DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
Akbar Syukrian
NIM: 2224100709
PROGRAM STUDI
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah
dan karunia-Nya kepada kita semua yang tiada terhingga banyaknya dan tiada terhingga lamanya
sampai hari kiamat nanti. Shalawat beriringkan salam tak lupa disampaikan kepada Baginda
Rasulullah Muhammad SAW dan juga kepada para keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga
Atas izin Allah telah tersusunlah sebuah makalah pada mata kuliah Studi Al Qur’an
Kontekstual dengan judul “Konsep Asbabun Nuzul pengertian, macam macamnya dan kaidah
kaidahnya”. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Bapak Dosen Prof.
Dr. H. Mahyuddin Barni, M.Ag atas bimbingannya pada mata kuliah Studi Al Qur’an
Kontekstual. Semoga Allah memberi kesehatan serta panjang umur Bapak dalam ketaatan
Saya berharap makalah ini dapat memberikan kebermanfaatan bagi kita semua serta
khalayak banyak, walaupun saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan baik. Semoga saya pribadi dapat menulis makalah dan karya ilmiah lebih baik lagi.
Akhir kata saya mengucapkan ribuan permohonan maaf yang sebesar besarnya kepada
Bapak Dosen dan kawan kawan sekalian bilamana terdapat kesalahan dan kekhilafan dalam
pembuatan makalah ini. Semoga Allah SWT meridhoi segala amal perbuatan kita.
Akbar Syukrian
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
C. Tujuan .................................................................................................... 3
A. Simpulan .....................................................................................................14
B. Saran .............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al Qur’an adalah kalam (perkataan) Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Al-Qur’an sebagai
kitab Allah menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam
serta berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai
Al Qur’an yang kita baca hari ini diturunkan untuk memberikan petunjuk kepada
manusia ke arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan
yang didasarkan pada keimanan kepada Allah dan risalah Nya. Juga memberitahukan hal
yang telah lalu, kejadian-kejadian yang sekarang serta berita – berita yang akan datang.
Proses turunnya Al Qur’an adalah bukan sebuah proses yang instan, selama kurang
lebih 23 tahun Al Qur’an diturunkan secara berangsur angsur kepada Nabi Muhammad SAW
melalui wasilah malaikat Jibril. Selain itu turun berbagai ayat-ayat Al Qur’an yang di
sesuaikan dengan problematika masyarakat pada kondisi zaman tersebut seperti hukum-
hukum-hukum politik.
Rasulullah SAW beberapa kejadian khusus yang harus diatasi dengan penjelasan syari’at
secara langsung. Terkadang pula mereka merasa ragu dan bimbang dalam sebuah
1
Kafrawi Ridwan (ed.) et. al., Ensiklopedi Islam ( Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), hlm. 132.
permasalahan yang mendorong mereka untuk bertanya secara langsung kepada Rasulullah
SAW dan Allah pun langsung menurunkan ayat Al Qur’an sebagai jawabannya.
Al Qur’an itu diturunkan dengan dua bagian. Satu bagian diturunkan secara langsung,
dan bagian ini merupakan mayoritas dari Al Qur’an. Bagian kedua diturunkan setelah ada
suatu kejadian atau permintaan, yang turun mengiringi selama turunnya wahyu, yaitu selama
tiga belas tahun. Bagian kedua inilah yang akan di bahas berdasarkan sebab turunnya. Sebab,
mengetahui sebab turunnya dan seluk-beluk yang melingkupi nash, akan membantu
Untuk mengetahui sebab turunnya dan seluk beluk yang melingkupi nash maka ada
sebuah displin ilmu yang mengatur itu semua, ia disebut dengan konsep asbabun nuzul.
