Anda di halaman 1dari 17

ASBABUN NUZUL DAN TURUNNYA AL-QUR’AN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah


Studi Al-Qur’an dan Hadist

Dosen Pengampu :
Dr. Ahmad Hanif Fahruddin, M.A

Disusun Oleh :

1. Muslihatun Nariyah (132210009)


2. Nabila Shovi Amalia (132210017)
3. Ninik Nurlindasari (132210013)

PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur Alhamdulillahirobbil ‘alamiin, atas limpahan rahmat dan
inayah-Nya kita masih diberi nikmat kesehatan, sehingga mampu melaksanakan
semua aktivitas keseharian kita. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan
kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW, Keluarga Nabi dan para
Sahabatnya.
Alhamdulillah, makalah ini telah kami susun dari berbagai sumber untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Studi Al-Qur’an dan Hadist yang

membahas tentang Asbabun Nuzul Dan Turunnya Al-Qur’an . Harapan kami


setelah membaca dan mempelajari makalah ini kita dapat memahami isi materi
tersebut.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini. Tetapi paling tidak diharapkan dengan adanya
makalah ini akan menambah referensi atau bahan bacaan bagi pihak lain.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah pendidikan tentang Asbabun
Nuzul Dan Turunnya Al-Qur’an secara umum ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca. Aamiin…

Lamongan, 05 November 2022

Penyusun
Daftar Isi

Halaman Judul
Kata Pengantar ...............................................................................................................
Daftar Isi ..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................
1.3 Tujuan..............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
2.1 Pengertian Asbabun Nuzul..............................................................................
2.2 Proses Turunnya Al-Qur’an.............................................................................
2.3 Manfaat Mengetahui Asbabun Nuzul............................................................
BAB III PENUTUP ......................................................................................................
Kesimpulan......................................................................................................................
Saran ..............................................................................................................................
Daftar Pustaka..................................................................................................................

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al Quran merupakan kalam Allah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad
SAW melalui perantara malaikat Jibril selama kurang lebih 23 tahun. Al Quran
diturunkan secara berangsur-angsur kepada nabi Muhammad SAW yang setiap
ayatnya miliki sebab turunnya masing-masing walaupun di dalam Al Quran tidak
semua ayat terdapat Asbab al-Nuzul nya (Muh. Sayyid Thantawi & AL-Ghazali,
2001, hal. 38-39).

Pada masa itu diyakini oleh umat Islam sebagai masa turunnya wahyu yang
berisi tentang segala macam petunjuk dan pelajaran tentang seluruh aspek
kehidupan. Misalnya Aqidah dan kepercayaan, akhlak yang murni, petunjuk syariat
dan hukum yang dijelaskan secara mendasar mengenai yang wajib diikuti oleh umat
manusia, baik dalam hubungannya dengan Tuhan atau hubungannya dengan sesama
manusia ataupun makhluk Tuhan lainnya (Shihab M. Q., 1998, hal. 40).

Al Quran bercerita tentang sejarah-sejarah yang telah lalu, menjelaskan


kejadian-kejadian yang terjadi sekarang, serta dapat meprediksikan hal-hal yang
akan datang. Akan tetapi yang terpenting disini adalah pada masa Rasulullah
bersama para sahabat ketika memberikan ajaran-ajaran islam untuk pertama kali
kepada masyarakat Arab pada waktu itu seringkali mengalami dan menyaksikan
berbagai macam peristiwa sejarah. Bahkan para sahabat kadangkala menemui suatu
peristiwa khusus atau berhadapan pada suatu persoalan yang masih kabur
hukumnya. Kejadian tersebut menjadikan mereka harus meminta petunjuk kepada
Rasulullah untuk mendapat jawaban atas peristiwa khusus tersebut atau untuk
mendapat kepastian hukum atas persoalan-persoalan yang terjadi dan setelah itu
turunlah ayat-ayat Al Quran untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan tersebut.
(al-Qaththan, 1994, hal. 106).

