Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KELOMPOK

MENGKAJI DAN MENDISKUSIKAN TENTANG PENGERTIAN,


MACAM-MACAM REDAKSI ASBABUN NUZUL, SERTA MANFAAT
MEMPELAJARINYA

MATA KULIAH : ULUMUL QUR’AN


DOSEN PENGAMPUH : SURIANTO.S.Pd.I.,M.Th.I

Disusun Oleh:

Hendra :12001270

Muhammad masse :12301206

Muhammad ridho hafitzah :12301177

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

TAHUN 2023 M/ 1445 H


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Mengkkaji dan mendiskusikan tentang pengertian, macam-macam redaksi azbabun nuzul,
serta manfaat mempelajarinya.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah Mengkkaji dan mendiskusikan tentang
pengertian, macam-macam redaksi azbabun nuzul, serta manfaat mempelajarinya ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

PONTIANAK , OKTOBER

KELOMPOK 3
DAFTAR Isi

COVER .............................................................................

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

A. LATAR BELAKANG .......................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH .................................................. 1
C. TUJUAN PENULISAN ............................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................... 3

A. APA ARTI ASBABUN NUZUL ? ..................... 3


B. APA MANFAAT MENGETAHUI ASBABUN NUZUL ?.......... 4
C. BAGAIMANA CARA MENGETAHUI ASBABUN NUZUL ? .... 5

PENUTUP .............................................................................................. 1

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... VI


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman

Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dengan perantara

Malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami dan diamalkan sebagai petunjuk atau

Pedoman hidup bagi umat manusia (KBBI, 2008:44). Umat Islam percaya

Bahwa Al-Qur’an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang

Diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman yang disampaikan

Kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara Malaikat Jibril.

Tujuan utama diturunkan Al-Qur’an adalah untuk menjadikan

Pedoman manusia dalam menata kehidupan supaya memperoleh

Kebahagiaan di dunia dan akherat. Agar tujuan itu dapat direalisasikan oleh

Manusia, maka Al-Qur’an datang dengan petunjuk-petunjuk, keterangan-


Keterangan dan konsep-konsep, baik yang bersifat global maupun yang

Bersifat terinci, yang tersurat maupun tersirat dalam berbagai persoalan dan

Bidang kehidupan (Nurdin, 2006:1). Al-Qur’an mengandung pelajaran yang

Baik untuk dijadikan penuntun dalam pergaulan antara satu golongan

Manusia, antara keluarga dengan sesama, antara murid dengan guru, antara

Manusia dengan Tuhan.

B. Rumusan masalah

1. Apa arti asbabun Nuzul?

2.apa manfaat mengetahui asbabun Nuzul?

3. Bagaimana cara mengetahui Azbabun Nuzul?

C. Tujuan masalah

1. Mendapatkan kejelasan maksud ayat Al-Qur’an.

2. Azbabun nuzul adalah peristiwa yang melatarbelakangi turunnya Ayat Al-Qur’an

3. Ialah dengan cara mengetahui Azbabun Nuzul melalui hadits shoheh maupun hadits
Mursal

BAB 2

PEMBAHASAN

Pengertian Azbabun Nuzul

Ungkapan asbab an-nuzul merupakan bentukidhafah dari kata“asbab” dan “nuzul”, Secara
etimologi, asbab an-nuzul adalahsebab-sebab yang Melatarbelakangi terjadinya sesuatu.
Meskipun segala fenomena yang Melatarbelakangi terjadinya sesuatudapat disebut asbab an-
nuzul, dalam Pemakaiannya, ungkapan asbab an-nuzul khusus dipergunakan untuk
menyatakan Sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Alquran, seperti halnya asbab al-
Wurud secara khusus digunakan bagi sebab terjadinya hadist.

Banyak pengertiannya terminologi yang di rumuskan oleh para ulama, di Antaranya:


Menurut Az-zarqoni: Asbab an-nuzul adalah hal khusus atau sesuatu Yang terjadi serta
hubungan dengan turunnya ayat al-qur’an yang Berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat
peristiwa itu terjadi”.

