Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HUKUM ISLAM

RUKUN dan SUNAH SHOLAT


Dr. H Asnar, M.Si

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1

1. VIVIN NUR KHOLIVAH (1905056040)

2. DIFA ARISMA (1905056049)

3. MARINA LIA ADELA (1905056065)

4. SELLY APRILIS MUNTHE (1905056057)

5. ANISA YULITA HANDAYANI (1905056075)

UNIVERSITAS MULAWARMAN
PRODI PENDIDIKAN PANCASILA dan KEWARGANEGARAAN

SAMARINDA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpahn
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafaátnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaiakn pembuatan
makalah sebagai tugas mata kuliah ilmu alamiah dasar dengan judul “Rukun dan Sunnah
Sholat”.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khusunya kepada dosen Hukum
Islam dasar kami, bapak Dr. H Asnar.,M.Si yang telah membimbing kami dalam menulis
makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkna kritis serta
saran dari pembaca untuk makalah ini supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan nilai tambah bagi pembaca.
Terima kasih.

Samarainda, 23 Agustus 2020

Penyusun,
Kelompok 1
DAFTAR ISI

SAMPUL MAKALAH…………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................3

A. Latar belakang...................................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................3

C. Tujuan.................................................................................................................................................4

D. Manfaat...............................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................4

A. Pengertian sholat.................................................................................................................................4

B. Syarat Wajib Shalat.............................................................................................................................5

C. Syarat Sah Sholat................................................................................................................................6

D. Rukun sholat.......................................................................................................................................8

E. Sunnah-sunnah sholat........................................................................................................................10

F. Hal hal yang dapat membatalkan sholat............................................................................................13

BAB III PENUTUP.................................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................15

3.2 Saran................................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sholat menurut arti bahasa adalah doa dan pada awalnya merupakanistilah untuk menunjukkan
makna dari doa secara keseluruhan, namunsemakin mengikuti zaman kemudian berubah menjadi
istilah secara khusus.

Sehingga yang pada awalnya berasal dari kata doa kemudian di pindahartikan kepada
pemahaman shalat berdasarkan syariat. Shalat di wajibkan atas dasar Al-Qur’an, Sunnah dan
Ijma’ Ummat bagi semua umat muslim yang baligh dan berakal kecuali bagi wanita yang haid
dan nifas, ada lima shalat yang Alloh wajibkan bagi hambanya, bagi siapa yang menunaikannya
dan tidak mengabaikanya dengan sikap menyepelekan maka Alloh berjanji akan
memasukkannya ke dalam surga. (Sa’id, 2008).

Mengingat ibadah sholat adalah wajib dan menjadi keharusan semua orang baik dari usia baligh
hingga lansia sebelum dia meninggal tetap melaksanakannya. Kududukan shalat dalam agama
islam merupakan ibadah yang menempati posisi penting dan tidak dapat digantikan oleh ibadah
apapun juga, shalat sebagai tiang agama, amal yang paling pertama di hisab, pilar kedua setelah
syahadat dan dalam garis besarnya di bagi menjadi dua yaitu shalat fardhu atau diwajibkan dan
sunnah atau tidak diwajibkan.

Mulai dari pertanyaan yang mendasar. “Untuk apa tujuan kita hidup?”,lalu kita bisa melihat lebih
jelas dan kaji lebih dalam bahwa Alloh telahberfirman kepada makhluk-Nya “Aku tidak
menciptakan jin dan manusiakecuali untuk beribadah kepada-Ku” (QS Az-Zaariyaat (51):56).
Sehinggadari kalimat tersebut kita dapat memproyeksikan bahwa kehidupan kitauntuk beribadah
kepada Alloh SWT secara makna seluas-luasnya.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan sholat?


2. Apa saja yang termasuk dalam syarat syarat wajib sholat?
3. Apa sajakah yang meliputi syarat sah sholat?
4. Apa saja yang termasuk dala rukun-rukun shalat?
5. Apa sajakah yang meliputi sunnah-sunnah shalat?
6. Hal-hal apa sajakah yang dapat membatalkan sholat
C. Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari sholat baik secara istilah, bahasa maupun secara umum
2. Untuk mengetahui hal hal apa saja yang termasuk dalam syarat syarat wajib sholat
3. Untuk memahami syarat - syarat sah sholat
4. Untuk mempelajari rukun - rukun shalat
5. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam sunnah sholat
6. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat membatalkan sholat

D. Manfaat

Manfaat pembuatan makalah ini disaping untuk memenuhi tugas pmebelajaran hokum islah juga
sebagai bahan ajar sekaligus referensi dalam hal pembahasan materi hukum islam terutama
rukun dan sunnah shalat.

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian sholat
Shalat menurut etimologi adalah doa, atau doa meminta kebaikaan. Allah Swt berfirman:

‫ك َس َك ٌن لَهُ ْم َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬ َ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ْم ِإ َّن‬


َ َ‫صالت‬ َ ‫َو‬

‘’ dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.’’ [[1]]

Maksud dari kata as-shalah disini adalah berdoa. Adapun menurut syara’ shalat berarti
semua perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam.
[[2]]

Dan secara terminology (istilah), para ahli Fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki.
Secara lahiriah Shalat berarti ‘Beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan di
akhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang
telah ditentukan’.

Secara hakiki Shalat ialah ‘Berhadapan hati, jiwa dan raga kepada Allah,secara yang
mendatangkan rasa takut kepada-Nya atau mendhairkan hajat dan keperluan kita kepada Allah
yang kita sembah dengan perkataan dan perbuatan’. Dalam pengertian lain Shalat ialah salah satu
sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang didalamnya
merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang diawali dengan
takbir dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan
syara’ (Imam Basyahri Assayuthi,30).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Shalat adalah Suatu ibadah kepada
Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan
salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ berupa penyerahan diri secara lahir
batin kepada Allah dalam rangkah ibadah dan memohon ridho-Nya.

B. Syarat Wajib Shalat


1. Islam

Menurut pendapat jumhur, sholat diwajibkan kepada setiap muslim laki-laki dan perempuan,
dalam hal ini orang kafir tidak wajib untuk menunaikan sholat. Sebagaimana firman Allah:

َ‫ ’‘قُلْ لِلَّ ِذينَ َكفَرُوا إِ ْن يَ ْنتَهُوا يُ ْغفَرْ لَهُ ْم َما قَ ْد َسلَف‬Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: "Jika mereka
berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka
yang sudah lalu.’’ (QS. Al-Anfal:38)

Dan juga berdasarkan hadits Nabi:

ُ‫االسال ُم يُجبُّ ما قَبله‬

‘’ (Dengan memeluk) Islam, (hal itu akan) menghapuskan apa (dosa-dosa) yang sebelumnya”.
[[4]]

2. Berakal

Salah satu syarat wajibnya shalat adalah berakal. Maka, seorang muslim yang gila tidak
berkewajiban melaksanakan shalat, hal ini sesuai dengan sabda Nabi: ‘’ hukum seseorang
ditiadakan karena tiga perkara, yaitu orang yang tidur sampai ia terbangun, orang yang sedang
gila sampai sembuhnya, dan anak kecil sampai dia dewasa (baligh).[5] Ulama berbeda pendapat
dalam hal hilangnya akal karena mengkonsumsi obat-obatan.

Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah:


‘’Barang siapa lupa atau tertidur maka kafaratnya adalah mengqadla’shalat ketika mereka
mengingatnya.’’ (HR. Muslim).

Menurut madzhab Hanbali orang gila yang belum sadar tidak berkewajiban menunaikan shalat.
Sebagaimana sabda Rasul:

‘’Hukum taklif seseorang dihilangkan karena tiga perkara....”

Adapun, mereka yang hilang akalnya karena sakit, pingsan, reaksi obat-obatan yang halal, tetap
wajib baginya menunaikan shalat. Dengan qiyas hal-hal tersebut tidak menjadi faktor gugatan
kewajiban puasa. Karena sahabat Ammar Ra pernah mengalami tiga hal tersebut. Dia bertanya,
‘’Apakah dia wajib menunaikan shalat?’’, para sahabat menjawab, ‘’ Kamu telah meninggalkan
tiga shalat. Maka ambilah wudlu dan tunaikan tiga shalat yang kamu tinggalkan itu.’’

3. Baligh

Tidak ada perselisihan pendapat terkait dengan baligh sebagai syarat wajib shalat. Jadi, shalat
tidak wajib bagi anak kecil sampai dia baligh. Akan tetapi orang tua wajib mengajarinya dan
memerintahkan menunanikan shalat ketika anak berusia tujuh tahun, dan berhak memukulnya
ketika dia meninggalkan shalat pada usia sepuluh tahun (HR. Abu Dawud). Memukul disini
menurut madzhab Hanafi cukup dengan tangan dan tidak boleh lebih dari tiga kali. Menurut
madzhab Maliki boleh memukul selain dengan tangan, misal tali dengan jumlah bilangan
disesuaikan dengan fisik dan mental anak.

C. Syarat Sah Sholat


1. Mengetahui masuknya waktu sholat. Hal ini sebagaimana firman Allah:

‫َت َعلَى ْال ُم ْؤ ِمنِينَ ِكتَابًا َموْ قُوتًا‬


ْ ‫إِ َّن الصَّالةَ َكان‬

‘’ Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.’’(QS. An-nisa: 103)

‫ق اللَّ ْي ِل َوقُرْ آنَ ْالفَجْ ِر إِ َّن قُرْ آنَ ْالفَجْ ِر َكانَ َم ْشهُودًا‬ ِ ‫أَقِ ِم الصَّالةَ لِ ُدلُو‬
ِ ‫ك ال َّش ْم‬
ِ ‫س إِلَى َغ َس‬
‘’Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula
salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).’’(QS. Al-Isra :78)

2. Suci dari hadats.

Suci dari dua hadats besar dan kecil, baik dengan wudlu atau mandi merupakan syarat sahnya
shalat. Firman Allah:
‫وس • ُك ْم َوأَرْ ُجلَ ُك ْم إِلَى ْال َك ْعبَي ِْن َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم‬ ِ ِ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا قُ ْمتُ ْم ِإلَى الصَّال ِة فَا ْغ ِسلُوا ُوجُوهَ ُك ْم َوأَ ْي ِديَ ُك ْم ِإلَى ْال َم َراف‬
ِ ‫ق َوا ْم َسحُوا بِ ُر ُء‬
‫جُ نُبًا فَاطَّهَّرُوا‬

‘’ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah.”(QS. Al-Maidah:6)

3. Suci dari najis

Suci dari najis mempunyai pengertian sucinya badan, pakaian, dan tempat pelaksanaan prosesi
shalat. Sebagaimana firman Allah:

ْ‫َوثِيَابَكَ فَطَهِّر‬

‘’ dan pakaianmu bersihkanlah.’’ (QS. Al-mudatsir: 4)

4. Menutup aurat

ِ ‫يَا بَنِي آ َد َم ُخ ُذوا ِزينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُكلِّ َمس‬


‫ْج ٍد‬

‘’Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid.’’ (QS. Al-
A’raf:31)

Ayat tersebut memakai kata zinah yang berarti perhiasan. Ibnu Abbas memberikan penafsiran
bahwa yang dimaksud perhiasan diatas adalah pakaian. Kemudian maksud masjid disini adalah
shalat. Maka, arti bebas dari ayat tersebut adalah tutuplah aurat ketika hendak menunaikan
shalat.

5. Menghadap kiblat.

fuqaha sepakat untuk mengatakan menghadap kiblat adalah salah satu syarat sahnya shalat.[[6]]
Ini berdasarkan firman Allah:

َ‫ك َو َما هَّللا ُ بِغَافِ ٍل َع َّما تَ ْع َملُون‬


َ ِّ‫ق ِم ْن َرب‬ ْ ‫ك َش‬
ُّ ‫ط َر ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام َوإِنَّهُ لَ ْل َح‬ ُ ‫َو ِم ْن َحي‬
َ َ‫ْث خَ َرجْ تَ فَ َو ِّل َوجْ ه‬

‘’Dan dari mana saja kamu ke luar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam;
sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali
tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS albaqoroh : 144)

Rasullulah SAW juga bersabda :

“Jika engkau hendak shalat, maka berwudhulah dengan sempurna. Kemudian menghadaplah
(ke) kiblat.” [[7]]
D. Rukun sholat
Rukun: Jika ditinggalkan maka batal shalatnya baik secara sengaja maupun tidak, atau batal
rekaat yang terlewat rukun tersebut sehingga rekaat yang berikutnya menempati kedudukan
rekaat tersebut.

1. Berdiri (dalam shalat fardhu)

Allah ta’ala berfirman,

َ‫وا هّلِل ِ قَانِتِين‬


ْ ‫َوقُو ُم‬

Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. (QS. al Baqarah: 238)

Merupakan suatu kewajiban dalam shalat fardhu untuk berdiri. Hal ini juga bersandar pada
sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, “Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka
dengan duduk, jika tidak mampu maka dengan berbaring.” [3]. Apabila tidak mampu berdiri
karena sakit atau yang lainnya maka shalat dengan semampunya. Jika shalat dibelakang imam
yang duduk (karena sakit atau yang lainnya), maka ikut duduk [4]. Dalam shalat nafilah (sunnah)
tidak mengapa dengan duduk karena kadang Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam shalat
nafilah dengan duduk meskipun tidak ada udzur [5].

2. Takbiratul ihram

Berdasar sabda Rasulullah, “Lalu menghadaplah ke kiblat dan bertakbir.” [6]. Dan sabda beliau,
yang mengharamkannya (permulaanya) adalah takbir . Lafadz takbiratul ihram yaitu
mengucapkan “Allahu Akbar”, tidak pernah diriwayatkan dari Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam
selain ini.

3. Membaca al Fatihah

Berdasar sabda Rasulullah, “Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca al Fatihah.” [8].
Membaca al fatihah merupakan rukun di antara rukun-rukun shalat. Bagi imam dan orang yang
sendirian maka wajib membacanya, tidak ada khilaf disini. Adapun bagi orang yang shalat
dibelakang imam ada khilaf di kalangan para ulama. Sebagai bentuk kehati-hatian hendak
makmum tetap membaca al Fatihah dalam shalat-shalat yang sirriyah (yg tidak dikeraskan
bacaanya) dan disaat-saat imam diam/tidak membaca.

4. Rukuk dalam tiap rekaat

Berdasar firman Allah ta’ala,

َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ارْ َكعُوا َوا ْس ُجدُوا َوا ْعبُدُوا َربَّ ُك ْم َوا ْف َعلُوا ْال َخي َْر لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬

Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu…. (QS. al Hajj: 77)
Dan juga berdasar apa yang dikerjakan Rasulullah, banyak hadist yang menunjukkan akan hal ini
[9].

5. Dan ke 6 , bangkit dari rukuk dan I’tidal (berdiri tegak)

Karena Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam senantiasa melaksanakannya. Rasulullah bersabda,


“Shalatlah kalian sebagaimana melihat aku shalat.”

7. Sujud

Berdasar firman Allah ta’ala,

َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ارْ َكعُوا َوا ْس ُجدُوا َوا ْعبُدُوا َربَّ ُك ْم َوا ْف َعلُوا ْال َخي َْر لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬

Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu…. (QS. al Hajj: 77)

Sujud adalah meletakkan kening ke permukaan bumi (tempat sujud), dan hendaknya semua
anggota sujud yang tujuh sempurna menyetuh permukaan bumi. Anggota sujud yang tujuh
yaitu : kening serta hidung, dua telapak tangan, dua lutut, dan ujung kedua telapak kaki. Sujud
merupakan salah rukun shalat yang utama karena waktu sujud adalah waktu paling dekat antara
hamba dengan Allah [10].

8. Bangkit dari sujud dan duduk antara dua sujud

Berdasar perkataan ‘Aisyah, ” Jika Rasulullah mengangkat kepalanya dari sujud maka tidak
sujud (kembali) sampai duduk dengan sempurna.” [11].

9. Tuma’ninah

Yaitu berdiam barang sesaat. Ini yang sering diremehkan sebagian kaum muslimin. Padahal
tuma’ninah termasuk rukun shalat, tidak sah shalat tanpa tuma’ninah.

10. Dan ke 11, tasyahud akhir dan duduk padanya

Yaitu dengan membaca “attahiyaat..” sampai akhir. Hal ini telah tsabit dari Rasulullah dalam
beberapa hadistnya sebagaimana hadist ‘Aisyah [12] dan Ibnu Mas’ud [13].

12. Shalawat atas Nabi pada tasyahud akhir

Yaitu dengan mengucapkan “Allahuma shalli ‘ala muhammad”. Adapun menambahnya maka
termasuk sunnah.

13. Tertib antara rukun-rukun tersebut


Karena dahulu Rasulullah shalat dengan tertib antara rukun-rukunya. Dan juga berdasar hadist
tentang musi’i shalah (orang yang jelek shalatnya), lalu rasulullah mengajarinya dengan kata-
kata “lalu..” yang menunjukan akan urutan [14].

14. Salam

Berdasar sabda Rasulullah, “….dan penutupnya adalah salam. Juga sabda beliau, “….dan yang
menghalalkannya adalah salam”

E. Sunnah-sunnah sholat
Sunnah shalat: Tidak batal shalat jika ditinggalkan baik secara sengaja maupun tidak. Namun,
mengurangi kesempurnaan shalat. Sunnah shalat ada dua jenis, ucapan maupun perbuatan.
Sunah-sunah ini tidak harus dikerjakan, tetapi barang siapa melakukannya maka ada tambahan
pahala atasnya, adapun jika ditinggalkannya maka tidak ada dosa baginya.

sunnah berupa perbuatan

Diantaranya: mengangkat tangan saat takbiratul ihram serta ketika akan dan setelah rukuk,
meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri dan meletakkannya di atas dada saat berdiri, melihat
tempat sujud, meletakkan tangan diatas lutut saat rukuk, menjauhkan antara perut dan paha, paha
dan betis saat sujud, dan lainnya.

Sunnah-Sunnah Ucapan:

a. Membaca do’a istiftah

Do’a istiftah yang paling baik adalah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.
Dia berkata, “Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir dalam shalat, beliau diam
sejenak sebelum membaca (al-Faatihah).

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, ayah ibuku menjadi penebusmu. Saya melihat Anda terdiam
antara takbir dan membaca (al-Faatihah). Apakah yang Anda baca? Beliau berkata, “Aku
membaca: “ ُ‫ي َك َم••ا يُنَقَّى الثَّوْ ب‬ َ ‫ اَللَّهُ َّم نَقِّنِ ْي ِم ْن خَ طَايَ••ا‬،‫ب‬ ِ •‫ق َو ْال َم ْغ‬
ِ ‫•ر‬ ِ ‫•اي َك َم••ا بَا َع• دْتَ بَ ْينَ ْال َم ْش • ِر‬
َ •َ‫اَللّهُ َّم بَا ِع• ْد بَ ْينِ ْي َوبَ ْينَ َخطَاي‬
‫ج َو ْال َما ِء ْالبَ َر ِد‬
ِ ‫اي بِالثَّ ْل‬
َ َ‫ اَللّهُ َّم ا ْغ ِس ْلنِي ِم ْن خَ طَاي‬،‫َس‬
ِ ‫األَ ْبيَضُ ِمنَ ال َّدن‬.”ْ

“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan dosaku sebagaimana Kau jauhkan antara timur dan barat.
Ya Allah, sucikanlah aku dari dosa-dosaku sebagaimana kain putih tersuci dari noda. Ya Allah,
basuhlah aku dari dari dosa-dosaku dengan salju, air, dan es (embun).”

b. Membaca isti’adzah
َ ‫“ فَإ ِ َذا قَ َر ْأتَ ْالقُرْ آنَ فَا ْستَ ِع ْذ بِاهَّلل ِ ِمنَ ال َّش ْي‬Apabila kamu membaca al-Qur-
Allah Ta’ala berfirman: ‫طا ِن ال َّر ِج ِيم‬
an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” [An-Nahl:
98].

Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Jika
hendak shalat, beliau membaca do’a istiftah lalu membaca: “ ‫أَ ُعوْ ُذ بِـاهللِ ال َّس ِمي ِْع ْال َعلِي ِْم ِمنَ ال َّش ْيطَا ِن ال َّر ِجي ِْم ِم ْن‬
‫هَ ْم ِز ِه َونَ ْف ِخ ِه َونَفَثِ ِه‬.” “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dari
syaitan yang terkutuk, dari bisikan, tiupan, dan godaannya.”

c. Mengucapkan amin

Wa-il bin Hujr Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
membaca: “‫ ” َوالَ الضَّالّيِ ْن‬beliau mengucap “‫ ”آ ِميْن‬sambil mengeraskan suaranya.”

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: َ‫إِ َذا أَ َّمن‬
‫ق تَأْ ِم ْينُهُ تَ••أْ ِم ْينَ ْال َمالَئِ َك• ِة ُغفِ• َر لَ•هُ َم••ا تَقَ• َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ• ِه‬
َ َ‫ فَإِنَّهُ َم ْن َواف‬،‫ا ِإل َما ُم فَأ َ ِّمنُوْ ا‬.ْ “Jika imam mengucap amin, maka
ucapkanlah amin. Sesungguhnya orang yang ucapan aminnya bertepatan dengan ucapan amin
para Malaikat akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [4]

d. Membaca (surat) setelah al-Faatihah.

Dari Abu Qatadah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Pada dua raka’at pertama shalat Zhuhur,
Nabi Shallallahu ‘alaihim membaca al-Faatihah dan dua surat. Beliau memanjangkan raka’at
pertama dan memendekkan raka’at kedua. Pada dua raka’at pertama shalat ‘Ashar beliau juga
membaca al-Faatihah dan dua surat. Beliau memanjangkan raka’at pertama shalat Shubuh dan
memendekkan raka’at kedua.”

e. Membaca tasbih saat ruku’ dan sujud

Dari Hudzaifah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Aku shalat bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Dalam ruku’nya beliau membaca: “‫س••• ْب َحانَ َربِّ َي ْال َع ِظي ِْم‬.”
ُ “Mahasuci Rabb-ku Yang
Mahaagung.” Dan dalam sujudnya beliau membaca: “‫ ُسب َْحانَ َرب َِّي ْاألَ ْعلَى‬.” “Mahasuci Rabb-ku Yang
Mahatinggi.”

f. Menambah do’a bangkit dari ruku’

“ُ‫ربَّنَا َولَكَ ْال َح ْمد‬.” َ Dengan salah satu tambahan berikut ini: “‫ َو ِملْ َء َما‬،‫ض َو َما بَ ْينَهُ َما‬ ِ ْ‫ت َو ِملْ َء ْاألَر‬ ِ ‫ِملْ َء ال َّس َما َوا‬
‫ش• ْئتَ ِم ْن َش• ْي ٍء بَ ْع• ُ•د‬.” ِ Jika suka, dibolehkan cukup sampai pada tambahan ini. Namun jika mau
dibolehkan menyempurnakannya dengan ucapan: “‫ الَ َمانِ َع‬،‫ك َع ْب ٌد‬ َ َ‫ ُو ُكلُّنَا ل‬،ُ‫ال ْال َع ْبد‬ ُّ ‫ أَ َح‬،‫أَ ْه َل الثَّنَا ِء َو ْال َمجْ ِد‬
َ َ‫ق َما ق‬
‫ْط َي لِ َم••ا َمنَعْتَ َوالَ يَ ْنفَ•• ُع َذا ْال َج•• ِّد ِم ْن••كَ ْال َج•• ُّد‬
ِ ‫ َوالَ ُمع‬، َ‫لِ َم••ا أَ ْعطَيْت‬.” “Yang Maha berhak atas sanjungan dan
kemuliaan. Serta Yang paling berhak atas ucapan seorang hamba. Dan kami semua adalah
hamba-Mu. Tidak ada yang menghalangi apa yang Engkau berikan. Dan tidak ada yang mampu
memberi apa yang Engkau tahan. Sehingga tidak bermanfaatlah bagi pemilik kekayaan. Karena
dari-Mu-lah kekayaan itu.”
g. Membaca do’a di antara dua sujud

Dari Hudzaifah, dia berkata, “Pada saat berada di antara dua sujud Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengucapkan: “‫ َربِّ ا ْغفِ••رْ لِ ْي‬،‫ َربِّ ا ْغفِ••رْ لِ ْي‬.” “Ya Rabb-ku, ampunilah aku. Ya Rabb-ku,
ampunilah aku.” [12] Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma, dia berkata, “Pada saat berada di
antara dua sujud Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucap: “ ‫اَللّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْي َوارْ َح ْمنِ ْي َواجْ بُرْ نِ ْي َوا ْه ِدنِ ْي‬
‫وارْ ُز ْقنِ ْي‬.”
َ “Ya Allah, ampunilah aku, sayangilah aku, cukupilah kekuranganku, tunjukilah aku dan
karuniakanlah rizki kepadaku.”

h. Mengucapkan shalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah tasyahhud awal.

Berdasarkan perbuatan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma,
dia berkata, “Dahulu kami menyiapkan siwak dan air wudhu’ untuk Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Kemudian Allah membangunkan beliau pada malam hari menurut kehendak-
Nya. Beliau kemudian bersiwak dan wudhu’ lalu shalat sembilan raka’at tanpa duduk kecuali
pada raka’at ke delapan. Kemudian beliau berdo’a kepada Rabb-nya dan bershalawat atas Nabi-
Nya. Setelah itu bangkit tanpa salam lalu (melanjutkan) shalat (raka’at) kesembilan lantas duduk.
Kemudian memuji Rabb-nya, dan bershalawat atas Nabi-Nya, berdo’a, lalu salam.

i. Membaca do’a baik setelah tasyahhud awal maupun kedua

Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwa sesungguhnya Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “،‫ـات‬ ُ َ‫ات َوالطَّيِّب‬ ُ ‫الص•لَ َو‬ ُ ‫ اَلتَّ ِحي‬:‫إِ َذا قَ َع ْدتُ ْم فِ ْي ُك• ِّل َر ْك َعتَ ْي ِن فَقُوْ لُ••وا‬
َّ ‫ َو‬،ِ‫َّات هلل‬
ُ‫ أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلهَ إِالَّ هللاُ َوأَ ْشـهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُده‬، َ‫ اَل َّسالَ ُم َعلَ ْينَا َوعَلى ِعبَا ِد هللاِ الصَّالِ ِح ْين‬،ُ‫ك أَيُّهَا النَّبِ ُّي َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُه‬ َ ‫اَل َّسالَ ُم َعلَ ْي‬
‫ع َربَّهُ عزوجل‬ ْ َ َ
ُ ‫ فَليَ ْد‬،‫ ثُ َّم لِيَتَّ ِخ ْي َر أ َح ُد ُك ْم ِمنَ ال ُّدعَا ِء أ ْع َجبُهُ إِلَ ْي ِه‬.ُ‫ َو َرسُوْ لُه‬.” “Jika kalian duduk pada setiap dua raka’at,
maka ucapkanlah: ‘Segala penghormatan hanya bagi Allah. Begitupula seluruh pengagungan dan
kebaikan. Semoga kesejahteraan terlimpahkan atas engkau, wahai Nabi. Begitupula kasih sayang
Allah dan berkah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan tercurahkan atas kita semua dan para
hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi tidak ada ilah yang layak diibadahi selain Allah. Dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.’ Setelah itu, hendaklah salah seorang
di antara kalian memilih do’a yang paling ia sukai lalu hendaklah ia berdo’a kepada Rabb-nya
Azza wa Jalla.”

Sedangkan pada tasyahhud yang kedua, maka dalilnya adalah: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu
anhu, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: َ‫إِ َذا فَ َر َغ أَ َح ُد ُك ْم ِمن‬
ِ ‫ َو ِم ْن َش•رِّ ْال َم ِس•ي‬،‫ت‬
ِ ‫ْح ال• َّدج‬
‫َّال‬ ِ ‫ َو ِم ْن فِ ْتنَ• ِة ْال َمحْ يَـا َو ْال َم َم•ا‬،‫ب ْالقَب ِْر‬ ِ ‫ ِم ْن َع َذا‬:‫التَّ َشهُّ ِد ْاآل ِخ ِر فَ ْليَتَ َعو َّْذ بِاهللِ ِم ْن أَرْ بَ ٍع‬.
ِ ‫ َو ِم ْن َع َذا‬،‫ب َجهَنَّ َم‬
“Jika salah seorang di antara kalian selesai dari tasyahhud akhir, maka hendaklah ia berlindung
dari empat perkara: dari siksa Jahannam, siksa kubur, fitnah kehidupan dan fitnah kematian, serta
kejahatan al-Masih ad-Dajjal.”

j. Mengucapkan salam yang kedua


disebutkan dalam riwayat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhuma : “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengucap salam ke kanan dan ke kiri: “ُ‫لس•••الَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َم••• ةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُ•••ه‬
َّ َ‫ا‬.” “Semoga
kesejahteraan terlimpahkan atas kamu sekalian, begitu pula rahmat Allah dan berkah-Nya.” Dan:
“ِ‫لس••الَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َم•• ةُ هللا‬
َّ َ‫ا‬.” “Semoga kesejahteraan dan rahmat Allah tercurahkan kepada kamu
sekalian.” Hingga tampaklah putih pipinya.” Terkadang beliau mengucapkan salam sekali saja,

F. Hal hal yang dapat membatalkan sholat


1. Berbicara Dengan Sengaja

Berbicara dengan sengaja yang dimaksud disini bukanlah berupa bacaan bacaan dalam AlQuran,
dzikir atau pun do’a. Akan tetapi merupakan pembicaraan yang sering dilakukan manusia dalam
kehidupan sehari-harinya. Perkataan yang keluar disaat shalat, baik itu satu kata ataupun hanya
satu huruf akan membatalkan shalat jika dilakukan dengan sengaja.

2. Makan dan Minum

Makan dan minum adalah salah satu perbuatan yang dapat membatalkan shalat. Apabila
seseorang makan atau pun minum ketika melaksanakan shalat dengan sengaja, maka shalatnya
batal. Hal ini disebabkan karena akan menghilangkan kemulian dalam shalat. perbuatan makan
dan minum dalam shalat ini, baik sedikit ataupun banyak selama dilakukan dengan sengaja tetap
akan membatalkan shalatnya.

3. Banyak Gerakan dan Terus Menerus

Yang dimaksud adalah gerakan yang banyak dan berulang-ulang terus dan bukan merupakan
gerakan yang terdapat dalam shalat. Mazhab Imam Syafi’i memberikan batasan sampai tiga kali
gerakan berturut-turut sehingga seseorang batal dari shalatnya.Namun bukan berarti setiap ada
gerakan langsung membatalkan shalat. Sebab dahulu Rasulullah SAW pernah shalat sambil
menggendong anak (cucunya).

4. Membelakangi atau Tidak Menghadap Kiblat

Bila seseorang shalat dengan membelakangi kiblat dengan sengaja, atau di dalam shalatnya
melakukan gerakan hingga badannya bergeser arah hingga membelakangi kiblat , maka
shalatnya itu batal dengan sendirinya.

5. Terbuka Aurat Secara Sengaja

Bila seseorang yang sedang melakukan shalat tiba-tiba terbuka auratnya secara sengaja, maka
shalatnya otomatis menjadi batal. Baik dilakukan dalam waktu yang singkat ataupun terbuka
dalam waktu yang lama.

6. Mengalami Hadats Kecil atau Besar


Bila seseorang mengalami hadats besar atau kecil, maka batal pula shalatnya. Baik terjadi tanpa
sengaja atau secara sadar.

7. Tersentuh Najis baik pada Badan, Pakaian atau Tempat Shalat

Bila seseorang yang sedang shalat terkena benda najis, maka secara langsung shalatnya menjadi
batal. Namun yang dijadikan patokan adalah bila najis itu tersentuh tubuhnya atau pakaiannya
dan tidak segera ditepis/tampiknya najis tersebut maka batallah shalatnya tersebut. Adapun
tempat shalat itu sendiri bila mengandung najis, namun tidak sampai tersentuh langsung dengan
tubuh atau pakaian, shalatnya masih sah dan bisa diteruskan.

8. Tertawa

Orang yang tertawa dalam shalatnya, batallah shalatnya itu. Maksudnya adalah tertawa yang
sampai mengeluarkan suara. Adapun bila sebatas tersenyum, belumlah sampai batal shalatnya.

9. Murtad, Mati, Gila atau Hilang Akal

Orang yang sedang melakukan shalat, lalu tiba-tiba murtad, maka batal shalatnya. Demikian juga
bila mengalami kematian. Dan orang yang tiba-tiba menjadi gila dan hilang akal saat sedang
shalat, maka shalatnya juga batal.

10. Berubah Niat

Seseorang yang sedang shalat, lalu tiba-tiba terbetik niat untuk tidak shalat di dalam hatinya,
maka saat itu juga shalatnya telah batal. Sebab niatnya telah rusak, meski dia belum melakukan
hal-hal yang membatalkan shalatnya.

11. Meninggalkan Salah Satu Rukun Shalat dengan sengaja

Apabila ada salah satu rukun shalat yang tidak dikerjakan dengan sengaja, maka shalat itu
menjadi batal dengan sendirinya. Misalnya, seseorang tidak membaca surat Al-Fatihah lalu
langsung ruku’, maka shalatnya menjadi batal. Namun jika lupa, dan ingat selama masih dalam
shalat maka dia harus melakukan sujud syahwi sebelum salam, jika lupa pula untuk sujud
syahwi, maka bisa dilakukan setelah salam.

12. Mendahului Imam dalam Shalat Jama’ah

Bila seorang makmum melakukan gerakan mendahului gerakan imam, seperti bangun dari sujud
lebih dulu dari imam, maka batal-lah shalatnya. Namun bila hal itu terjadi tanpa sengaja, maka
tidak termasuk yang membatalkan shalat.

13. Terdapatnya Air bagi Orang yang Shalatnya dengan Tayammum


Seseorang yang bertayammum sebelum shalat, lalu ketika shalat tiba-tiba terdapat air yang bisa
dijangkaunya dan cukup untuk digunakan berwudhu’, maka shalatnya batal. Dia harus
berwudhu’ saat itu dan mengulangi lagi shalatnya.

14. Mengucapkan Salam Secara Sengaja

Bila seseorang mengucapkan salam secara sengaja dan sadar, maka shalatnya batal. Dasarnya
adalah hadits Nabi SAW yang menyatakan bahwa salam adalah hal yang mengakhiri shalat.
Kecuali lafadz salam di dalam bacaan shalat, seperti dalam bacaa tahiyat.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara umum Shalat adalah Suatu ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan
yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah
ditentukan syara’ berupa penyerahan diri secara lahir batin kepada Allah dalam rangkah ibadah
dan memohon ridho-Nya.

Syarat wajib shalat adalah islam, berakal, dan baligh

Syarat sah shalat adalah mengetahui masuknya waktu shalat, suci dari hadats, suci dari najis,
menutup aurat, dan menghadap kiblat.

Rukun shalat adalah berdiri ( dala shalat fardhu), takbiratul ihram, membaca al-fatihah, rukuk
dala tiap rekaat, sujud, bangkit dari sujud dan duduk di antara dua sujud, tuma’ninah, tasyahud
awal dan duduk padanya, shalawat atas nabi pada tasyaduw akhir, tertib antara rukun rukun
tersebut.

Sunnah sholat adalah membaca doa iftitah, membaca isti’adzah, mengucapkan amin, membaca
surah setelah al-faihah, mabaca tasbih rukuk dan sujud, menabah doa bangkit dari rukuk,
membaca doan diantara dua sujud, mengucapkan shalawat atas nabi, membacadoa baik setelah
tasyahud awal maupun kedua, dan mengucapkan salam yang kedua.

Hal hal yang membatalkan shalat adalah berbicara dengan sengaja, makan dan minum, banyak
gerakan dan terus menerus, membelakangi dan tidak menghadap kiblat, terbuka aurat secara
sengaja, mengalami hadats kecil atau besar, tersebtuh najis abaik pada badan, pakaian atau
tempat salat, tertawa, murtad, mati, hilang akal, berubah niat, meninggalkan salah satu rukun
slata dengan sengaja, mendahului ima dala shalat jamaah, terdapatnya air bagi orang yang
shalatnya dengan tayamum dan mengucapakan salam secara sengaja.
3.2 Saran

Beribadah kepada Allah haruslah dengan niat baik dan ikhlas serta menjaga kesuciannya. Hal ini
haruslah dilakukan dengan mengikuti dan taat pada peraturan peraturan yang sudah ditetapkan
oleh Allah SWT baik melalui firman-Nya maupun hadis-hadis nabi Muhammad saw. Ha ini agar
niat dan kesuciannya tetap terjaga dan sampai kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Buku risalah tuntunan shalat lengkap, hal 35 - 36 (rukun dan sunnah sholat)

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/04/sholat.html

https://portal-ilmu.com/syarat-sah-dan-wajib-shalat/

https://muslim.or.id/6361-rukun-rukun-shalat.html

https://almanhaj.or.id/705-sunnah-sunnah-shalat-sunnah-ucapan.html

https://www.islampos.com/hal-hal-yang-dapat-membatalkan-shalat-69553/

Anda mungkin juga menyukai