Dosen Pengampu :
Dr. Ahmad Hanif Fahruddin, M.A
Disusun Oleh :
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur Alhamdulillahirobbil ‘alamiin, atas limpahan rahmat dan
inayah-Nya kita masih diberi nikmat kesehatan, sehingga mampu melaksanakan
semua aktivitas keseharian kita. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan
kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW, Keluarga Nabi dan para
Sahabatnya.
Alhamdulillah, makalah ini telah kami susun dari berbagai sumber untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Studi Al-Qur’an dan Hadist yang
Penyusun
Daftar Isi
Halaman Judul
Kata Pengantar ...............................................................................................................
Daftar Isi ..........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................
1.3 Tujuan..............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
2.1 Pengertian Asbabun Nuzul..............................................................................
2.2 Proses Turunnya Al-Qur’an.............................................................................
2.3 Manfaat Mengetahui Asbabun Nuzul............................................................
BAB III PENUTUP ......................................................................................................
Kesimpulan......................................................................................................................
Saran ..............................................................................................................................
Daftar Pustaka..................................................................................................................
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al Quran merupakan kalam Allah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad
SAW melalui perantara malaikat Jibril selama kurang lebih 23 tahun. Al Quran
diturunkan secara berangsur-angsur kepada nabi Muhammad SAW yang setiap
ayatnya miliki sebab turunnya masing-masing walaupun di dalam Al Quran tidak
semua ayat terdapat Asbab al-Nuzul nya (Muh. Sayyid Thantawi & AL-Ghazali,
2001, hal. 38-39).
Pada masa itu diyakini oleh umat Islam sebagai masa turunnya wahyu yang
berisi tentang segala macam petunjuk dan pelajaran tentang seluruh aspek
kehidupan. Misalnya Aqidah dan kepercayaan, akhlak yang murni, petunjuk syariat
dan hukum yang dijelaskan secara mendasar mengenai yang wajib diikuti oleh umat
manusia, baik dalam hubungannya dengan Tuhan atau hubungannya dengan sesama
manusia ataupun makhluk Tuhan lainnya (Shihab M. Q., 1998, hal. 40).
Berdasarkan uraian diatas, pembahasan makalah ini akan difokuskan pada tema
Asbabun Nuzul dan Turunnya Al-Qur’an. Dalam pembahasan ini akan diuraikan
tentang Pengertian Asbabun Nuzul. Turunnya Al Qur’an dan Manfaat mengetahui
Asbabun Nuzul.
A. Rumusan Masalah
1
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah pada
pembahasan makalah ini yaitu:
1. Apa pengertian Asbabun Nuzul?
2. Bagaimana Proses Turunnya Al-Qur’an?
3. Apa manfaat mengetahui Asbabun Nuzul?
B. Tujuan Penulisan
Dari permasalahan diatas, tujuan dari pembahasan Asbabun Nuzul Dan
Turunnya Al-Qur’an adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian Asbabun Nuzul
2. Untuk mengetahui Proses Turunnya Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui Asbabun Nuzul
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Asbabun Nuzul
Secara etimologis Asbabun Nuzul berasal dari kata “ashbab” dan kata
“nuzuul”. Ashbab merupakan bentuk jamak dari kata sabaabun yang memiliki arti
sebab sedangkan kata nuzuul berasal dari kata kerja nazala yang memiliki arti turun.1
Sementara pengertian yang lain berpendapat bahwa asbab adalah bentuk plural dari
kata sabab yang memiliki arti sesuatu yang menjadi penyebab adanya atau terjadinya
sesuatu yang lain. Sedangkan nuzul memiliki arti jatuh dari tempat yang tinggi.
Sehingga sabab atau asbab tergabung menjadi satu dengan nuzul sebagai suatu istilah
bagi cabang ilmu Al-Qur’an yang menjelaskan peristiwa-peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. 2
1
Abdul Hamid, “Pengantar Studi Al-Qur’an”, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2016), hlm. 102-103.
2
Muchlis M.Hanafi, “Asbabun Nuzul:Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur’an”, (Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2017) Hlm. 4-6.
3
Syaikh Manna Al-Qaththan, “Pengantan Studi Ilmu Al-Qur’an”, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2005), hlm. 95.
