Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASBABUN NUZUL QUR’AN


(Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Al-Qur’an Hadits)
Dosen Pengampu:

Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya dengan sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca.
Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
baik secara teknis maupun materi mengingat minimnya kemampuan yang
dimiliki. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
dibutuhkan demi penyempurnaan makalah ini. Penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan
setimpal kepada mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua
bantuan itu sebagai ibadah. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Bandar Lampung, 24 Oktober 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 4


B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbab Al Nuzul ......................................................... 5


B. Macam-macam Asbab Al Nuzul ................................................. 6
C. Kaidah Kaidah Asbab Al Nuzul .................................................. 9
D. Dugaan Asbab Al Nuzul ............................................................. 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 13


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imu asbâl an-nuzûl termasuk di antara ilmu-ilmu penting. Ilmu ini
memunjukkan dan menyingkapkan hubungan dan dialektika antara teks
dengan realitas, Jika kritikus sastra memandang hubungan antara teks-
teks sastra dengan realitas melalui konsep " mimetik" atau "imitasi",
kripsi", dan "lustrasi" maka ilmu asbab an-nuztil menyodorkan kepada
kita sebuah konsep yang berbed a mengenai hubungan teks dengan
realitas, jika konsep-konsep kritik sastra mengenai "mimetik" dalam
formulasi filo-sofisnya- dipengaruhi olen model tradisi Yunani setelah
tradisi tersebut dinterpretasi kembali agar seswai dengan realitas teks-
teks/Arab malaina) Webib an uzill membekali kita mater bar yang
memandang (turunaya) instsebagal respons atas realias, baiz dengan cara'
menguatanalaupas dengan realitas. nipat dan menegaskan hubungan "
dialogis” dan “dialekuk"'antara teks dengan realitas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat kita temukan rumusan
masalah dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Asbab Al Nuzul ?
2. Apa Saja Macam Macam Asbab Al Nuzul ?
3. Apa Kaidah Kaidah Asbab Al Nuzul ?
4. Apa Dugaan Asbab Al Nuzul ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Memahami Pengertian Asbab Al Nuzul.
2. Untuk Memahami Macam Macam Asbab Al Nuzul.
3. Untuk Memahami Kaidah Kaidah Asbab Al Nuzul.
4. Untuk Memahami Dugaan Asbab Asbab Al Nuzul.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbab Al Nuzul


Ungkapan asbab an-nuzul merupakan bentukidhafah dari kata“asbab” dan
“nuzul”, Secara etimologi, asbab an-nuzul adalah sebab-sebab yang
melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Meskipun segala fenomena yang
melatarbelakangi terjadinya sesuatudapat disebut asbab an-nuzul, dalam
pemakaiannya, ungkapan asbab an-nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan
sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Alquran, seperti halnya asbab
alwurud secara khusus digunakan bagi sebab terjadinya hadist.
Banyak pengertiannya terminologi yang di rumuskan oleh para ulama, di antaranya:
1. Menurut Az-zarqoni: Asbab an-nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang
terjadi serta hubungan dengan turunnya ayat al-qur’an yang berfungsi
sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi”.
2. Ash-shabuni: asbab an-nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang
menyebabkan turunnya satu ayat atau beberapa ayat mulai yang
berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan
yang diajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan
agama”.
3. Subhi shalih: asbab an-nuzul adalah suatu yang menjadi sebab turunnya satu
atau beberapa ayat al-qur’an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa,
sebagai respon atasnya atau penjelas terhadap hukum-hukum ketika
peristiwa itu terjadi”.
4. Mana’ Al-Qaththan: asbab an-nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang
menyebabkan turunnya al-qur’an, berkenaan dengannya waktu peristiwa itu
terjadi, baik berupa kejadian atau pertanyaan yang diajukan kepada nabi”.
Kendatipun redaksi pendifinisian di atas sedikit berbeda, semuanya
menyimpulkan bahwa asbab an-nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya ayat al-qur’an, dalam rangka menjawab,
menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari
kejadian tersebut.
Asbab an-nuzul merupakan bahan sejarah yang dapat di pakai untuk
memberikan keterangan terhadap turunnya ayat Al-qur’an dan memberinya
konteks dalam memahami perintah-perintahnya. Sudah tentu bahan-bahan
ini hanya melingkupi peristiwa pada masa al-qur’an masih turun (ashr at-
tanzil)1.
Bentuk-bentuk peristiwa yang melatarbelakangi turunnya al-qur’an
itu sangat beragam, diantaranya berupa konflik sosial, seperti ketegangan
yang terjadi diantara suku Aus dan suku khazraj ; kesalahan besar, seperti
kasus seorang sahabat yang mengimani shalat dalam keadaan mabuk; dan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada
nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang, atau yang
akan rerjadi. Persoalan mengenai apakah seluruh ayat al-qur’an memiliki
asbab annuzul atau tidak, ternyata telah menjadi bahan kontroversi diantara
para ulama.
Sebagian ulama berpendapat bahwa tidak semua ayat al-qur’an
memiliki asbab an-nuzul. Oleh sebab itu, ada ayat al-qur’an yang diturunkan
tanpa ada yang melatar belakanginya (ibtida’), dan sebagian lainnuya
diturunkan dengan di latarbelakangi oleh sesuatu peristiwa (ghair ibtida’).
Pendapat tersebut hampir menjadi kesepakatan para ulama.
Akan tetapi sebagian berpendapat bahwa kesejarahan arabia pra-
qur’an pada masa turunnya al-qur’an merupakan latar belakang makro al-
qur’an, sedangkan riwayat-riwayat asbab an-nuzul merupakan latar
belakang mikronya.Pendapat ini berarti menganggap bahwa semua ayat Al-
quran memiliki sebab-sebab yang melatar belakanginya.

