Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA

“HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK ONTOLOGI MATEMATIKA”

OLEH:
KELOMPOK 9
NOFITA DAMAYANTI
NIM. 2010247416

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2021
DAFTAR ISI

BAB I (PENDAHULUAN)
a. Latar Belakang .................................................................. ......... 3
b. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
c. Daftar Isi ..................................................................................... 4

BAB II (PEMBAHASAN)
a. Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Ontologi Matematika ....... 5
b. Hakikat dan Karakteristik Ontologi Matematika ........................ 6
c. Matematika Merupakan Alat Pemikiran ..................................... 8
d. Matematika Sebagai Bahasa ....................................................... 9
e. Matematika untuk Nature Science dan Social Science ............... 11
f. Titik, Garis, Bidang, dan Lingkaran dalam Matematika............. 12
g. Alam Semesta merupakan Ruang Terhingga .............................. 13

BAB III (PENUTUP)


a. Simpulan ..................................................................................... 15
b. Saran ........................................................................................... 15
c. Pertanyaan dan Jawaban ............................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. …….17

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman atau pengertian,
pembentukan pendapat, dan kesimpulan atau keputusan dari sesuatu yang kita
kehendaki. Menurut tim dosen filsafat ilmu (1992), “Berpikir merupakan ciri
utama bagi manusia, untuk membedakan antara manusia dengan makhluk lain.
Maka dengan dasar berpikir, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh
akal dapat memikirkannya. Berpikir merupakan proses bekerjanya akal,
manusia dapat berpikir karena manusia berakal. Akal merupakan salah satu
unsur kejiwaan manusia untuk mencapai kebenaran di samping rasa dan
kehendak untuk mencapai kebaikan”.
Matematika dibandingkan dengan disiplin-disiplin ilmu yang lain
mempunyai karakteristik tersendiri. Banyak para ahli menyebutkan bahwa
matematika itu berhubungan dengan ide-ide atau konsep-konsep yang abstrak
yang penalarannya bersifat deduktif, namun orang-orang sering menyebut
matematika itu ilmu hitung.
Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang
berarti ‘belajar atau hal yang dipelajari’. Matematika memiliki bahasa dan
aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan
struktur atau keterkaitan antar konsep yang kuat. Unsur utama pekerjaan
matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi
(kebenaran konsistensi). Selain itu, matematika juga bekerja melalui penalaran
induktif yang didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada
perkiraan tertentu. Tetapi perkiraan ini, tetap harus dibuktikan secara deduktif,
dengan argumen yang konsisten.

3
Terhadap obyek-obyek yang dikaji oleh matematika yang telah
dipaparkan di atas, para filsuf melakukan perenungan untuk memahami dan
mengkaji matematika. Kajian ini selanjutnya disebut sebagai kajian ontologi
matematika yang menjadi salah satu cabang dalam filsafat matematika

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor-faktor pendorong timbulnya ontologi matematika?
2. Bagaimana hakikat dan karakteristik ontologi matematika?
3. Bagaimana peran matematika sebagai alat pemikir?
4. Bagaimana peran matematika sebagai bahasa?
5. Bagaimana posisi matematika dalam nature science dan social science
6. Bagaimana pemaknaan titik, garis, bidang, dan lingkaran dalam
matematika?
7. Apa makna alam semesta sebagai suatu ruang terhingga?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui faktor-faktor pendorong timbulnya ontologi matematika
2. Mengetahui hakikat dan karakteristik ontologi matematika
3. Mengetahui peran matematika sebagai alat pemikir
4. Mengetahui peran matematika sebagai bahasa
5. Mengetahui posisi matematika dalam nature science dan social science
6. Mengetahui pemaknaan titik, garis, dan dan lingkaran dalam matematika
7. Mengetahui makna alam semesta sebagai suatu ruang terhingga

