Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN

PELAKSANAAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Dahlil Marjon, SH. MH

Oleh Kelompok 1 :

1. Abi Maulana Kurnia Batubara (2210611069)

2. Dona Senia (2210611073)

3. Muazaratul Khaira (2210612103)

4. Putri Lestari (2210443023)

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berupa
makalah ini dengan baik dan tanpa suatu kendala berarti.

Tidak lupa kami dari kelompok 1 yang beranggotakan 4 orang, yakni:

1) Abi Maulana Kurnia Batubara (2210611069)


2) Dona Senia (2210611073)
3) Muazaratul Khaira (2210612103)
4) Putri Lestari (2210443022)

mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Kewarganegaraan, Bapak


Dr. Dahlil Marjon, SH. MH yang telah membimbing dan memberi arahan dalam
penyusunan makalah ini. Begitu pula kepada teman-teman seperjuangan yang
telah memberi masukan dan pandangan kepada kami selama menyelesaikan
makalah ini.

Makalah berjudul “Pelaksanaan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi” ini


disusun untuk memenuhi tugas semester 2 mata kuliah Kewarganegaraan.

Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam


penyusunan makalah ini. Karenanya, kami menerima kritik serta saran yang
membangun dari pembaca agar kami dapat menulis makalah secara lebih baik
pada kesempatan berikutnya.

Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat dan berdampak besar
sehingga dapat memberi inspirasi bagi para pembaca, dan pendengar agar
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Padang, 24 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1

A. Latar Belakang ....................................................................................1


B. Rumusan Masalah ...............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................4
A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan..............................................4
B. Tujuan Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
............................................................................................................5
C. Pendidikan Kewarganegaraan Harus dilaksanakan di Perguruan Tinggi...
............................................................................................................8
D. Pelaksanaan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi..............................11

BAB III PENUTUP ......................................................................................15

A. Kesimpulan .........................................................................................15

B. Saran .................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional Pasal 37 menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib
memuat tentang Pendidikan Kewarganegaraan yang bertujuan untuk
membentuk peserta didik Menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air. Dengan telah Dituangkannya Pendidikan
Kewarganegaraan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, ini
berarti bahwa pendidikan kewarganegaraan memiliki Kedudukan yang
sangat strategis dalam pembentukan nationand character Building.
Namun demikian, dalam pelaksanaannya ia sangat rentan terhadap bias
Politik praktis penguasa, sehingga cenderung lebih merupakan instrumen
Penguasa daripada sebagai wahana pembentukan watak bangsa. Sejalan
dengan pemaparan di atas Asep Mahpudz (1996, hlm.281) mengatakan
bahwa :Untuk membangun nasionalisme generasi muda sebagai wujud
pendidikan kewarganegaraan adalah ungkapan perasaan senasib
sepenanggungan dalam lingkup bangsa dalam bentuk kepedulian dan
kepekaan akan masalah-masalah yang dihadapi bangsa, termasuk di
dalamnya masalah yang berkaitan dengan rasa solidaritas sebangsa dan
setanah air. Setidaknya yang dibutuhkan adalah menyangkut aspek
pembinaan nilai-nilai kepribadian dan aspek peningkatan pengetahuan
wawasan kebangsaan. Oleh karena itu, upaya pembinaan nasionalisme
Indonesia pada masa sekarang selayaknya mengutamakan pandangan
dan sikap antisipotoris, berupa pembinaan kemampuan untuk
memperhitungkan perkembangan yang akan terjadi dimasa depan.
Artinya dibutuhkan penanaman sikap menghadapi segala situasi baru

iv
yang belum pernah terjadi dalam kehidupan suatumasyarakat atau suatu
bangsa.

