BILANGAN KOMPLEKS
Dosen: Rasmuin Baco Minu
Pertemuan ke-1
1. Bilangan Kompleks dan Aljabarnya
Bilangan kompleks dalam struktur sistem bilangan merupakan gabungan antara bilangan Real
(R) dan bilangan Khayal atau Imaginer (I). Perhatikan bagan struktur sistem bilangan di bawah
ini
C
A 0 N
B P
Q M
R I
Keterangan:
A = Bilangan Asli, C = Bilangan cacah, N = Bilangan-bilangan bulat negatif, B = Bilangan bulat,
P = Bilangan pecahan, Q = Bilangan Rasional, M = Bilangan Irasional, R = Bilangan real
(nyata), I = Bilangan imajiner (khayal), K = Bilangan Kompleks
Sistem bilangan kompleks dapat diperkenalkan secara formal dengan menggunakan konsep
“pasangan terurut” bilangan nyata (a, b). Himpunan semua pasangan tersebut dengan semua
operasi tertentu yang sesuai padanya didefenisikan sebagai sistem bilangan kompleks. Himpunan
bilangan kompleks didefenisikan sebagai keseluruhan besaran yang berbentuk,
a +ib atau a+bi ………………….. (1)
dalam hal ini a, b adalah bilangan nyata dan i = -1 bilangan khayal.
Jika z = a + ib merupakan suatu bilangan kompleks, maka a dinamakan bagian nyata (real
part) dan b dinamakan bagian khayal (imaginary part) dari z atau bias dinyatakan dengan
symbol R(z) untuk bagian nyata dan I(z) untuk bagian khayal. R(z) maupun I(z) merupakan
bilangan nyata.
Jika R(z) = 0 dan I(z) 0 maka z merupakan bilangan khayal murni (pure imaginary),
khususnya jika I(z) = 1 maka z =i yang tidak lain merupakan bilangan satuan khayal. Sedangkan
bila R(z) 0 dan I(z) = 0 maka z merupakan bilangan nyata sehingga orang bias memandang
bilangan nyata dengan z = x +0i.
_________ __ __
z1 / z 2 z1 / z 2
__
5. z z
6. zz [ R( z ) 2 I ( z ) 2 ]
1 1
Tunjukkan bahwa x ( z z ) dan y (z z)
2 2i
BILANGAN KOMPLEKS
Dosen: Rasmuin Baco Minu
Pertemuan ke-2
2. Geometri Bilangan Kompleks
Beberapa ketentuan dasar untuk memahami bentuk geometri dari bilangan kompleks, yakni:
(i) Bilangan nyata digambarkan dengan sumbu x dan bilangan khayal dengan sumbu y
(ii) |a-b| menyatakan jarak antara a dan b
(iii) Persamaan dengan dua variable digambarkan sebagai kurva (garis) dalam
bidang datar
Bilangan kompleks z = a+ib dipadankan dengan titik (a, b) di bidang datar dan sebaliknya.
Oleh karena itu antara z = a+ib dan (a, b) tidak dapat dibedakan dalam penjelasan-penjelasan
selanjutnya. Selain itu, kita juga dapat mengidentifikasi bilangan kompleks z = a + ib sebagai
vektor, yakni vektor pada bidang datar yang berpangkal di titik pusat (0,0) dan berujung pada
titik (a, b).
Karena bilangan kompleks dapat dinyatakan ke dalam bentuk vektor pada bidang datar
maka perlu untuk diketahui panjang vektor (modulus) dan besarnya salah sudut (argumen) yang
manapun antara garis berarah (vektor z) dengan sumbu nyata positif.
Modulus didefenisikan sebagai,
| z | (a 2 b 2 ………………….. (2)
sedangkan argumen z didefenisikan sebagai
arg z = = arc Sin (b/|z|) , atau arc cos (a/|z|), atau arc Tg (a/b) ………………….. (3)
Perhatikan gambar 1 di bawah ini.
Sumbu Khayal
z = a+ib
ib
Arg z
a O Sumbu nyata
Dari gambar di atas ada 4 catatan penting berkaitan dengan konsep bilangan kompleks yakni,
(i) Modulus z tidak lain adalah jarak titik z ke titik pusat, khususnya jika z = a+ib adalah nyata
(b=0), maka,
| z | a 2 | a | . ………………….. (4)
Yang tidak lain adalah harga mutlak bilangan nyata a. Ini menunjukkan bahwa bilangan
kompleks dapat dipikirkan sebagai pengembangan konsep nilai mutlak bilangan nyata
(ii) Konsep |z| yang menyatakan jarak linier antara 0 dan z dapat dikembangkan secara alami
untuk mendefenisikan sembarang jarak antara dua bilangan kompleks z = a+ib dan w =
c+id sebagai besaran |z – w|, yakni,
| z w | ( a c ) 2 (b d ) 2 ………………….. (5)
(iii) Argumen nol tidak dapat didefenisikan secara berarti, karena secara aljabar kita berhadapan
dengan bentuk 0/0, dan secara geometri vektor nol yakni z = 0 tidak mempunyai panjang,
sehingga tidak dapat membentuk sudut dengan sumbu nyata positif.
(iv) Argumen bilangan kompleks bukanlah suatu besaran tunggal, karena setiap z 0
mempunya tak terhingga banyaknya argumen khusus, yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya dengan kelipatan 2
Untuk sembarang bilangan kompleks z 0, nilai utama arg z didefenisikan sebagai nilai
tunggal arg z yang memenuhi bilangan,
- < arg z
Nilai ini ditulis dengan Arg z (Dengan huruf kapital A). Jadi berdasarkan catatan (iv) maka,
arg z = Arg z + 2k, k = 0, 1, 2, … ………………….. (6)
Contoh 1. Diktehaui z = 1 +i, tentukan modulus dan Argumen utamanya.
Jawab : | z | 12 12 2
2 x
Cos = x/|z| maka atau x =2
2 2
= z z ww z w zw
= | z |2 | w |2 2 R ( zw ) sifat 3 dan ( z w zw ) 2 R ( zw )
| z |2 | w |2 2 | zw | ( R( z ) | z | )
= | z |2 | w |2 2 | z || w | (| z | | w |) 2
Karena besaran-besaran dalam langkah pertama dan terakhir tidak negatif maka ketidaksamaan
segitiga terpenuhi
Korespondensi antara konsep-konsep geometri analitik dengan bilangan kompleks dapat
ditingkatkan dengan menyajikan bentuk kompleks persamaan pada bidang datar (perhatikan
contoh 2).
Contoh 2. Tunjukkan bahwa persamaan |z+i| =2 merupakan lingkaran. Tentukan pusat dan jari-
jarinya.
|z+i| = 2 atau dapat diubah menjadi |z-(-i)| = 2. Perasamaan terakhir ini menyatakan bahwa jarak
antara titik-titik pada z = x+iy ke titik tertentu z =-i sama dengan 2. Lingkaran ini berpusat pada
–i atau (0,-1) dan berjari-jari 2.
Dengan cara aljabar kita dapat nyakan z = x +iy, sehingga,
|z-(-i)| = 2 | x +iy -(-i)| = 2
| x -i(y +1)| = 2
(| x –i(y +1)|)2 = 4 (kedua ruas dikuadratkan)
{x –i(y +1)}{ x +i(y +1)} = 4 (Sifat 3)
x2 +(y +1)2 = 4 Dalam kuliah geometri analitik datar persamaan terakhiur ini
merupakan persamaan lingkaran yang berpusat di titik (0,-1) dengan r = 2. Pusat
(0, 1) dalam refresentasi bilangan kompleks tidak lain adalah bilangan z = 0 -i
atau z = -i
Secara umum perpangkatan bilangan kompleks zn, untuk n bilangan bulat n 0 berlaku,
zn = rn cis nt ………….……..(13)
Perluasan untuk n bulat negatif (n<0) dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan (11)
dengan mengambil z1 = 1 dan z2 = zn
Dengan menggunakan rumus persamaan (13) kita dapat menghitung akar ke n dari suatu
bilangan kompleks c, atau menyelesaikan bentuk,
zn – c = 0 ……………..…….(14)
untuk semua akarnya. Jadi jika diberikan c = cis , maka persamaan (14) menjadi,
rn cis nt = cis ……….….. (15)
Dari persamaan (15) diperoleh hubungan,
1
rn = atau r = 1/n dan tk = ( 2k ) ; k = bilangan bulat
n
Karena r bilangan nyata tak negatif (r=|z|), maka 1/n
merupakan akar pangkat n tak negatif dan
nyata dari . Selanjutnya, jika untuk k diambil bilangan bulat berurutan misalnya k = 0, 1, 2, 3,
…(n-1) kita akan memperoleh n nilai berbeda untuk t, yang jika kita gabungkan dengan 1/n
z x iy z
z2
z1
z1-z2
z2 z1
1
-z2
Gambar 2(c). z1 - z2 Gambar 2(d). z1z2
z1
z2
0 1
FUNGSI ANALITIK
Dosen: Rasmuin Baco Minu
Pertemuan ke-3
3. Lingkungan z
Misalkan z0 adalah suatu titik pada bidang datar dan r adalah bilangan nyata positif, lingkungan-r
bagi z0 didefenisikan sebagai seluruh titik-titik z pada bidang datar sedemikian sehingga:
|z-z0| < r, dan ditulikan dengan, N(z0, r)
Sementara itu lingkungan-r terhapus bagi z0 didefenisikan sebagai seluruh titik-titik z pada
bidang datar sedemikian sehingga:
0 < |z-z0| < r, dan ditulikan dengan, N*(z0, r)
Dari dua kondisi di atas, mudah dilihat bahwa N(z 0, r) merupakan cakram yang berpusat pada z0
berjari-jari r tetapi tidak termasuk kelilingnya. Sementara N*(z 0, r) merupakan cakram yang
sama dengan N(z0, r) akan tetepi juga tidak termasuk titik pusatnya.
Contoh 3.1. (1). Lukiskan N(i, 1) dan N*(i,1) (2) Lukikan N*(0, ), dibaca “epsilon”
Lingkungan-1 bagi i merupakan bagian dalam (interior) dari lingkaran |z-i| = 1, yakni terdiri dari
semua titik sedemikian |z-i| < 1 (lihat gambar (i)). Lingkungan-1 terhapus bagi i merupakan
bagian dalam (interior) dari lingkaran |z-i| = 1 selain pusatnya (lihat gambar (ii)). Sedangkan
Lingkungan- terhapus bagi 0 merupakan bagian dalam (interior) dari lingkaran |z| = selain
titik pusatnya (0,0) (lihat gambar (iii)).
2i 2i
N(i,1) N*(i,1)
i i
N*(0,)
(i) N(i, 1) atau |z-i|< 1 (ii). N*(i,1) atau 0 <|z-i|< 1 (iii) N*(0, ) atau 0< |z|<
Jika diketahui S adalah himpunan titik pada bidang datar, maka komplemen dari S adalah
himpunan semua titik pada bidang datar yang tidak termasuk dalam S (lihat gambar (iv))
S’
(iv)
(i) Misalkan S adalah cakram |z| < 2. Batas dari S adalah lingkaran |z| = 2, sebab setiap
pengambilan titik sembarang w pada lingkaran dan melukis N(w,r) untuk sembarang r>0,
9 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu
bagaimanapun kecilnya r, maka N(w,r) pasti memuat titik anggota S dan titik anggota S’. S
tidak memuat batasnya
(ii) Misalkan T “lajur takberhingga” terdiri dari semua titik z dengan 1<I(z) 3. Batas dari T
terdiri dari y = 1 dan y =3. Jadi T memuat sebagian tetapi tidak semua batasnya.