4
BAB II
HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK ONTOLOGI MATEMATIKA

A. Faktor-faktor Pendorong Timbulnya Ontologi Matematika


Ontologi matematika merupakan cabang filsafat yang berhubungan
dengan yang ada, sesuatu yang ada, termasuk di dalamnya hal-hal metafisik di
dalam pengetahuan matematika. Banyak hal yang dipersoalkan di dalam
ontologi matematika, diantaranya adalah cakupan dari pernyataan matematika
yang berkaitan dengan dunia nyata (fakta) ataupun hanya dalam pikiran
manusia. Cakupan tersebut merupakan suatu realitas dari entitas matematika
yang menjadi bahan pemikiran filsafat (Wahyu dam Rohmah, 2018).
Menurut Wahyu dan Rohmah (2018), timbulnya ontologi matematika
diawali oleh fakta sejarah bahwa para filsuf dan ahli matematika pada zaman
dahulu mempergunakan matematika sebagai alat dalam melakukan suatu
pekerjaan atau menyelesaikan masalah. Mulai dari hal-hal sederhana sampai
pada hal-hal yang menakjubkan. Hal ini dapat dilihat dari sejarah peradaban
mesir kuno dan babilonia yang telah mempergunakan matematika untuk
membangun bangsanya. Selain menggunakan matematika untuk kehidupan
sehari-hari, bangsa mesir kuno menggunakan perhitungan sederhana untuk
menghitung pajak, luas lumbung penyimpanan bahan makanan, perdagangan,
menghitung batas luas tanah yang hilang karena luapan sungai Nil, sampai pada
perhitungan rumit untuk membangun istana dan piramida.
Sementara itu, matematika di masa modern juga digunakan hampir di
segala aspek kehidupan, hanya saja yang membedakannya adalah cara
melakukan perhitungannya yang lebih akurat dengan bantuan komputer. Dalam
dunia modern, matematika digunakan untuk mrnghitung ketinggian awan
dalam bidang penerbangan, melakukan prediksi terhadap cuaca dalam bidang

5
meteorologi, bahkan menggunakan konsep perbandingan untuk memutar
sebuah film pada layar bioskop.
Penggunaan matematika di zaman kuno maupun di zaman modern pada
dasarnya menggunakan fakta, prinsip, konsep, dan prosedur yang sama. Hal ini
menunjukkan bahwa matematika merupakan alat pemikiran yang menyatukan
umat manusia di berbagai zaman dan di berbagai belahan dunia. Matematika
juga merupakan bahasa yang menyatukan umat manusia dalam hal berhitung.
Bahasa matematika berlaku universal dan internasional. Dimanapun kita
berada, 1+1=2. Penggunaan bahasa matematika memuat simbol-simbol untuk
mempersingkat kata yang berlebihan. Simbol-simbol ini telah disepakati oleh
para ahli di seluruh dunia. Dari manapun ahli matematika berasal, mereka akan
tetap mengerti simbol-simbol dari matematika. Hal inilah yang menjadi
pendorong timbulnya pemikiran oleh para filsuf untuk merenungi objek-objek
matematika sebagai bagian dari kajian ontologi pada filsafat matematika.

B. Hakikat dan Karakteristik Ontologi Matematika


1. Hakikat Ontologi Matematika
Ontologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata on dan logos.
On artinya ada sedangkan logos artinya ilmu. Dari kedua kata ini, dapat
diketahui bahwa ontologi merupakan ilmu tentang keberadaan sesuatu yang
ada. Kattsoff (dalam Didi Haryono, 2014) menyatakan bahwa ontologi mencari
kenyataan yang tak terhingga dan menjelaskannya.
Menurut Didi Haryono (2014), ontologi matematika merupakan cabang
filsafat yang berhubungan dengan sesuatu yang ada termasuk hal-hal metafisik
dalam pengetahuan matematika. Dalam ontologi matematika, banyak hal yang
dipersoalkan misalkan cakupan dari pernyataan matematika yang berkaitan
dengan dunia nyata (fakta) atau hanya dalam pikiran manusia. Cakupan-
cakupan ini merupakan suatu realitas dan eksistensi dari entitas-entitas