Sejalan dengan perkembangan dan perubahan politik dari era


otoritarian ke Era demokratisasi, Pendidikan Kewarganegaraan telah
menggantikan Pendidikan Kewiraan karena sudah tidak relevan dengan
semangat reformasi dan Demokratisasi. Mata Kuliah Pendidikan Kewiraan
ditinggalkan karena berbagai Alasan, antara lain sebagai berikut:

1) Karena pola pembelajaran yang indoktrinatif Dan monolitik,


2) Muatan materi ajarnya yang sarat dengan kepentingan ideologi Rezim
(orde baru),
3) Mengabaikan dimensi afeksi dan psikomotor.

Dengan Demikian Pendidikan Kewiraan telah keluar dari semangat


dan hakikat Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai dan
pendidikan demokrasi. Menyadari Realitas tersebut, diperlukan upaya
rekonstruksi dan reorientasi Pendidikan Kewarganegaraan melalui Mata
Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Kehadiran Pendidikan Kewarganegaraan (civiceducation) pada


masa Reformasi ini haruslah benar-benar dimaknai sebagai jalan yang
diharapkan akan Mampu mengantar bangsa Indonesia menciptakan
demokrasi, goodgovernance, Negara hukum dan masyarakat sipil yang
relevan dengan tuntutan global. Tentunya ekspektasi ini harus disertai
dengan tindakan nyata bangsa ini, Khususnya kalangan Perguruan Tinggi,
untuk mengapresiasi dan Mengimplementasikan Pendidikan
Kewarganegaraan dalam dunia pendidikan.Sehingga hasil pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (civiceducation) Sangat penting artinya bagi
penumbuhan budaya demokrasi di Indonesia.

Pendidikan kewarganegaraan diPerguruan tinggi merupakan


sumber nilai dan pengembangan danPedoman dalam penyelengaraan
program studi, guna mengantarkan mahasiswa memantapkan
kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan pada

v
suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi
bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban,
berkemanusiaan dan cinta tanah air dan bangsanya. Dengan adanya
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat membantu
mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah
air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan
bermoral.

Untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut di


atas, sangat dibutuhkan model dan strategi pembelajaran yang
humanistik yang Mendasarkan pada asumsi bahwa mahasiswa adalah
manusia yang mempunyai Potensi dan karakteristik yang berbeda-beda.
Mahasiswa diposisikan sebagai Subjek, sementara dosen diposisikan
sebagai fasilitator dan mitra dialog Mahasiswa. Materi disusun
berdasarkan kebutuhan dasar mahasiswa, bersifat Fleksibel, dinamis dan
fenomenologis sehingga materi tersebut bersifat Kontekstual dan relevan
dengan tuntutan dan perubahan masyarakat lokal, Nasional, dan global.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan kewarganegaraan?
2. Apa tujuan mempelajari pendidikan kewarganegaraan di perguruan
tinggi?
3. Mengapa pendidikan kewarganegaraan harus dilaksanakan di
Perguruan Tinggi?
4. Bagaimana pelaksanaan kewarganegaraan di perguruan tinggi?

vi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan sangat penting diterapkan dalam


dunia pendidikan, baik dijenjang sekolah dasar, menengah, atas, maupun
diperguruan tinggi, kewarganegaraan memiliki peranan yang strategis
dalam mempersiapkan warga Negara yang cerdas, bertanggung jawab
dan beradab. Berdasarkan rumusan “Civic International”, disepakati
bahwa pendidikan demokrasi penting untuk pertumbuhan civic culture,
untuk keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan pemerintahan
demokrasi. Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan
dikembangkan di seluruh dunia, meskipun dengan berbagai istilah atau
nama. Mata kuliah tersebut sering disebut sebagai Civic Education,
Citizenship Education, dan bahkan ada yang menyebutnya sebagai
Democracy Education. Tetapi pada umumnya pendapat para pakar
tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Beberapa
pandangan para pakar tentang pendidikan kewarganegaraan adalah
sebagai berikut:

