Anda di halaman 1dari 22

SUBJEK PENDIDIKAN

(Dalam Perspektif Al-Qur’an Q.S.Ar-Rahman/55:1-4; Q.S.An-Najm/53:1-10; Q.S.An-


Nahl/16:43-44; dan Q.S.Al-Kahfi/18:65-70)

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


TAFSIR TARBAWI

Dosen Pengampu: Abusiri, MSi

Oleh
Muhammad Azizur Rahman ( 19.01.01.004 )

PROGRAM LINEARISASI STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIKMAH JAKARTA
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-MAHBUBIYAH
JAKARTA
2020M / 1442H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan
petunjuk dan nikmat yang tidak terhitung jumlahnya, sehingga atas berkat dan karunia-
Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang kami susun ini. Sholawat dan salam juga
tak terlupakan untuk selalu kami haturkan keharibaan Rosulullah Nabiyina Muhammad
SAW yang menjadi panutan dan uswah bagi umat islam sekalian, juga beserta kepada
keluarganya dan sahabatnya.
Alquran adalah wahyu (kalamullah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw,
sebagai pedoman bagi kehidupan manusia (way of life) dalam segala aspek bidang. Alquran
mengandung beberapa aspek yang terkait dengan pandangan hidup yang dapat membawa
manusia ke jalan yang benar dan menuju kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dari beberapa aspek tersebut, secara global salahsatunya terkandung aspek materi tentang
kegiatan belajar-mengajar atau bidang pendidikan yang tentunya membutuhkan komponen-
komponen pendidikan, diantaranya yaitu pendidik dan peserta didik.
Pada kesempatan makalah kali ini akan dibahas mengenai SUBJEK PENDIDIKAN
DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (Q.S.Ar-Rahman/55:1-4; Q.S.An-Najm/53:1-10;
Q.S.An-Nahl/16:43-44; dan Q.S.Al-Kahfi/18:65-70), sebagai pemenuhan salah satu tugas
mata kuliah Tafsir Tarbawi.
Demikianlah kata pengantar yang dapat penulis sampaikan dalam makalah ini, Semoga
makalah ini dapat memenuhi tugas pembahasan dan bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 07 November 2020

                                                                                                            Pemakalah

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................................1
B. Ringkasan Permasalahan........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................1
D. Batasan Masalah......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................2
A. Pengertian Subjek Pendidikan................................................................................................2
1. Pengertian............................................................................................................................2
2. Subjek pendidikan................................................................................................................2
B. Subjek Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an Q.S.Ar-Rahman/55:1-4..........................4
1. Tafsir Ayat...........................................................................................................................4
2. Subjek..................................................................................................................................5
C. Subjek Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an Q.S.An-Najm/53:1-10...........................6
1. Tafsir Ayat...........................................................................................................................6
2. Subjek..................................................................................................................................9
D. Subjek Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an Q.S.An-Nahl/16:43-44..........................9
1. Tafsir Ayat...........................................................................................................................9
2. Subjek................................................................................................................................12
E. Subjek Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an Q.S.Al-Kahfi/18:65-70.......................13
1. Tafsir Ayat.........................................................................................................................13
2. Subjek................................................................................................................................15
F. Hikmah...................................................................................................................................16
BAB III PENUTUP......................................................................................................................18
A. SIMPULAN............................................................................................................................18
B. SARAN...................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tafsir adalah Ilmu yang mempelajari penjabaran tentang makna dan kandungan Al-
Qur’an dan merupakan salah satu pembelajaran yang kita perlukan dalam memahami
isinya. Karena Al-qur’an adalah sumber hukum islam yang pertama bagi umat muslim.
Al-Qur’an terdapat aturan-aturan yang harus kita laksanakan dan larangan-larangan yang
harus kita tinggalkan dan tentunya banyak yang harus dipelajari di dalamnya. Kehidupan
kita tidak terlepas dari pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi kita umat Islam.
Sebagai seorang calon pendidik, tentunya kita diharapkan menjadi seorang pendidik yang
profesional. Dalam Al-Qur’an telah disampaikan bagaimana menjadi guru yang baik dan
profeional. Dengan demikian kita akan dapat bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan
ajaran islam. Selain kita mendapatkan rizqi kita juga akan mendapatkan berkah dan
ridhonya dari Allah SWT.1

B. Ringkasan Permasalahan
1. Apa pengertian subjek pendidikan ?
2. Bagaimana subjek pendidikan perspektif Al-Qur’an dalam Q.S.Ar-Rahman/55:1-4;
Q.S.An-Najm/53:1-10; Q.S.An-Nahl/16:43-44; dan Q.S.Al-Kahfi/18:65-70 ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar pemakalah dan pembaca dapat
mengidentifikasi berbagai hal yang berkaitan dengan subjek pendidikan menurut sudut
pandang Al-Qur’an.

D. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada makalah ini adalah mengetahui hal-hal yang hanya
berkaitan dengan subjek pendidikan perspektif Al-Qur’an dalam Q.S.Ar-Rahman/55:1-4;
Q.S.An-Najm/53:1-10; Q.S.An-Nahl/16:43-44; dan Q.S.Al-Kahfi/18:65-70.

1 http://cahgombongkebumen.blogspot.com/2016/09/makalah-subyek-pendidikan-islam.html,di
akses pada hari Rabu tanggal 14 Oktober 2020
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Subjek Pendidikan


1. Pengertian
Subjek pendidikan sangat berpengaruh sekali kepada keberhasilan atau gagalnya
pendidikan.Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung
jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang
disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan.
Subjek pendidikan yang dipahami kebanyakan para ahli pendidikan adalah Orang
tua, guru-guru di institusi formal (disekolah) maupun non formal dan lingkungan
masyarakat, sedangkan pendidikan pertama (tarbiyatul awwal) yang kita pahami
selama ini adalah rumah tangga (orang tua). Sebagai seorang muslim kita harus
menyatakan bahwa pendidik pertama manusia adalah Allah yang kedua adalah
Rasulullah.
Subjek pendidikan juga berarti orang yang bertanggung jawab memberi
pertolongan pada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar
mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tugasnya sebagai
hamba dan khalifah Allah serta mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan
sebagai makhluk individu yang mandiri.2
Sebagaimana dapat kita lihat dalam Q.S Al-‘Alaq: 4-5.