Walaupun nyatanya banyak sekali disiplin ilmu yang Semisal dengan menggunakan ‘Ilmu
I‘rab Al Qur’an, ‘Ilmu Garib Al-Qur’an, ‘Ilmu Awqat Nuzul, ‘Ilmu Asbabun Nuzul, dan
sebagainya. ‘Ilmu Asbabun Nuzul adalah di antara metode yang amat penting dalam
Pembahasan mengenai asbabun nuzul ini sangat penting dalam pembahasan ilmu Al
Qur’an, karena pembahasan ini merupakan kunci pokok dari landasan keimanan terhadap
pembuktian bahwa Alquran itu benar turunnya dari Allah SWT 3. Pembahasan ini juga
pembahasan selanjutnya.
Adapun susunan pembahasan makalah ini diawali dengan pembahasan definisi dari
asbabun nuzul, kemudian dilanjutkan dengan mengetahui macam macam dari konsep
asbabun nuzul, dan diakhir dijelaskan tentang kaidah kaidah asbabun nuzul.
2
Yusuf al-Qardawi, Bagaimana Berinterakasi dengan Al-Qur`an, terj. Kathur Suhardi ( Jakarta: Pustaka al-Kausar,
2000), hlm. 267.
3
Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuti, Al-ltqon fi Ulumil Qur'an (Kairo : Musthafa al-Babi al- Halabi, 1951), hal. 40.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah disampaikan di atas, maka penulis merumuskan
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
merupakan jamak dari kata sabab ( )سبابyang memiliki arti sebab sebab. Asbabun Nuzul
memiliki Arti dalam bahasa arab yaitu (يرهZZ ) كل شيئ يتوصل الى غyang artinya sesuatu yang
menyampaikan kepada sesuatu yang lain atau memiliki makna lain yaitu ( )الحبلyang artinya
tali atau tambang dan ( )كل حبل حدرته من فوقyang artinya tiap tali yang kamu turunkan dari
atas. Sedangkan an nuzul ( )النزولmerupakan bentuk mashdar dari kata (نزلZZ )نزل – يyang
artinya adalah turun. Sama halnya, kata an nuzul memiliki makna dalam bahasa arab yaitu (
)الحلول و قد نزلهم و نزل عليهم و نزل بهمyang artinya menempati dan menempati mereka4.
‘Ulum Al-Qur’an, pengertian Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menyebabkan satu ayat
atau beberapa ayat diturunkan untuk membicarakan sebab atau menjelaskan hukum sebab
Sesuatu yang dengan sebabnya turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab
yang menyebabkan turunnya Al Qur’an, baik berkenaan dengan waktu peristiwa itu terjadi,
Dari beberapa definisi diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Asbabun Nuzul adalah
kejadian atau peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat Al Qur’an, dalam rangka
tersebut. Asbabun Nuzul merupakan bahan sejarah yang dapat di pakai untuk memberikan
4
Ibnu Manzūr, Lisān al-Arab..., jilid 14, hlm. 237
5
-Zarqani, Manāhil al-‘Urfān fī ‘Ulūm Al-Qur`ān (al-Qāhirah: Dār alHadīs\, 2001), hlm. 95
6
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an I, Bandung: CV Pustaka Setia, 1997, hlm. 89-90.
keterangan terhadap turunnya ayat Al-qur’an dan memberinya konteks dalam memahami
perintah-perintahnya. Sudah tentu bahan-bahan ini hanya melingkupi peristiwa pada masa al-
Az Zarqani berpendapat bahwa tidak semua ayat atau beberapa ayat mempunyai asbāb
an-nuzūl, diantaranya ayat yang berbicara mengenai kejadian atau keadaan yang telah
lampau dan akan datang, semisal kisah nabi-nabi dan umat terdahulu dan juga kejadian
tentang as sa’ah (hari kiamat) dan yang berhubungan dengannya. Ayat-ayat seperti ini
Persoalan mengenai apakah semua ayat Al Qur’an memiliki asbab al nuzul atau tidak,
ternyata telah menjadi bahan kontroversi di antara para ulama. Al-Ja’bari berpendapat
tentang turunnya Al Quran itu terbagi menjadi dua, yang pertama adalah turun secara
permulaan atau turun tanpa sebab khusus (ibtida’) dan yang kedua adalah turun untuk
menerangkan sebab suatu peristiwa atau pertanyaan yang disampaikan para sahabat (sababi)9.
