Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK DOSEN PENGAMPU

STUDI AL-QUR’AN TAUFIKHIDAYAT,S.Hi.M.E.Sy

ASBABUN NUZUL

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

ARDIANSYAH ADE SAPUTRA (121701113205)


AWALIA SAFERA (12170125110)

S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ASBABUN NUZUL” ini
tepat pada waktunya. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Taufik
Hidayat,S.Hi.M.E.Sy selaku pengampu mata kuliah Studi Al-Qur’an. Tidak lupa juga kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi
dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna, kami
berharap pembaca bisa memberikan kritik agar makalah ini menjadi jauh lebih baik. Di sisi
lain, kami berharap pembaca menemukan pengetahuan baru dari makalah ini, kami berharap
ada manfaat yang bisa diperoleh oleh pembaca. Oleh karena itu, penulis memohon kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 14 Maret 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Asbabun Nuzul ........................................................................................... 3
2.2 Macam-macam dan Pembagian AsbabunNuzul ........................................................ 5
2.3 Redaksi Asbabaun Nuzul ............................................................................................. 7
2.4 Berbilangnya Asbabn Nuzul Suatu Ayat ..................................................................... 9
2.5 Manfaat Mempelajari Asbabun Nuzul ...................................................................... 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 13
3.2 Saran ............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Al-quran adalah mukjizat bagi umat islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad
Saw untuk disampaikan kepada umat manusia. Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin
dan menjadi sumber ajaran Islam yang pertama dan utama yang harus diimani dan
diaplikasikan dalam kehidupan agar memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Al Quran
sendiri dalam proses penurunannya mengalami banyak proses yang mana dalam
penurunannya itu berangsur-angsur dan bermacam-macam cara nabi menerimanya. Al-
Qur’an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang terang dan
jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan pada keimanan kepada
Allah dan risalah-Nya. Juga memberitahukan hal yang telah lalu, kejadian-kejadian yang
sekarang serta berita-berita yang akan datang.
Sebagian besar Al-Qur’an pada mulanya diturunkan untuk tujuan umum ini, tetapi
kehidupan para sahabat bersama Rasulullah telah menyaksikan banyak peristiwa sejarah,
bahkan kadang terjadi di antara mereka peristiwa khusus yang memerlukan penjelasan
hukum Allah atau masih kabur bagi mereka dan terkadang Pada masa Rasulullah ada suatu
pertanyaan yang dilontarkan kepada beliau, dengan maksud meminta ketegasan hukum atau
memohon penjelasan secara terperinci tentang urusan-urusan agama, sehingga turunlah
beberapa ayat dari ayat-ayat al-Qur’an untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan yang muncul
itu. Hal yang seperti itulah yang dimaksud dengan asbabun nuzul atau sebab-sebab turunnya
al-Qur’an.
Ulama salaf tatkala terbentur kesulitan dalam memahami ayat, mereka segera kembali
berpegang pedoman asbabun nuzulnya. Dengan cara ini hilanglah semua kesulitan yang
mereka hadapi dalam mempelajari al-Qur’an tentang “Asbabun Nuzul”. Adapun ilmu yang
mempelajari tentang al-qur’an disebut dengan ilmu ‘Ulumul Quran. Sedangkan ‘Ulumul
Qur’an itu sendiri masih terbagi lagi menjadi beberapa aspek disiplin ilmu dan salah satu
disiplin ilmu tersebut adalah Asbabun Nuzul.
Asbabun Nuzul merupakan suatu aspek ilmu yang harus diketahui, dikaji dan diteliti
oleh para mufassirin atau orang-orang yang ingin memahami Al-Qur’an secara mendalam.
Dari sedikit paparan tentang al-Qur’an diatas, sehingga kita dapat menyadari betapa penting
al-Qur’an bagi umat muslim, jadi al-Qur’an bukan saja cuma di baca dan di pahami
maknanya, tetapi kita juga harus mengetahui penyebab mengapa ayat-ayat dalm al-Qur’an
diturunkan oleh Allah atau sering disebut Asbabun Nuzul.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang Asbababun Nuzul yaitu peristiwa-
peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat Al-Qur’an berkenaan dengan terjadinya peristiwa
tersebut, baik berupa kejadian ataupun suatu pertanyaan yang diajukan kepada Rasullullah.
Dalam pembahasan Asbabun Nuzul ini juga membahas berbagai macam yang berkaitan
dengan Asbabun Nuzul yang meliputi pengertian Asbabun Nuzul, macam-macam dan
pembagiann Asbabun Nuzul, redaksi Asbabun Nuzul , berbilangnya Asbabun Nuzul suatu
ayat dan manfaat mempelajari Asbabun Nuzul.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat disimpulkan beberapa


