"ASBABUN NUZUL"
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
Semester 5
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan
judul: ”Asbabun Nuzul”. Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari
penghabisan.
Semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi penulis semua dalam
memenuhi tugas dari mata kuliah Al-Qur’an Hadits dan semoga segala yang tertuang dalam
Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka
membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi
arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu penulis berharap akan kritik dan saran yang
bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan
hanya milik Allah SWT semata.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia yang
diwahyukan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW. Pengembagan
studi keislaman yang berkaitan dengan al-Qur’an dapat ditempuh di antaranya dengan
pendekatan sosio-historis. Aplikasi pendekatan tersebut memungkinkan penemuan
nilai-nilai dan makna substansial dalam al-Qur’an. Ayat-ayat al-Qur’an dapat
dikategorikan menjadi dua kelompok menurut sebab turunnya ayat. Pertama, ayat yang
turun dengan adanya sebab; kedua, ayat yang turun tanpa sebab atau peristiwa yang
melatarbelakanginya, seperti ayat-ayat yang menceritakan umat terdahulu, berita-berita
alam ghaib, gambaran alam barzakh, persaksian alam kebagkitan, keadaan hari kiamat
dan sebagainya
Pada masa Rasulullah, banyak peristiwa terjadi yang belum diketahui hukumnya
menurut islam. Beberapa sahabat juga sering bertanya kepada Rasulullah tentang
sesuatu yang belum mereka pahami. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah
untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal itu. Maka al-Qur’an turun untuk
menjelaskan atau menunjukkan hukum atas peristiwa atau pertanyaan yang muncul
tersebut. Jawaban dari al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi umat manusia. Itulah
yang kemudian disebut dengan Asbabun Nuzul, yaitu sebab-sebab turunya ayat-ayat al-
Qur’an. Untuk lebih mengetahui atau memahami maksud al-
Qur’an secara utuh maka lebih utama jika mengetahui tentang Asbabun Nuzul.
Pengenmbangan studi keislaaman yang berkaitan dengan al-Qur’an dapat ditempuh
diantaranya dengan pendekatan Sosio-historis.
Pendekatan ini memungkinkan penemuan nilai-nilai dan makna substansial
dalam al-Qur’an yang terangkum dalam Asbabun Nuzul, yakni sesuatu yang disebabkan
olehnya diturunkan suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung peristiwa, atau
menerangkan hukumnya pada saat terjadinya peristiwa itu. Karena kita bisa salah
menangkap pesan-pesan Al-Qur’an secara utuh, jika hanya memahami dari bahasanya
saja secara tekstual tanpa memahami konteks Sosio-historisnya.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Asbabun Nuzul ?
2. Apa Urgensi Asbabun Nuzul ?
3. Apa Sajakah Manfaat Mengetahui Asbabun Nuzul?
4. Bagaimana Perhatian Ulama Terhadap Asbabun Nuzul?
5. Apa Sajakah Hikmah Turunnya Al-Qur’an Secara Berangsur-Angsur?
6. Bagaimana Turunnya Al-Qur’an Sekaligus?
7. Apa Sajakah Macam-Macam Asbabun Nuzul? 8. Bagaimana Cara Mengetahui
Asbabun Nuzul?
9. Bagaimana Redaksi Sebab Nuzul?
10. Bagaimana Contoh Asbabun Nuzul?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Asbabun Nuzul.
2. Untuk Mengetahui Urgensi Asbabun Nuzul.
3. Untuk Mengetahui Manfaat Mengetahui Asbabun Nuzul.
4. Untuk Mengetahui Perhatian Ulama Terhadap Asbabun Nuzul.
5. Untuk Mengetahui Hikmah Turunnya Al-Qur’an Secara Berangsur-Angsur.
6. Untuk Mengetahui Turunnya Al-Qur’an Sekaligus.
7. Untuk Mengetahui Macam-Macam Asbabun Nuzul.
8. Untuk Mengetahui Cara Mengetahui Asbabun Nuzul.
9. Untuk Mengetahui Sebab Nuzul.
10. Untuk Mengetahui Contoh Asbabun Nuzul.
BAB II PEMBAHASAN
2
A. Pengertian Asbabun Nuzul
Ungkapan asbab an-nuzul merupakan bentukidhafah dari kata“asbab” dan
“nuzul”, Secara etimologi, asbab an-nuzul adalahsebab-sebab yang melatarbelakangi
terjadinya sesuatu. Meskipun segala fenomena yang melatarbelakangi terjadinya
sesuatudapat disebut asbab an-nuzul, dalam pemakaiannya, ungkapan asbab an-nuzul
khusus dipergunakan untuk menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya
Alquran, seperti halnya asbab alwurud secara khusus digunakan bagi sebab terjadinya
hadist.