1. Henry Randall Waite dalam penerbitan majalah The Citizendan Civics


pada tahun 1886, merumuskan pengertian Civics dengan The sciens
of citizenship, the relation of man, the individual, to man in organized
collections, the individual in his relation to the state. Dari definisi
tersebut, Civics dirumuskan dengan Ilmu Kewarganegaraan yang
membicarakan hubungan manusia dengan manusia dalam
perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi (organisasi sosial,
ekonomi, politik) dan antara individu- individu dengan negara.
2. Stanley E. Dimond berpendapat bahwa civics adalah citizenship
mempunyai dua makna dalam aktivitas sekolah. Yang pertama,
kewarganegaraan termasuk kedudukan yang Berkaitan dengan
hukum yang sah. Yang kedua, aktivitas politik dan pemilihan dengan

1
Suara terbanyak, organisasi pemerintahan, badan pemerintahan,
hukum, dan tanggung Jawab.
3. Edmonson (1958) mengemukakan bahwa civics adalah kajian yang
berkaitan dengan pemerintahan dan yang menyangkut hak dan
kewajiban warga negara.
4. Menurut Merphin Panjaitan, Pendidikan Kewarganegaraan adalah
pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda
menjadi warga negara yang demokrasi dan partisipatif melalui suatu
pendidikan yang dialogial. Sementara Soedjarto mengartikan
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang
bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga negara
yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik
yang demokratis.
5. Menurut Muhammad Numan Soemantri, Civic Education adalah
kegiatan yang meliputi Seluruh program sekolah. Civic Education
meliputi berbagai macam kegiatan mengajar yang dapat
menumbuhkan hidup dan perilaku yang lebih baik dalam masyarakat
demokrasi. Dalam Civic Education termasuk pula hal-hal yang
menyangkut pengalaman. Kepentingan masyarakat, pribadi dan
syarat-syarat objektif untuk hidup bernegara.

B. Tujuan mempelajari pendidikan kewarganegaraan di perguruan


tinggi

Setiap matakuliah tentu memiliki tujuan agar mahasiswa memiliki


sejumlah kompetensi tertentu yang telah ditetapkan. Dalam hal ini,
kompetensi yang diharapkan dalam matakuliah pendidikan
kewarganegaraan adalah agar mahasiswa menjadi ilmuwan dan
profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air,
demokratis, berkeadaban, memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi
aktif Dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai
Pancasila.Sedangkan standar kompetensi yang wajib dikuasai mahasiswa

2
mampu berfikir rasional, bersikap dewasa dan dinamis, berpandangan
luas dan bersikap demokratis Yang berkeadaban sebagai warga negara
Indonesia. Dengan berbekal kemampuan Intelektual ini diharapkan
mahasiswa mampu melaksanakan proses belajar Sepanjang hayat (long
live learning), menjadi ilmuwan profesional yang Berkepribadian dan
menjunjung nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa Dan
bernegara. Sedangkan hakikat Pendidikan Kewarganegaraan, untuk
membekali Dan memantapkan mahasiswa dengan pengetahuan dan
kemampuan dasar Hubungan warga negara Indonesia yang Pancasilais
dengan negara dan sesama Warga negara. Menurut UU Nomor20/2003
tentang sistem pendidikan nasional .Pasal 35 UU Nomor 12/2012 tentang
pendidikan tinggi, Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan agar
peserta didik memiliki rasa kebangsaan dan Cinta tanah air. Selain itu,
menurut Abdul Azis Wahab dan Sapriya (2012:311) tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan adalah untuk membentuk warga negara yang baik.
Menurut SK Dirjen Dikti Nomor43/2006, Pendidikan Kewarganegaraan
dimaksudkan Untuk menjadikan peserta didik yang menjadi ilmuwan dan
profesional yang memiliki Rasa kebangsaan dan cinta tanah air;
demokratis yang berkeadaban; menjadi Warganegara yang memiliki daya
saing; berdisiplin; dan berpartisipasi aktif dalam Membangun kehidupan
yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila. Menurut Martini, dkk
(2013:3) tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan Tinggi yaitu
membantu mahasiswa mengembangkan potensinya untuk menguasai
Ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap kewarganegaraan dan nilai-
nilai yang Diperlukan dalam rangka penerapan ilmu, profesi dan
keahliannya serta Berpartisipasi dalam kehidupan yang bermasyarakat
dari komuniti setempat, bangsa Dan dunia. Selain itu, membantu
mahasiswa menjadi warganegara yang cerdas, Demokratik berkeadaban,
bertanggungjwab, dan menggalang kemampuan kompetitif Bangsa di era
globalisasi. Hal ini selaras dengan tujuan pendidikan tinggi adalah
Berkembangnya potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman
dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat,

