Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASBABUN NUZUL AL-QURAN

Makalah Ini Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Al-quran dan Hadits
Dosen Pengampu Dr. Aisma Maulasa M. Th

Disusun Oleh Kelompok 5


UBAY ANAS MAHMUD
NIM 232032023

ELISSANDRA M.LIMBOTU
NIM 2320032020

FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM PIDAM ISLAM
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO 2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Khitbah, peminangan serta kafa’ah”. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih jelas mengenai hal tersebut.
Kami segenap yang menyusun makalah ini ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Kami juga
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat pada umumnya.
Akhir kata, kami memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan makalah
ini, dan menerima saran serta kritik yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan
datang.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asbabun nuzul merujuk pada sebab-sebab atau keadaan yang memicu penurunan ayat-ayat
Alqur'an, yang dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang maksud dan tujuan
di balik wahyu-wahyu tersebut. Pada masa penurunan Alqur'an, masyarakat Arab pada umumnya
hidup dalam keadaan yang penuh dengan konflik dan peperangan suku. Persaingan politik,
pertumpahan darah, dan konflik kepentingan ekonomi merupakan ciri khas zaman tersebut. Oleh
karena itu, beberapa ayat Alqur'an diturunkan sebagai panduan dan petunjuk bagi Nabi
Muhammad dan umat Muslim dalam menghadapi situasi-situasi tersebut. Sebagian besar ayat-
ayat Alqur'an diturunkan sebagai jawaban terhadap pertanyaan atau tuntutan dari masyarakat
Arab pada saat itu. Masyarakat Arab memiliki beragam keyakinan, praktik keagamaan, dan adat
istiadat yang berbeda. Ayat-ayat Alqur'an diturunkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tentang kehidupan, moralitas, ibadah, dan masalah sosial yang muncul pada masa itu.

Asbabun nuzul juga terkait dengan peristiwa-peristiwa sejarah yang melibatkan Nabi
Muhammad dan komunitas Muslim pada masa itu. Misalnya, penindasan dan persekusi terhadap
umat Muslim oleh oposisi di Makkah, perang-perang yang terjadi antara Muslim dan non-
Muslim, serta peristiwa-peristiwa penting seperti Perjanjian Hudaibiyah. Ayat-ayat Alqur'an
diturunkan sebagai respons terhadap peristiwa-peristiwa ini dan memberikan petunjuk kepada
Nabi dan para pengikutnya. Asbabun nuzul juga berkaitan dengan hubungan antara Islam dan
komunitas non-Muslim pada masa itu. Pada saat Alqur'an diturunkan, terdapat interaksi yang
kompleks antara Muslim dengan Yahudi, Kristen, dan masyarakat Arab pagan. Ayat-ayat
Alqur'an diturunkan untuk memberikan pedoman tentang bagaimana berinteraksi dengan
komunitas non-Muslim, menghadapi tantangan intelektual mereka, dan menjembatani perbedaan
keyakinan. Pemahaman asbabun nuzul membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Alqur'an dengan
benar. Dalam beberapa kasus, pemahaman konteks historis dapat mengungkapkan dimensi yang
lebih dalam dari ayat-ayat tersebut dan membantu menghindari kesalahpahaman atau penafsiran
yang keliru. Oleh karena itu, mempelajari latar belakang asbabun nuzul sangat penting bagi para
penafsir Alqur'an dan umat Muslim secara umum.

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan asbabun nuzul al-qur’an?
2) Apa saja macam-macam asbabun nuzul?
3) Apa saja kaidah dan kegunaan dari asbabun nuzul?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian asbabun nuzul Al-qur’an