permasalahan pokok yang akan penulis bahas dalam makalah ini, yaitu :

1. Apa pengertian Asbabun Nuzul?


2. Apa Saja Macam-macam dan Pembagian Asbabun Nuzul?
3. Apa Saja Redaksi Asbabun Nuzul?
4. Bagaimana Berbilangnya Asbabun Nuzul suatu ayat?
5. Apa Saja Manfaat Mempelajari Asbabun Nuzul?

1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Asbabun Nuzul.
2. Untuk mengetahui Mcam-macam dan Pembagian Asbabun Nuzul.
3. Untuk mengetahui apa saja Redaksi Asbabun Nuzul.
4. Untuk mengetahui Bagaimana Berbilangnya Asbabun Nuzul suatu ayat.
5. Untuk mengetahui Manfaat Mempelajari Asbabun Nuzul.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asbabun Nuzul

Asbabun Nuzul merupakan dua kata, yaitu asbab dan nuzul. Asbab berarti sebab,
karena atau lantaran. Nuzul artinya turun. Secara bahasa, Asbabun Nuzul adalah sebab-sebab
yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Namun, tidak semua yang melatarbelakangi
terjadinya sesuatu bisa disebut Asbabun Nuzul, istilah ini hanya digunakan untuk
melatarbelakangi sebab-sebab turunnya ayat AlQur’an.

Secara syariat, Asbabun Nuzul adalah sebab-sebab yang mengiringi diturunkannya


ayat-ayat Al Qur’an kepada Rasulullah, lantaran ada suatu peristiwa yang membutuhkan
penjelasan atau pertanyaan, dan itu membutuhkan jawaban. Dikarenakan Asbabun Nuzul,
maka terciptalah suatu hukum yang menerangkan atau menjawab peristiwa maupun
pertanyaan tersebut.

Sedangkan secara terminologi yang dirumuskan oleh para ulama,di antaranya:


1. Menurut M. Hasbi al-Shiddieqy, asbāb al-nuzūl ialah sesuatu yang dengan sebabnyalah
turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu, atau memberi jawaban
tentang sebab itu, atau menerangkan hukumnya, pada masa terjadinya peristiwa itu.
2. Menurut Al-Zarqani dalam kitabnya Manahil Al-Irfan fi Ulum Al-Quran,yang dimaksud
dengan asbab nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi mengiringi ayat-ayat itu
diturunkan untuk membicarakan peristiwa tersebut,atau menjelaskan ketentuan
hukumnya.
3. Menurut Manna Al-Qahtan asbab nuzul adalah sebagai peristiwa yang menyebabkan
ayat-ayat Al-Quran itu diturunkan waktu kejadian peristiwa tersebut,baik berupa
pertanyaan maupun kasusu-kasus tertentu.
4. Menurut As-Shabuni “Asbabun Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan
turunya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian
tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan
dengan urusan agama.