Banyak pengertiannya terminologi yang di rumuskan oleh para ulama, di
antaranya:
1. Menurut Az-zarqoni: Asbab an-nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi
serta hubungan dengan turunnya ayat al-qur’an yang berfungsi sebagai penjelas
hukum pada saat peristiwa itu terjadi”.
2. Ash-shabuni: asbab an-nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan
turunnya satu ayat atau beberapa ayat mulai yang berhubungan dengan peristiwa
dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada nabi atau
kejadian yang berkaitan dengan urusan agama”.
3. Subhi shalih: asbab an-nuzul adalah suatu yang menjadi sebab turunnya satu atau
beberapa ayat al-qur’an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa, sebagai
respon atasnya atau penjelas terhadap hukum-hukum ketika peristiwa itu terjadi”.
4. Mana’ Al-Qaththan: asbab an-nuzul adalah peristiwa-peristiwa
yang menyebabkan turunnya al-qur’an, berkenaan dengannya waktu
peristiwa itu terjadi, baik berupa kejadian atau pertanyaan yang diajukan kepada
nabi”.
3
perintahperintahnya. Sudah tentu bahan-bahan ini hanya melingkupi peristiwa pada
masa alqur’an masih turun (ashr at-tanzil).1
Bentuk-bentuk peristiwa yang melatarbelakangi turunnya al-qur’an itu sangat
beragam, diantaranya berupa konflik sosial, seperti ketegangan yang terjadi diantara
suku Aus dan suku khazraj ; kesalahan besar, seperti kasus seorang sahabat yang
mengimani shalat dalam keadaan mabuk; dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh salah seorang sahabat kepada nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat,
sedang, atau yang akan rerjadi.
Persoalan mengenai apakah seluruh ayat al-qur’an memiliki asbab annuzul atau
tidak, ternyata telah menjadi bahan kontroversi diantara para ulama. Sebagian ulama
berpendapat bahwa tidak semua ayat al-qur’an memiliki asbab an-nuzul. Oleh sebab itu,
ada ayat al-qur’an yang diturunkan tanpa ada yang melatarbelakanginya (ibtida’), dan
sebagian lainnuya diturunkan dengan di latarbelakamgi oleh sesuatu peristiwa (ghair
ibtida’).
Pendapat tersebut hampir menjadi kesepakatan para ulama. Akan tetapi sebagian
berpendapat bahwa kesejarahan arabia pra-qur’an pada masa turunnya alqur’an
merupakan latar belakang makro al-qur’an, sedangkan riwayat-riwayat asbab an-nuzul
merupakan latarbelakang mikronya.pendapat ini berarti mengaggap bahwa semua ayat
Alquran memiliki sebab-sebab yang melatarbelakanginya.
1
Rosihon Anwar, Ulumul Quran (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 61.
4
5. Memantapkan manusia untuk meyakini wahyu Allah dan juga mempermudah untuk
mendengar dan juga menghafal serta memahami ayat-ayat al-Qur’an.
6. Manusia akan memahami rahasia-rahasia Allah ada di dalam alQur‟an.
7. Menunjukkan bahwa Allah lah yang memberi pengertian khusus kepada Rasulullah
untuk menjalankan sebuah tujuan Rasulullah.
8. Manusia akan mengetahui bagaimana ayat tersebut tersirat dalam ayat khusu
ataupun umum, sehingga dapat mengetahui sebelum direalisasikan. 9. Dapat
mengetahui suatu hukum syariat dengan jelas.2
2
Fitriani Nur Alifah. (2019). Watak Asbab An-Nuzul dalam Pendidikan Islam.
Journal.Ikhac.ac.id. 2. 39
3
Imam Jalaluddin As-Suyutti, Studi Al-Qur’an Komperhenshif, (Surakarta: Indiva Pustaka, 2008), hal 124. 4
Subhi As-Shalih, Menbahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), hal 157.