6
matematika yang juga menjadi bahan pemikiran filsafat. Parnabhakti dan Ulfa
(2020) berpendapat bahwa ontologi matematika membahas mengenai apa yang
ada di dalam matematika, dan tercakup di dalamnya pernyataan-pernyataan
matematika.
Marsigit (2004) mengemukakan bahwa dalam kaitannya dengan
matematika maka titik pangkal pendekatan ontologis adalah mencari pengertian
menurut akar dan dasar terdalam dari kenyataan matematika. Pendekatan
ontologis merupakan refleksi untuk menangkap kenyataan matematika
sebagaimana kenyataan tersebut telah ditemukan. Dalam kesadaran akan
dirinya maka orang yang memikirkan matematika adalah orang yang paling
dekat dengan kenyataan matematika, dan dari sinilah maka dia dapat memulai
untuk menemukan kenyataan seluruh matematika dan hubungan dirinya dengan
matematika. Kenyataan matematika dapat dipahami seada-adanya dengan
seluruh isi, kepadatan, otonomi dan potensi komunikasi baik secara material,
formal, normatif maupun transenden. Kesadaran ontologis berusaha
merefleksikan dan menginterpretasikan kenyataan matematika kemudian
secara implisit menghadirkannya sebagai suatu pengetahuan yang berguna
dalam pergaulan dengan orang lain serta secara eksplisit dapat dirumuskan
dalam bentuk-bentuk formal untuk mendapatkan tema-tema yang bersesuaian.

2. Karakteristik Ontologi Matematika


Agung Prabowo (2009) berpendapat bahwa karakteristik utama dari
kajian terhadap matematika secara ontologis adalah eksistensi dari obyek-
obyek matematika. Obyek-obyek yang dikaji dalam matematika adalah fakta,
prinsip, konsep, definisi, relasi, operasi abstrak, serta prinsip abstrak. Fakta
abstrak berupa konvensi (kesepakatan) yang diungkapkan dengan simbol
tertentu, misal simbol 3 menyatakan bilangan bulat positif setelah dua. Konsep
adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau

7
mengkalisifikasikan sekumpulan obyek, misal segitiga merupakan konsep
abstrak sebab sekumpulan benda dapat digolongkan sebagai segitiga atau
bukan. Definisi adalah ungkapan yang membatasi suatu konsep. Operasi
abstrak dalam matematika adalah suatu fungsi yaitu relasi khusus untuk
memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen abstrak yang diketahui
Prinsip abstrak adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika.
Dalam matematika obyek dasar yang dipelajari adalah obyek abstrak,
atau berupa obyek mental. Dengan demikian, eksistensi obyek-obyek tersebut
hanya ada dalam benak dan mental orang yang memikirkannya, dan tidak
pernah dapat dibuat menjadi nyata atau bersifat fisik, serta tidak perlu
dihubungkan dengan benda fisik atau diberi makna tertentu. Konsekuensinya,
matematika tidak akan pernah menderita nasib menjadi tidak cocok dengan
bukti empiris yang baru ditemukan.

C. Matematika Sebagai Alat Pemikiran


Berpikir merupakan suatu proses yang terjadi di jaringan syaraf pada
otak kita. Rismawati (2016) menyebutkan bahwa Berpikir merupakan ciri
utama manusia yang membedakannya dengan makhluk lain. Dengan dasar
berpikir manusia mengembangkan berbagai cara untuk dapat mengubah
keadaan alam guna kepentingan hidupnya. Berpikir dapat beragam
orientasinya, namun secara garis besar dapat dibedakan menjadi berpikir
alamiah dan berpikir ilmiah. Matematika sendiri dapat dijadikan sebagai sarana
berpikir baik alamiah maupun ilmiah.
Didi Haryono (2014) menyatakan bahwa sejak zaman dahulu, para ahli
matematika dan filsuf menggunakan matematika sebagai isntrumen dalam
melakukan suatu pekerjaan atau menyelesaikan masalah dari suatu hal yang
biasa sampai hal-hal yang luar biasa. Sebagai contoh, pada zaman dahulu, filsuf
Thales mencoba mengukur tinggi piramida dengan mengukur panjang