3
5. Suhbhi al-Shalih mendefinisikan asbāb al-nuzūl sebagai sesuatu yang dengan sebabnya
turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu, atau memberi jawaban
terhadap sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab tersebut.
Definisi ini memberikan pengertian bahwa sebab turun suatu ayat adakalanya
berbentuk peristiwa dan adakalanya berbentuk pertanyaan. Suatu ayat-ayat atau beberapa
ayat turun untuk menerangkan hal yang berhubungan dengan peristiwa tertentu atau memberi
jawaban terhadap pertanyaan tertentu.
1. Sebab-sebab turun ayat dalam bentuk peristiwa ada tiga macam.
a. Peristiwa berupa pertengkaran, seperti perselisihan yang berkecamuk anatara
segolongan dari suku Aus dan segolongan dari suku Khazraj. Perselisihan itu timbul
dari intrik-intrik yang ditiupkan orang-orang Yahudi sehingga mereka berteriak-teriak:
“senjata,senjata”. Peristiwa tersebuat menyebabkan turunnya beberapa ayat,
diantaranya: Q.S. Ali ‘Imran/3 : 100
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari
orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu
menjadi orang kafir sesudah kamu beriman”.
Sampai beberapa ayat sesudahnya. Hal ini merupkan cara terbaik untuk menjauhkan
orang dari perselisihan dan merangsang orang untuk kepada sikap kasih sayang,
persatuan, dan kesepakatan.
b. Peristiwa berupa kesalahan yang serius, seperti peristiwa seorang yang mengimani
salat sedang mabuk sehingga tersalah membaca surah Al-Kafirun yang menyebabkan
turunnya ayat Q.S. An-Nisa’/4 : 43
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu
dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan
pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub[301], terkecuali sekedar
berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir
atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian
kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci);
sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha
Pengampun”.
Menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat ini termuat juga larangan untuk
bersembahyang bagi orang junub yang belum mandi.
c. Peristiwa berupa cita-cita dan keinginan, seperti persesuaian-persesuaian (muwafaqat)
Umar bin Al-Khattab dengan ketentun-ketentuan ayat –ayat Al-Quran. Dalam seajarah
4
ada beberapa harapan Umar yang dikemukakannya kepada Nabi Muhammad.
Kemudian turun ayat-ayat yang kandungannya sesuai dengan harapan-harapan Umar
tersebut. Sebagian Ulama menulisnya secara khusus. Sebagai contoh, Imam Al-
Bukhari dan lainnya meriwaytakan dari Anas ra. Bahwa Umar berkata : “Aku sepakat
dengan Tuhanku dalam tiga hal: Aku katakan kepada Rasul, bagaimana sekiranya kita
jadikan Makam Ibrahim tenpat salat.
Aku katakan kepada Rasul , sesungguhnya istri-istrimu masuk kepada mereka itu
orang yang baik-baik dan oran yang jahat, maka bagaimana sekiranya Engkau
perintahkan kepada mereka agar bertabir,
maka turunlah ayat hijab (Q.S. Al-Ahzab:53)
2. Sebab-sebab turun ayat dalam bentuk pertanyaan dapat dikelompokkan kepada tiga
macam, yaitu:
a. Pertama pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang telah lalu, seperti ayat
Q.S. Al-Kahf/18 : 83, artinya “dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang
Dzulkarnain. Katakanlah, "akan kubacakan kepadamu kisahnya".
b. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu
itu, seperti ayat: Q.S. Al-Isra’/17 : 85. Artinya “dan mereka bertanya kepadamu
tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu
diberi pengetahuan melainkan sedikit".
c. Pertanyaan yang berhubungan dengan masa yang akan datang, seperti ayat: Q.S. An-
Nazi’at/79 : 42, artinya “mereka (orang-orang kafir) bertanya kepadamu
(Muhammad) tentang hari Kiamat, kapankah terjadinya?”.

2.2. Macam-macam dan Pembagian Asbabun Nuzul

Berdasarkan jumlah sebab dan ayat yang turun, Asbabun Nuzul dibagi menjadi 2
macam, yaitu:

1. Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid

Adalah beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat atau wahyu.
Dalam ini, turunnya wahyu bertujuan untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab,
contohnya surah Al-Ikhlas ayat 1-4.

5
ۡ َ ُ ‫) ل َ ۡم ي َ د ِۡل َول َ ۡم ي‬٢( ُ‫) أ ه َُّلل أ هلص َمد‬١( ‫قُ ۡل ه َُو أ ه َُّلل َأ َح ٌد‬
ُ ‫) َول َ ۡم يَ ُكن ه َُّل ۥ‬٣( ‫وَل‬
)٤( ‫ڪ ُف ًوا َأ َح ٌد‬
Artinya: “Katakanlah:”Dia-lah Allah, yang maha Esa. Allah adalah tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Tiada berada beranak dan tiada pula di peranakkan.
Dan tiada seoarangpun yang setara dengan dengan dia.”