Para ulama dalam menentukan asbab al-nuzûl berpegang pada riwayat yang shahîh
dari Rasulullah saw atau dari sahabat, karena riwayat dari sahabat dalam permasalahan ini
mengenai asbab al-nuzûl suatu ayat kecuali dengan riwayat dan simâ’ (mendengar langsung)
dari orang yang menyaksikan (peristiwa yang melatar belakangi) turunnya ayat tersebut, dan
memahami sebab-sebab tersebut sambil menguasai ilmunya yang mereka dapatkan dari
belajar.
7
Rosihon Anwar, Ulumul Quran (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 61.
8
Az-Zarqani, Manāhil al-‘Urfān, hlm. 96
9
Jalaluddin Al Suyuti, Al Itqan fi Ulum Al Quran, (Beirut: Dar al Fikr,tth) jilid I, h. 28
Ditinjau dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, maka asbabun nuzul dapat dibagi
Artinya adalah banyaknya macam riwayat asbabun nuzul untuk satu ayat / wahyu yang
turun. Bentuk variasi itu terkadang dalam redaksinya dan terkadang pula dalam
kualitasnya.
Adapun contoh dari ta’addud al asbab wa an nazil waahid adalah pada firman Allah
مَلْ يَلِ ْد َومَلْ يُ ْولَ ۙ ْد َومَلْ يَ ُك ْن لَّهُ ُك ُف ًوا اَ َح ٌد ُدZۚ الص َم
َّ ُاَل ٰلّه قُ ْل ُه َو ال ٰلّهُ اَ َح ۚ ٌد
Artinya
“Katakanlah Dia-lah Allah, yang maha Esa. Allah adalah tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Tiada berada beranak dan tiada pula di peranakkan. Dan
tiada seoarangpun yang setara dengan dengan dia”. (Al Ikhlas 112 : 1 – 4)
Ayat-ayat yang terdapat pada surat di atas turun sebagai tanggapan terhadap orang-
orang musyrik makkah sebelum nabi hijrah, dan terhadap kaum ahli kitab yang ditemui di
Artinya adalah satu riwayat asbabun nuzul yang melatar belakangi turunnya beberapa
ٍ السماۤء بِ ُدخ
ٍ ان ُّمبِنْي ِ ِ
َ ُ َ َّ ب َي ْو َم تَْأتى
ْ فَ ْارتَق
Artinya : “Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas”
Artinya : “Sungguh (kalau) Kami melenyapkan azab itu sedikit saja, tentu kamu akan
Artinya : “(Ingatlah) pada hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan keras. Kami
Asbabun Nuzul dari ayat-ayat tersebut adalah dalam suatu riwayat dikemukakan,
ketika kaum Quraisy durhaka kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau berdo’a supaya
mereka mendapatkan kelaparan umum seperti kelaparan yang pernah terjadi pada zaman
Nabi Yusuf. Alhasil mereka menderita kekurangan, sampai - sampai mereka pun makan
tulang, sehingga turunlah firman Allah surah Ad Dukhan (44) ayat 10. Kemudian
mereka menghadap Nabi Muhammad SAW untuk meminta bantuan. Maka Rasulullah
SAW berdo’a agar di turunkan hujan. Akhirnya hujanpun turun, maka turunnlah ayat
selanjutnya surah Ad Dukhan (44) ayat 15, namun setelah mereka memperoleh
kemewahan merekapun kembali kepada keadaan semula (sesat dan durhaka) maka
turunlah ayat ini surah Ad Dukhan (44) ayat 16 dalam riwayat tersebut dikemukakan
Kemudian ditinjau dari sebab turunnya sebuah ayat / wahyu, maka Asbabun Nuzul
Salah satu contoh daripada Asbabun Nuzul yang terjadi karena peristiwa pertengkaran
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-
orang yang diberi Al kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang
Dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika suku Auz dan suku Khazraj sedang duduk-
dikemukakan bahwa seorang Yahudi yang bernama Syash bin Qais, lalu dihadapan kaum
Auz dan Khazraj yang sedang ngobrol dengan riang, Yahudi tersebut merasa benci
untuk ikut ngobrol dengan mereka dan membangkitkan cerita di zaman Jahiliyah waktu
perang Bu’ats. Mulailah kaum Auz dan Khazraj berselisih dan menyombongkan
kegagahan masing - masing. Tampillah Aus bin Qaizi dari kaum Auz dan Jabbar bin Skhr
dari Khazraj, caci maki menimbulkan amarah kedua belah pihak berloncat untuk
berperang. Hal ini sampai kepada Rasulullah SAW sehingga beliau datang dan memberi
nasihat serta mendamaikannya. Mereka tunduk dan taat kepada nasihat Rasulullah
SAW10. Peristiwa tersebut menyebabkan turun ayat dari surah Ali ‘Imran (3) ayat 100
diatas.
Kemudian salah satu ayat yang diturunkan karena sebab sebuah peristiwa yang fatal
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan” (Q.S. An Nisa (4) :
43)
otak mereka. Ketika tiba waktu shalat, orang-orang menyuruh Ali menjadi imam, dan
pada waktu itu beliau membaca dengan keliru: “qulya ayyuhal kafirun, la a’budu ma
ta’budun, wanahnu na’budu ma ta’budun”. Maka turunlah ayat tersebut di atas surah An
Salah satu sahabat mulia Nabi Muhammad SAW ‘Umar bin Khattab memiliki sebuah
keinginan yang dari dahulu sudah sangat diinginkannya. Kemudian keinginan tersebut
disampaikan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, adapun keinginan itu adalah
10
Shaleh dkk, Asbabun Nuzul;latar belakang historis turunnya ayat-ayat alQur’an (Diponegoro:Bandung, 1995), h.
103
Maka tak lama kemudian, turunlah wahyu yang tertera pada surah Al Baqarah (2) ayat
Artinya ”Dan jadikanlah sebahagian maqām Ibrahim tempat shalat” (Q.S Al Baqarah
(2) : 125).
Kemudian jika ditinjau dari sebab turunnya karena sebuah pertanyaan, maka Asbabun
Salah satu ayat yang asbabun nuzulnya dikarenakan pertanyaan mengenai masa
lampau, adalah mengenai pertanyaan Zulkarnain yang terdapat pada surah Al Kahfi (18)
ك َع ۡن ِذى ا ۡل َق ۡرنَ ۡي ِن ؕ قُ ۡل َساَ ۡتلُ ۡوا َعلَ ۡي ُكمۡ ِّم ۡن هُ ِۡذكًرا َوۡي
َ َسـَ ـَٔلُ ۡون
Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya.” (Q.S Al Kahfi (18) : 83)
Adapun mengenai ayat yang asbabun nuzulnya disebabkan oleh peristiwa yang sedang
atau tetap berlangsung hingga saat ini adalah pada peristiwa terkait roh manusia yang
الر ْو ُح ِم ْن اَْم ِر َريِّبْ َو َمٓا اُْوتِْيتُ ْم ِّم َن الْعِْل ِم اِاَّل قَلِْي ًل ِ ۗ الر ْو
ُّ ح قُ ِل ُّ ك َع ِن
َ ََويَ ْسـَٔلُ ْون
Artinya “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk
urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Q.S Al Isra’
(17) : 85)
Sementara itu adapun salah satu ayat yang asbabun nuzulnya berkenaan dengan peristiwa
di masa yang akan datang adalah pada surah An Nazi’at ( ) ayat ke 42. Yaitu pertanyaan
tentang orang orang kafir yang bertanya tentang kapan hari kiamat terjadi.
Asbabun Nuzul ayat Al Qur'an memang tidak bisa dipahami secara sembarangan. Para
ulama telah merumuskan dua kaidah asbabun nuzul untuk memahaminya yang hingga kini
Umat muslim tidak bisa sembarangan memahami asbabun nuzul suatu ayat al-Quran.
Sebab hal itu akan berpengaruh pada hasil pemahaman terhadapnya. Maka dari itu ulama
telah menyepakati kaidah asbabun nuzul ayat al-Qur'an. Kaidah asbabun nuzul ini menjadi
salah satu landasan dalam menentukan hukum dalam suatu ayat al-Qur'an.
Para ulama sepakat, terdapat dua kaidah asbabun nuzul. Kedua kaidah asbabun nuzul
tersebut saling berlawanan dan digunakan sesuai dengan konteks ayat. Dua kaidah asbabun
lafadznya yang umum, bukan karena kekhususan sebab turunnya. Kaidah asbabun nuzul
yang pertama ini, membuat ayat al-Qur'an berlaku secara umum. Serta bisa menjadi
Kaidah asbabun nuzul yang pertama ini membuat ayat al-Qur'an tidak terikat dengan
pelaku kejadian yang melatar belakangi penurunannya. Melainkan kaidah asbabun nuzul
yang pertama ini berlaku kepada siapapun dan di manapun manusia berada selama masih
berkorelasi dengan keumuman lafadz qayat tersebut. Kaidah asbabun nuzul yang pertama
ini menegakan bahwa pengambilan hukum mengacu kepada keumuman lafadz al-Qur'an
nuzul yang pertama ini, kejadian yang melatar belakangi turunnya ayat hanyalah isyarat.
Salah satu contoh ayat Al Qur’an yang menggunakan metode Al ‘ibrah bi ‘umuumi-ll-
afzhi laa bi khusuushi-s-sabab adalah pada surah An Nur ( ) ayat 6 yang berbunyi :
Artinya : "Dan orang-orang yang menuduh isterinya berzina, padahal mereka tidak
memiliki saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksiannya empat kali bersumpah
dengan nama Allah. Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar". (Q.S An
Ayat tersebut akan lebih tepat jika dipahami menggunakan kaidah ini. Sebab
kewajiban mengucapkan sumpah atas nama Allah sebanyak empat kali berlaku bagi
semua suami yang menuduh istrinya berzina, dalam konteks peristiwa ketika ayat ini
Penetapan ini berdasarkan kaidah asbabun nuzul yang pertama, bersandar pada lafadz
yang bersifat umum. Bukan pada kekhususan sebab turunnya ayat. Selain itu juga tidak
ada pertentangan dengan ayat maupun hadis lain ketika memahami ayat ini menggunakan
Kaidah asbabun nuzul yang kedua ialah memahami ayat Al Qur'an berdasarkan sebab-
sebab penurunannya yang bersifat khusus, bukan lafadznya yang bersifat umum. Kaidah
asbabun nuzul yang kedua ini berbanding terbalik dengan kaidah asbabun nuzul yang
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai ayat Al Qur’an yang menggunakan kaidah Al
‘ibrah bi khusuushi-s-sabab laa bi ‘umuumi-ll-afzhi, kita lihat firman Allah SWT pada
ِ ِ َّ َّ ِ ِإ ُّ ِِ
ُ َوللَّه الْ َم ْش ِر ُق َوالْ َم ْغ ِر
ُ ب فَ َْأينَ َما تُ َولوا َفثَ َّم َو ْجهُ الله َّن اللهَ َواس ُع َعل
يم
Artinya : "Dan kepunyaan Allah ialah timur dan barat, maka kemanapun engkau
menghadap maka di sanalah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha luas (rahmatNya)
Berdasarkan riwayat Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dan Imam Nasa’i dari Ibnu Umar,
ia mengatakan dahulu Nabi Muhammad SAW melaksanakan shalat sunnah di atas unta
ke manapun arah unta tersebut berjalan. Suatu hari Nabi Muhammad SAW datang dari
Makkah menuju Madinah, kemudian Ibnu Umar membaca ayat Al Baqarah ayat 115.
Nabi Muhammad SAW berkata bahwa ayat ini turun sebab permasalahan tersebut.
Jika surah Al Baqarah ayat 115 ini dipahami menggunakan kaidah asbabun nuzul yang
pertama maka akan terjadi kerancuan. Ketika memahami surah Al Baqarah ayat 15
tersebut menggunakan kaidah asbabun nuzul yang pertama, maka setiap muslim
Artinya : "Dan dari mana saja engkau keluar (datang), palingkanlah wajahmu ke arah
dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak pernah lengah dari apa yang kamu kerjakan".
Akan lain ceritanya jika memahami surah Al Baqarah ayat 115 menggunakan kaidah
asbabun nuzul yang kedua. Dengan memperhatikan sebab khusus turunnya ayat tersebut,
menghadap ke arah manapun asalkan ia berada di dalam kendaraan yang sedang berjalan
Seperti itulah penerapan kaidah asbabun nuzul, menyesuaikan dengan lafadz yang
bersifat umum serta kekhususan sebab turunnya ayat. Sehingga perbedaan penggunaan
kaidah asbabun nuzul tersebut dapat dipahami sebagai kekayaan khazanah keilmuan
Islam. Tidak semata dilihat sebagai sesuatu yang normatif, melihat segala sesuatu dari
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas jelaslah bahwa Al Qur’an adalah kalam (perkataan) Allah SWT,
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril dengan lafal dan
maknanya. Al Qur’an sebagai kitab Allah menempati posisi sebagai sumber pertama dan
utama dari seluruh ajaran Islam serta berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat
Banyak alat bantu untuk memahami ayat atau pun rangkaian ayat dalam Al-Qur’an
salah satunya adalah Ilmu asbabun nuzul. Ilmu asbabun nuzul adalah di antara metode yang
amat penting dalam memahami Al-Qur’an dan menafsirinya. Seperti yang sudah ditetapkan
Satu bagian diturunkan secara langsung, dan bagian ini merupakan mayoritas Al
Qur’an. Bagian kedua diturunkan setelah ada suatu kejadian atau permintaan, yang turun
mengiringi selama turunnya wahyu, yaitu selama tiga belas tahun. Bagian kedua inilah yang
akan di bahas berdasarkan sebab turunnya. Sebab, mengetahui sebab turunnya dan seluk-
beluk yang melingkupi nash, akan membantu pemahaman dan apa yang akan dikehendaki
Para ahli tafsir telah memperhatikan dan memberikan pembahasan khusus masalah
asbabun nuzul dalam buku-buku mereka. Mereka mengatakan tidak mungkin mengetahui
tafsir suatu ayat tanpa bersandar kepada kisah dan penjelasan sebab turunnya.
B. Saran
Perlu bagi kita untuk selalu mempelajari dan memahami ilmu Al Qur’an, khususnya
ilmu asbabun nuzul, adapun yang perlu kita ketahui tentang manfaat daripada mempelajari
kepada siapa, sehingga tidak terjadi keraguan yang akan mengakibatkan penuduhan
terhadap orang yang tidak bersalah dan membebaskan tuduhan terhadap orang yang
bersalah.
3. Pemudahan hafalan, pemahaman dan pengukuhan wahyu dalam benak setiap orang yang
mendengarnya, jika ia mengetahui sebab turunnya. Karena hubungan antara sebab dan
akibat, hukum dan peristiwa, peristiwa dan pelaku, masa dan tempatnya, semua itu
Akhir kata, makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, maka penulis
memohon sebesar besarnya masukan baik berupa saran dan kritik ke arah perbaikan ke
depan. Yang baik baik datangnya dari Allah SWT, sedangkan yang buruk datang dari diri
kami pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
Qattan, Manna’ Khalil al-, Mabahith Fi ‘Ulumi al-Qur’an, Alih Bahasa oleh Mudzakir AS, Studi