Oleh:
KELOMPOK 7
Anggota:
AZIZAH FADHILA (16175038)
CHYNTIA ARMAN (16175039)
REFMAINAWITA (16175052)
PENDIDIKAN FISIKA A
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. FESTIYED, MS
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Landasan Ilmu pendidikan dengan judul “Pendidikan Masa
Depan”
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah, Ibu Prof. Dr.
Festiyed, M. S
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Semoga makalah ini bisa
dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................................ 40
B. Saran ........................................................................................................... 41
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sektor yang sangat menentukan kualitas suatu
bangsa. Kegagalan pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa.
Keberhasilan pendidikan juga secara otomatis membawa keberhasilan sebuah
bangsa. Untuk menghadapi tantangan masa depan yang globalisasi, IPTEK, arus
informasi yang cepat dan layanan professional, maka diperlukan pembaharuan
pendidikan yang dilakukan secara sistemik dan sistematik, yaitu pendidikan yang
dirancang secara teratur melalui perencanaan yang bertahap dan menyeluruh
mulai dari lapisan system pendidikan nasional, lembaga pendidikan sampai lapis
individual. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya merupakan kunci
keberhasilan bangsa dan Negara Indonesia dalam menghadapi masa depan.
Begitu banyak dan kompleks permasalahan di dalam bidang pendididikan.
Kurikulum yang berganti-ganti rupanya belum mampu menciptakan pendidikan
yang berkualitas. Berawal dari permasalahan kompleks pendidikan, muncul
banyak tantangan masa depan pendidikan. Di dalam makalah ini akan dibahas
pendidikan masa depan beberapa solusi penting tantangan pendidikan masa
depan, dan bagaimana pendidikan masa depan menurut pandangan Indonesia,
pandangan islam, barat.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana konsep pendidikan masa depan?
2. Apa saja tantangan pendidikan pada abad-21 ?
3. Bagaimana visi pendidikan dalam menghadapi abad 21 ?
4. Apa saja ciri pendidikan masa depan?
5. Bagaimana pendidikan masa depan berdasarkan pandangan Indonesia?
6. Bagaimana pendidikan masa depan berdasarkan pandangan Islam?
7. Bagaimana pendidikan masa depan berdasarkan pandangan Barat?
1
2
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Menjelaskan tantangan pendidikan pada abad-21
2. Menjelaskan visi pendidikan dalam menghadapi abad 21.
3. Menjelaskan arah perkembangan pendidikan masa depan.
4. Menjelaskan upaya pendidikan masa depan bagi Indonesia.
5. Bagaimana pendidikan masa depan berdasarkan pandangan Indonesia?
6. Bagaimana pendidikan masa depan berdasarkan pandangan Islam?
7. Bagaimana pendidikan masa depan berdasarkan pandangan Barat?
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca untuk:
1. Bagi pembaca dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan.
2. Bagi mahasiswa dapat membantu memahami pendidikan masa depan.
3. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata kuliah Landasan Ilmu
Pendidikan Program Studi Magister Pendidikan Fisika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Dasar Pendidikan Masa Depan
Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003, Pendidikan adalah sebuah
usaha sadar yang terencana yang dilakukan untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan juga keterampilan yang diperlukan
untuk dirinya sendiri beserta masyarakat. Pendidikan akan memberikan
perbekalan yang ada pada masa kanak-kanak sampai remaja yang nantinya akan
dibutuhkan pada saat kita dewasa nanti. (J.J. Rousseau). Menurut beberapa ahli
pendidikan adalah:
1. Prof. H. Mahmud Yunus : Yang dimaksud pendidikan ialah suatu usaha yang
dengan sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak yang
bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak
sehingga secara perlahan bisa mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-
citanya yang paling tinggi. Agar memperoleh kehidupan yang bahagia dan apa
yang dilakukanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa,
negara dan agamanya.
2. Prof. Dr. John Dewey : Menurutnya pendidikan merupakan suatu proses
pengalaman. Karena kehidupan merupakan pertumbuhan, maka pendidikan
berarti membantu pertumbuhan batin manusia tanpa dibatasi oleh usia. Proses
pertumbuhan adalah proses penyesuaian pada setiap fase dan menambah
kecakapan dalam perkembangan seseorang melalui pendidikan.