3
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya
untuk kepentingan.

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk


menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku
yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan
nusantara, serta ketahanan nasional dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika
didalam diri para mahasiswa calon sarjana/ilmuwan warga negara
Republik Indonesia yang sedang mengkaji dan akan menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi serta seni.

Pendidikan Kewarganegaraan diberikan di Perguruan tinggi


dengan tujuan agar mahasiswa memiliki wawasan akan kesadaran
berbangsa dan bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola
sikap dan prilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan
Pancasila. Segala hal tersebut diperlukan agar Negara Kesatuan Republik
Indonesia tetap utuh dan tidak terpecah belah.

Karena mahasiswa adalah penerus bangsa yang merupakan bibit


unggul di mana pada masanya nanti bibit ini akan melahirkan pemimpin
dunia. Karena itulah diperlukan pendidikan moral dan akademis yang
akan menunjang sosok pribadi mahasiswa. Kepribadian mahasiswa akan
tumbuh seiring dengan waktu dan mengalami proses pembenahan,
pembekalan, penentuan, dan akhirnya pemutusan prinsip diri. Negara,
masyarakat masa datang, diperlukan ilmu yang cukup untuk dapat
mendukung kokohnya pendirian suatu Negara.

Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan


sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari Mahasiswa.
Sikap ini disertai dengan perilaku yang:

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta


menghayati nilai–nilai falsafah bangsa
2. Berbudi pekerti luhur, disiplin dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

4
3. Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai
warga negara.
4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara
5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni untuk
kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara.

C. Pendidikan kewarganegaraan harus dilaksanakan di Perguruan


Tinggi

Pendidikan kewarganegaraan bukanlah hal yang asing lagi bagi


kita, mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA sudah diajarkan di sekolah.
Lalu bagaimana untuk jenjang perguruan tinggi? Apakah penting belajar
pendidikan kewarganegaraan bagi mahasiswa? Sebelum mengetahui hal
itu, kita harus tahu terlebih dahulu arti dari pendidikan kewarganegaraan.

Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu bentuk pendidikan


yang ditunjukan untuk generasi penerus bangsa agar mereka menjadi
warga negara yang berfikir kritis dan sadar mengenai hak dan
kewajibannya dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan
Kewarganegaraan juga bertujuan membangun kesiapan bagi warga
negara agar menjadi warga yang cerdas. Untuk memahami dan
menjunjung tinggi keberadaan negara dan bangsa agar tetap berdiri
kokoh sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat adil dan makmur dalam
kehidupan di Negara Republik Indonesia ini sangat diperlukan komitmen
dan dukungan dengan sungguh-sungguh dari setiap individunya.

Adanya pendidikan kewarganegaraan bagi bangsa Indonesia


diharapkan untuk mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya,
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang – Undang Dasar 1945,
yaitu sebagai manusia yang religious, berkemanusiaan, memiliki rasa
nasionalisme, menjadi bangsa yang cerdas, yang berkerakyatan yang adil
terhadap lingkungan sosialnya (Erwin, 2013,6).

5
Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa mempunyai
peran dan tanggung jawab dimasa yang akan datang. Mahasiswa juga
harus memahami dan menerapkan Pendidikan Kewarganegaraan dalam
bermasyarakat.

