Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HUKUM ISLAM

“FARDHU ‘AIN DAN FARDHU KIFAYAH ”

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Hukum Islam
Dosen Pengampu : Dr. Asnar, M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 8

1. Raihan Zaid Al Ghifari (1905056010)


2. Putri Anggraini (1905056030)
3. Vatrin Gatira Damai Mimpi (1905056033)
4. Atika Yuliana Ichsani (1905056035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul FARDHU ‘AIN DAN
FARDHU KIFAYAH tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Dr. Asnar, M.Si pada mata kuliah hukum islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang hukum islam bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Asnar, M.Si, selaku dosen mata
kuliah hukum islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Ucapan terima kasih juga diucapkan kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Samarinda, 16 September 2020


 

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ....................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2


1.3 Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fardhu ‘Ain dan Fardhu Kifayah ................................. 3

2.2 Contoh Fardhu ‘Ain dan Fardhu Kifayah ...................................... 5

2.3 Perbedaan Fardhu ‘Ain dan Fardhu Kifayah ................................. 7

2.4 Pentingnya Fardhu ‘Ain dan Fardhu Kifayah ................................ 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan Khalifah Allah Subhanahu Wata’ala yang diberikan tugas
selama hidup didunia. Untuk melengkapi kodrat seorang Khalifah, manusia harus
membekali dirinya dengan ilmu agama agar mampu melaksanakan tugas dan
kewajibannya di bumi sesuai dengan kehendak Allah Ta’ala.
Firman Allah Ta’ala: ‘Dialah menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka
bumi dan dialah yang meninggikan sebagian kamu dari sebagian yang lain beberapa
derajat ( pangkat ) dari hal apa yang dikerjakan ‘ [ Al-Quran Surah Al-An’am 165 ]
“Dan seseorang itu tidak akan memperolehi selain dari apa yang diusahakan,
usahanya itu nanti akan diperlihatkan kepadanya. Kemudian akan diberi balasan
dengan balasan yang setimpal. Dan kepada Tuhanlah berakhir sesuatu” [ Al-Quran,
Annajmu 39-42].
Bimbingan fardhu’Ain dan Fardhu Kifayah merupakan asas penting
pembentukan pribadi seorang Khalifah. Mengabaikan Fardhu ‘ Ain dan Fardhu
Kifayah dapat berdampak buruk yaitu dapat meruntuhkan akhlak manusia serta
menjadikan kehidupan semakin mundur . Oleh karena itulah syaitan sangat membenci
orang-orang yang mempelajari dan melaksanakan ilmu fardhu ‘Ain dan fardhu
Kifayah.
Fardu atau Fardhu dalam bahasa Arab adalah status hukum dari suatu aktivitas
yang harus/wajib dilaksanakan. Dalam hukum Islam, fardu memiliki arti yang
sama(sangat dekat) dengan status hukum wajib (mazhab syafi'i menyamakan fardu
dengan wajib, mazhab hanafi dan mazhab hambali memposisikan fardu lebih tinggi
dari wajib. Meninggalkan yang fardu berarti mendapat konsekuensi dosa, sedang
melaksanakannya mendapat konsekuensi kebaikan (pahala).
Fardhu sendiri terbagi atas dua jenis yakni Fardu Ain dan Fardu Kifayah.
Fardhu Ain diwajibkan kepada individu-individu sementara Fardu Kifayah akan
gugur bila telah dilaksanakan oleh sebagian muslim yang lain.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan fardhu ‘ain dan fardhu kifayah?
2. Apa saja bentuk-bentuk atau contoh dari fardhu ‘ain dan fardhu kifayah?
3. Apa perbedaan antara fardhu ‘ain dan fardhu kifayah?
4. Bagaimana pentingnya pelaksanaan fardhu ‘ain dan fardhu kifayah?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari fardhu ‘ain dan fardhu kifayah.
2. Untuk mendapatkan informasi mengenai contoh-contoh fardhu ‘ain dan fardhu
kifayah.
3. Untuk mengetahui perbedaan dari fardhu ‘ain dan fardhu kifayah.
4. Untuk mendapatkan informasi mengenai pentingnya fardhu ‘ain dan fardhu
kifayah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fardhu ‘Ain dan Fardhu Kifayah


Fardhu dalam bahasa Arab adalah status hukum dari suatu aktivitas yang
harus/wajib dilaksanakan. Fardhu merupakan suatu kewajiban bagi umat muslim yang
kedudukannya (dalam mazhab syafi’i) setara dengan wajib. Oleh karena itu, suatu hal
yang sudah difardhukan sama status hukumnya dengan wajib. Karena kesetaraan ini,
terkadang tak jarang kita mendengar sholat wajib disebut sholat fardhu Juga dalam
hal-hal tertentu sebaliknya. Tentu tidak masalah dalam hal penyebutan asalkan arti
dan pemahaman sama. Namun dalam kedudukan hukum, fardhu terbagi menjadi 2,
yaitu fardhu ain dan fardhu kifayah.