3
Berbicara mengenai peristiwa yang menyebabkan turunnya Al-Qur’an sangat
beragam. Yang pertama adalah ketika terjadi peristiwa Khushumah (Pertengkaran) antara
kelompok Auz dan Khazraj yang disebabkan oleh profokasi kaum yahudi hingga mereka
berteriak “as-silah, as-silah” yang memiliki arti senjata, senjata. Sebab kejadian ini
maka turunlah ayat Al-Qur’an surat Al-Imran.(Ahmad Zaini, 2014)
َ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ ْن تُ ِط ْيعُوْ ا فَ ِر ْيقًا ِّمنَ الَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِك ٰت
َب يَ ُر ُّدوْ ُك ْم بَ ْع َد اِ ْي َمانِ ُك ْم ٰكفِ ِر ْين
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti segolongan dari orang
yang diberi Alkitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang-
orang kafir setelah beriman.” (QS. Al-Imran: 100)
Peristiwa kedua yaitu peristiwa yang terjadi ketika seseorang masih dalam keadaan
mabuk mejadi imam shalat sehingga orang tersebut medapatkan sebuah kesalahan dalam
membaca surat Al-Kafirun. Maka dari peristiwa ini turunlah ayat Al-Qur’an surat an-
Nisa.(Ahmad, 2018)
َٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَ ْق َربُوا الص َّٰلوةَ َواَ ْنتُ ْم س ُٰك ٰرى َح ٰتّى تَ ْعلَ ُموْ ا َما تَقُوْ لُوْ ن
Peristiwa ketiga yaitu peristiwa mengenai sebuah cita-cita dan mengenai sebuah harapan.
Misal harapan Umar bin Khattab yang ingin menjadikan makam nabi Ibrahim sebagai
tempat untuk sholat. Maka dengan keinginan ini turunlah ayat Al-Qur’an surat Al-
Baqarah.(Rohman et al., 2022)
Selain adanya sebuah peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al-Qur’an juga terdapat
pertanyaan-pertanyaan yang menjadi penyebab turunnya Al-Qur’an. Pertanyaan pertama
yaitu pertanyaan tentang masa lampau yang tertuang dalam surat Al-Kahfi.
ۗ ك ع َْن ِذى ْالقَرْ نَ ْي ۗ ِن قُلْ َسا َ ْتلُوْ ا| َعلَ ْي ُك ْم ِّم ْنهُ ِذ ْكرًا
َ ََويَ ْسـَٔلُوْ ن
4
“Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Zulqarnain.
Katakanlah, “Akan aku bacakan kepadamu sebagian kisahnya.” (QS. Al-Kahfi:
83)
ح قُ ِل الرُّ وْ ُح ِم ْن اَ ْم ِر َرب ِّْي َو َمٓا اُوْ تِ ْيتُْ|م ِّمنَ ْال ِع ْل ِم اِاَّل قَلِ ْياًل َ ََويَ ْسـَٔلُوْ ن
ِ ۗ ْك َع ِن الرُّ و
“Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang roh. Katakanlah, “Roh
itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu tidak diberi pengetahuan kecuali
hanya sedikit.”(QS. Al-Isra’: 85)
Pertanyaan ketiga yaitu pertanyaan ketika sebuah peristiwa yang akan terjadi. Seperti
yang tertuang dalam surat An-Nazi’at.(Ahmad, 2018)
4
Syaikh Manna Al-Qaththan, “Pengantan Studi Ilmu Al-Qur’an”, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2005), hlm. 95.
5
َ َِّاح َدةً ۛ َك ٰذل
ك ۛ لِنُثَبِّتَ بِ ٖه فَُؤ ادَكَ َو َرتَّ ْل ٰنهُ تَرْ تِ ْياًل ِ َوقَا َل الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا لَوْ اَل نُ ِّز َل َعلَ ْي ِه ْالقُرْ ٰانُ ُج ْملَةً و
6
Nabi SAW saat kakinya berada di atas kakiku, begitu beratnya dan saya
khawatir kakiku terasa akan putus.5
1.) Pendapat Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, bahwa yang dimaksud dengan
turunnya Al-Quran ialah turunnya Al-Quran secara sekaligus ke Baitul
’Izzah di langit dunia untuk menunjukkan kepada para malaikatnya bahwa
betapa besar masalah ini, selanjutnya Al-Quran diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. secara bertahap selama dua puluh tiga tahun sesuai
dengan peristiwa-peristiwa yang mengiringinya sejak beliau diutus sampai
wafatnya. Pendapat ini didasarkan pada riwayat-riwayat dari Ibnu Abbas.