1. Ash-shabuni: asbab an-nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang Menyebabkan


turunnya satu ayat atau beberapa ayat mulai yang Berhubungan dengan peristiwa dan
kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada nabi atau kejadian
yang berkaitan pertanyaan yang diajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan
dengan urusan agama”.

3. Subhi shalih: asbab an-nuzul adalah suatu yang menjadi sebab turunnya satu atau
beberapa ayat al-qur’an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa, sebagai respon
atasnya atau penjelas terhadap hukum-hukum ketika peristiwa itu terjadi”.

4. Mana’ Al-Qaththan: asbab an-nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan


turunnya al-qur’an, berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa
kejadian atau pertanyaan yang diajukan kepada nabi”.Kendatipun redaksi
pendifinisian di atas sedikit berbeda, semuanya menyimpulkan bahwa asbab an-nuzul
adalah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat al-qur’an, dalam
rangka menjawab, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul
dari kejadian tersebut.

Asbab an-nuzul merupakan bahan sejarah yang dapat di pakai untuk memberikan
keterangan terhadap turunnya ayat Al-qur’an dan memberinya konteks dalam
memahami perintah-perintahnya. Sudah tentu bahan-bahan ini hanya melingkupi
peristiwa pada masa al-qur’an masih turun (ashr at-tanzil).

Bentuk-bentuk peristiwa yang melatarbelakangi turunnya al-qur’an itu sangat


beragam, diantaranya berupa konflik sosial, seperti ketegangan yang terjadi diantara
suku Aus dan suku khazraj ; kesalahan besar, seperti kasus seorang sahabat yang
mengimani shalat dalam keadaan mabuk; dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh salah seorang sahabat kepada nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah
lewat, sedang, atau yang akan rerjadi.

Persoalan mengenai apakah seluruh ayat al-qur’an memiliki asbab an-nuzul atau
tidak, ternyata telah menjadi bahan kontroversi diantara para ulama. Sebagian ulama
berpendapat bahwa tidak semua ayat al-qur’an memiliki asbab an-nuzul. Oleh sebab
itu, ada ayat al-qur’an yang diturunkan tanpa ada yang melatarbelakanginya (ibtida’),
dan sebagian lainnuya diturunkan dengan di latarbelakamgi oleh sesuatu peristiwa
(ghair ibtida’). Pendapat tersebut hampir menjadi kesepakatan para ulama. Akan
tetapi Sebagian berpendapat bahwa kesejarahan arabia pra-qur’an pada masa
turunnya Al-qur’an merupakan latar belakang makro al-qur’an, sedangkan riwayat-
riwayat Asbab an-nuzul merupakan latarbelakang mikronya.pendapat ini berarti
Mengaggap bahwa semua ayat Alquran memiliki sebab-sebab yang
Melatarbelakanginya.

Macam-macam asbab an-nuzul

Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbab an-nuzul dapat dibagi Kepada;
1. Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid

Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat/ wahyu. Terkadang
wahyu turun untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab, Misalnya turunnya
Q.S. Al-Ikhlas: 1-4, yang berbunyi:

1. ‫ُقْل ُهَو ُهّٰللا َاَح ٌۚد‬

qul huwallāhu aḥad

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.”

2. ‫ُهّٰللَا الَّص َم ُۚد‬

Allāhuṣ-ṣamad

Artinya: “Allah tempat meminta segala sesuatu.”

3. ‫َلْم َيِلْد َو َلْم ُيْو َلْۙد‬

lam yalid wa lam yụlad

Artinya: “(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.”

4. ‫َو َلْم َيُك ْن َّلٗه ُكُفًو ا َاَح ٌد‬

Wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad

Artinya: “Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”

Ayat-ayat yang terdapat pada surat di atas turun sebagai tanggapan Terhadap orang-
orang musyrik makkah sebelum nabi hijrah, dan terhadap kaum Ahli kitab yang
ditemui di madinah setelah hijrah.