5
6. Dapat mengetahui hukum-hukum yang khusus walaupun lafadzlafadz tersebut
bersifat umum dan itu berkaitan dengan Asbab anNuzul.
7. Seseorang akan mendapatkan tameng untuk sesuatu yang rumit (Isykal).
8. Akan membantu seorang Mussfair untuk memahami ayat yang mungkin itu sulit
untuk ditafsirkan maupun difahaminya tanpa adanya peristiwa asbab al-nuzul,
karena demikian itu terkadang sesuatu akan terjadi sesuai dengan peristiwa yang
dialami orang itu sendiri.4
4
Imam Jalaluddin As-Suyutti,loc.Cit.,
5
Alquranmulia.wordpress.com
6
• Syaikhul Islam Ibn Hajar al-Atsqolani ( 852 H) yang mengarang satu kitab
mengenai Asbabun Nuzul.
• Jalaluddin As-Suyuti ( 911 H) yang mengatakan tentang dirinya : ` Dalam hal ini,
aku telah mengarang satu kitab lengkap, singkat dan sangat baik serta dalam bidang
ilmu ini belum aad satu kitab pun menyamainya. Kitab itu aku namakan Lubabul
Manqul fi Asbabin Nuzul.6
Umat ini telah dimuliakan oleh Allah dengan risalah baru agar menjadi umat
paling baik yang dikeluarkan bagi manusia. Turunnya al-Qur’an yang kedua secara
bertahab, berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya sangat mengagetkan orang dan
menimbulkan keraguan terhadapnya sebelum jelas bagi mereka rahasia hikmah ilahi
yang ada di balik itu.
Rasulullah tidak menerima risalah agung ini sekaligus, dan kaumnya pun tidak
pula puas dengan risalah-risalah tersebut karena kesombongan dan permusuhan mereka.
oleh karena itu wahyu pun turun berangsur-angsur untuk menguatkan hati Rasul dan
menghiburnya serta mengikuti peristiwa dan kejadian-kejadian sampai Allah
menyempurnakan agama ini dan mencukupkan nikmat-Nya.7
6
alhikmah.ac.id
7
alquranmulia.wordpress.com
7
difahami dan dihafal, penyusunannya akan sesuai dengan lalulintas peristiwa atau
kejadian. Penuruan ayat al-Qur’an secara beransur memberikan beberapa hikmah
diantaranya: menguatkan hati Nabi Muhammad Saw; Mudah dihafal dan dipahami;
orang-orang mukmin antusias dalam menerima Qur’an dan giat mengamalkannya;
Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu
hukum; melemahkan lawan-lawannya (mukjizat), dan menantang orang-orang kafir
yang mengingkari al-Qur’an.8
Firman Allah:
Ketiga ayat di atas tidak bertentangan, karena malam yang diberkahi adalah
malam lailatul Qadar dalam bulan Ramadlan. Tetapi lahir [dhahir] ayat-ayat itu
bertentangan dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasulullah saw. dimana alQur’an
turun kepadanya selam dua puluh tiga tahun. Dalam hal ini para ulama mempunyai dua
madzab pokok:
1. Madzab pertama,
Yaitu pendapat Ibnu ‘Abbas dan sejumlah ulama serta yang dijadikan
pegangan oleh umumnya ulama. Yang dimaksud dengan turunnya al-Qur’an dalam
ketiga ayat di atas adalah turunnya al-Qur’an sekaligus ke Baitul ‘Izzah di langit
dunia agar para malaikat menghormati kebesarannya. Kemudian sesudah itu al-
8
https://journal.uinjkt.ac.id
8
Qur’an diturunkan kepada Rasul kita Muhammad saw. secara bertahab selama dua
puluh tiga tahun sesuai dengan peristiwa-peristiwa dan kejadiankejadian sejak
beliau diutus sampai wafatnya. Beliau tinggal di Makkah sesudah diutus selama
tiga belas tahun dan sesudah hijrah tinggal di Madinah salama sepuluh tahun. Ibnu
‘Abbas berkata: “Rasulullah saw. diutus pada usia empat puluh tahun. Beliau
tinggal di Makkah selama tiga belas tahun dan selama itu wahyu turun kepada
beliau. Kemudian beliau diperintahkan hijrah selama sepuluh tahun. Beliau wafat
dalam usia enam puluh tiga tahun.” (Hadits al-Bukhari) Pendapat ini didasarkan
pada berita-berita yang shahih dari Ibnu ‘Abbas dalam beberapa peristiwa, antara
lain:
b. Ibnu ‘Abbas berkata: “Al-Qur’an itu dipisahkan dari adz-Dzikr, lalu diletakkan
di Baitul ‘Izzah di langit dunia. Maka Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi
saw.
d. Ibnu ‘Abbas berkata: “Al-Qur’an diturunkan pada malam Lailatul Qadar pada
bulan Ramadlan ke langit dunia sekaligus, lalu ia diturunkan secara berangsur-
angsur.”