Yaitu “Al-Quran diturunkan sekaligus ke langit dunia pada lailah al-qadr.
Kemudian setelah itu, ia diturunkan selama dua puluh tahun “Al-Quran itu
dipisahkan dari al-zikr, lalu diletakkan di Baitul ’Izzah di langit dunia.
Maka Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi SAW. “Al-Quran
diturunkan pada lailah al-qadr pada bulan Ramadhan ke langit dunia
sekaligus, lalu ia diturunkan secara berangsur-angsur.”
2.) Pendapat yang disandarkan pada al-Sya’bi 10 bahwa permulaan turunnya Al-
Quran dimulai pada lailah al-qadr di bulan Ramadhan, malam yang diberkahi.
Sesudah itu turun secara bertahap sesuai dengan peristiwa yang mengiringinya
selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Dengan demikian, Al-Quran hanya
memiliki satu macam cara turun, yaitu turun secara bertahap kepada
Rasulullah SAW., sebab yang demikian inilah yang dinyatakan oleh Al-
Quran.
3.) Pendapat yang menyebutkan bahwa Al-Quran diturunkan ke langit dunia pada
dua puluh malam kemuliaan (lailah al-qadr), yang setiap malam kemuliaan
tersebut ada yang ditentukan oleh Allah untuk diturunkan setiap tahunnya,
5
Yusron Masduki, ‘Sejarah Turunnya Al-Qur’an Penuh Fenomenal (Muatan Nilai-Nilai Psikologi
Dalam Pendidikan)’, Medina-Te : Jurnal Studi Islam, 13.1 (2017), 39–50
<https://doi.org/10.19109/medinate.v13i1.1541>.
7
dan jumlah untuk satu tahun penuh itu kemudian diturunkan secara
berangsur- angsur kepada Rasulullah SAW.
4.) Ada juga sebagian ulama yang berpandangan bahwa Al-Quran turun pertama-
tama secara berangsur-angsur ke Lauh al-mahfuz, kemudian diturunkan secara
sekaligus ke Bait al-‘Izzah. Dan setelah itu, turun sedikit demi sedikit.6
Mengenai surat atau ayat al-Qur’an yang pertama kali diturunkan kepada
Rasulullah saw. ada beberapa pendapat:
1. Bahwa yang pertama kali diturunkan adalah surat al-‘Alaq; dalam satu
riwayat dinyatakan ayat 1-3, dan dalam beberapa riwayat lain ayat 1-5.
Pendapat ini didasarkan pada hadits ‘Aisyah: Permulaan wahyu Rasulullah
saw. telah terjadi dalam bentuk mimpi yang benar dalam tidur beliau.
Beliau mendapatkan mimpi tersebut sebagaimana munculnya keheningan
fajar subuh yang menyebabkan beliau suka menyendiri. Beliau biasanya
menyendiri di gua Hira'. Di sana beliau menghabiskan beberapa malam
6
M.Th.I. Yunan, Muhammad Yunan, S.Th.I., ‘Nuzulul Qur’an Dan Asbabun Nuzul’, Al-Mutsla,
2.1 (2020), 46–50 <https://doi.org/10.46870/almutsla.v2i1.49>.
8
untuk beribadah dengan mengabdikan diri kepada Allah SWT. sebelum
kembali ke rumah. Untuk tujuan tersebut beliau membawa sedikit bekal.
Setelah beberapa hari berada di sana, beliau pulang kepada Khadijah,
mengambil bekal untuk beberapa malam. Keadaan ini terus berlanjut
sehingga beliau didatangi wahyu ketika beliau berada di gua Hira'. Wahyu
tersebut disampaikan oleh Malaikat Jibril a.s dengan berkata: Bacalah
wahai Muhammad! Beliau bersabda: Aku tidak bisa membaca. Rasulullah
saw. bersabda: Malaikat itu kemudian memegang aku lalu memelukku
erat-erat sehingga aku pulih dari ketakutan. Kemudian Malaikat itu
melepasku dengan berkata: Bacalah wahai Muhammad! Beliau sekali lagi
bersabda: Aku tidak bisa membaca. Rasulullah saw. bersabda: Malaikat itu
kemudian memegang aku untuk kedua kalinya lalu memelukku erat-erat
sehingga aku pulih dari ketakutan. Malaikat itu seterusnya melepasku
dengan berkata: Bacalah wahai Muhammad! Beliau bersabda: Aku tidak
bisa membaca. Rasulullah saw. bersabda: Malaikat itu kemudian
memegang aku untuk ketiga kalinya serta memelukku erat-erat sehingga
aku kembali pulih dari ketakutan. Kemudian Malaikat itu melepaskan aku
dan membaca firman Allah Yang artinya: Bacalah wahai Muhammad
dengan nama Tuhanmu yang menciptakan sekalian makhluk. Dia
menciptakan manusia dari seketul darah beku, bacalah dan Tuhan mu
Yang Maha Pemurah yang mengajar manusia melalui pen dan tulisan. Dia
mengajar manusia apa yang tidak diketahui.