Berdasarkan uraian diatas, pembahasan makalah ini akan difokuskan pada tema
Asbabun Nuzul dan Turunnya Al-Qur’an. Dalam pembahasan ini akan diuraikan
tentang Pengertian Asbabun Nuzul. Turunnya Al Qur’an dan Manfaat mengetahui
Asbabun Nuzul.

A. Rumusan Masalah

1
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah pada
pembahasan makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian Asbabun Nuzul?
2. Bagaimana Proses Turunnya Al-Qur’an?
3. Apa manfaat mengetahui Asbabun Nuzul?

B. Tujuan Penulisan
Dari permasalahan diatas, tujuan dari pembahasan Asbabun Nuzul Dan
Turunnya Al-Qur’an adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian Asbabun Nuzul
2. Untuk mengetahui Proses Turunnya Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui Asbabun Nuzul

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Asbabun Nuzul

Secara etimologis Asbabun Nuzul berasal dari kata “ashbab” dan kata
“nuzuul”. Ashbab merupakan bentuk jamak dari kata sabaabun yang memiliki arti
sebab sedangkan kata nuzuul berasal dari kata kerja nazala yang memiliki arti turun.1
Sementara pengertian yang lain berpendapat bahwa asbab adalah bentuk plural dari
kata sabab yang memiliki arti sesuatu yang menjadi penyebab adanya atau terjadinya
sesuatu yang lain. Sedangkan nuzul memiliki arti jatuh dari tempat yang tinggi.
Sehingga sabab atau asbab tergabung menjadi satu dengan nuzul sebagai suatu istilah
bagi cabang ilmu Al-Qur’an yang menjelaskan peristiwa-peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. 2

Sedangkan secara terminologis, Syaikh Manna Al-Qaththan memaknai


asbabun nuzul sebagai sesuatu yang karenanya Al-Qur’an diturunkan sebagai bentuk
penjelas terhadap apa yang terjadi, baik berupa sebuah peristiwa ataupun berupa
sebuah pertanyaan.3 Menurut pendapat Az-Zarqani yang dikutip oleh Ahmad Zaini
dalam jurnalnya berpendapat bahwa asbabun nuzul merupakan sesuatu yang
menyebabkan satu ayat atau beberapa ayat diturunkan untuk membicarakan sebab
atau diturunkan untuk menjelaskan suatu hukum sebab terjadinya sebuah peristiwa.
(Ahmad Zaini, 2014) Sementara pendapat yang lain mengatakan bahwa Asbabun
Nuzul merupakan sesuatu yang karena sesuatu tersebut menyebabkan satu atau
beberapa ayat Al-Qur’an turun untuk membahasa tentang sesuatu tersebut serta
menjelaskan hukum tentang sebuah peristiwa yang terjadi.(Ahmad, 2018)

Meskipun beberapa pendapat mengenai pengertian asbabun nuzul diatas


memiliki perbedaan namun pada intinya pengertian Asbabun Nuzul ialah suatu
peristiwa yang menyebabkan turunnya suatu ayat yang dimana ayat tersebut menjadi
sebuah penjelas terhadap peristiwa yang terjadi. Baik peristiwa tersebut berupa
sebuah kejadian maupun berupa sebuah pertanyaan yang diajukan kepada nabi.

1
Abdul Hamid, “Pengantar Studi Al-Qur’an”, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2016), hlm. 102-103.
2
Muchlis M.Hanafi, “Asbabun Nuzul:Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur’an”, (Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2017) Hlm. 4-6.
3
Syaikh Manna Al-Qaththan, “Pengantan Studi Ilmu Al-Qur’an”, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2005), hlm. 95.