2. Madzab kedua,
9
Yaitu yang diriwayatkan oleh asy-Sya’bi (asy-Sya’bi adalah ‘Amir bin
Syahril, termasuk tabi’in besar dan salah satu guru Abu Hanifah yang terkemuka.
Dia juga adalah ahli hadits dan ahli fiqih, wafat: 109 H) bahwa yang dimaksud
dengan turunnya al-Qur’an dalam ketiga ayat di atas ialah permulaan turunnya al-
Qur’an kepada Rasulullah saw. Permulaan turunnya al-Qur’an itu dimulai pada
malam Lailatul Qadar di bulan Ramadlan, yang merupakan malam yang diberkahi.
Kemudian turunnya itu berlanjut sesudah itu secara bertahab sesuai dengan
kejadian dan peristiwa-peristiwa selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Dengan
demikian al-Qur’an hanya satu macam cara turun, yaitu turun secara bertahab
kepada Rasulullah saw.
10
Perang Badar terjadi dalam bulan Ramadlan. Dan yang demikian itu
diperkuat pula oleh hadits yang dijadikan pegangan para penyelidik hadits
permulaan wahyu. Imam Bukhari meriwayatkan dari ‘Aisyah ra. menceritakan cara
permulaan wahyu, ia berkata: Wahyu yang diterima Rasulullah saw. dimulai
dengan suatu mimpii yang benar. Dalam mimpi itu beliau melihat cahaya terang
laksana fajar menyingsing di pagi hari. Setelah itu beliau digemarkan [oleh Allah]
untuk melakukan khalwat [‘uzlah]. Beliau melakukan khalwat di gua Hira’ –
melakukan ibadah- selama beberapa malam kemudian pulang kepada keluarganya
[Khadijah] untuk mengambil bekal. Demikian berulang-ulang hingga suatu saat
beliau dikejutkan dengan datangnya kebenaran di dalam gua Hira.
Pada suatu hari datanglah malaikat lalu berkata: “Bacalah.” Beliau menjawab:
“Aku tak bisa membaca.” Rasulullah saw. menceritakan lebih lanjut: Malaikat itu
lalu mendekatiku dan memelukku sehingga aku merasa lema sekali, kemudian aku
dilepaskan. Ia berkata lagi: “Bacalah.” Aku menjawab: “Aku tidak dapat
membaca.” Untuk kali yang ketiga ia mendekati dan memelukku hingga aku
merasa lemas, kemudian aku dilepaskan. Selanjutnya ia berkata lagi: “Bacalah
dengan nama Rabb-mu yang telah menciptakan…Menciptakan manusia dari
segumpal darah.. “ dan seterusnya.
3. Madzab ketiga,
11
dunia di malam lailatul qadar, untuk masa satu tahun penuh itu kemudian
diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah sepanjang tahun. Madzab
ini adalah hasil ijtihad sebagian mufasir. Pendapat ini tidak mempunyai dalil.
Adapun pendapat kedua yang diriwayatkan oleh asy-Sya’bi, dengan dalil-dalil yang
shahih dapat diterima, tidaklah bertentangan dengan madzab yang pertama yang
diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas.
Dengan demikian maka pendapat yang kuat ialah bahwa al-Qur’anul Karim itu dua
kali turun:
1. Diturunkan secara sekaligus pada malam Lailatul Qadar di Baitul ‘Izzah di langit
dunia.
2. Diturunkan dari langit dunia ke bumi secara berangsur-angsur selama dua puluh
tiga tahun.