Contoh yang lain: “peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharah) shalat Wustha.
Berdirilah untuk Allah(dalam shalatmu) dengan khusyu’. Ayat di atas menurut
riwayat diturunkan berkaitan dengan beberapa sebab

Berikut;

Dalam sustu riwayat dikemukakan bahwa nabi saw. Shalat dzuhur di waktu hari yang
sangat panas. Shalat seperti ini sangat berat dirasakan oleh parasahabat sahabat. Maka
turunnlah ayat tersebut di atas. (HR. Ahmad, bukhari, abu Daud).

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa nabi saw.. Shalat dzuhur di waktu yang
sangat panas. Di belakang rasulullah tidak lebih dari satu atau dua saf saja yang
mengikutinya. Kebanyakan diantara mereka sedang tidur siang, adapula yang sedang
sibuk berdagang. Maka turunlah ayat tersebut diatas (HR.ahmad, an-nasa’i, ibnu
jarir).

Dalam riwayat lain dikemukakan pada zaman rasulullah SAW. Ada orang-orang yang
suka bercakap-cakap dengan kawan yang ada di sampingnya saat meraka shalat.
Maka turunlah ayat tersebut yang memerintahkan supaya diam pada waktu sedang
shalat (HR. Bukhari muslim, tirmidhi, abu daud, nasa’i dan ibnu majah). d. Dalam
suatu riwayat dikemukakan bahwa ada orang-orang yang bercakap-cakap di waktu
shalat, dan ada pula yang menyuruh temannya menyelesaikan dulu keperluannya(di
waktu sedang shalat). Maka turunlah ayat ini yang sedang memerintahkan supaya
khusyuk ketika shalat.

Ta’adud an-nazil wa al-asbab wahid Satu sebab yang mekatarbelakangi turunnya


beberapa ayat. Contoh: Q.S. Ad-dukhan/44: 10,15 dan16, yang berbunyi: Artinya:
maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata. Artinya:
“sesungguhnya (kalau) kami akan melenyapkan siksaan itu agak Sedikit
sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar)”. Artinya:“(ingatlah) hari (ketika) kami
menghantam mereka dengan Hantaman yang keras. Sesungguhnya kami memberi
balasan”.

Asbab an-nuzul dari ayat-ayat tersebut adalah; dalam suatu riwayat Dikemukakan,
ketika kaum Quraisy durhaka kepada nabi saw.. Beliau berdo’a Supaya mereka
mendapatkan kelaparan umum seperti kelaparan yang pernah Terjadi pada zaman nabi
yusuf. Alhasil mereka menderita kekurangan, sampai-Sampai merekapun makan
tulang, sehingga turunlah (QS. Ad-dukhan/44: 10).

Kemudian mereka menghadap nabi saw untuk meminta bantuan. Maka rasulullah
Saw berdo’a agar di turunkan hujan. Akhirnya hujanpun turun, maka turunnlah Ayat
selanjutnya (QS. Ad-dukhan/44: 15), namun setelah mereka memperoleh Kemewahan
merekapun kembali kepada keadaan semula (sesat dan durhaka) maka Turunlah ayat
ini (QS. Ad-dukhan/44: 16) dalam riwayat tersebut dikemukakan Bahwa siksaan itu
akan turun di waktu perang badar.

Manfaat Mengetahui Asbabun nuzul

Mengetahui asbabun nuzul memiliki manfaat yang sangat besar bagi seseorang yang ingin
mempelajari lebih dalam tentang al-quran beserta makna yang terkandung didalamnya.
Manfaat mengetahui asbabun nuzul yaitu yang paling utama memberikan manfaat menuntut
ilmu dan beberapa manfaat lainnya sebagai berikut

1. Mengetahui Hikmah dari hukum didalam turunnya suatu ayat


Asbabun nuzul yang menjelaskan bagaimana suatu ayat al-quran turun beserta hukum syariat
yang terkandung didalamnya. Hal ini menunjukkan adanya manfaat jika seseorang
mengetahui dan mempelajari asabun nuzul maka seseorang bisa memahami alasan mengapa
suatu hukum islam diberlakukan, tujuan dari hukum tersebut yang terkandung dalam ayat al-
quran sehingga akan melengkapi ilmu yang didapat dan bisa memahami lebih banyak dari
sekedar memebaca al-quran dan artinya. Selain itu hikmah dari hukum islam yang
terkandung dalam suatu ayat al-quran akan membuka hati kita bahwa ada kebaikan dalam
setiap aturan-aturan yang ada pada al-quran bagi kehidupan manusia.