B. Macam-macam Asbab Al Nuzul


Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbab an-nuzul dapat dibagi
kepada:
1. Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid Beberapa sebab yang hanya
melatar belakangi turunnya satu ayat/ wahyu. Terkadang wahyu turun
untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab2, misalnya turunnya

1
Rosihon Anwar, Ulumul Quran (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 61.
2
Muhammad Ali Ash-shaabuuniy, At-Tibyaan Fii Uluumil Qur’an, Alih Bahasa oleh. Aminuddin,
Studi Ilmu al-Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 52.
Q.S. Al-Ikhlas: 1-4, yang berbunyi:

Artinya: “Katakanlah:”Dia-lah Allah, yang maha Esa. Allah adalah


tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Tiada berada
beranak dan tiada pula di peranakkan. Dan tiada seoarangpun yang
setara dengan dengan dia.
Ayat-ayat yang terdapat pada surat di atas turun sebagai tanggapan
terhadap orang-orang musyrik makkah sebelum nabi hijrah, dan
terhadap kaum ahli kitab yang ditemui di madinah setelah hijrah.
Contoh yang lain: “peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharah)
shalat wustha. Berdirilah untuk Allah(dalam shalatmu) dengan
khusyu’. Ayat di atas menurut riwayat diturunkan berkaitan dengan
beberapa sebab berikut:
a. Dalam sustu riwayat dikemukakan bahwa nabi saw. Shalat dzuhur
di waktu hari yang sangat panas. Shalat seperti ini sangat berat
dirasakan oleh para sahabat. Maka turunnlah ayat tersebut di atas.
(HR. Ahmad, bukhari, abu daud).
b. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa nabi saw.. Shalat dzuhur
di waktu yang sangat panas. Di belakang rasulullah tidak lebih dari
satu atau dua saf saja yang mengikutinya. Kebanyakan diantara
mereka sedang tidur siang, adapula yang sedang sibuk berdagang.
Maka turunlah ayat tersebut diatas (HR.ahmad, an-nasa’i, ibnu
jarir).
c. Dalam riwayat lain dikemukakan pada zaman rasulullah SAW. Ada
orangorang yang suka bercakap-cakap dengan kawan yang ada di
sampingnya saat meraka shalat. Maka turunlah ayat tersebut yang
memerintahkan supaya diam pada waktu sedang shalat (HR.
Bukhari muslim, tirmidhi, abu daud, nasa’i dan ibnu majah).
d. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ada orang-orang yang
bercakapcakap di waktu shalat, dan ada pula yang menyuruh
temannya menyelesaikan dulu keperluannya (di waktu sedang
shalat). Maka turunlah ayat ini yang sedang memerintahkan supaya
khusyuk ketika shalat.
2. Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahid
Satu sebab yang mekatar belakangi turunnya beberapa ayat. Contoh:
Q.S. Ad-dukhan/44: 10,15 dan16, yang berbunyi:

Artinya: maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang


nyata.