3. M.J. Langeveld : Pendidikan merupakan upaya dalam membimbing manusia
yang belum dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan adalah suatu usaha dalam
menolong anak untuk melakukan tugas-tugas hidupnya, agar mandiri dan
bertanggung jawab secara susila. Pendidikan juga diartikan sebagai usaha
untuk mencapai penentuan diri dan tanggung jawab.
4. Prof. Herman H. Horn : Beliau berpendapat bahwa pendidikan adalah suatu
proses dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang
3
4
secara fisik dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan seperti
termanifestasikan dalam alam sekitar, intelektual, emosional dan kemauan dari
manusia.
5. Driyarkara : Pendidikan diartikan sebagai suatu upaya dalam memanusiakan
manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf yang insani.
6. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) : Pendidikan yaitu sebuah proses
pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan
pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek tertentu dan spesifik.
Pengetahuan yang diperoleh secara formal tersebut berakibat pada setiap
individu yaitu memiliki pola pikir, perilaku dan akhlak yang sesuai dengan
pendidikan yang diperolehnya.
7. Ki Hajar Dewantara : Menurutnya pendidikan adalah suatu tuntutan di dalam
hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya ialah bahwa pendidikan menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar sebagai manusia dan
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup yang
setinggi-tingginya.
karenanya turut serta berperan aktif sebagai bagian dalam kehidupan mereka
berbangsa dan bermasyarakat di tempat mereka tinggal.
2. Ketegangan antara universal dengan individual: kebudayaan pasti menjadi
bersifat global, tetapi hanya bersifat sebagian-sebagian. Kita tidak dapat
mengabaikan harapan-harapan yang dijanjikan oleh proses globalisasi dan
juga resiko-resikonya, serta tak sedikitpun melupakan sifat unik manusia
sebagai individu; dengan demikian resiko mereka, mereka harus memilih
masa depan mereka sendiri dan berhasil mencapai sepenuhnya kemampuan
mereka dalam khazanah kekayaan tradisi-tradisi budaya mereka yang terawat
dengan baik dan budaya mereka sendiri dapat terancam oleh perkembangan
mutakhir apabila tidak mereka sendiri yang merawatnya.
3. Ketegangan antara tradisi dengan kemodernan: hal ini merupakan bagaimana
tradisi dapat menyesuaikan diri pada perubahan tanpa harus kembali kemasa
lampau, bagaimana otonomi atau kemandirian dapat dicapai seiring dengan
perkembangan kebebasan orang lain dan bagaimana kemajuan ilmiah dapat
diterima dalam masyarat
4. Ketegangan antara pertumbuhan jangka panjang dengan jangka pendek:
dewasa ini, informasi berkembang pesat dan emosi terus menerus tertuju pada
masalah-masalah yang perlu pemecahannya. Masalah tersebut memerlukan
strategi dan perbaikan keadaan melalui perencanaan yang terencana yang
berefek pada pertumbuhan jangka panjang dan pendek.
5. Ketegangan antara perlunya kompetisi dengan kesamaan kesempatan: hal ini
merupakan maslah klasik yang dihadapi oleh para pengambil keputusan
dalam bidang ekonomi dan sosial serta pendidikan. Tekanan yang datang
merupakan dari kompetisi yang menyebabkan para pengambil keputusan
kehilangan wewenang.
6. Ketegangan antara perluasan pengretahuan yang berlimpah ruah dengan
kemampuan manusia untuk mencernanya: komisi tidak dapat menentang
terhadap perubahan pengetahuan baru. Oleh karena itu, perlu pembaharuan
kurikulum dan strategi untuk menghadapi perkembangan zaman.
