Anda di halaman 1dari 39

DR. H. HUSEN SARUJIN, SH, MM, M.Si, MH.

Dosen Pengampuh Mata Kuliah :


PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
"PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN
KEPRIBADIAN "

KELOMPOK 1 KELAS 1 B

DELIA MULYANI (60100121023)


RIA WARDA (60100121024)
AWALIA SALZABILA IFTITA (60100121025)

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SEMESTER GANJIL
TAHUN AJARAN 2020/2021

i
DR. H. HUSEN SARUJIN, SH, MM, M.Si, MH.

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

ii
DAFTAR ISI

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :......................................................................................ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................................................iv
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................1
1.3 TUJUAN...........................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
2.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan.....................................................................4
2.2 Sejarah dan perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan...........................................7
2.3 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan.......................................................................12
2.4 Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan.........................................................................14
2.5 Tujuan Pendidikan Kewarganegaran...........................................................................15
2.6 Pentingnya PKn Bagi Mahasiswa...............................................................................19
2.7 PKn Sebagai Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK).................................23
BAB III..........................................................................................................................................34
KESIMPULAN..............................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................35

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yan berjudul “Pendidikan Pancasila Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian”
dengan tepat waktu.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Dr. H. Husen Sarujin SH, MM, M.Si, MH selaku dosen pengampu mata kuliah
"Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan yang membimbing dan membina kami
dalam penyelesaian penulisan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini dengan baik dan sesuai waktu yang di berikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi ujian akhir semester mata kuliah
Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan. Selain itu makalah ini bertujuan menambah
wawasan bagi pembaca dan juga penulis. Harapan kami semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan masalah ini. Kami menyadari
makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Gowa, 28 Desember 2021

Penyusun

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan kewarganegaraan sangatlah penting untuk dipelajari oleh semua kalangan.


Oleh sebab itu, pendidikan Nasional Indonesia menjadikan pendidikan kewarganegaraan
sebagai pelajaran pokok dalam lima status. Pertama, sebagai mata pelajaran di sekolah.
Kedua, sebagai mata kuliah di perguruan tinggi. Ketiga, sebagai salah satu cabang
pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru.
Keempat, sebagai program pendidikan politik yang dikemas dalam bentuk Penataran
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Penataran P4) atau sejenisnya yang
pernah dikelola oleh Pemerintah sebagai sutuan crash program. Kelima, sebagai kerangka
konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan kelompok pakar terkait Serta
kewarganegaraan merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu negara. Tanpa status
kewarganegaraan seorang warga negara tidak akan diakui oleh sebuah negara. Dan dalam
makalah ini penulis akan sedikit menjelaskan tentang pemdidikan kewarganegaraan serta
pendidikan kewarganegaraan sebagai mata kuliah pengembangan kepibadian.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ?


2. Bagaimana sejarah Pendidikan Kewarganegaraan ?
3. Apa hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ?
4. Apa fungsi Pendidikan Kewarganegaraan ?
5. Apa tujuan Pendidikan Kewarganegaran ?
6. Apa pentingnya PKn Bagi Mahasiswa ?
7. Bagaimana peran PKn Sebagai Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui Apa pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


2. Untuk mengetahui Bagaimana sejarah Pendidikan Kewarganegaraan

1
3. Untuk mengetahui Apa hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
4. Untuk mengetahui Apa fungsi Pendidikan Kewarganegaraan
5. Untuk mengetahui Apa tujuan Pendidikan Kewarganegaran
6. Untuk mengetahui Apa pentingnya PKn Bagi Mahasiswa
7. Untuk mengetahui Bagaimana peran PKn Sebagai Mata kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Definisi dan pengertian pendidikan kewarganeraaan adalah suatu upaya sadar dan
terencana mencerdaskan warga negara (khususnya generasi muda). Caranya dengan
menumbuhkan jati diri dan moral bangsa agar mampu berpartisipasi aktif dalam
pembelaan negara.

Dengan kata lain pendidikan kewarganegaraan merupakan alat untuk membangun


dan memajukan suatu negara. Dalam implementasinya pendidikan kewarganegaraan
menerapkan prinsip-prinsip demokratis dan humanis.

Pendidikan kewarganegaraan adalah arti generik yang meliputi pengalaman


belajar di sekolah serta diluar sekolah, seperti yang berlangsung di lingkungan keluarga,
dalam organisasi keagamaan, dalam organisasi kemasyarakatan, serta dalam media.

Dalam makna luas, pendidikan kewarganegaraan dimaknai juga sebagai


pendidikan demokrasi yang mempunyai tujuan untuk menyiapkan warga masyarakat
berfikir kritis serta melakukan tindakan demokratis, lewat kesibukan menanamkan
kesadaran pada generasi baru bahwa demokrasi yaitu bentuk kehidupan orang-orang yang
paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Cholisin (Samsuri, 2011) berpandangan
bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan politik yang konsentrasi
materinya peranan warga negara dalam kehidupan bernegara yang kesemuanya itu diolah
dalam rencana untuk membina peranan tersebut sesuai dengan ketetapan Pancasila serta
UUD 1945 supaya jadi warga negara yang bisa dihandalkan oleh bangsa serta negara.

Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Para Ahli

1. Merphin Panjaitan

Pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan demokrasi.


Tujuannya untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang berjiwa
demokratis dan partisipatif lewat pendidikan yang bersifat dialogial.

2. Soedijarto

Pendidikan Kewarganegaraan itu merupakan pendidikan politik yang


memiliki tujuan membantu peserta didik untuk dapat jadi warga negara yang
dewasa secara politik dan dapat ikut serta membangun sistem perpolitikan yang
bersifat demokratis.

3. Azyumardi Azra

3
Pendidikan Kewarganegaraan mengkaji dan membahas tentang
pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, hak dan
kewajiban negara serta demokrasi. Secara sustantif, pendidikan kewarganegaraan
juga membangun kesiapan menjadi warga dunia.

4. Henry Rendall Waite

Ilmu kewarganegaraan membicarakan hubungan manusia dengan manusia


dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi (sosial, ekonomi, politik)
dan antara individu-individu dengan negara.

5. Zamroni

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan


untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis

6. Tim ICCE UIN Jakarta

Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh


lembaga pendidikan di mana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku
politik sehingga yang bersangkutan memiliki political knowledge, awareness,
attitude, political efficacy dan political participationserta kemampuan mengambil
keputusan politik secara rasional

Tim ICCE UIN Jakarta

Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam menyusun program civic


education yang diharapkan akan menolong para peserta didik untuk:

 Mengetahui, memahami dan mengapresiasi cita-cita nasional.


 Dapat membuat keputusan-keputusan cerdas dan bertanggung jawab
dalam berbagai macam masalah pribadi, masalah masyarakat dan masalah
negara.
7. Daryono

Kewarganegaraan adalah isi pokok yang mencakup hak dan kewajiban


warga Negara.Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam satuan
politik tertentu (secara khusus : Negara ) yang dengannya membawa hak untuk
berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang
demikian disebut warga Negara.

8. Wolhoff

4
Kewarganegaraan ialah keanggotaan suatu bangsa tertentu yakni sejumlah
manusia yang terikat dengan yang lainnya karena kesatuan bahasa kehidupan
social-budaya serta kesadaran nasionalnya.

Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan yang


membedakana adalah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Ada kemungkinan
untuk memiliki kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara (contoh secara
hokum berpartisispasi dalam politik). Juga dimungkinkan untuk memiliki hak
politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu negara.

9. Ko Swaw Sik ( 1957 )

Kewarganegaraan ialah ikatan hukum antara Negara dan seseorang. Ikatan


itu menjadi suatu “kontrak politis” antara Negara yang mendapat status sebagai
Negara yang berdaulat dan diakui karena memiliki tata Negara.

Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan . didalam


pengertian ini, warga suatu kota atau kapubaten disebut sebagai warga kota atau
warga kabupaten, karena keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam
otonomi daerah, kewargaan ini menjadi penting, karena masing-masing satuan
politik akan memberikan hak (biasanya social) yang berbeda-beda bagi warganya.

10. R. Daman

Kewarganegaraan istilah hal-hal yang berhubungan dengan penduduk


suatu bangsa.

11. Graham Murdock ( 1994 )

Kewarganegaraan ialah hak untuk berpartisipasi secara utuh dalam


berbagai pola struktur social, politik dan kehidupan kultural serta untuk
membantu menciptakan bentuk-bentuk yang selanjutnya dengan begitu maka
memperbesar ide-ide.