2. Bahwa yang pertama kali diturunkan adalah surat al - Mudatstsir.
Pendapat ini didasarkan pada hadits riwayatJâbir, yang menyatakan: Aku
tidak akan menyampaikan kepadamu kecuali apa yang telah disampaikan
kepada kami oleh Rasulullah saw. Beliau bersabda: Aku telah tinggal
mengasingkan diri digua Hira’, maka ketika aku telah menyelesaikan
pengasinganku, aku turun (dari gua itu), tiba- tiba aku dipanggil. yang
menyatakan: Aku tidak akan menyampaikan kepadamu kecuali apa yang
telah disampaikan kepada kami oleh Rasulullah saw. Beliau bersabda: Aku
telah tinggal mengasingkan diri digua Hira’, maka ketika aku telah
menyelesaikan pengasinganku, aku turun (dari gua itu), tiba- tiba aku
9
dipanggil. Aku lalu melihat ke sebelah kananku, namun tidak melihat apa-
apa, dan aku pun melihat ke sebelah kiriku, namunjuga tidak melihat apa-
apa. Aku kemudian menoleh ke belakangku, namunjuga tidak melihat apa-
apa, lalu aku angkat kepalaku, tiba -tiba saya melihat sesuatu. Aku datangi
Khadijah, dan aku katakan ke p a da n y a : Selimutilah aku, dan
guyurkanlah air dingin kepadaku. Beliau pun menceritakan: Mereka pun
menyelimutiku, dan mengguyurku dengan air dingin, lalu beliau bersabda:
Maka,turunlah yang artinya: wahai orang berselimut, bangunlah dan
sampaikanlah peringatan (dari Tuhanmu), dan kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu bertakbir.
3. Bahwa yang pertama kali diturunkan adalah al-Fâtihah: Ini didasarkan
pada hadits yang diriwayatkan oleh al-Bayhaqî.
4. Bahwa yang pertama kali diturunkan adalah bismillahirrohmanirrohim
Perbedaan pendapat ini telah dijawab oleh para ulama’ dengan beberapa
jawaban, yang paling populer adalah: Pertama bahwa yang dimaksud dengan
“awal” atau “permulaan” dalam hadits Jâbir adalah permulaan dalam hal tertentu,
artinya bukan yang benar-benar pertama kali diturunkan kepada Rasul, melainkan
ayat yang pertama kali diturunkan sebagai perintah untuk memberikan peringatan.
Dengan kata lain, surat al-Mudatstsir merupakan yang pertama kali diturunkan
kepada Muhammad saw. sebagai Rasul, sedangkan yang pertama kali diturunkan
kepada beliau saw. sebagai Nabi adalah surat al-‘Alaq.
Kedua bahwa yang dimaksud oleh Jâbir sebagai ayat yang pertama kali
diturunkan adalah yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi saw. secara lengkap.
Ini juga tidak bertentangan dengan realitas surat al-‘Alaq sebagai yang pertama
kali diturunkan secara mutlak, karena surat tersebut belum diturunkan secara
lengkap. Ini dikuatkan dengan hadits Jabir yang lain tentang jeda wahyu (fatrah
al-wahy) , yang menyebut surat al- Mudatsitsir. Dari kalimat yang menyatakan:
almalik al- ladzîja’ânî bihirâ’ (malaikat yang mendatangiku di gua Hira’) dalam
hadits tersebut, membuktikan bahwa kisah ini lebih akhir dibanding dengan kisah
turunnya surat al-‘Alaq di gua Hira’. Ini merupakan jawaban yang paling tepat, di
lihat dari sisi dalil.