. ‫ َعلَّ َم اإل ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬  .‫الَّ ِذي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬
Artinya: “Yang mengajar (manusia) dengan perantaran Qalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”3
2. Subjek pendidikan
Kita dapat membedakan pendidik itu menjadi dua kategori yaitu:
a. Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua
Orang tua sebagai pendidik menurut kodrat adalah pendidik pertama dan
utama, karena secara kodrat anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya (ibunya)
dalam keadaan tidak berdaya hanya dengan pertolongan dan

2 Suryoso B, Beberapa Aspek Dasar Kependidika, Jakarta: Bina Aksara,1983. hal.26


3 Kementrian Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya, Bogor: Lembaga Percetakan Al Qur’an
Kementrian Agama RI, 2010
2
3

layanan orang tua (terutama ibu) anak manusia itu dapat hidup dan berkembang
semakin dewasa. Hubungan orang tua dengan anaknya dalam hubungan
edukatif, mengandung dua unsur dasar, yaitu:
a. Unsur kasih sayang pendidik terhadap anak
b. Unsur kesadaran dan tanggung jawab dari pendidik untuk menuntun
perkembangan anak.4
b. Pendidik menurut jabatan, yaitu guru
Guru adalah pendidik kedua setelah orang tua. Mereka tidak bisa disebut
secara wajar dan alamiah menjadi pendidik,  karena mereka mendapat tugas dari
orang tua, sebagai pengganti orang tua. Mereka menjadi pendidik karena
profesinya menjadi pendidik, guru di sekolah misalnya. Dalam Undang-undang
Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidk profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini, jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru berfungsi
sebagai pendidik di samping sebagai pengajar. Guru membentuk sikap siswa,
bahwa guru menjadi contoh atau teladan bagi siswa-siswanya. Hal itu tidak
mungkin kalau guru hanya bertuigas mengajar saja.

Dari penjelasan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa subjek pendidikan
adalah seseorang atau sesuatu yang mengajarkan kita ilmu. Seseorang ini bukan hanya
seorang guru tapi siapapun atau apapun yang dapat mengajari kita. Pendidikan yang
pertama kali terjadi dalam ruang lingkup yang sangat sederhana yaitu keluarga. Subjek
pendidikannya adalah orang tua, terutama ibu.
Dalam kegiatan pembelajaran kita dapat mengartikan seorang guru yang
mengajarkan suatu ilmu kepada muridnya agar dapat dipahami apa yang diberikan
oleh gurunya tersebut. Sehingga ketika seorang guru memberikan evaluasi kepada
muridnya tentang pelajaran yang telah diberikan tersebut, maka muridnyapun akan
dapat menjawab dan mengerjakannya dengan baik dan benar. Sehingga murid tersebut
menjadi pandai dengan ilmu yang telah diberikan oleh gurunya.

4 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta : RINEKA CIPTA. hal. 8


4

B. Subjek Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an Q.S.Ar-Rahman/55:1-4


1. Tafsir Ayat

(4( َ‫) َعلَّ َمهُ ا ْلبَيَان‬3( َ‫سان‬ َ َ‫) َخل‬2( َ‫) َعلَّ َم ا ْلقُ ْرآن‬1( ُ‫ال َّر ْح َمن‬
َ ‫ق اإل ْن‬
Artinya: “Tuhan yang maha pemurah.[1]. Dia-lah yang telah mengajarkan Al-
Qur’an.[2]. Dia telah menjadikan manusia.[3]. Dia telah mengajarnya
pandai berbicara.[4].”5

َ   (Allah) yang Maha Pengasih ‫ َﻋﻠَّ َﻢ ۟ٲﻟﻘُ ۟ﺮ َءان‬  Yang telah


Firman Allah SWT  ُ‫ٲﻟر ۟ﺣﻤٰ ﻦ‬ 
mengajarkan Al-Qur’an. Maksudnya yaitu yang telah mengajarkan kepada Nabi-Nya
hingga dia dapat menyampaikan kepada seluruh manusia. Surah ini diturunkan ketika
orang-orang bertanya, “ apa  ُ‫ٲﻟ َر ۟ﺣﻤٰ ﻦ‬  itu?”. Ada juga yang mengatakan bahwa surah ini
turun sebagai bantahan atas penduduk Makkah ketika mereka berkata, “Sesungguhnya
yang mengajarinya (Muhammad) adalah manusia, yaitu orang Yamamah Yang
bernama Rahman.” Yang mereka maksudkan adalah Musailamah Al Kadzdzab (si
pembohong). Allah SWT pun menurunkan firman-Nya, ‫۝‬  َ‫ﻋَﻠَّ َﻢ ۟ٲﻟﻘُ ۟ﺮ َءان‬ ‫۝‬  ُ‫ٲﻟ َر ۟ﺣﻤٰ ﻦ‬
(Allah) yang Maha Pengasih. Yang telah mengajarkan Al-Qur’an.

Ulama ahli hikmah mengatakan bahwa, Kata ُ‫ٲﻟ َر ۟ﺣﻤٰ ﻦ‬   adalah kata asma yang
menunjukan dua sifat, yakni sifat zhahiriyah dan sifat bathiniyah, atau sifat duniawi
dan ukhrowi.

Az-Zajjaj berkata, “makna firman Allah SWT َ‫ﻋﻠ َّ َﻢ ۟ٲﻟﻘُ ۟ﺮ َءان‬


َ   adalah Dia memudahkan
Al-Qur’an untuk diingat dan dibaca. Sebagaimana Dia
۟ ۟
ِ ‫ َﻮﻟَﻘَ ۟ﺪﻳَﺴ َّ۟ﺮﻧَﺎٲﻟﻘُ ۟ﺮ َءانَ ﻟِﻠ ِّﺬﻜ‬  “dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-
berfirman, ‫ﺮ‬
Qur’an untuk pelajaran”.
mِِ۟ ‫ﺧَ ﻠَﻖ‬  “Dia
Ibnu Abbas RA, Qatadah dan Hasan berkata, Firman Allah SWT, ‫َٲ۟ﻹ ۟ﻧ ٰﺴﻦ‬
menciptakan manusia”. ,”maksudnya adalah Adam”.
َ۟
Firman Allah, ‫ﺒَﻴَﺎن‬mَ‫“ﻋَﻠَّ َﻤﻪُٲ۟ﻟ‬Mengajarnya pandai berbicara” maksudnya mengajarkan
nama-nama segala sesuatu. Ada juga yang mengatakan bahwa maksudnya adalah
mengajarkan bahasa seluruhnya. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA juga dan Ibnu

mِِ۟   disini adalah Muhammad SAW dan maksud ‫ﺒَﻴَﺎن‬mَ‫ٲ۟ﻟ‬ 


Kaisan bahwa maksud ‫۟ﻹ ۟ﻧ ٰﺴﻦ‬
َ۟
adalah kejelasan yang halal dan yang haram dan petunjuk dari kesesatan. Ada lagi

mِِ۟   adalah seluruh manusia. Artinya itu adalah


yang mengatakan bahwa maksud ‫۟ﻹ ۟ﻧ ٰﺴﻦ‬

5 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah. Jakarta : Lentera hati, 2002. hal. 493


5

َ۟
nama bagi jenis, sementara maksud ‫َﺒَﻴَﺎن‬m‫ٲ۟ﻟ‬  berdasarkan pendapat ini adalah bicara dan
paham. Ini termasuk hal yang menjadikan manusia lebih utama dari seluruh makhluk
hidup.6
2. Subjek
Dari surat Ar-Rahman ayat 1-4 kita dapat mengetahui beberapa nilai pendidikan
yang terkandung di dalamnya, yaitu dikatakan bahwa Allah telah mengajarkan Al-
Qur’an kepada manusia, sehingga manusia tersebut menjadi pandai dalam berbicara,
maksudnya, ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah kepada manusia itu
bertujuan untuk memberi pedoman kepada manusia agar manusia itu dapat memahami
isi serta maknanya, sehingga manusia dapat bertingkah laku yang sesuai dengan
pedomannya yaitu Al-Qur’an.
Kita dapat memperoleh ilmu dari mana saja, seperti lingkungan, masyarakat, alam,
dan semua ciptaan Allah SWT. Namun pada hakikatnya pendidik yang menjadi subjek
paling utama adalah diri kita sendiri, maukah kita mengajar, mendidik, menggembleng
diri kita sendiri untuk dapat meraih petunjuk ilmu yang Allah Swt berikan melaui
orang tua, para guru, dan segenap hamparan ciptaan Allah Swt di alam semesta ini
dengan ilham melalui malaikat Allah Swt. Dengan kata lain adalah kemauan dan
kesungguhan kita, bilamana didasari niat dan kemauan diri kita sendiri maka Allah
Swt akan memberikan petunjuknya untuk kita mendapatkan suatu ilmu.
Sebagaimana tertuang dalam Q.S.Ar-Ra’du/13:11. Imam al-Qurthubi dalam
tafsirnya mengatakan:

‫ ِذ ِه‬m َ‫الَى فِي ه‬mm‫ َر هللاُ تَ َع‬m َ‫ (إِ َّن هللاَ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َحتَّى يُ َغيِّرُوا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم) أَ ْخب‬:‫قَوْ لُهُ تَ َعالَى‬
،‫ إِ َّما ِم ْنهُ ْم أَوْ ِمنَ النَّا ِظ ِر لَهُ ْم‬،ٌ‫اآْل يَ ِة أَنَّهُ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َحتَّى يَقَ َع ِم ْنهُ ْم تَ ْغيِير‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Dalam ayat
ini Allah member tahu bahwa Ia tidak mengubah suatu kaum sehingga ada
salah satu di antara mereka ada yang mengubahnya.7

C. Subjek Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an Q.S.An-Najm/53:1-10


1. Tafsir Ayat
6 Imam jalaluddin Al-Mahalli dan Imam jalaluddin As-Syuti, Terjemah Tafsir Jalalain jilid ke-2
Bandung: Sinar Baru Algensindo. hal. 984
7 Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, juz 9. Darul Kutub al-Mishriyyah:
Kairo, 1964. hal. 294
6

‫و إِال‬j َ j‫) إِنْ ُه‬3(‫ َوى‬j ‫ق َع ِن ا ْل َه‬ُ ‫) َو َما يَ ْن ِط‬2(‫احبُ ُك ْم َو َما َغ َوى‬
ِ ‫ص‬َ ‫ض َّل‬ َ ‫) َما‬1(‫َوالنَّ ْج ِم إِ َذا ه ََوى‬
‫) ثُ َّم‬7(‫ق األ ْعلَى‬ِ ُ‫األف‬jjِ‫ َو ب‬j‫) َو ُه‬6(‫ت ََوى‬j‫اس‬ ْ َ‫ َّر ٍة ف‬j‫) ُذو ِم‬5(‫ َوى‬jُ‫ش ِدي ُد ا ْلق‬
َ ُ‫) َعلَّ َمه‬4(‫وحى‬
َ ُ‫َو ْح ٌي ي‬
َ ‫أَ ْو‬
)10(‫حى‬ ‫) فَأ َ ْو َحى إِلَى َع ْب ِد ِه َما‬9(‫س ْي ِن أَ ْو أَ ْدنَى‬ َ َ‫) فَ َكانَ ق‬8(‫َدنَا فَتَ َدلَّى‬
َ ‫اب قَ ْو‬
Artinya: “Demi bintang ketika terbenam.[1]. Kawanmu (Muhammad) tidak-lah sesat
dan tidak pula keliru.[2]. dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an)
menurut kemauan hawa nafsunya.[3]. Ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya).[4].  Yang diajarkan kepadanya oleh
(Jibril) yang sangat kuat.[5]. Yang mempunyai akal yang cerdas;.[6]. Dan
(Jibril) menampakkan diri (dengan rupa yang asli), sedangkan dia berada di
ufuk yang tinggi.[7]. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi.[8].
Maka jadilah dia dekat (pada Muhammad) sejarak dua ujung busur panah
atau lebih dekat (lagi).[9]. Lalu dia menyampaikan kepada hamba-
nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan.[10].”

Asy-Sya'bi dan lain-lainnya menyebutkan bahwa Pencipta boleh saja bersumpah


dengan menyebut nama makhluk-Nya yang dikehendaki-Nya, tetapi bagi makhluk
tidak boleh bersumpah dengan menyebut nama selain Tuhan Yang Maha Pencipta
(Allah Swt.).
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: 
dalam Q.S.An-Najm: 1. Yaitu Al-Qur'an pada saat diturunkan. Ayat ini semakna
dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

ٍ ‫ا‬jjَ‫ فِي ِكت‬.‫ ِري ٌم‬j‫رآنٌ َك‬jْ jُ‫ إِنَّهُ لَق‬.‫ونَ ع َِظي ٌم‬jj‫و تَ ْعلَ ُم‬j
‫ب‬ ْ jَ‫ ٌم ل‬j‫س‬
َ َ‫ َوإِنَّهُ لَق‬.‫وم‬
ِ j‫ع النُّ ُج‬j ِ ‫فَال أُ ْق‬
ِ ِ‫س ُم بِ َم َواق‬
َ‫ تَنزي ٌل ِمنْ َر ِّب ا ْل َعالَ ِمين‬. َ‫سهُ إِال ا ْل ُمطَ َّه ُرون‬ُّ ‫ اَل يَ َم‬.‫َم ْكنُو ٍن‬
Artinya: “Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang.
Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu
mengetahui, sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia,
pada kitab yang terpelihara  (Lauh Mahfuz), tidak menyentuhnya kecuali
hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam. (Al-
Waqi'ah: 75-80)
Jawaban dari sumpah di atas, yaitu kesaksian terhadap Rasul Saw. bahwa beliau
adalah orang yang berada pada jalan yang lurus, mengikuti kebenaran dan bukanlah
orang yang sesat, sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S.An-Najm: 2. Maka Allah
7

Swt, membersihkan Rasul-Nya dan syariat-Nya dari kesamaan yang biasa dilakukan
oleh ahli kesesatan seperti kaum Nasrani dan golongan-golongan orang-orang Yahudi,
yang mengetahui sesuatu kebenaran, tetapi menyembunyikannya dan mengerjakan hal
yang bertentangan dengannya. Bahkan salawat dan salam Allah terlimpahkan
kepadanya, dan apa yang diamanatkan oleh Allah Swt. kepadanya berupa syariat yang
agung merupakan syariat yang benar-benar lurus, pertengahan, dan tepat.

Sebagai mana yang Allah Firmankan dalam Q.S.An-Najm: 3-4. Yakni


sesungguhnya apa yang diucapkannya itu bukanlah keluar dari hawa nafsunya dan
bukan pula karena dilatarbelakangi tujuan kepentingan sendiri. Dan semata-mata
berdasarkan wahyu yang diperintahkan kepadanya untuk ia sampaikan kepada
manusia dengan sempurna dan apa adanya tanpa penambahan atau pengurangan.
Imam Abu Daud meriwayatkan hadis ini melalui Musaddad dan Abu Bakar ibnu
Abu Syaibah, keduanya dari Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan dengan sanad yang sama.

‫ َّدثَنَا‬j‫ َح‬،‫ح‬ ُ ‫ َح َّدثَنَا أَ ْح َم ُد بْنُ َم ْن‬:‫قَا َل ا ْل َحافِظُ أَبُو بَ ْك ٍر ا ْلبَ َّزا ُر‬
َ ُ‫ ُد هَّللا ِ بْن‬j‫ َح َّدثَنَا َع ْب‬j،‫صو ٍر‬
ٍ ِ‫ال‬j‫ص‬
‫ َع ِن‬،‫رة‬jjj‫ عَنْ أَبِي ُه َري‬،‫ح‬ ٍ ِ‫ال‬jjj‫ص‬َ ‫ عَنْ أَبِي‬،‫لَ َم‬jjj‫س‬ ْ َ‫ ِد ْب ِن أ‬jjj‫زَ ْي‬  ْ‫ عَن‬،‫ َع ِن ا ْب ِن ع َْجالن‬،‫ث‬ ُ ‫اللَّ ْي‬
َ ‫ فَ ُه َو الَّ ِذي اَل‬،ِ ‫ " َما أَ ْخبَ ْرتُ ُك ْم أَنَّهُ الَّ ِذي ِمنْ ِع ْن ِد هَّللا‬:‫سلَّ َم قَا َل‬
‫ش ّك‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫النَّبِ ِّي‬
."‫فِي ِه‬
Artinya: “Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Ahmad ibnu Mansur. telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu
Saleh, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, dari Ibnu Ajian, dari Zaid
ibnu Aslum, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah
bersabda: Apa yang kusampaikan kepada kalian dari sisi Allah itulah hal
yang tiada keraguan padanya.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan, "Kami tidak mengetahui hadis ini diriwayatkan
kecuali hanya melalui sanad ini."

َ ‫ ِعي ُد بْنُ أَبِي‬j ‫س‬


ْ‫ عَن‬،‫ ِعي ٍد‬j ‫س‬ َ ْ‫ عَن‬،‫ عَنْ ُم َح َّم ٍد‬،‫ث‬ ٌ ‫ َح َّدثَنَا لَ ْي‬،‫س‬ ُ ُ‫ َح َّدثَنَا يُون‬:ُ‫قَا َل اإْل ِ َما ُم أَ ْح َمد‬
‫ا َل‬jَ‫ ق‬."‫ا‬jًّ‫و ُل إِاَّل َحق‬jُ‫ "اَل أَق‬:‫ا َل‬jَ‫ه ق‬j‫لَّ َم أن‬j‫س‬
َ ‫ ِه َو‬j‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬ ُ ‫ عَنْ َر‬،َ‫أَبِي ُه َر ْي َرة‬
َ ِ ‫سو ِل هَّللا‬
"‫ "إني ال أقول إال حقا‬:‫سو َل هَّللا ِ؟ قَا َل‬ ْ َ‫ض أ‬
ُ ‫ فَإِنَّكَ تُدَا ِعبُنَا يَا َر‬:‫ص َحابِ ِه‬ ُ ‫بَ ْع‬
Artinya: “Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah
menceritakan kepada kami Lais, dari Muhammad ibnu Sa'id ibnu Abu Sa'id,
8

dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: "Tiadalah yang
kuucapkan melainkan benar belaka.” Sebagian sahabat
bertanya.”Sesungguhnya engkau adakalanya berseloroh dengan kami, wahai
Rasulullah.” Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya aku tidak pernah
mengucapkan kecuali kebenaran belaka.”

Dan Allah Swt menyatakan pula tentang hamba dan Rasul-Nya dalam Q.S.An-
Najm: 5-8. Yakni Allah Swt mengajarkan kepada nabi Muhammad melalui malaikat
yang sangat kuat, yaitu. Menurut Mujahid, Al-Hasan, dan Ibnu Zaid, adalah hamba
yang mempunyai kekuatan atau kemampuan.Yakni malaikat Jibril a.s dengan
menampakkan diri (rupa yang asli), sedangkan dia berada di ufuk yang tinggi.
Menurut Ikrimah dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang, mengatakan bahwa
ufuk atau cakrawala yang tertinggi adalah tempat yang datang darinya cahaya subuh.
Mujahid mengatakan tempat terbitnya matahari. Qatadah mengatakan tempat yang
darinya siang datang. Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Zaid dan lain-lainnya.

Yang mana dalam Q.S.An-Najm: 9-10. Jibril menyampaikan wahyu kepada hamba
Allah Muhammad Saw. apa yang telah diperintah Allah kepadanya dengan mendekat
kepada Muhammad ketika turun menemuinya di bumi, hingga jarak antara dia dan
Muhammad Saw. sama dengan dua ujung busur panah bila dibentangkan.
Demikianlah menurut Mujahid dan Qatadah. Menurut pendapat lain, makna yang
dimaksud ialah jarak antara tali busur panah dengan busurnya.
Imam Bukhari telah meriwayatkan dari Talq ibnu Ganam, dari Zaidah, dari Asy-
Syaibani yang mengatakan bahwa aku pernah bertanya kepada Zurr tentang firman
Allah Swt.: maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah
atau lebih dekat (lagi). Lalu ia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa
yang telah Allah wahyukan. (An-Najm: 9-10) Lalu ia mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Abdullah, bahwa Muhammad Saw. melihat Jibril dalam rupa aslinya
memiliki enam ratus buah sayap.8
2. Subjek
Yang dimaksud pengajar atau yang menjadi subyek disini adalah Malaikat Jibril,
bukan berarti bahwa wahyu tersebut bersumber dari Malaikat Jibril. Seseorang yang

8 https://lenterahatisapawi.blogspot.com/2016/10/subyek-pendidikan-tafsir-tarbawi.html, diakses
pada hari Kamis tanggal 15 Oktober 2020, dengan peringkasan. Kutipan dari Tafsir Kementrian Agama
9

mengajar tidak mutlak mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar.
Bukankah kita mengajar seorang anak membaca, padahal bacaan itu juga bukan
merupakan karya kita? Menyampaikan sesuatu secara baik dan benar adalah suatu
bentuk pengajaran. Malaikat menerima wahyu dari Allah dengan tugas
menyampaikannya secara baik dan benar kepada Nabi Muhammad Saw., dan itulah
yang dimaksud pengajaran disini.
Sedangkan jika dikaitkan dengan pengajar atau pendidik yakni seorang guru, maka
menurut pemahaman pemakalah dapat diambil beberapa kriteria bagi guru, yakni
diantaranya:
a. Harus mengajar dengan benar dengan memahami ilmu dibidangnya.
b. Tidak mengajar semaunya sendiri akan tetapi mengikuti prosedur perencanaan
dan materi pelajaran yang sesuai dengan benar dan semestinya.
c. Penampilan dan perilaku yang baik, karena perilaku kita akan dijadikan
cerminan oleh murid-murid kita.
d. Berwibawa seorang guru agar murid-murid mudah diarahkan dalam kebaikan.
e. Mempunyai kekuatan dan kemampuan, baik dalam kekuatan secara jasmani
maupun rohani. Kekuatan jasmani yakni berupa totalitas dalam mengajar
kecerdasan dalam cara pendekatan terhadap murid untuk penyampaian
pelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan kekuatan rohani yakni cerdas
aqliyah maupun fi’liyah, kesungguhan dalam menyampaikan mata pelajaran
kepada anak didik, serta kesabaran dalam mendidik dan menanamkan akhlakul
karimah kepada peserta didik.

D. Subjek Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an Q.S.An-Nahl/16:43-44


1. Tafsir Ayat

٤٣- َ‫وا أَ ْه َل ال ِّذ ْك ِر إِن ُكنتُ ْم الَ تَ ْعلَ ُمون‬ ْ ُ‫ك إِالَّ ِر َجاالً نُّو ِحي إِلَ ْي ِه ْم فَاسْأَل‬ َ ِ‫َو َما أَرْ َس ْلنَا ِمن قَ ْبل‬
٤٤- َ‫اس َما نُ ِّز َل إِلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُون‬ ْ َ‫الزب ُِر َوأ‬
ِ َّ‫نزَلنَا إِلَ ْيكَ ال ِّذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلن‬ ُّ ‫ت َو‬ ِ ‫بِ ْالبَيِّنَا‬
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan.9 jika kamu tidak mengetahui.[43]. Dengan
membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami
turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia

9 Maksudnya: orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang Nabi dan kitab-kitab.


10

apa yang telah diturunkan kepada mereka,10 dan supaya mereka memikirkan.
[44].”

Diriwayatkan oleh Adh-Dhahhak bahwa Ibnu Abbas bercerita tentang ayat ini,
bahwa tatkala Allah mengutus Muhammad sebagai Rasul, banyak di antara orang-
orang Arab yang tidak mau menerima kenyataan itu, maka turunlah ayat:

َ َّ‫اس َع َجبا ً أَ ْن أَوْ َح ْينَا إِلَى َر ُج ٍل ِّم ْنهُ ْم أَ ْن أَن ِذ ِر الن‬


‫اس‬ ِ َّ‫أَ َكانَ لِلن‬
Artinya: “Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan
kepada seorang laki-laki di antara mereka: untuk memberi peringatan
kepada manusia” (QS. Yunus : 2).
ً‫نت إَالَّ بَ َشراً َّرسُوال‬
ُ ‫قُلْ ُسب َْحانَ َربِّي هَلْ ُك‬
Artinya: “Katakanlah wahai Muhammad: "Maha suci Tuhanku, Bukankah aku ini
hanya seorang manusia yang diutus menjadi rasul?"(QS. Al-Isra : 93).

Para ulama menjadikan kata (‫)رجال‬ rijal, dalam Q.S.An-Nahl/516:43 sebagai


alasan untuk menyatakan bahwa semua manusia yang diangkat oleh Allah sebagai
rasul adalah pria, dan tidak satu pun yang wanita dan dari segi bahasa kata rijal yang

merupakan bentuk jamak dari kata (‫)رجل‬  rajul sering kali dipahami dalam arti

ِ ‫ال ِّذ ْك‬


lelaki.11 Kata ‫ر‬ ‫ أَ ْهل‬ini difahami oleh banyak ulama dalam arti para pemuka agama
Yahudi dan Nasrani yang telah menerima kitab-kitab dan ajaran Nabi-nabi yang
dahulu itu. Kalau mereka orang-orang yang jujur, niscaya akan mereka beri tahukan
hal yang sebenarnya itu.12
Ahl-dzikr ditafsirkan dengan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan tentang
nabi dan kitab-kitab.13 Penulis tidak membatasi kepada pengetahuan tentang nabi-nabi
dan kitab, melainkan meliputi detail-detail Al-Quran dan Islam secara keseluruhannya.
Orang yang memiliki pengetahuan tersebut adalah Rasulullah dan para ulama dari
berbagai kurun. Penafsiran ini tampaknya relevan dengan tafsir Az-Dzikr pada ayat

10 Maksudnya: perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam


Al Quran
11 M. Quraish shihab, op. cit., hal.234-236
12 Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 14. Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1988. hal.80
13 Departemen Agama RI, Tafsir dan Terjemahnya, Jakarta : Depag RI, 1984. hal.408
11

berikutnya, bahwa yang dimaksudkannya adalah Alquran itu sendiri. Itu pula
sebabnya, Alquran dinamai Az-Dzikr.14

            Pengertian yang lain tentang  ‫ذكر‬jj‫ال‬ ‫ل‬jj‫ألوا أه‬jj‫“ فاس‬Bertanyalah kalian


kepada ahli (pengetahuan kitab) Al-Quran” (Q.S.An-Nahl/516:44), secara eksplisit
menjelaskan bahwa yang menjadi subyek pendidikan bukan hanya pendidik atau guru,
melainkan juga anak didik. Karena itu ayat ini dapat menjadi dasar bagi
pengembangan teori belajar siswa aktif dan metode tanya jawab dalam proses belajar
mengajar. Pada saat guru tengah memberikan bimbingan dan pendidikan kepada
siswa, posisi siswa adalah obyek, tetapi pada saat yang sama, ia juga berperan sebagai
subyek. Sebab, tugas guru tidak hanya menyampaikan bahan-bahan ajar kepada siswa,
tetapi ia juga bertanggung jawab untuk sedapat mungkin membangkitkan minat dan
motivasi belajar siswa agar mereka dapat melakukan pembelajaran sendiri.15
Walaupun panggalan ayat ini turun dalam konteks tertentu, yakni objek pertanyaan,
serta siapa yang ditanya tertentu pula, namun karena redaksinya yang bersifat umum,
maka ia dapat difahami pula sebagai perintah bertanya apa saja yang tidak diketahui
atau diragukan kebenarannya kepada siapa pun yang tahu dan tidak tertuduh
objektivitasnya.16
Para rasul yang diutus sebelum nabi Muhammad saw itu semua
membawa  keterangan-keterangan, yakni mukjizat-mukjizat nyata yang membuktikan
kebenaran mereka sebagai rasul dan sebagian membawa pula zubur, yakni kitab-kitab
yang mengandung ketetapan-ketetapan hukum dan nasihat-nasihat yang seharusnya
menyentuh hati dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr, yakni Alquran, agar engkau
menerangkan kepada seluruh manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka,yakni Alquran itu, mudah-mudahan dengan penjelasanmu mereka mengetahui
dan sadar dan supaya mereka senantiasa berfikir lalu menarik pelajaran untuk
kemaslahatan hidup duniawi dan ukhrawi mereka.
ُّ adalah jamak dari kata ‫ زَ بُور‬berma’na tulisan. Yang dimaksud di sini
Kata ‫الزبُر‬
adalah kitab-kitab yang ditulis, seperti Taurat, Injil, Zabur dan Shuhuf Ibrahim as. Para
ulama berpendapat bahwa zubur adalah kitab-kitab singkat yang tidak mengandung
syari’at, tetapi sekedar nasihat-nasihat.

14 Drs. Nanang Gojali, M.Ag, Manusia, Pendidikan dan Sains Tafsir Hermeneutik, cetakan I.


Jakarta: PT Reneka Cipta, 2004. hal.160-161
15 Ibid, hal.161
16 M. Quraish Shihab, op. cit., hal.235
12

ِّ dari segi bahasa adalah antonim kata lupa.


Salah satu nama Alquran adalah ‫الذ ْك ُر‬ 

Pengulangan kata turun dua kali, yakni  ‫إليك‬ ‫أنزلنا‬  Kami turunkan kepadamu dan  ‫ما‬
‫ ِّز َل إليهم‬j ُ‫ن‬  apa yang telah diturunkan kepada mereka mengisyaratkan perbedaan
penurunan yang dimaksud. Yang pertama adalah penurunan Alquran kepada Nabi
yang bersifat langusung dari Allah, sedangkan yang kedua adalah yang ditujukan
kepada manusia seluruhnya yang mengandung makna turun berangsur-angsur. Hal ini
agaknya untuk mengisyaratkan bahwa manusia secara umum mempelajari dan
melaksanakan tuntunan Alquran secara bertahap sedikit demi sedikit dan dari saat ke
saat. Adapun bagi Nabi Muhammad Saw, maka kata diturunkan yang dimaksud di sini
bukan melihat pada turunnya ayat-ayat itu sedikit demi sedikit, tetapi melihat kepada
pribadi Nabi Saw, yang menghafal dan memahaminya secara langsung, karena diajar
langsung oleh Allah Swt, melalui malaikat Jibril As yang membacakannya. 17  Dan juga
melaksanakannya secara langsung begitu ayat turun, berbeda dengan manusia yang
lain.18
2. Subjek
  Pada akhir ayat di atas dijelaskan tentang fungsi Rasulullah Saw., sebagai penjelas
(mubayyin) kepada manusia tentang hukum-hukum yang terkandung dalam Alquran.
Hal ini dimaksudkan agar manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan dapat
berfikir. Ini mengisyaratkan bahwa siswa perlu memikirkan, menganalisis dan bahkan
mengkritisi materi pendidikan yang disampaikan guru.
Di lain pihak, dengan ini juga menunjukkan bahwa Alquran selalu mengajak
berfikir kepada manusia agar dalam menunaikan kewaiban-kewajiban agama
dilaksanakan dengan hati yang mantap karena didukung ilmu yang cukup. 19 Maka
peran seorang guru sebagai subjek adalah penjelas, penyampai, dan pembimbing.

E. Subjek Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an Q.S.Al-Kahfi/18:65-70


1. Tafsir Ayat

ُ‫ه‬jَ‫ا َل ل‬jَ‫﴾ ق‬٦٥﴿ ‫ا‬j‫ ُدنَّا ِع ْل ًم‬jَ‫اهُ ِمنْ ل‬jَ‫ ِدنَا َو َعلَّ ْمن‬j‫فَ َو َجدَا َع ْبدًا ِمنْ ِعبَا ِدنَا آتَ ْينَاهُ َر ْح َمةً ِمنْ ِع ْن‬
ْ ‫ا َل إِنَّكَ لَنْ ت‬jjَ‫﴾ ق‬٦٦﴿ ‫ ًد‬j ‫ش‬
‫تَ ِطي َع َم ِع َي‬j ‫َس‬ ْ ‫كَ َعلَ ٰى أَنْ تُ َعلِّ َم ِن ِم َّما ُعلِّ ْمتَ ُر‬jj‫ ْل أَتَّبِ ُع‬j ‫ ٰى َه‬j ‫وس‬
َ ‫ُم‬
17 Q.S. Al-Qiyamah/75:16-19, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara
Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, 1971. hal.999
18 M. Quraish Shihab, op. cit., hal.236-238
19 Drs. Nanang Gujali, M.Ag, op. cit., hal.162
13

ُ ‫ا َء هَّللا‬j‫ش‬ َ ‫ا َل‬jjَ‫﴾ ق‬٦٨﴿ ‫ ًرا‬j‫ ِه ُخ ْب‬jِ‫ ْط ب‬j‫َصبِ ُر َعلَ ٰى َما لَ ْم تُ ِح‬


َ ْ‫تَ ِج ُدنِي إِن‬j‫س‬ ْ ‫﴾ َو َكيْفَ ت‬٦٧﴿‫ص ْب ًرا‬ َ
‫ث‬َ ‫ ِد‬j‫ ْي ٍء َحتَّ ٰى أُ ْح‬j‫ش‬
َ ْ‫أ َ ْلنِي عَن‬j‫َس‬
ْ ‫﴾ قَا َل فَإ ِ ِن اتَّبَ ْعتَنِي فَاَل ت‬٦٩﴿ ‫ْصي لَ َك أَ ْم ًرا‬
ِ ‫صابِ ًرا َواَل أَع‬ َ
﴾٧٠﴿ ‫لَكَ ِم ْنهُ ِذ ْك ًرا‬
Artinya: “Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba
Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang
telah Kami ajarkan kepadanya (ilmu) dari sisi Kami.[65]. Musa berkata
kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan
kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu?.[66]. Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan
sanggup sabar bersama aku.[67]. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas
sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal
itu?.[68]. Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai
seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentang kamu dalam sesuatu
urusan pun".[69]. Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah
kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri
menerangkannya kepadamu.[70].”20

Penjelasan Ayat Q.S.Al-Kahfi/18:65, Allah menghendaki (seorang hamba di


antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi
Kami) yakni kenabian, menurut suatu pendapat, dan menurut pendapat yang
lain adalah kewalian, (dan yang telah Kami ajarkan kepadanya (ilmu) dari sisi

Kami (secara langsung). Lafaz ‫علما‬ ilman menjadi maf‟ul sani, yaitu ilmu-ilmu
yang berkaitan dengan masalah-masalah kegaiban.21
Pada suatu ketika Nabi Musa berdiri berkhotbah di hadapan kaum Bani Israil.
Lalu ada pertanyaan: “Siapakah orang yang paling alim?” Maka Nabi Musa
menjawab: “Aku”. Lalu Allah menegur Nabi Musa karena ia belum pernah belajar
(ilmu gaib), maka Allah menurunkan wahyu kepadanya: “Sesungguhnya Aku
mempunyai seorang hamba yang tinggal di pertemuan dua laut; dia lebih alim
daripadamu”. Musa berkata: “Wahai Tuhanku, bagaimanakah caranya supaya aku
dapat bertemu dengan dia?” Allah berfirman; “pergilah kamu dengan membawa
20 Terjemah Tafsir Jalalain. Sinar Baru Algensindo, op. cit. hal 27-29
21 Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin Al-Suyuthi, Tafsir Al-Qur‟an Al-Azhim, Juz 2,
Surabaya: Maktab Darul Jawahir, t.t. hal.7-8
14

seekor ikan besar, kemudian ikan itu kamu letakkan pada keranjang. Maka
manakala kamu merasa kehilangan ikan itu, berarti ia berada ditempat tersebut”.
Lalu Nabi Musa mengambil ikan itu dan ditaruhnya pada sebuah keranjang,
selanjutnya ia berangkat disertai dengan muridnya yang bernama Yusya‟ bin
Nun, hingga keduanya sampai pada sebuah batu yang besar. Di tempat itu keduanya
berhenti untuk istirahat seraya membaringkan tubuh mereka, akhirnya mereka
berdua tertidur. Kemudian ikan yang berada dikeranjang berontak dan melompat
keluar, lalu jatuh ke laut.22 Allah menahan arus air demi untuk jalannya ikan itu,
sehingga pada air itu tampak seperti terowongan. Ketika keduanya terbangun
dari tidurnya, murid Nabi Musa lupa memberitakan tentang ikan kepada Nabi
Musa. Lalu keduanya berangkat melakukan perjalanan lagi selama sehari
semalam. Pada keesokan harinya Nabi Musa berkata kepada Muridnya: “Bawalah
kemari makanan siang kita”, sampai dengan perkataannya: “Lalu ikan itu melompat
mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali”. Bekas ikan itu
tampak bagaikan terowongan dan Musa beserta muridya merasa aneh sekali
dengan kejadian itu.

Penjelasan Ayat Q.S.Al-Kahfi/18:66. Yakni ilmu yang dapat membimbingku,


dan menurut suatu ilmu qira‟at dibaca rasyadan. Nabi Musa meminta hal tersebut
kepada Khidir karena menambah ilmu adalah suatu hal yang dianjurkan.

Penjelasan Ayat Q.S.Al-Kahfi/18:67-68. Ada hadis yang menjelaskan sesudah


penafsiran ayat ini, disebutkan bahwa Khidhir berkata kepada Nabi Musa, "Hai
Musa! Sesungguhnya aku telah menerima ilmu dari Allah yang Dia ajarkan
langsung kepadaku; ilmu itu tidak kamu ketahui. Tetapi kamu telah memperoleh
ilmu juga dari Allah yang Dia ajarkan kepadamu, dan aku tidak mengetahui
ilmu itu". Lafal ‫ ًرا‬jj‫ ُخ ْب‬Khubran berbentuk Mashdar maknanya kamu tidak
menguasainya, atau kamu tidak mengetahui hakikatnya.

Penjelasan Ayat Q.S.Al-Kahfi/18:69-70. Bahwa Nabi Musa mengungkapkan


jawabannya dengan menggantungkan kemampuannya kepada kehendak Allah,
karena ia merasa kurang yakin akan kemampuan dirinya didalam

22 Ibid,
15

menghadapi apa yang harus ia lakukan. Hal ini merupakan kebiasaan para
Nabi dan para wali Allah, yaitumereka sama sekali tidak merasa percaya
terhadap dirinya sendiri walau hanya sekejap. Dia (Nabi Khidir) berkata: ‫قَا َل فَإ ِ ِن اتَّبَ ْعتَنِي‬
‫أ َ ْلنِي‬j ‫َس‬
ْ ‫“ فَاَل ت‬Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku”.
Menurut qiraat yang lain (ada pendapat), Tas`Alni dibaca Tas`Aluni. ‫( عَنْ ش َْي ٍء‬tentang
sesuatu apapun) yang kamu ingkari menurut pengetahuanmu dan bersabarlah kamu,

jangan menanyakan kepadaku. (sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu) ‫َحتَّ ٰى‬
َ ‫أُ ْح ِد‬
‫ث لَ َك ِم ْنهُ ِذ ْك ًرا‬ maknanya: hingga aku menuturkan perihalnya kepadamu berikut
sebab musababnya.23
2. Subjek
Mengenai pola interaksi guru sebagai subjek pendidik dan murid sebagai peserta
didik (objek skaligus subjek) berkaitan dengan konsep dari para ahli pendidikan saat
ini, yang kemudian menjelaskan teori-teori pendidikan sekarang, penulis membaginya
menjadi dua bagian pokok, yaitu sebagai berikut:
a. Pendidik
Guru adalah  ia mencukupkan bagi murid itu menurut kadar pemahamanya,
maka ia tidak menyampaikan kepada murid sesuatu yang tidak terjangkau oleh
akal muridnya. Syarat dan sifat guru adalah guru harus mengetahui karakteristik
murid, melakukan tes minat dan bakat untuk mengetahui karakter dan
kemampuan murid. Mampu mendidik, karena itu bagian yang harus dilakukan
dalam bentuk mengajar, sebagian dalam bentuk memberikan dorongan, memuji,
menghukum, memberi contoh, berkata-kata yang baik dan sopan kepada murid,
membiasakan dan lain-lain (QS.Al Kahfi: 67-68).
Guru sebagai subjek pendidik dan juga pengajar yang bertugas merencanakan
program pengajaran dan melaksanakan program yang telah tersusun. Dengan
demikian sorang guru harus menyusun kontrak belajar (QS. Al Kahfi: 70).
b. Peserta didik
Dalam menuntut ilmu, seorang peserta didik harus memiliki niat dan
kemauan yang sungguh-sungguh dan berusaha memperoleh kerelaan dari guru
dengan cara yang baik, dimana peserta didik harus bersikap sopan kepada
gurunya (QS. Al-Kahfi:65-66).

23 Ibid, hal.9
16

Peserta didik berkewajiban menyenangkan hati guru, salah satu caranya


dengan (boleh bertanya)/tidak terlalu banyak bertanya yang merepotkan guru
dan juga dituntut untuk patuh dan hormat kepada guru serta bersabar dalam
menuntt ilmu(QS.Al-Kahfi:69-70).

F. Hikmah
Perlu kita fahami bahwa dari penjabaran-penjabaran di atas, tidak terlepas dari pada
hikmah bahwa ilmu itu merupakan karunia terbesar yang diberikan oleh Allah SWT
kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan sungguh beruntung bagi orang yang diberikan
HIKMAH (kefahaman dalam suatu disiplin ilmu khususnya ilmu agama). Sebagaimana
diterangkan dalam ayat Q.S. Al-Baqarah/2:269:

ِ َ‫وا ٱأۡل َ ۡل ٰب‬


‫ب‬ ْ ُ‫ير ۗا َو َما يَ َّذ َّك ُر إِٓاَّل أُوْ ل‬ ۡ ‫ي ُۡؤتِي ۡٱل ِح ۡك َمةَ َمن يَ َشٓا ۚ ُء َو َمن ي ُۡؤتَ ۡٱل ِح ۡك َمةَ فَقَ ۡد أُوتِ َي‬
ٗ ِ‫خَي ٗرا َكث‬
٢٦٩
Artinya: “Dia (Allah) menganugerahkan AL-HIKMAH (kefahaman yang dalam tentang
suatu ilmu, khususnya tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang dianugerahi HIKMAH, maka ia
benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang
yang berakal-lah yang dapat mengambil pelajaran (dari ilmu Allah).[269].”24
Merujuk dari ayat tersebut, adapun kaitannya atas anugrah atau boleh dikatakan
nikmat yang Allah Swt berikan kepada hambanya, maka patut dinyatakan dengan
pernyataan yang sebenar-benarnya akan keagungan ilmu Allah Swt secara zhohir maupun
bathin tanpa penginkaran, atas tuntutan yang dinyatakan berulang kali dalam Q.S. Ar-
Rahman/55, dan disebut hingga 31 kali.

‫فَبِأَيِّ آَاَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَان‬


Artinya: “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan (hai, sekalian
bangsa manusia dan jin)".
Kalimat ini diulang dalam ayat 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42,
45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, dan 77. Kalimat ini ditujukan

kepada manusia dan jin sehingga menggunakan kata Rabbikuma ‫َربِّ ُك َما‬ yang artinya
“Tuhan kamu berdua”.

24 Syaikh Abdur Rahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsir as-Sa’di. Tafsir al-Qur-an al-Karim, jilid 3,
oleh Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin.
17

Selain dari pada itu juga adalah agar kita tidak terburu-buru mendapatkan
kebijaksanaan dari setiap peristiwa yang dialami. Dan kita sebagai siswa harus
memelihara adab dengan gurunya. Setiap siswa harus bersedia mendengar penjelasan
seorang guru dari awal hingga akhir sebelum nantinya dapat bertindak di luar perintah
dari guru.
Kisah nabi Khidir tersebut pun menunjukkan bahwa Islam memberikan kedudukan
yang sangat istimewa kepada guru, yang pada intinya adalah bagaimana etika akhlak
seorang pelajar terhadap guru dalam menuntut ilmu. Dan tidak ada makhluk manapun,
seorang manusia pun yang lebih berilmu dari-Nya (Allah Swt dan Rasul-Nya). Tidak ada
seorang pun yang mengklaim bahwa dirinya lebih berilmu dibanding yang lainya.
Hal ini dikarenakan ada ilmu yang merupakan anugrah dari Allah yang diberikan pada
seseorang tanpa harus dengan proses mempelajarinya seperti kebanyakan orang yang
menuntut ilmu, yaitulah Ilmu Ladunny, ilmu ini adalah ilmu yang dikhususkan bagi
hamba-hamba Allah yang shalih dan terpilih, karena Allah Swt langsung yang
memberikan pengajaran dengan petunjuk ilmu-Nya.
Dan sebaik-baiknya manusia diantara kita adalah yang mempelajari ilmu Al-Qur’an
dan yang mengajarkannya. Diriwayatkan melalui sahabat Ustman Ra.:

‫تعلم‬ ‫يركم من‬j‫ ( خ‬: ‫ال‬j‫لم ق‬j‫ه و س‬j‫لى هللا علي‬j‫عن عثمان رضي هللا عنه عن النبي ص‬
) ‫وعلمه‬ ‫القرآن‬
Artinya: “Sebaik-baik (diantara) kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya”.(H.R.Bukhori).25

25 Maktabah Syamella, Shahih Bukhari. Juz 6. Bab Khoirukum man ta’allamal Qur’an, no.5027,
hal.192
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Pada hakikatnya guru atau pendidik yang menjadi subjek paling utama adalah diri kita
sendiri, maukah kita mengajar, mendidik, menggembleng diri kita sendiri untuk dapat
meraih petunjuk ilmu yang Allah Swt berikan melaui orang tua, para guru, dan segenap
hamparan ciptaan Allah Swt di alam semesta ini dengan ilham melalui malaikat Allah
Swt. Dengan kata lain adalah kemauan dan kesungguhan kita, bilamana didasari niat dan
kemauan diri kita sendiri maka Allah Swt akan memberikan petunjuknya untuk kita
mendapatkan suatu ilmu.
Manusia itu pada dasarnya sudah dianugerahi oleh Allah Swt dua buah kemampuan.
Pertama, kemampuan untuk mengajarkan sesuatu kepada orang lain, walaupun
pengajaran yang dilakukan manusia itu sifatnya terbatas. Kedua, kemampuan untuk
menyerap pengajaran dari orang lain. Jika dihubungkan ke dalam hal Pendidikan, maka
kedua kemampuan inilah yang akan menjadi kunci bagi sesuatu agar bisa disebut dengan
pelaku pendidikan atau yang biasa disebut dengan Subjek Pendidikan.
Berdasarkan maksud dari kajian ini, maka dapat disimpulkan bahwa Subjek
Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an (Q.S.Ar-Rahman/55:1-4; Q.S.An-Najm/53:1-10;
Q.S.An-Nahl/16:43-44; dan Q.S.Al-Kahfi/18:65-70) adalah konsep pola hubungan guru
dan murid, etika akhlak seorang murid terhadap guru dalam menuntut ilmu, rantai ikatan
atau pertalian keilmuan antara guru dan murid dalam suatu proses pendidikan dan
pembelajaran, serta implementasinya dalam Pendidikan Islam..

B. SARAN
Dengan memperhatikan kajian-kajian yang terus berlanjut. Maka, penulis
menyarankan untuk kita selaku subjek sekaligus objek sebagai murid/mahasiswa atau
guru/dosen harus terus memperhatikan pentingnya pendidikan, agar dapat kesesuaian
seperti yang diharapkan. Dan dengan menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata
sempurna, sebagaimana yang diharapkan oleh para pembaca dan dosen pengampu
khususnya. Dengan ini diharapkan saran dan kritik untuk perbaikan kajian ini agar lebih
baik dan melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada.

18
DAFTAR PUSTAKA

Suryoso B, 1983. Beberapa Aspek Dasar Kependidika, Jakarta: Bina Aksara


Kementrian Agama RI, 2010. Al Qur’an dan Tafsirnya, Bogor: Lembaga
Percetakan Al Qur’an Kementrian Agama RI
Fuad Ihsan,  Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta : RINEKA CIPTA
M.Quraish Shihab, 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta : Lentera hati
Imam jalaluddin Al-Mahalli dan Imam jalaluddin As-Syuti,  Terjemah
Tafsir Jalalain jilid ke-2 Bandung: Sinar Baru Algensindo
Al-Qurthubi, Muhammad bin Ahmad, 1964. Tafsir Al-Qurthubi, juz 9.
Darul Kutub al-Mishriyyah: Kairo
Prof. Dr. Hamka, 1988. Tafsir Al-Azhar, Juz 14. Jakarta: PT. Pustaka
Panjimas

Departemen Agama RI, 1984. Tafsir dan Terjemahnya, Jakarta : Depag RI

Drs. Nanang Gojali, M.Ag, 2004. Manusia, Pendidikan dan Sains Tafsir


Hermeneutik,  cetakan I. Jakarta: PT Reneka Cipta

Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, 1971. Al-Qur’an


dan Terjemahnya. Q.S. Al-Qiyamah/75:16-19
Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin Al-Suyuthi. Tafsir Al-Qur‟an Al-
Azhim, Juz 2, Surabaya: Maktab Darul Jawahir, t.t.

As-Sa’di, Syaikh Abdur Rahman bin Nashir. Tafsir as-Sa’di. Tafsir al-Qur-
an al-Karim, jilid 3, oleh Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin.
Maktabah Syamella, Shahih Bukhari. Juz 6. Bab Khoirukum man
ta’allamal Qur’an, no.5027
http://cahgombongkebumen.blogspot.com/2016/09/makalah-subyek-
pendidikan-islam.html
https://lenterahatisapawi.blogspot.com/2016/10/subyek-pendidikan-tafsir-
tarbawi.html

19

Anda mungkin juga menyukai