3
Berbicara mengenai peristiwa yang menyebabkan turunnya Al-Qur’an sangat
beragam. Yang pertama adalah ketika terjadi peristiwa Khushumah (Pertengkaran) antara
kelompok Auz dan Khazraj yang disebabkan oleh profokasi kaum yahudi hingga mereka
berteriak “as-silah, as-silah” yang memiliki arti senjata, senjata. Sebab kejadian ini
maka turunlah ayat Al-Qur’an surat Al-Imran.(Ahmad Zaini, 2014)

َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ ْن تُ ِط ْيعُوْ ا فَ ِر ْيقًا ِّمنَ الَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِك ٰت‬
َ‫ب يَ ُر ُّدوْ ُك ْم بَ ْع َد اِ ْي َمانِ ُك ْم ٰكفِ ِر ْين‬

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti segolongan dari orang
yang diberi Alkitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang-
orang kafir setelah beriman.” (QS. Al-Imran: 100)

Peristiwa kedua yaitu peristiwa yang terjadi ketika seseorang masih dalam keadaan
mabuk mejadi imam shalat sehingga orang tersebut medapatkan sebuah kesalahan dalam
membaca surat Al-Kafirun. Maka dari peristiwa ini turunlah ayat Al-Qur’an surat an-
Nisa.(Ahmad, 2018)

َ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَ ْق َربُوا الص َّٰلوةَ َواَ ْنتُ ْم س ُٰك ٰرى َح ٰتّى تَ ْعلَ ُموْ ا َما تَقُوْ لُوْ ن‬

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah mendekati salat, sedangkan kamu


dalam keadaan mabuk sampai kamu sadar akan apa yang kamu ucapkan.”(QS.
an-Nisa: 43)

Peristiwa ketiga yaitu peristiwa mengenai sebuah cita-cita dan mengenai sebuah harapan.
Misal harapan Umar bin Khattab yang ingin menjadikan makam nabi Ibrahim sebagai
tempat untuk sholat. Maka dengan keinginan ini turunlah ayat Al-Qur’an surat Al-
Baqarah.(Rohman et al., 2022)

‫صلًّىۗ َوالرُّ َّك ِع ال ُّسجُوْ ِد‬


َ ‫َواتَّ ِخ ُذوْ ا| ِم ْن َّمقَ ِام اِب ْٰر ٖه َم ُم‬

“Jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim37) sebagai tempat salat.” (QS. Al-


Baqarah: 125)

Selain adanya sebuah peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al-Qur’an juga terdapat
pertanyaan-pertanyaan yang menjadi penyebab turunnya Al-Qur’an. Pertanyaan pertama
yaitu pertanyaan tentang masa lampau yang tertuang dalam surat Al-Kahfi.

ۗ ‫ك ع َْن ِذى ْالقَرْ نَ ْي ۗ ِن قُلْ َسا َ ْتلُوْ ا| َعلَ ْي ُك ْم ِّم ْنهُ ِذ ْكرًا‬
َ َ‫َويَ ْسـَٔلُوْ ن‬

4
“Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Zulqarnain.
Katakanlah, “Akan aku bacakan kepadamu sebagian kisahnya.” (QS. Al-Kahfi:
83)

Pertanyaan kedua merupakan pertanyaan ketika sebuah peristiwa sedang berlangsung.


Peristiwa tersebut tertuang dalam surat Al-Isra’.

‫ح قُ ِل الرُّ وْ ُح ِم ْن اَ ْم ِر َرب ِّْي َو َمٓا اُوْ تِ ْيتُْ|م ِّمنَ ْال ِع ْل ِم اِاَّل قَلِ ْياًل‬ َ َ‫َويَ ْسـَٔلُوْ ن‬
ِ ۗ ْ‫ك َع ِن الرُّ و‬
“Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang roh. Katakanlah, “Roh
itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu tidak diberi pengetahuan kecuali
hanya sedikit.”(QS. Al-Isra’: 85)

Pertanyaan ketiga yaitu pertanyaan ketika sebuah peristiwa yang akan terjadi. Seperti
yang tertuang dalam surat An-Nazi’at.(Ahmad, 2018)

‫َك َع ِن السَّا َع ِة اَيَّانَ ُمرْ ٰسىهَۗ|ا‬


|َ ‫يَ ْسـَٔلُوْ ن‬

“Mereka (orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang


hari Kiamat, “Kapankah terjadinya?” (QS. An-Nazi’at: 42)