Menurut bahasa (etimologi), asbabun nuzul berarti turunnya ayat-ayat Al-Qur'an dari kata "
asbab " jamak dari " sababa " yang artinya sebab-sebab, nuzul yang artinya turun. Yang
dimaksud di sini adalah ayat Al-Qur'an. Asbabun nuzul adalah suatu peristiwa atau apa saja yang
menyebabkan turunnya ayat-ayat Al-Qur'an baik secara langsung atau tidak langsung. Secara
garis besarnya, sepanjang kenabian Muhammad Saw., paling tidak ada 2 pembagian asbabun
nuzul (sebab turunnya) Al-Qur'an. Pertama, dikatakan bahwa ada sebagian besar Al-Qur'an ini
yang turunnya ibtida'i artinya turun tanpa sebab. Jenis yang kedua, dimana Al-Qur'an itu turun
berdasarkan satu sebab, nuzul bi sabab.1
Beberapa ulama yang memberikan pengertian asbabun-nuzul, di antaranya adalah:
a. Jalaluddin as-Suyutiy, yang menyatakan bahwa asbabun nuzul ialah sesuatu yang terjadi
pada waktu atau masa tertentu dan menjadi penyebab turunnya satu atau beberapa ayat Al-
Quran.2
b. Abdul Azim az-Zarqaniy, yang mengatakan bahwa asbabun- nuzul adalah sesuatu yang
terjadi pada waktu atau masa tertentu dan menjadi penyebab turun satu atau beberapa ayat
Al-Quran sebagai penjelasan kandungan dan penjelasan hukum terkait sesuatu tersebut.
Pengertian serupa juga di- kemukakan oleh Muhammad Abu Syuhbah.3
c. Manna Khalil al-Qattan, yang mengungkapkan bahwa as- babun nuzul yaitu sesuatu, baik
berupa peristiwa maupun pertanyaan, yang terjadi pada waktu atau masa tertentu, dan
menjadi penyebab turunnya Al-Quran.4

B. Macam-macam Asbabun Nuzul


Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbahan-au dapat dibagi kepada
1
Kuswoyo, Pengantar Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, hal. 38.
2
Lajnan Pantashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kemenag, Buku Pintar Asbabun-nuzul: Mengerti
Cerita Dan Latar Belakang Turunnya Ayat-ayat Al-Qur’an, hal. 7
3
Ibid., hal. 8
4
Ibid.
1. Ta'addud al-Asbab wa al-Nazil Walid Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi misalnya
turunnya QS. al-Ikhlas: 1-4, yang Artinya: dengan Dia." Ayat-ayat yang terdapat pada surah di
atas turun sebagai tanggapan terhadap orang-orang musyrik Makkah sebelum Nabi hijrah, dan
terhadap kaum ahli (peliharalah) shalat unusta. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan
khusy" Ayat di atas menurut riwayat diturunkan berkaitan dengan beberapa sebab berikut:
turunnya satu ayat atau wahyu. Terkadang wahyu turun untuk menanggapi beberapa peristiwa
atau sebab, "Katakanlah, "Dia-lah Allah, yang Maha Esa". Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Tiada berada beranak dan tiada pula di peranakkan.
Dan tiada seoarang pun yang setara dengan kitab yang ditemui di Madinah setelah hijrah.
Contoh yang lain, "Peliharalah semua shalat(mu), dan peliharalah) shalat unusta. Berdirilah
untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusy".5
2. Ta'adud an-Nazil wa al-Asbab Wahid Satu sebab yang mekatarbelakangi turunnya beberapa
ayat. Contoh: QS. ad-Dukhan (44): 10,15 dan16.
Hantaman yang keras itu terjadi di peperangan Badar dimana orang-orang musyrik dipukul
dengan sehebat-hebatnya sehingga menderita kekalahan dan banyak di antara pemimpin-
pemimpin mereka yang tewas Asbaby an-nuzul dari ayat-ayat tersebut adalah, dalam suatu
riwayat dikemukakan, ketika kaum Quraisy durhaka kepada Nabi Saw. Beliau berdo'a supaya
mereka mendapatkan kelaparan seperti kelaparan yang pernah terjadi pada zaman Nabi Yusuf.
Alhasil mereka menderita kekurangan, sampai-sampai umum mereka pun makan tulang,
sehingga turunlah (QS. ad-Dukhan (44): 10). Kemudian mereka menghadap Nabi Saw, untuk
meminta bantuan. Maka Rasulullah Saw. berdoa agar di turunkan hujan. Akhirnya hujan pun
turun, maka turunlah ayat selanjutnya (QS. ad-Dukhan (44) 15), setelah mereka memperoleh
kemewahan mereka pun kembali kepada keadaan semula (sesat dan durhaka) maka turunlah
ayat ini (QS. ad-Dukhan (44): 16) dalam riwayat tersebut dikemukakan bahwa siksaan itu akan
turun di waktu Perang Badar.6