7. Ketegangan antara spritual dengan material: nilai nilai yang disebut dengan
moral merupakan hal yang penting dalam mendorong setiap orang bertindak
6
kunci belajar, motivasi belajar, dan kepribadian yang kuat. Bagi seorang pendidik
sangat perlu untuk mengetahui visi pendidikan menurut UNESCO yang telah di
setting menjadi formulasi yang relevan bagi pendidikan untuk menghadapi
kuatnya persaingan peradapan abad 21 ini. Adapun Visi Pendidikan abad 21
menurut UNESCO memiliki empat pilar. Menurut Mudyahardjo (2012) visi
tersebut terdiri atas :
1. Learning to know ( belajar untuk mengetahui )
Secara harfiah atau terminologis makna dari learning to know adalah belajar
untuk mengetahui. Pada dasarnya kegiatan belajar apapun maksud tujuannya
adalah mengetahui bahan-bahan yang dipelajari agar seseorang mempunyai
banyak informasi yang kelak berguna. Adapun maksud subtansinya adalah
mengetahui yang tidak sebatas memiliki materi informasi yang sebanyak-
banyaknya, menyimpan dan mengingat selama-lamanya dengan setepat-tepatnya
sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang telah diberikan akan tetapi kemampuan
memahami makna di balik materi ajar yang telah diterimanya (Mastuhu. 2003).
Dalam bahasa lain memahami makna tersirat dari yang tersurat.
Belajar yang seperti ini juga bukanlah persoalan memperoleh informasi
yang sudah dirinci, dikodifikasi melainkan menguasai instrumen-instrumen
pengetahuan itu sendiri dan hal itu dapat dipandang sebagai alat maupun tujuan
hidup (Delor, 1996). Sebagai alat, pengetahuan digunakan untuk mencapai
berbagai tujuan, seperti memahami lingkungan, hidup layak sesuai kondisi
lingkungan, pengembangan keterampilan bekerja, berkomunikasi, dll. Adapun
sebagai hasil, pengetahuan merupakan dasar kepuasan memahami, mengetahui
dan menemukan.
Selain itu belajar untuk mengetahui juga diharapkan tumbuh kembangnya
kemampuan menangkap peluang untuk melakukan pendekatan ilmiah yang tidak
hanya melalui logika empiris semata, tetapi juga secara transedental yaitu
kemampuan mengaitkannya dengan nilai-nilai Ilahiyah. Dengan belajar ini
diharapkan mampu menuntun untuk dapat memahami hubungan antara ilmu
dengan ayat-ayat Allah baik qauliyah maupun kauniyah.
Wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad saw adalah
perintah tuk membaca, walaupun Nabi tidak bisa membaca namun tetap disuruh
8
malaikat Jibril untuk membaca, membaca dan membaca. Secara eksplisit Allah
SWT ingin menghendaki hamba hamba-Nya untuk membaca baik dalam arti
harfiah membaca teks ataupun membaca dalam arti melihat, merenung,
menghayati alam dan lingkungan sekitar terhadap ayat-ayat Allah akan kebesaran-
Nya yang menandakan bahwa manusia harus tunduk dan bersyukur atas segela
karunia yang diberikan. Allah berfirman:
Artinya: (1) bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, (2)
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, (4) yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Learning to know juga sering disebut juga dengan learning to think (belajar
bagaimana berpikir). Berpikir yang terus menerus ini bukan hal yang mudah.
Termasuk disini adalah sasaran agar berpikir secara rasional, tidak semata-mata
mengikuti kata-kata orang atau “membeo”, bahkan juga tidak mandeg atau
tumpul. Hasilnya akan menjadikan seseorang yang independen, gemar membaca,
mau selalu belajar, mempunyai pertimbangan rasional (logical thinking) tidak
semata-mata emosional dan selalu curious untuk tahu segala sesuatu.
2. Learning to do ( belajar untuk berbuat)
Learning to do (belajar bertindak/berbuat/berkarya) belajar berkarya erat
hubungannya dengan belajar mengetahui, sebab pengetahuan mendasari
perbuatan. Adapun maksud UNESCO dari learning to do adalah bagaimana
pendidikan mengajarkan perserta didik untuk mempraktekkan apa yang sudah
dipelajarinya dan mengarahkan pada kemampuan profesional terhadap dunia
pekerjaan dimasa depannya. Belajar ini merupakan konsekuensi logis dari
learning to know, yang berarti bahwa pendidikan melalui proses belajar
mengajarnya tidak sekedar transfer knowledge (memberi ilmu pengetahuan)
kepada peserta didik tapi diarahkan pada semangat berbuat, semangat
mengamalkan ilmu dan semangat-semangat lain yang searah dengan bertindak
sesuai ilmu yang didapatnya.