Negara yang melangkah maju membutuhkan daya dukung,


tenaga kerja yang berkualitas, semangat loyalitas dari masyarakatnya.
Masyarakat harus melindungi serta mempertahankan Negara kita.
Pendidikan kewarganegaraan adalah sebuah sarana yang sesuai untuk
memberikan gambaran terkait hal-hal yang bersangkutan dengan
kewarganegaraan pada mahasiswa.

Begitu pentingnya pendidikan kewarganegaraan dalam


membentuk karakter mahasiswa. Pendidikan kewarganegaraan
merupakan mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi
yang mempunyai fungsi sebagai orientasi mahasiswa dalam
memantapkan wawasan dan semangat berbangsa, kesadaran hukum,
dan cinta tanah air. Sesuai dengan fungsinya tersebut pendidikan
kewarganegaraan menyelenggarakan pendidikan demokrasi, hukum dan
multikultur.

Pendidikan kewarganegaraan yang diberikan kepada mahasiswa


berupaya untuk menyadarkan serta memiliki komitmen untuk tetap
memiliki Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai mahasiswa,
memiliki hak untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa,
Sehingga NKRI dapat menjadi Negara yang yang merdeka dan harus kita
jaga.

Apa alasan bahwa pendidikan kewarganegaraan ini penting bagi


mahasiswa? Berikut beberapa alasanya :

1. Agar Mahasiswa Menjadi Pribadi yang Berpikir Kritis, Tidak hanya


tau tentang hak dan kewajiban, namun mahasiswa juga mampu
berfikir kritis tentang isu nasional maupun internasional.
Pendidikan kewarganegaraan ini sangat dibutuhkan agar

6
mahasiswa mampu memberikan dorongan perubahan sosial dan
ekonomi secara terencana.
2. Agar Mahasiswa menjadi pribadi yang cinta damai, Pendidikan
kewarganegaraan sangat perlu diberikan dan diajarkan kepada
mahasiswa. Karena nantinya mahasiswa dapat menjadi sosok
penerus yang demokratis dan cinta damai.
3. Mahasiswa mampu menjadi pribadi yang memiliki toleransi tinggi,
diberikannya pendidikan kewarganegaraan mampu menjadikan
mahasiswa paham akan adat dan budaya dari seluruh suku yang
ada di Indonesia. Dengan begitu mahasiswa akan menjadi
generasi penerus yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap
sesama.
4. Menjadikan Mahasiswa yang tahu tentang Hak dan Kewajiban
sebagai Warga Negara Indonesia.Dengan adanya pendidikan
kewarganegaraan, mahasiswa mampu mengetahui apa saja hak
dan kewajiban mereka terhadap negara Indonesia.
5. Mewujudkan mahasiswa yang bisa menjadi generasi penerus
bangs yang memiliki wawasan hidup berbangsa dan bernegara.
6. Dan menjadikan mahasiswa yang komitmen terhadap hak dasar
manusia dan hidup dalam Negara yang berkedaulatan.

Pendidikan kewarganegaraan lah yang mengajarkan seseorang


untuk menjadi warga negara yang lebih bertanggung jawab. Karena
kewarganegaraan itu tidak dapat diwariskan begitu saja dan harus
dipelajari oleh setiap masing – masing individu.

Kita sebagai mahasiswa harus mempelajarinya, agar kita bisa


menjadi garda terdepan dalam melindungi bangsa dan negara. Kita
semua tahu bahwa pendidikan kewarganegaraan ini tidak hanya
mengajarkan untuk tunduk dan patuh terhadap Negara, tetapi juga
mengajarkan begaimana menjadi warga negara yang harus mempunyai
sikap toleransi dan mandiri.

