Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MODEL PENCACAHAN

DOSEN PEMGAMPU
Dr. Hery Susanto, M.Si

DISUSUN OLEH
Rani Martalisa Taorina (170311861628)
Fahrun Nisa (170311861548)
Class H

PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2017
Model Pencacahan

Ada 2 model pencacahan, yaitu model sampel dan model distribusi pencacahan.

1. Model Sampel Pencacahan

Pada bagian ini akan dibahas tentang permutasi, kombinasi, dan proposisi yang
berkaitan dengan permutasi dan kombinasi. Sebelum lebih lanjut membahas tentang
permutasi dan kombinasi, kita harus memiliki pembahasan tentang urutan (order) dan
pengulangan (repetition). Misal pada suatu himpunan dengan n objek berbeda {𝑥1 , 𝑥2 , …,
𝑥𝑛 } kemudian kita mengambil sampel r objek. Masalah tersebut tidak dispesifikkan secara
lengkap, sehingga pernyataan “mengambil sampel” masih bersifat ambigu. Akan muncul
beberapa pertanyaan dari masalah tersebut, seperti:
i. Apakah penting untuk memperhatikan urutan pada sampel yang kita ambil? Sebagai
contoh jika 𝑟 = 2, apakah pertimbangan kita dalam pengambilan 𝑥1 kemudian 𝑥2
berbeda dengan pengambilan 𝑥2 kemudian 𝑥1 ?
ii. Apakah dibolehkan pengulangan pada objek-objek yang diambil? Sebagai contoh jika
𝑟 = 2, apakah dibolehkan mengambil sampel yang terdiri dari dua buah 𝑥1 ?
Karena tiap pertanyaan memiliki dua jawaban, aturan perkalian mengatakan masalah
sebenarnya terbagi menjadi empat, yaitu:
1. Berapa sampel-sampel yang ada jika penting memperhatikan urutan dan pengulangan
dibolehkan?
2. Berapa sampel-sampel yang ada jika penting memperhatikan urutan dan pengulangan
tidak dibolehkan?
3. Berapa sampel-sampel yang ada jika tidak penting memperhatikan urutan dan
pengulangan dibolehkan?
4. Berapa sampel-sampel yang ada jika tidak penting memperhatikan urutan dan
pengulangan tidak dibolehkan?
Untuk dapat menjawab pertanyaan tersbut, kita harus memiliki beberapa
pemahaman yang berkaitan dengan susunan (arrangement), seleksi (selection), dan
penggantian (replacement). Jika urutan diperhatikan, maka kita mengatakan bahwa sampel
kita terdiri atas susunan-susunan. Jika urutan tidak diperhatikan, maka kita mengatakan
bahwa sampel kita terdiri atas seleksi-seleksi. Jika pengulangan dibolehkan, maka kita
menggunakan penggantian.
Sebuah susunan dari r objek dengan pergantian disebut barisan. Sebuah seleksi dari r
objek dengan pergantian disebut multiset. Permutasi adalah susunan yang memperhatikan
urutan tanpa pengulangan, sedangkan kombinasi adalah susunan yang tidak
memperhatikan urutan tanpa pengulangan.
Contoh 1
Kita mengambil dua objek dari {𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 }, itu berarti 𝑛 = 3 dan 𝑟 = 2. Gambar berikut
mengilustrasi empat masalah berbeda dan solusinya.

Tanpa
Pengulangan
pengulangan

x1 x1
x1 x2
x1 x2
x1 x3
x1 x3
x2 x1
Arrangement r- x2 x1 r-
x2 x2
barisan x2 x3 permutasi
x2 x3
x3 x1
x3 x1
x3 x2
x3 x2
x3 x3
{x1 x1}
{x1 x2}
{x1 x2}
{x1 x3} r- r-
Selection {x1 x3}
{x2 x2} multiset kombinasi
{x2 x3}
{x2 x3}
{x3 x3}

Ada juga pemikiran yang muncul untuk kasus r = 0. Seperti yang sudah diketahui,
r-kombinasi dapat dipandang sebagai subset dari r elemen, oleh karena itu 0-kombinasi
dapat dipandang sebagai himpunan kosong. Karena hanya ada tepat satu himpunan
kosong, maka kita katakan bahwa ada tepat satu 0-kombinasi. Para matematikawan juga
mengatakan bahwa ada tepat satu 0-barisan, tepat satu 0-permutasi, dan tepat satu
0-multiset.
Dari contoh awal, kita telah menentukan sejumlah solusi untuk masing-masing
empat permasalahan dengan pencacahan yang eksplisit. Berikut diberikan beberapa dalil
(proposisi) yang dapat memberikan sejumlah solusi untuk masing-masing permasalahan
tersebut.

1. Proposisi 2-1. Banyaknya r-barisan dari n objek adalah nr.

Bukti:
Jika 𝑟 = 0 maka nr = 1, sesuai dengan kesepakatan bahwa ada tepat satu 0-barisan.
Untuk 𝑟 ≥ 1 pada pemilihan pertama kita dapat memilih n pilihan, pada pemilihan
kedua juga dapat memilih n pilihan dan seterusnya. Sehingga aturan perkalian
mengatakan bahwa konstruksi ini dapat ditunjukkan dalam nr cara.
2. Proposisi 2-2. Banyaknya r-permutasi dari n objek adalah 𝑛(𝑛 − 1)(𝑛 − 2) … (𝑛 − 𝑟 + 1)
Kita dapat menotasikan ekspresi tersebut dengan 𝑃(𝑛, 𝑟).

Bukti.
Jika 𝑟 = 0, maka 𝑃(𝑛, 𝑟) = 1 sesuai dengan kesepakatan bahwa ada tepat satu
0-permutasi. Jika 𝑟 > 𝑛 maka 𝑃(𝑛, 𝑟) = 0 setuju dengan fakta bahwa tidak ada cara
mengambil r objek berbeda dari 𝑛 < 𝑟 objek.
Jika 𝑟 = 𝑛 maka kita memiliki n-permutasi yaitu 𝑛(𝑛 − 1)(𝑛 − 2) … 1. Bentuk ini
diberi nama khusus yaitu 𝑛! dibaca “n faktorial”. Contoh: Misalkan ada 6 orang dapat
diurutkan dalam 6! = 6x5x4x3x2x1 = 720 cara. Kita mendefinisikan 0! = 1 sehingga
𝑛! = 𝑛(𝑛 − 1)! Untuk 𝑛 ≥ 1.
Jika 1 ≤ 𝑟 ≤ 𝑛 maka pada pilihan pertama kita dapat memilih sebanyak n objek, pada
pilihan kedua kita dapat memilih sebanyak 𝑛 − 1 objek, dan begitu seterusnya sampai
pada pilihan ke r kita dapat memilih 𝑛 − (𝑟 + 1) objek. Oleh sebab itu aturan perkalian
mengatakan bahwa konstruksi ini dapat ditunjukkan dalam 𝑛(𝑛 − 1)(𝑛 − 2) … (𝑛 −
𝑛!
𝑟 + 1) cara atau 𝑃(𝑛, 𝑟) = (𝑛−𝑟)! .

3. Proposisi 2-3. Banyaknya r-combinasi dari n objek adalah 𝑃(𝑛, 𝑟)/𝑟!.


n
Kita mendefinisikan bentuk terakhir dengan 𝐶(𝑛, 𝑟) atau   .
r

Bukti.
Jika 𝑟 = 0, maka 𝐶(𝑛, 𝑟) = 1 sesuai dengan kesepakatan bahwa ada tepat satu
0-permutasi. Jika 𝑟 > 𝑛 maka 𝐶(𝑛, 𝑟) = 0 setuju dengan fakta bahwa tidak ada
r-kombinasi ketika 𝑟 > 𝑛.
Dalam r-permutasi terdapat 𝑟! arrangement untuk setiap r-kombinasi, karena r element
pada kombinasi dapat diurutkan dalam r! cara. Untuk mengimbangi, rumus
𝑃(𝑛, 𝑟) harus dibagi 𝑟!, dan berakibat terdapat 𝑃(𝑛, 𝑟)/𝑟! untuk r-kombinasi dari n
objek, sehingga diperoleh:

𝑃(𝑛, 𝑟) = 𝐶(𝑛, 𝑟) . 𝑟!
𝑃(𝑛,𝑟) 𝑛!
𝐶(𝑛, 𝑟) = = 𝑟!(𝑛−𝑟)!
𝑟!

n 1 r 
4. Proposisi 2-4. Banyaknya r-multiset dari n objek adalah  
 r 

Bukti.
Jika 𝑛 = 0 dan 𝑟 = 0 maka 𝐶(𝑛 − 1 + 𝑟, 𝑟) = 𝐶(−1,0) = 1. Sesuai dengan
kesepakatan kita bahwa ada tepat satu 0-multiset. Jika 𝑛 = 0 dan 𝑟 > 0 maka
𝐶(𝑛 − 1 + 𝑟, 𝑟) = 0, sesuai dengan fakta bahwa tidak mungkin memilih suatu
assortment 𝑟 > 0 objek dari 𝑛 = 0 objek.
Hal Ini mengingatkan kita untuk kasus 𝑛 > 0, bahwa kita dapat berpikir suatu
r-multiset dalam bentuk suatu menu. Menu tersebut memiliki n kolom 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 .
Untuk membentuk suatu multiset, kita letakkan r bintang pada suatu kolom, karena
pengulangan diperbolehkan, kita mungkin menempatkan lebih dari satu bintang pada
satu kolom. Karena urutan tidak diperhatikan, maka bintang-bintang tersebut identik.
Contohnya, jika 𝑛 = 2 dan 𝑟 = 4, maka menu korespondensi multiset terdiri dari
tiga 𝑥1 dan satu 𝑥2 yang ditunjukkan pada gambar (a), sebaliknya korespondensi
multiset pada menu diberikan pada gambar (b) terdiri dari empat 𝑥2.

Terlihat jelas bahwa ada korespondensi satu-satu antara menu-menu yang memuat
r bintang dan kumpulan r-multiset, dan oleh karena itu permasalahan kita sudah
berkurang untuk menentukan jumlah masing-masing menu. Jika kita membuat suatu
ketentuan bahwa kolom pertama untuk 𝑥1 , kemudian kolom kedua untuk 𝑥2 dan
seterusnya, maka kita dapat mengeliminasi label kolom dan garis. Misalkan menu pada
gambar (c) ditampilkan dengan bentuk seperti gambar (d).
Karena kita butuh 𝑛 − 1 batang kolom untuk membentuk n kolom dan r objek
untuk menotasikan r objek, masalah berikut sudah berkurang untuk menentukan jumlah
susunan atau r identik bintang dan 𝑛 − 1 identik batang. Bayangkan suaru baris dengan
𝑛 − 1 + 𝑟 ruang, kita membagi penempatan ini dalam dua tahap; pertama kita letakkan
bintang; kemudian kita letakkan batang. Bintang-bintang tersebut identik begitu juga
pada tempatnya, yang mana sama untuk mengambil r ruang ke tempat dimana mereka
akan diletakkan. Berdasarkan pernyataan sebelumnya, hal berikut dapat dilakukan
dengan 𝐶(𝑛 − 1 + 𝑟, 𝑟) cara. Sekarang batang bersifat identik, maka penempatannya
bersifat sama untuk mengambil 𝑛 − 1 ruang ke tempat yang akan ditempati. Tetapi
pada tingkatan yang kedua hanya ada 𝑛 − 1 ruang yang tersisa, dan hanya ada satu cara
untuk memilih ruang tersebut. Dengan aturan hasil kali, ada 𝐶(𝑛 − 1 + 𝑟, 𝑟) × 1 cara
untuk menyusun r bintang dan 𝑛 − 1 ruang, maka 𝐶(𝑛 − 1 + 𝑟, 𝑟) menu dengan r
bintang dan n kolom, jadi 𝐶(𝑛 − 1 + 𝑟, 𝑟) merupakan r-multiset dari n objek.
n  n 
5. Proposisi 2-5.     
 r  n  r
Bukti. Misal kita memilih r objek dari n objek untuk dipakai, akan sama dengan
memilih 𝑛 − 𝑟 objek untuk tidak dipakai.

𝑛 𝑛! 𝑛! 𝑛
( )= = = ( )
𝑛−𝑟 (𝑛 − 𝑟)! (𝑛 − 𝑛 + 𝑟)! (𝑛 − 𝑟)! 𝑟! 𝑟

Untuk lebih memahami dalil (proposisi) yang telah dijelaskan sebelumnya, berikut
diberikan contoh soal yang berkaitan dengan penggunaan dalil tersebut.

Contoh 2

1. Berapa banyak susunan yang dapat dibentuk dari satu set kartu yang terdiri dari 52 kartu?
Jawab: 𝑛 = 52, 𝑟 = 52, sehingga 𝑃(𝑛, 𝑟) = 𝑃(52,52) = 52! ~7,96𝑥1067

2. Berapa banyak keluaran yang mungkin dalam pengetosan tiga dadu berbeda?
Jawab: 𝑛 = 6, 𝑟 = 3, sehingga 𝑛𝑟 = 63 = 216

3. Mengingat bahwa suatu domino merupakan sebuah balok kayu yang memuat dua muka.
Tiap-tiap muka memuat nol sampai enam titik. Berapakah banyak domino berbeda?
Jawab:
Karena pengurutan muka tidak penting (domino dapat diputar-putar), kita mengkonstruksi
suatu domino dengan memilih dua muka, dimana ada 7 kemungkinan nilai dari tiap tiap
wajah dan kedua muka mungkin memiliki nilai yang sama.
Jadi, dapat diselesaikan dengan rumus multiset karena urutan tidak penting dan
pengulangan dibolehkan.
𝑛 = 7, 𝑟 = 2, sehingga
8 𝑥 7 𝑥 6!
𝐶(𝑛 − 1 + 𝑟, 𝑟) = 𝐶(7 − 1 + 2,2) = 𝐶(8,2) = = 28
2!(8−2)!

4. Berapa banyak subsets tiga anggota dari {a, b, c, d, e}?


5 𝑥 4 𝑥 3!
Jawab: 𝑛 = 5, 𝑟 = 2, sehingga 𝐶(𝑛, 𝑟) = 𝐶(5,3) = = 10
3!(5−3)!

5. Berapa banyak pengambilan lima kartu yang diperoleh dari satu set kartu?
Jawab: 𝑛 = 52, 𝑟 = 5, sehingga 𝐶(𝑛, 𝑟) = 𝐶(52,5) = 2.598.960

6. Apa probabilitas yang dapat diperoleh dari pengetosan tiga dadu berbeda yang jumlahnya
4?
Jawab:
Misalkan kejadian A adalah kejadian pengetosan tiga dadu berbeda yang jumlahnya 4, n
adalah hasil yang berkaitan dengan kejadian A, dan N adalah ruang sampel.
Jumlah sususan yang dapat dihasilkan dari permasalahan tersebut secara umum dapat
diperoleh sebanyak 𝑛𝑟 = 63 = 216 susunan.
Keluaran mata dadu dari 3 dadu berbeda yang berjumlah 4 diperoleh 1,1,2 ; 1,2,1 ; dan
2,1,1.
Jadi, peluang munculnya mata tiga dadu berbeda yang jumlahnya 4 adalah
𝑛 3
𝑃(𝐴) = = .
𝑁 216

2. Model Distribusi Pencacahan

Misalkan kita memiliki r bola yang dapat didistribusikan pada n cells berbeda.
Dalam berapa cara hal ini dapat dilakukan? Masalah distribusi ini juga dikenal sebagai
masalah kepemilikan atau masalah pengalokasian. Masalah ini belum dispesifikkan
dengan lengkap. Pernyataan “r bola yang didistribusikan” masih ambigu. Akan muncul
pertanyaan dari masalah tersebut, seperti:
i. Apakah kita mempertimbangkan bola-bola tersebut berbeda atau identik?
ii. Apakah kita membolehkan sembarang banyak bola untuk tiap cell (nonexclusive
occupancy) atau paling banyak satu bola tiap cell (exclusive occupancy).
Karena setiap pertanyaan terdapat dua jawaban, aturan perkalian mengatakan
masalah sebenarnya terbagi menjadi 4 yaitu:
1. Berapa banyak cara mendistribusikan r bola berbeda dalam n cell berbeda dengan
sembarang banyak bola tiap cell?
2. Berapa banyak cara mendistribusikan r bola berbeda ke dalam n cell berbeda dengan
paling banyak satu bola tiap cell
3. Berapa banyak cara mendistribusikan r bola identik dalam n cell berbeda dengan
paling banyak satu bola pada tiap cell?
4. Berapa banyak cara mendistribusikan r bola identik dalam n cell berbeda dengan
sembarang banyak bola pada tiap cell?

Contoh 1

Gambar dibawah ini mengilustrasikan empat masalah berbeda dan solusinya untuk
𝑛 = 3 dan 𝑟 = 2. Pada model pencacahan sebelumnya, kita membahas tentang model
sampel pencacahan yang mengambil dua objek dari (𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 ) sedangakn pada model
distribusi kita akan menyelesaikan masalah tersebut dengan mendistribusikan 2 bola
kedalam 3 buah cell yang berbeda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum
kedua model ini sama.
Misalkan diberikan 𝑥𝑖 yang berkoresponden ke cell ke-i. Jika bola-bola tersebut
berbeda, kita akan berpikir bahwa bola nomor 1 berhubungan dengan posisi pertama
dalam susunan dan bola nomor 2 berhubungan dengan posisi kedua. Hal ini berarti
peletakan bola nomor satu ke cell ke-i berhubungan dengan peletakan 𝑥𝑖 pada posisi
pertama dalam susunan, dan peletakan bola kedua ke cell ke-i berhubungan dengan
peletakan 𝑥𝑖 ke posisi kedua dari susunan. Jika bola-bola tersebut identik, maka tidak ada
nomor posisi dan peletakan sebuah bola dalam cell ke-i yang berhubungan dengan
pengambilan xi tanpa memperhatikan urutan. Untuk lebih jelas, nonexclusive occupancy
sama artinya dengan pengulangan, sedangkan exclusive occupancy berarti tidak ada
pengulangan.

NONEXCLUSIVE EXCLUSIVE
OCCUPANCY OCCUPANCY

b1b2 b1 b2
b1 b2 b1 b2
b1 b2 b2 b1

BOLA b2 b1 b1 b2
BERBEDA b1b2 b2 b1
b1 b2 b2 b1
b2 b1
b2 b1
b1b2

bb b b
b b b b
b b b b
BOLA bb
IDENTIK
b b
bb

Berikut diberikan beberapa dalil (preposisi) yang dapat memberikan sejumlah solusi
untuk masing-masing permasalahan tersebut.
1. Proposisi 2-6. Terdapat nr cara mendistribusikan r bola berbeda ke dalam n cell
berbeda dengan sembarang banyak bola tiap cell.

2. Proposisi 2-7. Terdapat P(n,r) cara mendistribusikan r bola berbeda ke dalam n cell
berbeda dengan paling banyak satu bola tiap cell.

n
3. Proposisi 2-8. Terdapat   cara mendistribusikan r bola identik ke dalam n cell
r
berbeda dengan paling banyak satu bola tiap cell.

n 1 r 
4. Proposisi 2-9. Terdapat   cara mendistribusikan r bola identik ke dalam n
 r 
cell berbeda dengan sembarang banyak bola tiap cell.
5. Proposisi 2-10. Misalkan ada n objek, 𝑟1 objek dengan tipe 1, 𝑟2 objek dengan tipe 2, ...,
𝑛!
dan 𝑟𝑘 objek dengan tipe k, maka jumlah cara untuk menyusun n objek adalah 𝑟
1 !𝑟2 !…𝑟𝑘 !

Untuk lebih memahami dalil (proposisi) yang telah dijelaskan sebelumnya, berikut
diberikan contoh soal yang berkaitan dengan penggunaan dalil-dalil tersebut

Contoh 2

1. Nyatakan versi distribusi yang equivalen dengan berikut; urutan dua A identik, tiga B
identik, dan empat C identik
Jawab:
Satu jawaban adalah mendistribusi 9 bola pada 3 cell berbeda dengan tepat dua bola
dalam cell pertama, tiga bola dalam cell kedua dan empat bola dalam cell ketiga.
Kemungkinan yang lain adalah mendistribusi dua bola A yang identik, tiga bola B yang
identik dan empat bola C yang identik ke dalam 9 cell berbeda dengan tepat satu bola
pada tiap cell.

2. Apa probabilitas untuk tepat satu cell kosong jika 10 bola identik didistribusi secara acak
ke dalam lima cell berbeda?
Jawab:
Terdapat 𝐶(5 − 1 + 10,10) cara mendisribusi 10 bola identik ke dalam 5 cell berbeda
dengan sembarang banyak bola per cell. Kemudian kita menentukan banyak cara
mendistribusi 10 bola identik ke dalam lima cell berbeda dengan tepat satu cell kosong.
Kita menyusun konstruksi distribusi tersebut ke dalam tiga stage. Pertama kita pilih satu
cell kosong dalam 𝐶(5,1) cara. Selanjutnya kita pastikan bahwa empat cell yang tersisa
tidak kosong dengan ditempati satu bola tiap cell. Karena bola-bola tersebut identik, hal
itu dapat dilakukan dalam tepat satu cara. Akhirnya, kita mendistribusi enam bola identik
yang tersisa ke dalam empat cell berbeda dengan sembarang banyak bola percell dalam
𝐶(4 − 1 + 6,6). Dengan aturan perkalian, ada 5𝑥1𝑥 𝐶(4 − 1 + 6,6) cara mendistribusi
sepuluh bola identik ke dalam lima cell berbeda dengan repat satu cell kosong, sehingga
probabilitasnya adalah 5𝑥1𝑥 𝐶(4 − 1 + 6,6)/ 𝐶(5 − 1 + 10,10) = 5𝑥84/1001 =
0,419 …

3. Mengenai sebuah system “dunia nyata” dimana partikel r sudah di distribusikan diantara
n pernyataan yang berbeda. Sebuah konfigurasi dari system yang diberikan dengan
distribusi partikel-partikel diantara pernyataan yang beragam. Misalkan partikel atom
atau molekul dari gas ideal yang temperaturnya sudah ditentukan dan pernyataan yang
memungkinkan tentang tingkatan energi yang istimewa. Contoh lain misalnya partikel
dari elektron dan pernyataan yang memungkinkan tentang tingakatan energi dari atom
yang diberika. Seperti contoh sebelumnya, partikel-partikel mungkin saja adalah proton
dan pernyataannya mungkin saja tentang tingkatan energi. Berapa banyak konfigurasi
yang ada dari sistem tersebut?
Jawab:
Seperti yang telah dinyatakan, masalah tersebut tidak ditempatkan karena kita tidak
tahu bagaimana mempertimbangkan partikel-partikel tersebut indentik atau tidak, dan
apakah mungkin terdapat lebih dari satu partikel yang sudah ada. Tujuan utama dari
materi ini untuk mempelajari bagaimana spesifikasi (kombinatorika) yang tepat. Seperti
yang telah kita tahu ada 4 kemungkinan jawaban yang tergantung pada apakah
konfigurasinya sebagai barisan, permutasi, kombinasi, atau multiset. Para fisikawan
mempunyai tiga pemahaman spesifik dari empat kemungkinan tersebut.
Jika partikel berbeda dan beberapa bilangan dari partikel memungkinkan diberikan
pernyataan, maka ada nr konfigurasi. System yang memenuhi asumsi ini dikatakan jelas
oleh Maxwell-Boltzmann statistics, dan hubungan ini untuk melihat konfigurasi barisan.
Jika partikel identik dan beberapa bilangan dari partikel memungkinkan diberikan
n 1 r
pernyataan, maka ada   konfigurasi. System yang memenuhi asumsi ini
r 
dikatakan jelas oleh Bose-Einstein Statistics, dan hubungan ini untuk melihat konfigurasi
multiset. Jika partikel berbeda dan paling banyak satu bilangan dari partikel
n
memungkinkan diberikan pernyataan, maka ada   konfigurasi. System yang
r 
memenuhi asumsi ini dikatakan jelas oleh Fermi-Dirac Statistics, dan hubungan ini
untuk melihat konfigurasi kombinasi.
Perhatikan bahwa para fisikawan ternyata tidak memberikan penjelasan untuk
permutasi. Terkadang mudah untuk membaut asumsi-asumsi yang berakitan dengan
permasalahan, tetapi penting bagi kita untuk menyadari bahwa tidak ada alasan khusus
untuk menentukan salah satu asumsi yang benar diatas asumsi yang lain. Jawaban yang
benar untuk permasalahan situasi “dunia nyata” ini mungkin tergantung pada
korespondensi asumsi pada pengetahuan empirik. Contohnya atom-atom atau molekul-
molekul gas yang ideal pada suhu tertentu dijelaskan baik oleh Maxwell-Boltzmann
statistics, distribusi proton menuju tingkat energy diperbolehkan oleh Bose-Einstein
Statistics, dan distribusi electron untuk tingkatan energy dijelaskan oleh Fermi-Dirac
Statistics. Didalam “dunia nyata” pemilihan masalah yang diberikan pada siswa harus
masuk akal diantara alternatif-alternatif yang lain.

4. Suatu kartu bridge yang terdiri dari 52 kartu dibagikan sama banyak kepada 4 orang
pemain. Berapa banyak cara pembagian kartu tersebut?
Jawab:
Kita ambil 13 kartu dari kartu bridge untuk permain pertama dengan distribusi C(52,13)
cara, selanjutnya untuk pemain kedua dengan distribusi C(39,13) cara, dan seterusnya.
52!
Jadi diperoleh 𝐶(52,13)𝐶(39,13)𝐶(26,13)𝐶(13,13) = cara.
13!13!13!13!

Anda mungkin juga menyukai