8
bayangan piramida. Kemudian, Thales juga mengukur jarak kapal di tengah
lautan sementara ia berada di atas sebuah menara yang terletak di tepi pantai.
Kemudian, di atas menara tersebut ia menyimpan dan menjulurkan sebatang
kayu panjang untuk melihat letak kapal yang berada di tengah lautan sehingga
bentuknya jika diilustrasikan seperti bangun datar yang sebangun.
Di zaman modern, matematika digunakan lebih luas lagi untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan manusia. Di zaman modern, pengukuran
matematika digunakan untuk bidang meteorologi yang berkaitan dengan
keadaan cuaca. Baik pilot maupun petani harus senantiasa memerlukan
informasi yang jelas tentang kondisi cuaca yang sedang terjadi. Pilot harus
mengetahui keadaan cuaca ketika menerbangkan pesawat untuk mengetahui
ketinggian dan jalur yang aman. Begitu juga dengan petani, mereka
memerlukan informasi mengenai cuaca untuk menentukan waktu tanam yang
tepat bagi bibit-bibitnya. Fathoni (2011) menyebutkan bahwa Matematika
sebagai sarana berpikir deduktif, memungkinkan manusia untuk
mengembangkan pengetahuannya berdasarkan teori-teori yang telah ada.
Misal, jumlah sudut sebuah lingkaran adalah 3600 . Dari pengetahuan ini dapat
dikembangkan, seperti besar sudut keliling lingkaran sama dengan setengah
besar sudut pusat jika menghadap busur yang sama.
Berdasarkan beberapa contoh penerapan matematika yang telah
dipaparkan di atas, jelas terlihat bahwa manusia membutuhkan matematika
sebagai alat untuk berpikir. Matematika berperan dengan perhitungannya
membuat para pemikir untuk mencari dan menemukan suatu kebenaran yang
membuat mereka ingin tahu dan penasaran (Didi Haryono, 2014).

D. Matematika Sebagai Bahasa


Fathoni (2011) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi
verbal mempunyai banyak kelemahan, karena tidak semua pernyataan dapat

9
dilambangkan dengan bahasa. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan bahasa
tersebut maka digunakanlah sarana matematika. Suriasumantri (dalam
Rismawati, 2016) menyebutkan bahwa matematika memiliki bahasa dan aturan
yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur
atau keterkaitan antar konsep yang kuat. Matematika adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Matematika sebagai bahasa mampu mengatasi kekurangan dari bahasa verbal,
bahasa matematika menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional dari
bahasa verbal.
Dengan matematika, sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa
dapat dihilangkan. Lambang yang digunakan dalam matematika lebih eksak
dan jelas, lambang-lambang tersebut tidak bisa dicampuri oleh emosional
seseorang, suatu lambang dalam matematika jelas hanya mengandung satu arti
sehingga orang lain tidak dapat memberikan penafsiran selain dari maksud
pemberi informasi. Misalnya, seseorang yang mengatakan: ”Saya punya satu
orang adik perempuan”, orang lain dapat menerima bahwa orang itu
mempunyai satu adik, tidak mungkin orang lain akan mempunyai penafsiran
bahwa orang itu mempunyai dua atau tiga orang adik (Fathoni, 2011).
Amsal Bahtiar (dalam Didi Haryono, 2014) mengutip pendapat
Burhanuddin Salam, menyatakan bahwa matematika merupakan bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita
sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang beru
mempunyai makna jika kita memberikan makna kepadanya. Tanpa itu, maka
matematika hanyalah sekumpulan rumus tanpa arti.
Bahasa matematika terdiri dari berbagai huruf, simbol dan lambang.
Pada dasarnya, bahasa matematika bukanlah bahasa yang diucapkan,
melainkan sesuatu yang digunakan dalam pemikiran oleh para ilmuwan di
seluruh dunia. Oleh karena itu, bahasa matematika bersifat universal dan

10
berlaku secara internasional. Bahasa matematika dapat dimengerti secara
semesta oleh para ilmuwan terlepas dari kebangsaannya. Misalkan semua ahli
matematika dan ilmuwan tertentu mengerti dengan pernyataan (𝑎 + 𝑏)2 =
(𝑎 + 𝑏)(𝑎 − 𝑏) (Liang Gie dalam Didi Haryono, 2014).