12. R. Parman

Kewarganegaraan ialah suatu hal-hal yang berhubungan dengan penduduk


suatu bangsa.

13. Soemantri

Kewarganegaraan ialah sesuatu yang berhubungan dengan manusia


sebagai individu dalam suatu perkumpulan yang terorganisir dalam hubungan
dengan Negara.

5
14. Mr. Wiyanto Dwijo Hardjono, S.Pd.

Kewarganegaraan ialah keanggotaan seseorang dalam satuan politik


tertentu (secara khusus:Negara) yang dengannya membawa hak untuk berprestasi
dalam kegiatan-kegiatan politik.

15. Stanley E. Ptnord dan Etner F.Peliger

Kewarganegaraan ialah studi yang berhubungan dengan tugas-tugas


pemerintahan dan hak-kewajiban warga Negara.

16. Civitas Internasional

Civic Education adalah pendidikan yang mencakup pemahaman dasar


tentang cara kerja demokrasi dan lembaga-lembaganya, pemahaman tentang rule
of law, HAM, penguatan ketrampilan partisipatif yang demokratis,
pengembangan budaya demokratis dan perdamaian.

Muhammad Numan Soemantri:

 Kegiatan yang meliputi seluruh program sekolah.


 Meliputi berbagai macam kegiatan mengajar yang dapat menumbuhkan
hidup dan perilaku yang lebih baik dalam masyarakat yang demokratis.
 Termasuk pula hal-hal yang menyangkut pengalaman, kepentingan
masyarakat, pribadi dan syarat-syarat obyektif untuk hidup bernegara.

Jadi pendidikan kewarganegaraan (civic education) adalah program :

1. Memuat bahasan tentang:


a). Masalah kebangsaan.
b). Masalah kewarganegaraan.
2. Dalam hubungannya dengan:
a). Negara
b). Demokrasi
c). HAM
d). Masyarakat madani
3. Dalam implementasinya menerapkan prinsip-prinsip pendidikan demokratis
dan humanis.

2.2 Sejarah dan perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam sejarah timbulnya istilah Civics di Indonesia dapat dilukiskan secara


kronologis.Sejak tahun 1957 dalam kurikulum Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Atas terdapat istilah kewarganegaraan yaitu pelajaran yang ditempelkan dalam

6
pelajaran tatanegara.Isinya hanya membahas tentang cara-cara memperoleh dan
kehilangan kewarganegaraan. Setelah adanya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yaitu
berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945 dan Pidato P.Y.M Presiden Soekarno
pada tanggal 17 Agustus 1959, maka dianggap wajar untuk melakukan pembaruan
pendidikan nasional. Salah satu hal untuk menyempurnakan pendidikan itu adalah usaha
menimbulkan pengertian dan jiwa patriotisme pada diri murid sekolah. Oleh karena itu,
maka dengan Surat Keputusan Nomor 122274/S, tanggal 10 Desember 1959 di
Departemen Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan telah dibentuk panitia yang terdiri
atas tujuh orang pegawai Departemen PPdan K, yaitu Mr. Soepardo,
Mr.M.Hoetahoeroek, Soeroyo Warsid, Soemardjo, Chalid Rasyidi, Soekarno dan
Mr.J.C.T Simorangkir yang diberi tugas untuk membuat buku pedoman mengenai
kewajiban-kewajiban dan hak-hak warga Negara Indonesia disertai dengan hal-hal yang
akan menginsafkan mereka tentang sebab-sebab sejarah dan tujuan revolusi kemerdekaan
bangsa Indonesia.

Buku tersebut adalah Manusia dan Masyarakat Baru Indonesia (Civic) yang
diterbitkan pada 12 November 1960 dimana kata sambutan diberikan oleh menteri
Pendidikan,Pengajaran dan Kebudayaan (pada waktu itu) Prijono. Buku tersebut
mendapat sambutan dan perhatian besar dari masyarakat serta berbagai instansi.
Selanjutnya istilah “kewarganegaraan” diubah menjadi “kewargaannegara” .Saran ini
dating dari Menteri Kehakiman Mr. Sahardjo yang lebih menekankan pengertian dan isi
serta kewajiban dan tugas serta hak warganegara.

Sumber pertama buku tersebut adalah pidato-pidato Presiden/Panglima Tertinggi


Angkatan Perang Republik Indonesia berikut penjelasan-penjelasannya. Dengan buku
tersebut, dimaksudkan dapat membentuk manusia Indonesia baru yang berjiwa patriotic,
mengerti dan mendukung Manifesto Politik Republik Indonesia beserta USDEK
(U=Undang-Undang Dasar 1945, S=Sosialisme ala Indonesia, D=Demokrasi terpimpin,
E=Ekonomi terpimpin dan K=Kepribadian ala Indonesia), sehingga masyarakat akan
berusaha keras untuk membangun masyarakat baru, yang oleh Presiden Soekarno disebut
masyarakat sosialis Indonesia, di dalam rangka Negara Republik Kesatuan Indonesia
yang meliputi juga Irian Barat dan yang ingin hidup damai dengan segala bangsa di

7
seluruh dunia yang besar dan segala macam penindasan dan penjajahan. Dari uraian
tersebut jelaslah bahwa kewarganegaraan (Civic) pada masa itu identik dengan
indoktrinasi karena pelajaran Civic berisikan haluan Negara yaitu Manifesto Politik
USDEK.

Pada tahun 1968, istilah Civic di sekolah diberi nama “Pendidikan Kewargaan
Negara”. (Catatan : istilah Pendidikan Kewargaan Negara, dengan meletakkan akhiran
-an di tengah-tengah, dimaksudkan bahwa tekanannya pada warga Negara, bukan pada
Negara. Dewasa ini istilah tersebut diganti dengan Pendidikan Kewarganegaraan , dengan
meletakkan akhiran -an pada akhir kata, sesuai dengan saran dari Lembaga Bahasa,
bahwa akhiran -an harus diletakkan pada bagian akhir kata). Apabila ditelaah maksud
dari pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara, baik di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas serta sekolah lainnya, maksudnya tidak lain dari
mengembangkan dan menumbuhkan warga negara yang baik. Isi bahan pelajaran
mengandung elemen-elemen nasionalisme, patriotisme, kenegaraan, etika, agama,
kebudayaan, pokoknya segala sesuatu yang dianggap baik menurut moral Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945 dan keputusan-keputusan lembaga legislatif serta
pemerintah.Nilai-nilai tersebut dalam pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara tidak
dapat disangkal adalah baik sekali, hanya saja dalam susunan pelajaran di sekolah terlalu
menekankan kepada soal-soal kenegaraan, sedangkan kebutuhan pribadi pelajar kurang
diperhatikan.

Di Sekolah Dasar, mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara terdiri dari


integrasi dari pelajaran ilmu bumi, sejarah Indonesia dan pengetahuan kewargaan Negara
(Civic). Di Sekolah Menengah Pertama, terdiri dari 30 persen mengenai sejarah
kebangsaan, 30 persen mengenai kejadian setelah Indonesia merdeka dan 40 persen
mengenai Undang-Undang Dasar 1945, sedangkan di Sekolah Menengah Atas, 100
persen mengenai Undang-Undang Dasar 1945.

Dari gambaran tersebut di atas jelaslah bahwa walaupun nama mata pelajarannya
Pendidikan Kewargaan Negara, namun belum menyentuh kebutuhan serta motivasi para
pelajar untuk menerapkannya dalam praktek. Mata pelajaran lebih bersifat hafalan dan
kurang diminati para pelajar.

8
Pada tahun 1975, pemerintah mengganti istilah Pendidikan Kewargaan Negara
menjadi pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dimana pemerintah menganggap
mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara kurang mampu mengembangkan perilaku
warga negara yang mendukung garis kebijakan Orde Baru, pertahanan keamanan
nasional serta pembangunan nasional sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah. Di
sisi lain, dalam Pidato Kenegaraan di depan DPR pada tanggal 16 Agustus 1978 Presiden
Soeharto menegaskan, “Tiidak perlu diragukan lagi bahwa kita dengan sungguh-sungguh,
dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga, dan kalau perlu mempertaruhkan apa saja, untuk
mewujudkan kehidupan bangsa kita dalam bernegara dan berpemerintahan sesuai dengan
falsafah dan ideologi Negara Pancasila dan konstitusi Negara Undang-Undang Dasar
1945”.

