Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FILSAFAT ILMU

“Matematika Sebagai Ilmu Tentang Bilangan dan Ruang”

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu semester 1 yang diampu oleh:

Bapak Prof. Dr. Abdul Rahman, M.Pd.

Kelompok 6

NIM Nama
210007301049 Zulfiani Wulandari
210007301051 Rismayanti
210007301056 A.Nurlutvia Ahmad
210007301065 Herlinda

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik. Laporan ini berisi tentang uraian hasil riset mengenai “Matematika
sebagai Ilmu Tentang Bilangan dan Ruang” sebagai tugas mata kuliah Filsafat
Ilmu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan
makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Jum’at, 14 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Filsafat Matematika.............................................................................. 3
B. Matematika Sebagai Ilmu Bilangan...................................................... 3
C. Matematika Sebagai Ilmu Ruang.......................................................... 5
D. Matematika Sebagai Ilmu Bilangan dan Ruang.................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 9
B. Saran .................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam filsafat ilmu pengetahuan mempelajari esensi atau hakikat ilmu
pengetahuan tertentu secara rasional. Filsafat ilmu pengetahuan merupakan
cabang filsafat yang mempelajari teori pembagian ilmu, metode yang digunakan
dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis keterangan yang berkaitan dengan
kebenaran ilmu tertentu. Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat amat
penting bagi seluruh manusia di dunia ini. Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu
yang sangat tidak pernah habis bila kita pelajari karena ilmu pengetahuan itu
sangat luas. Semua orang ingin menggali ilmu pengetahuan setinggi-tingginya
untuk menambah wawasan yang dikuasai. Pada zaman seperti sekarang, banyak
jalan yang dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan selain dengan
cara membaca seperti semboyan yang mengatakan “banyak jalan menuju Roma”.
Jadi, ilmu pengetahuan sangat penting bagi semua orang untuk masa depan.
Filsafat ilmu pengetahuan merupakan salah satu cabang yang
mempersoalkan mengenai masalah hakikat pengetahuan. Dalam artian bahwa
suatu ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara khusus hendak memperoleh
pengetahuan tentang hakikat pengetahuan. Dalam filsafat ilmu dipelajari
mengenai ilmu dan matematika, sebab ilmu tanpa matematika tidak berkembang
serta matematika tanpa ilmu tak ada keteraturan. Dengan pengetahuan manusia
dapat mengembangkan dan mengatasi kelangsungan hidupnya, memikirkan hal-
hal yang baru dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang khas di muka bumi
ini. Begitu erat hubungan matematika dengan ilmu pengetahuan lainnya sehingga
terkadang matematika tersebut terdapat di semua bidang ilmu lainnya.
Pada struktur pengetahuan filsafat yang berkembang saat ini, terbagi 3
bidang, yaitu filsafat yang sistematis, filsafat khusus, dan filsafat keilmuan. Dalam
hal ini, filsafat matematika masuk ke dalam filsafat keilmuan disanding oleh
filsafat fisika, biologi, linguistik, psikologi, dan ilmu-ilmu sosial. Matematika
telah ada sebelum guru dan orang tua kita ada. Betapa matematika usianya
terbilang sangat tua, sebab mulai dari peradaban yunani kuno, romawi kuno, mesir

1
kuno sampai saat ini Abad milenium, matematika tetap memegang peranan
penting di seluruh sendi kehidupan manusia baik dunia maupun akhirat.
Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan
menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau
generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah. Pentingnya
matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan.
Misalnya banyak persoalan kehidupan yang memerlukan kemampuan
menghitung. Menghitung mengarah pada aritmatika (studi tentang bilangan dan
mengukur pada geometri atau studi tentang bangun ukuran dan posisi benda).
Aritmatika dan geometri merupakan fondasi atau dasar dari matematika. Dengan
demikian, matematika dalam kajian filsafat pengetahuan merupakan ilmu bilangan
dan ruang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka diuraikan rumusan masalah pada
makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat matematika?
2. Apa yang dimaksud matematika sebagai ilmu bilangan?
3. Apa yang dimaksud matematika sebagai ilmu ruang?
4. Apa yang dimaksud matematika sebagai ilmu bilangan dan ruang?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini, diturunkan berdasarkan rumusan


masalah, yaitu:

1. Untuk mengetahui maksud filsafat matematika


2. Untuk mengetahui maksud matematika sebagai ilmu bilangan
3. Untuk mengetahui maksud matematika sebagai ilmu ruang
4. Untuk mengetahui maksud matematika sebagai ilmu bilangan dan ruang