2. Mengetahui sebab turunnya al-quran dan hadist

Manfaat paling utama dari mengetahui asbabun yaitu membuat seseorang mengetahui sebab-
sebab dari turunnya suatu ayat al-quran, sehingga dalam mempelajari isi kandungan al-quran
seseorang tidak salah dan melengkapi pengetahuannya yang berkaitan dengan sebab – sebab
turunnya al-quran. Pada kenyataannya turunnya suatu ayat al-quran memang berdasarkan
sebab-sebab tertentu yang tidak dapat digenelarisir, ditambah pula bahwa al-quran turun
secara berangsur-angsur sehingga asbabun nuzul dari ayat al-quran perlu diketahui.

3. Mengetahui sasaran obyek dari ayat al-quran

Salah satu manfaat mengetahui asbabun bagi seorang muslim yaitu mengetahui sasaran dari
ayat al-quran yang turun agar tidak terjadi kesamaran dalam pengartian. Ayat didalam al-
quran selain memberikan ilmu dan hukum islam juga memuat sejarah tentang peradaban
islam di zaman nabi sehingga terdapat ayat al-quran yang biasanya di tujukan pada orang
tertentu yang ada pada zaman nabi, disinilah asbabun nuzul diperlukan agar tidak terjadi
kesalahan tafsir yang menyangkut isi kandungan ayat serta seseorang yang dimaksud agar
tidak timbul penuduhan yang salah.

4. Mempermudah dalam mempelajari al-quran

Manfaat selanjutnya yaitu mengetahui asbabun nuzul akan memudahkan seseorang dalam
mempelajari isi atau makna al-quran karena dalam memahami isi al-quran diperlukan
pengetahuan terhadap sebab – sebab dari permasalahan yang dikaji oleh al-quran, baik
hukum islam maupun kisah – kisah terdahulu yang memuat banyak petunjuk. Tanpa memiliki
dasar pengetahuan dari sebab-sebab turunnya suatu ayat maka bisa saja seseorang mengalami
kesulitan dalam mengartikan / memaknai isi al-quran. Mengetahui asbabun nuzul akan
mengantarkan seseorang menyelami makna al-quran dengan sebaik-baiknya.

5. Mempermudah menafsir
Seorang yang belajar untuk menafsirkan ayat al-quran akan mudah bila mengetahui
asbabun nuzul sebab azbabun nuzul akan membantu dalam menemukan tafsir dari
setiap arti ayat al-quran dan memudahkan dalam mencari atau memahami makna dari
kisah – kisah yang ada pada al-quran. Kemudahan ini bisa didapat setelah proses
belajar serta mengetahu sebab – sebab turunnya ayat tersebut. Kemudahan ini akan
sangat membantu dan menghindarkan dari kesalahan makna. Juga ada pendapat
bahwa tidak mungkin mengetahui tafsir suatu ayat, tanpa bersandar pada riwayat dan
penjelasan turunnya ayat Alquran. Pendapat ini disampaikan oleh Al-Wahidie (w 472
H).

6. Membantu dalam menghafal al-quran

Mengetahui asbabun nuzul akan meningkatkan ingatan terhadap hafalan al-quran ini
dimaksudkan bahwa seorang penghafal quran akan mengetahui hubungan yang timbul dari
sebab – sebab turunnya suatu ayat al-quran serta peristiwa yang dijelaskan didalam al-quran.
Selain itu penghafal quran yang mengetahui asbabun nuzul dari ayat al-quran akan
menemukan keterkaitan antara ayat yang telah dihafal serta makna yang terkandung baik
masa dari peristiwa tersbut, tempat dari peristiwa, pelaku peristiwa yang dijelaskan serta
makna peristiwa itu didalam al-quran.