Sejak kelahirannya Orde baru memang bertekad untuk melaksanakan Undang-


Undang Dasar 1945.Beliau juga menilai bahwa sejak itu kehidupan konstitusi terus
ditumbuhkan karena adanya kesadaran bahwa kehidupan konstitusional adalah hal yang
fundamental dalam usaha pembinaan dan pembangunan bangsa agar bangsa itu dapat
tumbuh dan berkembang dengan tertib, teratur, dan berkesinambungan.

Selanjutnya ditetapkanlah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II


Tahun 1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia
Pancakarsa), dimana ketentuan Pasal 4 menyatakan bahwa Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P-4) merupakan penuntun dan pegangan hidup dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara bagi setiap warganegara Indonesia, setiap penyelenggara
negara, setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun
di daerah. Selanjutnya, seiring dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menggariskan adanya pendidikan Pancasila
dan pendidikan Kewarganegaraan sebagai bahan kajian wajib kurikulum semua jurusan,
jenis dan jenjang pendidikan (Pasal 39). Kurikulum Pendidikan Dasar dan Sekolah
Menengah tahun 1994 mengakomodasikan misi baru pendidikan tersebut dengan
memperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan atau PPKn.

Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum PPKn 1994


mengorganisasikan materi pembelajarannya bukan atas dasar rumusan butir-butir P-4,

9
akan tetapi atas dasar konsep nilai yang disaripatikan dari P-4 dan sumber resmi lainnya.
Menurut kurikulum 1994, PPKn diartikan sebagai mata pelajaran yang digunakan sebagai
wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada
budaya bangsa Indonesia.

Nilai luhur dan moral tersebut diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk
perilaku kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat dan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Selanjutnya berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2002 mata pelajaran


Pendidikan Kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warganegara
cerdas, terampil dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan Negara Indonesia dengan
merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini kemudian didukung oleh Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dimana mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai muatan wajib kurikulum pada
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi sesuai dengan Pasal 37
ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Sesuai dengan isi Pasal 3
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pendidikan Kewarganegaraan diarahkan kepada
tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Secara Konseptual istilah Pendidikan Kewarganegaraan dapat terangkum sebagai berikut:

a. Kewarganegaraan (1956)
b. Civics (1959)
c. Kewarganegaraan (1962)
d. Pendidikan Kewarganegaraan (1968)
e. Pendidikan Moral Pancasila (1975)

10
f. Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan (1994)
g. Pendidikan Kewarganegaraan (UU No. 20 Tahun 2003)
Dari uraian tersebut di atas, jelaslah bahwa Pendidikan Kewarganegaraan di
Indonesia masih kabur dan masih menimbulkan kebingungan pada guru-guru Pendidikan
Kewarganegaraan, karena terjadinya perubahan-perubahan politik serta kebijakan-
kebijakan pemerintah. Dari penggunaan istilah tersebut sangat terlihat jelas
ketidakajegannya dalam mengorganisir pendidikan kewarganegaraan, yang berakibat
pada krisis operasional, dimana terjadinya perubahan konteks dan format pendidikannya.
Menurut Kuhn (1970) krisis yang bersifat konseptual tersebut tercermin dalam
ketidakajekan konsep atau istilah yang digunakan untuk pelajaran PKn. Krisis
operasional tercermin terjadinya perubahan isi dan format buku pelajaran, penataran yang
tidak artikulatif, dan fenomena kelas yang belum banyak dari penekanan pada proses
kognitif memorisasi fakta dan konsep. Kedua jenis krisis tersebut terjadi karena memang
sekolah masih tetap diperlakukan sebagai socio-political institution, dan masih belum
efektifnya pelaksanaan metode pembelajaran secara konseptual, karena belum adanya
suatu paradigma pendidikan kewarganegaraan yang secara ajeg diterima dan dipakai
secara nasional sebagai rujukan konseptual dan operasional.

2.3 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk


mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan
moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi
kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Sehingga dengan
mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi ilmu tentang tata Negara, menumbuhkan
kepercayaan terhadap jati diri bangsa serta moral bangsa, maka takkan sulit untuk
menjaga kelangsungan kehidupan dan kejayaan Indonesia.

Pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan Nilai-nilai


pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral
yang berakar pada budaya bangsa yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan
dalam bentuk prilaku dalam kehidupan sehari-hari para mahasiswa baik sebagai individu,
sebagai calon guru/pendidik, anggota masyarakat dan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Hakikat Pendidikan Kewarganegaran adalah merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,sosio-kultural,

11
bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD1945.

Kompetensi yang diharapkan dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


antara lain agar mahasiswa mampu menjadi warga negara yang memiliki pandangan dan
komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi dan HAM, agar mahasiswa mampu
berpartisipasi dalam upaya mencegah dan menghentikan berbagai tindak kekerasan
dengan cara cerdas dan damai, agar mahasiswa memilik kepedulian dan mampu
berpartisipasi dalam upaya menyelesaikan konflik di masyarakat dengan dilandasi nilai-
nilai moral, agama, dan nilai-nilai universal, agar mahasiwa mampu berpikir kritis dan
objektif terhadap persoalan kenegaraan, HAM, dan demokrasi, agar mahasiswa mampu
memberikan kontribusi dan solusi terhadap berbagai persoalan kebijakan publik, agar
mahasiswa mampu meletakkan nilai-nilai dasar secara bijak (berkeadaban).

Pendidikan Kewarganegaraan lah yang mengajarkan bagaimana seseorang


menjadi warga negara yang lebih bertanggung jawab. Karena kewarganegaraan itu tidak
dapat diwariskan begitu saja melainkan harus dipelajari dan di alami oleh masing-masing
orang. Apalagi negara kita sedang menuju menjadi negara yang demokratis, maka secara
tidak langsung warga negaranya harus lebih aktif dan partisipatif. Oleh karena itu kita
sebagai mahasiswa harus memepelajarinya, agar kita bisa menjadi garda terdepan dalam
melindungi negara. Garda kokoh yang akan terus dan terus melindungi Negara walaupun
akan banyak aral merintang di depan.

Kita semua tahu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan bagaimana


warga negara itu tidak hanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan
bagaimana sesungguhnya warga negara itu harus toleran dan mandiri. Pendidikan ini
membuat setiap generasi baru memiliki ilmu pengetahuan, pengembangan keahlian, dan
juga pengembangan karakter publik. Pengembangan komunikasi dengan lingkungan yang
lebih luas juga tecakup dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Meskipun pengembangan
tersebut bisa dipelajari tanpa menempuh Pendidikan Kewarganegaran, akan lebih baik
lagi jika Pendidikan ini di manfaatkan untuk pengambangan diri seluas-luasnya.

12
Rasa kewarganegaraan yang tinggi, akan membuat kita tidak akan mudah goyah
dengan iming-iming kejayaan yang sifatnya hanya sementara. Selain itu kita tidak akan
mudah terpengaruh secara langsung budaya yang bukan berasal dari Indonesia dan juga
menghargai segala budaya serta nilai-nilai yang berlaku di negara kita. Memiliki sikap
tersebut tentu tidak bisa kita peroleh begitu saja tanpa belajar. Oleh karena itu mengapa
Pendidikan Kewarganegaraan masih sangat penting untuk kita pelajari. Sebagai contoh
adalah demonstrasi yang tidak bertanggung jawab yang dilakukan oleh mahasiswa. Tidak
ada yang melarang siapapun untuk berdemonstrasi, tapi tentu saja semua itu ada
aturannya. Kekacauan yang terjadi selama ini adalah mereka tidak mengetahui secara
jelas aturan – aturan yang berlaku ( tidak tahu ilmunya ) sehingga mereka cenderung
seenaknya sendiri dalam mengungkapkan aspirasinya atau mungkin saja mereka tahu tapi
tidak mau tahu ( pengamalan yang salah ). Pada akhirnya hal tersebut bukannya
memperbaiki keadaan malah menjadiakan keadaan semakin terpuruk.

Karena itu pada intinya perlu adanya keseimbangan antara ilmu dan amal. Ketika
semua warga negara sudah mengerti betul apa yang harus dilakukan, memiliki kesadaran
tinggi untuk mengetrapkannya dan akhirnya benar – benar melaksanakannya sesuai
aturan yang berlaku, saya percaya bahwa negara ini akan menjadi negara yang aman,
tentram, damai seperti apa yang sudah diidam – idamkan sejak dulu.

Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting manfaatnya, maka


di masa depan harus segera dilakukan perubahan secara mendasar konsep, orientasi,
materi, metode dan evaluasi pembelajarannya. Tujuannya adalah agar membangun
kesadaran para pelajar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan mampu
menggunakan sebaik-baiknya dengan cara demokratis dan juga terdidik.

Jadi Hakikat PKn, yaitu, Program pendidikan berdasarkan nilai-nilai Pancasila


sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang
berakar pada budaya bangsa yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam
bentuk perilaku dalam kehidupan sehari hari. Sebuah mata pelajaran yang memfokuskan
pada pembentukkan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan
suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945.

2.4 Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

13
PKn sebagai salah satu mata pelajaran bidang sosial dan kenegaraan memiliki
fungsi yang sangat esensial dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang
memiliki keterampilan hidup bagi diri, masyarakat, bangsa dan negara. Numan
Somantri (2001:166) memberikan pemaparan mengenai fungsi PKn sebagai berikut:

“Usaha sadar yang dilakukan secara ilmiah dan psikologis untuk memberikan
kemudahan belajar kepada peserta didik agar terjadi internalisasi moral Pancasila dan
pengetahuan kewarganegaraan untuk melandasi tujuan pendidikan nasional, yang
diwujudkan dalam integritas pribadi dan perilaku sehari-hari”.

Fungsi dari mata pelajaran PKn adalah sebagai wahana untuk membentuk warga
negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara
Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai
dengan amanat Pancasila dan UUD NKRI 1945.

Berdasarkan uraian di atas mengenai fungsi PKn, maka penulis menyimpulkan


bahwa pembelajaran PKn diharapkan dapat memberikan kemudahan belajar para siswa
dalam menginternalisasikan moral Pancasila dan pengetahuan kewarganegaraan untuk
melandasi tujuan pendidikan nasional, yang diwujudkan dalam integritas pribadi dan
perilaku sehari-hari.

2.5 Tujuan Pendidikan Kewarganegaran

Pendidikan Kewarganegaraan dilakukan oleh hampir seluruh bangsa di dunia,


dengan menggunakan nama seperti: civic education, citizenship education, democracy
education. PKn memiliki peran strategis dalam mempersiapkan warganegara yang
cerdas, bertanggungjawab jawab dan beerkeadaban. Menurut rumusan Civic
International (1995) bahwa “pendidikan demokrasi penting bagi pertumbuhan “civic
culture” untuk keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan pemerintahan, inilah satu
tujuan penting pendidikan “civic” maupun citizenship” untuk mengatasi political
apatism demokrasi (Azyumadi Azra, 2002 : 12 ). Semua negara yang formal menganut
demokrasi menerapkan Pendidikan Kewarganegaraan dengan muatan, demokrasi, rule
of law, HAM, dan perdamaian, dan selalu mengaitkan dengan kondisi situasional negara
dan bangsa masing-masing Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia semestinya

14
menjadi tanggungjawab semua pihak atau komponen bangsa, pemerintah, lembaga
masyarakat, lembaga keagamaan dan msyarakat industri (Hamdan Mansoer, 2004: 4)

Searah dengan perubahan pendidikan ke masa depan dan dinamika internal bangsa
Indonesia, program pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
harus mampu mencapai tujuan:

 Mengembangkan sikap dan perilaku kewarganegaraan yang mengapresiasi nilai-


nilai moral-etika dan religius.
 Menjadi warganegara yang cerdas berkarakter, menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan
 Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme, dan rasa cinta pada
tanah air.
 Mengembangkan sikap demokratik berkeadaban dan bertanggungjawab, serta
mengembangkan kemampuan kompetitif bangsa di era globalisasi.
 Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan

Menurut Branson (1999) tujuan civic education adalah partisipasi yang bermutu dan
bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat lokal, negara
bagian, maupun nasional. Tujuan PKn dalam Depdiknas (2006) adalah untuk
memberikan kompetensi sebagai berikut :

a). Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Kewarganegaraan.
b). Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c). Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lain.
d). Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Tujuan PKn yang dikemukakan oleh Djahiri (1994/1995) adalah sebagai berikut :

15
a Secara umum. Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian
Pendidikan Nasional, yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa yang
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur,
memiliki kemampuan pengetahuann dan keterampilan, kesehatan jasmani, dan
rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.”
b Secara khusus. Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai
golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab,
perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama
di atas kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran
pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah mufakat, serta
perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh
rakyat Indonesia.

Sedangkan menurut Sapriya (2001), tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah


partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga
negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional
Indonesia. Partisipasi warga negara yang efektif dan penuh tanggung jawab
memerlukan penguasaan seperangkat ilmu pengetahuan dan keterampilan intelektual
serta keterampilan untuk berperan serta. Partisipasi yang efektif dan bertanggung jawab
itu pun ditingkatkan lebih lanjut melalui pengembangan disposisi atau watak-watak
tertentu yang meningkatkan kemampuan individu berperan serta dalam proses politik
dan mendukung berfungsinya sistem politik yang sehat serta perbaikan masyarakat.

Tujuan umum pelajaran PKn ialah mendidik warga negara agar menjadi warga negara
yang baik, yang dapat dilukiskan dengan “warga negara yang patriotik, toleran, setia
terhadap bangsa dan negara, beragama, demokratis, Pancasila sejati” (Somantri, 2001).

Upaya agar tujuan PKn tersebut tidak hanya bertahan sebagai slogan saja, maka harus
dirinci menjadi tujuan kurikuler (Somantri, 1975:30), yang meliputi :

16
a Ilmu pengetahuan, meliputi hierarki: fakta, konsep, dan generalisasi teori.
b Keterampilan intelektual:
1) Dari keterampilan yang sederhana sampai keterampilan yang kompleks
seperti mengingat, menafsirkan, mengaplikasikan, menganalisis,
mensintesiskan, dan menilai.
2) Dari penyelidikan sampai kesimpulan yang sahih: (a) keterampilan
bertanya dan mengetahui masalah; (b) keterampilan merumuskan
hipotesis; (c) keterampilan mengumpulkan data; (d) keterampilan
menafsirkan dan mneganalisis data; (e) keterampilan menguji hipotesis;
(f) keterampilan merumuskan generalisasi, (g) keterampilan
mengkomunikasikan kesimpulan.
c Sikap: nilai, kepekaan dan perasaan. Tujuan PKn banyak mengandung soal-soal
afektif, karena itu tujuan PKn yang seperti slogan harus dapat dijabarkan.
d Keterampilan sosial: tujuan umum PKn harus bisa dijabarkan dalam
keterampilan sosial yaitu keterampilan yang memberikan kemungkinan kepada
siswa untuk secara terampil dapat melakukan dan bersikap cerdas serta
bersahabat dalam pergaulan kehidupan sehari-hari, Dufty (Numan Somantri,
1975) mengkerangkakan tujuan PKn dalam tujuan yang sudah agak terperinci
dimaksudkan agar kita memperoleh bimbingan dalam merumuskan: (a) konsep
dasar, generalisasi, konsep atau topik PKn; (b) tujuan intruksional, (c) konstruksi
tes beserta penilaiannya.

Djahiri (1995:10) mengemukakan bahwa melalui PKn siswa diharapkan,

a Memahami dan menguasai secara nalar konsep dan norma Pancasila sebagai
falsafah, dasar ideologi, dan pandangan hidup negara RI.
b Melek konstitusi (UUD NKRI 1945) dan hukum yang berlaku dalam negara RI.
c Menghayati dan meyakini tatanan dalam moral yang termuat dalam butir di atas.
d Mengamalkan dan membakukan hal-hal di atas sebagai sikap perilaku diri dan
kehidupannya dengan penuh keyakinan dan nalar.