(iii) Jika V himpunan semua titik z dengan 1 |z-i| 2 maka batas dari V adalah lingkaran |z-i|
= 1 dan |z-i| = 2. Jadi V memuat semua batasnya
Jadi suatu himpunan dapat tidak memuat batasnya, memuat semua batas-batasnya serta
memuat sebagian (tidak seluruhnya) batasnya. Himpunan yang tidak memuat batasnya disebut
sebagai himpunan terbuka, yang memuat seluruh batasnya disebut himpunan tertutup,
sedangkan yang hanya memuat sebagian batasnya disebut himpunan terbuka-tertutup.
Konsep himpunan seperti di atas terutama himpunan terbuka sangat penting dikaji dalam
pembisaraan bilangan kompleks, karena akan berhubungan dengan analitisitas fungsi kompleks.
Dalam bahasan selanjutnya kita akan menggunakan istilah region untuk menyatakan himpunan
terbuka tak kosong, serta istilah region tertutup untuk menunjukkan region berikut batasnya.
Suatu himpunan B dikatakan berbatas (bounded) jika dapat ditemukan lingkaran |z| = M
yang memuat seluruh B. Jadi B berbatas jika dapat ditemukan bilangan positif M sedemikian
sehingga |z| < M untuk setiap z dalam himpunan B. Jika M semacam itu tidak dapat ditemukan,
maka himpunan tersebut dikatakan takterbatas (unbounded).
Contoh 3.2.
1. Suatu lingkungan atau lingkungan terhapus bagi sembarang titik z adalah region
2. Himpunan R(z) > 1 merupakan himpunan takterbatas
3. Himpunan 1 |z| < 3, merupakan himpunan berbatas
4. Himpunan 1 < I(z) 3 merupakan himpunan takjterbatas
Tugas:
1.Carilah batas tiap himpunan yang diberikan, tentukan apakah himpunan tersebut terbuka,
tertutup, atau tidak keduanya. Apakah juga merupakan himpunan berbatas atau takterbatas
a. |z| < 1 b. |z-i| 3 c. –2 < R(z) <0
2.Ambillah sebuah himpunan dengan hanya satu anggota, apakah himpunan dengan satu-
satunya titik itu terbuka, tertutup, atau tidak keduanya. Berikan alasannya.
Misalkan D adalah himpunan titik-titik pada bidang datar. Andaikan dikenakan aturan f
yang memadankan/mengawankan setiap titik z pada D dengan tepat satu dan hanya satu titik w
pada bidang datar, maka f dinamakan fungsi variabel kompleks (atau fungsi kompleks), dan
dinyakan dengan
w = f(z).
Himpunan D dinamakan Domain (daerah asal) fungsi f dan besaran f(z) adalah nilai f
pada z atau bayangan z dibawah f. Contoh-contoh fungsi variable kompleks,
w = z, w= 5i w = x-iy2 w = 3z2-16z8
Andaikan ada fungsi f pada domain D serta fungsi lain g pada domain E. Andaikan
selanjutnya untuk setiap z pada D, f(z) pada E, atau dengan kata lain nilai fungsi f berada pada
domain g, maka untuk setiap z pada D, g(f(z)) merupakan fungsi yang terdefenisikan pada D
dan merupakan fungsi majemuk f dan g.
Contoh 3.3. Misalkan f(z) = 3z + i dan g(z) = z2 +z-i maka,
g(f(z)) = g(3z + i) = (3z + i)2 + (3z + i) + i = 9z2 +(3+6i)z
f(g(z)) = f(z2 +z-i) = 3(z2 +z-i) + i = 3z2 +3z + i
Perhatikan bahwa g(f(z)) tidak sama dengan fungsi g(f(z)) yakni fungsi yang
terdefenisikan pada E. Sehingga disimpulkan fungsi majemuk pada fungsi variabel kompleks
berlaku,
f(g(z)) g(f(z))
Fungsi w = f(z) dapat diuraikan dan dipikirkan sebagai jumlah dua fungsi yang masing-
masing merupakan fungsi rill, yakni,
f(z) = u(x,y) + iv(x,y) atau disingkat menjadi f(z)= u + iv,
dengan fungsi rill dimaksud adalah u(x,y) dan v(x,y). Jika bentuk koordinat siku-siku di atas
diganti dengan bentuk kutub akan menjadi,
f(z) = u(r,) + iv(r,)
Contoh 3.4. Misalkan f(z) = z2 + z + 1 maka dengan mengambil z = x + iy maka f(z) dapat
diubah menjadi,
f(z) = (x2-y2+x+1) + i(2xy+y), dimana,
u(x,y) = (x2-y2+x+1) dan v(x,y) =(2xy+y),
dalam bentuk kutub menjadi,
f(z) = (r2cos2- r2sin2 + rcos +1) + i(2r2 cos sin+rsin), dimana
u(r, ) = (r2cos2- r2sin2 + rcos +1) dan v(r, ) = (2r2 cos sin+rsin),
Menurut defenisi setiap nilai tunggal variabel z = x+iy dalam D fungsi f menghasilkan nilai
tunggal w = f(z) = u+iv sebagai variabel tak bebas. Masing-masing variable yakni z dan w
memiliki dua dimensi dan gabungannya memiliki empat dimensi sehingga sulit untuk
digambarkan. Karena kesulitan ini, maka untuk memudahkan menggambarkannya, dapat
dilakukan pada dua bidang kompleks, masing-masing disebut sebagai,
Bidang-z dan bidang-w
Jadi jika diketahui duatu fungsi w =f(z) untuk setiap z = x+iy di dalam domainnya pada
bidang z, dapat digambarkan padanannya pada w = u+ iv dalam bidang w.
Contoh 3.5. Gambarkan grafik dari w z untuk tiga titik berikut ini beserta segitiga yang
dibentuk ketiganya yakni, z1 =2+3i, z2 = 1-2i, dan z3 = -2
Penyelesaian:
z 1 2 3i, maka z 1 2 - 3i; z 2 1 - 2i maka z 2 1 2i, dan z 3 - 2 maka z 3 - 2
Bidang- z Bidang- w
y v
x u
Tugas: (1) Gambarkan grafik dari w = z2 untuk tiga titik yang diberikan yakni z1 = i, z2 = 1+2i,
dan z3 = -1
1 z
(2). Gambarkan grafik fungsi w dengan mengambil domain pada bidang z
1 z
berbentuk |z| 1
Selamat belajar !
rbm, baus, 09.11.06/10.43 wib
Pertemuan ke-4
3. Limit Fungsi Kompleks
Misalkan suatu fungsi kompleks w = f(z) diberikan dengan domain D dan misalkan z0 adalah
titik tetap di dalam D atau pada batas D. Andaikan sekarang variabel z mendekati z 0 sepanjang
sembarang jalur P yang terletak seluruhnya dalam D. Jelas bahwa untuk setiap z sepanjang P,
fungsi tersebut menghasilkan suatu titik f(z) di dalam bidang-w (lihat gambar (i))
P
z f(z)
z0 L
N*(z0,) N*(L,)
Jika nilai-nilai f(z) ini mendekati suatu bilangan tertentu L di dalam bidang w maka dapat
dikatakan bahwa, untuk z mendekati z0, limit f(z) adalah L, dan dituliskan,
lim f ( z ) L
z z0
Secara formal dapat dikatakan limit f(z) untuk zz0 adalah L jika dan hanya jika diberikan
sembarang N*(L,) dapat ditemukan suatu N*(z0, ) sedemikian sehingga bila titik z adalah
anggota D yang terletak dalam N*(z0, ) maka f(z) ada dalam N*(L,)
atau
Jika L merupakan limit f untuk z mendekati z0, maka harus dapat ditempatkan f(z) sedekat
mungkin ke L dengan cara mengambil titik z cukup dekat ke z0
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
(i) titik z0 pada defenisi di atas tidak perlu berada dalam domain f, bahkan f(z) tidak harus
terdefenisi di z0.
Contoh 3.1. Misalkan fungsi berikut,
z2 9
f ( z)
z3
mempunyai limit sema dengan 6, untuk z 3, walaupun f(3) tidak terdefenisi (karena bentuk
0/0). Meskipun dibolehkan demikian, akan tetapi “paling tidak” z0 berada pada “batas domain
f”, sehingga z dapat mendekati z0 melalui nilai-nilai yang diperbolehkan, yakni sepanjang
nilai-nilai yang membuat f(z) didefenisikan.
(ii) Defenisi limit tidak menyebutkan secara khusus dari arah mana z mendekati z 0. Bahkan
defenisi tersebut mensyaratkan bahwa “agar suatu limit ada” nilai L “harus tidak
13 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu
bergantung” dari arah pendekatannya. Dengan kata lain limit fungsi f tidak ada jika zz0
sepanjang dua jalur/arah yang berbeda, nilai limitnya mendekati dua nilai yang berbeda pula.
Contoh 3.2. Misalkan fungsi f(z) berikut ini,
2 xy x2
f ( z) i tidak memiliki limit untuk z mendekati 0.
x2 y2 y 1
Pertama, buat z mendekati 0 sepanjang sumbu nyata (y=0) maka diperoleh hubungan,
Lim f ( z ) Lim f ( z ) Lim x 2 i 0
z 0 ( x , 0 ) ( 0 , 0 ) x 0
( 2 z 1) 5
2( z 2)
( z 2) /2
1
dengan M L. Sekarang ambil bilangan positif | M L | . Menurut defenisi limit dalam
2
persamaan (1) berakibat bahwa, bila diberikan terdapat >0 sedemikian sehingga,
|f(z)-M|< dan |f(z)-L|<, …….(2)
bilamana 0 <|z-z0| < . Selanjutnya gunakan “ketidaksamaan segitiga” dan kondisi relasi (2) di
atas, yakni,
| M - L | | M - f(z) f(z) - L |
| M - f(z) | | f(z) - L |
1 1
| M L | | M L || M L |
2 2
Dari urutan relasi terakhir di atas diperoleh | M L || M L | sebagai sesuatu hal yang tidak
mungkin. Jadi yang benar “tidak mungkin ada dua limit yang berbeda dari fungsi f untuk zz0)
iR ( z 2 ) iR ( z ) [ I ( z 2 )] 2 1
lim
Contoh 3.4. Tentukan z 3 4 i |z|
Misalkan z = x + iy, maka, R(z2) =x2-y2 , R(z) = x; [I(z2)]2 = 4x2y2; dan |z| =(x2+y2)1/2
iR( z 2 ) iR( z ) [ I ( z 2 )] 2 1 i(x 2 y 2 x ) 4x 2 y 2 1
lim
Jadi z lim 115 2i
3 4 i |z| z 3 4 i
x 2 y2
Bukti:
Pertama. kita buktikan bahwa jika lim f = A + iB, mak lim u=A dan lim v = B. Untuk setiap
>0, terdapat >0, sedemikian sehingga,
0 < |x-a| < dan 0 < |y-b| <
berakibat
|u(x,y)-A| < dan |v(x,y)-B| <
Jadi, misalkan diberikan >0, maka menurut hipotesis terdapat > 0 sedemikian sehingga,
0 < |z-(a+ib)| <
Akibatnya lagi,
|f(z)-(A+iB)| < .
Ambil = /2, maka untuk suatu z = (x,y) berlaku (lihat gambar (ii))
0 < |x-a| < dan 0 < |y-b| <
b+ (x,y)
b (a,b)
b-
a- a a+
Gambar (ii). Bukti teorema 2.2.
Contoh 3.6. Kerjakan kembali Contoh 3.1. dengan menggunakan Teorema 2.2
Penyelesaian
iR( z 2 ) iR( z ) [ I ( z 2 )] 2 1 ( 4x 2 y 2 1) i(x 2 y 2 x )
lim lim
z 3 4 i |z| z 3 4 i
x 2 y2
( 4 x 2 y 2 1) (x 2 y 2 x )
u ( x, y ) dan v ( x, y )
x 2 y2 x2 y2
( 4 x 2 y 2 1) [4(9)(16) 1] 575
lim u ( x, y ) lim 115
z 3 4 i z 3 4 i
x2 y2 9 16 5
16 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu
(x 2 - y 2 x) [9 16 3] 10
lim v ( x, y ) lim 2
z 3 4 i z 3 4 i
x y
2 2
9 16 5
iR ( z 2 ) iR ( z ) [ I ( z 2 )] 2 1
lim lim u( x, y ) i lim v ( x, y ) 115 2i
z 3 4 i |z| z 3 4 i z 3 4 i
Dengan istilah yang lebih sederhana, teorema di atas menyatakan bahwa jika suatu fungsi
mempunyai limit L, maka komponen-komponen nyata dan khayal u dan v pada mendekati
berturut-turut, bagian-bagian nyata dan khayal A dan B pada L, dan sebaliknya.
Mengingat bahwa definisi fungsi kompleks dan limit secara formal sama seperti halnya
fungsi riil, maka teorema berikut dapat dijelaskan identik dengan konsep limit pada fungsi riil.
Teorema berikut menyatakan secara sederhana, bahwa jika dua fungsi yang diberikan masing-
masing mempunyai limit, maka jumlah, selisih, perkalian, dan pembagian fungsi-fungsi itu
mempunyai limit berturut-turut sama dengan jumlah, selisih, perkalian, dan pembagian masing-
masing limit yang diberikan.
Teorema 2.3.
Misalkan bahwa, untuk zz0, lim (z)=L dan lim g(z)=M. Maka untuk zz0,
1. lim((z)+g(z))=L+M.
2. lim((z)-g(z))=L-M
3. lim((z)g(z))=LM
4. lim((z)/g(z))=L/M, asal M 0.
Andaikan limz fz ( z ) M dan limz gz ( z ) L . Jika diberikan >0 maka /2 >0.
0 0
Karena limz fz ( z ) M maka terdapat bilangan posistif 1, sedemikian sehingga
0
0 | z z 0 | 1 | f ( z ) M | / 2
Karena limz gz ( z ) L maka terdapat bilangan posistif 2, sedemikian sehingga
0
0 | z z 0 | 2 | g ( z ) L | / 2
mengakibatkan,
| ( f ( z ) g ( z )) ( M L) || ( f ( z ) M ) ( g ( z ) L) |
| f ( z ) M | | g ( z ) L |
/2 /2
atau,
0 | z z 0 | | ( f ( z ) g ( z )) ( M L) |
Selamat belajar !
Pertemuan ke-5
BAHAN AJAR MATA KULIAH ANALISIS KOMPLEKS
FUNGSI ANALITIK
Dosen: Rasmuin Baco Minu
4. Kontinuitas
Misalkan fungsi (z) didefinisikan pada suatu himpunan D di bidang datar dan z 0 adalah
suatu titik di bagian dalam (interior) D. Maka (z) dikatakan kontinu di z0 asalkan
lim f ( z ) L = f(z )
z z0 0
Jika suatu fungsi kontinu pada setiap titik dalam region R, maka hal itu dikatakan kontinu pada
R. Definisi di atas menuntut agar tiga kondisi berikut ini dipenuhi jika suatu fungsi kontinu di z0:
1. (z0) terdefinisikan
2. lim(z) ada, untuk zz0
3. lim(z)=(z0)
Lebih lanjut, definisi itu secara implisit menyatakan bahwa jika (z) kontinu pada z0, maka ia
harus terdefinisikan pada suatu lingkungan N bagi z0 karena definisi itu menyaratkan bahwa z0
merupakan titik dalam dari domain ; lihat gambar (i)
D
N
z0 M
z0 z1
Gambar i
Definisi kontinuitas suatu fungsi di titik z1 dapat diperluas untuk mencakup kasus di mana
z1 suatu titik di dalam domain D-nya , merupakan titik batas D. Ini dicapai dengan membatasi
agar semua jalur yang diambil terletak seluruhnya di dalam D. Dalam hal demikian, definisi itu
akan mengimplikasikan bahwa terdefinisikan di dalam lingkungan parsial M bagi z1, yang
termasuk dalam D (lihat kembali gambar (i))
Contoh 3.1. Periksa apakah fungsi-fungsi berikut ini kontinu pada titik yang diberikan
z2 9
1). f ( z ) pada z3 2). f(z) = z4 +i pada z0
z3
Penyelesaian:
z2 9
1). f ( z ) pada z3
z3
z 2 9 ( z 3)(( z 3)
(i) lim f ( z ) lim lim z 3 3 3 6 (limitnya ada)
z 3 z 3 z3 z3 z 3
32 9 0
(ii) f (3) , (tidak terdefenisikan)
33 0
19 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu
z2 9
Jadi f ( z ) tidak kontinu pada z3
z3
2). f(z) = z4 +i pada z0
(iii). lim f ( z ) i f ( 0)
z 0
Karena syarat kekontinuan semuanya dipenuhi maka f(z) = z4 +i kontinu pada z0
Teorema berikut ini menunjukkan betapa pentingnya penguraian fungsi kompleks ke
dalam bentuk u(x,y)+iv(x,y), karena kontinuitas fungsi kompleks merupakan syarat perlu dan
syarat cukup untuk kontinuitas fungsi-fungsi komponennya.
Teorema 2.4.
Misalkan bahwa:
1. (z) = u(x,y)+iu(x,y)
2. (z) terdefinisikan pada setiap titik region R.
3. z0 = a+ib adalah suatu titik di dalam R
Maka
(z) kontinu di z0 jika dan hanya jika u(x,y) dan v(x,y) kontinu di (a,b)
Bukti:
Teorema 2.4 merupakan konsekuensi langsung dari teorema 2.2. Oleh karena itu, yang harus
dibuktikan di sini adalah bahwa
Lim (z) =(z0), untuk zz0
Jika dan hanya jika lim u(x,y) =u(a,b) dan lim v(x,y) = v(a,b) untuk (x,y) (a,b).
Pada pembuktian teorema 2.2, kita sudah menunjukkan bahwa benar jika lim f(z)= A+iB untuk
zz0 maka limit komponen-konponennya masing-masing lim u(x,y) =A dan lim v(x,y)=B untuk
(x,y) (a,b), sehingga berlaku lim f(z) = lim u(x,y)+ i(limv(x,y)).
Jadi jika lim u(x,y) =u(a,b) dan lim v(x,y) (x,y) (a,b), maka Lim (z) =(z0), untuk zz0.
Contoh 3.2. Kerjakan kembali contoh 3.2. bagian (2) dengan menggunakan teorema 2.4.
Penyelesaian
f(z) = z4 +i pada z0, misalkan z = x+iy maka,
f(z) = (x+iy)4 +i = x4+4ix3y-6x2y2-4ixy3+y4 + 1 = (x4-6x2y2+y4)+i(4x3y-4xy3 +1)
Dengan demikian, u(x,y) = (x4-6x2y2+y4), dan v(x,y) = (4x3y-4xy3 +1)
lim u( x, y ) lim x 4 - 6x 2 y 2 y 4 0 dan lim v ( x, y ) lim 4 x 3 y 4 xy 3 1 1
z 0 z ( 0, 0 ) z 0 z ( 0,0 )
Teorema 2.5. Andaikan bahwa f(z) dan g(z) kontinu pada beberapa titik z 0, maka tiap-tiap fungsi
berikut juga kontinu pasa z0, yakni
20 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu
5. Jumlah (z)+g(z)
6. Selisih (z)-g(z)
7. Perkalian (z)g(z)
8. Pembagian (z)/g(z), asal g(z0) 0.
9. Fungsi majemuk f(g(z) asalkan f kontinu di g(z0)
5. Pendiferensialan
Defenisi turunan fungsi kompleks identik dengan defenisi turunan fungsi riil. Jadi
misalkan,
w = f(z)
adalah fungsi kompleks. Ambil suatu titik z 0 pada bagian dalam (interior) D bagi domain f dan
misalkan pula,
z = z0+z dimana z = x + iy,
yang juga adalah suatu titik di dalam D. Selanjutnya, bentuk hasil bagi beda (lihat gambar ii),
f ( z) f ( z 0 )
z z0
z = z0+z
D |y| |x||z|
z0
Gambar ii
Jika limit hasil bagi ini ada untuk zz0 maka dapat dikatakan bahwa f(z) dapat dideferensialkan
di z0. Limitnya (sekali lagi jika ada) dinamakan turunan f di z0 dan ditulis, f’(z0) atau w’(z0). Jadi,
f ( z) f ( z 0 )
f ' ( z 0 ) lim
z z0 z z0
dan f’(z0) merupakan bilangan kompleks. Jika tidak diperlukan menyebutukan titik khusus z 0,
maka dapat pula digunakan notasi,
df/dz atau dw/dz
sebagai fungsi turunan fungsi kompleks f. Selain pengungkapan turunan dengan cara-cara di
atas, cara berikut ini juga merupakan pilihan yang dapat digunakan untuk mendefenisikan
turunan dari w = f(z), yakni,
f ( z z ) f ( z )
f ' ( z ) lim
z 0 z
Contoh 4.1. Tentukan turunan fungsi kontan f(z) = c
f ( z z ) f ( z ) cc
f ' ( z ) lim lim 0
z 0 z z 0 z
Contoh 4.2. Tunjukkan bahwa untuk setiap bilangan bulat n0, turunan dari f(z) = zn adalah,
f’(z) = nz(n-1) atau pada titik sembarang z0 adalah f’(z0) = nz0 (n-1)
21 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu
f ( z) f ( z 0 ) z n z 0n
f ' ( z 0 ) lim lim
z z0 z z0 z z0 z z
0
( z z 0 )( z n 1 z n 2 z 0 ... zz 0n 2 z 0n 1 )
lim
z z0 z z0
lim ( z n 1 z n 2 z 0 ... zz 0n 2 z 0n 1 )
z z0
Selamat belajar !
22 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu
FUNGSI ANALITIK
Dosen: Rasmuin Baco Minu
f ( z 0 z ) f ( z 0 ) u iv
z z
(u x x v x y x y ) i (v x x u x y x y )
z
x y x y
(u x iv x ) (iu x v x ) ( i ) ( i )
z z z z
x y x y
(u x iv x ) (u x iv x ) i ( i ) ( i )
z z z z
x yi x y
(u x iv x )( ) ( i ) ( i )
z z z
z x y
(u x iv x ) ( i ) ( i )
z z z
x y
(u x iv x ) ( i ) ( i ) (iii )
z z
Ambil limit relasi di atas untuk z0. Hasil bagi di bagian kiri tidak lain adalah turunan f di
titik z0, yakni f’(z0), sedangkan di bagian kanan untuk z0, maka juga x0 dan y0,
yang mengakibatkan,
(+i)0 serta (+i)0.