9
Artinya : Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain ( QS. Al-Insyrah : 7 )
Jadi arah yang dinginkan dari belajar berkarya adalah membentuk pribadi
peserta didik yang mengoptimalkan potensi diri dengan terus mengamalkan apa
sudah didapatkannya atau berkarya dalam kondisi apapun dan dimanapun,
sehingga ia menjadi bermanfaat baik bagi diri maupun orang lain.
3. Learning to be ( belajar untuk menjadi dirinya sendiri)
10
Artinya : Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah Allah
memperbaikinya (QS Al-A’raf : 85)
Oleh karena itu pendidikan harus mendidik anak untuk sadar akan
lingkungannya agar bumi yang kita huni terjaga dan terpelihara. Ini sekaligus
menambah kejelasan adanya konteks etika dalam kehidupan bagi seseorang.
4. Learning to live together ( belajar untuk hidup bersama)
Learning to live together (belajar hidup bersama) merupakan pilar terakhir
yang mempunyai arti belajar untuk hidup bersama, bermasyarakat dan bersosial.
Bahwa kenyataan kehidupan di dunia ini adalah pluralisme, majemuk dan
beraneka ragam baik ras, agama, etnik dan sekte sehingga tidak mungkin
11
mengajarkan anak untuk hidup sendiri atau untuk diri sendiri karena
bagaimanapun juga seseorang butuh orang lain, sehingga jenis belajar ini adalah
mengajarkan untuk dapat bersosial dan bermanfaat di lingkungannya. Dalam
kehidupan yang berwarna ini, tiap kelompok memiliki latar belakang pendidikan,
kebudayaan, tradisi dan tahap perkembangan yang berbeda, agar bisa bekerja
sama dan hidup rukun, maka anak harus banyak belajar hidup bersama being
sociable (berusaha membina kehidupan bersama).
Menurut Jumadi (2010) konteks learning to live together terkait dengan
kemampuan peserta didik berperan sertra dan bekerja sama dengan orang lain
dalam semua kegiatan manusia. Dan ini mempunyai fungsi strategis terlebih di
masyarakat majemuk, perlu membangun peserta didik tidak hanya cerdas secara
mental, tetapi juga perlu cerdas secara sosial bahkan spiritual. Dalam laporanya,
UNESCO mengungkapkan bahwa jenis belajar ini merupakan salah satu persoalan
yang besar dalam pendidikan dewasa ini, karena atmosfer persaingan, perselisihan
atau pertengakaran begitu kental sehingga sering terjadi chaos hanya karena
masalah-masalah sepele yang pada akhirnya manusia lebih memilih egonya
sendiri dari pada kepentingan hidup bersama. Oleh sebab itu, masih menurut
UNESCO, bahwa pendidikan tampaknya harus menumpuh dua jalan yang saling
melengkapi untuk menghindarkan atau menyelesaikan perselisihan maupun
pertengakaran, yaitu menemukan orang lain dalam arti bersosial dan berkerjasama
ke arah tujuan bersama. Pemahaman akan pluralisme akan menyadarkan diri akan
nilai-nilai universal, seperti hak asasi manusia atau HAM,demokrasi dan
semacamnya sedangkan sikap inklusivisme yang hanya mau hidup sendiri dan
tidak memperhitungkan orang lain tidak dapat bertahan lama. Kenyataan ini
semakin konkrit lagi dengan adanya globalisasi yang dikuasai oleh alat-alat
teknologi komunikasi, dimana pluralisme
Secara naluriah manusia memang human social (manusia sosial) yang
hidup berkelompok, tidak menyendiri. Sejak kecil hingga besar nalurinya sudah
membimbing untuk hidup bersama. Akan tetapi mengandalkan naluri saja tidaklah
cukup harus iarahkan melalui pendidikan, dan learning to live together sebagai
salah satu cara untuk menguatkan visi pendidikan agar nilai-nilai sosial jangan
sampai luput diajarkan pada diri anak, tidak sekedar bersosial tapi bagaimana ia
12
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal (QS Al-Hujurat : 13)
Melalui tiga tahap proses belajar mengetahui, belajar berkarya, belajar
menjadi diri pada akhirnya ia harus belajar hidup bersama di tengah masyarakat
yang majemuk, bukan menjadi pelengkap tapi menjadi pribadi yang berguna baik
untuk agama, masyarakat dan negara.