Secara umum, menurut Maftuh dan Sapriya (2005) bahwa tujuan negara
mengembangkan Pendiddikan Kewarganegaraan agar setiap warga negara menjadi

17
warga negara yang baik (to be good citizens), yakni warga negara yang memiliki
kecerdasan (civics inteliegence) baik intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual;
memiliki rasa bangga dan tanggung jawab (civics responsibility); dan mampu
berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar :

a Memberikan pengertian, pengetahuan dan pemahaman tentang Pancasila yang


benar dan sah.
b Meletakkan dan membentuk pola pikir yang sesuai dengan Pancasila dan ciri
khas serta watak ke-Indonesiaan.
c Menanamkan nilai-nilai moral Pancasila ke dalam diri anak didik.
d Menggugah kesadaran anak didik sebagai warga negara dan warga masyarakat
Indonesia untuk selalu mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai moral
Pancasila tanpa menutup kemungkinan bagi diakomodasikannya nilai-nilai
laindari luar yang sesuai dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral
Pancasila terutama dalam menghadapi arus globalisasi dan dalam rangka
kompetisi dalam pasar bebas dunia.
e Memberikan motivasi agar dalam setiap langkah laku lampahnya bertindak dan
berperilaku sesuai dengan nilai, moral dan norma Pancasila.
f Mempersiapkan anak didik utuk menjadi warga negara dan warga masyarakat
Indonesia yang baik dan bertanggung jawab serta mencintai bangsa dan
negaranya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa PKn sebagai program


pengajaran tidak hanya menampilkan sosok program dan pola KBM yang hanya
mengacu pada aspek kognitif saja, melainkan secara utuh dan menyeluruh yakni
mencakup aspek afektif dan psikomotor. Selain aspek-aspek tersebut PKn juga
mengembangkan pendidikan nilai.

2.6 Pentingnya PKn Bagi Mahasiswa

Setiap kali kita mendengar kata kewarganegaraan, secara tidak langsung otak
merespon dan mengaitkan kewarganegaraan dengan pelajaran kewarganegaraan pada saat

18
sekolah, dan mata kuliah kewarganegaraan pada saat kita kuliah. Bisa jadi kata
kewarganegaraan di dalam memori otak tersimpan kuat karena setiap tahun dari sekolah
dasar hingga sekolah menengah atas ada pelajaran kewarganegaraan yang harus
dipelajari, dan ternyata saat kuliah juga ada. Dan di dalam bangku perkuliahan kita akan
mempelajari lebih dalam seberapa pentingnya pendidikan kewarganegaraan bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pendidikan Kewarganegaraan menjadi mata pelajaran setelah terpecah dari PPKn


ataupun Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pada awalnya di gabung menjadi
satu, karena isi dari Pendidikan Kewarganegaraan sendiri besumber dari Pancasila itu
sendiri. Selanjutnya di pecah menjadi mata pelajaran sendiri karena Pendidikan
Kewarganegaraan dianggap penting untuk di ajarkan kepada siswa dan dalam Pendidikan
Kewarganegaraan diajarkan materi kewarganegaraan yang lebih luas dan tidak hanya
bersumber langsung dari Pancasila. Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan bagi
sebagian mahasiswa tidak ubahnya mempelajari Pancasila tahap dua, atau bahkan tidak
jauh berbeda dengan Pendidikan Moral Pancasila dan Sejarah Bangsa. Beberapa
materinya memang berkaitan ataupun sama. Itulah mengapa Pendidikan
kewarganegaraan selalu ?dianak tirikan? dalam percaturan dunia pendidikan. Menurut
orang kebanyakan, lebih penting belajar matematika daripada PKn.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar


bela negara berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan
mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam perikehidupan bangsa.

Mahasiswa adalah bibit unggul bangsa yang di mana pada masanya nanti bibit ini
akan melahirkan pemimpin dunia. Karena itulah diperlukan pendidikan moral dan
akademis yang akan menunjang sosok pribadi mahasiswa. Kepribadian mahasiswa akan
tumbuh seiring dengan waktu dan mengalami proses pembenahan, pembekalan,
penentuan, dan akhirnya pemutusan prinsip diri. Negara, masyarakat masa datang,
diperlukan ilmu yang cukup untuk dapat mendukung kokohnya pendirian suatu Negara.

Negara yang akan melangkah maju membutuhkan daya dukung besar dari
masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang lebih berkualitas, dengan semangat

19
loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk menggugah masyarakat agar dapat tercipta
rasa persatuan dan kesatuan serta rasa turut memiliki. Masyarakat harus disadarkan untuk
segera mengabdikan dirinya pada negaranya, bersatu padu dalam rasa yang sama untuk
menghadapi krisis budaya, kepercayaaan, moral dan lain-lain. Negara harus
menggambarkan image pada masyarakat agar timbul rasa bangga dan keinginan untuk
melindungi serta mempertahankan Negara kita. Pendidikan kewarganegaraan adalah
sebuah sarana tepat untuk memberikan gambaran secara langsung tentang hal-hal yang
bersangkutan tentang kewarganegaraan pada mahasiswa.

Pendidikan kewarganegaraan sangat penting. Dalam konteks Indonesia,


pendidikan kewarganegaraan itu berisi antara lain mengenai pruralisme yakni sikap
menghargai keragaman, pembelajaran kolaboratif, dan kreatifitas. Pendidikan itu
mengajarkan nilai-nilai kewarganegaraan dalam kerangka identitas nasional.

Seperti yang pernah diungkapkan salah satu rektor sebuah universitas, ?tanpa
pendidikan kewarganegaraan yang tepat akan lahir masyarakat egois. Tanpa penanaman
nilai-nilai kewarganegaraan, keragaman yang ada akan menjadi penjara dan neraka dalam
artian menjadi sumber konflik. Pendidikan, lewat kurikulumnya, berperan penting dan itu
terkait dengan strategi kebudayaan.?

Beliau menambahkan bahwa ada tiga fenomena pasca perang dunia II,yaitu :

 Fenomena pertama, saat bangsa-bangsa berfokus kepada nation-building atau


pembangunan institusi negara secara politik. Di Indonesia, itu diprakarsai mantan
Presiden Soekarno. Pendidikan arahnya untuk nasionalisasi.
 Fenomena kedua, terkait dengan tuntutan memakmurkan bangsa yang kemudian
mendorong pendidikan sebagai bagian dari market-builder atau penguatan pasar
dan ini diprakarsai mantan Presiden Soeharto.
 Fenomena ketiga, berhubungan dengan pengembangan peradaban dan
kebudayaan. Singapura, Korea Selatan, dan Malaysia sudah menampakkan
fenomena tersebut dengan menguatkan pendidikannya untuk mendorong riset,
kajian-kajian, dan pengembangan kebudayaan.

20
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan
moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi
kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Sehingga dengan
mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi ilmu tentang tata Negara, menumbuhkan
kepercayaan terhadap jati diri bangsa serta moral bangsa, maka takkan sulit untuk
menjaga kelangsungan kehidupan dan kejayaan Indonesia.

Kompetensi yang diharapkan dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


antara lain agar mahasiswa mampu menjadi warga negara yang memiliki pandangan dan
komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi dan HAM, agar mahasiswa mampu
berpartisipasi dalam upaya mencegah dan menghentikan berbagai tindak kekerasan
dengan cara cerdas dan damai, agar mahasiswa memilik kepedulian dan mampu
berpartisipasi dalam upaya menyelesaikan konflik di masyarakat dengan dilandasi nilai-
nilai moral, agama, dan nilai-nilai universal, agar mahasiwa mampu berpikir kritis dan
objektif terhadap persoalan kenegaraan, HAM, dan demokrasi, agar mahasiswa mampu
memberikan kontribusi dan solusi terhadap berbagai persoalan kebijakan publik, agar
mahasiswa mampu meletakkan nilai-nilai dasar secara bijak (berkeadaban).

Pendidikan Kewarganegaraan lah yang mengajarkan bagaimana seseorang


menjadi warga negara yang lebih bertanggung jawab. Karena kewarganegaraan itu tidak
dapat diwariskan begitu saja melainkan harus dipelajari dan di alami oleh masing-masing
orang. Apalagi negara kita sedang menuju menjadi negara yang demokratis, maka secara
tidak langsung warga negaranya harus lebih aktif dan partisipatif. Oleh karena itu kita
sebagai mahasiswa harus memepelajarinya, agar kita bisa menjadi garda terdepan dalam
melindungi negara. Garda kokoh yang akan terus dan terus melindungi Negara walaupun
akan banyak aral merintang di depan.

Kita semua tahu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan bagaimana


warga negara itu tidak hanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan
bagaimana sesungguhnya warga negara itu harus toleran dan mandiri. Pendidikan ini
membuat setiap generasi baru memiliki ilmu pengetahuan, pengembangan keahlian, dan
juga pengembangan karakter publik. Pengembangan komunikasi dengan lingkungan yang

21
lebih luas juga tecakup dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Meskipun pengembangan
tersebut bisa dipelajari tanpa menempuh Pendidikan Kewarganegaran, akan lebih baik
lagi jika Pendidikan ini di manfaatkan untuk pengambangan diri seluas-luasnya.