7. Mengetahui pengkhususan suatu hukum

Mengetahui asbabun nuzul dari ayat al-quran bisa membantu dalam proses pengkhususan
seuatu hukum pada sebabnya. Hal ini dimaksudkan agar seseorang yang mempelajari hukum
islam dari sumber hukum (al-quran) memandang terlebih dahulu dari sisi ke khususan sebab,
karena akan berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam hukum tersebut. Kekhususan
hukum ini disebabkan karena keadaan tertentu sehingga asbabun nuzul akan membantu
memberikan petunjuk dari sebab kekhususan hukum yang tercantum dalam Al-Qur’an

8. Mengatasi ketidakpastian
Ketidakpastian yang dimaksud adalah sasaran dari ayat tersebut. Senada dengan beberapa
manfaat diatas, mengetahui sebab – sebab turunnya ayat akan mengatasi ketidakpastian
dalam menangkap makna dari ayat al-quran. Sebagai contoh illustrasi pada surah Al
Baqarah ayat 15, disebutkan bahwa timur dan barat merupakan kepunyaan Allah. Dalam
contoh penerapan sholat, dengan melihat dzohirnya ayat tersebut bisa membuat seseorang
berpikir bahwa seakan mereka bebas menghadap kemana saja sesuai kehendak hati.
Namun setelah melihat asbabun nuzul dari ayat tersebut, anggapan tersebut salah. Sebab
ayat diatas berkaitan tentang seseorang yang sedang melakukan sholat dalam perjalanan
diatas kendaraan, atau berkaitan dengan orang yang berijtihad dalam menentukan arah
kiblat.

Kaidah Asbabun Nuzul

Para ulama klasik telah memberikan banyak khazanah kajian Asbabun Nuzul, mulai dari
definisi, klasifikasi, hingga kaidah yang digunakan dalam memahami ayat Al-Qur’an.
Apabila terdapat ayat yang memiliki redaksi umum, dan juga memiliki sabab yangberlaku
untuk umum, ataupun sebaliknya. Maka mayoritas ulama menjadikan yang umum tetap
pada keumumanya dan yang khusus tetap pada kekhususanya.

Namun, bagaimana jika terdapat ayat Al-Qur’an yang memiliki sebab khusus tetapi
menggunakan redaksi umum? Apakah yang dijadikan pedoman itu keumuman lafal atau
justru kekhususan sebab? Disinilah letak perbedaan pandangan antar para ulama. Dalam
kitab al-Madkhal li Dirasah al-Qur’an al-Karim karya Muhammad Abu Syahbah,
dijelaskan bahwa kedua kelompok ulama tersebut berbeda pendapat pada penerapan dua
kaidah berikut:

Pertama, kaidah yang mementingkan redaksi ayat, kaidah ini diikuti oleh jumhur ulama,
yaitu:

‫الِع ْبَر ُة ِبُع ُم ْو ِم الَّلْفِظ اَل ِبُخ ُصْو ِص الَّسَبِب‬

“yang dijadikan pegangan ialah keumuman lafal, bukan kekhususan sebab”

Wujud implementasi kaidah ini terdapat dalam Q.S. al-Mujadilah [58]: 2-4 tentang
hukum dhihar. Ayat tersebut memiliki konteks khusus yaitu tentang Khaulah binti
Tsa’labah yang diumpamakan oleh Aus ibn al-Shamit (suaminya) seperti punggung
ibunya. Namun, karena redaksi ayat tersebut menggunakan ism maushul berupa kata
alladzina, maka ayat tersebut diberlakukan umum.