Ayat-ayat tersebut diturunkan sebagai tanggapan terhadap orang-orang musyrik


Mekkah sebelum Rasulullah SAW melakukan hijrah. Ayat tersebut juga diturunkan kepada
kaum ahli kitab yang ditemui di Madinah setelah Rasulullah hijrah.

2. Ta’addud An-Nazil Wa Al-Asbab Wahid

Adalah satu sebab yang melatarbelakangi beberapa ayat, contohnya terdapat pada
surah Ad-Dukhan ayat 10, 15 dan 16.

)١٠( ‫فَٱ ۡرتَ دق ۡب ي َ ۡو َم تَٱۡ دِت أ هلس َما ٓ ُء دبدُ خ ٍ۬نَان ُّمب ٍ۬ندي‬
Artinya: “maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata.”

َ ُ‫اَّنه ََك دش ُفو ْا ألۡ َع َذ داب قَ دلي ًۚل اَّه ُ ُۡ ََإِٓد‬


)١٥( ‫ون‬
‫ن ن‬ ‫ن‬
Artinya: “sesungguhnya (kalau) kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit
sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar)”.

َ ‫ي َ ۡو َم ن َ ۡب دط ُش ألۡ َب ۡطشَ َة أ ۡل ُك ۡ َۡب ٓى اَّنه ُمن َت دق ُم‬


)١٦( ‫ون‬
‫ن‬
Artinya:“(ingatlah) hari (ketika) kami menghantam mereka dengan hantaman yang
keras. Sesungguhnya kami memberi balasan”.

Asbabun nuzul ketiga ayat tersebut terjadi pada saat kaum Quraisy durhaka kepada
Nabi Muhammad SAW. Beliau berdoa agar mereka mendapatkan kelaparan sebagaimana
pernah terjadi pada zaman Nabi Yusuf As. Maka, Allah menurunkan penderitaan kepada
kaum Quraisy sehingga turunlah QS. AdDukhan 10.

Kemudian, para kaum Quraisy menghadap Nabi SAW untuk meminta bantuan. Lalu,
Rasulullah SAW berdoa kepada Tuhan untuk diturunkan hujan. Allah SWT lalu menurunkan
hujan dan turunlah QS. Ad-Dukhan 15. Namun, setelah mereka mendapatkan nikmat dari

6
Allah, mereka kembali sesat dan durhaka maka turunlah ayat ke-16. Dalam riwayat tersebut
dijelaskan bahwa siksaan yang dimaksud akan turun saat perang Badar.

Ilmu Asbabun Nuzul merupakan rangkaian peristiwa berdasarkan riwayat para


sahabat dan tabi’in serta penukilan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tidak ada ruang bagi akal di
dalamnya kecuali dengan melakukan tarjih antara berbagai dalil atau menghimpun berbagai
dalil yang kerap bertentangan.

2.3. Redaksi dan Makna Ungkapan Sebab Asbabun Nuzul

Ungkapan-ungkapan yang di gunakan oleh para sahabat untuk menunjukkan turunnya


al-qur’an tidak selamanya sama. Ungkapan-ungkapan itu secara garis besar di kelompokkan
dalam dua kategori, yaitu:

1. Sharih (jelas)
Ungkapan riwayat “sharih” yang memang jelas menunjukkan asbab annuzul dengan
indikasi menggunakan lafadz (pendahuluan).
“sebab turun ayat ini adalah...”
“telah terjadi..... maka turunlah ayat…..”
“rasulullah saw pernah di tanya tentang ....... maka turunlah ayat…..”

Contoh lain: QS. Al-maidah/5, ayat 2 yang artinya:

Artinya: “hai orang-orag yang beriman, janganlah kamu melanggar shi’ar-shi’ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang
had-ya, dan binatang-binatang qala-id, dan jangan pula mengganggu orang-orang yang
mengunjungi baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhoannya dari tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah
sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu
dari masjid al-haram, mendorongmu membuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-
menolonglah kamu dalam(mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah sangat berat siksa-Nya ”.(Q.S. almaidah : ayat 2).”

Asbab an-nuzul dari ayat ini; ibnu jarir mengetengahkan subuah hadits dari ikrimah
yang telah bercerita,” bahwa hatham bin hindun al-bakri datang kemadinah bersrta kafilahnya

7
yang membawa bahan makanan. Kemudian ia menjualanya lalu ia masuk ke madinah
menemui nabi saw.; setelah itu ia membaiatnya masuk islam. Tatkala ia pamit untuk keluar
pulang, nabi memandangnya dari belakang kemudian beliau bersabda kepada orang-orang
yang ada di sekitarnya, ‘sesungguhnya ia telah menghadap kepadaku dengan muka yang
bertampang durhaka, dan ia pamit dariku dengan langkah yang khianat. Tatkala al-bakri
sampai di yamamah, ia kembali murtad dari agama islam. Kemudian pada bulan dhulkaidah
ia keluar bersama kafilahnya dengan tujuan makkah. Tatkala para sahabat nabi saw.
Mendengar beritanya, maka segolongan sahabat nabi dari kalangan kaum muhajirin dan kaun
ansar bersiapsiap keluar madinah untuk mencegat yang berada dalam kafilahnya itu.
Kemudian Allah SWT. Menurunkan ayat,’ hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar shiar-shiar Allah...(QS. Al-maidah/5: 2) kemudian para sahabat mengurungkan
niatnya (demi menghormati bulan haji itu).

Hadits serupa ini di kemukakan pula oleh asadiy.” Ibnu abu khatim mengetengahkan
dari zaid bin aslam yang mengatakan, bahwa rasulullah saw. Bersama para sahabat tatkala
berada di hudaibiah, yaitu sewaktu orang-orang musyrik mencegah mereka untuk memasuki
bait al-haram peristiwa ini sangat berat dirasakan oleh mereka, kemudian ada orang-orang
musyrik dari penduduk sebelah timur jazirah arab untuk tujuan melakukan umroh. Para
sahabat nabi saw. Berkata, marilah kita halangi mereka sebagaimana(teman-teman mereka)
merekapun menghalangi sahabat-sahabat kita. Kemudian Allah Swt. Menurunkan
ayat,”janganlah sekali-kali mendorongmu berbuat aniaya kepada mereka...” (QS. Al-
maidah/5 ayat : 2)

2. Muhtamilah (masih kemungkinan atau belum pasti)

Ungkapan “mutammimah”adalah ungkapan dalam riwayat yang belum dipastikan


asbab an-nuzul karena masih terdapat keraguan. Hal tersebut dapat berupa ungkapan sebagai
berikut:

...“ayat ini diturunkan berkenaan dengan ...”

“saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan ...........”

“saya kira ayat ini tidak diturunkan kecuali berkenaan dengan.....”

Contohnya: QS. Al-baqarah/2: 223:

8
Artinya: “istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, mak datangilah
tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah
(amal yang baik)untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu
kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.”(QS. Al-
baqarah/2: 223).”

Asbab an-nuzul dari ayat berikut ;dalam sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh abu
daud dan hakim, dari ibnu abbas di kemukakan bahwa penghuni kampung di sekitar yatsrib
(madinah), tinggal berdampingan bersama kaum yahudi ahli kitab. Mereka menganggap
bahwa kaum yahudi terhormat dan berilmu, sehingga mereka banyak meniru dan
menganggap baik segala perbuatannya.Salah satu perbuatan kaum yahudi yang di anggap
baik oleh mereka ialah tidak menggauli istrinya dari belakang.

Adapun penduduk kamping sekitar quraish (makkah) menggauli istrinya dengan


segala keleluasannya.Ketika kaum muhajirin (orang makkah) tiba di madinah salah seorang
dari mereka kawin dengan seorang wanita ansar (orang madinah).Ia berbuat seperti
kebiasaannya tetapi di tolak oleh istrinya dengan berkata: “kebiasaan orang sini, hanya
menggauli istrinya dari muka.” Kejadian ini akhirnya sampai pada nabi saw, sehingga
turunlah ayat tersebut di atas yang membolehkan menggauli istrinya dari depan, balakang,
atau terlentang, asal tetap di tempat yang lazim.

2.4. Sudut Pandang Berbilangnya Asbab An-Nuzul Untuk Satu Ayat atau Berbilangnya
Satu Ayat untuk Satu Asbabun Nuzul.
A. Berbilangnya Asbabun Nuzul untuk satu ayat (Ta’add Ad As-Sabab Wa Nazil Al-Wahid)
Berbilangnya Asbabun Nuzul untuk satu ayat (Ta’add Ad As-Sabab Wa Nazil Al-
Wahid) Tidak setiap ayat memiliki beberapa versi riwayat Asbabun Nuzul untuk mengatasi
variasi riwayat Asbabun Nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi, para ulama mengatakan cara
sebagai berikut.
a. Tidak mempermasalahkannya
Cara ini digunakan apabila variasi riwayat Asbabun Nuzul ini menggunakan redaksi
muhtamilah (tidak pasti). Umpamanya, satu versi menggunakan redaksi, ”Ayat ini
diturunkan dengan …..”, dan Versi lain menggunakan redaksi, ”Saya kira ayat ini
diturunkan berkenaan dengan …..”. Variasi riwayat Asbabun Nuzul ini tidak perlu
dipermasalahkan karena yang dimaksud dalam riwayat itu hanyalah tafsir belaka bukan
sebagai Asbabun Nuzul.

9
b. Mengambil versi riwayat Asbabun Nuzul yang menggunakan redaksi Sharih
Cara ini digunakan apabila salah satu versi riwayat Asbabun Nuzul itu tidak
menggunakan redaksi Sharih (pasti), contohnya apabila ada satu riwayat yang
menggunakan redaksi Mumtamilah dan yang satunya lagi menggunakan redaksi Sharih.
Maka riwayat Sharihlah yang harus kita gunakan.
c. Mengambil versi riwayat yang shahih (valid).
Cara ini digunakan apabila seluruh riwayat itu menggunakan redaksi sharih (pasti),
tetapi kualitas salah satunya tidak shahih, dan untuk riwayat Asbabun Nuzul yang
mestinya berkualitas, para ulama mengemukakan langkah-langkah sebagai berikut :
 Mengambil versi riwayat yang shahih
Cara ini diambil bila kedua versi riwayat tentang Asbabun Nuzul satu ayat,
yang salah satu versi berkualitas shahih sedangkan yang lainnya tidak, Maka kita
harus mengambil yang shahih dan meninggalkan yang tidak
 Melakukan studi kompromi (Jama’)
Langkah ini diambil bila kedua riwayat yang kontradiktif itu sama-sama
memiliki kesahihan hadist yang sederajat dan tidak mungkin dilakukan Tarjih.
B. Variasi ayat untuk satu sebab (Ta’addud Nazil Wa As-Sabab Al-Wahid)
Ta’addud Nazil Wa As-Sabab Al-Wahid adalah suatu kejadian yang dapat menjadi
sebab bagi turunnya dua ayat atau lebih. Sebagai contoh : Hadist yang ditakhrijkan Ibnu Jarir
Ath Thabary dan Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas berkata : Nabi SAW berteduh dibawah
sebuah pohon, beliau bersabda kepada orang-orang yang di sekelilingnya akan datang kepada
kalian seorang yang berpandangan seperti pandangan syaithan. Tidak lama kemudian
muncullah seorang laki-laki yang bermata biru. Mereka dipanggil oleh Rasulullah SAW,
kemudian Rasulullah SAW bersabda : Mengapa kamu dan teman-temanmu mencaci maki
aku? Maka orang itu pergi dan datang lagi membawa teman-temannya lalu mereka
bersumpah atas nama Allah dan memungkirinya, sehingga Rasulullah memaafkannya. Maka
turunlah surat :
Artinya :
”Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka
tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka Telah mengucapkan
perkataan kekafiran, dan Telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang
mereka tidak dapat mencapainya[650], dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya),
kecuali Karena Allah dan rasulNya Telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka

10
jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya
Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka
sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi. (Q.S. At-
Taubah : 74.)
Dan Al-Hakim meriwayatkan Hadist ini dengan membawakan Lafadz diatas dan
mengatakan : Maka Allah Menurunkan :
Artinya :
”(Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Alla) lalu mereka bersumpah
kepada-Nya (bahwa mereka bukan musyrikin) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu;
dan mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh suatu (manfaat). Ketahuilah,
bahwa Sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta.”
“Syaitan Telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah;
mereka Itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya golongan syaitan Itulah
golongan yang merugi”. (Q.S.Al-Mujadalah : 18-19)

2.5. Manfaat Mempelajari Asbabun Nuzul

Studi tentang asbabun nuzul akan selalu menemukan relevansinya sepanjang


perjalanan peradaban manusia, mengingat asbabun nuzul menjadi tolak ukur dalam upaya
kontekstualisasi teks-teks Al Qur’an pada setiap ruang dan waktu serta psiko-sosio-historis
yang menyertai derap langkah manusia.
Al-Zarqani menyebutkan 7 macam diantara kegunaan atau faedah mengetahui Asbab
An-Nuzul, yaitu:
1. Pengetahuan tentang sabab Al-Nuzul membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan
tujuan Allah secara khusus mensyari’atkan Agamma-Nya melalui Al-Quran.
2. Pengetahuan tentang sabab Al-Nuzul membantu dalam memahami ayat dan
menghindarkan kesulitannya.
3. Pengetahuan tentang sabab Al-Nuzul dapat menolak dugaan adanya Hasr (pembatasan)
dalam ayat yang menurut lahirnya mengandung Hasr (pembatasan).
4. Pengetahuan tentang sabab Al-Nuzul dapat mengkhususkan (takhsis) hukum pada seabab
menurut ulama yang mesti diperhatikan adalah kekhususan sebab dan bukan keumuman
lafal.

11
5. Dengan mempelajari Sabab Al-Nuzul diketahui pula bahwa sebab turun ayat tidak pernah
keluar dari hukum yang terkandung dalama ayat tersebut sekalipun datang mukhasisnya
(Yang mengkhususkannya).
6. Dengan sabab Al-nuzul, diketahui orang yang ayat tertentu turun padanya secara tepat
sehingga tidak terjadi kesamaran bisa membawa kepada penuduhan orang yang tidak
bersalah dan pembebasan bagi orang yang salah.
7. Pengetahuan tentang sabab Al-Nuzul akan mempermudah orang menghafal ayat-ayyat
Al-Quran serta memperkuat keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya
jika menegtahui sebab turunnya.

Manfaat mengetahui Asbab an Nuzul menurut ulama lainnya, diantaranya adalah:


1. Ibnu Al- Daqiq, mengetahui asbabun nuzul ayat merupakan metode yang utama
dalammemahami pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an
2. Ibnu Taimiyah, mengetahui asbabun nuzul membantu dalam memahami ayat Al-Qur’an,
karena mengetahui sebab juga mengetahui musabab.
3. Al-Wahidi, tidak mungkin seorang dapat menafsirkan suatu ayat tanpa mengetahui
sejarah turunnya dan latar belakang masalahnya.

12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Asbabun Nuzul merupakan dua kata, yaitu asbab dan nuzul. Asbab berarti sebab,
karena atau lantaran. Nuzul artinya turun. Secara bahasa, Asbabun Nuzul adalah sebab-sebab
yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Namun, tidak semua yang melatarbelakangi
terjadinya sesuatu bisa disebut Asbabun Nuzul, istilah ini hanya digunakan untuk
melatarbelakangi sebab-sebab turunnya ayat AlQur’an.