7
Pendidikan kewarganegaraan ini mampu memberikan generasi
ilmu yang baru serta pengembangan komunikasi dengan lingkungan yang
lebih luas. Meskipun pengembangan komunikasi tidak diajarkan dalam
pendidikan kewarganegaraan, akan lebih baik jika ini dimanfaatkan untuk
pengembangan diri seluas-luasnya.

Oleh karena itu pendidikan kewarganegaraan sangat penting


manfaatnya,maka seharusnya di masa yang akan datang harus segera
memberikan perubahan secara mendasar mengenai konsep, materi ,
metode dan evaluasi pembelajarannya. Dengan tujuan agar dapat
membangun kesadaran para mahasiswa akan hak dan kewajiban Negara
dan mampu menjaga dengan sebaik-baiknya.

D. Pelaksanaan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi


Indonesia belum berhasil dalam menyelenggarakan pendidikan
kewarganegaraan seperti yang diamanatkan pada Undang-Undang
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Isi maupun cara penyampaiannya
sangat tidak memuas- kan. Isinya hanya mencatat hal-hal yang baik, cara
penyampaiannya pun searah, bahkan indoktrinatif (International
Commission of Jurists, 2003: 1). Padahal salah satu syarat
terselenggaranya pemerintahan yang demokratis ialah adanya PKn
(civics). Menurut Azra (2003:10), kegagalan dalam usaha sosialisasi dan
diseminasi demokrasi, apalagi untuk pembentukan cara berpikir (world
view) dan perilaku demokrasi di lingkungan pendidik dan masyarakat
sekolah/universitas umumnya bersumber dari tiga hal.
1) Pertama, secara subtantif, pendidikan kewarganegaraan, Pancasila
dan Kewiraan tidak secara terencana dan terarah mencakup
materi dan pembahasan yang lebih terfokus pada pendidikan
demokrasi dan kewarganegaraan. Materi- materi yang ada
umumnya terpusat pada pembahasan yang idealistik, legalistik,
dan normatif,

8
2) Kedua, kalaupun materi-materi yang ada pada dasarnya potensial
bagi Pendidikan Demokrasi dan Pendidikan kewarganegaraan,
potensi itu tidak berkembang karena pendekatan dan
pembelajarannya bersifat indoktrinatif, regimentatif, monologis,
dan tidak partisipatif.
3) Ketiga, ketiga subjek itu lebih teoretis daripada praktis. Akibatnya
terdapat diskrepansi yang jelas antara teori dan wacana yang
dibahas dengan realitas sosial politik yang ada. Pada tingkat
sekolah/universitas, diskrepansi itu sering pula terlihat dalam
bentuk otoritanisme, bahkan feodalisme orang-orang sekolah dan
universitas itu sendiri. Akibatnya bisa dipahami,sekolah/universitas
gagal untuk membawa peserta didik untuk "mengalami
demokrasi",

Secara umum, pendidikan kewarganegaraan yang dilakukan di


beberapa negara mengarahkan warga bangsa itu untuk mendalami
kembali nilai-nilai dasar, sejarah, dan masa depan bangsa bersangkutan
sesuai dengan nilai-nilai paling fundamental yang dianutnya. Oleh
karenanya, apa pun bentuk pendidikan kewarganegaraan yang
dikembangkan di beberapa negara, hendak- nya nilai-nilai fundamental
dari masyarakat itu perlu dikembangkan sesuai dengan dinamika
perubahan sosial agar nilai-nilai fundamental tersebut menemukan
relevansinya untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
pemecahan problem suatu masyarakat (Chamim, et. al, 2003:
xxxvii).Pendidikan Kewarganegaraan yang dikembangkan di Indonesia
seharusnya juga mampu menemukan kembali relevansi nilai-nilai
fundamental masyarakat dengan dinamika sosial yang berubah secara
cepat. Dalam konteks Indonesia, sesungguhnya lembaga- lembaga
pendidikan di Indonesia menurut Chamim, et. al (2003: xxxiv) lebih
progresif dalam pengembangan civic education karena mereka sudah
cukup lama melakukan upaya pengembangan civic education dengan
menggunakan separated approach melalui matat pelajaran
ataumatakuliah khusus, yaitu Pendidikan Kewarganegaraan (PKn),