Hal ini dikarenakan ism maushul termasuk bagian dari shiyagh al-’umum (redaksi yang
berlaku umum). Oleh karena itu, ayat tersebut berlaku tidak hanya bagi Khaulah, tetapi
juga terhadap semua perempuan yang mengalami perlakuan yang sama dengan Khaulah.

Kedua, kaidah yang mengedepankan kekhususan sebab, sebagaimana diikuti oleh


sebagian ulama, yaitu:

‫الِع ْبَر ُة ِبُخ ُصْو ِص الَّسَبِب اَل ِبُع ُم ْو ِم الَّلْفِظ‬

“yang dijadikan pedoman ialah kekhususan sebab, bukan keumuman lafal”

Ulama yang menggunakan pendekatan kaidah kedua ini berargumentasi bahwa sebuah
lafal dapat dibatasi oleh kekhususan sebab turunya ayat tersebut. Maka dari itu hukum
dhihar dalam Q.S. al-Mujadilah [58]: 2-4 berlaku khusus untuk Khaulah binti Tsa’labah
Begitupun juga hukum li’an dalam Q.S. al-Nur [24]: 6-9 berlaku khusus untuk Hilal ibn
Umayyah.

Adapun hukum bagi yang orang yang memiliki perlakuan yang sama seperti dua konteks
tersebut, maka hukum tersebut tidak ditetapkan dari lafal ayat. Tetapi ditetapkan
berdasarkan pendekatan qiyas (analogi) atau melalui ijtihad berdasarkan kaidah ushul
fikih Hukmiy ala al-Wahid Hukmiy ala al-Jama’ah (keberlakuan hukum terhadap
seseorang juga diberlakukan kepada masyarakat luas).

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asbabun Nuzul ada karena suatu masalah atau suatu peristiwa yang tidakdipahami sahabat
dan sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW. Akhirnya munculahasbabun nuzul yang
merupakan jawaban dari masalah dan pedoman hidup manusia.Pada saat zaman para sahabat
pengetahuan tentang asbabun nuzul sangat penting untuk bisa memahami penafsiran Al
Quran dengan benar. Karena itu, mereka berusaha mempelajari ilmu ini. Asbabun nuzul
digunakan sebagai pengetahuan agartidak salah dalam mengambil kesimpulan dari suatu
masalah atau perkara yang tidak kita pahami.

B.Saran

Dengan disusunnya makalah Ulumul Quran tentang asbabun nuzul ini, penulis mengharapkan
pembaca dapat mengetahui kajian Ulumul Qurankhususnya asbabun nuzul dengan membaca
buku atau jurnal jurnal nya karenadisini penulis hanya mengambil garis besar dari bahasan
asbabun nuzul.Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga kritik maupun saran yang membangun untuk penulisan makalah
selanjutnya sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca
khusunya untuk penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan, Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Kontemporer, Penerbit TICI


Publications, yogyakarta, 2009.

Abu Sayyid, Salafudin, Pengantar Memahami Tafsir Fi Zhilal al-Qur’an Sayyid Quthb, Era
Intermedia, Surakarta, cet. 1, 2001.

Abubakar , Bahrun dan Umar Sitanggal, Anshori, Terjemah Tafsir Al- Maraghi, Toha Putra,
Semarang, 1993.

Terjemah tafsir Jalalain berikut Asbaabun Nuzul, Sinar Baru, cet. I, Bandung, 1990.

Agil Husin Al-Munawar, Said, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Cet. I,
Ciputat Pers, Jakarta, 2002.

Al-Ghazali, Muhammad, Akhlak Seorang Muslim, Wicaksana, Semarang, 1998.

Al-Hasyimi, Muhammad Ali , Menjadi Islam Ideal, Gema Insani Press, Jakarta, 1993.
Al-Khalidi , Shalah Abdul Fatah, Tafsir Metodologi pergerakan, terj. Asmuni Solihan
Zamakhsyari, Yayasan Bunga Karang, Jakarta, cet. I, 1995.

Al-Maragi, Ahmad Mustafa, Tafsir Al-Maragi, Toha Putra, Semarang, 1993.

Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai