Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP SYIRIK DALAM PERSPEKTIF ASWAJA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Islam Aswaja

Dosen Pembimbing: Moh. Samsul Arifin, M.M

Kelompok 5
Syaiful haris
Titik mugiarti

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN GENGGONG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq,
hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis telah selesai dalam menyusun makalah
ini. Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan
keluarga dan para sahabatnya serta para pengikut beliau yang setia.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu


yang telah memberikan tugas berupa pembuatan makalah. Mudah-mudahan
dengan adanya tugas makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan bagi penulis.Dari pada itu, penulis juga mengharapkan agar para
pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah ini.

Sekiranya dalam makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan, penulis


mengharapakan kritik dan sarannya yang sifatnya membangun guna menyusun
makalah yang berikutnya.

Probolinggo, 08
Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1.Latar Belakang .......................................................................................... 1
2.Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
3.Tujuan ....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2


1.Pengertian Syirik Dan Macam-Macam Syirik ........................................... 2
2.Posisi Khaliq Dan Makhluk ....................................................................... 2
3.Bahaya Syirik ............................................................................................. 3

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 8


1.Kesimpulan ............................................................................................... 8
2.Saran ........................................................................................................... 8
3Daftar Pustaka ............................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ada tiga sebab fundamental munculnya perilaku syirik, yaitu:
Al-Jahlu (kebodohan)
Al- jahlu sebab pertama perbuatan syirik, karenanya masyarakat sebelum
datangnya islam disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab, mereka tidak tahu
mana yang benar dan mana yang salah. Dalam kondisi yang penuh dengan
kebodohan itu, orang-orang cenderung berbuat syirik.
Dhai`iful iman (lemahnya iman) Seorang yang imannya lemah cenderung
berbuat maksiat, Sebab, rasa takut kepada Allah tidak kuat. Lemahnya rasa takut
kepada Allah ini akan di manfaatkan oleh hawa nafsu untuk menguasai diri
seseorang.
Taqliid (Ikut-ikutan secara membabi buta) Al-Qur`an selalu
menggambarkan bahwa orang-orang yang menyekutukan Allah selalu memberi
alas an mereka melakukan itu karna mengikuti jejak nenek moyang mereka.

2.1 Rumusan Masalah


1. Pengertian Syirik Dan Macam-Macam Syirik?
2. Posisi Khaliq Dan Makhluk?
3. Bahaya Syirik?
3.1 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Syirik Dan Macam-Macam Syirik.
2. Untuk Mengetahui Posisi Khaliq Dan Makhluk.
3. Untuk Mengetahui Bahaya Syirik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Syirik Dan Macam-Macam Syirik


Secara Bahasa syirik berasal dari Bahasa arab as-syirku, yang artinya
kemusyrikan. Sedangkan secara istilah syirik adalah perbuatan, anggapan
atau i`tikad menyekutukan Allah SWT dengan yang lainnya, seakan-akan
ada yang maha kuasa disamping Allah SWT. Orang yang menyekutukan
Allah disebut musyrik. Syirik merupakan dosa besar yang tidak dapat
terampuni, seperti yang difirmankan oleh Allah SWT. “Sesungguhnya
Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang
siapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar. (QS. An-Nisa`[4] ayat 48).
 Macam-Macam Syirik
Syirik terbagi menjadi 2 macam, yakni syirik akbar(syirik besar) atau
disebut juga dengan syirik jali (syirik nyata) dan Syirik Asghar (syirik
kecil) atau disebut juga dengan syirik khafi(samar-samar).
1) Syirik Akbar
Disebut syirik akbar atau syirik jali jika;
 Melakukan perbuatan yang jelas-jelas menganggap ada tuhan lain
selain Allah SWT. Dan tuhan itu dijadikan tandingan disamping
Allah SWT.
 Menganggap sesembahan selain Allah.
 Menganggap tuhan mempunyai anak mempunyai anak atau segala
perbuatan yang mengingkari kemahakuasaan Allah.
Dan barang siapa yang melakukan syirik akbar maka seluruh
amalannya akan gugur ,Kemudian jika ia meninggal dalam keadaan
belum bertaubat maka tidak akan diampuni oleh Allah Swt dan akan
dikekalkan didalam Neraka.
Oleh karena itu mereka disebut musyrik sehingga perlu dimurnikan
ketauhidannya.