Rasa kewarganegaraan yang tinggi, akan membuat kita tidak akan mudah goyah
dengan iming-iming kejayaan yang sifatnya hanya sementara. Selain itu kita tidak akan
mudah terpengaruh secara langsung budaya yang bukan berasal dari Indonesia dan juga
menghargai segala budaya serta nilai-nilai yang berlaku di negara kita. Memiliki sikap
tersebut tentu tidak bisa kita peroleh begitu saja tanpa belajar. Oleh karena itu mengapa
Pendidikan Kewarganegaraan masih sangat penting untuk kita pelajari.

Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting manfaatnya, maka


di masa depan harus segera dilakukan perubahan secara mendasar konsep, orientasi,
materi, metode dan evaluasi pembelajarannya. Tujuannya adalah agar membangun
kesadaran para pelajar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan mampu
menggunakan sebaik-baiknya dengan cara demokratis dan juga terdidik.

2.7 PKn Sebagai Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

2.7.1 PKN sebagai MPK

Nilai-nilai dasar Pancasila haruslah diterapkan sejak bangku Perguruan


Tinggi, disaat para Pemuda calon pemimpin bangsa ini mendapat pendidikan
pertamanya untuk dapat berkarya dengan baik setelah mereka lulus dari
Perguruan Tinggi nantinya. Semua itu dapat terwujud, dengan catatan pemerintah
berkenan masukkan kembali kurikulum Pendidikan Pancasila di Perguruan
Tinggi.

Selain itu, mengingat Visi Pkn di perguruan tinggi menjadi sumber nilai
dan pedoman penyelenggaraan program studi untuk mengantarkan mahasiswa
mengembangkan kepribadiannya selaku WNI yang berperan aktif menegakkan
demokrasi menuju masyarakat madani.

22
Untuk itulah mengapa disetiap Perguruan Tingga ada mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan. Karena dalam mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan inilah doktrin-doktrin Pancasila mulai ditanamkan didalam
jiwa setiap Mahasiswa, agar Mahasiswa mengenal, memahami, dan mengamalkan
nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar atau azas baginya nanti dalam berkarya
setelah lulus dari Perguruan Tinggi.

Misi Pkn di Perguruan Tinggi membantu mahasiswa sebagai WNI agar


mampu mewujudkan nilai-nilai dasar perjuangan bangsa Indonesia serta
kesadaran berbangsa, bernegara untuk menerapkan ilmunya secara bertanggung
jawab terhadap kemanusiaan dan pembangunan.

Kita ketahui bersama bahwa para kaum akademisi, atau para Mahasiswa
dan Mahasiswi yang saat ini duduk di bangku Perguruan Tinggi baik itu
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ataupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) kelak
akan menjadi seseorang yang memimpin bangsa ini dengan bidang keahliannya
masing-masing. Mereka akan berkarya dan membuat suatu karya yang akan
menentukan nasib bangsa ini kedepannya. Untuk itulah diperlukan penanaman
dan pemahaman nilai-nilai dasar Pancasila. Pancasila itu sendiri sifatnya empirik
karena digali oleh pengalaman nenek moyang bangsa Indonesia, telah mendarah
daging dalam diri insan Pancasilais, dan oleh karena itu terkristalisasi oleh nilai-
nilai luhur yang memancar pada sila-sila Pancasila.

Keberadaan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah


Pengembangan Kepribadian (MPK) ditetapkan melalui:

1. Kepmendiknas No. 232/U/2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum


Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, menetapkan
bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program
studi/kelompok program studi.

23
2. Kepmendiknas No.045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi
menetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila, dan Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan kelompok Mata Kuliah Pegembangan
Kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program
studi/kelmpok program studi.
3. Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas No. 43/Dikti/Kep/2006 tentang rambu-
rambu pelaksanaan pembelajaran kelompok mata kuliah pengembangan
kepribadian di perguruan tinggi, menetapkan status dan beban studi kelompok
mata kuliah Pengembangan Kepribadian. Bahwasannya beban studi untuk
Mata Kuliah Pendidikan Agama, Kewarganegaraan dan Bahasa masing-
masing sebanyak 3 sks.

Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh gambaran bahwa Pendidikan


Kewarganegaraan sebagai MPK karena PKn merupakan bagian kelompok MPK.
Pertanyaan yang muncul di sini yaitu mengapa Pendidikan Kewarganegaraan
diposisikan sebagai MPK ? Apa urgensi Pendidikan Kewarganegaraan sebagi
MPK? MPK adalah suatu program pendidikan nilai yang dilaksanakan melalui
proses pembelajaran di Perguruan Tinggi dan berfungsi sebagai model
pengembangan jati diri dan kepribadian para mahasiswa, bertujuan membangun
manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri, serta mempunyai rasa
tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Iriyanto Ws, 2005:2 ).

Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian termasuk Pendidikan


Kewarganegaraan yang termuat dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi tahun
akademik 2002-2003 dirancang berbasis kompetensi. Secara umum Kurikulum
Berbasis Kompetensi selalu menekankan kejelasan hasil didik sebagai seorang
yang memiliki kemampuan dalam hal;

1. Menguasai ilmu dan ketrampilan tertentu;


2. Menguasai penerapan ilmu dan ketrampilan dalam bentuk kekaryaan;
3. Menguasai sikap berkarya secara profesional;
4. Menguasai hakikat dan kemampuan dalam berkehidupan bermasyarakat

24
Keempat kompetensi program pembelajaran KBK tersebut di atas
dikembangkan dengan menempatkan MPK sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu, yaitu sebagai pedoman dan dasar kekaryaan. Seorang lulusan pendidikan
tinggi diharapkan mampu menerapkan bekal pendidikannya sebagai cara-cara
penemuan, pisau analisis (a method of inquiry) dalam memerankan dirinya
sebagai pencerah masyarakat, kehidupan berbangsa dan bernegara (Hamdan
Mansoer, 2004: 5).

Universitas memberikan Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


(MPK) sebagai pengembangan kepribadian karena pendidikan kewarganegaraan
dapat membantu mahasiswa-mahasiswi menjadi warga negara yang baik
sekaligus paham antara hak dan kewajiban, dapat hidup berdemokrasi, nasionalis,
dengan dibekali nilai-nilai moral, norma-norma yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat.

Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan juga merupakan pelajaran yang


menyelenggarakan pendidikan kebangsaan, demokrasi, hukum, multikultural, dan
kewarganegaraan bagi mahasiswa guna mendukung terwujudnya warga Negara
yang sadar akan hak dan kewajiban, serta cerdas, terampil dan berkarakter
sehingga dapat diandalkan untuk membangun bangsa dan Negara berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 sesuai bidang keilmuan dan profesinya.

Menurut Iriyanto, Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


(MPK) adalah suatu program pendidikan nilai yang dilaksanakan melalui proses
pembelajaran di Perguruan Tinggi dan berfungsi sebagai model pengembangan
jati diri dan kepribadian para mahasiswa, bertujuan untuk membangun manusia
Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri, serta mempunyai rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Agar bangsa Indonesia tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain maka


Pendidikan Nasional Indonesia perlu dikembangkan searah dengan perubahan
pendidikan ke masa depan. Pendidikan nasional memiliki fungsi sangat strategis

25
yaitu “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) di perguruan tinggi


sebagai kelompok MPK diharapkan dapat mengemban misi fungsi dan tujuan
pendidikan nasional tersebut. Melalui pengasuhan Pendidikan Kewarganegaraan
di perguruan tinggi yang substansi kajian dan materi instruksionalnya menunjang
dan relevan dengan pembangunan masyarakat demokratik berkeadaban,
diharapkan mahasiswa akan tumbuh menjadi ilmuwan atau profesional, berdaya
saing secara internasionasional, warganegara Indonesia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air.

Pergeseran nilai dapat terjadi disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor eksternal adalah pengaruh dari adanya globalisasi
yang masuk kedalam bangsa kita. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang
bersumber dari bangsa Indonesia sendiri.

Contoh dari faktor eksternal adalah globalisasi yang di semangati


liberalisme mendorong lahirnya sistem kapitalisme di bidang ekonomi dan
demokrasi liberal di bidang politik. Munculnya sistem baru seperti ini mampu
menggeser tatanan dunia lama yang lokal regional menjadi tatanan dunia baru
yang bersifat global. Masuknya nilai dan sistem – sistem baru dari luar seperti ini
menyebabkan terjadinya loncatan atau pergeseran dalam sistem tata nilai kita.
Muncul suatu keraguan untuk menerima nilai – nilai baru tersebut atau
mempertahankan nilai – nilai dasar yang dipegang oleh negara kita.

Sedangkan contoh dari faktor internal adalah faktor yang bersumber dari
bangsa Indonesia sendiri. Hal seperti ini dapat terjadi karena kurangnya
pemahaman seorang warga negara dalam memahami Pancasila. Pancasila
dianggap sebagai sebuah alat legitimasi kekuasaan Orde Baru yang tidak dapat
menyelesaikan krisis yang sedang dihadapi oleh negara. Pemikiran seperti ini
membuat semakin banyak orang yang menganggap remeh Pancasila, bahkan
menjadi anti Pancasila. Kesalahpahaman seperti ini menjadikan masyarakat telah

26
kehilangan sumber dan sarana orientasi terhadap nilai sikap anti Pancasila seperti
ini dapat menimbulkan masalah baru dalam masyarakat, yaitu berkurangnya sikap
nasionalisme.

Kita semua tahu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan


bagaimana warga negara itu tidak hanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi
juga mengajarkan bagaimana sesungguhnya warga negara itu harus toleran dan
mandiri. Pendidikan ini membuat setiap generasi baru memiliki ilmu
pengetahuan, pengembangan keahlian, dan juga pengembangan karakter publik.
Pengembangan komunikasi dengan lingkungan yang lebih luas juga tecakup
dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Meskipun pengembangan tersebut bisa
dipelajari tanpa menempuh Pendidikan Kewarganegaran, akan lebih baik lagi jika
Pendidikan ini di manfaatkan untuk pengembangan diri seluas-luasnya. Rasa
kewarganegaraan yang tinggi, akan membuat kita tidak akan mudah goyah
dengan iming-iming kejayaan yang sifatnya hanya sementara. Selain itu kita tidak
akan mudah terpengaruh secara langsung budaya yang bukan berasal dari
Indonesia dan juga menghargai segala budaya serta nilai-nilai yang berlaku di
negara kita. Memiliki sikap tersebut tentu tidak bisa kita peroleh begitu saja tanpa
belajar. Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting manfaatnya,
maka di masa depan harus segera dilakukan perubahan secara mendasar konsep,
orientasi, materi, metode dan evaluasi pembelajarannya. Tujuannya adalah agar
membangun kesadaran para pelajar akan hak dan kewajibannya sebagai warga
negara dan mampu menggunakan sebaik-baiknya dengan cara demokratis dan
juga terdidik.

2.7.1 Pedoman dan Sumber Orientasi

Telah Kita ketahui sebagaimana yang Penulis paparkan diatas, bahwa


Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
memiliki misi untuk mendoktrinkan nilai-nilai dasar Pancasila kepada para
Mahasiswa. Nilai-nilai dasar Pancasila yang telah didoktrinkan oleh para dosen
yang profesional itu digunakan untuk berkarya nantinya setelah para Mahasiswa
tersebut lulus dari Perguruan Tinggi.

27
Pancasila adalah falsafah yang identik dengan Pandangan Hidup Bangsa
Indonesia juga sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai hsil
perenungan yang mendalam dari para tokoh-tokoh kenegaraan Indonesia yang
semul untuk merumuskan dasar Negara yang akan merdeka adalah merupakan
suatu sistem filsafat, karena telah memenuhi ciri-ciri pokok filsafat. Untuk itu,
maka nilai-nilai dasar Pancasila yang telah mereka dapatkan di bangku Perguruan
Tinggi harus dijadikan sebagai Pedoman dan Sumber Orientasi. Sehingga disaat
mereka mencapai masa untuk berkarya, maka para Mahasiswa tersebut memiliki
pedoman yang jelas, yaitu nilai-nilai Pancasila. Sehingga terlaksana dengan
sempurnalah proses pengembangan kepribadian yang telah mereka jalani di
bangku Perguruan Tinggi.

Peran nilai-nilai dalam setiap Sila Pancasila adalah sebagai berikut.

1) Nilai Ketuhanan dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa : dalam Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, tidak memberikan ruang sedikitpun bagi
faham Ateisme, Fundamentalisme, dan Ekstrimisme Keagamaan,
Sekularisme keilmuan, Antroposentrisme dan Kosmosentrisme. Sehingga
jelas yang dimaksud dengan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah, keyakinan
dan pengakuan yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan terhadap suatu
Dzat Yang Maha Tunggal tiada duanya yang Sempurna sebagai Penyebab
Pertama.[8] Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini juga menempatkan
manusia dalam alam sebagai bagiannya dan bukan sebagai pusatnya. Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa ini juga melengkapi ilmu pengetahuan
menciptakan perimbangan antara yang rasional dan irasional, antara akal
dan fikiran. Sehingga, moral Pancasila yang pertama adalah Keyakinan
dan Kerukunan sebagai wujud nyata dari ketaqwaam dam keimanan.[9]
Karena hasil karya yang baik, selalu datang dari orang-orang yang berlatar
belakang baik.
Adapun perwujudan dari Ketuhanan Yang Maha Esa ini ialah sikap hidup,
pandangan hidup, dan taat kepada Tuhan dengan dibimbing ajaran

28
agamaNya, yang telah diwahyukan kepada orang-orang tertentu yang
biasa disebut para Rasul dan Nabi.[10]
2) Nilai Kemanusiaan dalam Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab :
Pengembangan Ilmu harus didasari pada tujuan awal ditemukan ilmu atau
fungsinya semula, yaitu untuk mencerdaskan, mensejahterakan, dan
memartabatkan manusia, ilmu tidak hanya untuk kelompok dan lapisan
tertentu. Untuk itu, maka Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
memberi arah dan pengendalian Ilmu Pengetahuan. Keadilan yang
dimaksud adalah keadilan yang benar bukan Keadilan yang tidak
berlandaskan pada kebenaran.[11]
3) Nilai Persatuan dalam Sila Persatuan Indonesia : Solidaritas pada
Subsistem sangat penting untuk kelangsungan keseluruhan individualitas,
tetapi tidak mengganggu integrasi. Nilai Persatuan dalam Sila Persatuan
Indonesia sensinya adalah pengakuan Kebhinekaan dalam Persatuan:
Koeksistensi, Kohesivitas, Kesetaraan, Kekeluargaan, Supremasi Hukum.
Sila Persatuan Indonesia juga memiliki nilai yang mengkomplementasikan
universalisme dalam sila-sila yang lain, sehingga supra sistem tidak
mengabaikan sistem dan sub sistem.
4) Nilai Kerakyatan dalam Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan: Eksperimentasi
penerapan dan penyebaran Ilmu Pengehatuan harus demokratis dapat
dimusyawarahkan secara perwakilan, sejak dari kebijakan, penelitian, dan
penerapan masal. Nilai Kerakyatan dalam Sila ke 4 ini esensinya adalah
menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi yang berkeadaban. Tidak
memberi ruang bagi egoisme keilmuan (puritanisme, otonomi keilmuan),
liberalisme dan individualism dalam konteks kehidupan. Nilai Kerakyatan
dalam Sila ke 4 ini juga mengimbangi otodinamika ilmu pengetahuan dan
teknologi berevolusi sendiri dengan leluasa.
5) Nilai Keadilan dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia,
menekankan ketiga keadilan Aristoteles: keadilan distributif, keadilan
kontributif, dan keadilan komulatif. Keadilan sosial juga menjaga

29
keseimbangan kepentingan antara individu dan masyarakat, karena
kepentingan individu tidak boleh terinjak oleh kepentingan semu.
Individualitas merupakan landasan yang memungkinkan timbulnya
kreativitas dan inovasi. Dalam arti lain, keadilan bermakna melindungi
dan membantu yang tidak berdaya, tidak ada rasa cemburu sosial yang
tinggi karena tidak ada kelompok tertentu diberlakukan istimewa yang
didasarkan atas norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.[12]

Dalam penyusunan dan pengembangan substansi kajian Pendidikan


Kewarganegaraan didalam Perguruan Tinggi, kelima nilai dasar inilah yang
ditanamkan kepada para Mahasiswa sebagai pedoman dan sumber orientasi
mereka untuk mereka dalam berkarya.

2.7.1 PKn Sebagai Pendidikan Karakter

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan


politik yang fokus materinya berupa peranan warga negara dalam kehidupan
bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk membina peranan
tersebut sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945 agar menjadi warga
negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara (Prewitt & Dawson, dan
Aziz dkk dalam Cholisin, 2004:10). Pendidikan Kewarganegaraan lebih
merupakan bentuk pengajaran politik atau pendidikan politik. Sebagai pendidikan
politik berarti fokusnya lebih menekankan bagaimana membina warga negara
yang lebih baik (memiliki kesadaran politik dan hukum) lewat suatu proses
belajar mengajar (Cholisin, 2004:11). Selain itu, Pendidikan Kewarganegaraan
adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kemudian tujuan mata
pelajaran Kewarganegaraan menurut Kurikulum 2004 adalah untuk memberikan
kompetensi-kompetensi sebagai berikut:

1. berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu


kewarganegaraan;

30
2. berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, bernegara;
3. berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama
dengan bangsa-bangsa lainnya;
4. berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi (Standar Kompetensi Kewarganegaraan SMA/Aliyah Tahun
2003).

Selain itu, dari sisi teori dan implementasinya mata pelajaran PKn mempunyai
peran yang sangat penting dalam pendidikan untuk mengembangkan
pembangunan karakter melalui peran guru PKn. Sesuai dengan salah satu misi
mata pelajaran PKn paradigma baru yaitu sebagai pendidikan karakter.

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang perlu didukung dengan baik dan
nyata, dengan pendidikan karakter yang tepat akan dihasilkan output generasi
muda yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas secara lahir maupun
batin.

PKn sebagai salah satu mata pelajaran yang memiliki muatan dalam pendidikan
moral dan nasioalisme, merupakan sebuah mata pelajaran yang wajib mengambil
bagian dalam proses pendidikan karakter melalui peran guru PKn. Dengan
menerapkan metode pengajaran yang tepat dan didukung oleh semua jajaran
personel dilembaga pendidikan tersebut, maka guru PKn dapat mengambil
inisiatif untuk menjadi pendorong berlangsungnya program pembelajaran karakter
tersebut. Sebagai output dari pembelajaran PKn ini akan diperoleh generasi yang
memiliki sumber daya manusia yang benar-benar berkualitas sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.

Untuk mewujudkan pendidikan PKn sebagai bagian dari pendidikan karakter


yang mengandung moral, nilai, demokrasi serta Pancasila, maka ada beberapa hal
yang perlu dilakukan guru PKn, yakni sebagai berikut:

31
1. Dalam pembelajaran PKn sebaiknya dilakukan dengan pendekatan
komprehensif, baik komprehensif dalam isi, metode, maupun dalam
keseluruhan proses pendidikan. Isi pendidikan PKn hendaknya meliputi
semua permasalahan yang berkaitan dengan pilihan nilai pribadi sampai
nilai-nilai etika yang bersifat umum. Selain itu, guru PKn juga perlu
memahami dengan baik mengenai konsep dan indikator karakter yang
hendak diinternalisasikan kepada peserta didik supaya guru PKn dapat
membuat silabus dan RPP dengan baik sehingga dapat melaksanakan
pembelajaran secara efektif.
2. Metode pembelajaran PKn yang digunakan oleh guru PKn, harus
mengembangkan pembelajaran aktif dengan menggunakan banyak metode
belajar seperti penanaman nilai melalui studi pustaka, klarifikasi nilai
melalui mengamati/mengobservasi, analisis nilai melalui pemecahan
masalah/kasus, maupun diskusi kelas untuk menanamkan nilai berpikir
logis, kritis, kreatif dan inovatif.
3. Guru PKn hendaknya menjadi model atau contoh bagi peserta didik
sebagai guru yang berkarakter. Jadi dalam setiap sikap dan tindakan guru
PKn harus menggambarkan karakter yang diinternalisasikan kepada
peserta didiknya.
4. Untuk mewujudkan PKn sebagai bagian dari pendidikan karakter maka
harus menciptakan kultur sekolah yang kondusif bagi pengembangan
karakter peserta didik. Sehingga, kultur sekolah yang berupa norma-
norma, nilai-nilai, sikap, harapan-harapan, dan tradisi yang ada di sekolah
yang telah diwariskan dan dipegang bersama yang mempengaruhi pola
pikir, sikap, dan pola tindakan seluruh warga sekolah. Karena kultur
sekolah yang positif dan sehat akan berdampak pada motivasi, prestasi,
produktivitas, kepuasan serta kesuksesan siswa dan guru.

Dalam mencapai tujuan ini tentunya Pendidikan PKn tidak dapat berdiri sendiri,
tetapi harus bisa berkolaborasi dengan mata pelajaran yang lain, seperti mata
pelajaran agama. Pekerjaan ini memang bukan hanya bertumpu pada mata
pelajaran PKn tetapi mata pelajaran PKn akan menjadi dasar dan motor dalam

32
setiap kegiatan dan aktivitas yang ada, dan guru PKn akan menjadi pengontrol
dan pembimbing dalam pelaksanaannya. Tentu saja, untuk mewujudkan tujuan
ini, guru PKn harus didukung dan dibantu oleh semua warga sekolah melalui
kerjasama yang baik antara semua pihak, baik oleh kepala sekolah, guru, siswa,
serta komite sekolah.

33
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Pendidikan kewarganeraaan adalah suatu upaya sadar dan terencana


mencerdaskan warga negara (khususnya generasi muda). Caranya dengan menumbuhkan
jati diri dan moral bangsa agar mampu berpartisipasi aktif dalam pembelaan negara.
Dalam sejarah timbulnya istilah Civics di Indonesia dapat dilukiskan secara
kronologis.Sejak tahun 1957 dalam kurikulum Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Atas terdapat istilah kewarganegaraan yaitu pelajaran yang ditempelkan dalam
pelajaran tatanegara. Pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan
berdasarkan Nilai-nilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa yang diharapkan
menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk prilaku dalam kehidupan sehari-hari para
mahasiswa baik sebagai individu, sebagai calon guru/pendidik, anggota masyarakat dan
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Universitas memberikan Mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan (MPK) sebagai pengembangan kepribadian karena pendidikan
kewarganegaraan dapat membantu mahasiswa-mahasiswi menjadi warga negara yang
baik sekaligus paham antara hak dan kewajiban, dapat hidup berdemokrasi, nasionalis,
dengan dibekali nilai-nilai moral, norma-norma yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat.

3.2 Saran

Dalam era globalisasi diperlukan adanya suatu pola pendidikan yang mengarah
pada pembentukan karakter agar terciptanya manusia yang berkepribadian serta
berkarakter. Jadilah warga Negara Indonesia yang baik. Taat pada hukum dan norma-
norma yang berlaku, taat pada pancasila dan taat pada undan – undang dasar 1945.

34
DAFTAR PUSTAKA

Maswardi M. Amin (2011). Pendidikan Karakter Anak Bangsa. Jakarta: Baduose Media.

Sinamo, Nomensen (2010). Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.


Jakarta: PT. Bumi Intitama Sejahtera.

Budiyanto.Pendidikan Kewarganegaraan .Yogyakarta: UNY Press. 2004

Endang Zaelani Zukarya, dkk. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan


Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.

Prof. DR. H. Kaelani, M.S. dan Drs. H. Achmad Zubaidi, M.Si. PendidikanKewarganegaraan


Untuk Perguruan Tinggi. Penerbit Paradigma:Yogyakarta 2007

Winarno. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008

http://biasamembaca.blogspot.co.id/2015/05/perkembangan-pendidikan-kewarganegaraan.html
Diakses pada 19-11-2016 pukul 20.00

https://endriyb.wordpress.com/category/pendidikan-kewarganegaraan/ diakses pada 19-


11-16 pukul 20.37

http://nurdiansyahgundar.blogspot.co.id/2013/04/hakikat-mempelajari-pendidikan_1.html
diakses pada 19-11-16 pukul 21.00

http://dodirullyandapgsd.blogspot.co.id/2014/08/pengertian-tujuan-dan-ruang-
lingkup_85.html diakses pada 19-11-16 pukul 22-30

35

Anda mungkin juga menyukai