Anda di halaman 1dari 32

BAB VI

RELASI DAN FUNGSI



6.1. Pendahuluan

Materi pada bab ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu relasi dan fungsi.
Topik tentang relasi dibahas pada Minggu ke-12, meliputi pengertian relasi,
jenis-jenis relasi, dan relasi ekuivalensi yang memunculkan partisi himpunan.
Jenis-jenis relasi yang dibahas mulai dari refleksif, non refleksif, irrefleksif,
simetris, antisimetris, asimetris, transitif, non transitif, dan intransitif. Konsep
tentang partisi banyak dijumpai dalam teori bilangan, khususnya tentang modulo
bilangan.
Selanjutnya, topik tentang fungsi (pemetaan) dibahas pada Minggu ke-
13 dan ke-14 meliputi pengertian fungsi, domain, daerah hasil, nilai fungsi,
kesamaan dua fungsi, bayangan invers, dan komposisi fungsi. Selain itu dalam
bab ini juga dibahas tentang berbagai jenis fungsi, di antaranya fungsi injektif,
surjektif, bijektif, fungsi restriksi, dan fungsi karteristik.
Seluruh bidang matematika selalu berhubungan dengan konsep fungsi.
Hal ini sangat terlihat pada bidang analisis dan terapan matematika. Demikian
juga dengan bidang lain seperti statistik, elektronika, fisika, kehidupan sehari-hari,
dan lain-lain. Bagi mahasiswa materi pada bab ini akan sangat bermanfaat dalam
studi lebih lanjut, termasuk dalam menerapkan ilmu matematika dalam
memahami teori kendali, mekanika, dan optimisasi.
Setelah mempelajari topik bahasan untuk pertemuan pada Minggu ke-12,
13, dan 14 para mahasiswa diharapkan memperoleh Learning Outcomes:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis relasi beserta contohnya
2. Mahasiswa mampu mengkontruksi partisi himpunan menggunakan relasi
ekuivalensi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi
4. Mahasiswa mampu mengkomposisi fungsi
5. Mahasiswa mampu mencari invers fungsi
6. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian fungsi karateristik dan fungsi
restriksi

7. Mahasiswa mampu mengindentifikasi jenis fungsi injektif, surjektif, dan
bijektif
8. Mahasiswa mampu membutkikan sifat-sifat fungsi fungsi injektif,
surjektif, dan bijektif
9. Mahasiswa mampu mengaplikasikan sifat-sifat fungsi fungsi injektif,
surjektif, dan bijektif dalam bidang matematika

6.2. Relasi (Hubungan).
Relasi atau hubungan antara himpunan merupakan suatu aturan
pengawanan antar himpunan tersebut, sebagai contohnya kalimat a adalah ayah
b atau kalimat 4 habis dibagi 2 dan sebgainya. Relasi dapat menyangkut tidak
hanya dua himpunan, tetapi bisa tiga atau lebih. Relasi yang menyangkut dua
himpunan dari semestanya disebut relasi binair.
Secara simbolis kalimat a berada dalam relasi R dengan b dapat
disajikan dengan
aRb atau ( ) R b a e , .

Relasi R antara himpunan A dan B merupakan himpunan bagian A B.
Demikian juga, sebarang subhimpunan A B merupakan relasi dari A ke B.
Himpunan A disebut domain R yang ditulis D
R
, himpunan B disebut kodomain R
ditulis C
R
, dan daerah hasil R atau range R yang ditulis R(A) adalah

range(R) = ( ) { } aRb A a B b e - e .

A B

a 1

b 2

c 3

d 4
5


Contoh 6.2.1. Pada diagram di atas relasi R adalah himpunan

R = ( ) ( ) ( ) ( ) { }. 2 , , 4 , , 3 , , 1 , d c c a

Berarti aR1, cR3, cR4, dan dR2. Daerah hasil R, range(R) = { } 4 3, 2, 1, , domain
relasi D
R
= { } a, b, c, d , kodomain C
R
= { } 5 , 4 3 2 1 , , , .

Contoh 6.2.2. Pengaitan f dari ke dengan definisi 1 x x untuk x
yang mungkin menunjukkan D
f
=

, C
f
= , dan range( f ) = f () = [ 0, ).
Untuk x < 1, tidak dapat ditemukan ye yang memenuhi (x, y) e f .

6.3. Relasi Invers dan Komposisi Relasi

Misalkan f relasi dari A ke B. Relasi invers A B f

:
1
adalah
himpunan
( ) ( ) { }. , a , f b a A B b e e

Pada diagram relasi f berikut diperoleh relasi
1
f :
A f B B
1
f A

a 1 1 a

b 2 2 b

c 3 3 c

d 4 4 d
5 5

domain
1
f adalah ,
1
B D
f
=

kodomain
1
f adalah ,
1
A C
f
=

dengan
( ) ( ) ( ) ( ) { }. , 4 , , 3 , , 2 , , 1
1
c c d a f =



Contoh 6.3.1. Pada Contoh 6.2.2 relasi invers f dari ke dengan definisi
1 x x , adalah relasi
1
f dari ke dengan aturan 1
2
+ x x dan
( ) | ) =

, 1
1
f range .

Selanjutnya, dua buah relasi, yaitu relasi f dari A ke B dan relasi g dari B
ke C dapat dikomposisikan menjadi relasi f g , dengan definisi

( ) ( )( ) ( ) { }. , , . , C B c b B A b a B b C A c a f g e . e e - e =

Sebagai ilustrasi diberikan diagram sebagai berikut:

A f B B g C

a 1 1 I

b 2 2

c 3 3 II
d 4 4 III

( ) ( ) ( ) { } III , , III , , I , d b a f g =
karena dapat ditemukan , 2 , 1 B e yang memenuhi:
( ) ( ) g f a e e I , 1 dan 1 , ; ( ) ( ) ; III , 2 dan 2 , g f b e e ( ) ( ) g f d e e III , 2 dan 2 , .

Contoh 6.3.2. Diketahui relasi f dari ke dengan definisi 1 x x untuk
x yang mungkin dan g dari ke | ) + , 0 dengan definisi 2
2
+ x x untuk x
yang mungkin.
Dapat ditentukan, bahwa
( ) { } ( ) { } 2 , dan 1 1 ,
2
+ < < + = + < s = x x x g x x - x f ,
sehingga ( ) { } 1 1 , + < s + = x x x f g .

Teorema 6.3.3. Diketahui B A f : dan C B g : relasi.
1. Jika D C h : relasi, maka ( ) ( ) . f g h f g h =
2. ( ) .
1 1
1

= g f f g
Bukti.
1. ( ) ( ) ( )( ) ( ) { } h d c f g c a C c D A d a f g h e . e e - e = , , . ,
( ) ( ) ( )( ) ( ) ( ) ( ) { } h d c g c b f b a B b C c D A d a e . e . e e - e - e = , , , . ,

( ) ( )( ) ( ) ( ) ( ) ( ) { } h d c g c b f b a B b C c D A d a e . e . e e - e - e = , , , ,

( ) ( )( ) ( ) ( ) ( ) ( ) { } h d c g c b f b a C c B b D A d a e . e . e e - e - e = , , , ,

( ) ( )( ) ( )( ) ( ) ( ) { } h d c g c b C c f b a B b D A d a e . e e - . e e - e = , , , . ,

( ) ( )( ) ( )( ) ( ) ( ) { } h d c g c b C c f b a B b D A d a e . e e - . e e - e = , , , . ,

( ) ( )( ) ( ) { } ( ) . , , . , f g h g h d b f b a B b D A d a = e . e e - e =

2. ( ) ( ) ( ) { } f g c a A C a c f g e e =

, ,
1

( ) ( )( ) ( ) { } g c b f b a B b A C a c e . e e - e = , , . ,
( ) ( )( ) ( ) { }
1 1
, , . ,

e . e e - e = g b c f a b B b A C a c = .
1 1
g f

Definisi 6.3.3. Suatu relasi R dikatakan determinatif pada A atau antara
anggota-anggota A jika dan hanya jika kalimat aRb adalah kalimat deklaratif
untuk setiap a, b dalam A. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
R determinatif (a, be A). ( ) ( ) R b a R b a e v e , ,

6.4. Relasi Ekuivalensi.
Berikut diberikan beberapa sifat dari relasi binair.

Definisi 6.4.1. Diketahui A himpunan tidak kosong. Relasi R pada A (dari A ke A)
disebut refleksif jika (jika dan hanya jika) untuk setiap anggota dari semestanya
berlaku aRa. Secara matematis dinyatakan dengan notasi,
R refleksif ( ae A).aRa.

Misalnya relasi mencintai antara orang-orang adalah relasi yang refleksif,
sebab tidak ada orang yang tidak mencintai dirinya sendiri.

Contoh 6.4.2.
1. Relasi kesejajaran antara garis-garis lurus pada bidang
2
refleksif, sebab
a sejajar dengan a sendiri, untuk setiap garis a.
2. Relasi R pada dengan definisi untuk setiap a, b e , aRb jika b a s ,
merupakan relasi refleksif
3. Diketahui e m , dengan 1 > m . Pada didefinisikan relasi modulo m,
ditulis mod m dengan definisi
( ) ( ) a b m m b a emod , ,
yaitu terdapat ke, sehingga . km a b = Relasi m mod reflesif.
Notasi lain untuk ( ) m b a mod , e adalah m b a mod

Suatu relasi R pada A disebut non-refleksif jika sekurang-kurangnya ada
satu a eA tidak berada dalam relasi R dengan dirinya sendiri,

( )( ) R b a A a e e - ,

Contoh 6.4.3.
1. Relasi R pada dengan definisi untuk setiap a, b e , aRb jika b a < ,
merupakan relasi non-refleksif, sebab , 1 1<
/
jadi ( ) R e 1 , 1
2. Didefinisikan relasi R pada dengan definisi untuk setiap a, b e ,
( )

, , b a R b a = e
dengan

b bilangan bulat terbesar yang tidak lebih dari b. Relasi R non-
refleksi.

Definisi 6.4.4. Relasi R pada A disebut irrefleksi jika untuk setiap a e A berlaku:
( ) R a a e , . Notasi matematisnya,
R irrefleksif (a,b e A). ( ) R a a e , .

Contoh 6.4.5.
1. Relasi R pada dengan definisi untuk setiap a, b e , aRb jika b a < ,
merupakan relasi irrefleksif, sebab , a a <
/
untuk setiap . A ae
2. Relasi R pada di Contoh 6.4.3 nomor 2 bukan relasi irrefleksi sebab
untuk ae ,

a a = . Akibatnya ( ) . , R a a e
3. Relasi pada himpunan semua garis di
2
atau
3
irrefleksif, sebab
untuk setiap garis g pasti tidak tegak lurus dengan g sendiri.

Jenis relasi berikutnya berkaitan erat dengan kesimetrisan relasi antara dua
elemen himpunan.

Definisi 6.4.6. Relasi R pada A disebut simetris jika untuk setiap a,b dari
semestanya berlaku: aRb bRa. Notasi matematisnya,
R simetris (a,b e A).aRb bRa.

Contoh 6.4.7.
1. Relasi kesejajaran antara garis-garis lurus di
2
atau
3
bersifat
simetris, sebab g sejajar h, maka h pasti juga sejajar g.
2. Relasi R pada dengan definisi aRb jika a b b a 2 2
2 2
+ = +
merupakan relasi simetris, sebab jika a b b a 2 2
2 2
+ = + dapat
dipastikan b a a b 2 2
2 2
+ = + .

3. Relasi m mod pada Contoh 6.4.2. bersifat simetris, sebab jika
( ) m b a mod , e , maka terdapat ke, sehingga . km a b = Akibatnya
terdapat ke, sehingga ( ) ( ) . m k a b b a = =

Selanjutnya, jika sekurang-kurangnya terdapat satu pasang a, b e A
sedemikian hingga ( ) R b a e , dan ( ) R b a e , , maka R dikatakan non-simetris.
Misalnya relasi mencintai pada himpunan semua manusia.

Contoh 6.4.8.
1. Diketahui = X . Relasi pada himpunan kuasa ( ) X P bersifat non
simetris, sebab jika B Ac , maka B A .
2. Diketahui = X . Relasi . pada himpunan kuasa ( ) X P bersifat
non simetris, sebab untuk X A X c . , berlaku X Ac , yang berarti
X A . .
3. Pada himpunan M() yang memuat semua matriks
(

d c
b a
atas ,
didefinisikan relasi R; untuk semua A, B eM(), ( ) R B A e , jika

0 = AB . Relasi R bersifat non simetris, sebab

(

=
(

0 0
0 0
1 1
0 0
0 0
0 1
tetapi
(

=
(

0 1
0 0
0 0
0 1
1 1
0 0


Definisi 6.4.9. Relasi R pada himpunan A dikatakan antisimetris jika
( ) ( ) ( ) b a bRa aRb A b a = . e ,

Contoh 6.4.10.
1. Diketahui = X . Relasi _ pada himpunan kuasa ( ) X P bersifat anti
simetris, sebab jika B A _ dan A B _ , maka B A =
2. Pada himpunan didefinisikan relasi P dengan definisi
{ } ( ) k a b k aPb 7 . , 1 , 0 = e -
Relasi P anti simetris, jika k a b 7 = dan m b a 7 = , dengan
e k m, { } 0 , maka 0 = = k m , sehingga . a b =


Definisi 6.4.11. Relasi R pada himpunan A dikatakan asimetris jika untuk setiap
A b a e , berlaku, jika ( ) R b a e , pastilah ( ) R a b e , . Dengan kata lain
R asimetris ( ) ( ) ( ) ( ) R a b R b a A b a e e e , , ,
.
Salah satu contoh relasi asimetris yang sudah dikenal dengan baik dalam
pelajaran matematika mulai dari SD, SMP, dan SMA adalah relasi lebih kecil <
pada himpunan semua bilangan real. Contoh-contoh relasi asimetris yang lain
diberikan sebagai berikut.

Contoh 6.4.12.
1. Pada himpunan didefinisikan relasi P dengan definisi
{ } ( ) k a b k aPb 7 . , 2 , 1 = e -
Relasi P asimetris.
2. Diketahui = X . Relasi . pada himpunan kuasa ( ) X P bersifat
asimetris.
3. Pada Contoh 6.4.8, relasi R pada M() bersifat non simetris, tapi
tidak asimetris, sebab

(

=
(

0 0
0 0
1 0
0 0
0 0
0 1
dan
(

=
(

0 0
0 0
0 0
0 1
1 0
0 0
.

Definisi 6.4.13. Relasi R pada A dikatakan transitif jika untuk setiap tripel a,b,c
di A berlaku apabila aRb dan bRc maka aRc. Notasi matematisnya,
R transitif (a, b, ceA).aRb . bRc aRc.

Relasi transitif sangat banyak dijumpai dalam konsep-konsep matematika.
Semua sistem bilangan seperti , , , , dan mengenal relasi urutan
parsial yang salah satu syaratnya harus transitif. Demikian juga dalam aljabar,
dikenal istilah semigrup terurut, lapangan terurut parsial, dan grup kuosien yang
proses pembentukannya menggunakan relasi ekuivalensi.

Contoh 6.4.14.
1. Relasi kesejajaran antara garis-garis lurus di
2
atau
3
bersifat
transitif.
2. Relasi R pada dengan definisi

a b b a aRb 2 2
2 2
+ = +
merupakan relasi transitif
3. Relasi m mod pada Contoh 6.4.2. bersifat transitif, sebab jika
( ) ( ) m c b b a mod , , , e , maka terdapat h, ke, sehingga . km a b =
dan . hm b c = Akibatnya terdapat m+ke, yang memenuhi
( ) ( ) ( ) . m k h km hm a b b c a c + = + = + = Jadi ( ) . mod , m a c e

Bentuk ingkaran dari relasi transitif memberi syarat keanggotaan untuk
terbentuknya relasi jenis lain. Syarat tersebut menyatakan, jika pada himpunan A
dapat ditemukan triple a, b, dan c elemen A, sehingga aRb dan bRc tetapi aRc,
maka R dikatakan non-transitif. Dengan kata lain:

Definisi 6.4.15. Relasi R pada himpunan A dikatakan non-transitif jika
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) R c a R c b R b a A c b a e . e . e e - , , , , ,

Contoh relasi non-simetris banyak dijumpai dalam bidang matematika dan
kehidupan sehari-hari. Relasi menyukai atau bersahabat pada semesta
himpunan semua manusia menunjukkan kondisi yang non-transitif, sebab jika A
menyukai B dan B menyukai C, tidak selalu berakibat A menyukai C. Ada
beberapa kasus yang secara ekstrim justru menunjukkan A tidak menyukai C.

Contoh 6.4.16.
1. Relasi pada himpunan semua garis di
3
non transitif, sebab
dapat ditemukan garis g = h : sumbu OX dan l : sumbu OY yang
memenuhi h g h l l g // tetapi , dan .
Namun jika diambil g sumbu OX, h sumbu OY, dan l sumbu OZ,
diperoleh h g h l l g dan , ,
2. Diambil { } 3 , 2 , 1 = X . Relasi . pada himpunan kuasa ( ) X P bersifat
non transitif, sebab {} { } { } { } 2 , 1 3 , 2 , 3 , 2 1 . . , tetapi {} { } 2 , 1 1 . .

Definisi 6.4.17. Relasi R pada himpunan A dikatakan intransitif jika
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) R c a R c b R b a A c b a e e . e e , , , , ,



Contoh 6.4.18.
1. Dari Contoh 6.4.16, keduannya bukan relasi intransitif.
2. Relasi pada himpunan semua garis di
2
merupakan relasi
intransitif, sebab jika h g h g h l l g = atau // maka , dan .

Definisi 6.4.19. Relasi R pada himpunan A yang sekaligus memiliki sifat refleksif,
simetris, dan transitif disebut relasi ekuivalensi.

Dalam matematika relasi ekuivalensi memegang peranan penting. Contoh-
contoh relasi ekuivalensi adalah :
1. Relasi kesejajaran antara garis garis lurus pada bidang datar.
2. Relasi kesebangunan antara segitiga-segitga dalam bidang datar.

Contoh 6.4.20.
1. Relasi R pada dengan definisi
a b b a aRb 2 2
2 2
+ = +
merupakan relasi ekuivalensi
2. Relasi m mod pada Contoh 6.4.2. bersifat ekuivalensi, sebab :
1. Sifat refleksif dipenuhi: a - a = 0.m, sehingga a a(mod m).
2. Sifat simetris dipenuhi: Jika a b = k.m, maka b a = (-k)m, (suatu
kelipatan (-k) dari m), sehingga untuk setiap a, b berlaku, jika a
b(mod m) maka b a(mod m).
3. Sifat transitif dipenuhi, sebab jika a b(mod m) dan b c(mod m),
maka a b = km dan b c = lm, untuk suatu bilangan bulat k dan l,
sehingga jika dijumlahkan diperoleh a c = (k + l)m, dengan k + l
bilangan bulat. Jadi a c(mod m).

Selanjutnya diberikan suatu teorema yang memegang peranan penting
dalam matematika, khususnya di bidang aljabar abstrak. Untuk itu sebelumnya
didefiniskan pengertian partisi himpunan.

Definisi 6.4.21. Diketahui A himpunan tak kosong dan K = { H
i
| i e I } koleksi
subhimpunan A. Koleksi K disebut partisi A jika

( ) | = e
i
H I i , A H
i
I i
=
e
, dan ( ) | = =
j i
H H j i

Contoh 6.4.22.
1. Diketahui { } 19 , 13 , 10 , 8 , 6 , 3 , 1 = H . Keluarga himpunan
{ }{ }{ }{ } { } 13 , 10 , 8 , 3 , 19 , 6 , 1 = K
merupakan partisi H
2. Pada himpunan bilangan real ,
2.1. | ) { } bulat bilangan 1 n n, n L + = merupakan partisi .
2.2.
)
`

|
.
|

+ +
|
.
|

+ = bulat bilangan 1 ,
2
1
,
2
1
n n, n n n M merupakan
partisi .

Teorema 6.4.23. Relasi ekuivalensi antara anggota-anggota himpunan A,
mengakibatkan terbentuk partisi (penggolongan) di dalam A.

Partisi dalam himpunan A membagi A ke dalam himpunan bagian-
himpunan bagian (kelas-kelas) yang masing-masing tidak kosong dan saling
asing, sehingga setiap anggota dari A berada dalam salah satu dan hanya satu
kelas A.

Bukti. Misalkan relasi di atas disebut R. Karena ekuivalensi, maka R memenuhi
sifat refleksif, simetris dan transitif. Semua elemen elemen yang berelasi R
dengan a, dikumpulkan dalam suatu hmpunan,sebut S
a
. Jadi

S
a
= { xeS | xRa }.

Himpunan S
a
tidak kosong sebab R refleksif, jadi aRa, sehingga aeS
a
dan S
a

mempunyai sekurang-kurangnya satu anggota. Daapat disimpulkan bahwa setiap
anggota pasti berada dalam sekurang-kurangnya satu kelas, yaitu yang memuat ia
sendiri.
Selanjutnya, misalkan S
a
dan S
b
beririsan tidak kosong, dengan salah satu
elemen irisannya c. Karena ce S
a
, maka cRa; dan karena R simetris maka aRc.
Selain itu karena ce S
b
maka berlaku juga cRb. Dari aRc dan cRb, sehingga
dengan menggunakan sifat transitif diperoleh aRb, sehingga ae S
b
. Selanjutnya

untuk setiap pe S
a
berlaku pRa dan karena aRb, dengan menggunakan R transitif,
maka pRb. Jadi pe S
b
, sehingga terbukti, S
a
_ S
b.

Dengan cara yang analog dapat dibuktikan S
b
_ S
a
, sehingga berlaku S
a
=
S
b
. Dengan demikian terbukti bahwa relasi ekuivalensi akan menyebabkan
terbentuknya kelas-kelas yang disebut kelas ekuivalensi.

Akibat 6.4.24. Diambil me lebih besar daripada 1. Terhadap relasi modulo m,
himpunan terpartisi menjadi kelas-kelas :
1. ( ) { } { } , 2 , , 0 , , 2 , 0 0 m m m m n m n = =
2. ( ) { } { } , 1 2 , 1 , 1 , 1 , 1 2 , 1 1 + + + + = = m m m m n m n
3. ( ) { } { } , 2 , , , , 2 , i m i m i i m i m i n m n i + + + + = =
4. ( ) ( ) { } { } , 1 2 , 1 , 1 , 1 , 1 2 , 1 1 = = m m m m m n m n m
Himpunan kelas-kelas: { } 1 , , 2 , 1 , 0 m .

Teorema 6.4.25. Terhadap relasi m mod pada berlaku:
1. m d b c a m d c m b a mod mod mod + + .
2. m bd ac m d c m b a mod mod mod .
Relasi mod m juga disebut dengan relasi kongruensi.

Definisi 6.4.26. Relasi R pada A disebut relasi urutan parsial lemah jika
memenuhi refleksif, antisimetris, dan transitif. Himpunan A yang dilengkapi
urutan parsial lemah disebut himpunan terurut lemah.

Contoh 6.4.27.
1. Pada didefinisikan relasi lebih kecil atau sama dengan . Relasi
bersifat refleksif, antisimetris, dan transitif.
2. Diketahui = X . Relasi _ pada himpunan kuasa ( ) X P bersifat
refleksi, anti simetris, dan transitif. Jadi relasi urutan lemah
3. Pada himpunan didefinisikan relasi P dengan definisi
{ } , 4 , 2 , 0 e a b aPb

merupakan relasi refleksif, anti sinetris, dan transitif. Jadi P urutan
parsial lemah
4. Pada himpunan
n
= ( ) { } n i x x x x
i n
, , 2 , 1 real, bilangan , , ,
2 1
=
didefinisikan relasi R, dengan ( )
n
a a a , ,
1
= , ( )
n
b b b , ,
1
= e
n

n n
b a b a aRb s s , ,
1 1

Relasi R merupakan urutan parsial lemah.

Selanjutnya, jika R relasi urutan parsial lemah pada A, dengan merujuk
notasi pada contoh 1 di atas, maka aRb dapat ditulis dengan b a s atau
b a
R
s . Relasi lain yang berkaitan langsung dengan urutan lemah dan banyak
digunakan di bidang analisis dikenal dengan relasi urutan parsial tegas.

Definisi 6.4.28. Relasi R pada A disebut relasi urutan parsial tegas jika
memenuhi irrefleksif, asimetris, dan transitif. Himpunan A yang dilengkapi urutan
parsial tegas disebut himpunan terurut tegas.

Contoh 6.4.29.
1. Pada didefinisikan relasi lebih kecil <. Relasi < bersifat irrefleksif,
asimetris, dan transitif. Berarti merupakan urutan parsial tegas.
2. Diketahui = X . Relasi subhimpunan sejati c pada himpunan
kuasa ( ) X P bersifat irrefleksi, asimetris, dan transitif. Jadi relasi
urutan parsial tegas.
3. Pada himpunan didefinisikan relasi P dengan definisi
{ } , 4 , 2 e a b aPb
merupakan relasi irrefleksif, asinetris, dan transitif. Jadi P urutan
parsial tegas
4. Pada himpunan
n
= ( ) { } n i x x x x
i n
, , 2 , 1 real, bilangan , , ,
2 1
=
didefinisikan relasi R, dengan ( )
n
a a a , ,
1
= , ( )
n
b b b , ,
1
= e
n

{ } ( ) ( )
i i n n
b a n i b a b a aRb < e - . s s , , 2 , 1 , ,
1 1

Relasi R memenuhi:
1. Irrefleksif:

Tidak mungkin ditemukan j, n j s s 1 yang memenuhi
j j
a a < ,
sehingga ( ) R a a e ,
2. Asimetris:
Jika { } ( ) ( )
i i n n
b a n i b a b a aRb < e - . s s , , 2 , 1 , , maka ,
1 1
.
Akibatnya tidak mungkin ditemukan j, n j s s 1 yang memnuhi
j j
b a < . Jadi ( ) R b a e ,
3. Transitif:
Jika aRb dan bRc maka
{ } ( ) ( )
i i n n
b a n i b a b a < e - . s s , , 2 , 1 , ,
1 1
, dan
{ } ( ) ( )
j j n n
c b n j c b c b < e - . s s , , 2 , 1 , ,
1 1
. Akibatnya untuk
semua l, n l s s 1 , memnuhi
l l l
c b a s s ,
l l i
c b a s < , dan
j j j
c b a < s . Jadi ( ) R c a e ,

Selanjutnya, jika R relasi urutan parsial tegas pada A, dengan merujuk
notasi < pada contoh 1 di atas, maka aRb dapat ditulis dengan b a < atau
b a
R
< .

Salah satu jenis relasi yang disebut urutan trivial adalah relasi R dengan
definisi aRb jika a = b. Relasi ini merupakan relasi urutan parsial lemah.
Hubungan antara relasi urutan lemah dan relasi urutan tegas nampak dalam
teorema berikut ini.

Teorema 6.4.30. Diketahui R relasi pada himpunan A.
1. Jika R relasi urutan parsial lemah di A, maka relasi
=
R dengan definisi
b aR
=
( ) b a b a
R
= . s
merupakan relasi urutan tegas.
2. Jika R relasi urutan parsial tegas di A, maka relasi
=
R dengan definisi
b aR
=
( ) b a b a
R
= v <
merupakan relasi urutan lemah.



Contoh 6.4.31.
Pada himpunan
n
= ( ) { } n i x x x x
i n
, , 2 , 1 real, bilangan , , ,
2 1
=
didefinisikan relasi s ,
1
s , dan < dengan
( )
n
a a a , ,
1
= , ( )
n
b b b , ,
1
= e
n

{ } ( ) ( )
i i n n
b a n i b a b a b a < e - . s s s , , 2 , 1 , ,
1 1 1

n n
b a b a b a s s s , ,
1 1

. , ,
1 1 n n
b a b a b a < < <
1. Relasi s dan
1
s merupakan urutan parsial lemah; sedangkan <
merupakan relasi urutan parsial tegas,
2. Jika didefinisikan relasi
=
s dengan definisi b a
=
s jika b a s dan
b a = , maka
=
s merupakan relasi urutan tegas; dan berlaku
. b a b a < s
=

3. Jika didefinisikan relasi
=
< dengan definisi b a
=
< jika b a < atau
b a = , maka
=
< merupakan relasi urutan parsial lemah; dan berlaku
. b a b a s <
=

Dari uraian tersebut jelas, bahwa
=
< = s = s
1
dan
= =
s = < = s
1
.

Selanjutnya, dalam matematika dapat ditemukan himpunan terurut parsial
A terhadap relasi urutan R yang di dalamnya terdapat sepasang elemen a dan b
yang tidak dapat dibandingkan artinya ( ) ,
R
b a es dan ( ) ,
R
a b es . Demikian
juga dapat ditemukan contoh urutan parsial lemah R pada A yang memenuhi
( )( ) a b b a A b a
R R
s v s e ,
Relasi urutan yang memenuhi sifat ini dinamakan relasi urutan total (lemah).

Pengayaan:
Menurut anda apakah himpunan kosong itu merupakan relasi dari A ke B ?
Jelaskan menggunakan logika matematika



6.5. Fungsi (Pemetaan).
Pada bagian ini akan dibahas konsep yang sangat penting, yaitu konsep
fungsi dari suatu himpunan ke himpunan lain. Suatu fungsi juga disebut pemetaan
atau mapping. Fungsi merupakan kejadian khusus dari relasi yang telah dibahas
sebelumnya.

Definisi 6.5.1. Suatu fungsi dari himpunan S ke himpunan T adalah suatu aturan
pengawanan yang memenuhi untuk masing-masing anggota S, mepunyai tepat
satu kawan di T. Dengan kata lain fungsi f dari S ke T merupakan relasi dari S ke
T yang memenuhi untuk setiap s eS terdapat tepat satu t e T sehingga f(s) = t.
Dengan kata lain:
f : S T fungsi (pemetaan) (seS)(-!teT). f(s) = t.

Definisi tersebut ekuivalen dengan:
1. f _ S T, dan
2. (a e S)( b, c e T) ( ) ( ) ( ) c b f c a b a = e , , ,
Syarat ke-2 dapat dibaca dengan:
(a, be S) ( ) ( ) ( ) y f x f y x = = .
Himpunan S disebut daerah asal/domain
f
D dan himpunan T disebut
kodomain/daerah kawan
f
R . Himpunan
( ) ( ) { } ( ) { } ( ) S f S s s f t s f S s T t t = e = = e - e ,
disebut himpunan nilai fungsi f atau Image f atau range f atau peta S atau
( ) S f atau
f
R terhadap f .

Contoh 6.5.2. Diketahui S himpunan empat dadu, yaitu S = {D
1
, D
2
, D
3
, D
4
} dan
T himpunan bilangan 1 sampai 6, T = {1,2,3,4,5,6}. Suatu lemparan menentukan
suatu fungsi dari S ke T.
S 1 T
D
1
2
D
2
3
D
3
4

D
4
5
6

Diagram di atas memperlihatkan bahwa dadu D
1
oleh jatuh dengan mata 3, D
2
ke
mata 1, D
3
ke mata 3, D
4
ke mata 6. Jika f adalah fungsi yang mengaitkan
masing-masing dadu dengan jumlah mata dadunya, maka

f = ( ) ( ) ( ) ( ) { } 6 , , 3 , , 1 , , 3 ,
4 3 2 1
D D D D

Jika se S, maka kawan (hasil peta) s yang berada dalam T disajikan
dengan f(s) dan dikatakan s dipetakan ke f(s), dengan notasi matematis ( ) s f s .
S f T
a 1
b 2
c 3
d 4
5

Pada fungsi tersebut domain dari f adalah
f
D = S = {a, b, c, d}, daerah kawan
dari f adalah
f
D = T = {1, 2, 3, 4, 5} dan daerah hasil dari f adalah range( ) f =
{2, 4, 5}.
Suatu fungsi dapat juga disajikan dengan suatu rumus sebagai syarat
keanggotaan fungsi. Misalnya domain dan kodomain f adalah himpunan semua
bilangan real
( )
2
. : s s f s f =


Jika anggota sembarang dari himpunan S disajikan dengan varibel x
sedangkan anggota sembarang dari himpunan T disajikan dengan variabel y
maka fungsi f di atas dapat disajikan dengan ( )
2
: x x f x f =

Contoh 6.5.3. Diambil fungsi f dari | ) + , 1 ke dengan definisi 1 x x .
Fungsi ( ) { } 1 , = = x y y x f dengan persamaan fungsi ( ) 1 = x x f dan
| ) ( ) | ) + = = + , 0 , 0
f
R f .

6.5.1. Rumus-Rumus.
Berikut ini akan diberikan beberapa konsep dan rumus yang penting.
Untuk itu, sebelumnya akan diberikan definisi kesamaan dua fungsi dari S ke T.

Definisi 6.5.4. Fungsi f dan g dari A ke B dikatakan sama, ditulis f = g jika untuk
setiap se S berlaku f(s) = g(s). Notasi matematisnya:
f = g ( ) ( ) ( ) x g x f S s = e . .

Selanjutnya, diketahui T S f : , T B S A _ _ dan , . Himpunan ( ) A f ,
dengan
( ) ( ) { } ( ) { } A s s f t s f A s T t A f ) ( . e = = e - e =
disebut peta (bayangan) A terhadap fungsi f.
S f T f (S)
A
f (A)



Himpunan ( ) B f
1
, dengan
( ) { } B s f S s B f e e =

) (
1

disebut prapeta (bayangan invers) elemen-elemen B terhadap fungsi f

S f T f (S)

f
-1
(B)


B

Jika , T y e maka prapeta y terhadap f ditulis ( ) y f
1
adalah ( ) { }. y s f S s = e
Dengan mudah dapat dibuktikan, bahwa ( ) ( ) { } { } { } ( ).
1 1
y f y s f S s y f

= e e =

Contoh 6.5.5.
1. Diketahui { } { } y x k n g a f , , , , , 7 , 5 , 4 , 3 , 1 : , dengan
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) { } y k g k a f , 7 , , 5 , , 4 , , 3 , , 1 =

{ } 7 , 5 , 1 = A dan { } n x k g B , , , = . Dengan mudah dapat ditentukan, bahwa
{ }, , , , y k g a R
f
= peta A terhadap f adalah ( ) { } y k a A f , , = , dan pra peta
B terhadap f adalah ( ) { }. 5 . 4 , 3
1
=

B f Prapeta k terhadap f adalah { }. 5 , 3



2. Diambil fungsi f dari interval | ) + , 1 ke dengan definisi
( ) { } 1 , = = x y y x f , dengan | ) { } 2 10 , 1 s v s + e = x x x A dan
( | 11 , 2 = B . Range fungsi f adalah | ) ( ) | ) + = = + , 0 , 1
f
R f , peta
A terhadap f adalah ( ) | | | ) + = , 3 1 , 0 A f ; sedangkan ( ) | | 12 , 1
1
=

B f .
Prapeta y terhadap f adalah ( ) . 1
2 1
+ =

y y f

Selanjutnya, diketahui f fungsi dari S ke T. Dari definisi dapat diturunkan
sifat-sifat berikut ini:

Teorema 6.5.6.
1. f () = ,
2. ( ) ( ) B f A f S B A _ _ _
Bukti. Hanya dibuktikan no 1. Andaikan f () . Akibatnya dapat ditemukan
T xe , sehingga x e f (). Dengan kata lain terdapat ae yang memenuhi. Hal
ini tidak mungkin terjadi. Jadi yang berlaku f () = .

Teorema 6.5.7.
1. f
-1
() = ,
2. ( ) ( ) B f A f T B A
1 1
_ _ _
Bukti. Hanya dibuktikan no 2. Ambil sebarang ( ) A f x
1
e . Sesuai definisi
( ) , B A x f _ e akibatnya ( ).
1
B f x

e Jadi ( ) ( ).
1 1
B f A f

_

Teorema 6.5.8. _ S B A, f(AB) = f(A)f(B).
Bukti. Karena A _ AB maka menurut Teorema 6.5.6, ( ) ( ) B A f A f _ .
Demikian juga, karena himpunan B _ AB, maka ( ) ( ) B A f B f _ , sehingga
( ) ( ) ( ) B A f B f A f _

Selanjutnya diambil sebarang ( ) B A f x e . Akibatnya dapat ditemukan
, b A a e sehingga ( ) x a f = . Dengan kata lain terdapat A ae atau B ae
yang memenuhi ( ) x a f = . Dapat disimpulkan ( ) A f xe atau ( ). B f xe Jadi
( ) ( ) ( ) B f A f B A f _ .

Teorema 6.5.9. _ S B A, f(AB) _ f(A)f(B).
Bukti. Karena A B A _ , maka menurut Teorema 6.5.6, ( ) ( ) A f B A f _ .
Demikian juga, ( ) ( ) B f B A f _ , sehingga ( ) ( ) ( ) B f A f B A f _ .

Perlu diketahui, bahwa kondisi ( ) ( ) ( ) B A f B f A f _ tidak selalu
berlaku. Sebagai contoh diambil fungsi { } { }, , , 4 , 3 , 2 , 1 : h m a f dengan definisi
( ) ( ) a f f = = 3 1 dan ( ) ( ) h f f = = 4 2 . Jika diambil { } 2 , 1 = A dan { } 4 , 3 = B ,
maka = B A , sehingga ( ) = B A f . Jadi ( ) ( ) { } a B f A f = .

Teorema 6.5.10. _ _ T B A f
-1
(AB) = f
-1
(A)f
-1
(B).
Bukti. Karena B A B A , _ , sesuai Teorema 6.5.7, ( ) ( ) A f B A f
1 1
_ dan
( ) ( ) B f B A f
1 1
_ , sehingga ( ) ( ) ( ) B f A f B A f
1 1 1
_ .
Sebaliknya, jika diambil ( ) ( ) B f A f x
1 1
e , maka ( ) A f x
1
e dan
( ).
1
B f x

e Akibatnya ( ) A x f e dan ( ) , B x f e sehingga ( ) A f x
1
e dan
( ) . B A x f e Hal ini berarti ( ).
1
B A f x e



Teorema 6.5.11. _ _ T B A f
-1
(AB) = f
-1
(A)f
-1
(B).
Bukti. Sebagai latihan mandiri.

Teorema 6.5.12. _ _ T B A f
-1
(AB) = f
-1
(A) f
-1
(B).
Bukti. Diambil sebarang ( ).
1
B A f x e

Berakibat ( ) , B A x f e sehingga
( ) A x f e dan ( ) .
C
B x f e Dengan kata lain ( ) , B x f e yang berakibat
( ) B f x .
1
e dan ( ) A f x .
1
e , sehingga ( ) ( ).
1 1
B f A f x

e Jadi
f
-1
(AB) _ f
-1
(A) f
-1
(B).

Sebaliknya jika diambil ( ) ( ) B f A f x
1 1
e , berakibat ( ) A f x
1
e ,
yang berarti ( ) ; A x f e dan ( ).
1
B f x

e Akibatnya ( ),
1
B f x

e sehingga
( ) . B x f e Jadi ( )
C
B x f e ; dan terbukti ( ) . B A B A x f
C
= e Dengan kata
lain ( ).
1
B A f x e



6.5.3. Jenis-jenis Fungsi (Injektif, Surjektif, Bijektif)
Setiap fungsi (pemetaan) dari himpunan S ke himpunan T disebut juga
fungsi dari S ke dalam (into) T. Secara umum tidak selalu setiap elemen T xe
mempunyai prapeta di S yang dipetakan ke x. Dalam kasus x memiliki prapeta di S
ditemukan fakta, bahwa prapeta x tersebut bisa tunggal atau jamak. Untuk itu
dibahas beberapa jenis pemetaan berdasarkan kondisi prapeta sebarang elemen di
dalam kodomai fungsi.

Definisi 6.5.13. Fungsi T S f : dikatakan surjektif atau pada (onto) jika
setiap anggota T mempunyai prapeta di S, yaitu
( )( ) ( ) . . t s f S s T t = e - e
S f T

f
-1
(t) t



Contoh 6.5.14.
1. Fungsi { } { } y x k n g a f , , , , , 7 , 5 , 4 , 3 , 1 : , dengan
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) { } y k g k a f , 7 , , 5 , , 4 , , 3 , , 1 =
bukan fungsi surjektif, karena terdapat n elemen domain yang tidak
memiliki prapeta,
2. Fungsi f dari ke | ) + , 0 dengan definisi ( ) { } 1 , = = x y y x f
merupakan fungsi surjektif, sebab untuk setiap 0 > y , berlaku 1 1
2
+ s y ,
sehingga terdapat 1 > x , yaitu 1
2
+ = y x , yang memenuhi

1 1
2
= = x x y .
Akibatnya , 1 = x y jadi f surjektif.

Teorema 6.5.15. Jika T S f : fungsi surjektif, maka
1. ( ) , T S f =
2. Jika , T B _ maka terdapat , S A_ sehingga ( ) . B A f =
Bukti. Sifat 1 merupakan kejadian khusus sifat 2. Misalkan . T B _ Jika = B ,
maka terdapat , T y e sehingga . B y e Karena fungsi f surjektif, maka dapat
ditemukan , S xe yang memenuhi ( ) . y x f = Akibatnya ( ) B f
1
_ S dan
( ) ( ) .
1
B B f f =



Seperti diketahui pada fungsi f dari S ke T, sebarang teT mungkin
mempunyai lebih dari satu prapeta di S. Untuk itu didefinisikan fungsi yang
memiliki sifat setiap teT yang memiliki prapeta tunggal di S.


Definisi 6.5.16. Fungsi f dari S ke T dikatakan injektif jika

( ) ( ) ( ) ( ). ,
2 1 2 1 2 1
s s s f s f S s s = = e

S f T
s f (s)

u f (u)


Kontraposisi dari syarat injektif adalah
( ) ( ) ( ) ( ). ,
2 1 2 1 2 1
s f s f s s S s s = = e
Kondisi ini dapat digunakan untuk membuktikan bahwa suatu fungsi itu injektif.

Contoh 6.5.17. Berikut diberikan contoh fungsi injektif dan fungsi bukan injektif
1. Fungsi f pada Contoh 6.5.44. (1) bukan fungsi injektif, karena terdapat
k yang memiliki prapeta tidak tunggal yaitu 3 dan 5
2. Fungsi f pada Contoh 6.5.44. (2), tidak injektif, sebab

( ) ( ). 2 1 0 f f = = .
3. Diambil fungsi g : , dengan persamaan ( ) . 1
3
+ = x x g Fungsi g
merupakan fungsi injektif, karena untuk setiap e x s, yang
memenuhi ( ) ( ) 1 1
3 3
+ = = = + x x g s g s berakibat ,
3 3
x s = sehingga
( )( )
2 2
0 x sx s x s + + =
Hanya terpenuhi oleh . x s =
4. Fungsi h : , dengan persamaan ( ) 4 2 = x x h merupakan fungsi
injektif.
5. Fungsi h :
2

2
, dengan persamaan ( ) ( ) ( ) x y y x y x h 3 , 2 , + =
merupakan fungsi injektif.

Teorema 6.5.18. Jika T S f : fungsi, maka:
1. Dapat ditemukan S U _ dan fungsi T U F : yang injektif dan
( ) ( ), u f u F = untuk setiap , U ue
2. Dapat ditemukan T U _ dan fungsi U S F : yang surjektif dan
( ) ( ), u f u F = untuk setiap . S ue
Bukti. Hanya dibuktikan untuk nomor 2. Untuk sebarang ( ) S f ue berlaku
( ) =

u f
1
, sehingga dapat dipilih tepat hanya satu ( ) .
1
S u f s
u
_ e

Dibentuk
( ) { }. S f u s U
u
e =
Himpunan S U _ ; dan dengan pengaitan T U F : , ( ) u f u jelas bahwa F
fungsi injektif yang memenuhi ( ) ( ) u f u F = untuk setiap ; U ue karena untuk
setiap ( ) ( ), t F x F = berlaku ( ) ( ). t f x f = Akibatnya hanya terdapat tepat satu
( )
, U s
x f
e yang memenuhi
( )
( )
( )
( ) ( ) ( ) t f x f s f s F
x f x f
= = = . Akibatnya
( )
. t s x
x f
= =

Jenis fungsi selanjutnya yang perlu dibahas adalah fungsi yang bersifat
surjektif sekaligus injektif. Fungsi demikian dikatakan bijektif. Dengan kata lain
fungsi bijektif adalah fungsi yang setiap anggota domainya menentukan dengan

tunggal satu anggota dari kodomain dan sebaliknya. Dapat juga dikatakan sebagai
korespondensi satu-satu..

Teorema 6.5.19. Fungsi T S f : dikatakan bijektif jika dan hanya jika
( )( ) ( ) . . ! t s f S s T t = e - e
Bukti.
) Karena f surjektif, maka untuk sebarang T t e dapat ditemukan S s e ,
yang memenuhi ( ) . t s f = Selain itu karena f injektif, maka jika
( ) ( ), s f t u f = = untuk suatu , , S s u e berlaku . s u = Akibatnya pernyataan
( )( ) ( ) t s f S s T t = e - e .
terbukti benar.
) Dari asumsi jelas terlihat f surjektif. Selanjutnya jika ( ) ( ) , T s f u f e =
untuk sebarang , , S s u e maka terdapat dengan tunggal , S xe sehingga
( ) ( ) ( ). s f u f t f = = Akibatnya , s t u = = yang berarti f injektif

Contoh 6.5.20. Berikut diberikan beberapa contoh jenis fungsi.
1. Fungsi f dari ke dengan definisi:
( )

=
genap jika ,
2
ganjil jika , 0
n
n
n
n f
adalah fungsi yang surjektif, tapi tidak injektif, sehingga bukan bijektif.
2. Diambil fungsi g : dengan persamaan ( ) . 1 2 + = n n f Fungsi g
merupakan fungsi injektif, tetapi bukan surjektif, karena untuk e = 0 m
tidak dapat ditemukan e n yang memenuhi ( ) . 0 m n g = = . Akibatnya
g tidak bijektif.
3. Fungsi { } { }, , , , , , 6 , 5 , 4 , 3 , 2 , 1 : L K W U X A h dengan

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) { } K L U A W X h 6, , 5, , 4, , 3, , , 2 , , 1 =

merupakan fungsi bijektif, karena untuk setiap { }, , , , , , L K W U X A xe
terdapat dengan tunggal { } 6 , 5 , 4 , 3 , 2 , 1 e n sehingga ( ) x n h =

4. Fungsi g : dengan persamaan ( ) 3 + = n n g merupakan fungsi
bijektif.
5. Salah satu fungsi bijektif yang sangat dikenal saat SMA adalah fungsi F
dari interval
|
.
|

\
|

2
,
2
t t
ke , dengan persamaan ( ) . tanx x F =

6.5.4. Invers Fungsi dan Komposisi Fungsi
Sebagai bentuk khusus relasi, maka dari fungsi T S f : dapat dibentuk
relasi S T f

:
1
sebagai invers f , yaitu
( )( ) { }. , ,
1
f t s s t f e =


Dengan definisi tersebut dapat dipastikan f
-1
belum tentu merupakan fungsi.
Khusus jika f
-1
berupa fungsi, maka invers fungsi f disebut fungsi invers.

Contoh 6.5.21.
1. Invers fungsi g : dengan persamaan ( ) 1 2 + = n n g adalah relasi
{ }
)
`

e
|
.
|

\
|

=

, 5 , 3
2
1
,
1
n
n
n g
dari ke . Relasi g
-1
bukan fungsi, sebab ada -1e yang tidak
memliki peta di .
2. Invers fungsi { } { }, , , , , , 7 , 6 , 5 , 4 , 3 , 2 , 1 : L K W U X A h dengan

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) { } A K L U A W X h , 7 , 6, , 5, , 4, , 3, , , 2 , , 1 =
adalah ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) { }. 6 , , 5 , , 4 , , 7 , , 3 , , 2 , , 1 ,
1
K L U A A W X h =

Relasi h
-1

bukan merupakan fungsi, sebab peta A terhadap h
-1
tidak tunggal.
3. Invers fungsi g : dengan persamaan ( ) 1 2 + = x x g adalah
)
`

+ < <
|
.
|

\
|

=

x
x
x g
2
1
,
1

merupakan fungsi, sehingga fungsi invers dari g adalah .
1
g
4. Invers fungsi { } { }, , , , , 5 , 4 , 3 , 2 , 1 : E D C B A h dengan

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) { } A C E D B h 5, , 4, , 3, , , 2 , , 1 =

adalah ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) { } 3 , , 2 , , 4 , , 1 , , 5 ,
1
E D C B A h =

. Relasi h
-1
merupakan
fungsi invers.

Teorema 6.5.22. Jika B A f : fungsi injektif, maka dapat dibentuk fungsi
bijektif ( ) A A f h : , sehingga .
1
_ f h Khususnya f bijektif jika dan hanya
.
1
= f h
Bukti. Perlu diperhatikan, bahwa pernyataan
1
_ f h menunjukkan h sebagai
subhimpunan f
-1
sebagai relasi karena
1
= _
f
h
D B D . Jika f bijektif, maka
,
1
= =
f
h
D B D sehingga .
1
= f h
Dari asumsi B A f : fungsi injektif, maka untuk setiap ( ) A f y e
terdapat A x
y
e yang memenuhi ( ).
y
x f y = Diambil relasi ( ) A A f h :
dengan definisi ( ) .
y
x y h = Mudah dibuktikan, bahwa h fungsi dan untuk setiap
, A ae berlaku ( ) ( ) A f a f e dan ( ) ( )
( )
, a x a f h
a f
= = karena elemen A satu-
satunya yang dipetakan ke ( ) a f oleh f adalah a. Jadi f surjektif. Selain itu
karena f injektif, maka jika ( ) ( ) u h y h = , dengan ( ) y x f
y
= dan ( ) u x f
u
=
berakibat ( ) ( ) .
u y
x u h y h x = = = Dengan kata lain ( ) ( ) , y x f x f u
y u
= = =
sehingga h injektif. Akibatnya h bijektif.

Selanjutnya, jika B A f : fungsi dengan persamaan fungsi ( ) x f y =
dan
1
f adalah fungsi invers dari f , maka dapat ditentukan persamaan fungsi
1
f .

Contoh 6.5.23. Jika g : fungsi dengan persamaan ( ) , 2 3
3
= x x g
selidikilah keberadaan
1
g !
Penyelesaian. Fungsi g bijektif, sehingga menurut Teorema 6.5.22 relasi
1
g
merupakan fungsi dari ke ; dan
( ) = = 2 3
3
x x g y = + 3 2
3
x y ,
3
2
3
x
y
=
+


sehingga persamaan fungsi
1
g adalah
( ) ,
3
2
3
1
+
=

y
y g
dengan e y .

Untuk keperluan tertentu domain atau range fungsi B A f : dapat
dibatasi pada A D_ atau B E _ agar relasi A B f

:
1
menjadi fungsi
invers dari D ke E.

Contoh 6.5.24. Diambil fungsi bernilai real f : | ) + , 0 dengan persamaan
( ) . 1 2
2
+ = x x x f Tentukan himpunan terluas _ D , sehingga relasi
1
f
dari | ) + , 0 ke D merupakan fungsi. Kemudian tentukan
1
f .
Penyelesaian. Untuk setiap | ) + e , 0 y :

( ) ( ) , 1 1 1 2
2
2 2
y x x y x x x f y = = + = =
Akibatnya f surjektif tapi tidak injektif, sehingga
1
f dari | ) + , 0 ke bukan
fungsi. Jika diambil | ) + = , 1 D atau ( | 1 , = D akan berakibat
| ) + , 0 : D f bijektif, sehingga | ) D f +

, 0 :
1
fungsi.

Selanjutnya, untuk sebarang fungsi B A f : dan C B g : dapat
didefinisikan (fungsi) komposisi antara f dan g , yang diberi notasi f g dari
A ke C, sebagai komposisi relasi f dan g . Berdasarkan definisi komposisi dua
relasi diperoleh
( ) ( )( ) ( ) { } g c b f b a B b C A c a f g e . e e - e = , , . , ;
dan dapat dibuktikan f g merupakan fungsi dari A ke C. Nilai x terhadap f g
adalah ( ) ( ) ( ). x f g x f g =
Bukti. Diambil sebarang ( ) ( ) f g c a c a e
2 1
, , , . Akibatnya terdapat , ,
2 1
B b b e
sehingga ( ) ( ) f b a b a e
2 1
, , , dan ( ) ( ) . , , ,
2 2 1 1
g c b c b e Karena f fungsi, maka
.
2 1
b b = Hal ini mengakibatkan ( ) ( ) g c b c b e
2 1 1 1
, , , dan g fungsi, sehingga
.
2 1
c c =

Contoh 6.5.25. Sebagai ilustrasi perhatikan diagram berikut ini.

A f B B g C
1 a a
2 b b
3 c c
4 d d
5

Pada diagram di atas ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) { } = , 5 , , 4 , , 3 , , 2 , , 1 f g .
Contoh 6.5.26. Diketahui f : | ) + , 0 fungsi bernilai real dengan persamaan
( ) . 1 2
2
+ = x x x f Jika g : | ) + , 0 , dengan ( ) , 1 2 + = x x g tentukan
persamaan fungsi f g !
Penyelesaian:
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) 1 1 2 2 1 2
2 2
+ + = + = = x x x x g x f g x f g
1 1 2 2
2
+ + = x x
Teorema 6.5.27. Diketahui B A f : dan C B g : fungsi.
1. Jika D C h : fungsi, maka ( ) ( ) . f g h f g h =
2. Jika
1
f dan
1
g fungsi, maka ( )
1 1
1

= g f f g fungsi.
Bukti. Lihat kembali bukti Teorema 6.3.3.

Teorema 6.5.28. Diketahui B A f : dan C B g : fungsi.
1. Jika f dan g surjektif, maka f g surjektif.
2. Jika f g surjektif, maka g surjektif
3. Jika f dan g injektif, maka f g injektif
4. Jika f g injektif, maka g injektif
5. Jika f dan g bijektif, maka f g bijektif.
Bukti. Hanya akan dibuktikan untuk 1, 2, dan 3.
1. Karena ( ) ( ) ( ) ( ) C B g A f g A f g = = = , maka f g surjektif
2. Ambil sebarang . C ce Karena f g surjektif, maka dapat ditemukan
, A ae sehingga ( ) ( ) ( ). a f g a f g c = = Akibatnya terdapat ( ) a f y =
yang memenuhi ( ). y g c = Jadi g surjektif

3. Untuk sebarang A v u e , yang memenuhi
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) v f g v f g u f g u f g = = =
berakibat ( ) ( ), v f u f = karena g injektif. Selebihnya karena asumsi f
injektif, maka . v u =

Sebagai bagian akhir diktat ini, berikut diberikan beberapa fungsi khusus.
Di antaranya fungsi injeksi, identitas, pembatasan, perluasan, dan fungsi
karakteristik.

Definisi 6.5.29. Fungsi B A f : dengan B A_ disebut injeksi jika
( ) ( ) . a a f A a = e
Injeksi dari A ke B diberi notasi
A
i (Gambar 1). Injeksi dengan domain dan
kodomain yang sama A disebut fungsi identitas dengan notasi
A
id (Gambar 2).
Jadi
A
id adalah fungsi dari A ke A yang memenuhi ( ) a a id
A
= untuk setiap
. A ae
B
A
A
i A A
A
id A

a a a a



Gambar 1 Gambar 2


Berdasarkan Definisi 6.5.29 di atas mudah dibuktikan sifat berikut ini.
Teorema 6.5.30. Diberikan fungsi B A f : .
1. Jika f bijektif, maka
B
id f f =
1
dan
A
id f f =

1

2. f id f
A
= dan . f f id
B
=

Definisi 6.5.31. Diberikan fungsi B A f : dan himpunan . A C _ Fungsi
B C F : dinamakan fungsi restriksi (pembatasan) , f jika ( ) ( ) x f x F =
untuk setiap , C xe dan ditulis dengan
C
f F = .


Contoh 6.5.32. Berikut diberikan beberapa contoh fungsi pembatasan.
1. Diketahui f : | | 1 , 1 dengan persamaan ( ) x x f sin = . Fungsi f
bukan merupakan fungsi injektif, sehingga
1
f bukan merupakan
fungsi. Agar
1
f fungsi, maka
f
D harus dibatasi untuk itu f dibatasi
pada
(

=
2
,
2
t t
A . Jadi | | 1 , 1
2
,
2
:
(

t t
A
f , dengan persamaan
( ) x x f
A
sin = merupakan fungsi pembatasan yang injektif, sehingga
1
A
f merupakan fungsi, dengan persamaan
( ) . arcsin
1
x x f
A
=


2. Diambil fungsi ( ) + , : f yang memenuhi
( )
x
x
x
x
x
x f
<
=
<

+
=
1 ,
1 ,
1 ,
1
3
1 2

Fungsi ( ) 1 , : F dengan persamaan ( ) 1 2 + = x x F merupakan
fungsi pembatasan f pada ( ). 1 ,

Definisi 6.5.33. Diketahui B A f : fungsi dan . D A_ Fungsi B D F :
dinamakan fungsi perluasan , f jika ( ) ( ) x f x F = untuk setiap . D xe

A f B D F B
C
C
f f

A


Pembatasan Perluasan

Contoh 6.5.34.
1. Pada Contoh 6.5.32. no. 1, jika | | 1 , 1
2
,
2
:
(

t t
f , dengan

( ) x x f sin = , maka:
1.1. Fungsi F : | | 1 , 1 dengan ( ) x x F sin = , dan
1.2. Fungsi G : | ) + , 0 | | 1 , 1 dengan
( )
( |
( )

+ e
e
=
, , 1
, , sin
t
t
x
x x
x G
merupakan fungsi perluasan f .
2. Fungsi { } { }, , , , , , , 5 , 4 , 3 , 2 , 1 : F E D C B A I h dengan
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) { } B I F D E A D h , , , 5 , , 4 , , 3 , , 2 , , 1 =
merupakan fungsi perluasan ( ) ( ) ( ) ( ) { } B I F E D h
o
, , , 5 , , 3 , , 1 = .

Definisi 6.5.35. Diketahui . A D_ Fungsi A f : yang memenuhi
( )

e
e
=
D x
D x
x f
, 0
, 1

disebut fungsi karakteristik di D.

Pada beberapa bidang ilmu sering dijumpai fungsi dengan persamaan
yang hampir sama, yaitu A f : dengan A D_ yang memenuhi
( )

e
e
=
D x
D x
x f
, 0
, o

dengan bilangan real.

Contoh 6.5.36. Diambil fungsi | ) + , 0 : f yang memenuhi
( )

s
< s
=
x
x
x f
5 , 0
5 0 , 1


6.6. Latihan Soal
1. Diketahui adalah himpunan semua bilangan bulat dan {0} himpunan
bilangan bulat non-negatif. Apakah perkawanan : f {0} dengan
( )

1 +
=
x
x
x f suatu fungsi? Apabila demikian apakah surjektif? Injektif?
Jelaskan jawaban anda.

2. Apakah pengaitan : g dengan persamaan x
1 x
x
merupakan
fungsi ?


Pengayaan:
1. Menurut anda apakah himpunan kosong itu merupakan fungsi ? Jelaskan
jawaban anda !
2. Konsep no 1 sangat berpengaruh pada kombinatorik

Anda mungkin juga menyukai