C. Kaidah-kaidah Asbabun Nuzul


Umat muslim tidak bisa sembarangan memahami abu mal suatu ayat Al-Qur'an. Sebab hal itu
akan berpengaruh pada hasil pemahaman terhadapnya. Maka dari itu ulama telah menyepakati
kaidah asun ayat Al- Quran Kaidah abalon mul ini menjadi salah satu landasan dalam

5
Kuswoyo, Pengantar Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, hal. 39.
6
Ibid., hal. 41.
menentukan hukum dalam suatu ayat Al-Qur'an Para ulama sepakat, terdapat dua kaidah bahan
mu Kedua kaidah asbabun nuzial tersebut saling berlawanan dan digunakan sesuai dengan
konteks ayat. Dua kaidah asbabun nuzul tersebut ialah
1. Kaidah asbabun nuzul yang pertama ialah memahami ayat Al-Qur'an berdasarkan lafadznya
yang umum, bukan karena kekhususan sebab turunnya. Kaidah esbabun nuzul yang pertama ini,
membuat ayat Al-Qur'an terjadi setelahnya. Kaidah asbabun nuzul yang pertama ini membuat
ayat Al-Qur'an tidak terikat dengan pelaku kejadian yang melatarbelakang penurunannya.
Melainkan kaidah asbabun nuzul yang pertama ini Qur'an berlaku secara umum. Serta bisa
menjadi landasan hukum atas kejadian-kejadian serupa yang berlaku kepada siapa pun dan
dimana pun manusia berada selama kejadiannya masih berkaitan dengan keumuman ayat
tersebut. Kaidah asabun mazul yang pertama ini menegaskan bahwa pengambilan hukum
mengacu kepada keumuman lafadz Al-Qur'an bukan pada kekhususan kejadian yang
melatarbelakanginya. Menurut kaidah ababu zal yang pertama ini. kejadian yang
melatarbelakangi turunnya ayat hanyalah suatu isyarat.7
2. Kaidah asbabun nuzul yang kedua ialah memahami ayat Al-Qur'an berdasarkan sebab-sebab
penurunannya yang bersifat khusus, bukan lafadanya yang bersifat umum. Kaidah asbabun nuzul
yang kedua ini berbanding terbalik dengan kaidah asbabun nuzul yang telah dijelaskan pada poin
sebelumnya.
Berdasarkan riwayat Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dan Imam Nasal dari Ibnu Umar, ia
mengatakan, Dahulu Nabi Muhammad melaksanakan salat sunnah di atas unta ke mana pun arah
unta tersebut berjalan. Suatu hari Nabi Muhammad datang dari Mekah menuju Madinah,
kemudian Ibnu Umar membaca ayat al-Baqarah ayat 115, Nabi Muhammad berkata bahwa ayat
ini turun sebab permasalahan tersebut. Jika surah al-Baqarah ayat 115 ini dipahami
menggunakan kaidah asabun mazul yang pertama maka akan terjadi kerancuan. Ketika
memahami surah al-Baqarah ayat 115 tersebut menggunakan kaidah asabun nazul yang pertama,
maka setiap muslim diperbolehkan untuk melaksanakan salat menghadap ke arah manapun. Hal
ini bertentangan dengan Al-Qur'an surah al-Baqarah ayat 149.
Seperti itulah penerapan kaidah asbabun nuzul menyesuaikan dengan lafadz yang bersifat umum
serta kokhususan sebab turunnya ayat Sehingga perbedaan penggunaan kaidah sabun nuzul

7
Ibid., hal. 43
tersebut dapat dipahami sebagai kekayaan khazanah keilmuan Islam. Tidak semata dilihat
sebagai sesuatu yang normatif, melihat segala sesuatu dari sisi salah dan benar.8
Persoalan penting dalam pembahasan asbabun nuzul, jika terjadi satu pertanyaan, kemudian
satu ayat turun untuk memberikan penjelasan atau jawabannya, tetapi ungkapan ayat tersebut
menggunakan redaksi amm (umum) hingga memiliki cakapan yang lebih luas dan tidak terbatas
pada kasus pertanyaan itu. Apakah ayat tersebut harus dipahami dari keumuman lafazh ataukah
dari sebab khusus (spesifik) itu. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa yang harus menjadi
pertimbangan adalah keumuman lafaz dan bukan pada kekhususan sebab at ibrab bi womenum
al-lafdai la bi ‫ العبرة بعموم اللفظ ال بخصوص السبب‬. khususas-sabah. As-Suyuthi, memberikan alasan
bahwa itulah yang dilakukan oleh para sahabat golongan lain. Hal ini dibuktikan ketika turun
ayat gibar dalam kasus Salman Ibn Shakhar, ayat l'an dalam perkara Hilal Ibn Umayyah, dan
ayat qadgaf dalam kasus tuduhan terhadap Aisyah. Penyelesaian terhadap kasus tersebut ternyata
juga diterapkan terhadap peristiwa lain yang serupa. Zamakhsyari dalam menafsirkan surat al-
Humazah mengemukakan bahwa surat ini diturunkan karena sebab khusus, namun ancaman
hukum yang tercakup di dalamnya berlaku umum, mencakup semua orang yang berbuat
kejahatan yang disebutkan.9

D. Kegunaan Asbabun Nuzul


Asbabun-nuzul memiliki arti yang sangat penting dalam - menafsirkan Al-Qur'an. Seseorang
tidak akan mencapai pengertian atau pengetahuan yang baik jika tidak memahami riwayat asahan
suatu ayat. Pemaham mengenai asbabun nuzul ini sangat penting untuk membantu dalam
memahami konteks turunnya salatu ayat Hal ini sangat penting juga agar seseorang bisa
menerapkan ayat-ayat pada kasus dan kesempatan yang berbeda dalam kehidupannya. Peluang
akan terjadinya kekeliruan juga terbuka lebar apabila seseorang mengabaikan riwayat turunnya
suatu ayat atau asub an mini Sehingga shah an-tal memiliki beberapa fungsi atau kegunaan di
antaranya adalah sebagai berikut 10

1. Pengetahuan tentang ashab an mind akan membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan
tujuan Allah secara khusus mensyariatkan agama-Nya melalui Al- Qur'an Pengetahuan yang
demikian akan memberi manfaat baik bagi orang mukmin maupun nonmukmin. Orang mukmin

8
Ibid., hal. 45
9
Dr. Lalu Muhammad Nurul Wathoni, M.Pd.I, Kuliah Al-qur’an: kajian Al-qur’an dalam teks dan konteks, hal. 127.
10
Kuswoyo, Pengantar Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, hal. 47
akan bertambah keimanannya dan memiliki hasrat yang kuat untuk menerapkan hukum Allah
serta mengamalkan kitabnya Sebagai contoh. adalah syariat tentang pengharaman minuman
keras Pengharaman minuman keras ini berlangsung melalui empat laban. Tahan rutama Allah
mengharamkan seseorang dapat menentukan apakah ayat tersebut mengandung pesan khusus
atau umum dan dalam keadaan bagaimana ayat itu harus diterapkan.11

2. Adanya asbab an-nuzul ini dapat menegaskan bahwa kandungan atau ajaran Al-Qur'an tidak
akan pernah usang ditelan zaman. Al-Qur'an akan selalu hidup dan dapat diterapkan sepanjang
waktu dengan tetap mengacu pada ide moral Al-Qur'an.12