D. Ciri-ciri Pendidikan Masa Depan
Untuk bisa mengikuti tantangan abad ke 21 dan perkembangan zaman
dengan baik, maka dari itu pendidikan masa depan setidaknya memiliki ciri,
sebagai berikut.
1. Peserta didik secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
yang dipelajarinya.
2. Peserta didik secara aktif terlibat di dalam mengelola pengetahuannya.
3. Penguasaan materi dan juga mengembangkan karakter peserta didik (life-long
learning).
4. Penggunaan multimedia.
5. Guru sebagai fasilitator, evaluasi dilakukan bersama dengan peserta didik.
6. Terpadu dan berkesinambungan.
7. Menekankan pada pengembangan pengethuan. Kesalahan menunjukkan
proses belajar dan dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar.
8. Iklim yang tercipta lebih bersifat kolaboratif, suportif, dan kooperatif.
9. Peserta didik dan guru belajar bersama dalam mengembangkan, konsep, dan
keterampilan.
13
partisipatori sekolah sehingga tercipta hubungan yang baik antara sekolah dan
orangtua.
Keberanian sekolah dibutuhkan untuk menggugah orangtua agar perlu
memperhatikan sekolah anaknya dan dapat meningkatkan motivasi belajar
siswanya.
Dalam al-quran suray at-taubah ayat 122. Menjelaskan tentang wajibnya
menuntut ilmu.
Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya (QS At-Taubah ayat 122).
Berpegang pada prinsip bahwa setiap individu itu unik dan memiliki
talentanya masing-masing, maka metode belajar mengajar pun harus
memperhatikan keberagaman “learning style” dari masing-masing individu. Oleh
karena itulah model belajar yang menekankan pada ciri khas dan keberagaman ini
perlu dikembangkan, seperti misalnya yang diperkenalkan dalam: PBL (Problem
Based Learning), PLP (Personal Learning Plans), PBA (Performance Based
Assessment), dan lain sebagainya. Di samping itu, harus pula ditekankan model
pembelajaran berbasis kerjasama antar individu tersebut untuk meningkatkan
kompetensi interpersonal dan kehidupansosialnya, seperti yang diajarkan dalam
konsep: Cooperative Learning, Collaborative Learning, Meaningful Learning, dan
lain sebagainya. Adalah merupakan salah satu tugas utama guru untuk
memastikan bahwa melalui mekanisme pembelajaran yang dikembangkan, setiap
individu dapat mengembangkan seluruh potensi diri yang dimilikinya untuk
menjadi manusia pembelajar yang berhasil.
Besarnya pengaruh media (seperti televisi, surat kabar, majalah, internet,
dan radio) terhadap masyarakat secara tidak langsung berpengaruh terhadap
kondisi kognitif peserta didik – dalam arti kata bagi mereka akan lebih mudah
menggambarkan kejadian atau hal-hal yang nyata (faktual) dibandingkan dengan
membayangkan sesuatu yang bersifat abstrak. Oleh karena itulah maka materi ajar
pun harus mengalami sejumlah penyesuaian dari yang berbasis konten menjadi
berorientasi pada konteks.
Tantangan yang dihadapi dalam hal ini adalah mengubah pendekatan pola
penyelenggaraan pembelajaran dari yang berorientasi pada diseminasi materi dari
sebuah mata ajar menjadi pemahaman sebuah fenomena dipandang dari berbagai
perspektif ilmu pengetahuan (multidisiplin atau ragam mata ajar). Contoh-contoh
kasus sehari-hari yang ditemui di masyarakat, problem-problem yang bersifat
dilematis atau paradoksial, tantangan riset yang belum terpecahkan, simulasi
kejadian di dunia nyata, hanyalah merupakan sejumlah contoh materi ajar yang
kontekstual dan dapat dicerna oleh peserta ajar dengan mudah. Paling tidak
manfaat yang dapat segera diperolah dari model pembelajaran berbasis multi
disiplin ilmu ini adalah bahwa yang bersangkutan dapat mengerti konteks ilmu
yang diberikan dalam penerapannya sehari-hari dan di saat yang sama diperoleh
22
elit. Dalam konteks ini pendidikan agama Islam memainkan peranan yang penting
di dalam proses globalisasi. Reformasi pendidikan agama Islam bukan hanya
pelengkap tetapi menjadi salah satu komponen penting yang cukup berpengaruh
di dalam berbagai proses globalisasi sebab begitu urgenya peran pendidikan
agama Islam dalam kehidupan masyarakat, maka perlu kiranya memahami sejauh
mana posisi pendidikan agama Islam di dalam merespon berbagai persoalan
kemasyarakatan dan negara. Untuk itu, perlu usaha-usaha yang keras menghadapi
globalisasi harus dikerjakan oleh pemikir muslim. Reformasi Pendidikan
merupakan salah satu bentuk terwujudnya human capital harus didesain
sedemikian rupa sekiranya mampu mencetak sumber daya manusia yang tetap
kukuh keimanan dan ketakwaannya, siap berlaga dan sukses di era globalisasi.
(Qodri, 2003)
Berkaitan dengan reformasi dan globalisasi, pendidikan merupakan
harapan pasar ekonomi dan kebutuhan pasar global. Misalnya, penyediaan bidang
studi yang dibutuhkan pasar domestik sampai yang menjadi trand bagi kebutuhan
pasar global. Hal ini amat penting untuk dicermati, agar output pendidikan benar-
benar terjual dan bersaing di pasar global. Pendidikan menurut pandangan Islam
merupakan salah satu bagian tugas kekhalifahan manusia yang mesti dilaksanakan
dengan tanggung jawab, pertanggungjawaban itu dapat dituntut jika ada aturan
dan pedoman pelaksanaan. Penjelasan mengenai pendidikan Islam memberikan
adanya penekanan terhadap makna pendidikan kepada pembinaan kepribadian,
penerapan metode dan pendekatan yang bersifat teoritis dan praktis ke arah
perbaikan sikap mental yang memadukan antara iman sekaligus amal sholeh yang
tertuju kepada individu dan masyarakat luas. Pendidikan Islam adalah pendidikan
yang teori-teorinya disusun berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits. (A tafsir, 2004)
Menurut pandangan Islam pendidikan harus mengutamakan pendidikan
keimanan. Pendidikan di sekolah juga demikian. Sejarah telah membuktikan
bahwa pendidikan yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan keimanan
akan menghasilkan lulusan yang kurang baik akhlaknya. Akhlak yang rendah itu
akan sangat berbahaya bagi kehidupan bersama, dapat menghancurkan sendi-
sendi kehidupan bersama, bahkan dapat menghancurkan negara bahkan dunia.
27
Lulusan sekolah yang kurang kuat imannnya akan sangat sulit menghadapi
kehidupan pada zaman global.
Berdasarkan pemikiran yang berperspektif Islam tersebut, pendidikan
sekolah untuk masa depan haruslah memiliki kurikulum utama yang terdiri atas:
a. Pendidikan agama, agar lulusan beriman kuat, dari iman inilah akan tertanam
akhlak mulia, pendidikan keimanan Islam akan memberikan kemampuan
kepada lulusan untuk mampu hidup di zaman global yang penuh dengan
tantangan dan kompetisi yang ketat, lulusan harus mampu mengatasi
tantangan dan jadi competitors sukses.
b. Pendidikan bahasa, agar mampu berkomunikasi dan bekerjasama ditingkat
dunia pada zaman global ini, untuk mencapai ini sebaiknya sejak SLTA
digunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.
c. Pendidikan keilmuan, agar lulusan mampu meneruskan pendidikannya ke
tingkat lebih tinggi, di tingkat perguruan tinggi harus sampai ke tingkat ahli
yaitu ia mampu mengembangkan ilmu atau mampu mengerjakan sesuatu
keahlian tingkat tinggi.
d. Pendidikan ketrampilan kerja sekurang-kurangnya satu macam, agar lulusan
dapat mencari kehidupan bila tidak bekerja pada sektor formal sesuai keahlian.
Berdasarkan itu, perlu dipertimbangkan model-model kurikulum sekolah
berikut yang pada dasarnya ditujukan ke dua arah, kemampuan kerja dan
keilmuan:
1) Tujuan untuk keilmuan, model kurikulumnya sebagai berikut
a) Agama (sebagai core kurikulum)
b) Bahasa
c) Salah satu bidang ilmu
2) Tujuan kemampuan kerja, model kurikulumnya sebagai berikut:
a) Agama (sebagai core kurikulum)
b) Bahasa
c) Salah satu bidang keterampilan
3) Tujuan untuk keilmuan dan kemampuan kerja
a) Agama (sebagai core kurikulum)
b) Bahasa
28
Untuk itu dalam menghadapi era globalisasi, perlu adanya gerakan dalam
upaya reformasi pendidikan Islam sesuai dengan tuntutan dan perubahan
masyarakat maka diperlukan upaya secara terencana, sistimatis dan mendasar,
yaitu perubahan pada konsepsi, isi, praktek, dan program pendidikan Islam
dilakukan upaya pembaruan sebagai berikut: (1) perlu pemikiran untuk
menyususun kembali “konsep pendidikan Islam yang benar-benar didasarkan
pada asumsi dasar tentang manusia, terutama pada fitrah atau potensinya (Jasin
1985) dengan memberdayakan potensi-upaya yang ada pada diri manusia sesuai
dengan harapan, tuntutan dan perubahan masyarakat, (2) pendidikan Islam
hendaknya didisain menuju pada integritas antara ilmu-ilmu naqliah dan ilmuilmu
‘aqliah, sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara ilmu-ilmu yang disebut ilmu
umum dan agama sebab dalam pandangan Islam, semua ilmu pengetahuan
bersumber dari Allah SWT. (3) “pendidikan didisain menuju tercapainya sikap
dan perilaku “toleransi”, lapang dada dalam berbagai hal dan bidang, terutama
toleran dalam perbedaan pendapat dan penafsiran ajaran Islam, tanpa melepaskan
pendapat atau prinsipnya yang diyakini, (4) pendidikan yang mampu
menumbuhkan kemampuan untuk berswadaya dan mandiri dalam kehidupan, (5)
pendidikan yang menumbuhkan etos kerja, mempunyai aspirasi pada kerja,
disiplin dan jujur (Qodri, 2003) (6) pendidikan Islam hendaknya didisain untuk
menyiapkan generasi Islam yang berkualitas untuk mampu menjawab tantangan
dan perubahan masyarakat dalam semua sektor kehidupan, (7) pendidikan Islam
perlu dikonsep secara terencana, sistimatik, dan mendasar agar fleksibel terhadap
perubahan masyarakat di era globalisasi.
yang dapat mengakses pendidikan dasar meningkat dan pendidikan telah berubah
dari pendidikan elit menuju pendidikan massal.
Reformasi ketiga dirancang oleh Chuuoukyouiku singikai dan Rinjikyouiku
singikai, yaitu Tim Khusus yang ditunjuk oleh Perdana Menteri untuk membantu
mencarikan pemecahan permasalahan pendidikan yang akan diusulkan kepada
PM dan diterapkan oleh Menteri Pendidikan. Tahun 2001 Kementrian Pendidikan
Jepang mengeluarkan rencana reformasi pendidikan di Jepang yang disebut
sebagai “Rainbow Plan”.
1. Mengembangkan kemampuan dasar scholastic siswa dalam model
pembelajaran yang menyenangkan. Ada 3 pokok arahan yaitu, pengembangan
kelas kecil terdiri dari 20 anak per kelas, pemanfaatan IT dalam proses belajar
mengajar, dan pelaksanaan evaluasi belajar secara nasional
2. Mendorong pengembangan kepribadian siswa menjadi pribadi yang hangat
dan terbuka melalui aktifnya siswa dalam kegiatan kemasyarakatan, juga
perbaikan mutu pembelajaran moral di sekolah
3. Mengembangkan lingkungan belajar yang menyenangkan dan jauh dari
tekanan, diantaranya dengan kegiatan ekstra kurikuler olah raga, seni, dan sosial
lainnya
4. Menjadikan sekolah sebagai lembaga yang dapat dipercaya oleh orang tua dan
masyarakat. Tujuan ini dicapai dengan menerapkan sistem evaluasi sekolah
secara mandiri, dan evaluasi sekolah oleh pihak luar, pembentukan school
councillor, komite sekolah yang beranggotakan orang tua, dan pengembangan
sekolah berdasarkan keadaan dan permintaan masyarakat setempat.