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Filsafat Matematika
“Apakah matematika itu ?” tidak dapat dengan mudah dijawab. Hal
ini dikarenakan sampai saat ini belum ada kepastian mengenai pengertian
matematika karena pengetahuan dan pandangan masing-masing dari para
ahli yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan bahwa matematika adalah
ilmu tentang bilangan dan ruang, matematika merupakan bahasa simbol,
matematika adalah bahasa numerik, matematika adalah ilmu yang abstrak
dan deduktif, matematika adalah metode berpikir logis, matematika adalah
ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, matematika
adalah ratunya ilmu dan juga menjadi pelayan ilmu yang lain. Matematika
adalah salah satu pengetahuan tertua yang terbentuk dari penelitian
bilangan dan ruang. Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berdiri
sendiri dan tidak merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam. Secara
umum, definisi-definisi tersebut mencakup seluruh kajian lingkup ilmu
matematika.
Matematika menurut riwayat dan perwujudannya adalah suatu
pengetahuan. Hal ini juga ternyata dari asal-usul perkataan matematika itu
sendiri. Istilah mathematics berasal dari kata latin mathematica yang
semula mengambil pula dari kata Yunani mathematike (artinya : relating
to learning-bertalian dengan pengetahuan). Kata Yunani itu mempunyai
akar kata mathema yang berarti ilmu atau pengetahuan (science,
knwledge). Perkataan mathematike berhubungan pula sangat erat dengan
sebuah kata lainnya yang serumpun, yaitu manthanein yang artinya belajar
(to learn). Jadi, berdasarkan asal-usulnya kata matematika itu sendiri
semula berarti pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar. Oleh
karena itu matematika merupakan suatu pengetahuan.

B. Matematika Sebagai Ilmu Bilangan

3
Pengertian matematika sebagai pengetahuan memunculkan
persoalan yaitu pengetahuan tentang apa, apa yang menjadi pokok soal
atau sasaran yang dipelajarinya. Ternyata salah satu sasaran pertama yang
ditelaahnya ialah konsepsi tentang bilangan. Jadi, hal-ikhwal tentang
bilangan merupakan pokok soal yang dipelajari oleh matematika.
Berhubung dengan itu dapatlah dibenarkan batasan dari Charles Eckels
yang merumuskan matematika sebagai “the sciance of numbers and their
relationships” (ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-
hubungannya).
Dalam salah satu kepustakaan matematika yang lebih baru
dinyatakan hal yang berikut :
“Matematika dasar terutama menyangkut unsur-unsur tertentu yang disebut
bilangan-bilangan dan dengan langkah-langkah pengerjaan tertentu yang
ditetapkan pada bilangan-bilangan itu.”
Persoalan yang kini perlu dijelaskan ialah apa yang dimaksud
dengan bilangan. Beberapa filsuf telah berusaha menjawabnya. Beberapa
diantaranya sebagai berikut:
1. Filsuf Yunani Kuno Aristoteles (384-322 SM) merumuskan bahwa
“Number is a collection measured by a unit” (bilangan adalah suatu
kumpulan yang diukur dengan sebuah satuan).
2. Filsuf Abad Tengah Thomas Aquinas (1225-1274) menyatakan bahwa
“Number consists of unit” (bilangan terdiri dari satuan-satuan). Kedua
filsuf ini berpendapat bahwa satu bukanlah sebuah bilangan, melainkan
ukuran dari bilangan itu.
Dari segi matematika secara teknis bilangan itu dapat dirumuskan sebagai:
“Sifat sebuah himpunan dari satuan-satuan yang bebas dari sifat-sifat dasar
satuan-satuan itu; sifat yang umum berlaku bagi semua himpunan dari
satuan-satuan yang dapat dituangkan dalam hubungan satu berbanding
satu.”
Pengertian bilangan tersebut di atas sesungguhnya adalah suatu
abstraksi, yaitu pemujaradan terhadap apa yang tadinya berwujud.
Bilangan merupakan konsepsi yang hanya ada dalam pikiran manusia.
Timbulnya konsepsi itu ialah karena pikiran manusia ingin menghitung

4
suatu kumpulan yang terdiri dari benda-banda tertentu. Misalnya
seseorang mempunyai sekumpulan jeruk, pikirannya membuat tanggapan
sehingga kemudian dapat menetapkan bahwa kumpulan itu terdiri dari 10
biji, terlepas dari ciri-ciri jeruk itu, apakah warnya kuning atau hijau,
kulitnya halus atau kasar, dan rasanya manis atau asam. Bilamana
tanggapan pikiran yang demikian itu juga terdapat pada kumpulan-
kumoukan benda lainnya sehingga satuan-satuan dari masing-masing
kumpulan dapat diperbandingkan satu lawan satu, maka sifat umum dari
segenap kumpulan itu adalah bilangan menurut konsepsi pikiran manusia.
Sebagai contoh misalnya terdapat buku, pensil, penggaris, dan
meja yang masing-masing berjumlah tiga. Bilangan tiga itu tidak dapat
ditangkap oleh panca indra karena merupakan abstraksi yang hanya dapat
dimengerti oleh pikiran. Kalau kemudian pengertian abstrak itu dapat
dibaca dengan mata, maka yang terlihat sesungguhnya hanyalah tanda
lambangnya berupa angka, yaitu 3. Dalam hubungan ini dapatlah
dikutipkan penjelasan Richard Courant dan Herbert Robbins yang
menegaskan demikian :
“Diciptakan oleh pikiran manusia untuk menghitung benda-benda dalam
berbagai kumpulan, bilangan-bilangan tidak mempunyai pertalian dengan
ciri-ciri tersendiri dari benda-benda yang dihitung itu. Bilangan enam adalah
suatu abstraksi dari semua kumpulan nyata yang berisi enam benda;
bilangan itu tidak bergantung pada sifat-sifat khusus apapun dari benda-
benda ini atau pada lambang-lambang yang dipergunakan. Hanyalah pada
suatu tahap perkembangan kecerdasan yang agak lanjut barulah watak
abstrak dari ide tentang bilangan itu menjadi jelas.”
Konsepsi tentang bilangan itu kemudian juga mengalami
perkembangan, terutama mengenai macam-macamnya. Pada zaman
Yunani Kuno mahzab Pythagoreanisme hanya mengenal dan mengakui
bilangan asli (yakni bilangan bulat yang dipakai untuk menghitung : 1, 2, 3
dan seterusnya) dan bilangan pecahan yang positif dari bilangan asli itu.
Konsepsi bilangan dalam matematika modern sudah jauh lebih luas karena
meliputi antara lain bilangan negatif misalnya -3, bilangan irrasional
seperti i, dan bilangan khayal.

5
C. Matematika sebagai Ilmu Ruang
Bilangan bukanlah satu-satunya sasaran dari matematika,
melainkan salah satu saja yang dipelajari oleh matematika dasar. Sebuah
perumusan lain, terutama definisi-definisi dalam berbagai kamus bahasa
dan ensiklopedi pengetahuan umum menambahkan unsur berupa ruang
sebagai sasaran matematika.
Hollis Cooley dalam The Liang Gie (1993: 11) menjelaskan
Matematika dari masa yang lampau menyangkut terutama dengan
penelaahan terhadap dua hal, bilangan-bilangan dan ruang, yang pertama
merupakan lapangan dari aritmetika dan aljabar, dan yang belakangan
termasuk dalam bidang geometri.
Filsuf dan ahli matematika Gottfried Wilhelm Leibniz
merumuskan definisi ruang sebagai “Susunan dari benda-benda yang
berada pada waktu yang sama.”. Dalam pengertian umum dan kehidupan
sehari-hari ruang diartikan daerah atau lingkungan yang mempunyai tiga
dimensi, yaitu sifat panjang, lebar, dan tinggi. Suatu bidang mempunyai
dua dimensi berupa panjang dan lebar, sedang ruang mencakup tiga
dimensi panjang, lebar, dan tinggi.
Dari sudut matematika sebuah kamus merumuskannya sebagai
“Himpunan dari semua titik”. Menurut John Freund, ruang menunjuk pada
suatu kumpulan unsur-unsur yang untuk gampangnya disebut titik-titik
yang dan yang ditentukan sebagai dimensinya ialah banyaknya bilangan
yang diperlukan untuk menetapkan letak setiap titik.
Pada zaman Yunani Kuno segi-seg ruang dipelajari oleh para ahli
secara mendalam sebagai geometri atau ilmu ukur. Ilmu ini mencapai
puncaknya ditangan Euclid yang menulis dan menyusunnya secara
sistematis dalam 13 buku. Dalam uraian Euclid, pengertian ruang adalah
seperti yang tampak sehari-hari dengan tiga dimensinya beserta bidang
yang hanya mempunyai 2 dimensi. Ruang yang demikian itu kini disebut
Euclidean Space (ruang Euclid).