Artinya: “sesungguhnya (kalau) kami akan melenyapkan siksaan


itu agak sedikit sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar)”.

Artinya:“(ingatlah) hari (ketika) kami menghantam mereka dengan


hantaman yang keras. Sesungguhnya kami memberi balasan”.
Asbab an-nuzul dari ayat-ayat tersebut adalah; dalam suatu riwayat
dikemukakan, ketika kaum Quraisy durhaka kepada nabi saw..
Beliau berdo’a supaya mereka mendapatkan kelaparan umum seperti
kelaparan yang pernah terjadi pada zaman nabi yusuf. Alhasil
mereka menderita kekurangan, sampaisampai merekapun makan
tulang, sehingga turunlah (QS. Ad-dukhan/44: 10). Kemudian
mereka menghadap nabi saw untuk meminta bantuan. Maka
rasulullah saw berdo’a agar di turunkan hujan. Akhirnya hujanpun
turun, maka turunnlah ayat selanjutnya (QS. Ad-dukhan/44: 15),
namun setelah mereka memperoleh kemewahan merekapun kembali
kepada keadaan semula (sesat dan durhaka) maka turunlah ayat ini
(QS. Ad-dukhan/44: 16) dalam riwayat tersebut dikemukakan
bahwa siksaan itu akan turun di waktu perang badar.
C. Kaidah Kaidah Asbab Al Nuzul
Dalam pergaulatan menentukan makna Al-Quran melalui kajian asbabun
nuzul, dalam praktiknya paling tidak ada dua kaidah yang berkembang.
Kedua kaidah tersebut adalah Al-ibratu Bi ‘umumil lafaz la bikhushush al-
sabab dan Al-Ibratu bikhushush al-sabab la bi ‘umumil lafaz3.
a. Kaidah Al-Ibratu Bi ‘umumil Lafaz La Bikhushush al Sabab Kaidah
ini adalah kaidah dasar yang digunakan untuk memahami Al-
Quran. Hal ini karena Al-Qur’an sekalipun pewahyuannya
disampaikan hanya kepada Nabi Muhammad saw, akan tetapi
pembentukannya adalah untuk semua manusia. Oleh karenanya,
semua ayat-ayat Al-Quran pada dasarnya adalah ditunjukan kepada
(berlaku untuk) semua manusia. Sehingga dengan ini muncul lah
kaidah Al-Ibratu Bi ‘Umumil Lafaz la Bikhushush al-sabab. Kaidah
ini dapat diartikan dengan sebuah ketetapan hukum (‘ibrah) itu
didasarkan pada keumuman lafaz bukan pada kekhususan sebab.
Dengan kaidah ini sebuah ayat dipahami berdasar redaksinya yang
umum sekalipun dilatarbelakangi oleh sebab yang khusus, sehingga
makna dari ayat tersebut tetap berlaku untuk semuanya, atau dengan
kata lain. Subjek (pelaku) pada ayat tersebut bukan dianggap
sebagai catatan hukum (yang harus dipertimbangkan). Tetapi hanya
sebagai perwakilan dari subjek-subjek lainnya (karenanya bisa
diabaikan/dibuang, kemudian diganti dengan yang lain. Dengan
kaidah al-ibratu Bi ;umumil lafadz la bikhushush al-sabab, maka ayt
diatas sekalipun sebagai respon terhadap peristiwa khusus.
b. Kaidah Al-Ibratu Bikhushush al-sabab La Bi;umumil Lafadz
Kaidah ini adalah kebalikan dari kaidah di atas, jika kaidah di atas
mendasarkan hukum pada keumuman lafadznya, maka kaidah ini
menyatakan bahwa suatu ketetapan hukum itu didasarkan pada
sebebnya yang khusus bukan pada lafadznya yang umum, sehingga
keberlakuan ayat tersebut tidak diperuntukan untuk semuanya. Oleh