9
Matakuliah Dasar Umum (MKDU) Pancasila dan Kewiraan, bahkan
Penataran P4.

Secara jujur harus diakui terdapat sejumlah masalah dalam


pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan yang dikembangkan selama ini
pada lembaga pendidikan di Indonesia. Hal ini menyebabkan terjadinya
kegagalan yang cukup serius dalam upaya sosialisasi dan diseminasi
demokrasi, apalagi dalam pembentukan cara berpikir (world-view) dan
perilaku demokrasi di lingkungan peserta didik dan masyarakat
sekolah/universitas pada umumnya.Terjadinya kegagalan seperti
disebutkan di atas, kiranya sudah sangat mendesak diadakannya
perubahan paradigma dalam Pendidikan kewarganegaraan yang
dikembangkan pada lembaga pendidikan. Salah satu yang sangat
mendesak adalah perubahan paradigma dalam bidang materi. Zamroni
(2003:11) berpendapat: “Upaya mewujudkan suatu masyarakat dan
pemerintahan yang demokratis maka kesempatan warga untuk
berkelompok dan berpartisipasi dalam kehidupan politik haruslah secara
luas didorong dan diberikan fasilitas. Untuk mempersiapkan warga
masyarakat, khususnya generasi baru agar berperan dan memberikan
kontribusi dalam kehidupan politik yang demokratis, generasi baru
memerlukan pengalaman interaksi face to face yang terorganisir sehingga
bermakna bagi mereka. Mereka ini harus memiliki kesempatan untuk
mengambil peran dari kelompok-kelompok terorganisir dan melakukan
kegiatan untuk kemajuan umum. Kelompok-kelompok ini membiasakan
mereka dalam kerja sama yang saling menguntungkan, saling hormat-
menghormati, dan saling percaya mempercayai baik sesama warga
kelompoknya, maupun warga antarkelompok. Generasi baru ini harus
mengembangkan pengetahuan dan kemampuan guna mempersiapkan
diri mereka memahami dan berpartisipasi dalam sistem politik yang ada”.

Hambatan dan permasalahan lain menurut Direktorat Jenderal


Pendidikan Tinggi (2002: 3) adalah adanya tanggapan kurang simpatik
masyarakat kampus (civitas akademika), terutama mahasiswa terhadap

10
matakuliah Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan Pendidikan
kewarganegaraan sebagai akibat proses pendidikan tiga dasawarsa
terakhir yang bersifat indoktrinasi, sehingga isi, makna, dan manfaat yang
diperoleh dari mempelajari ketiga matakuliah tersebut tidak terasa.
Pendidikan demokrasi dalam PKn dilaksanakan melalui pengembangan
pada tiga aspek. Pertama, kecerdasan dan daya nalar warga negara (civic
intelligence), baik dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, maupun
sosial. Kedua, kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara
yang bertanggung jawab (civic responsibility). Ketiga, kemampuan
berpartisipasi warga negara (civic participation) atas dasar tanggung
jawab, baik secara individual, secara sosial, maupun sebagai pemimpin
masa depan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu bentuk pendidikan yang


ditunjukan untuk generasi penerus bangsa agar mereka menjadi warga
negara yang berfikir kritis dan sadar mengenai hak dan kewajibannya dalam
hidup bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk


menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang
cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara,
serta ketahanan nasional dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika didalam diri
para mahasiswa calon sarjana/ilmuwan warga negara Republik Indonesia
yang sedang mengkaji dan akan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
serta seni.