E. Matematika untuk Nature Science dan Social Science


Secara harfiah, nature science dapat diterjemahkan sebagai “ilmu alam”
sedangkan social science diterjemahkan sebagai “ilmu sosial”. Walaupun pada
praktiknya, ilmu alam lebih banyak membutuhkan peranan matematika, tetapi
matematika juga digunakan secara luas oleh kalangan yang mendalami ilmu
sosial.
Suriasumantri (2007) mengungkapkan bahwa dalam perkembangan
ilmu alam, matematika memberikan kontribusi yang cukup besar. Kontribusi
matematika dalam perkembangan ilmu alam lebih ditandai dengan penggunaan
lambang-lambang bilangan untuk pengukuran dan perhitungan. Hal ini sesuai
dengan objek ilmu alam yaitu gejala-gejala alam yang dapat diamati. Hal ini
berbeda dengan ilmu sosial yang objeknya sulit untuk ditelaah dan cenderung
kompleks.
Amsal Bahtiar (dalam Didi Haryono, 2014) berpendapat bahwa ilmu
sosial ditandai oleh kenyataan bahwa kebanyakan dari masalah yang dihadapi
tidak mempunyai pengukuran yang mempergunakan bilangan dan pengertian
ruang adalah sama sekali tidak relevan. Tetapi beberapa ilmuwan ilmu sosial
juga menggunakan model matematis dalam menyelesaikan permasalahan
mereka. Hal ini dilakukan karena bahasa matematis merupakan suatu cara yang
mudah dalam memformalisasikan hipotesanya dalam bentuk yang persis dan
jelas. Sekali model tersebut diformalisasikan dalam suatu bentuk yang abstrak,
maka ia merupakan cabang dari matematika.

11
Matematika untuk ilmu alam dan sosial sejatinya adalah matematika
terapan. Matematika terapan telah mengilhami dan membuat penggunaan
temuan matematika baru dan kadang-kadang mengarah pada disiplin ilmu yang
sepenuhnya baru. Matematikawan juga mengkaji matematika murni atau
matematika untuk perkembangan matematika itu sendiri tanpa adanya
penerapan dalam kehidupan manusia.

F. Titik, Garis, Bidang, dan Lingkaran dalam Matematika


Titik, garis, dan bidang merupakan suatu bentuk yang saling
berhubungan antara satu dengan yang lain. Titik merupakan objek imajinatif
yang tidak memiliki panjang, lebar, dan tinggi, serta tidak memiliki luas dan
volume. Oleh karenanya, titik dikatakan sebagai obyek tak berdimensi (Didi
Haryono, 2014). Sebuah titik dipikirkan sebagai suatu tempat/posisi dalam
ruang. Titik tidak memiliki panjang maupun ketebalan. Bekas tusukan jarum,
atau bekas ujung pensil di atas kertas, dapat dipikirkan sebagai model fisik dari
sebuah titik. Sebuah titik direpresentasikan dengan sebuah noktah dan diberi
nama dengan suatu huruf kapital (Karso dkk, 2010).
Garis merupakan kumpulan atau himpunan titik-titik yang
diperpanjang. Garis tidak memiliki batas ke kanan maupun ke kiri. Oleh sebab
itu, yang kita gambarkan selama ini merupakan wakil garis. Pada dasarnya
dalam dunia nyata tidak didapatkan garis lurus, karena garis sebenarnya tidak
pernah lurus. Hal ini disebabkan karena bumi tempat manusia tinggal berbentuk
seperti bola pejal. Pythagoras dan Euclid telah membahas persoalan antara titik
dan garis berabad-abad yang lalu. Sehingga saat ini, disepakati bahwa jarak
antara dua titik merupakan panjang garis lurus yang menghubungkan kedua
titik tersebut (Didi Haryono, 2014).Sementara itu, bidang dalam hal ini adalah
sesuatu berdimensi dua yang memiliki panjang dan lebar. Sebuah bidang
memiliki luas yang tidak terbatas. Sama seperti garis, dalam geometri yang

12
digambarkan adalah wakilnya saja seperti yang ditunjukkan oleh gambar di
bawah ini.