3
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Materi Ulumul Quran, Studocu, 2021/2022,
https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-sunan-kalijaga-
yogyakarta/hukum-keluarga-islam-kontemporer/materi-ulumul-quran/46364110.
karena itu, kaidah ini hanya berlaku pada kasus yang spesifik , yaitu
pada ayat- ayat yang memiliki ‘illat hukum. Ayat-ayat yang
memiliki ;illat hukumnya yang spesifik. Atau dengan kata lain
keberlakuan ketetapan ayat-ayat tersebut adalah berdasar adanya
‘illat hukumnya. Untuk bisa mengetahui ayat-ayat seperti ini,
dibutuhkan kajian mendalam terhadap asbabun nuzul-nya, sehingga
diketahui ‘illat hukumnya. Hukumnya jika ‘illat nya ada, maka
hukumnya juga ada (berlaku) dan jika ‘illatnya tidak ada, maka
hukumnya juga tidak ada (berlaku). Sebagai catatan penting untuk
ayat jenis ini, tidak boleh diberlakukan kaidah yang umum
sebagaimana kaidah sebelumnya, yaitu al-ibratu bi ‘umumil lafadz
la bikhushush as- sabab.

D. Dugaan Asbab Al Nuzul


Dugaan asbab al-nuzul, juga dikenal sebagai dugaan sebab-sebab
turunnya ayat-ayat Al-Qur'an, merujuk pada upaya para ulama untuk
mencari dan menafsirkan sebab-sebab spesifik di balik turunnya ayat-
ayat Al-Qur'an. Ini melibatkan menyelidiki konteks sejarah, kejadian,
dan situasi yang mungkin mempengaruhi wahyu yang diterima oleh
Nabi Muhammad SAW.
Dalam memahami asbab al-nuzul, penting untuk diingat bahwa mereka
bukanlah bagian dari wahyu itu sendiri, melainkan upaya para ulama
untuk menjelaskan sebab di balik turunnya ayat-ayat tersebut. Beberapa
asbab al-nuzul didasarkan pada hadis-hadis yang menghubungkan ayat
dengan peristiwa atau kejadian tertentu, sementara yang lain didasarkan
pada pemahaman konteks sejarah dan lingkungan sosial pada saat itu.
Tujuan dari dugaan asbab al-nuzul adalah untuk memberikan
pemahaman yang lebih dalam tentang ayat-ayat Al-Qur'an, membantu
dalam menjelaskan hukum dan ajaran yang terkandung di dalamnya.
Namun, penting untuk diingat bahwa asbab al-nuzul bersifat dugaan
dan interpretatif, dan mungkin tidak memiliki kesepakatan mutlak di
antara para ulama. Oleh karena itu, sementara asbab al-nuzul dapat
memberikan wawasan yang berharga, mereka tidak dianggap sebagai
otoritas yang sama dengan teks Al-Qur'an itu sendiri.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari materi ini yaitu
sebagai berikut :
1. Asbab an-nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang
menyebabkan turunnya satu ayat atau beberapa ayat mulai yang
berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik
berupa pertanyaan yang diajukan kepada nabi atau kejadian
yang berkaitan dengan urusan agama.
2. Kendatipun redaksi pendifinisian di atas sedikit
berbeda, semuanya menyimpulkan bahwa asbab an-nuzul
adalah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya
ayat al-qur’an, dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian
tersebut.
3. Asbab an-nuzul merupakan bahan sejarah yang dapat di pakai
untuk memberikan keterangan terhadap turunnya ayat Al-
qur’an dan memberinya konteks dalam memahami perintah-
perintahnya. Sudah tentu bahan-bahan ini hanya melingkupi
peristiwa pada masa al-qur’an masih turun .
4. Persoalan mengenai apakah seluruh ayat al-qur’an memiliki
asbab annuzul atau tidak, ternyata telah menjadi bahan
kontroversi diantara para ulama. Sebagian ulama berpendapat
bahwa tidak semua ayat al-qur’an memiliki asbab an-
nuzul. Oleh sebab itu, ada ayat al-qur’an yang diturunkan tanpa
ada yang melatar belakanginya , dan sebagian lainnuya
diturunkan dengan di latarbelakangi oleh sesuatu
peristiwa . Akan tetapi sebagian berpendapat bahwa
kesejarahan arabia pra-qur’an pada masa turunnya al-qur’an
merupakan latar belakang makro al-qur’an.
DAFTAR PUSTAKA

Channa AW, liliek, Ulum Qur’an dan Pembelajarannya. Surabaya:


Kopertais IV Press, 2010
K. H. Shaleh, Qamaruddin, M. D. Dahlan, Dkk, Asbabun Nuzul, Bandung:
Diponegoro, 2004
Anwar, Abu, Ulumul Qur’an, Penerbit AMZAH, 2012.

Anda mungkin juga menyukai