3. Dengan adanya asbab an-nuzul ini dapat diketahui turunnya suatu ayat secara tepat. Sehingga
tidak terjadi kesamaran atau keraguan yang bisa menimbulkan kesalahan pada penetapan suatu
hukum.13

4. Pengetahuan tentang asbab an-nuzul akan mempermudah orang yang menghafal serta
memahami pola turunnya ayat-ayat Al-Qur'an, baik dari segi sebab turunnya suatu ayat, yang
meliputi hubungan hukum dengan waktu dan tempat peristiwa itu berlangsung. Pengetahuan
tentang asbab an-nuzul juga akan memperkuat keberadaan wahyu Allah dalam ingatan yang
mendengarnya jika mengetahui sebab turunnya. Semua ini akan mampu meningkatkan
pemahaman secara utuh terhadap ayat Al-Qur'an.

Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap pesan


yang terkandung salam ayat-ayat Al-Qur'an. Serta untuk mengetahui hikmah disyariatkannya
suatu hukum.14

11
Ibid., hal. 48
12
Ibid. Hal. 49
13
Ibid.
14
Ibid.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
asbabun nuzul memperjelas maksud dan tujuan di balik wahyu-wahyu Alqur'an. Dengan
mengetahui keadaan dan situasi saat ayat-ayat diturunkan, kita dapat memahami konteks spesifik
di mana petunjuk dan hukum-hukum tersebut diberikan. Hal ini membantu kita mengaplikasikan
ajaran-ajaran Alqur'an dengan relevan dalam berbagai konteks zaman dan tempat. Pemahaman
asbabun nuzul membantu kita memahami peran Alqur'an sebagai petunjuk hidup yang dinamis.
Wahyu-wahyu tersebut tidak hanya berlaku pada masa lalu, tetapi juga memberikan arahan yang
relevan dan berkelanjutan bagi umat Muslim saat ini. Dengan mengetahui sebab-sebab
penurunan ayat-ayat, kita dapat mengaitkan ajaran-ajaran Alqur'an dengan kondisi dan
permasalahan kontemporer.

Asbabun nuzul menyoroti interaksi antara Islam dan masyarakat sekitarnya pada masa itu.
Ayat-ayat Alqur'an merespons situasi sosial, politik, dan budaya yang kompleks pada saat
penurunan wahyu. Dengan memahami konteks ini, kita dapat menghargai upaya Alqur'an dalam
menghadapi tantangan dan memberikan pedoman bagi umat Muslim dalam berinteraksi dengan
masyarakat pluralistik. Pemahaman asbabun nuzul membantu menghindari kesalahpahaman dan
interpretasi yang keliru terhadap ayat-ayat Alqur'an. Dalam beberapa kasus, ayat-ayat tersebut
mungkin tampak ambigu atau tidak jelas jika tidak memahami latar belakangnya. Dengan
memperhatikan sebab-sebab penurunan, kita dapat menghindari penafsiran yang salah dan
memahami niat sebenarnya di balik kata-kata yang diwahyukan.

pemahaman asbabun nuzul menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, memperkaya
dan memperdalam pemahaman kita tentang Alqur'an sebagai kitab suci. Dengan mengaitkan
wahyu-wahyu tersebut dengan konteks sejarah, kita dapat merasakan kedekatan dengan Nabi
Muhammad dan para sahabatnya, serta mengambil inspirasi dari tantangan dan perjuangan yang
mereka hadapi.
DAFTAR PUSTAKA

Kuswoyo, Pengantar Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Penerbit: NEM (18 Oktober 2021).

Lajnan Pantashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kemenag, Buku Pintar
Asbabun-nuzul: Mengerti Cerita Dan Latar Belakang Turunnya Ayat-ayat Al-Qur’an. Penerbit:
Lentera hati.
Dr. Lalu Muhammad Nurul Wathoni, M.Pd.I, Kuliah Al-qur’an: kajian Al-qur’an dalam teks
dan konteks. Penerbit: Sanabil (September 2021).

Anda mungkin juga menyukai