2010247416 TUGAS 2 STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT ATTAINMENT
Matematika memiliki peranan penting dalam kehidupan terutama untuk meningkatkan
daya pikir manusia serta sebagai sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari- hari. Oleh karena itu, matematika wajib diajarkan di setiap jenjang pendidikan mulai dari SD hingga SMA. Pendidikan matematika di sekolah ditujukan agar siswa memiliki daya nalar yang baik untuk memecahkan permasalahan mereka. Namun, kebanyakan siswa di Indonesia merasa kesulitan memahami topik-topik yang ada pada matematika dikarenakan kurangnya pemahaman serta penalaran untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran matematika ini adalah model concept attainment. Concept attainment sendiri jika dialih bahasakan ke bahasa Indonesia berarti “pencapaian konsep”. Model pembelajaran concept attainment merupakan strategi isntruksional yang menggunakan proses penemuan terstruktur (structured inquiry process) yang didasarkan pada penelitian Jerome Bruner dkk pada tahun 1977. Kaukhak dan Eggen (dalam Tina Sri Sumartini, 2015) mendefenisikan model concept attainment sebagai suatu model pembelajaran induktif yang membantu siswa dalam mempelajari konsep dan melatih keterampilan siswa dalam mempelajari konsep dan melatih keterampilan siswa dalam mempraktekkan keterampilan berpikir analitis. Dalam pembelajaran concept attainment, siswa dituntut untuk menemukan konsep tertentu melalui penelaahan masalah, perumusan, dan pengujian hipotesis sehingga siswa yakin dengan konsep yang mereka temukan. Penelaahan masalah diawali dari proses pencarian dan pendaftaran sifat-sifat yang dapat digunakan untuk membedakan contoh-contoh yang tidak tepat dari berbagai kategori. Arun Naik menyatakan bahwa concept attaintment requires a student to figure out the attributes of a category that is already in another person’s (teacher) mind by comparing and contrasting examples that contain the characteristic (attributes) of the concept with examples that do not contain these attributes. Siswa diajak untuk menemukan karakteristik/ciri-ciri dari suatu konsep matematika berdasarkan contoh dan non-contoh yang telah dilabeli oleh guru. Selanjutnya, siswa tersebut akan membandingkan sifat dan ciri-ciri dalam contoh dan non-contoh yang telah diberikan. Dari hasil telaah siswa tersebut, akan melahirkan suatu hipotesis yang akan diuji oleh guru di akhir pembelajaran. Sebagai sebuah model pembelajaran., concept attainment memiliki sintaks yang harus diikuti secara urut dari awal hingga akhir. Sintaks model pembelajaran concept attainment adalah: Tahap 1: Penyajian data dan Identifikasi Konsep (present focus statement and data set) Pada tahap ini, guru menyajikan contoh positif dan contoh negatif yang telah dikelompokkan sendiri-sendiri serta dilabeli “ya” dan “tidak”. Selanjutnya, siswa membandingkan sifat atau ciri-ciri dalam contoh positif dan negatif. Setelah membandingkan sifat dan ciri-ciri dalam contoh positif dan negatif, siswa menjelaskan sebuah definisi yang paling esensial. Tahap 2: Pengujian Pencapaian Konsep Siswa mengidentifikasi contoh tambahan yang tidak dilabeli. Setelah itu, guru memberikan klarifikasi, menguji hipotesis, menamai konsep, dan menyatakan kembali definisi dan sifat yang mendasar. Lalu siswa kembali membuat contoh-contoh. Tahap 3: Analisis Strategi Berpikir Pada tahap terakhir, siswa mendeskripsikan pemikiran-pemikiran, peran dan sifat hipotesis, serta mendiskusikan jenis dan ragam hipotesis. Contoh dan non-contoh yang diberikan di awal pembelajaran haruslah menggiring siswa untuk memikirkan beragam dugaan. Hal ini akan membuat siswa mengecek hipotesis mereka masing-masing dan di akhir pembelajaran, mereka yang akan mengeliminasi dugaan yang mereka rumuskan sendiri. Model pembelajaran concept attainment dapat dilakukan terhadap siswa secara individual maupun di dalam suatu kelompok kecil. Model pembelajaran concept attainment memiliki kelebihan yang dapat memperbaiki masalah dalam pembelajaran. Dalam model ini, siswa akan memiliki gambaran umum tentang konsep materi pembelajaran, dengan demikian pembelajaran akan menjadi lebih aktif karena adanya pertanyaan-pertanyaan siswa untuk memastikan gambaran umum yang dimilikinya dengan konsep yang diajarkan. Siswa juga dapat mengukur kemampuannya sendiri dalam mencapai konsep dengan mengoreksi hasil pemikirannya dengan konsep matematika yang ada. Kemungkinan alasan siswa untuk lupa akan konsep juga semakin kecil karena pada model ini, siswa bukan menghafal melainkan menemukan sendiri suatu konsep dari hasil pemikirannya.