Menurut sifat-sifat modulus bilangan kompleks yang sebelumnya telah ditunjukkan bahwa |R(z)|
|z| dan |I(z)||z| atau juga berarti,
x
|x| |z| atau 1
z
dan
y
|y| |z| atau 1
z
Akibat dari kondisi-kondisi tersebut di atas, maka dua suku terakhir di bagian kanan dari
persamaan (iii) menyebabkan,
f ' ( z 0 ) u x iv x (terbukti)
Tugas: Tunjukkan Bagian kedua dari teorema 2.7, yakni f ' ( z 0 ) v y iu y . Catatan: ganti suku-
suku uy dan vy kemudian lanjutkan dengan cara yang sama di atas
Contoh 5.1. Gunakan teorema 2.7 untuk menunjukkan bahwa turunan dari untuk f(z) = z 2 untuk
semua z adalah 2z
f(z) = z2, Misalkan z = x+iy maka f(z) = (x2-y2) +2ixy dimana u(x,y) = (x2-y2) dan v(x,y)=2xy
u(x,y) = (x2-y2)….. (1) dan v(x,y)=2xy….. (2)
maka,
ux = 2x….. (3); uy = -2y….. (4) dan vx = 2y….. (5); vy = 2x….. (6)
Keenam fungsi tersebut di atas semuanya kontinu pada setiap titik z=(x,y), dan jelas bahwa
ux=vy dan vx=-uy
Dengan demikian,
f(z) = ux+ivx = 2x + i2y = 2(x+iy) = 2z
Teorema 2.8.
Andaikan bahwa (z) = u(x,y)+iu(x,y), mempunyai turunan pada suatu titik z0=(a,b).
Maka pada titik itu,
' u x iv x v y iu y
jadi,
ux vy dan v x u y
Bukti:
Karena f’(z0) ada, maka limit untuk memperoleh f’ tidak bergantung pada arah sepanjang jalur
z0. Pilih jalur mendatar (sumbu nyata x), maka y=0
f ( z 0 z ) f ( z 0 )
f ' ( z 0 ) lim
z 0 z
[u( a x, b y ) iv (a x, b y )] [u( a, b) iv ( a, b)]
lim
z 0 x iy
…………..(*)
[u( a x, b) iv (a x, b)] [u( a, b) iv (a , b)]
lim
x 0 x
[u( a x, b) u( a, b)] [v ( a x, b) v (a, b)]
lim i lim
x 0 x x 0 x
Menurut defenisi turunan maka dua limit dibagian kanan masing-masing merupakan turunan
parsial ke x dari u(x,y) dan v(x,y) yakni ux dan vx, sehingga
' u x iv x …………………..(**)
Menurut defenisi turunan maka dua limit dibagian kanan masing-masing merupakan turunan
parsial ke y dari v(x,y) dan u(x,y) yakni vy dan uy, sehingga
' v y iu y ………………………..(****)
Oleh karena f’(z0) ada dan tidak bergantung pada arah pendekatan, maka (**) = (****), yakni,
u x iv x v y iu y
secara umum bukan merupakan syarat perlunya. Ada beberapa fungsi yang memiliki turunan
tetapi fungsi-fungsi komponennya u dan v beserta turunan parsialnya tidak semuanya kontinu.
Ini menunjukkan bahwa teorema 2.8 hanya memenuhi sebagian dari kebalikan teorema 2.7.
Contoh 5.2. Tunjukkan bahwa f(z) = cos y - i sin y. tidak memiliki turunan di mana-mana
(gunakan teorema 2.8)
u(x,y) = cos y sehingga ux = 0 dan uy = -siny
v(x,y) = sin y sehingga xx = 0 dan vy = cosy
Tetapi persamaan C-R u x v y dan v x u y harus dipenuhi, maka:
ux = vy atau cos y = 0 dan vx = -uy atau sin y = 0,
yang secara serempak hal ini tidak mungkin. Dengan demikian f’(z) tidak ada di mana-mana
Contoh 5.3. Tentukan titik-titk, jika ada yang membuat f(z) = x2-iy2 dan bila f’ ada tentukan
turunan tersebut
f(z) = x2-iy2, maka u(x,y) = x2 dan v(x,y) = -y2, sehingga berturut-turut diperoleh,
ux = 2x; uy = 0; dan vx = 0; vy = -2y;
Menurut teorema 2.7 maka turunannya adalah,
f’ = ux +ivx =2x, ……….(*)
tetapi juga
f’ = vy –iuy =-2y, ………(**)
karena turunan f’ harus tidak bergantung dari arah zz0, maka turunan dimaksud tidak ada
karena berarti (*)=(**), atau x=-y (ini merupakan hal tidak mungkin kecuali pada titik tertentu).
Untuk menentukan titik-titik yang memunuhi yakni titik-titk yang membuat f’ ada kita
gunakan persamaan C-R,
yakni,
(i) u x v y atau 2x = -2y dan (ii) v x u y atau 0 = 0.
Dari kedua kondisi terakhir di atas, maka titik yang akan membuat f’ ada untuk f(z) = x2-iy2
adalah titik titik di sepanjang gari y = -x.
Contoh 5.4. Tunjukkan bahwa f(z) = ex(cos y + i sin y) mempunysi turunan dimana-mana, fan
bahwa f’(z) = f(z)
f(z) = ex(cos y + i sin y), berarti ,
u(x,y) = excos y dan v(x,y) = ex sin y
dengan turunan-turunan parsial
ux = excos y; uy= -exsin y dan vx = exsin y; vy= excos y
Gunakan persamaan C-R
(i) u x v y atau excos y = excos y dan (ii) v x u y atau exsin y = exsin y.
Kedua kondisi di atas memenuhi persamaan C-R. Dengan demikian f’ ada untuk semua titik z
(dimana-mana), dan turunan tersebut adalah,
f’(z) = ux +ivx = uy-ivy
= excos y + exsin y.
27 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu
= ex (cos y + sin y)
= f(z)
0
Tugas: Buktikan bahwa perasaaman C-R dalam bentuk kutub adalah, ru r v dan rv r u
Selamat belajar !
“Berpikirlah seperti seorang praktisi, dan berprakteklah seperti seorang pemikir”
(rbm, 20/11/06)
FUNGSI ANALITIK
Dosen: Rasmuin Baco Minu
Kenyataan tersebut secara umum disebabkan bahwa f’ boleh ada pada sembarang tipe
himpunan atau bahkan pada titik terasing, atau pada suatu penggal garis tertentu, akan tetapi
analitisitas berhubungan secara tak terpisahkan dengan himpunan terbuka, yakni menghendaki
bahwa f’ ada tidak hanya pada z0 akan tetapi pada semua titik yang ada dalam suatu lingkungan
tertentu titik z0
Contoh 6.1. Dalam contoh 5.3 pada pertemuan sebelumnya kita sudah mengetahui bahwa, f(z)
= x2-iy2 mempunyai turunan hanya pada sepanjang garis y = -x. Akan tetapi, lingkungan dari
setiap titik pada garis tersebut pasti memuat titik lain di luar garis (berapapun kecilnya r), yang
membuat f’ tidak ada di sana. Akibatnya f(z) = x 2-iy2 tidak analitik dimana-mana, karena
analitisitas suatu fungsi menuntut f’ ada dalam setiap lingkungan tertentu dari suatu titik yang
membuat f’ ada.
Contoh 6.2. Demikian pula f(z) = |z|2 hanya mempunyai turunan pada titik z = 0. Akibatnya, f(z)
juga tidak analitik di aman-mana
Suatu fungsi yang analitik pada sembarang titik dalam domain S, maka fungsi tersebut
dikatakan analitik pada S. Suatu fungsi yang analitik pada seluruh bidang kompleks, dinamakan
fungsi menyeluruh Sedangkan suatu fungsi yang analitik pada titik tertentu, maka fungsi tersebut
dikatakan analitik pada lingkungan yang memuat titik tersebut.
Fungsi polynomial P(z) = a0+ a1z + a2z2+ …+ anxn merupakan fungsi menyeluruh, karena
P’ ada pada semua titik z (lihat kembali contoh 5.1 dengan n = 2). Begitu pula f(z)=e z juga
merupakan fungsi menyeluruh.
Contoh 6.3. Fungsi hasil bagi dari dua fungsi polynomial seperti di bawah ini,
z3 1
f ( z) 2
z 1
analitik dimana-mana kecuali di titik z = i, karena pada titik tersebut f tidak terdefenisikan.
Titik z = i pada contoh di atas dinamakan titik singular, yakni titik yang “jika dan hanya
jika“ f gagal analitik di sana, akan tetapi lingkungan-r bagi titik tersebut (betapapun kecilnya r)
memuat paling tidak satu titik yang membuat f analitik.
TUGAS: Apakah fungsi yang diberikan berikut ini merupakan fungsi menyeluruh, memiliki titik
singular, atau tidak analitik sama sekali di aman-mana.
2
y2
z2 z
1).f(z) = e x (cos 2 xy i sin 2 xy ) 2). f(z) = 3). f(z) = z3
z ( z 2 1)
Teorema 2.9.
Andaikan bahwa
6. f(z) dan g(z) analitik pada himpunan S
7. f analitik pada g(z) untuk semua z dalam S, maka:
Jumlah, selisih, hasil kali, hasil bagi, maupun komposisi fungsi f dan g juga analititk pada
setiap titik dalam S asalkan f dan g terdefenisikan di sana
ux = vy dan vx = -uy
yang dengan diferensial berturut-turut ke x dan ke y menghasilkan,
uxx = vyx; vxx = -uyx uxy = vyy vxy = -uyy
Jika persamaan di atas disubtitusi ke dalam persamaan (*), akan menjadi:
uxx + uyy = 0 dan vxx + vyy = 0 (**)
yang masing-masing merupakan Persamaan Laplace
Sembarang fungsi h(x,y) yang memenuhi Persamaan Laplace di dalam suatu lingkungan
titik z0 = (a,b) dikatakan harmonik pada z0, asalkan fungsi tersebut memiliki turunan parsial
tingkat dua yang kontinu di titik tersebut.
Jadi, komponen-komponen nyata dan khayal dari fungsi analitik f(z) = u+iv merupakan fungsi
harmonik, dan memiliki pasangan fungsi harmonik yang disebut sebagai fungsi harmonik
sekawan
Contoh 6.4. Tunjukkan bahwa v(x,y) = xy merupakan fungsi harmonik. Tentukan pula fungsi
harmonik sekawannya.
Pertama, v(x,y) kontinu pada setiap titk z. Selanjutnya, jika v(x,y) = xy fungsi harmonik, maka
harus ditunjukkan bahwa,
vxx + vyy = 0
v(x,y) = xy, maka vx = y, dan vxx = 0; demikian pula vy = x, dan vyy = 0. Jadi benar bahwa,
vxx + vyy = 0,
yang berarti v(x,y) = xy merupakan fungsi harmonik.
Selanjutnya, harmonik sekawan dari v(x,y) = xy ditentukan sebagai berikut:
Misakan harmonik sekawannya adalah u(x,y), sedemikian sehingga f(z) = u(x,y)+ iv(x,y) analitik.
Karena f analitik maka persamaan C-R harus dipenuhi. Oleh karena sebelumnya telah diperoleh v y =x
maka (Ingat: persamaan C-R ux = vy),
ux = x ……………… (*)
dengan integral ke x, dari (*) diperoleh,
u(x,y) = ½x2 + h(y) ………………..(**)
dengan mendeferensialkan (**) ke y diperoleh,
uy = h’(y)………………..(***)
tetapi pada persamaan C-R -uy = vx atau uy = -vx, yang berarti, uy = -y,
sehingga (***) selanjutnya menjadi,
h’(y)=-y………………..(****)
Jika (****) diintegralkan ke y, maka diperoleh
h(y) = - ½y2 + c ………………..(*****)
Dengan demikian sekawan harmonik dari v(x,y) adalah u(x,y) = ½x 2 - ½y2 + c, sehingga f menjadi,
f(z) = u(x,y) +iv(x,y) = (½x2 -½y2 + c) + ixy atau f(z)= ½z2 + c
Contoh 6.4. Misalkan u(x,y) = (x2 -y2 ) adalah fungsi harmonik. Tunjukkan bahwa sekawan
harmoniknya adalah v(x,y) = 2xy
u(x,y) = (x2 -y2 ) kontinu pada setiap titk z. Oleh karena, u(x,y) fungsi harmonik, maka harus
ditunjukkan bahwa,
uxx + uyy = 0
u(x,y) = x2 -y2, maka ux = 2x, dan uxx = 2; demikian pula uy = -2y, dan uyy = -2. Jadi benar
bahwa,
uxx + uyy = 2 + (-2) = 0,
yang berarti u(x,y) = x2 -y2 merupakan fungsi harmonik.