Fardhu ‘Ain
Berkata Syaikh Muhammad Sholeh Al-‘Utsaimin rahimahullah
mendefinisikan ilmu fadhu ‘ain :
‫ال أن‬OO‫ذه الح‬OO‫ه في ه‬OO‫ه يجب علي‬OO‫ فإن‬, ‫ا‬OO‫ام به‬OO‫د القي‬OO‫ة يري‬OO‫وضابطه أن يتوقف عليه معرفة عبادة يريد فعلها أو معامل‬
‫ وما عدا ذلك من العلم ففرض كفاية‬, ‫ وكيف يقوم بهذه المعاملة‬, ‫ هللا بهذه العبادة‬O‫يعرف كيف يتعبد‬
Dan patokannya (ilmu fardhu ‘ain) adalah suatu ilmu yang menjadi syarat bisa
terlaksananya (dengan benar) sebuah ibadah yang hendak dilakukan oleh seorang
hamba atau mu’amalah (aktifitas dengan orang lain) yang hendak dikerjakannya,
maka pada keadaan ini wajib ia mengetahui (ilmu tentang )bagaimana beribadah
kepada Allah dengan ibadah itu, dan (ilmu tentang )bagaimana bermu’amalah dengan
aktifitas mu’amalah itu. Adapun ilmu-ilmu selain itu, adalah ilmu fardhu kifayah
Dalam islam, kewajiban individual (perseorangan) disebut dengan fardhu ‘ain.
Sama seperti wajib, sesuatu yang hukumnya fardhu ‘ain merupakan kewajiban
perorangan jadi akan berdosa bila ditinggalkan. Seperti Sabda Rasululullah SAW
yang bermaksud: "Dari pada Ibn Umar RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: Islam
dibina atas lima perkara: bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan Allah dan Nabi
Muhammad pesuruh Allah, mendirikan solat, mengeluarkan zakat, menunaikan haji,
berpuasa di bulan Ramadan". Semua yang termasuk kategori wajib secara

3
perseorangan, artinya hal tersebut merupakan fardhu ain. Sekalipun ruang lingkup
fardhu ain hanya pada diri seseorang, akan tetapi banyak pula kewajiban dan tuntutan
bagi diri individu tersebut. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim sudah sepatutnya
kita melaksanakan semua yang diwajibkan atas kita. Karna betapa sulit pun,
kewajiban akan terasa mudah saat dikerjakan dengan pengetahuan dan hati yang
ikhlas. Karena solat wajib merupakan fardhu ain maka ilmu-ilmu yang dibutuhkan
untuk seseorang mendirikan solat termasuk ke dalam fardhu ain juga. Jadi fardhu ain
tidak hanya sebatas pada kewajiban pokok (solat) namun juga ilmu-ilmu penyokong
seperti ilmu bersuci juga merupakan fardu ain.

Fardhu Kifayah
Berikut nukilan perkataan An-Nawawi rahimahullah :
( ‫ كحفظ ) القسم الثاني‬، ‫ وهو تحصيل ما ال بد للناس منه في إقامة دينهم من العلوم الشرعية‬، ‫فرض الكفاية‬
، ‫ ومعرفة رواة الحديث‬، ‫ والتصريف‬، ‫ واللغة‬، ‫ والنحو‬، ‫ والفقه‬، ‫ واألصول‬، ‫ وعلومهما‬، ‫ واألحاديث‬، ‫القرآن‬
‫ والحساب ففرض‬، ‫ ويحتاج إليه في قوام أمر الدنيا كالطب‬، ‫ وأما ما ليس علما شرعيا‬، ‫ والخالف‬، ‫واإلجماع‬
‫كفاية أيضا‬
“Jenis Ilmu yang kedua adalah ilmu Fardu Kifayah, yaitu ilmu yang
dibutuhkan manusia demi tegaknya agama mereka yang sifatnya harus ada, yaitu
berupa ilmu-ilmu Syari’at, seperti : menghafal Alquran, Hadits dan ilmu Hadits, ilmu
Ushul, Fikih, Nahwu, Bahasa Arab, Shorof, ilmu perowi Hadits, Ijma’ dan
perselisihan Ulama.
Adapun ilmu yang bukan ilmu Syari’at, namun dibutuhkan untuk tegaknya
urusan dunia, seperti kedokteran dan matematika, maka ini termasuk ilmu Fardhu
Kifayah juga“
Disebut dengan fardhu kifayah karena kewajiban dalam fardhu ini bersifat
umum (kolektif), yakni kewajiban kepada kelompok muslim dalam satu daerah seperti
desa, kecamatan, kabupaten, provinsi hingga negara. Fardhu kifayah hanya meliputi
kewajiban dalam lingkup aktivitas atau perbuatan. Sebagai contoh, mensolatkan
jenazah. Mensolatkan jenazah adalah fardhu kifayah bagi muslim yang masih hidup
terutama bagi yang terdekatnya. fardhu kifayah ini merupakan kewajiban kita semua
umat muslim, artinya jika muslim yang terdekat dengan si jenazah tidak
mensolatkannya maka kewajiban tersebut melebar, mulai wajib bagi masyarakat desa
hingga kewajiban bagi masyarakat negara.

4
Namun sebaliknya jika sebagian muslim sudah mensolatkannya maka seluruh
muslim lainnya terlepas dari kewajibannya. Fardhu kifayah merupakan kewajiban
yang sangat luas ruang lingkupnya, yaitu mulai dari mengurus jenazah (memandikan,
mengkafankan, mensolatkan, menuburkan) hingga ilmu-ilmu umum. Ilmu-ilmu
umum tersebut yaitu seperti ilmu kedokteran, matematika, fisika, dan lain-lain
termasuknya ilmu kedokteran dan beberapa ilmu umum lainnya yaitu sebagai fardhu
kifayah karna kebutuhan umat akan ilmu tersebut. Contohnya kedokteran, umat
membutuhkan seorang dokter dikalangannya. Imam Ghazali menyebutkan ilmu yang
termasuk kedalam kategori fardhu kifayah adalah ilmu kedokteran dan berhitung.
Kedua ilmu ini mempunyai manfaat yang besar terhadap umat islam lainnya. Seperti
kedokteran, dapat menyembuhkan muslim lain yang sedang sakit, jadi tidak kesulitan
untuk berobat saat dokter ada di dekat.
Namun karna demikian, harus kita garis bawahi bahwa ilmu-ilmu yang
termasuk fardhu kifayah tidak hanya ilmu umum, ilmu-ilmu syariat yang sifatnya
dibutuhkan oleh umat juga fardhu kifayah. Artinya, fardhu kifayah ini merupakan
hukum yang berlaku untuk kelompok, tidak untuk perseorangan. Berkenaan dengan
ilmu,maka ilmu apa saja yang dibutuhkan dalam kelompok tersebut fardhu kifayah
hukumnya.

2.2 Contoh Fardhu ‘Ain dan Fardhu Kifayah


Fardhu 'Ain adalah suatu hal yang wajib dilakukan bagi setiap umat muslim,
jika tidak dilakukan maka akan mendapatkan dosa. Dan fardhu 'ain ini cara
melakukannya tidak boleh diwakilkan oleh orang lain, melainkan harus sendiri-sendiri
melakukannya. Berikut ini adalah contoh fardhu 'ain:
• Sholat lima waktu
Manfaatnya yaitu supaya kita mendapatkan pahala serta untuk menghindari
dosa jika kita meninggalkannya.
• Puasa di bulan Ramadhan
Manfaatnya yaitu dapat meninggikan derajat, menghapus dosa, dapat
meningkatkan ketaatan kepada Allah, dan lain-lain.
• Membayar zakat
Manfaatnya yaitu membersihkan atau mensucikan harta dan jiwa,
meningkatkan rasa bersyukur kepada Allah, dan mendapatkan pahala.
• Melaksanakan haji bagi yang mampu

5
Manfaatnya yaitu bisa meningkatkan ketakwaan kepada Allah, bisa
menengkan hati, dan bisa menghapus segala dosa-dosa.
• Menuntut ilmu agama
Manfaatnya yaitu membuat kita selalu berada di jalan Allah, menjadi pandai,
mendapat wawasan yang luas, dan diringgikan derajatnya.

Fardhu kifayah adalah suatu hal yang wajib dilakukan oleh sebagian unat
muslim dalam suatu masyarakat, jika tidak ada yang melakukan maka seluruh
masyarakat mendapat dosa, namun jika sudah dilakukan oleh 1 orang saja atau lebih
maka seluruh masyarakat tidak mendapatkan dosa. Berikut ini adalah contoh fardhu
kifayah:
• Melaksanakan sholat jenazah
Manfaatnya yaitu mendapatkan berbagai hal kebaikan dan mendapatkan
syafaat bagi jenazah.
• Berjihad secara sungguh-sungguh
Manfaatnya yaitu meninggalkan segala hal kemungkaran, memberikan
pengajaran dan pengetahuan bagi semua umat, dan mendekatkan diri kepada Allah.
• Mempelajari ilmu selain agama (seperti ilmu matematika, kedokteran,
ekonomi, dan lain-lain)
Manfaatnya yaitu membuat kita mendapat segala ilmu serta wawasan yang
luas serta ditinggikan derajatnya.
• Berbuat baik dengan mengajak segala kebaikan untuk mencegah kemungkaran
(Amar Ma'ruf Nahi Munkar)
Manfaatnya yaitu supaya kita dihindari dari api neraka, hidup bermanfaat bagi
orang lain, serta mengurangi segala hal kemungkaran.
• Menjadi atau mendirikan jiwa kepempinan sebagai seorang khalifah
Manfaatnya yaitu supaya kita bisa bermanfaat bagi orang lain,
ditinggikan derajatnya dan mendapatkan pahala.

6
2.3 Perbedaan Fardhu ‘Ain dan Fardhu Kifayah
Perbedaan yang paling menonjol antara fardhu kifayah dan fardhu ain yaitu
tentang kepada siapa fardhu tersebut dituju. Intinya adalah fardhu kifayah merupakan
kewajiban yang sifatnya kepada umum, sedangkan fardhu ain merupakan kewajiban
setiap personal orang. Sederhananya, fardhu ain wajib dilakukan oleh setiap muslim,
sedangkan fardhu kifayah cukup satu atau beberapa orang yang melakukan. Akan
tetapi bukan berarti fardhu kifayah dapat disepelekan, sebab banyak keutamaan dari
berbagai macam ibadah yang hukumnya fardhu kifayah ini.

Kadangkala fardhu kifayah dapat meningkat kepada fardhu ain. Fardhu


kifayah boleh jadi menjadi fardhu ‘ain sehingga kewajibannya menjadi sesuatu hal
yang harus dilaksanakan oleh setiap individuindividu. Contoh Pada zaman Imam
Ghazali, orang-orang merasa aib bila mereka tidak menuntut ilmu pengetahuan di
bidang fiqh, padahal ia merupakan fardhu kifayah, dan pada masa yang sama mereka
meninggalkan wajib kifayah yang lain; seperti ilmu kedokteran. Sehingga di suatu
negeri kadangkala ada lima puluh orang ahli fiqh, dan tidak ada seorangpun dokter
kecuali dari ahli dzimmah. Padahal kedokteran pada saat itu sangat diperlukan, di
samping ia juga dapat dijadikan sebagai pintu masuk bagi hukum-hukum dan urusan
agama.

Contoh lain apabila ada seorang yang mempunyai pengalaman di bidang


kemiliteran yang sangat khusus, dan tentara kaum Muslimin memerlukannya, yang
tidak dapat digantikan oleh orang lain, maka wajib baginya untuk mengajukan diri
melakukan tugas tersebut. Kecenderungan individu didalam memaknai fardhu kifayah
adalah ketika sudah ada yang menjalankan maka individu lainnya beranggapan tidak
perlu lagi menjalankannya. Padahal boleh jadi, apabila kita turut berkontribusi akan
menimbulkan efek positif yang memberikan keberkahan bagi yang menjalankannya.
Sehingga pemaknaan dari fardhu kifayah tidak lagi dipandang dalam artian sempit,
namun menjadi luas dan saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Tidak
sebatashabluminannas melainkan menjadi satu antara habluminallah dan
habluminannas.

Apabila kita menarik benang merahnya kedalam ranah Ekonomi Islam maka
hal ini dapat kita maknai secara luas. Apakah perputaran ekonomi bisa berjalan tanpa
berdampingan bersama bank, produk dan capital market ?. Apakah ekonomi yang

7
terkait dengan rakyat dapat berjalan tanpa modal asing ?. Sepertinya bukan hanya
individu-individu tertentu saja yang harus ber-muhasabah diri. Ini tentunya
merupakan salah satu bentuk fardhu kifyaah yang menjadi fardhu ‘ain didalam
memikirkan perbaikan roda ekonomi.

Ekonomi Islam merupakan istilah yang paling sering digunakan untuk


mendeskripsikan suatu sistem ekonomi yang secara tekstual berpegang teguh pada Al-
Quran dan Hadis. Beberapa ayat didalam Al-Quran memberikan tuntunan bagaimana
menjalankan perekenomian yang baik. Diantaranya “Apabila telah ditunaikan shalat,
maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyakbanyak supaya kamu beruntung.” (Q.S. Al-Jumu’ah/62: 10). Dari ayat tersebut
memberikan penjelasan mengenai 2 hal yang saling berkaitan antara melaksanakan
kewajiban untuk beribadah dan kewajiban untuk mencari rezeki dijalan Allah. Firman
Allah dalam Q.S An - Nisa : 29 : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Dalam dua kutipan ayat tersebut dapat dimaknai bahwasanya menjalankan


suatu kegiatan Muamalah harus didasari dengan sesuatu yang baik-baik. Artinya
segala sesuatu yang dijalankan berdasarkan 2 hal yaitu menjalankan apa yang
dibolehkan oleh Allah SWT sebagaimana yang tertulis didalam Al-Quran dan Hadis.
Kemudian menjauhi segala larangan-Nya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-
Quran (Q.S : Al-Baqarah : 279) Artinya : Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.

Mari kita melihat bagaimana produsen menghasilkan suatu produk/barang.


Jika produsen tersebut sadar bahwa tugas utamanya adalah sebagai manager,
pengelola/ khalifah di bumi maka dala aktifitas ekonomi produksi barang dan jasa
senantiasa mempertimbangkan kebaikan/kemaslahatan manusia/ konsumen. Contoh,
produk pakaian, sesuai syariat karena ini adalah fardhu. Apabila produk pakaian yang
dihasilkan tidak sesuai syariat maka secara otomatis turut berkontribusi menciptakan
masyarakat/konsumen (islam) berbusana tidak sesuai dengan kewajiban yang

8
disyariatkan agama. Desain pakaian yang mempertontonkan aurat adalah sesuatu yang
tidak dibenarkan dalam ajaran Islam. Begitu pula dalam ilmu ekonomi secara umum,
setiap kegiatan jual beli bertujuan untuk menghasilkan keuntungan/laba. Sedangkan
dalam ekonomi Islam kegiatan ekonomi tidak hanya mementingkan laba semata.
Namun, ber-muamalah (jual beli) mempunyai tujuan dunia dan akhirat (fiddunia wal
akhirat). Oleh karena itu, menyelamatkan ekonomi islam adalah fardhu kifayah. Lebih
lanjut, pemaknaan ekonomi islam sebagai fardhu kifayah dapat menjadi fardhu ‘ain
tidak hanya sebatas individu-individu tertentu melainkan sebuah kewajiban bagi
seluruh individu.

2.4 Pentingnya Fardhu ‘Ain dan Fardhu Kifayah


Kepentingan Fardhu ‘Ain bagi seorang individu ialah :
– Menjadi individu yang mempunyai kerohanian dan akhlak yang lebih mulia .
– Patuh pada perintah Allah Ta’ala dan meninggalkan larangan Allah Ta’ala
– Berdisiplin
– Tidak mudah terpengaruh dengan budaya Jahiliyah
Kepentingan Fardhu’Ain bagi kehidupan masyarakat ialah:
– Tercipta suasana aman dan harmoni
– Kehidupan masyarakat semakin maju dan sejahtera.
Kepentingan Fardhu’Ain bagi negara ialah :
-Warga negara secara berdisiplin
-Umat bersatu padu
-Syi’ar Islam dapat ditegakkan
– Negara aman dan sejahtera

Kepentingan Fardhu Kifayah bagi seorang individu ialah :


- Rajin menuntut ilmu
– Menjadikan individu yang berilmu
– Membantu menguasai bidang pekerjaan tertentu.
Kepentingan Fardhu Kifayah bagi kehidupan masyarakat ialah:
- Masalah yang timbul dalam kehidupan masyarakat sekitarnya dapat diselesaikan
dengan baik
- Hidup harmoni dan bersatu padu.
Kepentingan Fardhu Kifayah bagi Negara ialah:

9
– Semakin banyaknya kepakaran berbagai bidang
– Semakin maju sumber daya manusia
– Meningkatkan sumber ekonomi negara
– Negara semakin maju dan sejahtera.

Akibat Mengabaikan Fardhu Ain :

-Mendorong melakukan kejahatan

-Hidup tidak diberkati oleh Allah Ta’ala

-Berakhlak buruk

– Mudah terpedaya oleh budaya Jahiliyah

Akibat Mengabaikan Fardhu Kifayah :


– Kehidupan masyarakat tertinggal jauh dalam semua bidang
– Masyarakat mudah ditipu dan diperdayakan
– Masyarakat terus hidup dalam kemunduran
– Kehidupan tidak sistematis
– Negara semakin miskin, tertinggal dan tidak berkembang.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam islam, kewajiban individual (perseorangan) disebut dengan fardhu ‘ain.
Sama seperti wajib, sesuatu yang hukumnya fardhu ‘ain merupakan kewajiban
perorangan jadi akan berdosa bila ditinggalkan. Disebut dengan fardhu kifayah karena
kewajiban dalam fardhu ini bersifat umum (kolektif), yakni kewajiban kepada
kelompok muslim dalam satu daerah seperti desa, kecamatan, kabupaten, provinsi
hingga negara. Fardhu kifayah hanya meliputi kewajiban dalam lingkup aktivitas atau
perbuatan. Fardhu 'Ain adalah suatu hal yang wajib dilakukan bagi setiap umat
muslim, jika tidak dilakukan maka akan mendapatkan dosa. Dan fardhu 'ain ini cara
melakukannya tidak boleh diwakilkan oleh orang lain, melainkan harus sendiri-sendiri
melakukannya. Berikut ini adalah contoh fardhu 'ain: Sholat lima waktu, puasa di
bulan Ramadhan, membayar zakat, melaksanakan haji bagi yang mampu dan
menuntut ilmu agama. Fardhu kifayah adalah suatu hal yang wajib dilakukan oleh
sebagian unat muslim dalam suatu masyarakat, jika tidak ada yang melakukan maka
seluruh masyarakat mendapat dosa, namun jika sudah dilakukan oleh 1 orang saja
atau lebih maka seluruh masyarakat tidak mendapatkan dosa. Berikut ini adalah
contoh fardhu kifayah: Melaksanakan sholat jenazah, berjihad secara sungguh-
sungguh, mempelajari ilmu selain agama (seperti ilmu matematika, kedokteran,
ekonomi, dan lain-lain), berbuat baik dengan mengajak segala kebaikan untuk
mencegah kemungkaran (Amar Ma'ruf Nahi Munkar) dan menjadi atau mendirikan
jiwa kepempinan sebagai seorang khalifah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Akurat.co. (2020, 4 Januari). Mengenal Perbedaan Fardhu Ain dan Fardhu Kifayah. Diakses
pada 16 September 2020, dari https://akurat.co/news/id-939789-read-mengenal-perbedaan-
fardhu-ain-dan-fardhu-kifayah

Mudahnyaislam.com. (2020, 26 Februari). Pengertian dan Perbedaan Fardhu Kifayah dan


Fardhu Ain. Diakses pada 16 September 2020, dari https://mudahnyaislam.com/pengertian-
dan-perbedaan-fardhu-kifayah-dan-fardhu-ain/

Wordpress.com. (2016, 7 Januari). Pentingnya Asas Fardhu ‘Air dan Fardhu Kifayah Bagi
Kehidupan Ummat. Diakses pada 16 September 2020, dari
https://getaranqalbu.wordpress.com/2016/01/07/pentingnya-asas-fardhu-ain-dan-fardhu-
kifayah-bagi-kehidupan-ummat/

Saudagarnews.id. (2019, 20 Mei). Opini: Fardhu Kifayah dan Fardu ‘Ain dalam Ekonomi
Islam. Diakses pada 16 September 2020, dari
https://www.saudagarnews.id/Not/baca/9392/opini-fardhu-kifayah-dan-fardu-ain-dalam-
ekonomi-islam

12

Anda mungkin juga menyukai