Alasan bahwa pendidikan kewarganegaraan ini penting bagi mahasisw

1. Agar Mahasiswa Menjadi Pribadi yang Berpikir Kritis, Tidak hanya tau
tentang hak dan kewajiban, namun mahasiswa juga mampu berfikir kritis
tentang isu nasional maupun internasional. Pendidikan kewarganegaraan
ini sangat dibutuhkan agar mahasiswa mampu memberikan dorongan
perubahan sosial dan ekonomi secara terencana.
2. Agar Mahasiswa menjadi pribadi yang cinta damai, Pendidikan
kewarganegaraan sangat perlu diberikan dan diajarkan kepada
mahasiswa. Karena nantinya mahasiswa dapat menjadi sosok penerus
yang demokratis dan cinta damai.
3. Mahasiswa mampu menjadi pribadi yang memiliki toleransi tinggi,
diberikannya pendidikan kewarganegaraan mampu menjadikan
mahasiswa paham akan adat dan budaya dari seluruh suku yang ada di

12
Indonesia. Dengan begitu mahasiswa akan menjadi generasi penerus
yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap sesama.
4. Menjadikan Mahasiswa yang tahu tentang Hak dan Kewajiban sebagai
Warga Negara Indonesia.Dengan adanya pendidikan kewarganegaraan,
mahasiswa mampu mengetahui apa saja hak dan kewajiban mereka
terhadap negara Indonesia.
5. Mewujudkan mahasiswa yang bisa menjadi generasi penerus bangsa
yang memiliki wawasan hidup berbangsa dan bernegara.
6. Dan menjadikan mahasiswa yang komitmen terhadap hak dasar manusia
dan hidup dalam Negara yang berkedaulatan.

Secara umum, pendidikan kewarganegaraan yang dilakukan di


beberapa negara mengarahkan warga bangsa itu untuk mendalami kembali
nilai-nilai dasar, sejarah, dan masa depan bangsa bersangkutan sesuai
dengan nilai-nilai paling fundamental yang dianutnya.

Secara jujur harus diakui terdapat sejumlah masalah dalam


pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan yang dikembangkan selama ini
pada lembaga pendidikan di Indonesia. Hal ini menyebabkan terjadinya
kegagalan yang cukup serius dalam upaya sosialisasi dan diseminasi
demokrasi, apalagi dalam pembentukan cara berpikir (world-view) dan
perilaku demokrasi di lingkungan peserta didik dan masyarakat
sekolah/universitas pada umumnya.Terjadinya kegagalan seperti disebutkan
di atas, kiranya sudah sangat mendesak diadakannya perubahan paradigma
dalam Pendidikan kewarganegaraan yang dikembangkan pada lembaga
pendidikan. Salah satu yang sangat mendesak adalah perubahan paradigma
dalam bidang materi

B. Saran

Sebagai penyusun makalah ini kami menyadari kekurangan dari


penulisan makalah ini.Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran agar
bisa memperbaik kekurangan i makalah ini, Dan semoga makalah ini dapat

13
bermanfaat bagi pembaca agar lebih mengetahui bagaimana Pelaksanaan
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Erinaldi, S. (2021, Oktober 23). Retrieved Februari 24, 2023, from


hhtp://immjpmipa.fkip.uad.ac.id/2021/10/23/pentingnya-pendidikan-
kewarganegaraan-bagi-mahasiswa/

Jember, U. (2021, November 4). pengertian kewarganegaraan. Retrieved fFbruari 24,


2023, from studocu: https://www.studocu.com/id/document/universitas-
jember/kewarganegaraan/pengertian-kewarganegaraan/19066356

Markus. (2013, Maret 08). Retrieved Februari 24, 2023, from


https://marduskren.blogspot.co.id/2013/03/latar-belakang-tujuan-landasan-
hukum.html

Nurwandi, P. (2016). PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN untuk Perguruan Tingi. Jakarta.

Paristiyani Nurwadani, H. y. (2016). PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN untuk Perguruan


Tinggi. Jakarta: Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

14

Anda mungkin juga menyukai