Selanjutnya, harmonik sekawan dari u(x,y) ditentukan sebagai berikut:
Misakan harmonik sekawannya adalah v(x,y), sedemikian sehingga f(z) = u(x,y)+ iv(x,y) analitik.
Oleh karena ux = 2x maka,
vy =2x ……………… (*)
dengan integral ke y, dari (*) diperoleh,
v(x,y) = 2xy + h(x) ………………..(**)
dengan mendeferensialkan (**) ke x diperoleh,
vx = 2y + h’(x)………………..(***)
tetapi vx = -uy maka berarti, vx = 2y,
sehingga selanjutnya (***) menjadi,
h’(x)= 0 ………………..(****)
Jika (****) diintegralkan ke x, maka diperoleh
h(x) = c ………………..(*****)
Dengan demikian sekawan harmonik dari u(x,y) = x 2 - y2 adalah v(x,y) = 2xy + c, sehingga fungsi yang
dibentuk menjadi (c =0),
f(z) = u(x,y) +iv(x,y) = ½(x2 - y2 ) + xy atau f(z)= z2
Tugas: Apakah fumngsi-fungsi yang diberikan berikut ini memenuhi persamaan Laplace. Jika ya,
tentukan fungsi harmonik sekawannya. Tentukan pula fungsi f(z) yang dibentuk oleh fungsi
harmonik dan sekawannya.
1). u(x,y) = ln(x2 + y2) 2). v(x,y) = excos y 3). u(x,y) =x3y-xy3
Selamat belajar !
BAHAN KULIAH
MATA KULIAH ANALISIS KOMPLEKS
(Pertemuan ke-10, Jumat, 29 Desember 2006)
TRANSFORMASI ELEMENTER
Dosen: Rasmuin Baco Minu
Dalam bahasan ini akan dijelaskan dua type fungsi kompleks yakni fungsi satu ke satu
(one-to-one) selanjutnya disebut fungsi satu-satu, dan fungsi banyak ke satu (many-to-one).
Duatu fungsi kompleks dikatakan satu-satu jika z1 z2 D dalam bidang-z mengakibatkan
f(z1) f(z2) pada bidang-w, atau jika f(z1) = f(z2) maka z1 = z2. Fungsi satu-satu memiliki sifat
istimewa yakni inver dari fungsi tersebut juga merupakan fungsi kompleks. Sementara itu, fungsi
banyak ke satu jika z1 z2 D dalam bidang-z tetapi mengakibatkan f(z1) = f(z2).
Fungsi w = az +b merupakan fungsi satu-satu, karena misalnya z 1 z2 menyebabkan f(z1)
f(z2) yakni (az1 +b) (az2 +b). Fungsi w = ez merupakan fungsi banyak ke satu, karena ada z
= 0, 2i, 4i, … memiliki bayangan (image) yang sama yaitu di titik w = 1
A’
z0 = (a,b) f(z0)
B
B’
Andaikan f(z) analitik pasa z0 dan bahwa f’ (z0) 0. Andaikan pula bahwa dua kurva
yakni kurva A dan kurva B berpotongan di z0, dan membentuk sudut yang diukur dari A ke B
(lihat gambar 1). Dengan pemataan f, A dan B memiliki bayangan A’ dan B’ di bidang w, dan
berpotongan di w0 = f(z0) juga memiliki sudut sebesar yang diukur dari A’ ke B’ maka fungsi
tersebut dikatakan melindungi sudut-sudut baik besar maupun arahnya. Fungsi seperti ini
dikatakan fungsi serupa.
B. Transformasi linier
1). Bentuk Umum Fungsi Linier
Suatu fungsi berbentuk,
f(z) = az +b
dimana a, b sebagai kontanta kompleks, dinamakan fungsi linier.
33 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu
1 b
f(z) = az +b maupun inversnya z w merupakan fungsi identitas, yakni f(z) = z
a a
2) Transformasi Linier
Bentuk umum fungsi linear kompleks seperti sebelumnya adalah:
w az b ……………………………………..………..………..…………...………… (1)
Misalkan ,
= az………………………………………………………………….………………….(2)
maka,
w = + b …………………………………………………………………………………(3)
Dengan demikian, pemetaan linier seperti pada persamaan (1) dapat dimulai dari transformasi
jenis dilatasi diikuti dengan transformasi jenis rotasi seperti pada persamaan 2, kemudian
transformasi jenis pergeseran dengan fungsi seperti pada persamaan 3.
Transformasi seperti pada persamaan 2 menggunakan 2 (dua) jenis transformasi yakni, (1)
transformasi dilatasi berupa peregangan/pengkerutan atau pembesaran/pengecilan sebesar faktor |
a|, dan (2) transformasi rotasi (pemutaran) dengan sudut putar arg a. Jika |a| = 1 maka
persamaan (2) merupakan rotasi murni, dan jika arg a = 0 maka persamaan 2 merupakan
regangan jika |a| > 1 dan merupakan pengkerutan jika |a| < 1. Jika |a| = 1 dan arg a = 0 maka
persamaan 2 merupakan pemetaan identitas = z (tidak mengalami peregangan/pengkerutan dan
pemutaran)
Transformasi seperti pada persamaan (3) merupakan pergeseran setiap titik sejauh vector
konstan b= (p,q).
Kesimpulan:
Pemetaan linier memetakan setiap titik pada bidang Z ke bidang W melalui 3 (tiga) jenis
transformasi yakni dilatasi dengan faktor |a|, rotasi (pemutaran) dengan sudut putar arg a, dan
pergeseran sejauh vector konstan b.
Contoh 1. Carilah bayangan dari segitiga ABC dimana titik A(2, 2), B( 32, 2), dan C (22,
22) melalui pemetaan w = (1-i)z + (2-i2)
Penyelesaian
(a) Dilatasi dengan faktor k = 2 (modulus (1-i))
Bayangan dari titik-titik A(2, 2) B ( 32, 2) dan C (22, 22) (gambar 2a) dapat
diperloleh dengan menggunakan rumus transformasi dilatasi berikut:
u' x
k ………………………………………………..…………..…………...(4)
v ' y
Dengan demikian, maka bayangan titik-titik tersebut di atas melalui dilatasi dengan = 2
adalah A’(2, 2), B’(6, 2), dan C(4, 4) seperti dalam gambar 2b.
iy Bidang Z iv Bidang W
C
C’
A B
O x A’ B’
O u
Gambar 2a Gambar 2b
(b) Rotasi dengan sudut putar -/4 radian (arg (1-i) = -/4 radian).
Bayangan setiap titik dalam gambar 2b dapat diperloleh dengan menggunakan rumus
transformasi rotasi berikut:
1 1
u" 2 2 u'
2 2
…………………………….………..……………..(6)
v " 1 1 v'
2 2
2 2
Sehingga bayangan dari titik A’, B’ dan C’ berturut-turut adalah A”(22, 0), B”( 42, -22), dan
C”(42, 0) seperti dalam gambar 3a.
iv Bidang W iv Bidang W
A” C” u
O A”’ C”’ u
B”
B”’
Gambar 3a Gambar 3b
(c) Pergeseran sejauh vector b = (2, -2). Bayangan setiap titik dalam gambar 3a dapat
diperloleh dengan menggunakan rumus transformasi pergeseran berikut:
u'" u" p
……………………………………………..
v '" v"q
………………………. (7)
u'" u" 2
…………………………………………..
v ' "
v" 2
……………………..… (8)
Sehingga bayangan dari titik A”, B”, dan C”, berturut-turut A’”(22, -2), B’”(52, -32), dan
C”’(52,- 2) seperti dalam gambar 3b.
D1 A D2 C1 A’ C2
Gambar 3a Gambar 3b
w = 2z analitik pada titik A (4,0) dan turunannya di titik tersebut tidak sama dengan nol. Nampak
bahwa pada titik tersebut G juga merupakan garis singgung dari lingkaran C1 dan C2.
TUGAS
1. Carilah bayangan-bayangan kurva-kurva (i) arg z = /3; (ii) R(z) = 1 melalui fungsi
w = 2iz
2. Cari bayangan parabola y = x2 dan x = y2 melalui pemetaan w = -2z-2i. Apakah sudut
antara L1: y = x dan L2: x + y – 2 = 0 terpelihara melalui pemetaan w = -2z-2i
Selamat belajar !
////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////
TRANSFORMASI ELEMENTER
Dosen: Rasmuin Baco Minu
Kesimpulan:
Transformasi pangkat memetakan titik-titik z (bidang-z) dengan modulus r dan argumen t ke
suatu titik pada bidang-w dengan modulus rn dan argumen nt
Contoh 1. Bayangan dari z = 2 cis (gambar 3) melalui transformasi w = z 3 adalah w=8
3
cis (lihat gambar 4).
iy Bidang Z iv Bidang W
z=
/3 x z = 8 cis
O u
Gambar 3 Gambar 4
iy Bidang Z iv Bidang W
3
2/3
x
O u
Gambar 5 Gambar 6
Contoh 3. Tentukan bayangan (a) hiperbola x2-y2 = a; a 0 (gambar 7) dan (b) hiperbola xy
= b (gambar 9) melalui transformasi w = z2.
Penyelesaian
.w = z2 = (x + iy)2 = (x2-y2 ) + 2ixy …………………………………(2)
(a). hiperbola x2-y2 = a; a 0. Dari persamaan 2 diperoleh
u x2 y2
. ……………………………………….………………(3)
v 2 xy
.x2-y2 = a atau berarti u = a. Dengan demikian jika x, y bergerak dari - hingga maka u tetap
sama dengan a. Sehingga bayangan dari hiperbola x2-y2 = a adalah garis tegak u = a (gambar 8)
(b) Hiperbola xy = 1. Dari persamaan 3 diperoleh v = 2xy sehingga v = 2. Jadi bayangan dari
hiperbola xy = 1 melalui transformasi w = z 2 adalah garis mendatar v = 2 (gambar 10) .
iy Bidang Z iv Bidang W
(-a,0) (a,0)
x
O O u
.u = a
Gambar 7 Gambar 8
Bidang z
iy iv Bidang W
.v = 2
(1,1)
(-1,-1) x
O O u
Gambar 9 Gambar 10
Oleh karena turunan fungsi f(z) = zn tidak nol kecuali di titik z = 0, maka fungsi ini
merupakan pemetaan serupa pada setiap z 0.
Contoh 4. Tentukan bahwa bayangan garis mendatar y = k0 dan garis x = c0 (dalam gambar
11) melalui pemetaan w = z2 merupakan parabola. Tunjukkan pula bahwa parabola-parabola
tersebut juga berpotongan tegak lurus
Penyelesaian
Dari pemetaan w = z2 = (x2-y2) + 2ixy, diperoleh
u = x2-y2 …………..(3) dan v = 2xy ……………. (4)
Jika persamaan 4 dikuadratkan, kemudian persamaan 3 disubtitusikan ke dalamnya maka
diperoleh
v2 = 4x2y2
sehingga
v2 = 4x2 (x2 – u)…………..(5) atau v2 = 4y2 (u + y2) …………(6)
Karena x = c maka persamaan 5 menjadi v 2 = 4c2 (c2 –u) atau v2 – 4c4 + 4c2u = 0, yang
merupakan parabola.
Dengan mengambil c = 1 misalnya, maka diperoleh parabola v2 + 4u – 4 =0 seperti dalam
gambar 12
Karena y = k maka persamaan 15 menjadi v 2 = 4k2u+4k4 atau v2 - 4k2u - 4k4 = 0, yang juga
merupakan parabola.
Dengan mengambil k = 1 misalnya, maka diperoleh parabola v2 - 4u – 4 =0 seperti dalam gambar
12
Bidang z Bidang w
iy iv
v2 + 4u – 4=0 v2 - 4u – 4 =0
y=k=1 A’(0, 2)
A(1,1)
x u
O O O
x=c=1
‘’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’
“Jenius itu hanya satu persen inspirasi, selebihnya harus merupakan cucuran keringat”
‘’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’
Selamat Belajar !
o-----o Rbm 14/12/2006 o-----o
TRANSFORMASI ELEMENTER
Dosen: Rasmuin Baco Minu
D. Transformasi Kebalikan
2) Transformasi Kebalikan
Bentuk fungsi kebalikan di atas sama dengan w = z -1, sehingga jika z = x + iy dengan
bentuk kutub z= r(cos t + i sin t) maka,
1
w
x iy
dimana,
x
u
x2 y2
………………………………………………(5)
y
v 2 2
x y
Misalkan garis x = b pada bidang z dipetakan melalui transformasi w = 1/z. Karena x = b maka,
b
u
b2 y2
……………………………………..…………(6)
y
v 2 2
b y
Kuadratkan kedua bagian pada persamaan 6 kemudian jumlahkan, sehingga diperoleh
b2 y2 b2 y 2 1 1
u2 v2 2 u atau,
(b y )
2 2 2
(b y )
2 2 2
(b y )
2 2 2
b y 2
b
1
u2 v2 u ………………………………………………………….………………. (7)
b
yang tidak lain adalah lingkaran yang berpusat di titik M (b/2, 0) dengan jari-jari b/2.
x 1
u
x 2 4 x 2 5x …………………..……………………………………………(8)
2x 2
v 2 2
x 4x 5x
dari dua bagian persamaan dalam 8 diperoleh 2u + v = 0 yang tidak lain adalah garis yang
melalui titik asal dengan gradien -2.
x
u 2
r …………………………………………………………..………………(9)
y
v 2
r
Jika u dan v pada persamaan 9 keduanya di kuadratkan lalu dijumlahkan diperoleh
x2 y2 x2 y2 r2 1 1
u2 v2 2 2
2 2
2 2
2 2
2 ( ) 2 , atau
(r ) (r ) (r ) (r ) r r
1
u 2 v 2 ( ) 2 ……………………………………………………………………………(10)
r
Jadi lingkaran x 2 y 2 = r2 (lingkaran berpusat di O (0,0) berjari-jari r) dipetakan melalui
transformasi w = 1/z. menjadi lingkaran yang juga berpusat di titik O(0,0) dengan jari-jari 1/r)
x x
u
x2 y2 2y
……………………………………………………………..………(11)
y 1
v
2y 2
Disimpulkan bahwa lingkaran x 2 y 2 - 2y = 0 dipetakan melalui transformasi w = 1/z. menjadi
garis mendatar v = -1/2
Kesimpulan:
Fungsi kebalikan memetakan garis-garis dan lingkaran-lingkaran dari bidang Z depetakan
menjadi garis-garis atau lingkaran-lingkaran pada bidang W.
D: a ( x 2 y 2 ) bx cy d 0 ……………………………………..…..……….…….(13)
Domain D seperti pada persamaan (13) di atas merupakan lingkaran jika .a 0 dan berupa garis
jika a = 0.
Oleh karena pada persamaan 5,
x
u ……………………………………………………………………..…...(14)
x y2
2
dan
y
v ………………………………………………………………………..(15)
x y2
2
maka jika persamaan 13 dibagi dengan (x2+y2), menyebabkan bayangan dari D pada bidang W
akan berupa,
d (u 2 v 2 ) bu B cv B a 0 ………………………………………..…………..(16)
dalam hal ini persamaan 16 juga merupakan lingkaran jika d0 atau berupa garis jika d=0
Penyelesaian
Domain x =2 merupakan sebuah garis tegak atau dapat ditulis dalam bentuk persamaan x – 2 = 0.
Sesuai persamaan 13 maka b = 1 dan d = -2. Dengan demikian bayangan x = 2 adalah
2(u 2 v 2 ) u 0 atau,
1 1
u 2 v 2 u (u 1 / 4) 2 v 2 ( ) 2 …………….……………..……..…………(17)
2 4
Persamaan 17 di atas merupakan lingkaran pada bidang W yang berpusat di titik M(1/4, 0)
dengan jari jari ¼ atau dapat ditulis dalam bentuk |W-1/4|=1/4 (Lihat gambar 12).
iy Bidang Z iv Bidang W
(u -1/4)2+ v2 = (1/4)2
O 2 x O u
x=2
Gambar 11 Gambar 12
Oleh karena turunan fungsi ini tidak akan pernah sama dengan nol maka fungsi ini juga
merupakan pemetaan serupa.
Bidang z Bidang w
iy
L2 L1 iv
2i
x u
-i/2
Gambar 13 Gambar 14
Selamat Belajar !
o-----o Rbm 14/12/2006 o-----o
TRANSFORMASI ELEMENTER
Dosen: Rasmuin Baco Minu
G. Transformasi Bilinier
Bentuk umum fungsi bilinear kompleks adalah:
az b
w ; ad-bc 0 ………………..……………..…………… (1)
cz d
atau dapat dinyatakan dalam bentuk
a bc ad 1
w ( )( ) ………………...…………..……………(2)
c c cz d
Misalkan A = cz+d ………………………….……..…………...………….. (3)
B = 1/A ………………………….……………….....……………(4)
maka,
a bc ad
w ( ) B ……………………..……………...…..………..(5)
c c
Berdasarkan persamaan (3), (4), dan (5) di atas, maka transformasi bilinear dapat dimulai
dari transformasi linier (persamaan 3), transformasi kebalikan (persamaan 4), dan selanjutnya
transformasi linier (persamaan 5).
Pertama, transformasi linier dengan fungsi seperti pada persamaan 3. Pada transformasi ini
setiap titik pada bidang Z dipetakan ke bidang A melalui 3 (tiga) jenis transformasi, yakni: (a)
Dilatasi berupa peregangan/pembesaran atau pengkerutan/pengecilan sebesar faktor modulus a
atau |a|, (b) Rotasi (pemutaran) dengan sudut putar arg a, dan (c) pergeseran sejauh vector
konstan b.
Kedua, transformasi kebalikan dengan fungsi seperti pada persamaan 4. Fungsi tersebut
memetakan setiap garis dan lingkaran dari bidang A menjadi garis-garis atau lingkaran-lingkaran
pada bidang B. Misalkan domain pada bidang A dinyatakan dalam bentuk,
i (u A2 v A2 ) ju A kv A l 0 ………………………………………..…..…………….(6)
Persamaan (6) di atas merupakan lingkaran jika .i 0 dan berupa garis jika .i = 0. Bayangan dari
domain/persamaan (6) pada bidang B akan berupa,
l (u B2 v B2 ) ju B kv B i 0 ……………………………………………..…………..(7)
dalam hal ini persamaan (7) juga merupakan lingkaran jika l0 atau berupa garis jika l=0
Ketiga, transformasi linier dengan fungsi seperti pada persamaan 5. Seperti halnya
transformasi linier dengan menggunakan persamaan (3), transformasi linier dengan fungsi seperti
pada persamaan 5 juga memetakan setiap titik dari bidang B ke bidang W melalui 3 (tiga) jenis
transformasi, yakni: (a) Dilatasi dengan factor |(bc-ad)/c|, (b) Rotasi (pemutaran) dengan sudut
putar arg ((bc-ad)/c), dan (c) pergeseran sejauh vector konstan a/c.
49 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu
Kesimpulan:
Fungsi Biliear memetakan garis-garis dan lingkaran-lingkaran dari bidang Z menjadi garis-
garis atau lingkaran-lingkaran pada bidang W.
z 1
Contoh.1 Tentukan bayangan dari garis x =1 melalui pemetaan w
z 1
Penyelesaian
z 1
Diketahui w ………………………………………..…………(8)
z 1
Dengan mengikuti prosedur seperti pada persamaan (3), (4), dan (5) maka kita dapat
memisalkan:
A = z + 1 ……………………………………………..………(9)
dan,
B = 1/A …………………………… ………………………..(10)
Sehingga,
W = 1-2B …………………………………….………………… .(11)
Transformasi linier A = z + 1
Bidang Z dengan domain x = 1 seperti dalam Gambar 1a. Melalui pemetaan A = z + 1
(a=(1,0), b=(1, 0)) maka garis x = 1 akan dipetakan ke bidang A hanya dengan transformasi
pergeseran ke kanan sejauh b = (1, 0). Domain x = 1 tidak mengalami peregangan/pengkerutan
karena |a| = 1, serta tidak mengalami rotasi karena arg a = 0 radian.
Transformasi pergeseran menggunakan rumus berikut:
uA x 1 2
b
vAy 0y
Dengan demikian bayangan dari garis x = 1 adalah uA = 2 seperti dalam Gambar 1b
O 1 x O 1 2 uA
x=1 uA = 2
Gambar 1a Gambar 1b
Domain uA=2 merupakan sebuah garis atau dapat ditulis dalam bentuk persamaan u A – 2 = 0.
Sesuai persamaan (6) maka j = 1 dan l = -2. Dengan demikian bayangan u A = 2 adalah
2(u B2 v B2 ) u B 0 atau,
1 1
u B2 v B2 u B (u B 1 / 4) 2 v B2 ( ) 2 ……………...……..…………(12)
2 4
Persamaan (12) di atas merupakan lingkaran pada bidang B yang berpusat di titik M(1/4, 0)
dengan jari jari ¼ atau dapat ditulis dalam bentuk |B-1/4|=1/4 (Lihat gambar 2).
ivA Bidang B
Gambar 2
u' u B
………………………..……………….(13)
v ' vB
Dengan demikian, maka bayangan titik-titik tersebut di atas melalui dilatasi dengan = 2 adalah
O’(0,0), P’(1/2, 1/2), Q(1,0), R’(1/2, -1/2), dan M’(1/2, 0). Sementara itu jari-jari lingkaran yang
baru yakni r’ = rA = ½.
1
Jadi bayangan dari lingkaran (u B 1 / 4) 2 v B2 ( ) 2 adalah
4
1
(u '1 / 2) 2 v' 2 ( ) 2 ………………..………………. (14)
2
atau |W-1/2|=1/2 seperti dalam Gambar 3(a)
v " 0 1v'
53 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu
Sehingga bayangan dari titik-titik O’, P’ Q’, R’ dan M’ berturut-turut adalah O”(0,0), P”(-½, -½),
Q”(-1, 0), R”(-½, ½) dan M”( -½, 0). Sedangkan panjang jari-jari adalah r”= r’= ½. Dengan
1
demikian bayangan dari lingkaran (u B 1 / 4) v B ( ) setelah melalui transformasi dilatasi
2 2 2
4
dengan =2 dan transformasi rotasi dengan = adalah
1 2
(u"1 / 2) 2 v" 2 ( ) …………………….………… (17)
2
atau |W+1/2|=1/2, seperti dalam Gambar 3(b)
(f) Pergeseran sejauh vector (p,q) = (1,0). Bayangan dari titik-titik O”, P”, Q”, R” dan M” dapat
diperloleh dengan menggunakan rumus transformasi pergeseran berikut:
u'" u" p
………………………………………. (18)
v'" v"q
Dengan vector pergeseran (1, 0) maka persamaan 18 di atas menjadi
u'" u"1
……………………………………..… (19)
v'" v"0
Sehingga bayangan dari titik O”, P”, Q”, R” dan M” berturut-turut O’”(1, 0), P’”(1/2, -1/2),
Q”’(0, 0), R”’(1/2, ½) dan M”’(1/2, 0). Seperti halnya pada rotasi, transformasi pergeseran tidak
mengubah panjang jari-jari lingkaran. Jadi bayangan dari lingkaran
1 2
(u"1 / 2) 2 v" 2 ( ) sekaligus bayangan terakhir dari lingkaran
2
1
(u B 1 / 4) 2 v B2 ( ) 2 melalui pemetaan W=1-2B adalah
4
1 2
(u" '1 / 2) 2 v" ' 2 ( ) ………………………….. (20)
2
atau |W-1/2|=1/2, seperti dalam Gambar 3(c).
54 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu
z 1
Dengan demikian disimpulkan bahwa bayangan dari garis x = 1 melalui transformasi w
z 1
1
adalah (u 1 / 2) v ( )
2 2 2
iv Bidang W iv
M’ Q’ u Q” M” u
O O
R’ P”
iv
(b)
(a)
M”’ Q”’ u
O
R’”
(c)
Gambar 3
z 1
Contoh.2 Tentukan bayangan dari garis y =1 melalui pemetaan w
z 1
Penyelesaian
z 1
Diketahui w ………………………………………..…………(21)
z 1
Dengan mengikuti prosedur seperti pada persamaan (3), (4), dan (5) maka kita dapat
memisalkan:
A = z + 1 ……………………………………………..………(22)
dan,
B = 1/A …………………………………………………………..(23)
Sehingga,
W = 1-2B …………………………………….………………… .(24)
Transformasi linier A = z + 1
Bidang Z dengan domain y = 1 seperti dalam Gambar 4a. Melalui pemetaan A = z + 1
(a=(1,0), b=(1, 0)) maka garis y = 1 akan dipetakan ke bidang A hanya dengan transformasi
pergeseran ke kanan sejauh b = (1, 0). Domain y = 1 tidak mengalami peregangan/pengkerutan
karena |a| = 1, serta tidak mengalami rotasi karena arg a = 0 radian.
uAx 1x
b
vAy 10
Dengan demikian bayangan dari garis y = 1 adalah vA = 1 seperti dalam Gambar 4b
y=1
y=1
Gambar 4a Gambar 4a
Domain vA=1 merupakan sebuah garis atau dapat ditulis dalam bentuk persamaan v A – 1 = 0.
Sesuai persamaan (6) maka k = 1 dan l = -1. Dengan demikian bayangan vA = 1 adalah
(u B2 v B2 ) u B 0 atau,
2 1
u B2 v B2 v B u B (v B 1 / 2) 2 ( ) 2 ……………...……..…………(25)
2
Persamaan (25) di atas merupakan lingkaran pada bidang B yang berpusat di titik M(0,-1/2)
dengan jari jari ½ atau dapat ditulis dalam bentuk |B-1/2i|=1/2 seperti dalam gambar 5a
u' u B
………………………..……………….(26)
v' v B
Dengan demikian, maka bayangan titik-titik tersebut di atas melalui dilatasi dengan = 2 adalah
O’(0,0), P’(1, -1), Q(0, -2), R’(-1, -1), dan M’(0, -1). Sementara itu jari-jari lingkaran yang baru
yakni r’ = rA = 1.
2 1
Jadi bayangan dari lingkaran u B ( v B 1 / 2) ( ) adalah
2 2
2
2
u B (v B 1) 2 1 ………………..………………. (27)
atau |W-i|=1 seperti dalam Gambar 5b
Gambar 5a Gambar 5b
v " 0 1v'
Sehingga bayangan dari titik-titik O’(0,0), P’(1, -1), Q(0, -2), R’(-1, -1), dan M’(0, -1). berturut-
turut adalah O”(0,0), P”(-1, 1), Q”(0, 2), R”(1, 1) dan M”(0, 1). Sedangkan panjang jari-jari
2
adalah r”= r’= 1. Dengan demikian bayangan dari lingkaran u B ( v B 1) 2 1 setelah melalui
(c) Pergeseran sejauh vector (p,q) = (1,0). Bayangan dari titik-titik O”, P”, Q”, R” dan M”
dapat diperloleh dengan menggunakan rumus transformasi pergeseran berikut:
u'" u" p
………………………………………. (31)
v'" v"q
Dengan vector pergeseran (1, 0) maka persamaan 31 di atas menjadi
u'" u"1
……………………………………..… (32)
v '" v"0
Sehingga bayangan dari titik O”(0,0), P”(-1, 1), Q”(0, 2), R”(1, 1) dan M”(0, 1) berturut-turut
O’”(1,0), P’”(0, 1), Q’”(1, 2), R’”(2, 1) dan M”’(1, 1). Seperti halnya pada rotasi, transformasi
pergeseran tidak mengubah panjang jari-jari lingkaran. Jadi bayangan dari lingkaran
2
u B (v B 1) 2 1 melalui pemetaan W=1-2B adalah
(u B 1) 2 (v B 1) 2 1 ………………………….. (32)
atau |W-(1+i)| = 1, seperti dalam Gambar 6b.
ivA ivB
uA uB
Gambar 6a Gambar 6b
z 1
Dengan demikian disimpulkan bahwa bayangan dari garis y = 1 melalui transformasi w
z 1
adalah (u B 1) 2 (v B 1) 2 1
Bila diketahui titik sembarang z1, z2, z3 pada bidang Z, dan titik w1, w2, dan w3 pada bidang
W maka terdapat trandformasi bilinier yang tunggal yang memetakan z j ke wj, j = 1, 2, 3. Sifat
kedua dari transformasi bilinier berdasarkan kondisi ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
( w w1 )( w2 w3 ) ( z z1 )( z 2 z 3 )
……………………….(33)
( w w3 )( w2 w1 ) ( z z 3 )( z 2 z1 )
atau
10 z 12
w ………………………………….……………..(35)
z 1
Sifat ketiga dari pemetaan bilinier dengan fungsi seperti pada persamaan 1 adalah memiliki
paling banyak dua titik tetap. Jika setiap titik pada bidang Z dipetakan pada bidang W dengan
pemetaan identitas (tetap) maka “bayangan setiap titik-titik tersebut (bidang Z) pada W adalah
dirinya sendiri” atau dapat dinyatakan dengan,
w = z ……………………………………………..………… (36)
Jika persamaan 36 disubtitusi pada persamaan 1, diperoleh
az b
z (c0) …………………………………..…….……(37)
cz d
atau,
cz 2 (d a ) z b 0 ……..…………….…….....…….……(38)
z 1
Contoh 3. Tentukan titik tetap dari pemetaan w
z 1
Penyelesaian
z 1
Diketahui w …………………………….………………… (40)
z 1
Berdasarkan persamaan 37 maka persamaan 40 menjadi
z 1
z atau ,
z 1
z 2 1 ……………………………………….…………………… (41)
Akar-akar kompleks dari (41) adalah z1 =.i atau z2 = –i.
Fungsi bilinear juga merupakan pemetaan serupa pada titik-titik yang membuat
turunannya tidak nol.
Contoh 4. Perhatikan contoh 1 dan 2 di atas. Dua buah garis pada bidang z berikut
L1: x = 1 dan L2: y = 1
pada bidang z seperti gambar 7a. Kedua garis tersebut berpotongan tegak lurus di titik z = (1, 1)
Bidang z Bidang w
iy
L1 iv
i L2
(1/5, 2/5)
i x u
Gambar 7a Gambar 7b
z 1
Di bawah pemetaan w garis L1 dan L2 dipetakan ke bidang w berturut-turut menjadi,
z 1
1
C1 : (u 1 / 2) 2 v 2 ( ) 2 dan C2: (u 1) 2 ( v 1) 2 1
2
Kurva C1 dan C2 (gambar 7b) juga berpotongan tegak lurus pada titik pada titik w = (1/5, 2/5),
yang merupakan banyangan dari titik potong L1 dan L2 yakni z =(1,1).
Perhatikan:
Jika persamaan Lingkaran C1 dideferensialkan/diturunkan ke u menjadi,
dv 2u 1
…………..….(42)
du 2v
Selanjutnya jika titik potong L1 dan L2 yakni z = (1,1) memiliki bayangan w = (1/5, 2/5) dalam
bidang w (merupakan salah satu titik porong C1 dan C2). Jika titik potong kedua lingkaran
disubtitusi kita memperoleh, dv/du = -3/4
Jika persamaan Lingkaran C2 dideferensialkan/diturunkan ke u menjadi,
dv u 1
………………(43)
du v 1
Selanjutnya jika titik-titik potong w = (1/5, 2/5) disubtitusi ke dalam persamaan 43 kita
memperoleh,
dv/du = 4/3
Ini menunjukkan bahwa setiap dua garis singgung di titik perpotongan lingkaran keduanya saling
tegak lurus. (ingat: jika g 1 g 2 , maka m1m2 =-1)
SELAMAT BELAJAR !
TRANSFORMASI ELEMENTER
Dosen: Rasmuin Baco Minu
H. Transformasi Eksponensial
Transformasi Eksponensial memiliki bentuk umum berikut.
w e z ; …………………………………………………… (1)
Fungsi di atas dapat pula dinyatakan dalam bentuk
w e x (cos y i sin y ) ………………………………………(2)
Dari persamaan (2) diketahui bahwa modulus ez adalah ex sedangkan arg ez adalah y
Fungsi eksponensial memiliki bentuk umum seperti pada persamaan 1 atau persamaan 2.
Misalkan z = x+ iy, dan y = 0 (z merupakan bilangan nyata) maka kelakuan fungsi eksponensial
kompleks menyerupai fungsi eksponensial nyata yakni ez = ex. Sebalinya jika x = 0 (z merupakan
bilangan khayal murni) maka ez = eiy = (cos y + i sin y). Jika fungsi ini dinyatakan ke dalam
bentuk kutub diperoleh bentuk
w = reit = r (cos t + i sin t). ……………………………..(3)
Karena persamaan 2 sama dengan persamaan 3 maka modulus dari w yakni |w| = e x, sedangkan
argumen w adalah y. Turunan fungsi tersebut yakni d(ez)/dz = ez, dan didefenisikan untuk semua
z sehingga fungsi ini merupakan fungsi menyeluruh.
Sifat-sifat ez
Untuk setiap bilangan kompleks w san z berlaku sifat-sifat berikut:
1. ez 0
2. e0 = 1
3. ez+w = ew+z
4. ez-w = ez/ ew
___
5. e z e z
Secara serempak kedua persamaan terakhir di atas tidak mungkin. Jadi yang benar adalah ez 0.