5. Melatih guru untuk menjadi tenaga professional, salah satunya dengan
pemberlakuan evaluasi guru, pemberian penghargaan dan bonus kepada guru yang
berprestasi, juga pembentukan suasana kerja yang kondusif untuk meningkatkan
etos kerja guru, dan pelatihan bagi guru yang kurang cakap di bidangnya.
6. Pengembangan universitas bertaraf internasional
7. Pembentukan filosofi pendidikan yang sesuai untuk menyongsong abad baru,
melalui reformasi konstitusi pendidikan kyouiku kihon hou) (MEXT, 2006).
Tujuan pendidikan Jepang lebih mengarah pada pengembangan
kepribadian individu secara utuh, menanamkan jiwa yang bebas dan bertanggung
31
A. Pendidikan Masa Depan Menurut Pandangan Indonesia, Pandangan Barat (Jepang) dan Islam
Tabel 1. Pendidikan Masa Depan menurut Pandangan Indonesia, Pandangan Barat (Jepang) dan Pandangan Islam
33
34
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penulisan, maka keimpulan yang penulis dapatkan
dalam makalah pendidikan masa depan ini antara lain :
1. Pendidikan Masa Depan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki agar menjadi maju dalam proses
pembelajaran yang dilakukan untuk kehidupan pada waktu yang akan datang.
2. Tantangan yang dihadapi pada abad-21 adalah ketegangan antara global
dengan lokal, ketegangan antara universal dengan individual, ketegangan
antara tradisi dengan kemodernan, ketegangan antara pertumbuhan jangka
panjang dengan jangka pendek, ketegangan antara perlunya kompetisi dengan
kesamaan kesempatan dan ketegangan antara perluasan pengretahuan yang
berlimpah ruah dengan kemampuan manusia untuk mencernanya, serta
ketegangan antara spritual dengan material
3. Visi pendidikan dalam menghadapi abad 21 berdasarkan tujuan pendidikan
nasional dan visi pendidikan menurut UNESCO yaitu learning to know,
learning to do, learning to be dan learning to live together
4. Adanya ciri-ciri pendidikan masa depan kita dapat mengupayakan pendidikan
masa depan bagi Indonesia meliputi usaha peningkatan mutu dengan
perubahan kurikulum dan proyek peningkatan lain, memberikan penghargaan
kepada insan pendidikan, meningkatkan profesionlisme mutu guru dan
pendidik, serta berupaya meningkatkan mutu pendidik
5. Pendidikan masa depan menurut Indonesia adalah Pergeseran tata cara
penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran di dalam kelas atau
lingkungan sekitar lembaga pendidikan tempat peserta didik menimba ilmu
yang terdiri atas 16 pergeseran.
6. Menurut pandangan Islam pendidikan harus mengutamakan pendidikan
keimanan. Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan yang tidak atau
kurang memperhatikan pendidikan keimanan akan menghasilkan lulusan
yang kurang baik akhlaknya. Akhlak yang rendah itu akan sangat berbahaya
bagi kehidupan bersama, dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan
40
41
B. Saran
Makalah ini masih belum sempurna, penulis menyarankan pada pembaca
agar selanjutnya membahas lebih dalam tentang pendidikan masa depan.
Diharapakn makalah ini dapat memberikan pengetahuan agar kita dapat
menerapkan pengetahuan tersebut guna menghadapi pendidikan sepanjang masa
demi masa depan generasi bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
42
43
Wen, Sayiling. 2003. Future of Education, Alih Bahasa Drs. Arivin Saputra.
Batam” Luchy Publishers.
Zahidi. 2014. Konsep Pendidikan Masa Depan.
http://izzaucon.blogspot.co.id/2014/06/konsep-pendidikan-masa-depan.html
(20 November 2017)
http://teoribagus.com/paradigma-pendidikan-indonesia-abad-21