10
Ketiga sebagian ulama’ --sebut saja al-Kirmâni - -menyatakan, bahwa Jâbir
menyatakan demikian berdasarkan ijtihadnya, bukan berdasarkan periwayatannya,
sehingga apa yang dinyatakan Jâbir harus dikalahkan dengan hadits yang
diriwayatkan oleh ‘Aisyah. Ini juga merupakan jawaban yang baik.
Keempat mengenai pendapat yang ketiga telah dijawab oleh para ulama’
dengan menyatakan, bahwa hadits yang dikeluarkan oleh al-Bayhaqi tersebut
adalah hadits Mursal, atau ada kemungkinkan berisi informasi mengenai turunnya
surat tersebut setelah surat al-‘Alaq diturunkan kepada beliau. Kelima pendapat
yang keempat telah dibantah oleh asSuyûthi, dengan menyatakan bahwa
pandangan tersebut tidak bisa dianggap sebagai pendapat yang kuat, karena tiap
turunnya ayat pasti selalu disertai dengan bismillâh. Jadi, bismillâh bukanlah surat
atau ayat tersendiri yang diturunkan kepada Rasulullah saw.
Dengan demikian, pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang pertama,
yang menyatakan bahwa surat al-‘Alaq merupakan yang pertama kali diturunkan
kepada Rasulullah saw. secara mutlak. 7
7
Studi Al-qur, ‘Studi Al-Qur’an Masdudi’. Cirebon:Nurjati Press, 2016, Hal.71-74
11
4. Mengetahui sebab turunnya ayat adalah cara terbaik untuk memahami Al-Qur’an
dan mneyingkap kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak dapat
ditafsirkan tanpa pengetahuan sebab turunNya.
5. Sebab turunnya ayat dapat menerangkan tentang kepada siapa ayat itu diturunkan
sehingga ayat tersebut tidak diterapkan kepada orang lain karena dorongan
permusuhan dan perselisihan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asbabun Nuzul ialah suatu peristiwa yang menyebabkan turunnya suatu
ayat dimana ayat tersebut menjadi sebuah penjelas terhadap peristiwa yang
terjadi. Baik peristiwa tersebut berupa sebuah kejadian maupun berupa sebuah
pertanyaan yang diajukan kepada nabi.
3.2 Saran
Demikian penyusunan makalah ini disusun, kami menyadari akan
banyaknya kekurangan dan kelemahan pada karya tulis ini, oleh karena itu
pemakalah berharap agar ada kritik, saran atau masukan yang sifatnya
membangun untuk perbaikan makalah ini. Mohon maaf jika sekiranya apa
yang disajikan oleh pemakalah, terdapat kekurangan dan kekeliruan
didalamnya.
13
Daftar Pustaka
Ahmad, S. (2018). ASBAB NUZUL (Urgensi dan Fungsinya Dalam Penafsiran
Ayat Al-Qur`An). EL-AFKAR : Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Tafsir
Hadis, 7(2), 95. https://doi.org/10.29300/jpkth.v7i2.1604
Ahmad Zaini. (2014). Asbbab an-Nuzul dan Urgensinya dalam memahami al-
Quran. Hermeunetik, 8(1), 1–20.
Al-Qaththan, S. M. (2004). Pengantar Studi Ilmu Al-Quran by Syaikh Manna Al-
Qaththan (z-lib.org).pdf (pp. 419–421).
Al-qur, S. (n.d.). Studi Al-Qur’an Masdudi.
Masduki, Y. (2017). Sejarah Turunnya Al-Qur’an Penuh Fenomenal (Muatan
Nilai-Nilai Psikologi Dalam Pendidikan). Medina-Te : Jurnal Studi Islam,
13(1), 39–50. https://doi.org/10.19109/medinate.v13i1.1541
Rohman, M. F., Drajat, P. S., Timur, J., Drajat, P. S., & Timur, J. (2022). Urgensi
Asbab an-Nuzul Dalam Penafsiran Ayat-Ayat Al- Qur ’ an. 17(01), 53–61.
Yunan, Muhammad Yunan, S.Th.I., M. T. I. (2020). Nuzulul Qur’an dan Asbabun
Nuzul. Al-Mutsla, 2(1), 46–50. https://doi.org/10.46870/almutsla.v2i1.49
14