Kedudukan asbab an-nuzul dalam pemahaman Al-Qur’an sangat membantu dalam


memahami Al-Qur’an, apabila tidak niscaya banyak kekeliruannya. Kebanyakan ulama untuk
menjadikan pedoman hukum lebih sepakat pada “umum lafadh” daripada “khusus sebab”,
karena mempunyai tiga macam dalil yaitu: pertama, lafadh syar’I saja yang menjadikan
hujjah dan dalil. Kedua, kaidah tersebut ditanggungkan kepada makna selama tidak ada
pemalingannya dari makna tersebut. Ketiga, para sahabat dan mujtahid kebanyakan tanpa
memerlukan qias atau mencari dalil apabila berhujjah dengan lafadh yang umum dari sebab
yang khusus.
Dan dapat kita tarik kesimpulan, diantaranya :
1. Asbabun nuzul terdiri dari kata asbab (jamak dari sababa yang artinya sebab-sebab), dan
nuzul (artinya turun).Asbabun nuzul adalah sebab turunnya al-Qur’an (berupa
peristiwa/pertanyaan) yang melatarbelakangi turunnya ayat al-Qur’an dalam rangka
menjawab, menjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian
tersebut.
2. Macam-macam asbabun nuzul ada 2, yaitu :
1) Dilihat dari sudut Pandang Redaksi-Redaksi yang Dipergunakan dalam Riwayat
Asbab An-Nuzul.
2) Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbab an-Nuzul untuk Satu Ayat atau
Berbilangnya Ayat untuk Asbab An-Nuzul
3. Dari sudut pandang redaksi yang dipergunakan dalam riwayat asbabun nuzul meliputi
sharih dan muhtamilah
4. Dari sudut pandang terbilangnya asbab an-nuzul untuk satu ayat atau terbilangnya ayat
untuk satu asbab an-nuzul meliputi :

13
1) Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat
2) Satu sebab yang melatarbelakangi turunnya beberapa ayat
5. Manfaat mempelajari Asbabun Nuzul, diantaranya :

1) Membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan tujuan allah secara khusus
mensyari’atkan agama-Nya melalui al-qur’an.

2) Membantu dalam memahami ayat dan menghindarkan kesulitannya

3) Diketahui pula bahwa sebab turun ayat tidak pernah keluar dari hokum yang
terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang mukhasisnya (yang
mengkhususkannya).

4) Diketahui ayat tertetu turun padanya secara tepat sehingga tidak terjadi kesamaran
bisa membawa kepada penuduhan terhadap orang yang tidak bersalah dan
pembebasan bagi orang yang tidak bersalah.

5) Akan mempermudah orang menghafal ayat-ayat al-qur’an serta memperkuat


keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika mengetahui sebab
turunnya.
Dari uraian diatas kita dapat memahami bahwa asbabun nuzul tidak bisa dipisahkan
dengan kajiana al-Qur’an, terutama untuk mengambil kesimpulan dari ayat-ayat hukum. Dan
dapatlah kita ketahui bahwasannya al Quran mengandung banyak nilai-nilai kehidupan maka
dari itu kita patutlah mempelajarinya. Al Qur’an sebagai mukjizat yang di anugrahkan kepada
nabi Muhammad adalah salah satu kitab Allah yang paling sempurna diantara kitap suci yang
lain. Al Quran diturunkan kepada nabi Muhammad melalui beberapa cara yang mana dalam
penurunan Al-Quran itu sendiri diberikan secara berangsur-angsur atau bertahap.

3.2. Saran

Penulis berharap, semoga setelah mempelajari dan memahami makalah ini, kita dapat
mengamil hikmah dari pelajaran asbabun nuzul ini, dan semoga kita dapat meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt. kami mengharapkan kritik dan saran yang
mebangun dari pembaca agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua serta mendapat keridho’an Allah swt. Penulis ucapkan terima
kasih dan mohon maaf apabila masih banyak terjadi kesalahan dalam pembuatan makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadehirjin, Moh., Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa, 1998.
Anwar, Rosihon, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2007.
Wahid, Rahli Abdul. Ulumul Qur’an. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1996.
Zuhdi, Masjfuk. Pengantar Ulumul Qur’an. Bina Ilmu. Surabaya. 1982.
file:///C:/Users/akmal/Downloads/adoc.pub_asbabun-nuzul-refleksi-al-quran%20(1)%20(3).pdf
diakses pada 14 Maret 2023 pukul 19.14

Anda mungkin juga menyukai