Disusun Oleh:
Muawwaly Afadia Khoirin Nisak
Fitroh Ariansyah
Dina Muthoharoh
Rahma Putri Aulani
Lutfiana
Afiatul Mufariroh
MATEMATIKA 2016 B
PENDIDIKAN MATEMATIKA
STKIP PGRI PASURUAN
KOTA PASURUAN
TAHUN 2018
PAPER
PENGANTAR DETERMINAN DAN MENGHITUNG
DETERMINAN DENGAN REDUKSI BARIS
Disusun Oleh:
Muawwaly Afadia Khoirin Nisak (16184202038)
Fitroh Ariansyah (16184202040)
Dina Muthoharoh (16184202051)
Rahma Putri Aulani (16184202047)
Lutfiana (16184202048)
Afiatul Mufariroh (15184202067)
PENDIDIKAN MATEMATIKA
STKIP PGRI PASURUAN
KOTA PASURUAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kehadirat Allah S.W.T. karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, paper yang berjudul “Pengantar Determinan dan Menghitung
Determinan dengan Reduksi Baris” dapat terselesaikan sesuai dengan rencana.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita
Muhammad S.A.W. yang telah membimbing dari jalan kegelapan menuju jalan
yang terang benderang.
Penulisan paper ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Aljabar
Linear Elementer. Paper ini memaparkan fungsi dari suatu variabel matriks dengan
nilai real yang mengasosiasikan suatu bilangan real f(x) dengan suatu matriks
bujursangkar X.
Dalam penyelesaian paper, didapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu diucapkan terima kasih kepada :
a) Ibu Ani Afifah, S.Si., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Aljabar
Linear Elementer,
b) Para responden yang telah bersedia untuk membantu kami mendapatkan data
yang dibutuhkan, serta
c) Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam membantu penulisan paper kami.
Paper ini sangat jauh dari kata sempurna dan perlu banyak perbaikan. Oleh
karena itu diharapkan atas saran dan kritiknya. Atas saran dan kritiknya diucapkan
terima kasih.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
ISI................................................................................................................... 1
A. Fungsi Determinan.................................................................................. 1
1. Definisi Determinan........................................................................... 4
2. Notasi dan Istilah............................................................................... 7
B. Menghitung Determinan dengan Reduksi Baris..................................... 8
1. Teorema Dasar................................................................................... 8
2. Matriks Segitiga................................................................................. 8
3. Operasi Baris Elementer.................................................................... 10
4. Matriks Elementer............................................................................. 11
5. Matriks dengan Baris atau Kolom yang Proporsional....................... 12
6. Menghitung Determinan dengan Reduksi Baris................................ 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 14
ISI
A. Fungsi Determinan
Sebagaimana dinyatakan pada bagian pendahuluan bab ini, suatu
“determinan” adalah suatu fungsi khusus yang mengasosiasikan suatu bilangan real
dengan suatu matriks bujursangkar. Pada subbab ini kita akan mendefinisikan
fungsi ini dan akan menerapkannya untuk matriks-matriks 2 × 2 dan 3 × 3.
Salah satu tujuan dalam bab ini adalah untuk memperoleh analog dari rumus ini
untuk matriks bujursangkar dengan ordo yang lebih tinggi. Untuk itu kita perlu
memperluas konsep determinan untuk matriks bujursangkar dengan berbagai ordo.
Untuk melakukan ini kita membutuhkan beberapa hasil awal dari permutasi.
Definisi
Satu metode yang paling mudah untuk menyusun daftar permutasi secara
sistematis adalah dengan menggunakan pohon permutasi (permutation tree).
Metode ini diilustrasikan pada contoh berikut.
Perhatikan Gambar 1. Keempat titik yang bertanda 1,2,3,4 pada bagian diatas
gambar mewakili semua pilihan yang mungkin sebagai bilangan pertama dalam
permutasi. Ketiga cabang yang muncul dari titik-titik tersebut mewakili pilihan-
pilihan yang mungkin untuk posisi kedua dalam permutasi. Jadi, jika permutasi
dimulai dengan (2, –, –, –), tiga kemungkinan untuk tiga posisi kedua adalah 1,3,
dan 4. Kedua cabang yang muncul dari setiap titik pada posisi kedua mewakili
pilihan-pilihan yang mungkin untuk posisi ketiga. Jadi, jika permutasi dimulai
dengan (2, 3, –, –), dua pilihan yang mungkin untuk posisi ketiga adalah 1 dan 4.
Akhirnya, satu cabang yang muncul dari tiap titik pada posisi ketiga mewakili satu-
satunya pilihan untuk posisi keempat. Jadi, jika permutasi dimulai dengan (2, 3, 4,
–), maka satu-satunya pilihan untuk posisi keempat adalah 1. Permutasi-permutasi
yang berbeda kini dapat disusun dengan menelusuri semua jalur yang mungkin pada
“pohon” tersebut mulai dari posisi pertama hingga posisi terakhir. Melalui cara ini
kita memperoleh daftar berikut.
(1, 2, 3, 4) (2, 1, 3, 4) (3, 1, 2, 4) (4, 1, 2, 3)
(1, 2, 4, 3) (2, 1, 4, 3) (3, 1, 4, 2) (4, 1, 3, 2)
(1, 3, 2, 4) (2, 3, 1, 4) (3, 2, 1, 4) (4, 2, 1, 3)
(1, 3, 4, 2) (2, 3, 4, 1) (3, 2, 4, 1) (4, 2, 2, 1)
(1, 4, 2, 3) (2, 4, 1, 3) (3, 4, 1, 2) (4, 3, 1, 2)
(1, 4, 3, 2) (2, 4, 3, 1) (3, 4, 2, 1) (4, 3, 2, 1)
Dari contoh ini kita lihat bahwa terdapat 24 permutasi untuk {1, 2, 3, 4}.
Hasil ini sebenarnya dapat diantisipasi tanpa perlu menyusun daftar permutasinya
dengan menggunakan argumentasi berikut. Karena posisi pertama dapat diisi
dengan empat cara dan kemudian posisi kedua dengan tiga cara, maka terdapat 4 ∙
3 cara untuk mengisi dua posisi pertama. Kemudian karena posisi ketiga dapat diisi
dengan 2 cara, maka terdapat 4 ∙ 3 ∙ 2 cara untuk mengisi tiga posisi pertama.
Akhirnya karena posisi terkhir hanya bisa diisi dengan 1 cara, maka terdapat 4 ∙ 3 ∙
2 ∙ 1 = 24 cara untuk mengisi seluruh empat posisi. Secara umum, himpunan
{1,2, . . . , 𝑛} akan memiliki 𝑛(𝑛 − 1)(𝑛 − 2) . . . 2 ∙ 1 = 𝑛! permutasi yang
berbeda.
Definisi
Suatu permutasi dikatakan genap (even) jika total banyaknya inversi adalah
integer genap dan dikatakan ganjil (odd) jika total banyaknya inversi adalah
integer ganjil.
(1, 2, 3) 0 Genap
(1, 3, 2) 1 Ganjil
(2, 1, 3) 1 Ganjil
(2, 3, 1) 2 Genap
(3, 1, 2) 2 Genap
(3, 2, 1) 3 Ganjil
1. Definisi Determinan
Suatu hasilkali elementer (elementary product) dari suatu matriks 𝐴, 𝑛 × 𝑛,
adalah hasilkali dari 𝑛 entri dari 𝐴, yang tidak satupun berasal dari baris atau kolom
yang sama.
Karena setiap hasilkali elementer memiliki dua faktor dan karena setiap faktor
berasal dari baris yang berbeda, maka hasilkali elementer dapat ditulis dalam
bentuk
𝑎1 -𝑎2 -
dimana titik-titik kosong menunjukkan nomor kolom. Karena tidak ada dua faktor
dalam hasilkali tersebut yang berasal dari kolom yang sama, maka nomor kolom
haruslah 12 atau 21. Jadi hasilkali elementer hanyalah 𝑎11 𝑎22 dan 𝑎12 𝑎21.
Penyelesaian b).
Karena setiap hasilkali elementer memiliki tiga faktor, yang masing-masing berasal
dari baris yang berbeda, hasilkali elementernya dapat ditulis dalam bentuk
𝑎1 -𝑎2 -𝑎3 -
Karena tidak ada dua faktor dalam hasilkali tersebut yang berasal dari kolom yang
sama, maka nomor kolom tidak mengalami pengulangan; sebagai konsekuensinya,
maka nomor-nomor tersebut harus membentuk permutasi himpunan {1, 2, 3}.
Permutasi 3! = 6 ini menghasilkan daftar hasilkali elementer berikut.
a)
Hasilkali Permutasi Genap atau Hasilkali Elementer
Elementer yang Berkaitan Ganjil Bertanda
b)
Permutasi Hasilkali Elementer
Hasilkali Genap atau
yang Bertanda
Elementer Ganjil
Berkaitan
𝒂𝟏𝟏 𝒂𝟐𝟐 𝒂𝟑𝟑 (1,2,3) Genap 𝑎11 𝑎22 𝑎33
Agar tidak perlu mengingat pernyataan yang terlalu rumit ini, anda
dianjurkan untuk menggunakan alat bantu daya ingat, sebagaimana diberikan pada
gambar 2. Rumus pada contoh 7 bagian (a) diperoleh dari gambar 2.𝑎 dengan cara
mengalikan entri-entri dengan arah panah kekanan dan mengurangkannya dengan
hasil perkalian dengan menyalin kembali kolom pertama dan kedua sebagaimana
yang diperlihatkan pada gambar 2.𝑏. Selanjutnya determinan dihitung dengan
menjumlahkan hasilkali-hasilkali pada panah yang mengarah ke kanan dan
mengurangkannya dengan hasilkali-hasilkali pada panah yang mengarah ke kiri.
𝑎11 𝑎12
[𝑎 𝑎22 ] (a) Determinan dari matriks 2 × 2
21
Teorema1
(a) Jika A memiliki satu baris atau satu kolom bilangan nol, maka det(A) = 0
(b) det(A) = det(AT).
Bukti (a). Karena setiap hasil kali elementer bertanda dari A memiliki satu faktor
dari setiap baris dan satu faktor dari tiap kolom, maka setiap hasil kali elementer
bertanda akan memiliki satu faktor dari satu baris nol atau satu faktor dari satu
kolom nol. Pada kasus-kasus seperti ini, setiap hasil kali elementer bertanda adalah
nol, dan det(A) yang merupakan jumlah dari semua hasil kali elementer bertanda
adalah nol.
Bukti (b). Mengingat bahwa suatu hasil kali elementer memiliki satu faktor dari
tiap baris dan tiap kolom, maka jelaslah bahwa A dan AT memiliki himpunan hasil
kali elementer yang tepat sama. Dengan bantuan beberapa teorema permutasi, yang
akan membawa kita jauh menyimpang jika dibahas, dapat ditunjukkan bahwa
sesungguhnya A dan AT memiliki himpunan hasil kali elementer bertanda yang
sama. Sehingga det(A) = det(AT).
2. Matriks Segitiga
Teorema berikut mempermudah perhitungan determinan suatu matriks
segitiga, berapapun ukurannya.
Teorema 2
Argumentasi untuk matriks 𝑛 × 𝑛 adalah sama. Bukti untuk matriks segitiga atas
dapat diperoleh dengan menerapkan Teorema 1.b dan mengamati bahwa transpos
dari matriks segitiga atas adalah matriks segitiga bawah dengan entri-entri diagonal
yang sama.
Teorema 3
(a) Jika B adalah matriks yang diperoleh ketika satu baris atau satu kolom
dari A dikalikan dengan suatu skala k, maka det(𝐵) = 𝑘 det(𝐴)
(b) Jika B adalah matriks yang diperoleh ketika satu baris atau satu kolom
dari A dipertukarkan, maka 𝑑𝑒𝑡(𝐵) = − det(𝐴)
(c) Jika B adalah matriks yang diperoleh ketika kelipatan dari satu baris A
ditambahkan ke baris lainnya atau ketika kelipatan dari satu kolom
ditambahkan ke kolom yang lain, maka 𝑑𝑒𝑡(𝐵) = 𝑑𝑒𝑡(𝐴)
Bukti dari teorema ini dapat diperoleh dengan menggunakana Rumus (1)
dari subbab A untuk menghitung determinan-determinan yang terlibat dan
kemudian membuktikan kesetaraannya. Bukti dari teorema diatas akan
digambarkan oleh penerapan teorema untuk determinan 3 × 3 berikut ini.
Hubungan Operasi
𝑘𝑎𝟏𝟏 𝑘𝑎𝟏𝟐 𝑘𝑎𝟏𝟑 𝑎𝟏𝟏 𝑎𝟏𝟐 𝑎𝟏𝟑 Baris pertama
| 𝑎21 𝑎22 𝑎23 | = 𝑘 |𝑎21 𝑎22 𝑎23 | dari A
𝑎31 𝑎32 𝑎33 𝑎31 𝑎32 𝑎33
dikalikan
𝐝𝐞𝐭(𝑩) = 𝒌 𝐝𝐞𝐭(𝑨) dengan k.
𝑎𝟐𝟏 𝑎𝟐𝟐 𝑎𝟐𝟑 𝑎𝟏𝟏 𝑎𝟏𝟐 𝑎𝟏𝟑 Baris pertama
|𝑎11 𝑎12 𝑎13 | = − |𝑎21 𝑎22 𝑎23 | dan kedua
𝑎31 𝑎32 𝑎33 𝑎31 𝑎32 𝑎33
dari A
𝐝𝐞𝐭(𝑩) = −𝐝𝐞𝐭(𝑨) dipertukarkan.
Suatu
𝑎𝟏𝟏 + 𝑘𝑎𝟐𝟏 𝑎𝟏𝟐 + 𝑘𝑎𝟐𝟐 𝑎𝟏𝟑 + 𝑘𝑎𝟐𝟑 𝑎𝟏𝟏 𝑎𝟏𝟐 𝑎𝟏𝟑 kelipatan dari
| 𝑎21 𝑎22 𝑎23 | = |𝑎21 𝑎22 𝑎23 | baris kedua
𝑎31 𝑎32 𝑎33 𝑎31 𝑎32 𝑎33 dari A
ditambahkan
𝐝𝐞𝐭(𝑩) = 𝐝𝐞𝐭(𝑨)
ke baris
pertama.
Kami akan membuktikan persamaan pada baris terakhir tabel tersebut. Dengan
bantuan Contoh 7 pada subbab A kita memperoleh
det(𝐵) = (𝑎𝟏𝟏 + 𝑘𝑎𝟐𝟏 )𝑎22 𝑎33 + (𝑎𝟏𝟐 + 𝑘𝑎𝟐𝟐 ) 𝑎23 𝑎31 + (𝑎𝟏𝟑 + 𝑘𝑎𝟐𝟑 ) −
𝑎31 𝑎22 (𝑎𝟏𝟑 + 𝑘𝑎𝟐𝟑 ) − 𝑎33 𝑎21 (𝑎𝟏𝟐 + 𝑘𝑎𝟐𝟐 ) − 𝑎32 𝑎23 (𝑎𝟏𝟏 + 𝑘𝑎𝟐𝟏 )
= det(𝐴) + 𝑘(𝑎21 𝑎22 𝑎33 + 𝑎22 𝑎23 𝑎31 + 𝑎23 𝑎21 𝑎32 − 𝑎31 𝑎22 𝑎23 −
= det(𝐴) + 0 = det(𝐴)
CATATAN. Sebagaimana digambarkan dengan persamaan pertama pada Contoh
Teorema 3 bagian (a) membuat kita bisa mengeluarkan “faktor bersama” dari baris
(atau kolom) manapun hingga melewati tanda determinan.
4. Matriks Elementer
Ingatlah bahwa suatu matriks elementer diperoleh dengan melakukan suatu
operasi baris elementer tunggal pada suatu matriks identitas. Jadi, jika kita misalkan
pada Teorema 3, 𝐴 = 𝐼 n (sehingga kita memiliki det(A) = det(In) = 1), maka
matriks B adalah suatu matriks elementer, dan teorema ini akan memberikan hasil
berikut mengenai determinan dari matriks-matriks elementer.
Teorema 4
(a) Jika E adalah hasil perkalian suatu baris dari 𝐼 n dengan k , maka
det(E) = k.
(b) Jika E adalah hasil pertukaran suatu baris dari 𝐼 n’ , maka det(E) = –1
(c) Jika E adalah penjumlahan kelipatan satu baris dari 𝐼 n ke baris bilangan
lainnya, maka det(E) = 1.
Teorema 5
Jika A adalah suatu matriks bujursangkar dengan dua baris atau dua kolom
yang proporsional, maka det(A) = 0
1 −2 7 3 −1 4 −5
−1 4 6 −2 5 2
[ ], [−4 8 5], [5 8 1 4]
−2 8
2 −4 3 −9 3 −12 15
6. Menghitung Determinan dengan Reduksi Baris
Kini kami akan memberikan metode untuk menghitung determinan yang
melibatkan perhitungan yang lebih sedikit dibanding dengan jika kita menerapkan
definisi determinan secara langsung. Gagasan dari metode ini adalah dengan
mereduksi matriks yang diberikan menjadi bentuk segitiga atas melalui operasi
baris elementer, kemudian menghitung determinan dari matriks segitiga atas (suatu
perhitungan yang mudah), kemudian menghubungkan determinan tersebut dengan
matriks aslinya. Berikut ini adalah contohnya.
Kita akan mereduksi A menjadi bentuk eselon baris (yaitu segitiga atas) dan
menerapkan Teorema 3:
0 1 5 3 −6 9 Baris pertama dan kedua
det(𝐴) = [3 −6 9] = [0 1 5] dari A dipertukarkan
2 6 1 2 6 1
1 −2 3 Suatu faktor bersama
= −3 [0 1 5] yaitu 3 dari baris pertama
2 6 1 dikeluarkan melewati
1 −2 3 tanda determinan
–2 kali baris pertama di
= −3 [0 1 5] tambahkan ke baris ketiga
0 10 −5
1 −2 3
= −3 [0 1 5 ] –10 kali baris kedua di
0 0 −55 tambahkan ke baris ketiga
Anton, Howard dan Chris Rorres. 2004. Aljabar Linear ElementerJilid 1. Jakarta:
Erlangga.