Transformasi Eksponensial
Untuk menganalisis transformasi eksponensial kita tinjau dua kasus berikut:
Pertama. Tentukan bayangan dari garis y = b melalui transformasi w = ez
Setiap titik pada garis y = b seperti dalam Gambar 1a memiliki bentuk
z = x + ib; x ………………..………………...(4)
Berdasarkan persamaan (2) maka diperoleh bentuk
w e x (cos b i sin b) ………………….…………………(5)
Persamaan (5) di atas memiliki |w| = e x dan arg w = b. Bila x bergerak dalam interval
x menyebabkan nilai dari |w| bergerak dari 0 (tidak termasuk) hingga , atau berarti |
w| > 0. Sementara itu, arg w tetap sebesar b. Dengan demikian bayangan dari garis y = b melalui
transformasi w = ez merupakan sinar garis yang dipancarkan dari titik pusat O (tidak termasuk)
dengan sudut sebesar b, seperti dalam Gambar 1b
iy Bidang Z iv Bidang W
y=b
b b
O
O x u
Gambar 1b
Gambar 1a
Persamaan (7) di atas memiliki |w| = ec dan arg w = y. Bila y bergerak dalam interval - < y
nilai dari cos y i sin y membentuk lingkaran, sedangkan |w| = ec (tetap). Oleh karena |w|
merupakan modulus dari setiap titik yang bergerak pada bidang w maka lingkaran yang dibentuk
memiliki jari-jari ec. Dengan demikian disimpulkan bayangan garis x = c, - < y melalui
transformasi w = ez adalah sebuah lingkaran berpusat pada 0 dan berjari-jari ec, seperti dalam
Gambar 2b
iy Bidang Z iv Bidang W
ec
c
O x O u
-
x=c
Gambar 2a Gambar 2b
Kesimpulan:
Melalui transformasi eksponensial w = ez garis mendatar dipetakan menjadi sinar-sinar yang
dipancarkan dari w = 0 (tidak termasuk). Sedangkan garis tegak dipetakan menjadi lingkaran
yang berpusat di w = 0.
Contoh 1. Tentukan bayangan dari lajur-lajur berikut (seperti dalam gambar 3a).
S1: - < y , x (Lajur pokok)
S2: < y 3, x
S3: -3 < y -, x
S4: 3 < y 5, x
Penyelesaian
Setiap titik dalam lajur yang diberikan (S1) dipetakan ke seluruh bidang W (kecuali pada w = 0).
Demikian pula lajur S2, S3, dan S4 seperti dalam Gambar 3b
iy
Bidang Z iv Bidang W
5
3
0 0
0 x u
--
--3
Gambar 3b
Gambar 3a
Contoh 2. Tentukan bayangan dari garis-garis tegak A, B, dan C seperti dalam gambar 4a.
Penyelesaian (seperti ditunjukkan dalam gambar 4b)
iy
Bidang Z iv Bidang W
A B C
B’
x A’ 0 u
C’
Gambar 4a Gambar 4b
Hasil pada contoh 1 semakin memperkuat bahwa e z = ez+2kI seperti yang telah ditunjukkan dalam
pembahasan sebelumnya mengenai sifat fungsi ez.
iy Bidang z iv Bidang w
(c, b) y=b
ec
O x u
x=c
Gambar 5a Gambar 5b
66 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu
Turunan fungsi eksponensial tidak pernah nol, dalam hal ini f’(z) = ez 0. Oleh karena
itu, maka pemetaan ekponensial merupakan pemetaan serupa di mana-mana.
Perhatikan dua contoh kasus sebelumnya di atas, garis y = b dan garis x = c (gambar 5a)
oleh pemetaan w = ez masing-masing adalah sinar garis dari titik pusat (tidak termasuk pusatnya)
dengan sudut sebesar b radian dan lingkaran berrpusat di O (0,0) dan berjari-jari ec (gambar 5b).
Titik potong antara garis y = b dan x = c adalah (c, b). Bayangan titik tersebut merupakan titik
potong antara sinar garis dengan lingkaran x2+y2 = (ec)2 yakni titik ( e 2 c b 2 , e 2 c c 2 )
(ingat: setiap garis yang ditarik dari titik pusat lingkaran akan berpotongan tegak lurus dengan
garis singgung lingkaran yang memalui titik potong tersebut. (perhatikan gambar 5b). Dengan
demikian melalui pemetaan w = ez besar sudut maupun arahnya tetap terpelihara.
I. Transformasi Logaritmik
Fungsi logaritmik memiliki bentuk
w = log z …………………………………………………..(8)
merupakan invers fungsi eksponensial ez, sebagaimana sifat fungsi logaritmik berikut,
Log (ez) = z …………………………………………………..(9)
Andaikan bahwa konsep yang diwakili oleh persamaan 8 adalah perluasan dari logaritmik nyata
(logaritma natural) ln x, yakni, jika z bilangan nyata positif (z > 0) maka,
Log z = ln z , ……………………………………….(11)
Dengan konsep seperti dalam persamaan 11, maka persamaan 8 dapat dinyatakan ke dalam bentuk,
w = ln |z| + i argz; z 0 , - < argz , …….…………(12)
Turunan dari fungsi logaritmik yakni d(log z)/dz = f’(z) = 1/z, dalam hal ini
terdefenisikan untuk semua z kecuali z 0. Oleh karena itu, fungsi ini analitik di mana-mana
kecuali pada titik singular z = 0.
Sifat-sifat log z
1. log (zw) = log z + log w
2. log (z/w) = log z - log w
3. log (ez) = z
4. elog z = z
5. log (zp) = p log z, untuk setiap bilang rasional p dalam bentuk paling sederrhana
Bukti log (zw) = log z + log w
log (zw) = ln |zw|+ i arg zw
= ln |z||w|+ i arg zw
= ln |z|+ ln|w|+ i arg z + i arg w
= (ln |z|+ i arg z) + (ln|w|+ i arg w)
= log z + log w
Bukti log (ez) = z
Transformasi Logaritmik
Transformasi seperti dalam persamaan 8 di atas menyatakan secara sederhana bahwa log
z mengambil bidang z sebagai dareah defenisi (kecuali pusatnya) dan memetakannya ke lajur
pokok - < v , u pada bidang W. Oleh karena persamaan 8 dapat dinyatakan dalam
bentuk (seperti halnya dalam persamaan 12),
w = ln |z| + iargz; z 0 , - < argz , …………(13)
maka diperoleh,
u = ln|z| dan v = arg z ……………………….(14)
Jika z berubah-ubah pada semua nilai kecuali z = 0 maka |z| berubah-ubah dari 0 hingga
sehingga ln|z| berubah-ubah dari - hingga . Akibatnya, u memiliki nilai dalam interval
u . Di pihak lain, sesuai definisi dalam persamaan 12 atau 13 yakni - < arg z
maka diperoleh - < v . Dua hubungan yang terakhir menyatakan bahwa bayangan dari
transformasi bidang z (kecuali z = 0) adalah lajur pokok - < v , u (lihat gambar 6a
dan 6b)
iy
Bidang Z iv Bidang W
0
0
0 x u
--
Gambar 6b
Gambar 6a
iy Bidang z iv Bidang w
A
a b radian A’(ln a, b) v=b
O x u
u = ln a
Gambar 6a Gambar 6b
Pemetaan logaritmik adalah serupa dimana-mana, kecuali pada setiap titik di sumbu
nyata tak positif (x < 0). Misalkan D1: x2 y2 a , dan D2 : Sinar garis dari titik pusat (tidak
termasuk) dengan besar sudut b radian (gambar 11a). Melalui transformasi w = log z = ln|z| + i
argz dipetakan menjadi garis u = ln a dan v = arg z = b (gambar 6b). Nampak bahwa sinar garis
dan lingkaran yang berpotongan tegak lurus di titik A(a cos b, a sin b) memiliki peta A’(a, b),
yang tidak lain adalah titik potong antara garis u = a dan v = b. Kedua garis ini berpotongan
tegak lurus sebagaimana halnya antara sinar garis dan lingkaran dalam gambar 6a. Dengan
demikian melalui pemetaan w = log z besar sudut maupun arahnya tetap terpelihara.
TRANSFORMASI ELEMENTER
Dosen: Rasmuin Baco Minu
x berubah-ubah dalam interval x maka bayangan y = 0 pada bidang W adalah
2 2
1 u 1 , dan v = 0 (lihat gambar 12)
iy Bidang Z iv Bidang W
-/2 /2 -1 1
A O B x A’ O B’ u
Gambar 12
Gambar 11
v = sinhy
Karena y berubah-ubah dari - ke pada sumbu khayal maka sinh y beubah-ubah dari - ke
atau - v , sedangkan u tetap pada 0 (nol).
iy Bidang Z iv Bidang W
A A’
O O
x u
B B’
Gambar 13 Gambar 14
iy Bidang Z iv Bidang W
Sinh b
.y = b
-/2 /2 -cosh b cosh b
O
O x u
Gambar 15 Gambar 16
Dibawah transformasi w = sin z sembarang garis tegak x = c; c k/2, k = bil. bulat (lihat
gambar 17), dipetakan ke setengah sebelah kanan atau setengan sebelah kiri hiperbola,
u2 v2
1 ………………………………………………………..…………(18)
sin 2 c cos 2 c
bergantung pada apakah 2k < c < 2k + atau 2k- < c < 2k. (lihat gambar 18)
Perhatikan kembali persamaan 11 dan 12. Jika x = c maka persamaan 11 menjadi
.u = sin c cosh y ……………………………………………………………..………(19),
sedangkan persamaan 12 menjadi
v = sinh y cos c ………………………………………………………………..…… (20)
Persamaan 14 dan 15 masing-masing dapat diubah menjadi
cosh y = u/ sin c …………………………………………….……………………….(21)
sinh y = v/ cos c ………………………………………………………………….… (22)
Jika persamaan 13 dan 14 dikuadratkan kemudian diperkurangkan diperoleh persamaan 18.
Sekarang, perhatikan kembali persamaan 19. Jika c k/2 dalam interval 2k < c < 2k +
(kuadran I & II), maka nilai sin c berada dalam interval 0 < sin c < 1, sementara itu dalam
interval - < y < nilai cosh y 1. Akibatnya nilai u berada dalam interval sin c u < .
Selanjutnya perhatikan persamaan 20. Jika c k/ dalam interval 2k < c < 2k + (kuadran I
& II), maka nilai cos c berada dalam interval 0 < cos c < 1 pada kuadran I dan -1 < cos c < 0
pada kuadran II. Sementara itu dalam interval - < y < nilai sinh y 0 jika y 0, atau sinh y
< 0 jika y < 0. Akibatnya nilai v berada dalam interval - < y < .
Dari kedua kondisi di atas, Jika c k/2 dalam interval 2k < c < 2k + , maka garis
tegak x = c, dipetakan ke setengah bagian kanan hiperbola (pada persamaan 18). (Analog dengan
cara tersebut penggal garis x = c k/2, 2k - < c < 2k dipetakan ke setengah bagian kiri
hiperbola. Tunjukkan!)
Bidang Z
iy iv Bidang W
-sin c sin c
O
O x u
.x = c; .x = c;
2k - < c < 2k 2k < c < 2k + ,
Gambar 17 Gambar 18
u px
v qy
………………………………………………………………………(25)
Dengan demikian setiap titik dapa bidang Z dipetakan ke bidang sejauh vektor (/2, 0). Oleh
karena x = /2 dan y berubah-ubah, dengan menggunakan persamaan 25 maka,
u x p / 2 / 2 0
v yq 00 yyy
Jadi dengan menggunakan transformasi linier =(z +/2) maka bayangan dari x = -/2 pada
bidang adalah sumbu khayal u = 0 (lihat gambar 20).
Selanjutnya dengan menggunkan transformasi w = sin bayangan dari u = 0 pada bidang w
adalah sumbu khayal u = 0 seperti dalam gambar 21. (lihat prosedur pada contoh 2 )
A A’ A”
O x O u O u
B B’ B”
x = -/2