2
2) Syirik Asghar
Syirik Asghar (Syirik Khafi) ialah perbuatan yang secara tersirat
mengandung pengakuan ada yang maha kuasa disamping Allah
Swt. Misalnya pernyataab seseorang “ jika seandainya saya tidak
ditolong oleh dokter itu, saya pasti akan mati. Pernyataan seperti
ini menyiratkan seakan-akan ada pengakuan bahwa ada sesuatu
yang berkuasa selain Allah Swt. Seorang mukmin yang baik dalam
peristiwa seperti tersebut diatas akan berkata: “Seandainya tidak
ada pertolongan Allah melalui dokter itu, saya pasti akan mati”.
B. Posisi Khaliq Dan Makhluk.
Posisi antara kedudukan sang pencipta dengan makhluk adalah
Batasan yang memisahkan anatara kekufuran dan iman. Keyakinan
Aswaja adalah mencampur aduk kedua kedudukan tersebut akan
mengakibatkan kekufuran. Bagi setiap kedudukan ada hak-hak khusus.
Tetapi disana terdapat masalah -masalah, terutama yang berhubungan
dengan Rasulullah SAW,dan keistimewaan-keistimewaan beliau yang
membedakan diri beliau dengan manusia dan mengunggulkan beliau
dengan yang lain. Masalah-masalah ini terkadang menjadi rancu bagi
Sebagian orang, akibat dangkalnya akal,lemahnya pikiran, terbatasnya
pandangan dan buruknya prasangka. Hingga mengkafirkan Sebagian umat
islam, karena menyangka bahwa mereka telah mengcampuradukkan
kedudukan sang pencipta dan kedudukan makhluk, serta menganggap
mereka telah mengangkat derajat Rasulullah kepada kedudukan Tuhan.
Kalangan Ahlussunnah wal jamaah tahu apa yang wajib bagi Allah dan
apa yang wajib bagi RasulNya. Aswaja juga tahu apa yang hanya menjadi
hak Allah dan apa yang menjadi hak RasulNya, dengan tanpa berlebihan
dan pemujaan yang mencapai batas pensifatan Rasulullah dengan Sifat-
sifat uluhiyah. Sebenarnya , sikap berlebihan dalam mencintai Rasulullah
SAW, taat dan bergantung kepada beliau merupakan sikap terpuji dan
dianjurkan , sebagaimana hadist berikut;

‫مريم ابن النصارى أطرت كما تطروني ا‬

3
“Jangan kalian memujiku seperti umat Nasrani memuji Isa Bin Maryam”

Arti hadist menyebutkan bahwa memuji Rasulullah SAW dan


berlebihan didalamnya dengan sikap tidak seperti sikap umat Nasrani
adalah terpuji. Jika arti hadist tidak demikian, maka yang dimaksud dalam
hadist adalah larangan untuk mencintai dan memuji Rasulullah secara
mutlak. Pernyataan ini tidak disampaikan oleh orang terbodoh dikalangan
muslimin, karena Allah telah memberi pengagungan kepada Rasulullah
serta memerintahkan kita untuk mengagungkannya, sebatas tidak
memberinya sifat-sifat Tuhan. Al-Bushiri mengatakan:

‫واحتكم فيه مدحا شئت بما واحكم ** نبيهم في النصارى ادعت ما دع‬

“Tinggalkan apa yang disangka umat Nasrani terhadap nabi mereka, dan
berilah sifat-sifat untuk Rasulullah sesuai keinginanmu”.