Gambar 1. Titik, Garis, dan Bidang


Lingkaran juga merupakan objek dua dimensi yang memiliki jari-jari
dan diameter. Dalam kehidupan sehari-hari, lingkaran dapat kita jumpai pada
ujung botol, silinder, dan lain sebagainya. Berbagai cara dapat digunakan untuk
menggambar sebuah lingkaran dengan panjang dan jari-jari tertentu (Didi
Haryono, 2014).
Rene Descartes memperkenalkan koordinat bagi titik-titik di dalam
ruang dengan mengambil satu titik tertentu sebagai acuan. Dengan koordinat
ini, di setiap titik diidentifikasi dengan bilangan tertentu dan tidak mungkin dua
titik diidentifikasi dengan bilangan yang sama. Para ilmuwan matematika
mengembangkan konsep ruang abstrak berdimensi n yang lebih dari tiga.
Dalam perspektif ruang abstrak berdimensi n, maka garis dapat disebut sebagai
ruang dimensi satu, sedangkan bidang disebut sebagai ruang dimensi dua.

G. Alam Semesta Merupakan Ruang Terhingga


Didi Haryono (2014) menyatakan bahwa ada argumen yang
menyebutkan bahwa alam semesta berluas tak terhingga. Tetapi argumen lain
menyatakan boleh jadi ia berhingga. Kosmos boleh jadi secara nyata adalah
terhingga. Ilusi ketakhinggaan timbul sewaktu cahaya membelit ruang
sepenuhnya. Seiring waktu berjalan, astronom mampu menyaksikan galaksi-
galaksi berkembang dan mereka pun mencari citra-citra baru. Tapi akhirnya tak
ada ruang baru yang terlihat oleh mereka.

13
Menurut relativitas, ruang adalah medium dinamis yang dapat
melengkung dengan salah satu dari tiga cara, tergantung distribusi materi dan
energi di dalamnya. Untuk menentukan mana dari ketiga geometri tersebut
yang dimiliki oleh alam semesta kita, astronom mengukur densitas materi dan
energi di kosmos. Bentuk-bentuk geometri yang disinyalir merupakan bentuk
dari alam semesta ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.

Gambar 2. Bentuk-bentuk Geometris Alam Semesta

Pendapat lain dikemukakan oleh fisikawan terkemuka yaitu Carl Sagan


dalam bukunya Cosmos (2016). Sagan menyebutkan bahwa tak satupun
skenario kosmologi modern yang sepenuhnya memuaskan hasrat manusia.
Dalam satu skenario, alam semesta tercipta sepuluh hingga dua puluh miliar
tahun yang lalu dan mengembang selamanya, galaksi-galaksi bergerak saling
menjauhi dan akhirnya galaksi terakhir menghilang di cakrawala kosmik.
Dalam skenario lainnya, alam semesta berosilasi. Kosmos tidak memiliki awal
maupun akhir, dan kita berada di tengah-tengah siklus kematian.

14
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Timbulnya ontologi matematika diawali oleh fakta sejarah bahwa para
filsuf dan ahli matematika pada zaman dahulu mempergunakan matematika
sebagai alat dalam melakukan suatu pekerjaan atau menyelesaikan masalah.
Mulai dari hal-hal sederhana sampai pada hal-hal yang menakjubkan.
Ontologi matematika merupakan cabang filsafat yang berhubungan
dengan sesuatu yang ada termasuk hal-hal metafisik dalam pengetahuan
matematika. Ontologi membahas obyek-obyek dalam matematika seperti titik,
garis, bidang, dan lingkaran.

B. Saran
Dengan selesainya makalah ini penulis berharap semoga makalah ini
dapat menambah dan memenuhi kebutuhan materi bacaan, terutama bagi
mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Matematika. Penulis menyadari
pemaparan masih terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Penulis sangat
mengharapkan kritik yang membangun dari para pembaca sehingga
pembahasan ini semakin lengkap dan dapat menambah wawasan mengenai
ontologi matematika.

C. Pertanyaan dan Jawaban


1. Sebutkan yang dimaksud sebagai ontologi matematika menurut para
ahli!
Jawab: Menurut Didi Haryono (2014), ontologi matematika merupakan
cabang filsafat yang berhubungan dengan sesuatu yang ada termasuk hal-
hal metafisik dalam pengetahuan matematika. Sementara itu Parnabhakti

15
dan Ulfa (2020) berpendapat bahwa ontologi matematika membahas
mengenai apa yang ada di dalam matematika, dan tercakup di dalamnya
pernyataan-pernyataan matematika. Sehingga dapat bahwa ontologi
matematika adalah cabang filsafat yang berhubungan dengan sesuatu yang
ada di dalam matematika termasuk hal-hal metafisik dalam matematika.