Al-Qurtubi telah menukil dari Muqatil bin Hayyan riwayat tentang kesepakatan
(ijma’) bahwa turunnya al-Qur’an sekaligus dari Lahulu Mahfuz ke Baitul ‘Izzah di
langit dunia. Ibnu ‘Abbas memandang tidak ada pertentangan antara ketiga ayat di atas
yang berkenaan dengan turunnya al-Qur’an dengan kejadian nyata kehidupan
Rasulullah saw. bahwa al-Qur’an itu turun selama dua puluh tiga tahun yang bukan
bulan Ramadlan.
Dari Ibnu ‘Abbas disebutkan bahwa dia ditanya oleh ‘Atiyah bin al-Aswad,
katanya: “Dalam hatiku terjadi keraguan tentang firman Allah: Bulan Ramadlan itulah
bulan yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an; dan firman Allah: Sesungguhnya Kami
menurunkannya pada malam Lailatul Qadar; padahal al-Qur’an itu ada yang diturunkan
pada bulan Syawal, Dzul Qaidah, Dzul Hijjah, Muharram, Safar dan
Rabi’ul Awwal.” Ibnu ‘Abbas menjawab: “Al-Qur’an diturunkan pada malam Lailatul
Qadar sekaligus. Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit
dan terpisah-pisah serta perlahan-lahan di sepanjang bulan dan hari.” (Hadits riwayat
Ibnu Mardawaih dan Baihaqi dalam kitab al-Asma’ was Sifaat.)
Para ulama mengisyaratkan bahwa hikmah dari hal itu ialah menyatakan
kebesaran al-Qur’an dan kemuliaan orang yang kepadanya al-Qur’an diturunkan.
12
AsSuyuti mengatakan: “Dikatakan bahwa rahasia diturunkannya al-Qur’an sekaligus ke
langit dunia adalah untuk memuliakannya dan memuliakan orang yang kepadanya al-
Qur’an diturunkan; yaitu dengan memberitahukan kepada penghuni tujuh langit bahwa
al-Qur’an adalah kitab terakhir yang diturunkan kepada Rasul terakhir dan umat yang
paling mulia. Kitab itu kini telah di ambang pintu dan akan segera diturunkan kepada
manusia. Seandainya tidak ada hikmah Ilahi yang menghendaki disampaikannya al-
Qur’an kepada mereka secara bertahab dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi, tentulah
ia diturunkan ke bumi sekaligus seperti halnya kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya.
Maka dijadikan-Nyalah dua ciri tersendiri: diturunkan secara sekaligus, kemudian
diturunkan secara bertahab, untuk menghormati orang yang menerimanya.”
As-Sakhawi mengatakan dalam Jamalul Qurraa’: “Turunnya al-Qur’an ke langit
dunia sekaligus itu menunjukkan suatu penghormatan kepada keturunan Adam di
hadapan para malaikat, serta pemberitahuan kepada para malaikat akan perhatian Allah
dan rahmat-Nya kepada mereka. dan dalam pengertian inilah Allah memerintahkan
tujuh puluh ribu malaikat untuk mengawal surah al-An’am (al-Qur’an yang dikawal
oleh para malaikat ialah yang turunnya diiringi dan dikelilingi oleh para malaikat.
Diriwayatkan oleh Thabarani dan Abu ‘Ubaid di dalam Fadaailul qur’an: Ibnu ‘Abbas
mengatakan: “Surah al-An’am itu turun di Makkah sekaligus di waktu malam. Ia
diiringi oleh tujuh puluh ribu malaikat yang menyerukan tasbih.”), dan dalam pengertian
ini pula Allah memerintahkan Jibril agar mengimlakannya kepada para malaikat
pencatat yang mulia, menuliskan dan membacakannya kepadanya.”9
9
alquranmulia.wordpress.com
13
wahid atau tunggal bila riwayatnya hanya satu. Suatu ayat atau sekelompok ayat yang
turun disebut Ta’addud Al-Nazil, bila inti persoalan yang terkandung dalam ayat yang
turun sehubungan dengan sebab tertentu lebih dari satu persoalan.
14
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang
diberi Alkitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi menjadi orang kafir
sesudah kamu beriman.” (QS. Ali Imran: 100).
Asbab nuzul yang berupa teguran Allah kepada Nabi. Seperti dalam sebuah
riwayat yang menceritakan beberapa orang Quraisy yang bertanya kepada Nabi
Muhammad Saw. Tentang roh, kisah Ashhab Al-kahfi (para penghuni gua) dan kisah
Dzu Al-Qarnain. Lalu Beliau menjawab: “Datanglah besok pagi kepadaku. Aku akan
ceritakan.” Beliau tidak mengucapkan ‘insya Allah’ (jika Allah manghendaki).