Dari penjelasan mengenai sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur’an diatas perlu


diketahui bahwa tidak semua ayat-ayat yang ada didalam Al-Qur’an memiliki Asbabun
Nuzul. Ada bebrapa ayat yang turun dikarenakan sebagai ibtida’ atau sebagai
pendahuluan. Seperti ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang akidah iman,
kewajibab Islam dan syari’at Allah dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial.
Karena pada dasarnya ada sebagian ayat Al-Qur’an yang diturunkan karena adanya sebab
dan ada sebagian ayat Al-Qur’an yang diturunkan karena tanpa adanya sebab. 4

2.2 Proses Turunnya Al-Qur’an

Proses Penurunan Al-Qur’an memiliki beberapa perbedaan dalam


kitab-kitab wahyu lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan sikap keraguan
yang di pertanyaakan oleh orang-orang kafir. Dan Di dalam Al-Qur’an Allah
mengabadikan pertanyaan mereka tersebut.

4
Syaikh Manna Al-Qaththan, “Pengantan Studi Ilmu Al-Qur’an”, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2005), hlm. 95.

5
َ ِ‫َّاح َدةً ۛ َك ٰذل‬
‫ك ۛ لِنُثَبِّتَ بِ ٖه فَُؤ ادَكَ َو َرتَّ ْل ٰنهُ تَرْ تِ ْياًل‬ ِ ‫َوقَا َل الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا لَوْ اَل نُ ِّز َل َعلَ ْي ِه ْالقُرْ ٰانُ ُج ْملَةً و‬

Terjemahnya: “Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al-Quran itu


tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya kami
perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan
benar).” (QS. Al-Furqan: 32).

Adapun mekanisme turunnya wahyu, tidak selalu sama, akan


tetapi melalui beraneka ragam Rasulullah cara menerimanya, Menurut M.
M. Al A’zami diantara peristiwa tersebut: Pertama, dengan bunyi lonceng,
ketika sahabat Al Harith bin Hisham bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimana
wahyu itu sampai padamu? Beliau menjawab kadang-kadang seperti bunyi
lonceng, dan itu sesuatu yang paling dahsyat yang sampai pada saya,
kemudian lenyap dan saya dapat mengulangi apa yang dikatakan. Kadang-
kadang Malaikat hadir dalam jelmaan manusia dan berkata padaku dan saya
dapat memahami apa yang dikatakan Aisyah menuturkan, sungguh aku
pernah melihat Nabi saat wahytu turun kepadanya di mana pada hari itu
beliau merasa kedinginan sebelum wahyu berhenti dan dahinya penuh
keringat.

Kedua, Ya’la pernah sekali bercerita pada Umar tentang keinginan


melihat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, pada kesempatan lain
Umar memanggil dan ia menyaksikan Nabi Muhammad wajahnya
kemerah-merahan, bernafas sambil ngos-ngosan. Lalu tampak sembuh dari
gejala itu.

Ketiga, Zaid bin Tsabit menjelaskan, Ibn Um-Maktum mendatangi


Nabi Muhammad saat beliau mendektekan ayat ini: la yastawil qaiduna
minal mukminin, tak akan sama di antara orang-orang beriman yang duduk
(tanpa kerja). Saat mendengar ayat tersebut Ibn Um-Maktum berkata, Oh
Nabi Allah, adakah berarti saya mesti ikut ke medan perang (jihad). Dia
seorang yang buta. Kemudian Allah mewahyukan (ayat peringatan) kepada

6
Nabi SAW saat kakinya berada di atas kakiku, begitu beratnya dan saya
khawatir kakiku terasa akan putus.5

Dalam kutipan Menurut Manna’ al-Qaththan, terdapat beberapa


mazhab pokok di kalangan para ulama di seputar pemahaman tentang
proses turunnya Al-Quran, yaitu:

1.) Pendapat Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, bahwa yang dimaksud dengan
turunnya Al-Quran ialah turunnya Al-Quran secara sekaligus ke Baitul
’Izzah di langit dunia untuk menunjukkan kepada para malaikatnya bahwa
betapa besar masalah ini, selanjutnya Al-Quran diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. secara bertahap selama dua puluh tiga tahun sesuai
dengan peristiwa-peristiwa yang mengiringinya sejak beliau diutus sampai
wafatnya. Pendapat ini didasarkan pada riwayat-riwayat dari Ibnu Abbas.
Yaitu “Al-Quran diturunkan sekaligus ke langit dunia pada lailah al-qadr.
Kemudian setelah itu, ia diturunkan selama dua puluh tahun “Al-Quran itu
dipisahkan dari al-zikr, lalu diletakkan di Baitul ’Izzah di langit dunia.
Maka Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi SAW. “Al-Quran
diturunkan pada lailah al-qadr pada bulan Ramadhan ke langit dunia
sekaligus, lalu ia diturunkan secara berangsur-angsur.”

2.) Pendapat yang disandarkan pada al-Sya’bi 10 bahwa permulaan turunnya Al-
Quran dimulai pada lailah al-qadr di bulan Ramadhan, malam yang diberkahi.
Sesudah itu turun secara bertahap sesuai dengan peristiwa yang mengiringinya
selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Dengan demikian, Al-Quran hanya
memiliki satu macam cara turun, yaitu turun secara bertahap kepada
Rasulullah SAW., sebab yang demikian inilah yang dinyatakan oleh Al-
Quran.

3.) Pendapat yang menyebutkan bahwa Al-Quran diturunkan ke langit dunia pada
dua puluh malam kemuliaan (lailah al-qadr), yang setiap malam kemuliaan
tersebut ada yang ditentukan oleh Allah untuk diturunkan setiap tahunnya,
5
Yusron Masduki, ‘Sejarah Turunnya Al-Qur’an Penuh Fenomenal (Muatan Nilai-Nilai Psikologi
Dalam Pendidikan)’, Medina-Te : Jurnal Studi Islam, 13.1 (2017), 39–50
<https://doi.org/10.19109/medinate.v13i1.1541>.

7
dan jumlah untuk satu tahun penuh itu kemudian diturunkan secara
berangsur- angsur kepada Rasulullah SAW.

4.) Ada juga sebagian ulama yang berpandangan bahwa Al-Quran turun pertama-
tama secara berangsur-angsur ke Lauh al-mahfuz, kemudian diturunkan secara
sekaligus ke Bait al-‘Izzah. Dan setelah itu, turun sedikit demi sedikit.6

Berdasarkan Pendapat yang menetapkan tiga tahap proses penurunan Al-


Quran di atas, mulai dari penetapannya di Lauh al-mahfuz, kemudian menuju
langit dunia di Bait al- ‘Izzah, kemudian ditetapkan dalam hati Rasululllah SAW.
dapat kita lihat perbedaannya dalam tabel perbandingan berikut:

No Turun ke Lauh Turun ke Turun ke Nabi Muhammad Keterangan


. al-mahfuzh Bait SAW. Melalui Perantara
al-‘Izza Malaikat Jibril AS.
1. Sekaligus Sekaligus Berangsur-Angsur Pendapat No. 1 yang
2. Sekaligus Tiap Tahun Sekaligus ini Paling Masyhur dan
dalam banyak diperpegangi
malam Qadr oleh para Ulama
3. Berangsur- Sekaligus Berangsur-angsur
angsur

Mengenai surat atau ayat al-Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada
Rasulullah saw. ada beberapa pendapat:

1. Bahwa yang pertama kali diturunkan adalah surat al-‘Alaq; dalam satu
riwayat dinyatakan ayat 1-3, dan dalam beberapa riwayat lain ayat 1-5.
Pendapat ini didasarkan pada hadits ‘Aisyah: Permulaan wahyu Rasulullah
saw. telah terjadi dalam bentuk mimpi yang benar dalam tidur beliau.
Beliau mendapatkan mimpi tersebut sebagaimana munculnya keheningan
fajar subuh yang menyebabkan beliau suka menyendiri. Beliau biasanya
menyendiri di gua Hira'. Di sana beliau menghabiskan beberapa malam

6
M.Th.I. Yunan, Muhammad Yunan, S.Th.I., ‘Nuzulul Qur’an Dan Asbabun Nuzul’, Al-Mutsla,
2.1 (2020), 46–50 <https://doi.org/10.46870/almutsla.v2i1.49>.

8
untuk beribadah dengan mengabdikan diri kepada Allah SWT. sebelum
kembali ke rumah. Untuk tujuan tersebut beliau membawa sedikit bekal.
Setelah beberapa hari berada di sana, beliau pulang kepada Khadijah,
mengambil bekal untuk beberapa malam. Keadaan ini terus berlanjut
sehingga beliau didatangi wahyu ketika beliau berada di gua Hira'. Wahyu
tersebut disampaikan oleh Malaikat Jibril a.s dengan berkata: Bacalah
wahai Muhammad! Beliau bersabda: Aku tidak bisa membaca. Rasulullah
saw. bersabda: Malaikat itu kemudian memegang aku lalu memelukku
erat-erat sehingga aku pulih dari ketakutan. Kemudian Malaikat itu
melepasku dengan berkata: Bacalah wahai Muhammad! Beliau sekali lagi
bersabda: Aku tidak bisa membaca. Rasulullah saw. bersabda: Malaikat itu
kemudian memegang aku untuk kedua kalinya lalu memelukku erat-erat
sehingga aku pulih dari ketakutan. Malaikat itu seterusnya melepasku
dengan berkata: Bacalah wahai Muhammad! Beliau bersabda: Aku tidak
bisa membaca. Rasulullah saw. bersabda: Malaikat itu kemudian
memegang aku untuk ketiga kalinya serta memelukku erat-erat sehingga
aku kembali pulih dari ketakutan. Kemudian Malaikat itu melepaskan aku
dan membaca firman Allah Yang artinya: Bacalah wahai Muhammad
dengan nama Tuhanmu yang menciptakan sekalian makhluk. Dia
menciptakan manusia dari seketul darah beku, bacalah dan Tuhan mu
Yang Maha Pemurah yang mengajar manusia melalui pen dan tulisan. Dia
mengajar manusia apa yang tidak diketahui.
2. Bahwa yang pertama kali diturunkan adalah surat al - Mudatstsir.
Pendapat ini didasarkan pada hadits riwayatJâbir, yang menyatakan: Aku
tidak akan menyampaikan kepadamu kecuali apa yang telah disampaikan
kepada kami oleh Rasulullah saw. Beliau bersabda: Aku telah tinggal
mengasingkan diri digua Hira’, maka ketika aku telah menyelesaikan
pengasinganku, aku turun (dari gua itu), tiba- tiba aku dipanggil. yang
menyatakan: Aku tidak akan menyampaikan kepadamu kecuali apa yang
telah disampaikan kepada kami oleh Rasulullah saw. Beliau bersabda: Aku
telah tinggal mengasingkan diri digua Hira’, maka ketika aku telah
menyelesaikan pengasinganku, aku turun (dari gua itu), tiba- tiba aku

9
dipanggil. Aku lalu melihat ke sebelah kananku, namun tidak melihat apa-
apa, dan aku pun melihat ke sebelah kiriku, namunjuga tidak melihat apa-
apa. Aku kemudian menoleh ke belakangku, namunjuga tidak melihat apa-
apa, lalu aku angkat kepalaku, tiba -tiba saya melihat sesuatu. Aku datangi
Khadijah, dan aku katakan ke p a da n y a : Selimutilah aku, dan
guyurkanlah air dingin kepadaku. Beliau pun menceritakan: Mereka pun
menyelimutiku, dan mengguyurku dengan air dingin, lalu beliau bersabda:
Maka,turunlah yang artinya: wahai orang berselimut, bangunlah dan
sampaikanlah peringatan (dari Tuhanmu), dan kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu bertakbir.
3. Bahwa yang pertama kali diturunkan adalah al-Fâtihah: Ini didasarkan
pada hadits yang diriwayatkan oleh al-Bayhaqî.
4. Bahwa yang pertama kali diturunkan adalah bismillahirrohmanirrohim

Perbedaan pendapat ini telah dijawab oleh para ulama’ dengan beberapa
jawaban, yang paling populer adalah: Pertama bahwa yang dimaksud dengan
“awal” atau “permulaan” dalam hadits Jâbir adalah permulaan dalam hal tertentu,
artinya bukan yang benar-benar pertama kali diturunkan kepada Rasul, melainkan
ayat yang pertama kali diturunkan sebagai perintah untuk memberikan peringatan.
Dengan kata lain, surat al-Mudatstsir merupakan yang pertama kali diturunkan
kepada Muhammad saw. sebagai Rasul, sedangkan yang pertama kali diturunkan
kepada beliau saw. sebagai Nabi adalah surat al-‘Alaq.

Kedua bahwa yang dimaksud oleh Jâbir sebagai ayat yang pertama kali
diturunkan adalah yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi saw. secara lengkap.
Ini juga tidak bertentangan dengan realitas surat al-‘Alaq sebagai yang pertama
kali diturunkan secara mutlak, karena surat tersebut belum diturunkan secara
lengkap. Ini dikuatkan dengan hadits Jabir yang lain tentang jeda wahyu (fatrah
al-wahy) , yang menyebut surat al- Mudatsitsir. Dari kalimat yang menyatakan:
almalik al- ladzîja’ânî bihirâ’ (malaikat yang mendatangiku di gua Hira’) dalam
hadits tersebut, membuktikan bahwa kisah ini lebih akhir dibanding dengan kisah
turunnya surat al-‘Alaq di gua Hira’. Ini merupakan jawaban yang paling tepat, di
lihat dari sisi dalil.

10
Ketiga sebagian ulama’ --sebut saja al-Kirmâni - -menyatakan, bahwa Jâbir
menyatakan demikian berdasarkan ijtihadnya, bukan berdasarkan periwayatannya,
sehingga apa yang dinyatakan Jâbir harus dikalahkan dengan hadits yang
diriwayatkan oleh ‘Aisyah. Ini juga merupakan jawaban yang baik.

Keempat mengenai pendapat yang ketiga telah dijawab oleh para ulama’
dengan menyatakan, bahwa hadits yang dikeluarkan oleh al-Bayhaqi tersebut
adalah hadits Mursal, atau ada kemungkinkan berisi informasi mengenai turunnya
surat tersebut setelah surat al-‘Alaq diturunkan kepada beliau. Kelima pendapat
yang keempat telah dibantah oleh asSuyûthi, dengan menyatakan bahwa
pandangan tersebut tidak bisa dianggap sebagai pendapat yang kuat, karena tiap
turunnya ayat pasti selalu disertai dengan bismillâh. Jadi, bismillâh bukanlah surat
atau ayat tersendiri yang diturunkan kepada Rasulullah saw.

Dengan demikian, pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang pertama,
yang menyatakan bahwa surat al-‘Alaq merupakan yang pertama kali diturunkan
kepada Rasulullah saw. secara mutlak. 7

1.2 Manfaat Mengetahui Asbabun nuzul

Pengetahuan tentang asbabun nuzul mempunyai banyak manfaat di


antaranya mampu mengantarkan seorang mufassir pada pemahaman yang
benar dengan memahamai kandungan teks dan keadaan yang menyertai
peristiwa yang terjadi ketika Al-Quran diturunkan. Namun manfaat yang
terpenting di antaranya adalah:(Al-Qaththan, 2004)

1. Mengetahui hikmah pemberlakuan suatu hukum, dan perhatian syariat terhadap


kemaslahatan umum dalam menghadapi segala peristiwa sebagai rahmat bagi umat.
2. Memberi Batasan hukum yang diturunkan dengan sebab yang terjadi, jika hukum itu
dinyatakan dalam bentuk umum.
3. Apabila lafadz yang diturunkan itu bersifat umum dan ada dalil yang menunjukkan
pengkhususannya, maka adanya asbab an-nuzul akan membatasi takhshish
(pengkhususan) itu hanya terhadap yang selain bentuk sebab.