6
Dalam perkembangan selanjutnya ternyata ruang Euclid bukanlah
satu-satunya ruang bagi geometri. Masih ada berbagai ragam ruang
lainnya yang kini dinamakan non-Euclidean Space (ruang non-Euclid).
Pengertian ruang dalam geometri modern ialah ”suatu himpunan unsur-
unsur atau titik-titik yang memenuhi suatu himpunan postulat”.
Timbulnya pengertian ruang non-Euclid bermula pada dalil ke-5
Euclid tentang kesejajaran. Telah lama orang merasa curiga terhadap
kebenaran dalil itu bahwa melalui sebuah titik di luar sebuah garis hanya
dapat ditarik satu garis lurus yang sejajar dengan garis yang pertama itu.
Dalam hal ini terjadi dua kemungkinan. Pertama, tidak mungkin dibuat
garis yang sejajar dengan garis yang pertama. Kedua, melalui sebuah titik
dapat dibuat lebih daripada satu garis yang sejajar dengan garis yang
pertama.
Dalam abad ke-19 terjadilah penambahan terhadap pengertian
ruang Euclid. Seorang ahli matematika George Friedrich Bernhard
Riemann (1826-1866) membuktikan adanya ruang eliptik (elliptic space)
yang tidak ada garis sejajarnya. Pada ruang ini setiap garis akan bertemu
dengan garis lainnya dan sebuah segitiga mempunyai sudut yang
jumlahnya lebih besar daripada 180 derajat dengan maksimum 270 derajat
(jumlah dari tiga segitiga siku-siku).
Seorang ahli matematika lain Nikolas Ivanovitch Lobatchewsky
(1793-1856) mengembangkan suatu ragam ruang lain yang disebut ruang
hiperbolik (hyperbolic space). Pada ruang ini dari sebuah titik dapat
ditarik lebih daripada satu garis sejajar, sedang segitiganya mempunyai
sudut yang jumlahnya kurang daripada 180 derajat.
Dalam abad ke-19 Felix Klein (1849-1919) membuat sumbangan-
sumbangan penting pada geometri yang berdasarkan ruang eliptik, sedang
Einstein dalam abad ke-20 memakainya untuk memperkembangkan teori
relativitasnya. Ruang Euclid sendiri selanjutnya juga disebut ruang
parabolik (parabolic space).

7
D. Matematika sebagai Ilmu Bilangan dan Ruang
Sebuah karya referensi menyatakan bahwa ilmu tentang bilangan
dan ruang merupakan batasan kuno (ancient definition). Masa yang
lampau atau kuno yang dimaksud itu tidak lain ialah zaman Yunani Kuno
yang dimulai sekitar 600 tahun sebelum Masehi. Filsuf dan ahli
matematika Alfred North Whitehead (1861-1947) menyatakan bahwa
“Bilangan-bilangan dan bentuk-bentuk geometris merupakan isi tunggal
dari matematika Yunani.”
Oleh karena matematika mempelajari bilangan, titik, garis, sudut,
dan segitiga dan berbagai bentuk yang menyangkut ruang, maka lahirnya
terciptalah pengertian matematika sebagai ilmu tentang bilangan dan
ruang. Ruang adalah daerah atau lingkungan yang mempunyai tiga
dimensi, yaitu sifat panjang, lebar, dan tinggi. Suatu bidang mempunyai
dua dimensi berupa panjang dan lebar, sedang ruang mencakup tiga
dimensi yaitu panjang, lebar dan tinggi.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Oleh karena matematika mempelajari bilangan, titik, garis, sudut,
dan segitiga dan berbagai bentuk yang menyangkut ruang, maka lahirnya
terciptalah pengertian matematika sebagai ilmu tentang bilangan dan
ruang. Ruang adalah daerah atau lingkungan yang mempunyai tiga
dimensi, yaitu sifat panjang, lebar, dan tinggi. Suatu bidang mempunyai
dua dimensi berupa panjang dan lebar, sedang ruang mencakup tiga
dimensi yaitu panjang, lebar dan tinggi.

B. Saran
Matematika tidak memiliki definisi yang pasti. Ada banyak
pengertian-pengertian matematika yang dikemukakan oleh para ahli. Oleh
karenanya, sebagai mahasiswa pendidikan matematika, mempelajari dan
memahami matematika membutuhkan ketekunan dan kefokusan untuk
melihat berbagai definisi yang telah dijelaskan. Memahami matematika
perlu dilakukan dari berbagai aspek kajian ilmu. Dengan demikian,
matematika tidak hanya dilihat dari segi perhitungan sebagaimana yang
beredar dalam persepsi masyarakat umum.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ariyuwono. 2009. Filsafat Pendidikan Matematika. Diakses pada Kamis, 14


Oktober 2021, dari http://ariyuwono.blogspot.com/2009/03/filsafat-
matematika_19.html?m=1
Djuddin, Jusriani. 2014. Matematika Sebagai Ilmu. Diakses pada Kamis, 14
Oktober 2021, dari http://jusrianidjuddin.blogspot.com/2014/04/1.html?m=1
Gie, The Liang. 1999. Filsafat Matematika Bagian Kedua Epistemologi
Matematika. Yogyakarta: Yayasan Studi ilmu dan Teknologi.

10

Anda mungkin juga menyukai