Anda di halaman 1dari 16

ASBABUN NUZUL

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


‘ULUMUL QUR’AN

Dosen Pengampu: MHD Soleh, M.Pd

Oleh
Muhammad Azizur Rahman ( 19.01.01.004 )

PROGRAM LINEARISASI STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIKMAH JAKARTA
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-MAHBUBIYAH
JAKARTA
2020M / 1442H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan
petunjuk dan nikmat yang tidak terhitung jumlahnya, sehingga atas berkat dan karunia-
Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang kami susun ini. Sholawat dan salam juga
tak terlupakan untuk selalu kami haturkan keharibaan Rosulullah Nabiyina Muhammad
SAW yang menjadi panutan dan uswah bagi umat islam sekalian, juga beserta kepada
keluarganya dan sahabatnya.
Alquran adalah wahyu (kalamullah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw,
sebagai pedoman bagi kehidupan manusia (way of life) dalam segala aspek bidang. Alquran
mengandung beberapa aspek yang terkait dengan pandangan hidup yang dapat membawa
manusia ke jalan yang benar dan menuju kepada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
Pada masa Rasulullah, banyak peristiwa terjadi yang belum diketahui hukumnya.
Beberapa sahabat juga sering bertanya kepada Rasulullah tentang sesuatu yang belum
mereka pahami, mereka bertanya kepada Rasulullah untuk mengetahui hukum Islam
mengenai hal itu. Maka al-Qur’an turun untuk menjelaskan atau menunjukkan hukum atas
peristiwa atau pertanyaan yang muncul tersebut. Itulah yang kemudian disebut dengan
Asbabun Nuzul.
Pada kesempatan makalah kali ini akan dibahas mengenai ASBABUN NUZUL, sebagai
pemenuhan salah satu tugas mata kuliah Ulumul Qur’an.
Demikianlah makalah yang dapat penulis sampaikan dalam kata pengantar ini. Semoga
makalah ini dapat memenuhi tugas pembahasan dan bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 07 November 2020

                                                                                                            Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Ringkasan Permasalahan...............................................................................................1

C. Batasan Masalah.............................................................................................................2

D. Tujuan Penulisan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Pengertian Asbabun Nuzul............................................................................................3

B. Macam-Macam Dan Fugsi Asbabun Nuzul.................................................................4

1. Macam-macam Asbabun Nuzul..................................................................................4

2. Fungsi Asbabun Nuzul................................................................................................7

C. Cara Mengetahui Asbabun Nuzul.................................................................................8

D. Keumuman Lafal dan Kekhususan Sebab...................................................................9

E. Pandangan Para Ulama tentang Asbabun Nuzul........................................................9

BAB III PENUTUP............................................................................................................12

A. SIMPULAN...................................................................................................................12

B. SARAN...........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah mukjizat bagi umat islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad
SAW untuk disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur’an sendiri dalam proses
penurunannya mengalami banyak proses yang mana dalam penurunannya itu berangsur-
angsur dan bermacam-macam nabi menerimanya.
Mengetahui latar belakang turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, akan menimbulkan
perspektif dan menambah khazanah perbendaharaan pengetahuan baru. Dengan
mengetahui hal tersebut kita akan lebih memahami arti dan makna ayat-ayat itu dan akan
menghilangkan keraguan-keraguan dalam menafsirkannya.1
. Pada masa Rasulullah, banyak peristiwa terjadi yang belum diketahui hukumnya me
nurut islam. Beberapa sahabat juga sering bertanya kepada Rasulullah tentang sesuatu
yang belum mereka pahami. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah untuk
mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka al-Qur’an turun untuk menjelaskan
atau menunjukkan hukum atas peristiwa atau pertanyaan yang muncul tersebut. Jawaban
dari al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi umat manusia. Itulah yang kemudian
disebut dengan Asbabun Nuzul, yaitu sebab-sebab turunya ayat-ayat al-Qur’an.
Untuk lebih mengetahui atau memahami maksud al-Qur’an secara utuh maka lebih
utama jika mengetahui tentang Asbabun Nuzul. Pengenmbangan studi keislaaman yang
berkaitan dengan al-Qur’an dapat ditempuh diantaranya dengan pendekatan riwayat
Pendekatan ini memungkinkan penemuan nilai-nilai dan makna substansial dalam al-
Qur’an yang terangkum dalam Asbabun Nuzul, yakni sesuatu yang disebabkan olehnya
diturunkan suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung peristiwa, atau menerangkan
hukumnya pada saat terjadinya peristiwa itu.2

B. Ringkasan Permasalahan
1. Apa pengertian dari Asbabun Nuzul ?
2. Apa saja macam-macam dan fugsi Asbabun Nuzul ?

1
Kutipan dari https://ririnmuktamirohfaiunisda.blogspot.com/2015/10/makalah-ulumul-quran-asbabun-nuzul.html
,diakses pada tanggal 17 Oktober 2020.
2
Kutipan dari https://juniskaefendi.blogspot.com/2019/11/makalah-ulumul-quran-tentang-asbabun_6.html
,diakses pada tanggal 17 Oktober 2020.
1
2

3. Bagaimana mengenai lafazh dan sebab Asbabun Nuzul ?


4. Bagaimana cara mengetahui riwayat Asbabun Nuzul ?
5. Bagaimana pandangan para ulama tentang Asbabun Nuzul ?

C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada makalah ini adalah Mengetahui hal-hal Ulumul Qur’an
yang hanya berkaitan dengan pengetahuan Asbabun Nuzul.

D. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar pemakalah dan pembaca dapat
mengidentifikasi berbagai hal yang berkaitan dengan pengetahuan Asbabun Nuzul.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbabun Nuzul


Asbabun Nuzul merupakan bentuk Idhafah dari kata “Asbab” dan “Nuzul”. Secara
etimologi Asbabun Nuzul adalah Sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu.
Meskipun segala fenomena yang melatar belakangi terjadinya sesuatu bisa disebut
Asbabun Nuzul, namaun dalam pemakaiannya, ungkapan Asbabun Nuzul khusus
dipergunakan untuk menyatakan sebab-sebab yang melatar belakangi turunya Al-Qur’an,
seperti halnya Asbabul Wurud yang secara khusus digunakan bagi sebab-sebab terjadinya
hadist.3 Sedangkan secara terminology atau istilah Asbabun Nuzul dapat diartikan sebagai
sebab-sebab yang mengiringi diturunkannya ayat-ayat Al-Quran kepada Nabi
Muhammad SAW karena ada suatu peristiwa yang membutuhkan penjelasan atau
pertanyaan yang membutuhkan jawaban.4
Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama’, diantaranya :
1. Menurut Az-Zarqani :
Asbabun Nuzul adalah khusus sesuatu yang terjadi serta ada hubunganya dengan
turunya ayat Al-Qur’an sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.
2. Ash-Shabuni :
Asbabun Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunya satu
atau beberapa ayat mulia yang diajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan
dengan urusan agama.5
3. Shubhi Shalih :

‫َض ِّمنَةً لَهُ اَوْ ُم ِج ْيبَةً َع ْنهُ أَوْ ُمبِ ْينَةًلِ ِح َك ِم ِه زَ َمنَ ُو ُكوْ ِع ِه‬ ُ َ ‫ماَنُ ِزلَ ِةاألَيَةُ اَ ِوااْل َيا‬
َ ‫ت بِ َسبَبِ ِه ُمت‬

Artinya: "Asbabun Nuzul itu apa yang menjadi turunnya satu atau beberapa ayat.
Al-qur'an (ayat-ayat) terkadang terkadang makna itu, jadi tanggung
jawab atasnya. Atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum disaat
terjadi itu terjadi.”

3
Rosihon Anwar, Ulumul Al-Qur’an, Pustaka setia,Bandung:2000, hlm.60.
4
Kutipan dari http://www.sarjanaku.com/2009/12/makalah-asbabun-nuzul.html?m=1 ,diakses pada tanggal 17
Oktober 2020.
5
Rosihon Anwar, loc.Cit.

3
4

4. Mana’ al-Qhathan:

.‫اَوْ سُؤَالٍ َكحا َ ِدثَ ٍة ُوقُوْ ِع ِه َو ْقتَبِ َشأْنِ ِه قُرْ آنٌماَنُ ِز َل‬
Artinya: “Asbabun Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunya
Al-Qur’an berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa
satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.”
5. Al-Wakidy
Asbabun Nuzul adalah peristiwa sebelum turunya ayat, walaupun “sebelumnya”
itu masanya jauh, seperti adanya peristiwa gajah dengan surat Al-Fiil.6

Bentuk-bentuk peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al-qur’an itu sangat


beragam, di antaranya berupa:konflik sosial seperti ketegangan yang terjadi amtara suku
Aus dan suku Khazraj; kesalahan besar, seperti kasus salah seorang sahabat yang
mengimami sholat dalam keadaan mabuk: dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
salah seorang sahabat kepada Nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat,
sedang, atau yang akan terjadi.
Persoalan apakah seluruh ayat Al-Qur’an memiliki Asbabun Nuzul atau tidak, ternyata
telah menjadi bahan kontroversi diantara para ulama’. Sebagian ulama’ berpendapat
bahwa tidak semua ayat Al-Qur’an memiliki Asbabun Nuzul. Sehingga, diturunkan tanpa
ada yang melatar belakanginya (Ibtida’), dan adapula ayat Al-Qur’an itu diturunkan
dengan dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa (ghair ibtida’).7
Pendapat tersebut hampir merupakan konsensus para ulama. Akan tetapi, ada yang
menguatkan bahwa kesejarahan Arabia pra-Qur’an pada masa turunnya Al-Qur’an
merupakan latar belakang makro Al-Qur’an; sementara riwayat-riwayat Asbabun Nuzul
merupakan latar belakang mikronya. Pendapat ini berarti menganggap bahwa semua ayat
Al-Qur’an memiliki sebab-sebab yang melatarbelakanginya.

B. Macam-Macam Dan Fugsi Asbabun Nuzul


1. Macam-macam Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul bisa ditinjau dari berberapa aspek, diantaranya:
1) Ditinjau dari aspek bentuknya dibagi kepada dua bentuk.
a. Sebab-sebab turunya ayat dalam bentuk peristiwa, ada tiga macam, yaitu:

6
Didin Saefuddin Buchori, Pedoman Memahami Kandungan Al-Qur'an, (Bogor: Granada Pustaka, 2005),
hlm.33.
7
Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), hlm.60-61.
5

a) Peristiwa berupa pertengkaran.


b) Peristiwa berupa kesalahan yang serius.
c) Peristiwa berupa cita-cita dan keinginan.
b. Sebab-sebab turunnya ayat dalam bentuk pertanyaan, dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam:
a) Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang telah lalu, seperti
ayat:“mereka bertanya kepadamu tentang zul karnain”
b) Petanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang
berlangsung pada waktu itu, seperti ayat:“ Dan mereka bertanya
kepadamu tentang ruh, katakanlah bahwa ruh itu urusan Tuhanku,
dan kamu tidak diberi ilmu ,kecuali imu yang sedikit”
c) Pertanyaan yang berhubungan dengan masa yang akan datang,
seperti ayat:“ mereka bertanya kepadamu tentng kiamat, “bila
terjadinya?”, yang berarti kondisi dimana Al-Qur’an diturunkan
untuk menceritakan sebab tersebut. Sama saja halnya ayat itu turun
mengiringi sebab itu langsung atau turun terkemudian sedikit dari
sebab tersebut karena ada hikmah tertentu.8
2) Ditinjau dari segi jumlah sebab ayat yang turun.
a. Ta’adud al-asbab wa al nazil wahid
Sebab turunnya lebih dari satu dan inti persoalan yang terkandung
dalam ayat atau sekelompok ayat yang turun satu.
b. Ta’addud al-nazil wa al-sabab wahid
Inti persoalan yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat yang
turun lebih dari satu,sedang sebab turunnya satu.

Jika ditemukan dua riwayat atau lebih tentang sebab turun ayat dan
masing-masing meyebutkan suatu sebab yang jelas dan berbeda dari yang
disebutkan lawannya, maka kedua riwayat ini diteliti dan dianalisis. Dalam
hal tersebut Permasalahannya ada empat bentuk, yaitu:
a) Salah satu dari keduanya sahih dan lainnya tidak.
Diselsaikan dengan jalan memegang riwayat yang sahih dan
menolak yang tidak sahih.

8
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, (Jakarta: CV.Rajawali, 1992). hlm.30.
6

b) Keduanya sahih, akan tetapi salah satunya mempunyai


penguat(murajjih) dan lainnya tidak. Diselesaikan dengan cara
mengambil yang kuat. Penguat itu ada kalanya salah satunya lebih
sahih dari yang lainnya atau periwayat salah satunya menyaksikan
peristiwa itu secara langsung sedangkan yang lainnya tidak
demikian.
c) Keduanya sahih dan keduanya sama-sama tidak mempunyai
penguat, akan tetapi keduanya dapat diambil sekaligus. kedua sebab
itu benar terjadi dan ayat turun mengiringi peristiwa tersebut karena
masa keduanya hampir bersamaan. Penyelesaiannya adalah dengan
menganggap terjadinya beberapa sebab bagi turunnya ayat tersebut.
d) Keduanya sahih, tidak mempunyai penguat ,dan tidak mungkin
mengambil keduanya sekaligus karena waktu peristiwanya jauh
berbeda. Penyelesaiannya masalah ini adalah dengan menganggap
berulang-ulangnya ayat itu turun sebagai asbab al-nuzulnya.
Inilah empat bentuk permasalahan dan pemecahannya ketika terjadi
Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid, yaitu riwayat tentang sebab turun
ayat lebih dari satu  riwayat sedang ayat yang turun satu atau beberapa ayat
yang turun serempak.
Adapun jika sebaliknya, yaitu Ta’addud Al Nazil Wa Al-Sabab Wahid
(ayat yang turun bebeda dan sebab nya tunggal atau sama) , maka hal yang
demikian tidak menjadi masalah. Hal demikian tidak bertentangan dengan
hikmah untuk meyakinkan manusia dan menjelaskan kebenaran. Bahkan cara
yang demikian lebih efektif.9
3) Ditinjau dari segi jumlah sebab ayat yang turun mengenai satu orang
Terkadang seorang sahabat mengalami peristiwa lebih datri satu kali, dan al-
qur’an pun turun mengenai setiap peristiwanya. Karena itu, banyak ayat yang
turun mengenai setiap peristiwanya. Karena itu, banyak ayat yang turun
mengenai nya sesuai dengan banyaknya peristiwa yang terjadi. Misalnya apa
yang diriwayatkan oleh Bukhari tentang berbakti kepada kedua orang tua. Dari
sa’id bin Abi Waqqas yang mengatakan : “ada empat ayat al-qur’an turun
berkenaan denganku. Pertama, ketika ibuku bersumpah bahwa ia tidak akan
9
Kutipan dari: https://dedetrinopran19.blogspot.com/2015/05/makalah-ulumul-quran-tentang-asbabun.html
,diakses pada tanggal 17 Oktober 2020.
7

makan dan minum sebelum aku meninggalkan Muhammad, lalu Allah


menurunkan : dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya dan pergauilah keduanya didunia dengan baik
(Q.S.Luqman/31 : 15).
Kedua ketika aku mengambil sebilah pedang dan mengaguminya, maka aku
berkata kepada Rasulullah : “Rasulullah, berikanlah kepadaku pedang ini”.
Maka turunlah : mereka  bertanya kepadamu tenytang pembagiuan harta
rampasan perang (Q.S.Al-Anfal/8 : 1).
Ketiga, ketika aku sedang sakit Rasulullah datang mengunjungilku kemudian
aku bertanya kepadanya : “Rasulullah, aku ingin membagikan hartaku, bolehkah
aku mewasiatkan separuhnya?” rasulullah diam. maka wasiat dengan sepertiga
harta itu dibolehkan.
Keempat, ketika aku sedang minum minuman keras (khamr) bersama kaum
Ansor, seorang dari mereka memukul hidungku dengan tulang rahang unta. Lalu
aku datang kepada Rasulullah , maka Allah ‘Azza Wajalla menurunkan larangan
minum khamr.”10
2. Fungsi Asbabun Nuzul
Pentingnya mengetahui Asbabun Nuzul itu untuk memahami ayat Al-Qur'an, baik
dalam mengistimbath hukum atau dalam beristidlal, atau sekedar memahami ayat. Tak
mungkin memahami kandungan makna suatu ayat tanpa mengetahui asbab turun
ayatnya.11
 Mempelajari dan mengetahui Asababun Nuzul adalah sangat penting, terutama
dalam memahami ayat-ayat yang menyangkut hukum. Para ulama telah menulis
beberapa kitab khusus tentang sebab-sebab turunnya Al-Qur’an dan menekankan
pentingnya mengetahui asbab al-nuzul.
      Al-Wahidi (w.427H) berkata: “Tidak mungkin kita mengetahui penafsiran ayat
Al-Qur’an tanpa mengetahui sebab turunnya.
Ibn Daqiq al-id (w.702H) berkata: ”Menjelaskan sebab turunnya ayat adalah jalan
yang kuat dalam memahami makna Al-Qur’an.

10
Kutipan dari: https://juniskaefendi.blogspot.com/2019/11/makalah-ulumul-quran-tentang-asbabun_6.html
,diakses pada tanggal 17 Oktober 2020.
11
Didin Saefudin Buchori, op. cit. hlm.34-35.
8

Ibn Taimiyah(w.726H) berkata: “Mengetahui sebab turunnya ayat membantu untuk


memahami ayat Al-Qur’an. Sebab, pengetahuan tentang sebab akan membawa kepada
tentang yang disebabkan (akibat).
Contohnya dalam QS. Al-Baqoroh ayat 158 :
Yang artinya: "Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar
Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau
ber'umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara
keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan
kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan
lagi Maha Mengetahui."
Ayat ini tekstual tak ada yang mana-mana itu wajib, mana lagi ketiadaan dosa
untuk manainya itu kecamatan "kebolehan" dan bukannya "kewajiban." Sedang ulama'
juga berpendapatangan, pada saat pada arti tekstual ayat itu.12
Adapun manfaat mempelajari Asbabun Nuzul, diantaranya:
a. Dapat mengetahui kebijaksanaan kebijaksanaan yang disinkronkan'. Imam al-
Wahidi mengatakan, "Tidak mungkin masyarakat bisa mengetahui tafsir
sebuah ayat tanpa mengetahui cerita dan penjelasan dari semuanya terlebih
dahulu".
b. Spesialisasi hukum karena alasan tertentu. Ibnu Taimiyyah mengatakan,
"Mengenal Nuzul Asbabun sangat membantu memahami kalimat.
(Sesungguhnya mengetahui apa yang di dalamnya terdapat musab) yakni
orang-orang yang telah disebutkan di dalamnya (ilmu pengetahuan tentang
Musabbab) yakni ilmu Allah (dan ilmu) pengetahuan agama sebelum ia
c. Mengetahui nama orang tersebut, di mana kalimat terungkap sehubungan
dengan itu, dan pemahaman kalimat menjadi lebih jelas.13

C. Cara Mengetahui Asbabun Nuzul.


Asbabun Nuzul tidak bisa diketahui semata-mata dengan akal (rasio), tidak lain
mengetahuinya harus berdasarkan riwayat yang shahih dan didengar langsung dari orang-
orang yang mengetahui turunnya Al-Qur’an, atau dari orang-orang yang memahami
Asbabun Nuzul, lalu mereka menelitinya dengan cermat, baik dari kalangan sahabat,

12
Manna' Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Uilmu Al-Qur'an, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2001), hlm.113.
13
Drs. Abu Anwar, M.Ag. Ulumul qur'an, (Kota Baru: Amzah, 2009), materi 29. hlm.35.
9

tabi’in atau lainnya dengan catatan pengetahuan mereka diperoleh dari ulama-ulama yang
dapat dipercaya.
Ibnu Sirin mengatakan “saya pernah bertanya kepada Abidah tentang satu ayat Al-
Qur’an, beliau menjawab; Bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah yang benar
sebagaimana orang-orang yang mengetahui di mana Al-Qur’an turun”
Salah satu cara mengetahui Ababun Nuzul berupa riwayat yang shahih adalah apabila
perawi sendiri menyatakan lafazh sebab secara tegas, dalam hal ini merupakan nash yang
nyata.14

D. Keumuman Lafal dan Kekhususan Sebab


Keumuman lafal dan kekhususan sebab berarti bahwa jawaban lebih umum dari sebab,
dan sebab lebih khusus dari jawaban. Jawaban yang yang dimaksudkan disini adalah
ayat-ayat Al-Qur’an yang turun sebagai jawaban terhadap peristiwa yang dihadapi Nabi
pada masa turunnya Al-Qur’an. Sedang ‘sebab’ berarti pertanyaan atau peristiwa yang
menjadi sebab turunnya Al-Qur’an. Jika terjadi persesuaian antara ayat yang turun dan
sebab  turunnya dalam hal keumuman keduanya, atau terjadi persesuaian antara keduanya
dalam hal kekhususan keduanya, diterapkanlah yang umum menurut keumumannya, dan
yang khusus menurut kekhususannya.
Adapun jika ayat yang turun bersifat umum dan sebabnya bersifat khusus, maka
timbul persoalan dalam hal apakah yang harus dijadikan pedoman, keumuman lafalnya,
atau kekhususan sebabnya. Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Mayoritas para
ulama berpegang pada kaidah “Yang harus diperhatikan keumuman lafal, bukan
kekhususan sebab”  . sedangkan minoritas ulama bepegang pada kaidah sebaliknya,
“Yang harus diperhatikan kekhususan sebab, bukan keumuman lafal.  Memang terlihat
jelas perbedaan pendapat antara dua kelompok ulama dan masing-masing memiliki
argument untuk memperkuat pendiriannya. Namun demikian, ada dua hal yang yang
perlu diingat. Pertama, perbedaan pendapat ini berlaku pada lafal ayat yang umum. Dan
yang kedua hukum nash yang umum dan turun atas sebab tertentu.15

E. Pandangan Para Ulama tentang Asbabun Nuzul


Ada beberapa pendapat yang bersifat khilafiyah, dikalangan para ulama tidak
bersepakat mengenai Asbabun Nuzul.
14
Mohammad Aly Ash Shabuny, Pengantar Study Al-Qur’an, (Bandung: PT.Alma’arif, 1996), hml.46.
15
Ramli abdul wahid, op. cit. hlm.67-68.
10

Pendapat pertama, Ulama Mayoritas tidak memberikan keistemewaan khusus kepada


ayat-ayat yang mempunyai riwayat Asbabun Nuzul, karena yang terpenting bagi mereka
apa yang tertera didalam redaksi ayat. Jumhur ulama mayoritas kemudian menetapkan
suatu kaidah yaitu: ”yang dijadikan pegangan ialah keumuman lafal, bukan kekhususan
sebab”.
Pendapat ke-dua Ulama Minoritas memandang penting keberadaan riwayat-riwayat
Asbabun Nuzul didalam memahami ayat. Golongan ini juga menetapkan suatu kaidah
yaitu: “ yang dijadikan pegangan adalah kekhususan sebab, bukan keumuman lafal ”.
Jumhur ulama minoritas berpendapat bahwa ayat-ayat yang diturunkan berdasarkan sebab
khusus tetapi diungkapkan dalam bentuk lafal umum. Az-Zarkasyi dalam
menghubungkan kekhususan sebab turunnya suatu ayat dengan keumuman bentuk dan
rumus kalimatnya. Dia mengatakan “ada kalanya sebab khusus turunnya ayat bersifat
umum”. Ini untuk mengingatkan bahwa didalam lafadz yang bersifat umum terdapat hal
yang perlu diperhatikan.

Sebagai contoh, turunnya QS.Al-Maidah/5:38. “Laki-laki yang mencuri dan


perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa
yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari allah. Dan Allah maha perkasa lagi maha
bijaksana“, ayat ini turun berkenaan dengan pencurian sejumlah perhiasan yang
dilakukan seseorang pada masa nabi.
Ulama Mayoritas memahami ayat tersebut berlaku umum, tidak hanya kepada yang
menjadi sebab turunnya ayat. Sebaliknya, Ulama Minoritas mempunyai sisi pandangan
lain,  mereka berpegang kepada kaidah “lafal umum, bukan untuk menjelaskan suatu
peristiwa atau serba khusus”, mengapa tuhan menunda penjelasan hukumnya hingga
terjadi peristiwa tersebut!.

Pendapat Ulama Mayoritas menolak pendapat kedua dengan alasan bahwa lafal umum
ialah kalimat baru, dan hukum yang terkandung didalamnya bukan merupakan hubungan
kausal dengan peristiwa yang melatarbelakanginya. Bagi kelompok ulama ini kedudukan
Asbabun Nuzul ini tidak terlalu penting.
Sebaliknya, berbeda dengan pendapat Ulama Minoritas, menekankan pentingnya
riwayat Asbabun Nuzul dengan memberikan contoh tentang Al-Baqarah (2):115, yaitu:
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat , maka kemanapun kamu menghadap disitulah
11

wajah Allah. Sesungguhnya Allah maha luas (Rahmat-Nya) lagi maha mengetahui”. Jika
hanya berpegang pada redaksi ayat, maka hukum yang dipahami dari ayat tersebut adalah
tidak wajib menghadap kiblat pada waktu sholat, baik dalam keadaan musyafir atau tidak.
Pemahaman secara ini jelas keliru karena bertentangan dengan dengan dalil lain dan
ijma’ para ulama akan tetapi memperhatikan Asbabun Nuzul ayat tersebut, maka
dipahami bahwa ayat itu bukan ditujuhkan kepada orang-orang yang berada pada kondisi
biasa atau bebas, tetapi pada orang-orang yang karena sebab tertentu tidak dapat
menentukan arah kiblat.

Kaidah kedua lebih kontestual, tetapi persoalannya ialah tidak semua ayat-ayat Al-
Qur’an mempunyai Asbabun Nuzul jumlahnya sangat terbatas. Sebagian diantaranya
tidak shahih, ditambah lagi satu ayat kadang-kadang mempunyai dua atau lebih riwayat
Asbabun Nuzul.16

16
https://ririnmuktamirohfaiunisda.blogspot.com/2015/10/makalah-ulumul-quran-asbabun-nuzul.html ,op.Cit.
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Asbabun Nuzul merupakan bentuk Idhafah dari kata “Asbab” dan “Nuzul”. Bentuk-
bentuk peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al-qur’an itu sangat beragam.
Asbabun Nuzul bisa ditinjau dari berberapa aspek, diantaranya:
1) Ditinjau dari aspek bentuknya dibagi kepada dua bentuk.
a. Sebab-sebab turunya ayat dalam bentuk peristiwa, ada tiga macam, yaitu:
a)Peristiwa berupa pertengkaran; b)Peristiwa berupa kesalahan yang serius;
c)Peristiwa berupa cita-cita dan keinginan.
b. Sebab-sebab turunnya ayat dalam bentuk pertanyaan, yaitu: a).Pertanyaan yang
berhubungan dengan sesuatu yang telah lalu; b).Petanyaan yang berhubungan
dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu itu: c).Pertanyaan yang
berhubungan dengan masa yang akan datang
2) Ditinjau dari segi jumlah sebab ayat yang turun.
a. Ta’adud al-asbab wa al nazil wahid
b. Ta’addud al-nazil wa al-sabab wahid
3) Ditinjau dari segi jumlah sebab ayat yang turun mengenai satu orang.

Keumuman lafal dan kekhususan sebab berarti bahwa jawaban lebih umum dari sebab,
dan sebab lebih khusus dari jawaban.
Ada beberapa pendapat yang bersifat khilafiyah, dikalangan para ulama tidak bersepakat
mengenai Asbabun Nuzul. Pendapat pertama, Ulama Mayoritas berpendapat yang
terpenting bagi mereka apa yang tertera didalam redaksi ayat. Pendapat ke-dua, Ulama
Minoritas memandang penting keberadaan riwayat-riwayat Asbabun Nuzul didalam
memahami ayat.

B. SARAN
Dengan disusunnya makalah Ulumul Qur’an tentang Asbabun Nuzul ini, penulis
mengharapkan pembaca dapat mengetahui kajian Ulumul Qur’an. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu sangat kami
harapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. 2000. Ulumul Al-Qur’an. Bandung: Pustaka setia

Buchori, Didin Saefuddin. 2005. Pedoman Memahami Kandungan Al-


Qur'an. Bogor: Granada Pustaka

Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. 2015. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia

Ramli Abdul Wahid, 1992. Ulumul Qur’an. Jakarta: CV. Rajawali

Al-Qattan, Manna' Khalil. 2001. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur'an. Bogor: Pustaka Litera


Antar Nusa.

Drs. Abu Anwar, M.Ag. 2009. Ulumul qur'an, materi 29. Kota Baru: Amzah

Ash-Shabuny, Mohammad Aly. 1996. Pengantar Study Al-Qur’an. Bandung: PT.


Alma’arif

https://ririnmuktamirohfaiunisda.blogspot.com/2015/10/makalah-ulumul-quran-
asbabun-nuzul.html

https://juniskaefendi.blogspot.com/2019/11/makalah-ulumul-quran-tentang-
asbabun_6.html

http://www.sarjanaku.com/2009/12/makalah-asbabun-nuzul.html?m=1

https://dedetrinopran19.blogspot.com/2015/05/makalah-ulumul-quran-tentang-
asbabun.html

https://juniskaefendi.blogspot.com/2019/11/makalah-ulumul-quran-tentang-
asbabun_6.html

13

Anda mungkin juga menyukai