2. Apa karakteristik utama yang menjadi bahan kajian ontologi


matematika?
Jawab: Agung Prabowo (2009) berpendapat bahwa karakteristik utama dari
kajian terhadap matematika secara ontologis adalah eksistensi dari obyek-
obyek matematika. Obyek-obyek yang dikaji dalam matematika adalah
fakta, prinsip, konsep, definisi, relasi, operasi abstrak, serta prinsip abstrak.
Fakta abstrak berupa konvensi (kesepakatan) yang diungkapkan dengan
simbol tertentu.

3. Apa kelebihan matematika sebagai bahasa yang mampu mengatasi


kekurangan bahasa verbal?
Jawab: Menurut Fathoni (2011), dengan matematika, sifat kabur, majemuk
dan emosional dari bahasa dapat dihilangkan. Lambang yang digunakan
dalam matematika lebih eksak dan jelas, lambang-lambang tersebut tidak
bisa dicampuri oleh emosional seseorang, suatu lambang dalam matematika
jelas hanya mengandung satu arti sehingga orang lain tidak dapat
memberikan penafsiran selain dari maksud pemberi informasi.

4. Jelaskan sebuah contoh bahwa matematika dijadikan sebagai alat


berpikir!
Jawab: Didi Haryono (2014) memberikan contoh sebagai berikut. Di zaman
modern, matematika digunakan lebih luas lagi untuk menyelesaikan

16
berbagai permasalahan manusia. Di zaman modern, pengukuran
matematika digunakan untuk bidang meteorologi yang berkaitan dengan
keadaan cuaca. Baik pilot maupun petani harus senantiasa memerlukan
informasi yang jelas tentang kondisi cuaca yang sedang terjadi. Pilot harus
mengetahui keadaan cuaca ketika menerbangkan pesawat untuk
mengetahui ketinggian dan jalur yang aman. Begitu juga dengan petani,
mereka memerlukan informasi mengenai cuaca untuk menentukan waktu
tanam yang tepat bagi bibit-bibitnya.

5. Apa yang dimaksud dengan titik dalam matematika?


Jawab: Titik merupakan objek imajinatif yang tidak memiliki panjang,
lebar, dan tinggi, serta tidak memiliki luas dan volume. Oleh karenanya,
titik dikatakan sebagai obyek tak berdimensi (Didi Haryono, 2014). Sebuah
titik dipikirkan sebagai suatu tempat/posisi dalam ruang. Titik tidak
memiliki panjang maupun ketebalan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fathoni, Mukhammad. 2011. “Sarana Berpikir Ilmiah”. Makalah, Yayaysan


Pondok Pesantren Nurul Huda Oku Timur Sumsel.

Haryono, Didi. 2014. Filsafat Matematika: Suatu Tinjauan Epistemologi dan


Filosofis. Bandung: Alfabeta.

Marsigit. 2004. “Mengembangkan Nilai-Nilai Filosofis Matematika dalam


Pembelajaran Matematika Menuju Era Global”. Makalah, Stadium
Generale UIN.

Parnabhakti, Lily dan Marchamah Ulfa. 2020. “Perkembangan Matematika


dalam Filsafat dan Aliran Formalisme yang Terkandung dalam Filsafat
Matematika”. Jurnal Ilmiah Matematika Realistik 1 No. 1: 11-14.

Prabowo, Agung. 2009. “Aliran-Aliran Filsafat dalam Matematika”. JMP 1 No.


2: 25-45

Purnama, Wahyu dan Maya Siti Rohmah. 2018. Modul Pengembangan


Keprofesian Berkelanjutan. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan KEMENDIKBUD.

Rismawati, Melinda. 2016. “Mengembangkan Peran Matematika Sebagai Alat


Berpikir Ilmiah Melalui Pembelajaran Berbasis Lesson Study. Jurnal
Vox Edukasi 7 No. 2: 203-215.

Sagan, Carl. 2016. Cosmos. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

18
Suriasumantri, Jujun. 2007. Filsafat Ilmu (Sebuah Pengantar Populer). Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai