
berbagai tindak kekerasan dengan cara cerdas dan damai. Dalam kehidupan
politik, para elit politik (eksekutif dan legislatif) mulai meninggalkan dan
mengabaikanbudaya politik yang santun, kurang menghormati fatsoen politik
dan kering jiwa kenegarawanan. Bahkan, banyak politikus yang terjerat masalah
korupsi yang sangat merugikan keuangan negara. Selain itu, penyalahgunaan
narkoba yang melibatkan generasi dari berbagai lapisan menggerus nilai-nilai
moral anak bangsa.
Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya Pancasila diselenggarakan
di perguruan tinggi untuk menanamkan nilai-nilai moral Pancasila kepada
generasi penerus citacita bangsa. Dengan demikian, pendidikan Pancasila
diharapkan dapat memperkokoh modalitas akademik mahasiswa dalam berperan
serta membangun pemahaman masyarakat, antara lain:
1) Kesadaran gaya hidup sederhana dan cinta produk dalam negeri
2) Kesadaran pentingnya kelangsungan hidup generasi mendatang
3) Kesadaran pentingnya semangat kesatuan persatuan (solidaritas) nasional
4) Kesadaran pentingnya norma-norma dalam pergaulan
5) Kesadaran pentingnya kesahatan mental bangsa
6) Kesadaran tentang pentingnya penegakan hukum
7) Menanamkan pentingnya kesadaran terhadap ideologi Pancasila.
Dalam hal ini maka Pendidikan Pancasila kewarganegaraan tetap
diselenggarakan di perguruan tinggi. Meskipun pada tataran implementasinya,
mengalami pasang surut pemberlakuannya, tetapi sejatinya Pendidikan Pancasila
Kewarganegaraan harus tetap dilaksanakan dalam rangka membentengi
moralitas bangsa Indonesia. Dengan demikian, tanggung jawab berada di pundak
perguruan tinggi untuk mengajarkan nilai nilai Pancasila sebagai amanat
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menekankan pentingnya
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini, kecerdasan tidak hanya
mencakup intelektual, tetapi juga mencakup pula kecerdasan emosional, dan

3
kecerdasan spiritual yang menjadi dasar bagi pengembangan kecerdasan bangsa
dalam bentuk kecerdasan ideologis.

3. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi

Pendidikan Lewarganegaraan sangat penting diselenggarakan di


perguruan tinggi. Berdasarkan SK Dirjen Dikti No 38/DIKTI/Kep/2002, Pasal 3,
Ayat (2) bahwa kompetensi yang harus dicapai mata kuliah pendidikan Pancasila
yang merupakan bagian dari mata kuliah pengembangan kepribadian adalah
menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional, dan dinamis, serta
berpandangan luas sebagai manusia intelektual dengan cara mengantarkan
mahasiswa:
1) Agar memiliki kemampuan untuk mengambil sikap bertanggung jawab
sesuai
hati nuraninya.
2) Agar memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan
kesejahteraan
serta cara-cara pemecahannya.
3) Agar mampu mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi dan seni.
4) Agar mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa
untuk menggalang persatuan Indonesia.
Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan nasional,
mempunyai tujuan mempersiapkan mahasiswa sebagai calon sarjana yang
berkualitas, berdedikasi tinggi, dan bermartabat agar:
1) Menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Sehat jasmani dan rohani, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur.
3) Memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan bertanggung jawab sesuai
hari Nurani.
4) Mampu mengikuti perkembangan IPTEK dan seni.
5) Mampu ikut mewujudkan kehidupan yang cerdas dan berkesejahteraan
bagi bangsanya.
Secara spesifik, tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di
perguruan tinggi adalah untuk:

4
1) Memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa
melalui revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar kehidupan
bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara.
2) Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar
Pancasila kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, dan
membimbing untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
3) Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi
terhadap berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara melalui sistem pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila
dan UUD Negara RI Tahun 1945.
4) Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilainilai
ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air, dan kesatuan bangsa,
serta penguatan masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan, dan
bermartabat berlandaskan Pancasila, untuk mampu berinteraksi dengan
dinamika internal daneksternal masyarakat bangsa Indonesia.

Dengan demikian, berdasarkan ketentuan dalam pasal 35 ayat (3) Undang-


Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012, ditegaskan bahwa
penyelenggaraan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi itu wajib
diselenggarakan dan sebaiknya diselenggarakan sebagai mata kuliah yang berdiri
sendiri dan harus dimuat dalam kurikulum masing-masing perguruan tinggi.
Dengan demikian, keberadaan mata kuliah pendidikan Pancasila merupakan
kehendak negara, bukan kehendak perseorangan atau golongan, demi
terwujudnya tujuan negara.

2.2 NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI ORIENTASI (CORE VALUE)


PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

1. Internalisasi Pancasila dan Nasionalisme dari Masa ke Masa

Pancasila sebagai ideologi negara telah disepakati oleh the founding fathers
sejak tahun 1945. Namun nilai-nilai Pancasila tidak berarti telah terinternalisasi
dalam diri bangsa Indonesia. Untuk beberapa lama, Pancasila seperti hanya

5
menjadi ungkapan simbolis kenegaraan tanpa jelas implementasinya, baik dalam
kehidupan kenegaraan maupun kemasyarakatan. Penafsiran Pancasila pun
kadang menjadi bermacam-macam tergantung golongannya bahkan tergantung
pada arus politik yang berkuasa.
Upaya untuk menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila telah dilakukan pada
masa pemerintahan Presiden Soekarno di tahun 1960-an, dalam kerangkan nation
and character building. Upaya ini dilakukan untuk meng-Indonesiakan orang
Indonesia yang disesuaikan dengan visi dan misi politik penguasa pada masa itu.
Oleh karena itu, bahan-bahan yang diberikan pun bukan hanya tentang Pancasila
dan UUD 1945, tetapi juga bahan-bahan yang berisi pandangan politik penguasa
masa itu. Upaya nation and character building ini bukan hanya untuk masyarakat
luas pada umumnya, namun juga dilakukan melalui jalur pendidikan formal,
misalnya melalui mata pelajaran Civics. Sejarah mencatat, bahwa pada periode
selanjutnya, yakni pada masa Orde Baru, apa yang dilakukan oleh rezim Orde
Lama itu dipandang sebagai sebuah upaya indoktrinasi.
Internalisasi nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai nasionalisme melalui jalur
sekolah lebih diperjelas lagi dengan keluarnya Kurikulum 1975, di mana terdapat
mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) sebagai pengganti nama PKN.
Dari namanya saja sudah tersirat bahwa mata pelajaran ini dimaksudkan untuk
menginternalisasi nilai-nilai Pancasila kepada para pelajar. Upaya
menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila secara meluas kepada semua lapisan
masyarakat, birokrasi, dan persekolahan dilakukan oleh penguasa Orde Baru
dengan ditetapkannya Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). P4
pada awalnya dilandasi oleh upaya dari pemerintah yang menginginkan agar
nilai-nilai Pancasila dapat dengan mudah dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh
seluruh warga negara. P4 juga berpengaruh pada kurikulum persekolahan dan
perguruan tinggi. Kurikulum PMP tahun 1984 dan terutama kurikulum PPKn
(Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) 1994 secara jelas menjabarkan
nilai-nilai Pancasila dan nasionalisme yang telah diuraikan di dalam P4.
Kurikulum Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi, juga tidak lepas dari
pengaruh P4. Diseminasi P4 melalui jalur pendidikan formal bukan hanya
melalui kurikulum melainkan juga melalui penataran P4 untuk siswa dan
mahasiswa baru.

6
2. Era Orde Lama

a. Pemberlakuan Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Undang-


Undang Dasar Sementara 1950; Pasal 134 UUDS 1950, Konstituente
ditugaskan untuk membentuk UUD baru.
b. Mulai muncul silang-pendapat yang hendak melakukan interpretasi ulang
terhadap Pancasila.
c. Perdebatan di konstituante: Piagam Jakarta atau Pancasila yang disahkan
18 Agustus 1945, hasilnya mengalami kebuntuan.
d. Dekrit 5 Juli 1959: Pembubaran konstituante, UUD 1945 kembali
berlaku, pembentukan MPRS.
e. Soekarno menafsirkan Pancasila sebagai kesatuan paham dan doktrin
“Manipol/USDEK” untuk menyatukan fragmentasi ideologi di
masyarakat yang terbelah dalam kubu Nasionalis, Islam, dan Komunis.
(TAP MPRS No. I/MPRS/1960)

3. Era Orde Baru

a. Pada peringatan hari lahir Pancasila, 1 Juni 1967 Soeharto mengatakan,


“Pancasila makin banyak mengalami ujian zaman dan makin bulat tekad
kita mempertahankan Pancasila.”
b. Menurut Soeharto, perdebatan soal pancasila telah menghabiskan energi
bangsa dan harus segera diakhiri. Selanjutnya, saatnya bangsa
mengamalkan pancasila dan bukan memperdebatkannya.
c. Soeharto meninjau TAP MPRS No. I/MPRS/1960 dan UU 22/1961
tentang Perguruan Tinggi dengan menghapus istilah Manipol/USDEK
(TAP MPRS no XXXIV/MPRS/1967).
d. Karena kekhawatiran perbedaan berlarut-larut terkait Pancasila, Soeharto
pada 13 April 1968 menetapkan Inpres no.12/1968 yang membakukan
susunan dan kata-kata dalam Pancasila.
e. Untuk melaksanakan Pancasila “secara murni dan konsekuen”, pada 22
Maret 1978 ditetapkan TAP MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.

7
f. Pada saat orde baru berkuasa, Pancasila merupakan seperangkat ideologi
untuk menopang kekuasaan rezim yang otoriter.
g. Anggota, tokoh, maupun organisasi yang berusaha menyuarakan suara
kritis terhadap kebijakan pemerintah Soeharto akan dicap sebagai anti-
Pancasila (tidak pancasilais).

4. Era Reformasi

a. Di era reformasi, dilakukan amandemen UUD 1945, dengan persyaratan


antara lain: tidak mengubah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan tetap mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
b. Amandemen UUD 1945 mengatur lebih lengkap hak asasi manusia
dibandingkan sebelum amandemen.
c. Meluasnya jaminan hak-hak asasi manusia melalui pasal-pasal di dalam
UUD 1945 merupakan kemajuan dalam membangun pondasi hukum
bernegara.
d. Namun di satu sisi, masyarakat masih mengalami fobia terhadap apa-apa
saja yang berbau Orde Baru, termasuk di dalamnya fobia atas Pancasila.
e. Adanya stigma negatif terhadap Pancasila mengakibatkan memudarnya
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
f. Di sisi yang lain, Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara harus tetap
dipertahankan.
g. Untuk itu, diperlukan upaya untuk memahami kembali cita-cita bangsa
yang dicerminkan di dalam Pancasila.
h. Keberadaan nilai-nilai Pancasila perlu terus dibina, dikembangkan dan
dilestarikan.

5. Pancasila Sebagai Kristalisasi Nilai-Nilai Bangsa

 Tidak ada bangsa yang dapat mencapai kebesaran jika bangsa itu tidak
percaya kepada sesuatu, dan jika tidak sesuatu yang dipercayainya itu
memiliki dimensi moral guna menopang peradaban. (John Gardner:1992)
8
 Para pendiri bangsa Indonesia sadar bahwa mendirikan sebuah bangsa
perlu pedoman hidup. Mereka sangat sadar bahwa negara-bangsa yang
akan mereka bentuk memerlukan sebuah citacita, arah-tujuan, dan filosofi
dasar pembentukannnya.
 Proses perumusan Pancasila bukan proses yang tiba-tiba, melainkan suatu
proses perenungan mendalam (refleksi) dari para pendiri negara (Kaelan,
2008: 38-44).
 Pancasila sebagai pandangan hidup berakar dalam kepribadian bangsa
yang merupakan cerminan dan jiwa bangsa Indonesia (Kaelan, 2008: 28).
 Dalam artian, nilai-nilai Pancasila telah ada dan hidup dalam alam
pikiran dan tindakan bangsa indonesia, bahkan sebelum kemerdekaan.

6. Revitalisasi Peran PKN

Dalam dua undang-undang sistem pendidikan nasional terakhir, yaitu UU


No. 2 tahun 1989 dan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pendidikan Kewarganegaraan selalu dinyatakan sebagai program atau
mata pelajaran yang harus ada pada setiap jenjang pendidikan, dari sekolah dasar
sampai dengan perguruan tinggi. Pada masa reformasi rekarang ini, Pendidikan
Kewarganegaraan tampaknya perlu dilakukan revitalisasi dan reorientasi, baik
menyangkut tujuan, misi, kompetensi yang diharapkan, materi, pendekatan dan
strategi pembelajarannya. Dengan revitalisasi dan reorientasi ini, diharapkan
Pendidikan Kewarganegaraan tidak terjebak lagi menjadi program indoktrinasi
politik penguasa.

9
BAB III

KASUS

3.1 PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI SALAH SATU KAMPUS DI


SUMATERA UTARA

Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumatera Utara


(Sumut) mengatakan sebanyak 47 orang yang diamankan dalam kasus narkotika
jenis ganja, dan 31 orang terbukti penyalahgunaan narkoba di salah satu kampus
di Sumatera Utara. "Sedangkan 16 orang lagi negatif dan tidak terbukti pemakai
narkoba, maka mereka dibebaskan oleh petugas BNNP Sumut," ujar Toga, dalam
rilis penangkapan kasus narkoba di BNNP Sumut, Medan, Senin, 11 Oktober
2021. Ia menyebutkan, dari jumlah 31 orang ditangkap, 20 di antaranya adalah
mahasiswa , alumni, dan mahasiswa dari universitas lain. "Sedangkan 11 orang
lagi dari warga masyarakat," ujarnya. Toga menjelaskan, penggerebekan di
Kampus itu terjadi pada Sabtu, 9 Oktober 2021, sekitar pukul 22.00 WIB, dan
mengamankan barang bukti narkotika jenis ganja seberat 508,6 gram. "Dalam
razia yang dilakukan BNNP Sumut di Kampus itu, tidak hanya menangkap para
pemakai narkoba, tetapi juga para pengedar narkoba yakni JHS (mahasiswa) dan
D (mahasiswi)," katanya pula. Data yang diperoleh dari BNNP Sumut, 31 orang
mahasiswa, alumni, dan warga yang diamankan di Kampus .
Sumber : https://tekno.tempo.co/read/1516288/penyalahgunaan-narkoba-
di-kampus-bnnp-47-diamankan-31-terbukti-11-warga/full&view=ok

10
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. PEMBAHASAN KASUS PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI


SALAH SATU KAMPUS DI SUMATERA UTARA

Pada kasus ini dijelaskan bahwa terdapat sejumlah mahasiswa yang


melakukan tindakan pelanggaran hukum yaitu menyalahgunakan narkotika jenis
ganja. Tindakan ini merupakan tindakan tidak terpuji yang tidak mencerminkan
diri seorang mahasiswa sebagai pelopor dan generasi penerus bangsa di Indonesia.
Tindakan ini juga sangat melenceng jauh dari latar belakang pendidikan
kewarganegaraan pada kampus, dimana sebagai warga negara khususnya
mahasiswa perlu memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, sikap dan perilaku,
cinta tanah air, serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka
bela negara demi keutuhan NKRI.
Jika tindakan pelanggaran hukum seperti ini terjadi lagi pada para
mahasiswa di Indonesia tentunya akan membawa dampak buruk bagi
pembangunan generasi bangsa yang cerdas dan berkarakter sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila.
Langkah tepat yang harus dilakukan pemerintah pada pelaku pelanggaran
hukum ini yaitu memberi tindakan sanksi tegas sesuai dengan undang-undang
yang berlaku. Dan juga untuk pencegahan, kompentensi Pendidikan
Kewarganegaraan dan Pancasila pada kampus harus dipertegas berdasar pada SK
Dirjen Dikti No.38/DIKTI/Kep/2002, Pasal 3, Ayat (2) bahwa kompetensi yang
harus dicapai adalah menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional, dan
dinamis.
Sebagai mahasiswa wajib menyadari latar belakang Pendidikan Pancasila
pada kampus serta tujuannya ,terutama Pendidikan Pancasila bertujuan untuk
memberikan pemahaman dan pengkhayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar
Pancasila kepada mahasiswa sebagai warga negara Indonesia, dan membimbing
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

11
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan


Kewarganegaraan sangat penting untuk menjadi pembelajaran di perguruan
tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan salah satunya bertujuan untuk memberikan
pemahaman dan pengkhayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila kepada
mahasiswa sebagai warga negara Indonesia, dan membimbing untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pendidikan Kewarganegaraan juga perlu berdasar pada nilai-nilai Pancasila.

5.2. SARAN
Sebagai mahasiswa seharusnya dapat memahami secara sungguh-
sungguh latar belakang dan tujuan Pendidikan Pancasila serta menjadikan nilai-
nilai Pancasila sebagai orientasi pada pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.

12

Anda mungkin juga menyukai