7
Studi Al-qur, ‘Studi Al-Qur’an Masdudi’. Cirebon:Nurjati Press, 2016, Hal.71-74

11
4. Mengetahui sebab turunnya ayat adalah cara terbaik untuk memahami Al-Qur’an
dan mneyingkap kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak dapat
ditafsirkan tanpa pengetahuan sebab turunNya.
5. Sebab turunnya ayat dapat menerangkan tentang kepada siapa ayat itu diturunkan
sehingga ayat tersebut tidak diterapkan kepada orang lain karena dorongan
permusuhan dan perselisihan.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asbabun Nuzul ialah suatu peristiwa yang menyebabkan turunnya suatu
ayat dimana ayat tersebut menjadi sebuah penjelas terhadap peristiwa yang
terjadi. Baik peristiwa tersebut berupa sebuah kejadian maupun berupa sebuah
pertanyaan yang diajukan kepada nabi.

Proses turunnya Al-Quran melalui tiga tahap yaitu mulai dari


penetapannya di Lauh al-mahfuz, kemudian menuju langit dunia di Bait
al- ‘Izzah, kemudian ditetapkan dalam hati Rasululllah SAW.

Tidak sedikit manfaat mengetahui Asbabun Nuzul salah satu


diantaranya adalah mampu mengantarkan seorang mufassir pada
pemahaman yang benar dengan memahamai kandungan teks dan keadaan
yang menyertai peristiwa yang terjadi ketika Al-Quran diturunkan.

3.2 Saran
Demikian penyusunan makalah ini disusun, kami menyadari akan
banyaknya kekurangan dan kelemahan pada karya tulis ini, oleh karena itu
pemakalah berharap agar ada kritik, saran atau masukan yang sifatnya
membangun untuk perbaikan makalah ini. Mohon maaf jika sekiranya apa
yang disajikan oleh pemakalah, terdapat kekurangan dan kekeliruan
didalamnya.

13
Daftar Pustaka
Ahmad, S. (2018). ASBAB NUZUL (Urgensi dan Fungsinya Dalam Penafsiran
Ayat Al-Qur`An). EL-AFKAR : Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Tafsir
Hadis, 7(2), 95. https://doi.org/10.29300/jpkth.v7i2.1604
Ahmad Zaini. (2014). Asbbab an-Nuzul dan Urgensinya dalam memahami al-
Quran. Hermeunetik, 8(1), 1–20.
Al-Qaththan, S. M. (2004). Pengantar Studi Ilmu Al-Quran by Syaikh Manna Al-
Qaththan (z-lib.org).pdf (pp. 419–421).
Al-qur, S. (n.d.). Studi Al-Qur’an Masdudi.
Masduki, Y. (2017). Sejarah Turunnya Al-Qur’an Penuh Fenomenal (Muatan
Nilai-Nilai Psikologi Dalam Pendidikan). Medina-Te : Jurnal Studi Islam,
13(1), 39–50. https://doi.org/10.19109/medinate.v13i1.1541
Rohman, M. F., Drajat, P. S., Timur, J., Drajat, P. S., & Timur, J. (2022). Urgensi
Asbab an-Nuzul Dalam Penafsiran Ayat-Ayat Al- Qur ’ an. 17(01), 53–61.
Yunan, Muhammad Yunan, S.Th.I., M. T. I. (2020). Nuzulul Qur’an dan Asbabun
Nuzul. Al-Mutsla, 2(1), 46–50. https://doi.org/10.46870/almutsla.v2i1.49

14

Anda mungkin juga menyukai