Pengagungan terhadap Rasulullah SAW, dengan tanpa memberinya


sifat-sifat tuhan bukan merupakan bagian dari kekufuran, bahkan hal iyu
merupakan bagian dari kekufuran, bahkan hal itu merupakan se agung-
agung ketaatan dan taqarrub. Ini pun juga berlaku bagi orang-orang yang
telah diagungkan Allah, seperti para Nabi, para Rasul, para malaikat, para
syuhada` dan orang-orang shalih. Allah berfirman;

ِّ ِ ‫ت يُع‬
َ‫ظمَ ومنَ ذً ِلك‬ َ َ‫ربِِّ َِه ِعندَ ل َه ُ خيرَ ف ُهو‬
َِ ‫للاِ ُح ُرما‬
“Demikianlah (perintah Allah) dan barang siapa yang mengagungkan apa-
apa yang terhormat disisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya disisi
Tuhannya”. (QS. Al hajj:30)

Ka`bah, Hajar Aswad, dan Maqam Ibrahim adalah sebongkah batu.


Tetapi Allah telah memerintahkan kita mengagungkannya, semisal dengan
cara Thawaf, mencium hajar aswad, berdo`a dipintu ka`bah dan Multazam.

4
Ketika kita melakukan semua itu, kita yidak menyembah selain AllahSWT
dan tidak berkeyakinan adanya manfaat atau bahaya didalam benda-benda
itu. Tentang Rasulullah SAW, Aswaja mengatakan, Beliau adalah
manusia, yang dimungkinkan mengalami hal-hal yang sama dengan yang
lain, sebatas tidak mengurangi kedudukan beliau dan mengakibatkan umat
lari dari beliau. Pengarang Aqidatul Awam mengatakan:

‫المرض كخفيف نقص بغير ** عرض من حقهم في وجائز‬


“Jaiz bagi mereka (Nabi dan para utusan) menemukan hal-hal yang
bersifat mnusiawi dengan tanpa mengurangi derajat beliau, seperti sakin
yang ringan.”

Beliau adalah hamba yang tidak mempunyai manfaat dan bahaya, tidak
pula memberi kematian dan kehidupan. Beliau telah menyampaikan
risalah, menyampaikan Amanah, dan berjuang dijalan Allah. Beliaupun
Kembali kepada Allah dan diridhai Allah. Maka, dari sini jelas bahwa
memberinya sifat manusia harus disertai sikap yang dapat membedakan
diri beliau dengan manusia pada umumnya, dimana hal ini bersifat umum
bagi semua nabi dan rasul, supaya pandangan kita kepada mereka sesuai
dengan kedudukan mereka. Karena menyamakan para nabi dan utusan
dengan manusia pada umumnya adalah paham jahiliah, seperti yang
difirmankan Allah ;
َ‫ل ُ فقال‬
َ ‫ّل نراكَ ما قو ِم َِه ِمنَ كف ُروا الَّذِينَ الم‬
َ َّ ‫ِمثلنا بش ًرا ِإ‬
“Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya;”Kami
tidak melihat kamu , melainkan (sebagai) seorang manusia(biasa) seperti
kami”. (QS. Hud :27).

‫ل وقالُوا‬
َِ ‫ل هذا ما‬
َِ ‫سو‬
ُ ‫الر‬
َّ ‫ل‬ َّ ‫ق فِي ويم ِشي ال‬
َُ ‫طعامَ يأ ُك‬ َِ ‫اْلسوا‬
“Dan mereka berkata:”Mengapa Rasul itu memakan makanandab berjalan
di pasar-pasar?.”(QS Al Fuqan;7)

5
Itulah diantara firman-rirman Allah dalam Al-Qur`an yang menjadi
saksi, bagaimana anggapan kaum jahiliah terhadap Nabi mereka.
C. Bahaya Syirik
Syirik adalah sebesar-besar dosa yang wajib kita ketahui. Adapun
bahaya dari syrik sebagai berikut;
1. Tidak mendapatkan pengampunan dari Allah SWT, sebagaimana
permulaan ayat mengatakan bahwa, tidak mengampuni-Nya dosa
syirik karena akibatnya dapat merusak diri.
2. Tergolong dosa yang amat besar, sebagaimana penutup bahkan
sebesar-besarnya dosa besar, sebagaimana hadist Nabi SAW bersabda:
“ Telash dikemukakan kepada Rasulullah SAW. (ditanyainya) tentang
dosa-dosa besar, lalu Rasulullah Saw bersabda: syirik kepada Allah,
membunuh jiwa dan durhaka kepada kedua orang tua.(Al-Buchary)”.
Ibnu Katsir mengatakan, bahwa syirik digolongkan dosa besar , sebab
perbuatan syirik menyamakan kedudukan tuhan yang hanya dari dialah
semua nikmat dengan berhala-berhala yang tidak memiliki nikmat.
3. Sesesat-sesat kesesatan, sebagaimana penutup ayat 116, al-Maraghiy
mengatakan , “Bahwasanya orang-orang yang melakukan perbuatan
syirik itu telah tersesat dari tujuan atau terjauh dari jalan yang lurus,
sebab syirik merupakan kesesatan yang merusak akal, menodai
kejernihan ruh, dan menjadikannya tunduk kepada hamba lain seperti
dirinya sendiri.
4. Penyembahan terhadap syaitan, sebagaimana penutup ayat 117, al-
Maraghiy mengatakan “ diantara pekerjaan dan tuntutan tabiat setan
ialah menyesatkan dan menyibukkan para hamba dengan angan-angan
kosong yang bathil (jauh dari haq dan hidayah) seperti penyesat-tannya
kepada hamba(manusia) yang berpendapat, bahwa orang-orang
berdosa akan mendapatkan rahmat Allah tanpa bertaubat dan akan
keluar dari neraka setelah mendapatkan syafaat , serta membujuk
manusia untuk senang dunu dan lupa akhirat.”

6
5. Kezaliman yang besar, sebagaimana penutup ayat 13surah Lukman
(13). “Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah kezaliman yang
besar)”

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Syirik merupakan refleksi jiwa, akal, dan fisik dalam menyekutukan
Allah yang mungkin dalam bentuk eksiernal, yakni demonstratif yang
dapat disaksikan oleh orang lain dan internal. Yakni yang dirasakan oleh
yang bersangkutan. Bentuk eksternal dan internal syirik dapat berupa
paganislik(penyembahan berhala) dengan segala macam wujud apa saja
yang dijadikan objek sekaligus objek itu, yang dalam isyarat Al-Qur`an
disebut syirik Akbar. Syirik tidaj diragukan sebagai perbuatan yang
membawa implikasi kehidupan keagamaan yang amat berbahaya sebab
indikasinya tidak terampuni, sebesar-besar dosa besar, sesesat sesat
kesesatan, penyembah syaitan dan kezaliman yang besar.

B. Saran
Diakhir tulisan ini, kami menitipkan beberapa buah saran untuk
pembaca dan penelaah dengan harapan semoga Allah SWT memudahkan
hamba_Nya meraih berjuta pintu kebaikan dan semoga Allah SWT
senantiasa memelihara kewaspadaan diri agar tidakterjerumus dalam
perbuatan syrik.

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-Munajjid, Muhammad Shalih. 2012. Dosa-Dosa yang Diremehkan Manusia.


Solo: Zamzam. Halaman 28-29.
Hadi, Khairul. 2013. Makna Syirik dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tematik dan
Kaitannya Fenomena Kehidupan Sekarang). Thesis. Riau: Universitas Islam
Negeri Sultas Syarif Kasim Riau.
Hamang, M Nasri. 2003. Sirik dan Wasilah dalam Al-Qur’an Sebuah Kajian
Syar’iyyah Berdasarkan Metode Tafsir Maudhu’i. Jurnal Ilmiah Al-Syir‟ah.
Volume 1. Nomor 1. Halaman: 1 -10.
Ilyas, Yunahar. 2016. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPPI.
Manzur, Ibunu. Lisanul „Arabi. Jilid IV. Halaman: 2248-2249.
Sumber: Huwa Allah, Karya Sayid Muhammad Bin Alawi Al-Maliki.
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

bb

Anda mungkin juga menyukai