Keesokan harinya, wahyu terlambat datang untuk menceritakan hal-hal tersebut dan
Nabi Muhammad Saw. Tidak dapat menjawabnya. Setelah sekian lama menunggu
penjelasan dari Allah Swt. Melalui wahyu, turunya ayat:
والتقولن لشاىء انى فا عل ذالك غدا االان يشاءاللهج وذكرربك اذانسيت وقل عسى ان يهدين ربي القرب من
هىذارشدا
“Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: ‘sesungguhnya aku akan
mengerjakan Ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut): “insya Allah”. Dan ingatlah
kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: “mudah-mudahan Tuhanku akan
memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya dari pada ini.” (QS.
Al-Kahfi: 23-24).
15
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asbabun nuzul adalah sesuatu hal yang dikarenanya Qur’an diturunkan untuk
menerangkan status (hukum)nya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa peristiwa
maupun pertanyaan. Ilmu asbabun nuzul yang sangat besar pengarunya dalam
memahami makna ayat-ayat Al-Qur’an yang mulia. Selain itu, dengan adanya asbabun
nuzul dapat mempermudah kaidah hukum yang belum jelas dalam Al-Qur’an sehingga
mudah untuk dipahami.
B. SARAN
Dengan disusunnya makalah Ulumul Qur’an tentang Asbabun Nuzul ini, penulis
mengharapkan pembaca dapat mengetahui kajian Ulumul Qur’an, untuk mengetahui
lebih jauh, lebih banyak, dan lebih lengkap tentang pembahasan Asbabun Nuzul,
pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku dari berbagai pengarang, karena
penulisanya membahas garis besarnya saja tentang ulumul quran dan hanya membahas
lebih dalam tentang asbabun nuzul.
Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga keritik dan saran yang membangun untuk penulisan
makalahmakalah selanjutnya sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Anwar, Rosihon, Ulumul Quran. Cet, III. Bandung: Pustaka Setia, 2006
As-Suyutti Imam Jalaluddin, Studi Al-Qur’an Komperhenshif,(Surakarta: Indiva Pustaka,
2008).
As-Shalih Subhi , Menbahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996).
16
Artikel :
Suadi, Pan. (2016). Asbabun Nuzul: Pengertian, Macam-Macam, Redaksi dan Urgensi.
Jurnal Dharmawangsa.ac.id. 112.
Alifah, Fitriani Nur. (2019). Watak Asbab An-Nuzul dalam Pendidikan Islam.
Journal.Ikhac.ac.id. 2. 39
Alquranmulia.wordpress.com (2016, 9 Maret). Perhatian Ulama terhadap Asbabun Nuzul.
Diakses pada 28 Oktober 2022, dari
https://alquranmulia.wordpress.com/2016/03/09/perhatian-para-ulama-
terhadaphttps://alquranmulia.wordpress.com/2016/03/09/perhatian-para-ulama-
terhadap-asbabun-nuzul/asbabun-nuzul/
Alhikmah.ac.id (2022). Asbabbun Nuzul. Diakses pada 28 Oktober 2022, dari
https://alhikmah.ac.id/asbabbun-nuzul/
Alquranmulia.wordpress.com (2016, 9 Maret). Turunnya Al-Qur’an Sekaligus. Diakses
pada 28 Oktober 2022, dari
https://alquranmulia.wordpress.com/2014/01/06/turunnya-al-quran-sekaligus/
Secara Berangsur-Angsur. Diakses pada 28 Oktober 2022, dari
https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/mimbar/article/view/18914#:~:text=Melalui%2
0kajian%20pustaka%2C%20Artikel%20menyimpulkan,dengan%20lalulintas%20per
istiwa%20atau%20kejadian.
Makalahkampus15.blogspot.com (2017, 28 Oktober). Makalah Studi Al-Qur’an “Asbabun
Nuzul”. Diakses pada 28 Oktober 2022, dari
http://makalahkampus15.blogspot.com/2017/10/makalah-studi-al-quran-
asbabunhttp://makalahkampus15.blogspot.com/2017/10/makalah-studi-al-quran-
asbabun-nuzul.htmlnuzul.html
17