Anda di halaman 1dari 75

MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS

Rasmuin Baco Minu

BAHAN AJAR MATA KULIAH ANALISIS KOMPLEKS

BILANGAN KOMPLEKS
Dosen: Rasmuin Baco Minu
Pertemuan ke-1
1. Bilangan Kompleks dan Aljabarnya
Bilangan kompleks dalam struktur sistem bilangan merupakan gabungan antara bilangan Real

(R) dan bilangan Khayal atau Imaginer (I). Perhatikan bagan struktur sistem bilangan di bawah

ini

C
A 0 N

B P

Q M

R I

Keterangan:
A = Bilangan Asli, C = Bilangan cacah, N = Bilangan-bilangan bulat negatif, B = Bilangan bulat,
P = Bilangan pecahan, Q = Bilangan Rasional, M = Bilangan Irasional, R = Bilangan real
(nyata), I = Bilangan imajiner (khayal), K = Bilangan Kompleks
Sistem bilangan kompleks dapat diperkenalkan secara formal dengan menggunakan konsep
“pasangan terurut” bilangan nyata (a, b). Himpunan semua pasangan tersebut dengan semua
operasi tertentu yang sesuai padanya didefenisikan sebagai sistem bilangan kompleks. Himpunan
bilangan kompleks didefenisikan sebagai keseluruhan besaran yang berbentuk,
a +ib atau a+bi ………………….. (1)
dalam hal ini a, b adalah bilangan nyata dan i = -1 bilangan khayal.
Jika z = a + ib merupakan suatu bilangan kompleks, maka a dinamakan bagian nyata (real
part) dan b dinamakan bagian khayal (imaginary part) dari z atau bias dinyatakan dengan
symbol R(z) untuk bagian nyata dan I(z) untuk bagian khayal. R(z) maupun I(z) merupakan
bilangan nyata.
Jika R(z) = 0 dan I(z)  0 maka z merupakan bilangan khayal murni (pure imaginary),
khususnya jika I(z) = 1 maka z =i yang tidak lain merupakan bilangan satuan khayal. Sedangkan
bila R(z) 0 dan I(z) = 0 maka z merupakan bilangan nyata sehingga orang bias memandang
bilangan nyata dengan z = x +0i.

1 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Selanjutnya zn = xn+iyn; n = 1,2,3 menyatakan tiga bilangan kompleks dengan R(zn) = xn


dan I(zn) = yn.
(i) Kesamaan bilangan kompleks z1 dan z2, yakni z1 = z2 jika dan hanya jika x1=x2 dan y1=y2
(ii) Jumlah dua bilangan kompleks z1 dan z2 didefenisikan sebagai,
z1 + z2 = (x1+x2)+i(y1+y2)
(iii) Perkalian dua bilangan kompleks z1 dan z2 didefenisikan sebagai;
z1z2 = (x1x2-y1y2)+ i(x1y2+x2y1)
(iv) Bilangan nol (elemen netral penjumlahan bilangan kompleks) dan bilangan satuan (elemen
netral perkalian bilangan kompleks) masing-masing dinyatakan dengan,
0+0i =0 dan 1+0i = 1, sehingga berlaku,
z+(0+0i) = z dan z(1+0i) = z
(v) Negatif dari z (invers penjumlahan) adalah –z = -x –iy, sehingga berlaku,
z +(-z) = 0 = 0+0i
(vi) Selisih dua bilangan kompleks z1 dan z2 didefenisikan sebagai,
z1 +(- z2) = (x1-x2)+i(y1-y2)
(vii) Untuk suatu bilangan kompleks yang bukan nol z =x +iy terdapat satu dan hanya satu
bilangan kompleks z-1 atau 1/z (invers perkalian) sedemikian sehingga zz-1 = 1 yakni,
x y
z 1   2 i
(x  y ) (x  y 2 )
2 2

(viii) Pembagian dua bilangan kompleks z1 dan z2 didefenisikan sebagai;


1 x1 x 2  y 1 y 2 x 2 y1  x1 y 2
z1 / z 2  z 1 z 2   i
( x 22  y 22 ) ( x 22  y 22 )
(ix) Operasi kesekawanan bilangan kompleks z didefenisikan sebagai,
z  x  iy

Sifat-sifat Aljabar Bilangan Kompleks


Operasi-operasi yang didefenisikan di atas memenuhi hukum-hukum berikut:
1. Hukum Komutatif : z1 + z2 = z2 + z1 dan z1z2 = z2 z1
2. Hukum Asosiatif : z1 +( z2 + z3) = (z1 + z2) + z3 dan z1(z2z3) = (z1z2) z3
3. Hukum distributive : z1(z2 + z3) = z1z2 + z1z3
4. Hukum distributif kesekawanan :
_________ __ __ _________ __ __ _________ __ __
z1  z 2  z1  z 2 z1  z 2  z 1  z 2 z1 z 2  z1 z 2

_________ __ __
z1 / z 2  z1 / z 2
__
5. z z
6. zz  [ R( z ) 2  I ( z ) 2 ]

1 1
Tunjukkan bahwa x  ( z  z ) dan y  (z  z)
2 2i

2 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

BAHAN AJAR MATA KULIAH ANALISIS KOMPLEKS

BILANGAN KOMPLEKS
Dosen: Rasmuin Baco Minu
Pertemuan ke-2
2. Geometri Bilangan Kompleks
Beberapa ketentuan dasar untuk memahami bentuk geometri dari bilangan kompleks, yakni:
(i) Bilangan nyata digambarkan dengan sumbu x dan bilangan khayal dengan sumbu y
(ii) |a-b| menyatakan jarak antara a dan b
(iii) Persamaan dengan dua variable digambarkan sebagai kurva (garis) dalam
bidang datar
Bilangan kompleks z = a+ib dipadankan dengan titik (a, b) di bidang datar dan sebaliknya.
Oleh karena itu antara z = a+ib dan (a, b) tidak dapat dibedakan dalam penjelasan-penjelasan
selanjutnya. Selain itu, kita juga dapat mengidentifikasi bilangan kompleks z = a + ib sebagai
vektor, yakni vektor pada bidang datar yang berpangkal di titik pusat (0,0) dan berujung pada
titik (a, b).
Karena bilangan kompleks dapat dinyatakan ke dalam bentuk vektor pada bidang datar
maka perlu untuk diketahui panjang vektor (modulus) dan besarnya salah sudut (argumen) yang
manapun antara garis berarah (vektor z) dengan sumbu nyata positif.
Modulus didefenisikan sebagai,
| z | (a 2  b 2 ………………….. (2)
sedangkan argumen z didefenisikan sebagai
arg z =  = arc Sin (b/|z|) , atau arc cos (a/|z|), atau arc Tg (a/b) ………………….. (3)
Perhatikan gambar 1 di bawah ini.

Sumbu Khayal
z = a+ib
ib

 Arg z
a O Sumbu nyata

Gambar 1. Bentuk geometri bilangan kompleks z = a + ib

Dari gambar di atas ada 4 catatan penting berkaitan dengan konsep bilangan kompleks yakni,
(i) Modulus z tidak lain adalah jarak titik z ke titik pusat, khususnya jika z = a+ib adalah nyata
(b=0), maka,
| z | a 2 | a | . ………………….. (4)
Yang tidak lain adalah harga mutlak bilangan nyata a. Ini menunjukkan bahwa bilangan
kompleks dapat dipikirkan sebagai pengembangan konsep nilai mutlak bilangan nyata

3 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

(ii) Konsep |z| yang menyatakan jarak linier antara 0 dan z dapat dikembangkan secara alami
untuk mendefenisikan sembarang jarak antara dua bilangan kompleks z = a+ib dan w =
c+id sebagai besaran |z – w|, yakni,
| z  w | ( a  c ) 2  (b  d ) 2 ………………….. (5)
(iii) Argumen nol tidak dapat didefenisikan secara berarti, karena secara aljabar kita berhadapan
dengan bentuk 0/0, dan secara geometri vektor nol yakni z = 0 tidak mempunyai panjang,
sehingga tidak dapat membentuk sudut dengan sumbu nyata positif.
(iv) Argumen bilangan kompleks bukanlah suatu besaran tunggal, karena setiap z  0
mempunya tak terhingga banyaknya argumen khusus, yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya dengan kelipatan 2
Untuk sembarang bilangan kompleks z  0, nilai utama arg z didefenisikan sebagai nilai
tunggal arg z yang memenuhi bilangan,
- < arg z  
Nilai ini ditulis dengan Arg z (Dengan huruf kapital A). Jadi berdasarkan catatan (iv) maka,
arg z = Arg z + 2k, k = 0, 1, 2, … ………………….. (6)
Contoh 1. Diktehaui z = 1 +i, tentukan modulus dan Argumen utamanya.
Jawab : | z |  12  12  2

Arg z = arc tg (1) = /4


arg z = Arg z + 2k, k = 0, 1, 2, …
Contoh 2. Tentukan bilngan kompleks z yang diketahu |z| = 2 dan arg z  = /4.
Jawab : Misalkan z = x+iy
2 y
Sin  = y/|z| maka  atau y =2
2 2

2 x
Cos  = x/|z| maka  atau x =2
2 2

Jadi bilangan kompleks yang di cari adalah z = 2 + i2


Sifat-sifat dari |z|
Untuk setiap bilangan kompleks z dan w berlaku sifat-sifat berikut:
1. | z ||  z || z |
2. |z-w| = | w- z|
3. | z |2 | z 2 | zz ; jadi jika z  0, 1/z = z /|z|2
4. |zw| = |z||w|
5. |z/w| = |z|/|w| untuk w  0
6. |z+w|  |z| + |w|
7. ||z|-|w||  |z - w|
8. |z|-|w|  |z +w|
Sifat 6 dikenal sebagai ketaksamaan segitiga

4 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Bukti: |z+w|  |z| + |w|


________
|z+w|2 = ( z  w)( z  w) (sifat 3)
__ __
= ( z  w)( z  w)

= z z  ww  z w zw

= | z |2  | w |2 2 R ( zw ) sifat 3 dan ( z w zw )  2 R ( zw )

 | z |2  | w |2 2 | zw | ( R( z ) | z | )

= | z |2  | w |2 2 | z || w | (| z |  | w |) 2
Karena besaran-besaran dalam langkah pertama dan terakhir tidak negatif maka ketidaksamaan
segitiga terpenuhi
Korespondensi antara konsep-konsep geometri analitik dengan bilangan kompleks dapat
ditingkatkan dengan menyajikan bentuk kompleks persamaan pada bidang datar (perhatikan
contoh 2).
Contoh 2. Tunjukkan bahwa persamaan |z+i| =2 merupakan lingkaran. Tentukan pusat dan jari-
jarinya.
|z+i| = 2 atau dapat diubah menjadi |z-(-i)| = 2. Perasamaan terakhir ini menyatakan bahwa jarak
antara titik-titik pada z = x+iy ke titik tertentu z =-i sama dengan 2. Lingkaran ini berpusat pada
–i atau (0,-1) dan berjari-jari 2.
Dengan cara aljabar kita dapat nyakan z = x +iy, sehingga,
|z-(-i)| = 2  | x +iy -(-i)| = 2
 | x -i(y +1)| = 2
 (| x –i(y +1)|)2 = 4 (kedua ruas dikuadratkan)
 {x –i(y +1)}{ x +i(y +1)} = 4 (Sifat 3)
 x2 +(y +1)2 = 4 Dalam kuliah geometri analitik datar persamaan terakhiur ini
merupakan persamaan lingkaran yang berpusat di titik (0,-1) dengan r = 2. Pusat
(0, 1) dalam refresentasi bilangan kompleks tidak lain adalah bilangan z = 0 -i
atau z = -i

Bentuk Kutub Bilangan Kompleks


Seperti kita ketahui bahwa sebuah titik koordinat (x,y) pada bidang datar dapat dinyatakan ke
dalam koordinat kutub (r, ) dimana hubungan antara kedua system koordinat tersebut adalah,
x = r cos  dan y = r sin  …………..(7)
dimana,
r x2  y2 dan  = arc tg (y/x) ………..(8)
Sekarang, jika diberikan bilangan sembarang z = x + iy, kemudian kita subtitusi persamaan (7)
ke dalam persamaan terakhir di atas akan diperoleh bentuk,

5 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

z = r cos  + ir sin  = r(cos  + isin )…….(9)


Persamaan 9 di atas biasanya ditulis dengan z = r cis  dan merupakan bentuk kutub dari
bilangan kompleks z = x +iy dimana,
r = |z| dan  = Arg z
Contoh 3: Nyatakan z = -2+i2 dan ke dalam bentuk kutub
r = | z | ( 2 ) 2  ( 2 ) 2  4 2

 = arc tg(-2/2) = arc tg(-1) = 3/4,


jadi arg z = 3/4  2k, dan diperoleh argumen utama Arg z = 3/4. Sehingga bentuk kutubnya
adalah 2 cis (3/4)

Kesamaan bentuk kutub bilangan kompleks


Misalkan dua bilangan kompleks yakni,
z = r cis t dan w =  cis,
maka keduanya dikatakan sama (z = w) jika dan hanya jika,
r= dan t =  + 2k ; k = bilangan bulat
Selanjutnya, jika diketahuu dua bilangan kompleks,
z1 = r1 cis t1 dan z2 = r2 cis t2, maka berlaku kaidah-kaidah berikut ini:
1. z1 z2 = r1r2 cis (t1+t2) ………………………………………………….….(10)
2. z1/ z2 = r1/r2 cis (t1-t2) untuk z2  0 …………………….…………………(11)
3. Jika z1=z2 =z = r cis t, maka z1  z 2  z  r cis 2t ………….…..…….(12)
2 2 2 2

Secara umum perpangkatan bilangan kompleks zn, untuk n bilangan bulat n  0 berlaku,
zn = rn cis nt ………….……..(13)
Perluasan untuk n bulat negatif (n<0) dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan (11)
dengan mengambil z1 = 1 dan z2 = zn
Dengan menggunakan rumus persamaan (13) kita dapat menghitung akar ke n dari suatu
bilangan kompleks c, atau menyelesaikan bentuk,
zn – c = 0 ……………..…….(14)
untuk semua akarnya. Jadi jika diberikan c =  cis  , maka persamaan (14) menjadi,
rn cis nt =  cis  ……….….. (15)
Dari persamaan (15) diperoleh hubungan,
1
rn = atau r =  1/n dan tk = (  2k ) ; k = bilangan bulat
n
Karena r bilangan nyata tak negatif (r=|z|), maka  1/n
merupakan akar pangkat n tak negatif dan
nyata dari . Selanjutnya, jika untuk k diambil bilangan bulat berurutan misalnya k = 0, 1, 2, 3,
…(n-1) kita akan memperoleh n nilai berbeda untuk t, yang jika kita gabungkan dengan  1/n

akan menghasilkan n akar pangkat n dari c, yakni,


zk =  1/n cis tk ……………(16)

6 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Contoh 4: Carilah akar pangkat tiga dari i


Penyelesaian:
Diketahui z = i yang dalam bentuk kutub adalah 1 cis /2,
Ditanyakan z3 = i ……?
z3 = i, sehingga r3 cis 3t = 1 cis /2
r3 = 1 dan 3t = /2 + 2k
r = 1 dan tk =1/3(/2 + 2k)
k = 0 maka t0 = /6 sehingga diperoleh, z0 = cis /6 = ½(3 +i)
k = 1 maka t1 = 5/6 sehingga diperoleh, z1 = cis 5/6 =-½(3 -i)
k = 2 maka t2 = 3/2 atau -/2 sehingga diperoleh z1 = cis (-/2) = -i

Padanan Geometri dari Operasi Aljabar Pada Bilangan Kompleks


Kesekawanan bilangan kompleks, tidak lain adalah pencerminan terhadap sumbu nyata x.
Ini mudah dilihat karena kesekawanan bilangan kompleks hanya menegastikan.menegatifkan
bagian khayalnya (lihat gambar 2(a)).
Penjumlahan dua bilangan kompleks berpadanan dengan penjumlahan dua vektor
berdimensi dua, sehingga penjumlahan bilangan kompleks dapat dilakukan dengan
menjumlahkan komponen-komponen yang bersesuaian. Secara geometri dapat digunakan
“aturan jajaran genjang” yakni “bilangan kompleks jumlah” dilukiskan sebagai vektor yang
ditarik dari titik pusat (0,0) ke titik ujung vektor kompleks kedua (lihat gambar 2(b)). Demikian
pula selisih dua bilangan kompleks dapat menggunakan aturan pengurangan dua vektor (lihat
gambar 2(c)).
Geometri hasil kali dua bilangan kompleks lebih mudah dan jelas jika dijabarkan dengan
menggunakan bentuk kutubnya. Misalkan diberikan z1 dan z2 (lihat gambar 2(d)). Pilih z = 1
pada sumbu nyata, dan buat segitiga 1 (0, 1, z1). Selanjutnya dengan vector z2 sebagai salah satu
sisinya, bentuk pula segitiga 2(0, z2, P) yang sebangan dengan segitiga 1. P merupakan bilngan
komplek yang di cari yakni P = z1z2
Dengan sifat kesebangunan 1 dan 2 dapat dijabarkan sebagai berikut:
1 |z |
 1 ,
| z2 | | P |

sehingga diperoleh |P| = |z1||z2| sebagai modulus dari z1z2, dan


arg P = (t1 + t2).
Maka dipenuhi P = z1z2.
Pembagian bilangan kompleks dapat dilakukan analog dengan cara perkalian bilangan
kompleks.
z1+z2
z1
z = x + iy
z2
7 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

z  x  iy z

Gambar 2(a). z dan z Gambar 2(b). z1 + z2


P

z2
z1
z1-z2
z2 z1
1

-z2
Gambar 2(c). z1 - z2 Gambar 2(d). z1z2
z1
z2

0 1

Gambar 2(e). z1/z2


Pembagian bilangan kompleks dapat dilakukan analog dengan cara perkalian bilangan
kompleks, Misalkan diberikan z1 dan z2 (lihat gambar 2(e)). Buat segitiga 1 (0, z1, z2).
Selanjutnya dengan vector 1 sebagai salah satu sisinya, bentuk pula segitiga 2 (0, D, 1) yang
sebangan dengan segitiga 1, dimana D merupakan bilngan kompleks yang di cari yakni D = z1/z2
Melalui sifat kesebangunan 1 dan 2 kita dapat dijabarkan sebagai berikut:
1 |D|
 ,
| z 2 | | z1 |

sehingga diperoleh |D| = |z1|/|z2| sebagai modulus dari z1/z2, dan


arg P = (t1 - t2).
Maka dipenuhi pula D = z1/z2.

8 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

BAHAN AJAR MATA KULIAH ANALISIS KOMPLEKS

FUNGSI ANALITIK
Dosen: Rasmuin Baco Minu
Pertemuan ke-3
3. Lingkungan z
Misalkan z0 adalah suatu titik pada bidang datar dan r adalah bilangan nyata positif, lingkungan-r
bagi z0 didefenisikan sebagai seluruh titik-titik z pada bidang datar sedemikian sehingga:
|z-z0| < r, dan ditulikan dengan, N(z0, r)
Sementara itu lingkungan-r terhapus bagi z0 didefenisikan sebagai seluruh titik-titik z pada
bidang datar sedemikian sehingga:
0 < |z-z0| < r, dan ditulikan dengan, N*(z0, r)
Dari dua kondisi di atas, mudah dilihat bahwa N(z 0, r) merupakan cakram yang berpusat pada z0
berjari-jari r tetapi tidak termasuk kelilingnya. Sementara N*(z 0, r) merupakan cakram yang
sama dengan N(z0, r) akan tetepi juga tidak termasuk titik pusatnya.
Contoh 3.1. (1). Lukiskan N(i, 1) dan N*(i,1) (2) Lukikan N*(0, ),  dibaca “epsilon”
Lingkungan-1 bagi i merupakan bagian dalam (interior) dari lingkaran |z-i| = 1, yakni terdiri dari
semua titik sedemikian |z-i| < 1 (lihat gambar (i)). Lingkungan-1 terhapus bagi i merupakan
bagian dalam (interior) dari lingkaran |z-i| = 1 selain pusatnya (lihat gambar (ii)). Sedangkan
Lingkungan- terhapus bagi 0 merupakan bagian dalam (interior) dari lingkaran |z| =  selain
titik pusatnya (0,0) (lihat gambar (iii)).

2i 2i

N(i,1) N*(i,1)
i i
N*(0,)
 

(i) N(i, 1) atau |z-i|< 1 (ii). N*(i,1) atau 0 <|z-i|< 1 (iii) N*(0, ) atau 0< |z|< 
Jika diketahui S adalah himpunan titik pada bidang datar, maka komplemen dari S adalah
himpunan semua titik pada bidang datar yang tidak termasuk dalam S (lihat gambar (iv))

S’

(iv)
(i) Misalkan S adalah cakram |z| < 2. Batas dari S adalah lingkaran |z| = 2, sebab setiap
pengambilan titik sembarang w pada lingkaran dan melukis N(w,r) untuk sembarang r>0,
9 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

bagaimanapun kecilnya r, maka N(w,r) pasti memuat titik anggota S dan titik anggota S’. S
tidak memuat batasnya
(ii) Misalkan T “lajur takberhingga” terdiri dari semua titik z dengan 1<I(z) 3. Batas dari T
terdiri dari y = 1 dan y =3. Jadi T memuat sebagian tetapi tidak semua batasnya.
(iii) Jika V himpunan semua titik z dengan 1  |z-i|  2 maka batas dari V adalah lingkaran |z-i|
= 1 dan |z-i| = 2. Jadi V memuat semua batasnya
Jadi suatu himpunan dapat tidak memuat batasnya, memuat semua batas-batasnya serta
memuat sebagian (tidak seluruhnya) batasnya. Himpunan yang tidak memuat batasnya disebut
sebagai himpunan terbuka, yang memuat seluruh batasnya disebut himpunan tertutup,
sedangkan yang hanya memuat sebagian batasnya disebut himpunan terbuka-tertutup.
Konsep himpunan seperti di atas terutama himpunan terbuka sangat penting dikaji dalam
pembisaraan bilangan kompleks, karena akan berhubungan dengan analitisitas fungsi kompleks.
Dalam bahasan selanjutnya kita akan menggunakan istilah region untuk menyatakan himpunan
terbuka tak kosong, serta istilah region tertutup untuk menunjukkan region berikut batasnya.
Suatu himpunan B dikatakan berbatas (bounded) jika dapat ditemukan lingkaran |z| = M
yang memuat seluruh B. Jadi B berbatas jika dapat ditemukan bilangan positif M sedemikian
sehingga |z| < M untuk setiap z dalam himpunan B. Jika M semacam itu tidak dapat ditemukan,
maka himpunan tersebut dikatakan takterbatas (unbounded).
Contoh 3.2.
1. Suatu lingkungan atau lingkungan terhapus bagi sembarang titik z adalah region
2. Himpunan R(z) > 1 merupakan himpunan takterbatas
3. Himpunan 1  |z| < 3, merupakan himpunan berbatas
4. Himpunan 1 < I(z)  3 merupakan himpunan takjterbatas
Tugas:
1.Carilah batas tiap himpunan yang diberikan, tentukan apakah himpunan tersebut terbuka,
tertutup, atau tidak keduanya. Apakah juga merupakan himpunan berbatas atau takterbatas
a. |z| < 1 b. |z-i|  3 c. –2 < R(z) <0
2.Ambillah sebuah himpunan dengan hanya satu anggota, apakah himpunan dengan satu-
satunya titik itu terbuka, tertutup, atau tidak keduanya. Berikan alasannya.

2. Defenisi dan Geometri Elementer pada Fungsi Kompleks


Defenisi fungsi kompleks identik dengan defenisi fungsi real (nyata). Oleh karena itu, jika
variable bebas nyata x diganti dengan variable kompleks z dan variable tak bebas y diganti
dengan w, maka padanan fungsi kompleks dari fungsi rill y = f(x) adalah w = f(z). Varibel
kompleks z di sini merupakan titik umum dari himpunan tertentu pada bidang datar. Defenisi
formal dari fungsi variable kompleks dapat dinyatakan sebagai pasangan terurut (z,w) yang
memenuhi syarat-syarat tertentu.

10 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Misalkan D adalah himpunan titik-titik pada bidang datar. Andaikan dikenakan aturan f
yang memadankan/mengawankan setiap titik z pada D dengan tepat satu dan hanya satu titik w
pada bidang datar, maka f dinamakan fungsi variabel kompleks (atau fungsi kompleks), dan
dinyakan dengan
w = f(z).

Himpunan D dinamakan Domain (daerah asal) fungsi f dan besaran f(z) adalah nilai f
pada z atau bayangan z dibawah f. Contoh-contoh fungsi variable kompleks,
w = z, w= 5i w = x-iy2 w = 3z2-16z8
Andaikan ada fungsi f pada domain D serta fungsi lain g pada domain E. Andaikan
selanjutnya untuk setiap z pada D, f(z) pada E, atau dengan kata lain nilai fungsi f berada pada
domain g, maka untuk setiap z pada D, g(f(z)) merupakan fungsi yang terdefenisikan pada D
dan merupakan fungsi majemuk f dan g.
Contoh 3.3. Misalkan f(z) = 3z + i dan g(z) = z2 +z-i maka,
g(f(z)) = g(3z + i) = (3z + i)2 + (3z + i) + i = 9z2 +(3+6i)z
f(g(z)) = f(z2 +z-i) = 3(z2 +z-i) + i = 3z2 +3z + i
Perhatikan bahwa g(f(z)) tidak sama dengan fungsi g(f(z)) yakni fungsi yang
terdefenisikan pada E. Sehingga disimpulkan fungsi majemuk pada fungsi variabel kompleks
berlaku,
f(g(z))  g(f(z))
Fungsi w = f(z) dapat diuraikan dan dipikirkan sebagai jumlah dua fungsi yang masing-
masing merupakan fungsi rill, yakni,
f(z) = u(x,y) + iv(x,y) atau disingkat menjadi f(z)= u + iv,
dengan fungsi rill dimaksud adalah u(x,y) dan v(x,y). Jika bentuk koordinat siku-siku di atas
diganti dengan bentuk kutub akan menjadi,
f(z) = u(r,) + iv(r,)
Contoh 3.4. Misalkan f(z) = z2 + z + 1 maka dengan mengambil z = x + iy maka f(z) dapat
diubah menjadi,
f(z) = (x2-y2+x+1) + i(2xy+y), dimana,
u(x,y) = (x2-y2+x+1) dan v(x,y) =(2xy+y),
dalam bentuk kutub menjadi,
f(z) = (r2cos2- r2sin2 + rcos +1) + i(2r2 cos sin+rsin), dimana
u(r, ) = (r2cos2- r2sin2 + rcos +1) dan v(r, ) = (2r2 cos sin+rsin),
Menurut defenisi setiap nilai tunggal variabel z = x+iy dalam D fungsi f menghasilkan nilai
tunggal w = f(z) = u+iv sebagai variabel tak bebas. Masing-masing variable yakni z dan w
memiliki dua dimensi dan gabungannya memiliki empat dimensi sehingga sulit untuk
digambarkan. Karena kesulitan ini, maka untuk memudahkan menggambarkannya, dapat
dilakukan pada dua bidang kompleks, masing-masing disebut sebagai,
Bidang-z dan bidang-w

11 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Jadi jika diketahui duatu fungsi w =f(z) untuk setiap z = x+iy di dalam domainnya pada
bidang z, dapat digambarkan padanannya pada w = u+ iv dalam bidang w.
Contoh 3.5. Gambarkan grafik dari w  z untuk tiga titik berikut ini beserta segitiga yang
dibentuk ketiganya yakni, z1 =2+3i, z2 = 1-2i, dan z3 = -2
Penyelesaian:
z 1  2  3i, maka z 1  2 - 3i; z 2  1 - 2i maka z 2  1  2i, dan z 3  - 2 maka z 3  - 2

Bidang- z Bidang- w
y v

x u

Tugas: (1) Gambarkan grafik dari w = z2 untuk tiga titik yang diberikan yakni z1 = i, z2 = 1+2i,
dan z3 = -1
1 z
(2). Gambarkan grafik fungsi w  dengan mengambil domain pada bidang z
1 z
berbentuk |z|  1

Selamat belajar !
rbm, baus, 09.11.06/10.43 wib

12 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

BAHAN AJAR MATA KULIAH ANALISIS KOMPLEKS


FUNGSI ANALITIK

Pertemuan ke-4
3. Limit Fungsi Kompleks
Misalkan suatu fungsi kompleks w = f(z) diberikan dengan domain D dan misalkan z0 adalah
titik tetap di dalam D atau pada batas D. Andaikan sekarang variabel z mendekati z 0 sepanjang
sembarang jalur P yang terletak seluruhnya dalam D. Jelas bahwa untuk setiap z sepanjang P,
fungsi tersebut menghasilkan suatu titik f(z) di dalam bidang-w (lihat gambar (i))

P
z f(z)
z0 L

N*(z0,) N*(L,)

Gambar (i) limz fz ( z )  L


0

Jika nilai-nilai f(z) ini mendekati suatu bilangan tertentu L di dalam bidang w maka dapat
dikatakan bahwa, untuk z mendekati z0, limit f(z) adalah L, dan dituliskan,
lim f ( z )  L
z  z0

Secara formal dapat dikatakan limit f(z) untuk zz0 adalah L jika dan hanya jika diberikan
sembarang N*(L,) dapat ditemukan suatu N*(z0, ) sedemikian sehingga bila titik z adalah
anggota D yang terletak dalam N*(z0, ) maka f(z) ada dalam N*(L,)
atau
Jika L merupakan limit f untuk z mendekati z0, maka harus dapat ditempatkan f(z) sedekat
mungkin ke L dengan cara mengambil titik z cukup dekat ke z0
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
(i) titik z0 pada defenisi di atas tidak perlu berada dalam domain f, bahkan f(z) tidak harus
terdefenisi di z0.
Contoh 3.1. Misalkan fungsi berikut,
z2  9
f ( z) 
z3
mempunyai limit sema dengan 6, untuk z 3, walaupun f(3) tidak terdefenisi (karena bentuk
0/0). Meskipun dibolehkan demikian, akan tetapi “paling tidak” z0 berada pada “batas domain
f”, sehingga z dapat mendekati z0 melalui nilai-nilai yang diperbolehkan, yakni sepanjang
nilai-nilai yang membuat f(z) didefenisikan.
(ii) Defenisi limit tidak menyebutkan secara khusus dari arah mana z mendekati z 0. Bahkan
defenisi tersebut mensyaratkan bahwa “agar suatu limit ada” nilai L “harus tidak
13 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

bergantung” dari arah pendekatannya. Dengan kata lain limit fungsi f tidak ada jika zz0
sepanjang dua jalur/arah yang berbeda, nilai limitnya mendekati dua nilai yang berbeda pula.
Contoh 3.2. Misalkan fungsi f(z) berikut ini,
2 xy x2
f ( z)   i tidak memiliki limit untuk z mendekati 0.
x2  y2 y 1

Pertama, buat z mendekati 0 sepanjang sumbu nyata (y=0) maka diperoleh hubungan,
Lim f ( z )  Lim f ( z )  Lim x 2 i  0
z 0 ( x , 0 ) ( 0 , 0 ) x 0

Kedua, buat z mendekati 0 sepanjang garis y = x, maka diperoleh hubungan,


x2 y2
Lim f ( z )  Lim[1  i ]  Lim[1  i]  1
z 0 x 0 x 1 y 0 y 1

(iii) Kadang-kadang defenisi limit diungkapkan dalam bentuk berikut:


lim f ( z )  L , jika dan hanya jika untuk setiap >0 terdapat >0 (yang biasanya bergantung
zz 0

pada ) sedemikian sehingga untuk setiap z (dalam domain f) dengan,


0<|z-z0|<
maka berlaku,
|f(z)-L| < 
2 z 2  3z  2
Contoh 3.3. Buktikan bahwa lim lim 5
z2 z2
Jika diberikan  > 0, kita harus meneukna >0 sedemikian sehingga,
2 z 2  3z  2
0<|z-z0|<  |f(z)-L| < , atau 0 | z - 2 |   5 
z2

Selanjutnya, untuk z2 berlaku,


2 z 2  3z  2 ( 2 z  1)( z  2)
5   5 
z2 z2

( 2 z  1)  5 

2( z  2) 

( z  2)  /2

Jadi  = /2 akan memenuhi kondisi di atas.


Jadi: Andaikan diberikan >0 maka dapat ditemukan =/2, sehingga,
2 z 2  3z  2
0 | z - 2 |  menyebabkan  5  2 ( z  2)  2  
z2

Teorema 2.1. (Sifat tunggal Limit fungsi).


Jika suatu fungsi mempunyai limit pada titik z 0 yang diberikan, maka limitnya
memiliki nilai tunggal
Bukti: (Pembuktian dilakukan secara kontraposisi). Ingat: Kontraposisi dari implikasi p q
adalah  q p.
Jadi kita andaikan f tidak memiliki nilai limit yang tunggal, dan anggaplah memiliki dua nilai
limit yang berbeda untuk zz0 yakni,

14 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

lim f ( z )  M dan lim f ( z )  L ………….(1)


zz 0 zz 0

1
dengan M  L. Sekarang ambil bilangan positif   | M  L | . Menurut defenisi limit dalam
2
persamaan (1) berakibat bahwa, bila diberikan  terdapat >0 sedemikian sehingga,
|f(z)-M|< dan |f(z)-L|<, …….(2)
bilamana 0 <|z-z0| < . Selanjutnya gunakan “ketidaksamaan segitiga” dan kondisi relasi (2) di
atas, yakni,
| M - L |  | M - f(z)  f(z) - L |
| M - f(z) |  | f(z) - L |
1 1
     | M  L |  | M  L || M  L |
2 2
Dari urutan relasi terakhir di atas diperoleh | M  L || M  L | sebagai sesuatu hal yang tidak
mungkin. Jadi yang benar “tidak mungkin ada dua limit yang berbeda dari fungsi f untuk zz0)
iR ( z 2 )  iR ( z )  [ I ( z 2 )] 2  1
lim
Contoh 3.4. Tentukan z  3 4 i |z|

Misalkan z = x + iy, maka, R(z2) =x2-y2 , R(z) = x; [I(z2)]2 = 4x2y2; dan |z| =(x2+y2)1/2
iR( z 2 )  iR( z )  [ I ( z 2 )] 2  1 i(x 2  y 2  x )  4x 2 y 2  1
lim
Jadi z   lim  115  2i
3 4 i |z| z  3 4 i
x 2  y2

Teorema 2.2. Misalkan bahwa,


1. (z) = u(x,y)+iv(x,y) mempunyai domain D.
2. Titik z0 = a+ib di dalam D atau pada batas D, maka:
Lim (z)=A+iB, untuk zz0, jika dan hanya jika lim u(x,y)=A dan lim v(x,y)=B, untuk
(x,y)(a,b)

Bukti:
Pertama. kita buktikan bahwa jika lim f = A + iB, mak lim u=A dan lim v = B. Untuk setiap
>0, terdapat  >0, sedemikian sehingga,
0 < |x-a| <  dan 0 < |y-b| < 
berakibat
|u(x,y)-A| <  dan |v(x,y)-B| < 
Jadi, misalkan diberikan >0, maka menurut hipotesis terdapat  > 0 sedemikian sehingga,
0 < |z-(a+ib)| < 
Akibatnya lagi,
|f(z)-(A+iB)| < .
Ambil  = /2, maka untuk suatu z = (x,y) berlaku (lihat gambar (ii))
0 < |x-a| <  dan 0 < |y-b| < 

b+ (x,y) 
b (a,b)
b-

15 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

a- a a+
Gambar (ii). Bukti teorema 2.2.

dengan menggunakan ketidaksamaan segitiga, diperoleh


0  | (x  iy) - (a  ib) |
 | (x - a)  i(y - b) |
 | (x - a) |  | (y - b) |      

Tetapi menurut hipotesis,


|f(z)-(A+iB)| < atau
|[u(x,y)-A]+i[v(x,y)-B]| <
dengan menggunakan sifat |R(z)| |z| dan |I(z)| |z|, kita simpulkan bahwa
|u(x,y)-A| <  dan |v(x,y)-B| < 
yang merupakan apa yang hendak kita buktikan yakni, untuk (x,y)(a,b) maka lim u(x,y)=A dan
lim v(x,y)=B
Kedua, akan dibuktikan konversinya. Menurut hipotesis lim u = A dan lim v = B untuk
(x,y)(a,b), maka lim f(z) = A+iB. Lim u = A dan lim v = B untuk (x,y)(a,b), yang berakibat,
untuk sembarang >0 terdapat 1>0 dan 2>0 sedemikian sehingga,
|u(x,y)-A| < /2 bilamana 0 < |(x+iy)-(a+ib)| <1, ………….(1)
dan
|v(x,y)-B| < /2 bilamana 0 < |(x+iy)-(a+ib)| <2 …………. (2)
Dengan memilih  =min(1, 2) dan mengambil suatu z sedemikian sehingga ,
0 < |z-z0| < , maka
relasi (1) dan (2) akan berlaku untuk semua z = x+iy dengan 1 dan 2 diganti dengan . Tetapi
kemudian,
| f ( z )  ( A  iB ) || [u( x, y )  i ( v ( x, y )]  [ A  iB ] |
| [u( x, y )  A]  i[( v ( x, y )]  B ] |
| [u( x, y )  A] |  | [( v ( x, y )]  B ] |
 /2  /2

maka limzz0 f(z) = A+iB

Contoh 3.6. Kerjakan kembali Contoh 3.1. dengan menggunakan Teorema 2.2
Penyelesaian
iR( z 2 )  iR( z )  [ I ( z 2 )] 2  1 ( 4x 2 y 2  1)  i(x 2  y 2  x )
lim  lim
z  3 4 i |z| z  3 4 i
x 2  y2

( 4 x 2 y 2  1) (x 2  y 2  x )
u ( x, y )  dan v ( x, y ) 
x 2  y2 x2  y2

( 4 x 2 y 2  1) [4(9)(16)  1] 575
lim u ( x, y )  lim    115
z  3 4 i z  3 4 i
x2  y2 9  16 5
16 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

(x 2 - y 2  x) [9  16  3] 10
lim v ( x, y )  lim   2
z  3 4 i z  3 4 i
x y
2 2
9  16 5

iR ( z 2 )  iR ( z )  [ I ( z 2 )] 2  1
lim  lim u( x, y )  i lim v ( x, y )  115  2i
z  3 4 i |z| z  3 4 i z  3 4 i

Dengan istilah yang lebih sederhana, teorema di atas menyatakan bahwa jika suatu fungsi 
mempunyai limit L, maka komponen-komponen nyata dan khayal u dan v pada  mendekati
berturut-turut, bagian-bagian nyata dan khayal A dan B pada L, dan sebaliknya.
Mengingat bahwa definisi fungsi kompleks dan limit secara formal sama seperti halnya
fungsi riil, maka teorema berikut dapat dijelaskan identik dengan konsep limit pada fungsi riil.
Teorema berikut menyatakan secara sederhana, bahwa jika dua fungsi yang diberikan masing-
masing mempunyai limit, maka jumlah, selisih, perkalian, dan pembagian fungsi-fungsi itu
mempunyai limit berturut-turut sama dengan jumlah, selisih, perkalian, dan pembagian masing-
masing limit yang diberikan.
Teorema 2.3.
Misalkan bahwa, untuk zz0, lim  (z)=L dan lim g(z)=M. Maka untuk zz0,
1. lim((z)+g(z))=L+M.
2. lim((z)-g(z))=L-M
3. lim((z)g(z))=LM
4. lim((z)/g(z))=L/M, asal M 0.

Bukti Teorema 2.3 (1).

Andaikan limz fz ( z )  M dan limz gz ( z )  L . Jika diberikan >0 maka /2 >0.
0 0

Karena limz fz ( z )  M maka terdapat bilangan posistif 1, sedemikian sehingga
0

0 | z  z 0 |  1  | f ( z )  M |  / 2

Karena limz gz ( z )  L maka terdapat bilangan posistif 2, sedemikian sehingga
0

0 | z  z 0 |  2  | g ( z )  L |  / 2

Selanjutnya, pilih  = min (1, 2), maka,


0 | z  z 0 | 

mengakibatkan,
| ( f ( z )  g ( z ))  ( M  L) || ( f ( z )  M )  ( g ( z )  L) |
| f ( z )  M |  | g ( z )  L |
 /2 /2 

atau,
0 | z  z 0 |   | ( f ( z )  g ( z ))  ( M  L) | 

yang berarti lim ( f ( z )  g ( z ))  M  L  lim f ( z )  lim g ( z )


zz 0 z z z z 0 0

Tugas: Buktikan Teorema 2.3 yang lainnya

17 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Selamat belajar !

18 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Pertemuan ke-5
BAHAN AJAR MATA KULIAH ANALISIS KOMPLEKS

FUNGSI ANALITIK
Dosen: Rasmuin Baco Minu

4. Kontinuitas
Misalkan fungsi (z) didefinisikan pada suatu himpunan D di bidang datar dan z 0 adalah
suatu titik di bagian dalam (interior) D. Maka (z) dikatakan kontinu di z0 asalkan
lim f ( z )  L = f(z )
z  z0 0

Jika suatu fungsi kontinu pada setiap titik dalam region R, maka hal itu dikatakan kontinu pada
R. Definisi di atas menuntut agar tiga kondisi berikut ini dipenuhi jika suatu fungsi kontinu di z0:
1. (z0) terdefinisikan
2. lim(z) ada, untuk zz0
3. lim(z)=(z0)
Lebih lanjut, definisi itu secara implisit menyatakan bahwa jika (z) kontinu pada z0, maka ia
harus terdefinisikan pada suatu lingkungan N bagi z0 karena definisi itu menyaratkan bahwa z0
merupakan titik dalam dari domain ; lihat gambar (i)
D
N
z0 M
z0 z1

Gambar i
Definisi kontinuitas suatu fungsi  di titik z1 dapat diperluas untuk mencakup kasus di mana
z1 suatu titik di dalam domain D-nya , merupakan titik batas D. Ini dicapai dengan membatasi
agar semua jalur yang diambil terletak seluruhnya di dalam D. Dalam hal demikian, definisi itu
akan mengimplikasikan bahwa  terdefinisikan di dalam lingkungan parsial M bagi z1, yang
termasuk dalam D (lihat kembali gambar (i))
Contoh 3.1. Periksa apakah fungsi-fungsi berikut ini kontinu pada titik yang diberikan
z2  9
1). f ( z )  pada z3 2). f(z) = z4 +i pada z0
z3
Penyelesaian:
z2  9
1). f ( z )  pada z3
z3

z 2  9 ( z  3)(( z  3)
(i) lim f ( z )  lim   lim z  3  3  3  6 (limitnya ada)
z 3 z 3 z3 z3 z 3

32  9 0
(ii) f (3)   , (tidak terdefenisikan)
33 0
19 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

(iii) karena f(3) tidak terdefenisikan maka lim f ( z )  f (3)


z 3

z2  9
Jadi f ( z )  tidak kontinu pada z3
z3
2). f(z) = z4 +i pada z0

(i). lim f ( z )  z 4  i  0 4  i  i (ada) (ii) f(0) = 04+i = i (terdefenisikan)


z 0

(iii). lim f ( z )  i  f ( 0)
z 0

Karena syarat kekontinuan semuanya dipenuhi maka f(z) = z4 +i kontinu pada z0
Teorema berikut ini menunjukkan betapa pentingnya penguraian fungsi kompleks ke
dalam bentuk u(x,y)+iv(x,y), karena kontinuitas fungsi kompleks merupakan syarat perlu dan
syarat cukup untuk kontinuitas fungsi-fungsi komponennya.
Teorema 2.4.
Misalkan bahwa:
1. (z) = u(x,y)+iu(x,y)
2. (z) terdefinisikan pada setiap titik region R.
3. z0 = a+ib adalah suatu titik di dalam R
Maka
(z) kontinu di z0 jika dan hanya jika u(x,y) dan v(x,y) kontinu di (a,b)

Bukti:
Teorema 2.4 merupakan konsekuensi langsung dari teorema 2.2. Oleh karena itu, yang harus
dibuktikan di sini adalah bahwa
Lim (z) =(z0), untuk zz0
Jika dan hanya jika lim u(x,y) =u(a,b) dan lim v(x,y) = v(a,b) untuk (x,y) (a,b).
Pada pembuktian teorema 2.2, kita sudah menunjukkan bahwa benar jika lim f(z)= A+iB untuk
zz0 maka limit komponen-konponennya masing-masing lim u(x,y) =A dan lim v(x,y)=B untuk
(x,y) (a,b), sehingga berlaku lim f(z) = lim u(x,y)+ i(limv(x,y)).
Jadi jika lim u(x,y) =u(a,b) dan lim v(x,y) (x,y) (a,b), maka Lim (z) =(z0), untuk zz0.
Contoh 3.2. Kerjakan kembali contoh 3.2. bagian (2) dengan menggunakan teorema 2.4.
Penyelesaian
f(z) = z4 +i pada z0, misalkan z = x+iy maka,
f(z) = (x+iy)4 +i = x4+4ix3y-6x2y2-4ixy3+y4 + 1 = (x4-6x2y2+y4)+i(4x3y-4xy3 +1)
Dengan demikian, u(x,y) = (x4-6x2y2+y4), dan v(x,y) = (4x3y-4xy3 +1)
lim u( x, y )  lim x 4 - 6x 2 y 2  y 4  0 dan lim v ( x, y )  lim 4 x 3 y  4 xy 3  1  1
z 0 z  ( 0, 0 ) z 0 z ( 0,0 )

Jadi, lim f ( z )  lim u( x, y )  lim v ( x, y )  0  1  1 , yang memberikan hasil yang sama


z 0 z ( 0, 0 ) z  ( 0, 0 )

dengan contoh sebelumnya.

Teorema 2.5. Andaikan bahwa f(z) dan g(z) kontinu pada beberapa titik z 0, maka tiap-tiap fungsi
berikut juga kontinu pasa z0, yakni
20 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

5. Jumlah (z)+g(z)
6. Selisih (z)-g(z)
7. Perkalian (z)g(z)
8. Pembagian (z)/g(z), asal g(z0) 0.
9. Fungsi majemuk f(g(z) asalkan f kontinu di g(z0)

5. Pendiferensialan
Defenisi turunan fungsi kompleks identik dengan defenisi turunan fungsi riil. Jadi
misalkan,
w = f(z)
adalah fungsi kompleks. Ambil suatu titik z 0 pada bagian dalam (interior) D bagi domain f dan
misalkan pula,
z = z0+z dimana z = x + iy,
yang juga adalah suatu titik di dalam D. Selanjutnya, bentuk hasil bagi beda (lihat gambar ii),
f ( z)  f ( z 0 )
z  z0

z = z0+z
D |y| |x||z|
z0

Gambar ii
Jika limit hasil bagi ini ada untuk zz0 maka dapat dikatakan bahwa f(z) dapat dideferensialkan
di z0. Limitnya (sekali lagi jika ada) dinamakan turunan f di z0 dan ditulis, f’(z0) atau w’(z0). Jadi,
f ( z)  f ( z 0 )
f ' ( z 0 )  lim
z  z0 z  z0

dan f’(z0) merupakan bilangan kompleks. Jika tidak diperlukan menyebutukan titik khusus z 0,
maka dapat pula digunakan notasi,
df/dz atau dw/dz
sebagai fungsi turunan fungsi kompleks f. Selain pengungkapan turunan dengan cara-cara di
atas, cara berikut ini juga merupakan pilihan yang dapat digunakan untuk mendefenisikan
turunan dari w = f(z), yakni,
f ( z  z )  f ( z )
f ' ( z )  lim
z  0 z
Contoh 4.1. Tentukan turunan fungsi kontan f(z) = c
f ( z  z )  f ( z ) cc
f ' ( z )  lim  lim 0
z  0 z  z  0 z
Contoh 4.2. Tunjukkan bahwa untuk setiap bilangan bulat n0, turunan dari f(z) = zn adalah,
f’(z) = nz(n-1) atau pada titik sembarang z0 adalah f’(z0) = nz0 (n-1)
21 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

f ( z)  f ( z 0 ) z n  z 0n
f ' ( z 0 )  lim  lim
z  z0 z  z0 z  z0 z  z
0

( z  z 0 )( z n 1  z n  2 z 0  ...  zz 0n  2  z 0n 1 )
 lim
z  z0 z  z0
 lim ( z n 1  z n  2 z 0  ...  zz 0n  2  z 0n 1 )
z  z0

 ( z n 1  z n 1  ...  z n 1  z n 1 ) sebanyak n suku


Jadi, f’(z0) = nz0 (n-1)
Contoh 4.3. Tunjukkan bahwa f ( z )  z tidak memiliki turunan dimana-mana
Misalkan z = x+iy, maka z = x-iy, sehingga f(z) = z = x-iy.
Jika z dan z dinyatakan ke dalam bentuk kutub, akan menjadi,
z = |z|( cos + isin), dan z = |z|( cos - isin),
____
Sehingga jika z | z |(cos   i sin  ) maka, z | z |(cos   i sin  )
________ ___
f ( z  z )  f ( z ) ( z  z )  z z cos   i sin 
f ' ( z )  lim  lim  
z  0 z z  0 z z cos   i sin 
Limit ini tidak ada karena bergantung pada besarnya . Oleh karena limit hasil
bagi di atas tidak ada maka turunan f ( z )  z tidak ada (di mana-mana)
Teorema 2.6. Andaikan bahwa f dan g dapat dideferensalkan pada setiap titik z dalam himpunan A dan
bahwa f dapat dideferensialkan pada g(z) untuk setiap z dalam S, maka berlaku hal-hal berikut:
1. (f(z)+g(z))’ = f’(z)+g’(z)
2. (f(z)-g(z))’ = f’(z)-g’(z)
3. (f(z)g(z))’ = f’(z)g(z)+f(z)g’(z)
f ( z) f ' ( z) g( z)  f ( z) g ' ( z)
4. ( )'  , asalkan g(z)0
g ( z) ( g ( z )) 2
5. [( f ( g ( z ))]'  [ f ' ( g ( z ))][ g ' ( z )]

Bukti Teorema 2.6 bagian 4.


f ( z  z ) f ( z )

g ( z  z ) g ( z ) f ( z  z ) g ( z )  f ( z ) g ( z  z )
[ f ( z ) / g ( z )]'  lim  lim
z  0 z z  0 z ( g ( z  z ) g ( z ))
f ( z  z ) g ( z )  g ( z ) f ( z )  f ( z ) g ( z  z )  g ( z ) f ( z ) 1
 lim [ ] lim
z  0 z z  0 ( g ( z  z ) g ( z ))
 f ( z  z )  f ( z ) g ( z  z )  g ( z ) 1 
 lim  g ( z )  f ( z) ] 
z  0
 z z ( g ( z  z ) g ( z )) 
g ( z) f ' ( z)  f ( z) g ' ( z)

( g ( z) 2

Tugas: Buktikan teorema 2.6 yang lainnya

Selamat belajar !
22 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

“Jika Anda pikir bisa, Anda pasti bisa” …. rbm, 16/11/06

23 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

BAHAN AJAR MATA KULIAH ANALISIS KOMPLEKS


(Pertemuan ke-6, Jumat, 24 November 2006)

FUNGSI ANALITIK
Dosen: Rasmuin Baco Minu

5. Persamaan Cauchy-Reimann (C-R)


Topik ini mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu fungsi kompleks untuk
memiliki turunan di suatu titik. Dua teorema penting yang mendukung hal ini, memberikan
informasi dimana turunan itu berada, serta rumus untuk turunan suatu fungsi f(z0), yakni f’(z0),
jika turunan tersebut benar-benar ada di z0.
Teorema 2.7.
Diketahui (z) = u(x,y)+iu(x,y), andaikan bahwa
4. u(x,y) dan u(x,y, dan semua turunan parsialnya ux, uy, vx, dan vy kontinu di semua titik
dalam suatu lingkungan N bagi titik z0=(a,b).
5. Pada titik z0, ux = vy, dan vx = -uy
Maka f(z0) ada dan
'  u x  iv x  v y  iu y
Bukti:
Dari kalkulus dua variabel kita mengetahui bahwa hipotesis (1) menjamin pernyataan
berikut ini, yakni untuk sembarang titik (a+x, b+y) dalam lingkungan N,
u = u(a+x, b+y) - u(a,b) = uxx + uyy + x + y,
dengan  dan  menuju ke nol jika x dan y menuju ke nol. Begitu pula dengan,
v = v(a+x, b+y) - v(a,b) = vxx + vyy + x + y,
Selanjutnya, menurut hipotesis (2), kedua relasi tersebut menjadi,
u = uxx - vxy + x + y …..…………. (i)
v = vxx + uxy + x + y ……………..(ii)
maka,
f(z0+z)- f(z0) = [u(a+x, b+y)]+ i[v(a+x, b+y)]- [u(a,b)+iv(a,b)]
= [u(a+x, b+y)-u(a,b)]+ i[v(a+x, b+y)-v(a,b)]
= u +iv
Dari (i) dan (ii) dibentuk hasil bagi,

24 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

f ( z 0  z )  f ( z 0 ) u  iv

z z
(u x x  v x y  x  y )  i (v x x  u x y  x  y )

z
x y x y
 (u x  iv x )  (iu x  v x )  (  i )  (   i )
z z z z
x y x y
 (u x  iv x )  (u x  iv x ) i  (  i )  (   i )
z z z z
x  yi x y
 (u x  iv x )( )  (  i )  (   i )
z z z
z x y
 (u x  iv x )  (  i )  (   i )
z z z
x y
 (u x  iv x )  (  i )  (   i )  (iii )
z z
Ambil limit relasi di atas untuk z0. Hasil bagi di bagian kiri tidak lain adalah turunan f di
titik z0, yakni f’(z0), sedangkan di bagian kanan untuk z0, maka juga x0 dan y0,
yang mengakibatkan,
(+i)0 serta (+i)0.
Menurut sifat-sifat modulus bilangan kompleks yang sebelumnya telah ditunjukkan bahwa |R(z)|
|z| dan |I(z)||z| atau juga berarti,
x
|x|  |z| atau 1
z
dan
y
|y|  |z| atau 1
z
Akibat dari kondisi-kondisi tersebut di atas, maka dua suku terakhir di bagian kanan dari
persamaan (iii) menyebabkan,
f ' ( z 0 )  u x  iv x (terbukti)

Tugas: Tunjukkan Bagian kedua dari teorema 2.7, yakni f ' ( z 0 )  v y  iu y . Catatan: ganti suku-
suku uy dan vy kemudian lanjutkan dengan cara yang sama di atas

Contoh 5.1. Gunakan teorema 2.7 untuk menunjukkan bahwa turunan dari untuk f(z) = z 2 untuk
semua z adalah 2z
f(z) = z2, Misalkan z = x+iy maka f(z) = (x2-y2) +2ixy dimana u(x,y) = (x2-y2) dan v(x,y)=2xy
u(x,y) = (x2-y2)….. (1) dan v(x,y)=2xy….. (2)
maka,
ux = 2x….. (3); uy = -2y….. (4) dan vx = 2y….. (5); vy = 2x….. (6)
Keenam fungsi tersebut di atas semuanya kontinu pada setiap titik z=(x,y), dan jelas bahwa
ux=vy dan vx=-uy
Dengan demikian,
f(z) = ux+ivx = 2x + i2y = 2(x+iy) = 2z
Teorema 2.8.

25 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Andaikan bahwa (z) = u(x,y)+iu(x,y), mempunyai turunan pada suatu titik z0=(a,b).
Maka pada titik itu,
'  u x  iv x  v y  iu y
jadi,
ux  vy dan v x  u y

Bukti:
Karena f’(z0) ada, maka limit untuk memperoleh f’ tidak bergantung pada arah sepanjang jalur
z0. Pilih jalur mendatar (sumbu nyata x), maka y=0
f ( z 0  z )  f ( z 0 )
f ' ( z 0 )  lim
z  0 z
[u( a  x, b  y )  iv (a  x, b  y )]  [u( a, b)  iv ( a, b)]
 lim
z  0 x  iy
…………..(*)
[u( a  x, b)  iv (a  x, b)]  [u( a, b)  iv (a , b)]
 lim
x  0 x
[u( a  x, b)  u( a, b)] [v ( a  x, b)  v (a, b)]
 lim  i lim
x  0 x x  0 x
Menurut defenisi turunan maka dua limit dibagian kanan masing-masing merupakan turunan
parsial ke x dari u(x,y) dan v(x,y) yakni ux dan vx, sehingga
'  u x  iv x …………………..(**)

Selanjutnya pilih jalur vertikal (sumbu khayal, iy), maka, x = 0


f ( z 0  z )  f ( z 0 )
f ' ( z 0 )  lim
z  0 z
[u ( a  x, b  y )  iv ( a  x, b  y )]  [u ( a , b)  iv ( a , b)]
 lim
z  0 x  iy
[u ( a , b  y )  iv ( a , b  y )]  [u ( a , b)  iv ( a, b)]
 lim ……….(***)
y  0 iy
[u ( a , b  y )  u ( a , b)] [v ( a , b  y )  v ( a , b)]
 lim  i lim
x  0 iy  x  0 iy
[v ( a, b  y )  v ( a , b)] [u ( a , b  y )  u ( a , b)]
 lim  i lim
x  0 y x  0 y

Menurut defenisi turunan maka dua limit dibagian kanan masing-masing merupakan turunan
parsial ke y dari v(x,y) dan u(x,y) yakni vy dan uy, sehingga
'  v y  iu y ………………………..(****)
Oleh karena f’(z0) ada dan tidak bergantung pada arah pendekatan, maka (**) = (****), yakni,
u x  iv x  v y  iu y

Menurut defenisi kesamaan dua fungsi, maka,


ux  v y dan v x  u y (terbukti)
Persamaan differensial u x  v y dan v x  u y dari fungsi kompleks seperti halnya di

atas dinamakan persamaan Cauchy-Reimann (C-R)


Dari teorema-teorema tersebut di atas, nampak bahwa kontinuitas fungsi-fungsi u(x,y)
dan v(x,y), dan turunan parsialnya ux, uy, vx, dan vy merupakan syarat cukup adanya f’, tetapi

26 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

secara umum bukan merupakan syarat perlunya. Ada beberapa fungsi yang memiliki turunan
tetapi fungsi-fungsi komponennya u dan v beserta turunan parsialnya tidak semuanya kontinu.
Ini menunjukkan bahwa teorema 2.8 hanya memenuhi sebagian dari kebalikan teorema 2.7.
Contoh 5.2. Tunjukkan bahwa f(z) = cos y - i sin y. tidak memiliki turunan di mana-mana
(gunakan teorema 2.8)
u(x,y) = cos y sehingga ux = 0 dan uy = -siny
v(x,y) = sin y sehingga xx = 0 dan vy = cosy
Tetapi persamaan C-R u x  v y dan v x  u y harus dipenuhi, maka:
ux = vy atau cos y = 0 dan vx = -uy atau sin y = 0,
yang secara serempak hal ini tidak mungkin. Dengan demikian f’(z) tidak ada di mana-mana
Contoh 5.3. Tentukan titik-titk, jika ada yang membuat f(z) = x2-iy2 dan bila f’ ada tentukan
turunan tersebut
f(z) = x2-iy2, maka u(x,y) = x2 dan v(x,y) = -y2, sehingga berturut-turut diperoleh,
ux = 2x; uy = 0; dan vx = 0; vy = -2y;
Menurut teorema 2.7 maka turunannya adalah,
f’ = ux +ivx =2x, ……….(*)
tetapi juga
f’ = vy –iuy =-2y, ………(**)
karena turunan f’ harus tidak bergantung dari arah zz0, maka turunan dimaksud tidak ada
karena berarti (*)=(**), atau x=-y (ini merupakan hal tidak mungkin kecuali pada titik tertentu).
Untuk menentukan titik-titik yang memunuhi yakni titik-titk yang membuat f’ ada kita
gunakan persamaan C-R,
yakni,
(i) u x  v y atau 2x = -2y dan (ii) v x  u y atau 0 = 0.
Dari kedua kondisi terakhir di atas, maka titik yang akan membuat f’ ada untuk f(z) = x2-iy2
adalah titik titik di sepanjang gari y = -x.
Contoh 5.4. Tunjukkan bahwa f(z) = ex(cos y + i sin y) mempunysi turunan dimana-mana, fan
bahwa f’(z) = f(z)
f(z) = ex(cos y + i sin y), berarti ,
u(x,y) = excos y dan v(x,y) = ex sin y
dengan turunan-turunan parsial
ux = excos y; uy= -exsin y dan vx = exsin y; vy= excos y
Gunakan persamaan C-R
(i) u x  v y atau excos y = excos y dan (ii) v x  u y atau exsin y = exsin y.
Kedua kondisi di atas memenuhi persamaan C-R. Dengan demikian f’ ada untuk semua titik z
(dimana-mana), dan turunan tersebut adalah,
f’(z) = ux +ivx = uy-ivy
= excos y + exsin y.
27 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

= ex (cos y + sin y)
= f(z)
0

Tugas: Buktikan bahwa perasaaman C-R dalam bentuk kutub adalah, ru r  v dan rv r  u

Selamat belajar !
“Berpikirlah seperti seorang praktisi, dan berprakteklah seperti seorang pemikir”
(rbm, 20/11/06)

28 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

BAHAN AJAR MATA KULIAH ANALISIS KOMPLEKS


(Pertemuan ke-7, Jumat, 1 Desember 2006)

FUNGSI ANALITIK
Dosen: Rasmuin Baco Minu

6. Analitisitas Fungsi Kompleks


Suatu fungsi f(z) dikatakan analitik pada titik z0 jika turunannya ada di semua titik pada
suatu lingkungan z0. Dari defenisi ini nampak ada hubungan erat antara diferesibilitas dengan
analitisitas fungsi kompleks, meskipun kedua konsep tersebut tidak sama, karena,

analitisitas di z0 berimplikasi diferensibilitas di titik tersebut, tetapi tidak sebaliknya

Kenyataan tersebut secara umum disebabkan bahwa f’ boleh ada pada sembarang tipe
himpunan atau bahkan pada titik terasing, atau pada suatu penggal garis tertentu, akan tetapi
analitisitas berhubungan secara tak terpisahkan dengan himpunan terbuka, yakni menghendaki
bahwa f’ ada tidak hanya pada z0 akan tetapi pada semua titik yang ada dalam suatu lingkungan
tertentu titik z0
Contoh 6.1. Dalam contoh 5.3 pada pertemuan sebelumnya kita sudah mengetahui bahwa, f(z)
= x2-iy2 mempunyai turunan hanya pada sepanjang garis y = -x. Akan tetapi, lingkungan dari
setiap titik pada garis tersebut pasti memuat titik lain di luar garis (berapapun kecilnya r), yang
membuat f’ tidak ada di sana. Akibatnya f(z) = x 2-iy2 tidak analitik dimana-mana, karena
analitisitas suatu fungsi menuntut f’ ada dalam setiap lingkungan tertentu dari suatu titik yang
membuat f’ ada.
Contoh 6.2. Demikian pula f(z) = |z|2 hanya mempunyai turunan pada titik z = 0. Akibatnya, f(z)
juga tidak analitik di aman-mana
Suatu fungsi yang analitik pada sembarang titik dalam domain S, maka fungsi tersebut
dikatakan analitik pada S. Suatu fungsi yang analitik pada seluruh bidang kompleks, dinamakan
fungsi menyeluruh Sedangkan suatu fungsi yang analitik pada titik tertentu, maka fungsi tersebut
dikatakan analitik pada lingkungan yang memuat titik tersebut.
Fungsi polynomial P(z) = a0+ a1z + a2z2+ …+ anxn merupakan fungsi menyeluruh, karena
P’ ada pada semua titik z (lihat kembali contoh 5.1 dengan n = 2). Begitu pula f(z)=e z juga
merupakan fungsi menyeluruh.
Contoh 6.3. Fungsi hasil bagi dari dua fungsi polynomial seperti di bawah ini,
z3  1
f ( z)  2
z 1
analitik dimana-mana kecuali di titik z = i, karena pada titik tersebut f tidak terdefenisikan.

29 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Titik z = i pada contoh di atas dinamakan titik singular, yakni titik yang “jika dan hanya
jika“ f gagal analitik di sana, akan tetapi lingkungan-r bagi titik tersebut (betapapun kecilnya r)
memuat paling tidak satu titik yang membuat f analitik.
TUGAS: Apakah fungsi yang diberikan berikut ini merupakan fungsi menyeluruh, memiliki titik
singular, atau tidak analitik sama sekali di aman-mana.
2
 y2
z2  z
1).f(z) = e x (cos 2 xy  i sin 2 xy ) 2). f(z) = 3). f(z) = z3
z ( z 2  1)

Teorema 2.9.
Andaikan bahwa
6. f(z) dan g(z) analitik pada himpunan S
7. f analitik pada g(z) untuk semua z dalam S, maka:
Jumlah, selisih, hasil kali, hasil bagi, maupun komposisi fungsi f dan g juga analititk pada
setiap titik dalam S asalkan f dan g terdefenisikan di sana

Bukti: Gunakan teorema 2.6 dan defenisi analitisitas


Teorema 2.10.
Diketahui (z) = u(x,y)+iu(x,y), andaikan bahwa
1. fungsi –fungsi u(x,y) dan u(x,y, dan semua turunan parsialnya ux, uy, vx, dan vy kontinu di
semua titik dalam suatu lingkungan N bagi titik z0=(a,b).
2. Persamaan C-R, ux = vy, dan vx = -uy berlaku pada setiap titik dalam lingkungan N
Maka f(z) analitik pada z0

Bukti: Gunakan teorema 2.7 dan defenisi analitisitas


Teorema 2.11.
Andaikan bahwa (z) = u(x,y)+iu(x,y),analitik pada z0, maka
ux = vy, dan vx = -uy
pada setiap titik dalam lingkungan titik z0

Bukti: Gunakan teorema 2.8 dan defenisi analitisitas


Persamaan Laplace dan Fungsi Harmonik
Fungsi analitik memiliki sifat istimewa, yakni,
jika f analitik pada z0 maka f’ juga analitik pada z0.
Misalkan f(z) = u + iv analitik pada z 0, maka f’(z) = ux + ivx = vy-iuy juga analitik pada z0.
Karena f’’ merupakan turunan dan f’, maka jika f’ analitik pada z0, demikian pula halnya dengan
f” analitik pada z0, dan seterusnya. Oleh karena diferensibilitas berakibat kepada kontinuitas,
maka akibat lain jika f analitik di z 0 adalah f, f’, f”,… semuanya kontinu pada z0 = (a, b). Dari
Teorema 2.8 diketahui bahwa turunan fungsi kompleks f(z) = u + iv dapat dinyatakan dalam
bentuk turunan parsial fungsi-fungsi komponennya, yakni f’(z) = ux + ivx = vy-iuy. Selanjutnya
dengan mengingat teorema 2.4, dan karena f, f’, f”,… semuanya kontinu pada z 0 =(a, b), maka
turunan parsial fungsi u dan v untuk semua tingkat juga kontinu pada z0 = (a,b). Secara khusus
kenyataan ini berakibat, turunan parsial silang tingkat dua adalah sama, yakni,
uxy = uyx dan vxy = vyx …………….(*)
Oleh karena f analitik pada z0, maka pada titik tersebut,

30 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

ux = vy dan vx = -uy
yang dengan diferensial berturut-turut ke x dan ke y menghasilkan,
uxx = vyx; vxx = -uyx uxy = vyy vxy = -uyy
Jika persamaan di atas disubtitusi ke dalam persamaan (*), akan menjadi:
uxx + uyy = 0 dan vxx + vyy = 0 (**)
yang masing-masing merupakan Persamaan Laplace
Sembarang fungsi h(x,y) yang memenuhi Persamaan Laplace di dalam suatu lingkungan
titik z0 = (a,b) dikatakan harmonik pada z0, asalkan fungsi tersebut memiliki turunan parsial
tingkat dua yang kontinu di titik tersebut.
Jadi, komponen-komponen nyata dan khayal dari fungsi analitik f(z) = u+iv merupakan fungsi
harmonik, dan memiliki pasangan fungsi harmonik yang disebut sebagai fungsi harmonik
sekawan

Contoh 6.4. Tunjukkan bahwa v(x,y) = xy merupakan fungsi harmonik. Tentukan pula fungsi
harmonik sekawannya.
Pertama, v(x,y) kontinu pada setiap titk z. Selanjutnya, jika v(x,y) = xy fungsi harmonik, maka
harus ditunjukkan bahwa,
vxx + vyy = 0
v(x,y) = xy, maka vx = y, dan vxx = 0; demikian pula vy = x, dan vyy = 0. Jadi benar bahwa,
vxx + vyy = 0,
yang berarti v(x,y) = xy merupakan fungsi harmonik.
Selanjutnya, harmonik sekawan dari v(x,y) = xy ditentukan sebagai berikut:
Misakan harmonik sekawannya adalah u(x,y), sedemikian sehingga f(z) = u(x,y)+ iv(x,y) analitik.
Karena f analitik maka persamaan C-R harus dipenuhi. Oleh karena sebelumnya telah diperoleh v y =x
maka (Ingat: persamaan C-R ux = vy),
ux = x ……………… (*)
dengan integral ke x, dari (*) diperoleh,
u(x,y) = ½x2 + h(y) ………………..(**)
dengan mendeferensialkan (**) ke y diperoleh,
uy = h’(y)………………..(***)
tetapi pada persamaan C-R -uy = vx atau uy = -vx, yang berarti, uy = -y,
sehingga (***) selanjutnya menjadi,
h’(y)=-y………………..(****)
Jika (****) diintegralkan ke y, maka diperoleh
h(y) = - ½y2 + c ………………..(*****)
Dengan demikian sekawan harmonik dari v(x,y) adalah u(x,y) = ½x 2 - ½y2 + c, sehingga f menjadi,
f(z) = u(x,y) +iv(x,y) = (½x2 -½y2 + c) + ixy atau f(z)= ½z2 + c
Contoh 6.4. Misalkan u(x,y) = (x2 -y2 ) adalah fungsi harmonik. Tunjukkan bahwa sekawan
harmoniknya adalah v(x,y) = 2xy

31 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

u(x,y) = (x2 -y2 ) kontinu pada setiap titk z. Oleh karena, u(x,y) fungsi harmonik, maka harus
ditunjukkan bahwa,
uxx + uyy = 0
u(x,y) = x2 -y2, maka ux = 2x, dan uxx = 2; demikian pula uy = -2y, dan uyy = -2. Jadi benar
bahwa,
uxx + uyy = 2 + (-2) = 0,
yang berarti u(x,y) = x2 -y2 merupakan fungsi harmonik.
Selanjutnya, harmonik sekawan dari u(x,y) ditentukan sebagai berikut:
Misakan harmonik sekawannya adalah v(x,y), sedemikian sehingga f(z) = u(x,y)+ iv(x,y) analitik.
Oleh karena ux = 2x maka,
vy =2x ……………… (*)
dengan integral ke y, dari (*) diperoleh,
v(x,y) = 2xy + h(x) ………………..(**)
dengan mendeferensialkan (**) ke x diperoleh,
vx = 2y + h’(x)………………..(***)
tetapi vx = -uy maka berarti, vx = 2y,
sehingga selanjutnya (***) menjadi,
h’(x)= 0 ………………..(****)
Jika (****) diintegralkan ke x, maka diperoleh
h(x) = c ………………..(*****)
Dengan demikian sekawan harmonik dari u(x,y) = x 2 - y2 adalah v(x,y) = 2xy + c, sehingga fungsi yang
dibentuk menjadi (c =0),
f(z) = u(x,y) +iv(x,y) = ½(x2 - y2 ) + xy atau f(z)= z2

Tugas: Apakah fumngsi-fungsi yang diberikan berikut ini memenuhi persamaan Laplace. Jika ya,
tentukan fungsi harmonik sekawannya. Tentukan pula fungsi f(z) yang dibentuk oleh fungsi
harmonik dan sekawannya.
1). u(x,y) = ln(x2 + y2) 2). v(x,y) = excos y 3). u(x,y) =x3y-xy3

Selamat belajar !

32 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

BAHAN KULIAH
MATA KULIAH ANALISIS KOMPLEKS
(Pertemuan ke-10, Jumat, 29 Desember 2006)

TRANSFORMASI ELEMENTER
Dosen: Rasmuin Baco Minu

A. Beberapa Karakteristik Fungsi Kompleks

Dalam bahasan ini akan dijelaskan dua type fungsi kompleks yakni fungsi satu ke satu
(one-to-one) selanjutnya disebut fungsi satu-satu, dan fungsi banyak ke satu (many-to-one).
Duatu fungsi kompleks dikatakan satu-satu jika  z1  z2  D dalam bidang-z mengakibatkan
f(z1)  f(z2) pada bidang-w, atau jika f(z1) = f(z2) maka z1 = z2. Fungsi satu-satu memiliki sifat
istimewa yakni inver dari fungsi tersebut juga merupakan fungsi kompleks. Sementara itu, fungsi
banyak ke satu jika  z1  z2  D dalam bidang-z tetapi mengakibatkan f(z1) = f(z2).
Fungsi w = az +b merupakan fungsi satu-satu, karena misalnya z 1  z2 menyebabkan f(z1)
 f(z2) yakni (az1 +b)  (az2 +b). Fungsi w = ez merupakan fungsi banyak ke satu, karena ada z
= 0, 2i, 4i, … memiliki bayangan (image) yang sama yaitu di titik w = 1

  A’
z0 = (a,b) f(z0)

B
B’

Andaikan f(z) analitik pasa z0 dan bahwa f’ (z0)  0. Andaikan pula bahwa dua kurva
yakni kurva A dan kurva B berpotongan di z0, dan membentuk sudut  yang diukur dari A ke B
(lihat gambar 1). Dengan pemataan f, A dan B memiliki bayangan A’ dan B’ di bidang w, dan
berpotongan di w0 = f(z0) juga memiliki sudut sebesar  yang diukur dari A’ ke B’ maka fungsi
tersebut dikatakan melindungi sudut-sudut baik besar maupun arahnya. Fungsi seperti ini
dikatakan fungsi serupa.

B. Transformasi linier
1). Bentuk Umum Fungsi Linier
Suatu fungsi berbentuk,
f(z) = az +b
dimana a, b sebagai kontanta kompleks, dinamakan fungsi linier.
33 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Fungsi ini analitik dimana-mana sehingga diferensiabel dimana-mana pula dan


turunannya adalah f’(z) = a. Oleh karena itu, fungsi ini merupakan fungsi menyeluruh.
Jika a = 0 maka fungsi ini menjadi fungsi konstan f(z) = b (fungsi banyak ke satu). Tetapi bila
a0 maka fungsi ini merupakan fungsi satu-satu (lihat kembali penyataan tentang fungsi satu-
satu di atas). Dalam hal ini, hubungan inversi,
1 b
z w
a a
merupakan invers dari f(z) = az +b, yang juga merupakan fungsi linier. Jika a = 1 dan b = 0, baik

1 b
f(z) = az +b maupun inversnya z  w  merupakan fungsi identitas, yakni f(z) = z
a a

2) Transformasi Linier
Bentuk umum fungsi linear kompleks seperti sebelumnya adalah:
w  az  b ……………………………………..………..………..…………...………… (1)
Misalkan ,
 = az………………………………………………………………….………………….(2)
maka,
w =  + b …………………………………………………………………………………(3)

Dengan demikian, pemetaan linier seperti pada persamaan (1) dapat dimulai dari transformasi
jenis dilatasi diikuti dengan transformasi jenis rotasi seperti pada persamaan 2, kemudian
transformasi jenis pergeseran dengan fungsi seperti pada persamaan 3.
Transformasi seperti pada persamaan 2 menggunakan 2 (dua) jenis transformasi yakni, (1)
transformasi dilatasi berupa peregangan/pengkerutan atau pembesaran/pengecilan sebesar faktor |
a|, dan (2) transformasi rotasi (pemutaran) dengan sudut putar arg a. Jika |a| = 1 maka
persamaan (2) merupakan rotasi murni, dan jika arg a = 0 maka persamaan 2 merupakan
regangan jika |a| > 1 dan merupakan pengkerutan jika |a| < 1. Jika |a| = 1 dan arg a = 0 maka
persamaan 2 merupakan pemetaan identitas  = z (tidak mengalami peregangan/pengkerutan dan
pemutaran)
Transformasi seperti pada persamaan (3) merupakan pergeseran setiap titik sejauh vector
konstan b= (p,q).

Kesimpulan:
Pemetaan linier memetakan setiap titik pada bidang Z ke bidang W melalui 3 (tiga) jenis
transformasi yakni dilatasi dengan faktor |a|, rotasi (pemutaran) dengan sudut putar arg a, dan
pergeseran sejauh vector konstan b.

Contoh 1. Carilah bayangan dari segitiga ABC dimana titik A(2, 2), B( 32, 2), dan C (22,
22) melalui pemetaan w = (1-i)z + (2-i2)

34 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Penyelesaian
(a) Dilatasi dengan faktor k = 2 (modulus (1-i))
Bayangan dari titik-titik A(2, 2) B ( 32, 2) dan C (22, 22) (gambar 2a) dapat
diperloleh dengan menggunakan rumus transformasi dilatasi berikut:

 u'   x 
 k  ………………………………………………..…………..…………...(4)

v ' y
Dengan demikian, maka bayangan titik-titik tersebut di atas melalui dilatasi dengan  = 2
adalah A’(2, 2), B’(6, 2), dan C(4, 4) seperti dalam gambar 2b.

iy Bidang Z iv Bidang W
C
C’

A B

O x A’ B’

O u

Gambar 2a Gambar 2b

(b) Rotasi dengan sudut putar -/4 radian (arg (1-i) = -/4 radian).
Bayangan setiap titik dalam gambar 2b dapat diperloleh dengan menggunakan rumus
transformasi rotasi berikut:

35 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

u" cos sinu'


    …………………..………………….......….…………(5)

v " sin cos v'


untuk  = -/4 maka persamaan (5) menjadi

1 1 
u" 2 2  u'
   2 2  
     …………………………….………..……………..(6)

v "  1 1 v'
 2 2 
2 2 
Sehingga bayangan dari titik A’, B’ dan C’ berturut-turut adalah A”(22, 0), B”( 42, -22), dan
C”(42, 0) seperti dalam gambar 3a.

36 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

iv Bidang W iv Bidang W

A” C” u
O A”’ C”’ u

B”
B”’

Gambar 3a Gambar 3b

(c) Pergeseran sejauh vector b = (2, -2). Bayangan setiap titik dalam gambar 3a dapat
diperloleh dengan menggunakan rumus transformasi pergeseran berikut:

 u'"  u" p 
     ……………………………………………..

v '"   v"q 
………………………. (7)

Dengan b = (2, -2). maka persamaan 5 di atas menjadi

 u'"  u" 2

  
 
…………………………………………..

v ' "
   v" 2
……………………..… (8)
Sehingga bayangan dari titik A”, B”, dan C”, berturut-turut A’”(22, -2), B’”(52, -32), dan
C”’(52,- 2) seperti dalam gambar 3b.

37 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Transformasi linier tak konstan (a0)


w = az + b
merupakan transformasi serupa, karena turunanya yakni w’ = a (ada) dan tidak akan sama
dengan nol untuk semua z. Dengan kata lain di bawah pemetaan linier sudut-sudutnya tetap
terjaga baik besar maupun arahnya.
Contoh 2. Misalkan domain D1: x2+y2=16 dan D2: x2 + y2 –12x + 32 = 0. Titik potong kedua
domain dilalui oleh garis singgung kedua lingkarang yakni gari L: x - 4 = 0. (lihat gambar 3a)
Analisa bayangan-bayangan D1, D2, dan L di bawah pemetaan w = 2z
Titik potong D1, D2, dan L adalah titik A(4,0)
Peta dari D1: Ambil sebuah titik pada D1 misalkan A(4,0) dan titik lainnya (titik pusatnya)
yakni O(0,0). Bayangan dua titik tersebut melalui pemetaan w = 2z masing-masing menjadi
A’(8,0) dan O(0,0) sehingga D1 dipetakan ke C1: x2+y2 = 64 (lihat gambar 3b)
Peta dari D2: Ambil sebuah titik pada D2 misalkan A(4,0) dan titik lainnya (titik pusatnya)
yakni P(6,0). Bayangan dua titik tersebut melalui pemetaan w = 2z masing-masing menjadi
A’(8,0) dan O(12,0) sehingga D2 dipetakan ke C2: x2 + y2 – 24x + 140 = 0 (lihat gambar 3b)
Peta dari L2: Ambil sebuah titik pada L misalkan A(4,0) dan titik lainnya yakni T(4,4).
Bayangan dua titik tersebut melalui pemetaan w = 2z masing-masing menjadi A’(8,0) dan T’(8,8)
sehingga L dipetakan ke G: x – 8 = 0 (lihat gambar 3b)
Bidang z Bidang w
L G

D1 A D2 C1 A’ C2

Gambar 3a Gambar 3b

w = 2z analitik pada titik A (4,0) dan turunannya di titik tersebut tidak sama dengan nol. Nampak
bahwa pada titik tersebut G juga merupakan garis singgung dari lingkaran C1 dan C2.

TUGAS
1. Carilah bayangan-bayangan kurva-kurva (i) arg z = /3; (ii) R(z) = 1 melalui fungsi
w = 2iz
2. Cari bayangan parabola y = x2 dan x = y2 melalui pemetaan w = -2z-2i. Apakah sudut
antara L1: y = x dan L2: x + y – 2 = 0 terpelihara melalui pemetaan w = -2z-2i

38 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Selamat belajar !

////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////

Inti pendidikan adalah “self education”,


yakni sebuah proses bagi setiap orang agar kelak bisa mendidik dirinya sendiri
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\

39 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

BAHAN AJAR MATA KULIAH ANALISIS KOMPLEKS


(Pertemuan ke-11, Jumat, Januari 2007)

TRANSFORMASI ELEMENTER
Dosen: Rasmuin Baco Minu

C. Transformasi Fungsi Pangkat


Untuk setiap bilangan bulat positif n, fungsi
f(z) = zn
dinamakan fungsi pangkat.
Fungsi ini analitik dimana-mana sehingga juga diferensiabel dimana-mana, dan
turunannya adalah f’(z) = nzn-1 yang juga didefenisikan untuk semua z. Oleh karena itu, fungsi
ini juga merupakan fungsi menyeluruh. Selain itu untuk n = 2, 3, 4,… fungsi ini merupakan
fungsi banyak ke satu (many-to-one).
Sifat pemetaan fungsi pangkat w = z n, n = 2, 3, 4, … lebih mudah dipahami jika
dinyatakan dalam bentuk koordinat kutub berikut,
w = rn( cos nt + i sin nt) ……………………………………….(1)
Jika z = x + iy, maka |z| = r, dan arg z = t, sehingga untuk persamaan 1, diperoleh |w| = r n dan arg
w = nt

Kesimpulan:
Transformasi pangkat memetakan titik-titik z (bidang-z) dengan modulus r dan argumen t ke
suatu titik pada bidang-w dengan modulus rn dan argumen nt

Contoh 1. Bayangan dari z = 2 cis (gambar 3) melalui transformasi w = z 3 adalah w=8
3
cis  (lihat gambar 4).

iy Bidang Z iv Bidang W
z=

/3 x z = 8 cis
O u

Gambar 3 Gambar 4

40 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Contoh 2. Tentukan bayangan dari D:   arg z    2 / 3 (seperti dalam gambar 5) melalui


transformasi w = z3.
Penyelesaian
Berdasarkan defenisi pada persamaan 1 maka arg w berada dalam interval 3  arg w  3  2
(lihat gambar 6)

iy Bidang Z iv Bidang W

3
2/3
 x
O u

Gambar 5 Gambar 6

Contoh 3. Tentukan bayangan (a) hiperbola x2-y2 = a; a  0 (gambar 7) dan (b) hiperbola xy
= b (gambar 9) melalui transformasi w = z2.
Penyelesaian
.w = z2 = (x + iy)2 = (x2-y2 ) + 2ixy …………………………………(2)
(a). hiperbola x2-y2 = a; a  0. Dari persamaan 2 diperoleh

u  x2  y2
. ……………………………………….………………(3)
v  2 xy
.x2-y2 = a atau berarti u = a. Dengan demikian jika x, y bergerak dari - hingga  maka u tetap
sama dengan a. Sehingga bayangan dari hiperbola x2-y2 = a adalah garis tegak u = a (gambar 8)
(b) Hiperbola xy = 1. Dari persamaan 3 diperoleh v = 2xy sehingga v = 2. Jadi bayangan dari
hiperbola xy = 1 melalui transformasi w = z 2 adalah garis mendatar v = 2 (gambar 10) .

iy Bidang Z iv Bidang W

(-a,0) (a,0)

x
O O u

.u = a
Gambar 7 Gambar 8

41 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Bidang z

iy iv Bidang W

.v = 2
(1,1)

(-1,-1) x
O O u

Gambar 9 Gambar 10

Oleh karena turunan fungsi f(z) = zn tidak nol kecuali di titik z = 0, maka fungsi ini
merupakan pemetaan serupa pada setiap z  0.
Contoh 4. Tentukan bahwa bayangan garis mendatar y = k0 dan garis x = c0 (dalam gambar
11) melalui pemetaan w = z2 merupakan parabola. Tunjukkan pula bahwa parabola-parabola
tersebut juga berpotongan tegak lurus
Penyelesaian
Dari pemetaan w = z2 = (x2-y2) + 2ixy, diperoleh
u = x2-y2 …………..(3) dan v = 2xy ……………. (4)
Jika persamaan 4 dikuadratkan, kemudian persamaan 3 disubtitusikan ke dalamnya maka
diperoleh
v2 = 4x2y2
sehingga
v2 = 4x2 (x2 – u)…………..(5) atau v2 = 4y2 (u + y2) …………(6)
Karena x = c maka persamaan 5 menjadi v 2 = 4c2 (c2 –u) atau v2 – 4c4 + 4c2u = 0, yang
merupakan parabola.
Dengan mengambil c = 1 misalnya, maka diperoleh parabola v2 + 4u – 4 =0 seperti dalam
gambar 12
Karena y = k maka persamaan 15 menjadi v 2 = 4k2u+4k4 atau v2 - 4k2u - 4k4 = 0, yang juga
merupakan parabola.
Dengan mengambil k = 1 misalnya, maka diperoleh parabola v2 - 4u – 4 =0 seperti dalam gambar
12

Bidang z Bidang w
iy iv
v2 + 4u – 4=0 v2 - 4u – 4 =0

y=k=1 A’(0, 2)

A(1,1)

x u

42 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

O O O
x=c=1

Parabola v2 + 4u – 4 =0 dan v 2 - 4u – 4 = 0 berpotongan di titik A’(0,2) yang merupakan


bayangan dari titik A(1,1) yakni titik potong antara garis y = 1 dan x = 1 (berpotongan tegak
lurus). Untuk menunjukkan bahwa kedua parabola (bayangan dari garis-garis) juga berpotongan
tegak lurus, kedua persamaan parabola selanjutnya masing-masing dideferensialkan ke u,
sehingga diperoleh,
dv/du = -2/v …………… (7) untuk v2 + 4u – 4 =0
dan
dv/du = 2/v ………..……(8) untuk v2 - 4u – 4 =0
Jika koordinat titik potong A’(0,2) disubtitusi pada persamaan 7, diperoleh kemiringan garis
singgung pada parabola v2 + 4u – 4 =0, yakni dv/du = -1. Demikian pula jika koordinat titik
potong A’(0,2) disubtitusi pada persamaan 8, diperoleh kemiringan garis singgung pada parabola
v2 - 4u – 4 =0, yakni dv/du = 1. Hasil kali kedua gradien ini adalah –1 yang menunjukkan bahwa
parabola v2 + 4u – 4 =0 dan v 2 - 4u – 4 =0 berpotongan tegak lurus di titik A’(0,2). Dengan
demikian pemetaan w = z2 mempertahankan besar sudut.

‘’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’
“Jenius itu hanya satu persen inspirasi, selebihnya harus merupakan cucuran keringat”
‘’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’

Selamat Belajar !
o-----o Rbm 14/12/2006 o-----o

43 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

BAHAN AJAR MATA KULIAH ANALISIS KOMPLEKS


(Pertemuan ke-12, Jumat, Januari 2007)

TRANSFORMASI ELEMENTER
Dosen: Rasmuin Baco Minu

D. Transformasi Kebalikan

1) Bentuk Umum Fungsi Kebalikan

Fungsi Kebalikan memiliki bentuk


w = 1/z. …………………………………….……..(1)
yang merupakan fungsi satu-satu antara bidang z kecuali pada z = 0 dengan bidang w kecuali di
w = 0. Fungsi ini analitik dimana-mana kecuali pada titik singular z = 0. Ini berarti fungsi ini
juga dapat didefernsialkan pada semua titik selain pada titik pusat (z = 0), dan turunannya adalah,
w’ = 1/z2,
yang juga analitik dimana-mana selain pada titik z = 0

2) Transformasi Kebalikan
Bentuk fungsi kebalikan di atas sama dengan w = z -1, sehingga jika z = x + iy dengan
bentuk kutub z= r(cos t + i sin t) maka,
1
w
x  iy

menurut hasil bagi dua bilangan kompleks, memiliki bentuk kutub,


1 1 1
w (cos( t )  i sin( t )  (cos t  i sin t )  Cis( t ) ……..…..….. (2)
r r r
Dari persamaan 2 diperoleh |w| = 1/r dan arg w = -t. Persamaan 2 tidak lain menyatakan bahwa,
1 1
w 2
[ r (cos t  i sin t )]  2 z ………………………….………..…. (3)
r r
atau
x iy
w  2 ………………………………….……(4)
x y
2 2
x  y2

dimana,

44 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

x
u
x2  y2
………………………………………………(5)
y
v 2 2
x y
Misalkan garis x = b pada bidang z dipetakan melalui transformasi w = 1/z. Karena x = b maka,

b
u
b2  y2
……………………………………..…………(6)
y
v 2 2
b y
Kuadratkan kedua bagian pada persamaan 6 kemudian jumlahkan, sehingga diperoleh
b2 y2 b2  y 2 1 1
u2  v2     2  u atau,
(b  y )
2 2 2
(b  y )
2 2 2
(b  y )
2 2 2
b y 2
b

1
u2  v2  u ………………………………………………………….………………. (7)
b
yang tidak lain adalah lingkaran yang berpusat di titik M (b/2, 0) dengan jari-jari b/2.

Misalkan garis y = 2x pada bidang z dipetakan melalui transformasi w = 1/z. Untuk y = 2x


persamaan 5 menjadi,

x 1
u 
x 2  4 x 2 5x …………………..……………………………………………(8)
2x 2
v 2 2 
x  4x 5x
dari dua bagian persamaan dalam 8 diperoleh 2u + v = 0 yang tidak lain adalah garis yang
melalui titik asal dengan gradien -2.

Ambil lingkaran x 2  y 2 = r2 dan petakan melalui transformasi w = 1/z. Karena


x 2  y 2 = r2 maka persamaan 5 berturut-turut menjadi

x
u 2

r …………………………………………………………..………………(9)
y
v 2 
r
Jika u dan v pada persamaan 9 keduanya di kuadratkan lalu dijumlahkan diperoleh
x2 y2 x2  y2 r2 1 1
u2  v2  2 2
 2 2
 2 2
 2 2
 2  ( ) 2 , atau
(r ) (r ) (r ) (r ) r r

45 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

1
u 2  v 2  ( ) 2 ……………………………………………………………………………(10)
r
Jadi lingkaran x 2  y 2 = r2 (lingkaran berpusat di O (0,0) berjari-jari r) dipetakan melalui
transformasi w = 1/z. menjadi lingkaran yang juga berpusat di titik O(0,0) dengan jari-jari 1/r)

Ambil lingkaran x 2  y 2 - 2y = 0 yang dipetakan melalui transformasi w = 1/z. Karena


x 2  y 2 = 2y maka persamaan 16 berturut-turut menjadi

x x
u 
x2  y2 2y
……………………………………………………………..………(11)
y 1
v 
2y 2
Disimpulkan bahwa lingkaran x 2  y 2 - 2y = 0 dipetakan melalui transformasi w = 1/z. menjadi
garis mendatar v = -1/2

Kesimpulan:
Fungsi kebalikan memetakan garis-garis dan lingkaran-lingkaran dari bidang Z depetakan
menjadi garis-garis atau lingkaran-lingkaran pada bidang W.

Kenyataan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:


x iy
w  …………………………………………………….………… (12)
x2  y2 x2  y2

D: a ( x 2  y 2 )  bx  cy  d  0 ……………………………………..…..……….…….(13)

Domain D seperti pada persamaan (13) di atas merupakan lingkaran jika .a  0 dan berupa garis
jika a = 0.
Oleh karena pada persamaan 5,
x
u ……………………………………………………………………..…...(14)
x  y2
2

dan
y
v ………………………………………………………………………..(15)
x  y2
2

maka jika persamaan 13 dibagi dengan (x2+y2), menyebabkan bayangan dari D pada bidang W
akan berupa,
d (u 2  v 2 )  bu B  cv B  a  0 ………………………………………..…………..(16)

dalam hal ini persamaan 16 juga merupakan lingkaran jika d0 atau berupa garis jika d=0

Contoh 4. Gambarkan bayangan dari D: x = 2 (Gambar 11) melalui pemetaan w = 1/z.

46 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Penyelesaian
Domain x =2 merupakan sebuah garis tegak atau dapat ditulis dalam bentuk persamaan x – 2 = 0.
Sesuai persamaan 13 maka b = 1 dan d = -2. Dengan demikian bayangan x = 2 adalah
 2(u 2  v 2 )  u  0 atau,
1 1
u 2  v 2  u  (u  1 / 4) 2  v 2  ( ) 2 …………….……………..……..…………(17)
2 4
Persamaan 17 di atas merupakan lingkaran pada bidang W yang berpusat di titik M(1/4, 0)
dengan jari jari ¼ atau dapat ditulis dalam bentuk |W-1/4|=1/4 (Lihat gambar 12).

iy Bidang Z iv Bidang W

(u -1/4)2+ v2 = (1/4)2

O 2 x O u

x=2

Gambar 11 Gambar 12

Oleh karena turunan fungsi ini tidak akan pernah sama dengan nol maka fungsi ini juga
merupakan pemetaan serupa.

Contoh 5. Perhatikan dua buah garis pada bidang z berikut


L1: x - y +2 =0 dan L2: x + y –2 =0
pada bidang z seperti gambar 13. Kedua garis tersebut berpotongan tegak lurus di titik z = 2i.

Bidang z Bidang w
iy
L2 L1 iv
2i

x u

-i/2

47 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Gambar 13 Gambar 14

Di bawah pemetaan w = 1/z garis L 1 dan L2 dipetakan ke bidang w berturut-turut


menjadi,
C1 : 2(u2+v2) + u + v = 0 dan C2: 2(u2 + v2) - u + v = 0
Kurva C1 dan C2 juga berpotongan tegak lurus pada titik pada titik w = 0 dan w = -i/2.
Perhatikan:
Jika persamaan Lingkaran C1 dideferensialkan/diturunkan ke u menjadi,
dv 4u  1
 …………..….(18)
du 4v  1
Selanjutnya jika titik potong kedua lingkaran disubtitusi kita memperoleh,
dv/du = 1 untuk titik potong z = 0 atau z =(0,0) dan dv/du = -1 untuk titik potong z = -i/2

Jika persamaan Lingkaran C2 dideferensialkan/diturunkan ke u menjadi,


dv 4u  1
 ………………(19)
du 4v  1
Selanjutnya jika titik-titik potong kedua lingkaran disubtitusi ke dalam persamaan 18 dan 19 kita
memperoleh,
dv/du = -1 pada titik potong z = 0 atau z = (0,0)
dan
dv/du = 1 pada titik potong z = -i/2 atau z = (0, -1/2)
Ini menunjukkan bahwa setiap dua garis singgung di titik perpotongan lingkaran keduanya saling
tegak lurus. (ingat: jika g 1  g 2 , maka m1m2 =-1)
‘’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’
“Pikiran itu seperti halnya perut, yang terpenting bukan pada banyaknya yang masuk,
akan tetapi berapa banyak yang dicerna”
‘’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’

Selamat Belajar !
o-----o Rbm 14/12/2006 o-----o

48 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

BAHAN AJAR MATA KULIAH ANALISIS KOMPLEKS


(Pertemuan ke-13, Jumat, Januari 2007)

TRANSFORMASI ELEMENTER
Dosen: Rasmuin Baco Minu

G. Transformasi Bilinier
Bentuk umum fungsi bilinear kompleks adalah:
az  b
w ; ad-bc  0 ………………..……………..…………… (1)
cz  d
atau dapat dinyatakan dalam bentuk
a bc  ad 1
w ( )( ) ………………...…………..……………(2)
c c cz  d
Misalkan A = cz+d ………………………….……..…………...………….. (3)
B = 1/A ………………………….……………….....……………(4)
maka,
a bc  ad
w ( ) B ……………………..……………...…..………..(5)
c c
Berdasarkan persamaan (3), (4), dan (5) di atas, maka transformasi bilinear dapat dimulai
dari transformasi linier (persamaan 3), transformasi kebalikan (persamaan 4), dan selanjutnya
transformasi linier (persamaan 5).
Pertama, transformasi linier dengan fungsi seperti pada persamaan 3. Pada transformasi ini
setiap titik pada bidang Z dipetakan ke bidang A melalui 3 (tiga) jenis transformasi, yakni: (a)
Dilatasi berupa peregangan/pembesaran atau pengkerutan/pengecilan sebesar faktor modulus a
atau |a|, (b) Rotasi (pemutaran) dengan sudut putar arg a, dan (c) pergeseran sejauh vector
konstan b.
Kedua, transformasi kebalikan dengan fungsi seperti pada persamaan 4. Fungsi tersebut
memetakan setiap garis dan lingkaran dari bidang A menjadi garis-garis atau lingkaran-lingkaran
pada bidang B. Misalkan domain pada bidang A dinyatakan dalam bentuk,
i (u A2  v A2 )  ju A  kv A  l  0 ………………………………………..…..…………….(6)
Persamaan (6) di atas merupakan lingkaran jika .i  0 dan berupa garis jika .i = 0. Bayangan dari
domain/persamaan (6) pada bidang B akan berupa,
l (u B2  v B2 )  ju B  kv B  i  0 ……………………………………………..…………..(7)

dalam hal ini persamaan (7) juga merupakan lingkaran jika l0 atau berupa garis jika l=0
Ketiga, transformasi linier dengan fungsi seperti pada persamaan 5. Seperti halnya
transformasi linier dengan menggunakan persamaan (3), transformasi linier dengan fungsi seperti
pada persamaan 5 juga memetakan setiap titik dari bidang B ke bidang W melalui 3 (tiga) jenis
transformasi, yakni: (a) Dilatasi dengan factor |(bc-ad)/c|, (b) Rotasi (pemutaran) dengan sudut
putar arg ((bc-ad)/c), dan (c) pergeseran sejauh vector konstan a/c.
49 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Kesimpulan:
Fungsi Biliear memetakan garis-garis dan lingkaran-lingkaran dari bidang Z menjadi garis-
garis atau lingkaran-lingkaran pada bidang W.
z 1
Contoh.1 Tentukan bayangan dari garis x =1 melalui pemetaan w 
z 1
Penyelesaian
z 1
Diketahui w  ………………………………………..…………(8)
z 1
Dengan mengikuti prosedur seperti pada persamaan (3), (4), dan (5) maka kita dapat
memisalkan:
A = z + 1 ……………………………………………..………(9)
dan,
B = 1/A …………………………… ………………………..(10)
Sehingga,
W = 1-2B …………………………………….………………… .(11)

Transformasi linier A = z + 1
Bidang Z dengan domain x = 1 seperti dalam Gambar 1a. Melalui pemetaan A = z + 1
(a=(1,0), b=(1, 0)) maka garis x = 1 akan dipetakan ke bidang A hanya dengan transformasi
pergeseran ke kanan sejauh b = (1, 0). Domain x = 1 tidak mengalami peregangan/pengkerutan
karena |a| = 1, serta tidak mengalami rotasi karena arg a = 0 radian.
Transformasi pergeseran menggunakan rumus berikut:

50 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

uA  x 1   2
     b     
vAy 0y
Dengan demikian bayangan dari garis x = 1 adalah uA = 2 seperti dalam Gambar 1b

iy Bidang Z ivA Bidang A

O 1 x O 1 2 uA

x=1 uA = 2

Gambar 1a Gambar 1b

Transformasi Kebalikan B = 1/A


Melalui transformasi B = 1/A, garis uA = 2 dipetakan ke bidang B dengan memperhatikan
persamaan (6).

51 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Domain uA=2 merupakan sebuah garis atau dapat ditulis dalam bentuk persamaan u A – 2 = 0.
Sesuai persamaan (6) maka j = 1 dan l = -2. Dengan demikian bayangan u A = 2 adalah

 2(u B2  v B2 )  u B  0 atau,
1 1
u B2  v B2  u B  (u B  1 / 4) 2  v B2  ( ) 2 ……………...……..…………(12)
2 4
Persamaan (12) di atas merupakan lingkaran pada bidang B yang berpusat di titik M(1/4, 0)
dengan jari jari ¼ atau dapat ditulis dalam bentuk |B-1/4|=1/4 (Lihat gambar 2).

ivA Bidang B

(uB -1/4)2+ v2 = (1/4)2


P
M Q uB
O R

Gambar 2

Transformasi Linier w = 1-2B


Melalui transformasi Linier w = 1-2B, lingkaran dalam Gambar 2 dipetakan ke bidang W
melalui tiga jenis transformasi yakni:
(d) Dilatasi dengan factor () = 2 (modulus (–2))
Misalkan diambil empat buah titik pada lingkaran yakni titik O(0,0), P(1/4, 1/4), Q(1/2, 0) dan
R(1/4, -1/4), serta titik pusat M(1/4, 0). Bayangan kelima titik tersebut dapat diperloleh dengan
menggunakan rumus transformasi dilatasi berikut:

 u'  u B 
   ………………………..……………….(13)

v ' vB
Dengan demikian, maka bayangan titik-titik tersebut di atas melalui dilatasi dengan  = 2 adalah
O’(0,0), P’(1/2, 1/2), Q(1,0), R’(1/2, -1/2), dan M’(1/2, 0). Sementara itu jari-jari lingkaran yang
baru yakni r’ = rA = ½.

52 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

1
Jadi bayangan dari lingkaran (u B  1 / 4) 2  v B2  ( ) 2 adalah
4
1
(u '1 / 2) 2  v' 2  ( ) 2 ………………..………………. (14)
2
atau |W-1/2|=1/2 seperti dalam Gambar 3(a)

(e) Rotasi dengan sudut putar  radian (arg (-2) =  radian).


Bayangan dari titik-titik O’, P’ Q’ dan R’ dapat diperloleh dengan menggunakan rumus
transformasi rotasi berikut:

u" cos sinu'


    ………………….…………(15)

v " sin cos v'


Untuk  =  maka persamaan (15) menjadi

u" 1 0u'


      ……………………...…………..(16)

v "  0 1v'
53 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Sehingga bayangan dari titik-titik O’, P’ Q’, R’ dan M’ berturut-turut adalah O”(0,0), P”(-½, -½),
Q”(-1, 0), R”(-½, ½) dan M”( -½, 0). Sedangkan panjang jari-jari adalah r”= r’= ½. Dengan

1
demikian bayangan dari lingkaran (u B  1 / 4)  v B  ( ) setelah melalui transformasi dilatasi
2 2 2

4
dengan =2 dan transformasi rotasi dengan  =  adalah
1 2
(u"1 / 2) 2  v" 2  ( ) …………………….………… (17)
2
atau |W+1/2|=1/2, seperti dalam Gambar 3(b)

(f) Pergeseran sejauh vector (p,q) = (1,0). Bayangan dari titik-titik O”, P”, Q”, R” dan M” dapat
diperloleh dengan menggunakan rumus transformasi pergeseran berikut:

 u'"  u" p 
     ………………………………………. (18)

 v'"   v"q 
Dengan vector pergeseran (1, 0) maka persamaan 18 di atas menjadi

 u'"  u"1
     ……………………………………..… (19)

 v'"   v"0 
Sehingga bayangan dari titik O”, P”, Q”, R” dan M” berturut-turut O’”(1, 0), P’”(1/2, -1/2),
Q”’(0, 0), R”’(1/2, ½) dan M”’(1/2, 0). Seperti halnya pada rotasi, transformasi pergeseran tidak
mengubah panjang jari-jari lingkaran. Jadi bayangan dari lingkaran

1 2
(u"1 / 2) 2  v" 2  ( ) sekaligus bayangan terakhir dari lingkaran
2

1
(u B  1 / 4) 2  v B2  ( ) 2 melalui pemetaan W=1-2B adalah
4
1 2
(u" '1 / 2) 2  v" ' 2  ( ) ………………………….. (20)
2
atau |W-1/2|=1/2, seperti dalam Gambar 3(c).
54 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

z 1
Dengan demikian disimpulkan bahwa bayangan dari garis x = 1 melalui transformasi w 
z 1

1
adalah (u  1 / 2)  v  ( )
2 2 2

iv Bidang W iv

(u’ +1/2)2+ v’2 = (1/2)2


P’ (u’ -1/2)2+ v’2 = (1/2)2 R”

M’ Q’ u Q” M” u
O O
R’ P”

iv
(b)
(a)

(u”’ -1/2)2+ v”’2 = (1/2)2


P”’

M”’ Q”’ u
O
R’”

(c)
Gambar 3

z 1
Contoh.2 Tentukan bayangan dari garis y =1 melalui pemetaan w 
z 1
Penyelesaian
z 1
Diketahui w  ………………………………………..…………(21)
z 1
Dengan mengikuti prosedur seperti pada persamaan (3), (4), dan (5) maka kita dapat
memisalkan:
A = z + 1 ……………………………………………..………(22)
dan,
B = 1/A …………………………………………………………..(23)
Sehingga,
W = 1-2B …………………………………….………………… .(24)

Transformasi linier A = z + 1
Bidang Z dengan domain y = 1 seperti dalam Gambar 4a. Melalui pemetaan A = z + 1
(a=(1,0), b=(1, 0)) maka garis y = 1 akan dipetakan ke bidang A hanya dengan transformasi
pergeseran ke kanan sejauh b = (1, 0). Domain y = 1 tidak mengalami peregangan/pengkerutan
karena |a| = 1, serta tidak mengalami rotasi karena arg a = 0 radian.

55 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Transformasi pergeseran menggunakan rumus berikut:

uAx 1x
  b   
vAy 10
Dengan demikian bayangan dari garis y = 1 adalah vA = 1 seperti dalam Gambar 4b

y=1
y=1

Gambar 4a Gambar 4a

Transformasi Kebalikan B = 1/A


Melalui transformasi B = 1/A, garis vA = 1 dipetakan ke bidang B dengan memperhatikan
persamaan (6).

56 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Domain vA=1 merupakan sebuah garis atau dapat ditulis dalam bentuk persamaan v A – 1 = 0.
Sesuai persamaan (6) maka k = 1 dan l = -1. Dengan demikian bayangan vA = 1 adalah

 (u B2  v B2 )  u B  0 atau,
2 1
u B2  v B2  v B  u B  (v B  1 / 2) 2  ( ) 2 ……………...……..…………(25)
2
Persamaan (25) di atas merupakan lingkaran pada bidang B yang berpusat di titik M(0,-1/2)
dengan jari jari ½ atau dapat ditulis dalam bentuk |B-1/2i|=1/2 seperti dalam gambar 5a

Transformasi Linier w = 1-2B


Melalui transformasi Linier w = 1-2B, lingkaran dalam persamaan 25 dipetakan ke bidang
W melalui tiga jenis transformasi yakni:
(a) Dilatasi dengan factor () = 2 (modulus (–2))
Misalkan diambil empat buah titik pada lingkaran yakni titik O(0,0), P(1/2, -1/2), Q(0,-1) dan R(-
1/2, -1/2), serta titik pusat M(0,-1/2). Bayangan kelima titik tersebut dapat diperloleh dengan
menggunakan rumus transformasi dilatasi berikut:

 u'  u B 
   ………………………..……………….(26)

 v'   v B 
Dengan demikian, maka bayangan titik-titik tersebut di atas melalui dilatasi dengan  = 2 adalah
O’(0,0), P’(1, -1), Q(0, -2), R’(-1, -1), dan M’(0, -1). Sementara itu jari-jari lingkaran yang baru
yakni r’ = rA = 1.
2 1
Jadi bayangan dari lingkaran u B  ( v B  1 / 2)  ( ) adalah
2 2

2
2
u B  (v B  1) 2  1 ………………..………………. (27)
atau |W-i|=1 seperti dalam Gambar 5b

Gambar 5a Gambar 5b

57 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

(b) Rotasi dengan sudut putar  radian (arg (-2) =  radian).


Bayangan dari titik-titik O’, P’ Q’ dan R’ dapat diperloleh dengan menggunakan rumus
transformasi rotasi berikut:

u" cos sinu'


    ………………….…………(28)

v " sin cos v'


Untuk  =  maka persamaan (28) menjadi

u" 1 0u'


      ……………………...…………..(29)

v "  0 1v'
Sehingga bayangan dari titik-titik O’(0,0), P’(1, -1), Q(0, -2), R’(-1, -1), dan M’(0, -1). berturut-
turut adalah O”(0,0), P”(-1, 1), Q”(0, 2), R”(1, 1) dan M”(0, 1). Sedangkan panjang jari-jari
2
adalah r”= r’= 1. Dengan demikian bayangan dari lingkaran u B  ( v B  1) 2  1 setelah melalui

transformasi dilatasi dengan =2 dan transformasi rotasi dengan  =  adalah


2
u B  ( v B  1) 2  1 …………………….…………… (30)
atau |W-i|= 1, seperti dalam Gambar 6a
58 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

(c) Pergeseran sejauh vector (p,q) = (1,0). Bayangan dari titik-titik O”, P”, Q”, R” dan M”
dapat diperloleh dengan menggunakan rumus transformasi pergeseran berikut:

 u'"  u" p 
     ………………………………………. (31)

 v'"   v"q 
Dengan vector pergeseran (1, 0) maka persamaan 31 di atas menjadi

 u'"  u"1
     ……………………………………..… (32)

v '"   v"0 
Sehingga bayangan dari titik O”(0,0), P”(-1, 1), Q”(0, 2), R”(1, 1) dan M”(0, 1) berturut-turut
O’”(1,0), P’”(0, 1), Q’”(1, 2), R’”(2, 1) dan M”’(1, 1). Seperti halnya pada rotasi, transformasi
pergeseran tidak mengubah panjang jari-jari lingkaran. Jadi bayangan dari lingkaran
2
u B  (v B  1) 2  1 melalui pemetaan W=1-2B adalah
(u B  1) 2  (v B  1) 2  1 ………………………….. (32)
atau |W-(1+i)| = 1, seperti dalam Gambar 6b.

ivA ivB

uA uB

Gambar 6a Gambar 6b
z 1
Dengan demikian disimpulkan bahwa bayangan dari garis y = 1 melalui transformasi w 
z 1

adalah (u B  1) 2  (v B  1) 2  1

59 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Bila diketahui titik sembarang z1, z2, z3 pada bidang Z, dan titik w1, w2, dan w3 pada bidang
W maka terdapat trandformasi bilinier yang tunggal yang memetakan z j ke wj, j = 1, 2, 3. Sifat
kedua dari transformasi bilinier berdasarkan kondisi ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
( w  w1 )( w2  w3 ) ( z  z1 )( z 2  z 3 )
 ……………………….(33)
( w  w3 )( w2  w1 ) ( z  z 3 )( z 2  z1 )

Contoh 2. Carilah transformasi bilinier yang memetakan z1 = 0, z2 = i, z3 = -1 ke w1=12, w2 =


11+i, dan w3 = 11, secara berurutan.
Penyelesaian
Dengan menggunakan persamaan 21 akan diperoleh
( w  12)i z (1  i )
 …………………….……..………(34)
( w  11)(1  i ) ( z  1)i

atau
10 z  12
w ………………………………….……………..(35)
z 1
Sifat ketiga dari pemetaan bilinier dengan fungsi seperti pada persamaan 1 adalah memiliki
paling banyak dua titik tetap. Jika setiap titik pada bidang Z dipetakan pada bidang W dengan
pemetaan identitas (tetap) maka “bayangan setiap titik-titik tersebut (bidang Z) pada W adalah
dirinya sendiri” atau dapat dinyatakan dengan,
w = z ……………………………………………..………… (36)
Jika persamaan 36 disubtitusi pada persamaan 1, diperoleh
az  b
z (c0) …………………………………..…….……(37)
cz  d
atau,
cz 2  (d  a ) z  b  0 ……..…………….…….....…….……(38)

Akar-akar kompleks dari persamaan (38) adalah


(a  d )  (d  a ) 2  4cb
z1.2  ………….………………. (39)
2c

z 1
Contoh 3. Tentukan titik tetap dari pemetaan w 
z 1
Penyelesaian
z 1
Diketahui w  …………………………….………………… (40)
z 1
Berdasarkan persamaan 37 maka persamaan 40 menjadi
z 1
z atau ,
z 1

z 2  1 ……………………………………….…………………… (41)
Akar-akar kompleks dari (41) adalah z1 =.i atau z2 = –i.

60 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Fungsi bilinear juga merupakan pemetaan serupa pada titik-titik yang membuat
turunannya tidak nol.
Contoh 4. Perhatikan contoh 1 dan 2 di atas. Dua buah garis pada bidang z berikut
L1: x = 1 dan L2: y = 1
pada bidang z seperti gambar 7a. Kedua garis tersebut berpotongan tegak lurus di titik z = (1, 1)

Bidang z Bidang w
iy
L1 iv

i L2
(1/5, 2/5)

i x u

Gambar 7a Gambar 7b
z 1
Di bawah pemetaan w  garis L1 dan L2 dipetakan ke bidang w berturut-turut menjadi,
z 1
1
C1 : (u  1 / 2) 2  v 2  ( ) 2 dan C2: (u  1) 2  ( v  1) 2  1
2
Kurva C1 dan C2 (gambar 7b) juga berpotongan tegak lurus pada titik pada titik w = (1/5, 2/5),
yang merupakan banyangan dari titik potong L1 dan L2 yakni z =(1,1).
Perhatikan:
Jika persamaan Lingkaran C1 dideferensialkan/diturunkan ke u menjadi,
dv 2u  1
 …………..….(42)
du 2v
Selanjutnya jika titik potong L1 dan L2 yakni z = (1,1) memiliki bayangan w = (1/5, 2/5) dalam
bidang w (merupakan salah satu titik porong C1 dan C2). Jika titik potong kedua lingkaran
disubtitusi kita memperoleh, dv/du = -3/4
Jika persamaan Lingkaran C2 dideferensialkan/diturunkan ke u menjadi,
dv u  1
 ………………(43)
du v  1
Selanjutnya jika titik-titik potong w = (1/5, 2/5) disubtitusi ke dalam persamaan 43 kita
memperoleh,
dv/du = 4/3
Ini menunjukkan bahwa setiap dua garis singgung di titik perpotongan lingkaran keduanya saling
tegak lurus. (ingat: jika g 1  g 2 , maka m1m2 =-1)

61 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Tidak ada balasan dari kebaikan


melainkan kebaikan pula”
(QS: Ar-Rahmaan:60)

SELAMAT BELAJAR !

62 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

BAHAN AJAR MATA KULIAH ANALISIS KOMPLEKS


(Pertemuan ke-14, Januari 2007)

TRANSFORMASI ELEMENTER
Dosen: Rasmuin Baco Minu

H. Transformasi Eksponensial
Transformasi Eksponensial memiliki bentuk umum berikut.
w  e z ; …………………………………………………… (1)
Fungsi di atas dapat pula dinyatakan dalam bentuk
w  e x (cos y  i sin y ) ………………………………………(2)

Dari persamaan (2) diketahui bahwa modulus ez adalah ex sedangkan arg ez adalah y

Fungsi eksponensial memiliki bentuk umum seperti pada persamaan 1 atau persamaan 2.
Misalkan z = x+ iy, dan y = 0 (z merupakan bilangan nyata) maka kelakuan fungsi eksponensial
kompleks menyerupai fungsi eksponensial nyata yakni ez = ex. Sebalinya jika x = 0 (z merupakan
bilangan khayal murni) maka ez = eiy = (cos y + i sin y). Jika fungsi ini dinyatakan ke dalam
bentuk kutub diperoleh bentuk
w = reit = r (cos t + i sin t). ……………………………..(3)
Karena persamaan 2 sama dengan persamaan 3 maka modulus dari w yakni |w| = e x, sedangkan
argumen w adalah y. Turunan fungsi tersebut yakni d(ez)/dz = ez, dan didefenisikan untuk semua
z sehingga fungsi ini merupakan fungsi menyeluruh.
Sifat-sifat ez
Untuk setiap bilangan kompleks w san z berlaku sifat-sifat berikut:
1. ez  0
2. e0 = 1
3. ez+w = ew+z
4. ez-w = ez/ ew
___
5. e z  e z

6. ez = ez+2i (Periodisasi eksponensial)


7. Jika z = x+iy maka | ez | = ex dan arg (ez) = y
Bukti dari ez  0.
Anggaplah ez = 0, maka untuk z = x + iy berarti e xcos y + i ex sin y = 0. Menurut kesamaan dua
bilangan kompleks maka,
excos y = 0 dan ex sin y = 0,
Karena ex tidak pernah sama dengan nol, maka
cos y = 0 dan sin y = 0.

63 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Secara serempak kedua persamaan terakhir di atas tidak mungkin. Jadi yang benar adalah ez  0.

Bukti dari ez = ez+2i (Periodisasi eksponensial)


Untuk z = x + iy maka
ez = ex (cos y + i sin y)= ex (cos (y+2) + i sin (y+2)) = ex+(y+2)i = e(x+iy)+2i= ez+2i

Tugas: Buktikan sifat- sifat ez yang lainnya

Transformasi Eksponensial
Untuk menganalisis transformasi eksponensial kita tinjau dua kasus berikut:
Pertama. Tentukan bayangan dari garis y = b melalui transformasi w = ez
Setiap titik pada garis y = b seperti dalam Gambar 1a memiliki bentuk
z = x + ib;    x   ………………..………………...(4)
Berdasarkan persamaan (2) maka diperoleh bentuk
w  e x (cos b  i sin b) ………………….…………………(5)

Persamaan (5) di atas memiliki |w| = e x dan arg w = b. Bila x bergerak dalam interval
   x   menyebabkan nilai dari |w| bergerak dari 0 (tidak termasuk) hingga , atau berarti |
w| > 0. Sementara itu, arg w tetap sebesar b. Dengan demikian bayangan dari garis y = b melalui
transformasi w = ez merupakan sinar garis yang dipancarkan dari titik pusat O (tidak termasuk)
dengan sudut sebesar b, seperti dalam Gambar 1b

iy Bidang Z iv Bidang W

y=b
b b
O
O x u

Gambar 1b
Gambar 1a

Kedua. Tentukan bayangan dari garis x = c, - < y   melalui transformasi w = ez


Setiap titik pada garis x = c seperti dalam Gambar 2a memiliki bentuk
z = c + iy , - < y   …………………………………………….. (6)
Berdasarkan persamaan (2) maka diperoleh bentuk
w  e c (cos y  i sin y ) ………………………………………………(7)

64 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Persamaan (7) di atas memiliki |w| = ec dan arg w = y. Bila y bergerak dalam interval - < y  
nilai dari cos y  i sin y membentuk lingkaran, sedangkan |w| = ec (tetap). Oleh karena |w|
merupakan modulus dari setiap titik yang bergerak pada bidang w maka lingkaran yang dibentuk
memiliki jari-jari ec. Dengan demikian disimpulkan bayangan garis x = c, - < y   melalui
transformasi w = ez adalah sebuah lingkaran berpusat pada 0 dan berjari-jari ec, seperti dalam
Gambar 2b

iy Bidang Z iv Bidang W

ec
c
O x O u
-
x=c

Gambar 2a Gambar 2b

Kesimpulan:
Melalui transformasi eksponensial w = ez garis mendatar dipetakan menjadi sinar-sinar yang
dipancarkan dari w = 0 (tidak termasuk). Sedangkan garis tegak dipetakan menjadi lingkaran
yang berpusat di w = 0.

Contoh 1. Tentukan bayangan dari lajur-lajur berikut (seperti dalam gambar 3a).
S1: - < y  ,    x   (Lajur pokok)
S2:  < y  3,    x  
S3: -3 < y -,    x  
S4: 3 < y  5,   x  
Penyelesaian
Setiap titik dalam lajur yang diberikan (S1) dipetakan ke seluruh bidang W (kecuali pada w = 0).
Demikian pula lajur S2, S3, dan S4 seperti dalam Gambar 3b

65 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

iy
Bidang Z iv Bidang W
5

3

0 0
0 x u
--

--3

Gambar 3b
Gambar 3a

Contoh 2. Tentukan bayangan dari garis-garis tegak A, B, dan C seperti dalam gambar 4a.
Penyelesaian (seperti ditunjukkan dalam gambar 4b)

iy
Bidang Z iv Bidang W

A B C
B’
x A’ 0 u
C’

Gambar 4a Gambar 4b

Hasil pada contoh 1 semakin memperkuat bahwa e z = ez+2kI seperti yang telah ditunjukkan dalam
pembahasan sebelumnya mengenai sifat fungsi ez.

Transformasi Eksponensial w =ez sebagai Pemetaan serupa

iy Bidang z iv Bidang w

(c, b) y=b
ec
O x u

x=c
Gambar 5a Gambar 5b
66 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Turunan fungsi eksponensial tidak pernah nol, dalam hal ini f’(z) = ez  0. Oleh karena
itu, maka pemetaan ekponensial merupakan pemetaan serupa di mana-mana.
Perhatikan dua contoh kasus sebelumnya di atas, garis y = b dan garis x = c (gambar 5a)
oleh pemetaan w = ez masing-masing adalah sinar garis dari titik pusat (tidak termasuk pusatnya)
dengan sudut sebesar b radian dan lingkaran berrpusat di O (0,0) dan berjari-jari ec (gambar 5b).
Titik potong antara garis y = b dan x = c adalah (c, b). Bayangan titik tersebut merupakan titik

potong antara sinar garis dengan lingkaran x2+y2 = (ec)2 yakni titik (  e 2 c  b 2 ,  e 2 c  c 2 )
(ingat: setiap garis yang ditarik dari titik pusat lingkaran akan berpotongan tegak lurus dengan
garis singgung lingkaran yang memalui titik potong tersebut. (perhatikan gambar 5b). Dengan
demikian melalui pemetaan w = ez besar sudut maupun arahnya tetap terpelihara.

I. Transformasi Logaritmik
Fungsi logaritmik memiliki bentuk
w = log z …………………………………………………..(8)
merupakan invers fungsi eksponensial ez, sebagaimana sifat fungsi logaritmik berikut,
Log (ez) = z …………………………………………………..(9)
Andaikan bahwa konsep yang diwakili oleh persamaan 8 adalah perluasan dari logaritmik nyata
(logaritma natural) ln x, yakni, jika z bilangan nyata positif (z > 0) maka,
Log z = ln z , ……………………………………….(11)
Dengan konsep seperti dalam persamaan 11, maka persamaan 8 dapat dinyatakan ke dalam bentuk,
w = ln |z| + i argz; z  0 , - < argz  , …….…………(12)
Turunan dari fungsi logaritmik yakni d(log z)/dz = f’(z) = 1/z, dalam hal ini
terdefenisikan untuk semua z kecuali z  0. Oleh karena itu, fungsi ini analitik di mana-mana
kecuali pada titik singular z = 0.
Sifat-sifat log z
1. log (zw) = log z + log w
2. log (z/w) = log z - log w
3. log (ez) = z
4. elog z = z
5. log (zp) = p log z, untuk setiap bilang rasional p dalam bentuk paling sederrhana
Bukti log (zw) = log z + log w
log (zw) = ln |zw|+ i arg zw
= ln |z||w|+ i arg zw
= ln |z|+ ln|w|+ i arg z + i arg w
= (ln |z|+ i arg z) + (ln|w|+ i arg w)
= log z + log w
Bukti log (ez) = z

67 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Misalkan z = x + iy maka ez = ex+iy = ex eiy, berarti


log (ez) = log ex + log eiy
= ln ex + ln eiy = x ln e + iy ln e = x + iy = z

Tugas: Buktikan sifat- sifat log z yang lainnya

Transformasi Logaritmik
Transformasi seperti dalam persamaan 8 di atas menyatakan secara sederhana bahwa log
z mengambil bidang z sebagai dareah defenisi (kecuali pusatnya) dan memetakannya ke lajur
pokok - < v  ,    u   pada bidang W. Oleh karena persamaan 8 dapat dinyatakan dalam
bentuk (seperti halnya dalam persamaan 12),
w = ln |z| + iargz; z  0 , - < argz  , …………(13)
maka diperoleh,
u = ln|z| dan v = arg z ……………………….(14)
Jika z berubah-ubah pada semua nilai kecuali z = 0 maka |z| berubah-ubah dari 0 hingga 
sehingga ln|z| berubah-ubah dari - hingga . Akibatnya, u memiliki nilai dalam interval
   u   . Di pihak lain, sesuai definisi dalam persamaan 12 atau 13 yakni - < arg z  
maka diperoleh - < v  . Dua hubungan yang terakhir menyatakan bahwa bayangan dari
transformasi bidang z (kecuali z = 0) adalah lajur pokok - < v  ,    u   (lihat gambar 6a
dan 6b)

iy
Bidang Z iv Bidang W


0
0
0 x u
--

Gambar 6b
Gambar 6a

Transformasi logaritmik w =log z sebagai Pemetaan serupa

68 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

iy Bidang z iv Bidang w

A
a b radian A’(ln a, b) v=b

O x u

u = ln a
Gambar 6a Gambar 6b

Pemetaan logaritmik adalah serupa dimana-mana, kecuali pada setiap titik di sumbu
nyata tak positif (x < 0). Misalkan D1: x2  y2  a , dan D2 : Sinar garis dari titik pusat (tidak
termasuk) dengan besar sudut b radian (gambar 11a). Melalui transformasi w = log z = ln|z| + i
argz dipetakan menjadi garis u = ln a dan v = arg z = b (gambar 6b). Nampak bahwa sinar garis
dan lingkaran yang berpotongan tegak lurus di titik A(a cos b, a sin b) memiliki peta A’(a, b),
yang tidak lain adalah titik potong antara garis u = a dan v = b. Kedua garis ini berpotongan
tegak lurus sebagaimana halnya antara sinar garis dan lingkaran dalam gambar 6a. Dengan
demikian melalui pemetaan w = log z besar sudut maupun arahnya tetap terpelihara.

BAHAN AJAR MATA KULIAH ANALISIS KOMPLEKS


(Pertemuan ke-15, Januari 2007)

69 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

TRANSFORMASI ELEMENTER
Dosen: Rasmuin Baco Minu

J. Transformasi Fungsi w = Sin z

Oleh karena Sin z dapat dinyatakan dalam bentuk,


Sin z = sin x coshy + i sinhy cosx ………………….…………..……………..…… (9)
maka,
w = sin x coshy + i sinhy cosx ……….………………..……………………………(10)
Sehingga diperoleh
.u = sin x cosh y ………………………………………………………………………………(11)
.v = sinhy cos x ……………………………………………………………………………… (12)
 
Contoh1. Misalkan sebuah interval pada sumbu nyata  x ; y  0 seperti dalam
2 2
Gambar 11.
Penyelesaian
Oleh karena pada y = 0 menyebabkan cosh y = 1 dan sinh y = 0 maka untuk sembarang
titik yang diberikan pada interval tersebut diperoleh.u = sin x dan.v = 0. Selanjutnya, oleh karena

 
x berubah-ubah dalam interval  x maka bayangan y = 0 pada bidang W adalah
2 2
 1  u  1 , dan v = 0 (lihat gambar 12)

iy Bidang Z iv Bidang W

-/2 /2 -1 1
A O B x A’ O B’ u

Gambar 12
Gambar 11

Contoh 2. Tunjukkan bahwa sumbu khayal y (x = 0) seperti dalam gambar 13 dipetakan ke


bidang W menjadi sumbu khayal u = 0.
Penyelesian (didasarkan berikut ini)
Jika x = 0 maka persamaan 11 dan 12 masing-masing menjadi,
u = 0 dan,
70 Bau-Bau, 04 November 2006
MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

v = sinhy
Karena y berubah-ubah dari - ke  pada sumbu khayal maka sinh y beubah-ubah dari - ke 
atau -  v  , sedangkan u tetap pada 0 (nol).

iy Bidang Z iv Bidang W

A A’

O O
x u
B B’

Gambar 13 Gambar 14

Dibawah transformasi w = sin z sembarang penggal garis mendatar y =b0; 2k-/2  x 


2k+/2 (lihat gambar 15), ke setengah bagian atas atau setengan bagian bawah elips,
u2 v2
  1 …………………………………………………………………(13)
cosh 2 b sinh 2 b
bergantung pada apakah b > 0 atau b < 0(lihat gambar 16).
Perhatikan kembali persamaan 11 dan 12. Jika y = b maka persamaan 11 menjadi
.u = sin x cosh b ………………………………………………………………………(14),
sedangkan persamaan 12 menjadi,
v = sinh b cos x ……………………………………………………………………… (15)
Persamaan 14 dan 15 masing-masing dapat diubah menjadi
sin x = u/cosh b ………………………………………………………….…………….(16)
cos x = v/sinh b ……….………………………..…………………………………… (17)
Jika persamaan 16 dan 17 dikuadratkan kemudian dijumlahkan diperoleh persamaan 13.
Sekarang, perhatikan kembali persamaan 14. Jika b > 0 maka cosh b > 0, sementara itu dalam
interval 2k-/2  x  2k+/2, (kuadran I & III) nilai sin x  0 pada kudran I dan sin x < 0 pada
kuadran III. Akibatnya nilai u berada dalam interval 0  u  cosh b atau -cosh b  u < 0
sehingga gabungannya berupa interval -cosh b  u  cosh b. Selanjutnya perhatikan persamaan
15. Jika b > 0 maka sinh b > 0, sementara itu dalam interval 2k-/2  x  2k+/2, (kuadran I
& III) nilai cos x (selalu)  0. Akibatnya nilai v berada dalam interval 0  v  sinh b. Dari kedua
kondisi ini, jika b > 0 maka penggal garis y = b  0; 2k-/2  x  2k+/2, dipetakan ke
setengah bagian atas elips. (Analog dengan cara tersebut jika b < 0 maka penggal garis y = b  0;
2k-/2  x  2k+/2 dipetakan ke setengah bagian bawah elips. Tunjukkan!)

71 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

iy Bidang Z iv Bidang W

Sinh b
.y = b
-/2 /2 -cosh b cosh b
O
O x u

Gambar 15 Gambar 16

Dibawah transformasi w = sin z sembarang garis tegak x = c; c  k/2, k = bil. bulat (lihat
gambar 17), dipetakan ke setengah sebelah kanan atau setengan sebelah kiri hiperbola,
u2 v2
  1 ………………………………………………………..…………(18)
sin 2 c cos 2 c
bergantung pada apakah 2k < c < 2k +  atau 2k-  < c < 2k. (lihat gambar 18)
Perhatikan kembali persamaan 11 dan 12. Jika x = c maka persamaan 11 menjadi
.u = sin c cosh y ……………………………………………………………..………(19),
sedangkan persamaan 12 menjadi
v = sinh y cos c ………………………………………………………………..…… (20)
Persamaan 14 dan 15 masing-masing dapat diubah menjadi
cosh y = u/ sin c …………………………………………….……………………….(21)
sinh y = v/ cos c ………………………………………………………………….… (22)
Jika persamaan 13 dan 14 dikuadratkan kemudian diperkurangkan diperoleh persamaan 18.
Sekarang, perhatikan kembali persamaan 19. Jika c  k/2 dalam interval 2k < c < 2k + 
(kuadran I & II), maka nilai sin c berada dalam interval 0 < sin c < 1, sementara itu dalam
interval - < y <  nilai cosh y  1. Akibatnya nilai u berada dalam interval sin c  u < .
Selanjutnya perhatikan persamaan 20. Jika c  k/ dalam interval 2k < c < 2k +  (kuadran I
& II), maka nilai cos c berada dalam interval 0 < cos c < 1 pada kuadran I dan -1 < cos c < 0
pada kuadran II. Sementara itu dalam interval - < y <  nilai sinh y  0 jika y  0, atau sinh y
< 0 jika y < 0. Akibatnya nilai v berada dalam interval - < y < .
Dari kedua kondisi di atas, Jika c  k/2 dalam interval 2k < c < 2k + , maka garis
tegak x = c, dipetakan ke setengah bagian kanan hiperbola (pada persamaan 18). (Analog dengan
cara tersebut penggal garis x = c  k/2, 2k - < c < 2k dipetakan ke setengah bagian kiri
hiperbola. Tunjukkan!)

72 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

Bidang Z
iy iv Bidang W

-sin c sin c
O
O x u

.x = c; .x = c;
2k - < c < 2k 2k < c < 2k + ,

Gambar 17 Gambar 18

K. Transformasi Fungsi w = Cos z


Transformasi Fungsi w = cos z dapat diturunkan dari fungsi w = sin z, dengan menggunakan
hubungan berikut,

Cos z  Sin( z  ) ……………………………………….………………………… (23)
2

Jadi w  Sin( z  ) ………………………………………………….……………………(24)
2
Andaikan  =(z +/2) maka w = sin . Dengan demikian transformasi di bawah fungsi w = cos z
dapat dimulai dari transformasi linier dengan memisalkan  =(z +/2) kemudian dilanjutkan
dengan transformasi fungsi sinus, yakni w = sin .
Contoh 3. Tentukan bayangan dari garis tegak x = -/2 seperti dalam gambar 19.
Penyelesaian
 =(z +/2)
Transformasi linier di atas hanya menggunakan satu jenis transformasi yakni pergeseran ke
kanan sejauh vektor (/2, 0) dengan rumus transformasi

u  px 
  
v   qy 
………………………………………………………………………(25)

   
Dengan demikian setiap titik dapa bidang Z dipetakan ke bidang  sejauh vektor (/2, 0). Oleh
karena x = /2 dan y berubah-ubah, dengan menggunakan persamaan 25 maka,

73 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

 u  x  p   / 2      / 2   0
    
v yq 00 yyy
    
Jadi dengan menggunakan transformasi linier  =(z +/2) maka bayangan dari x = -/2 pada
bidang  adalah sumbu khayal u = 0 (lihat gambar 20).
Selanjutnya dengan menggunkan transformasi w = sin  bayangan dari u = 0 pada bidang w
adalah sumbu khayal u = 0 seperti dalam gambar 21. (lihat prosedur pada contoh 2 )

Bidang Z Bidang  Bidang W


iy iv iv

A A’ A”

O x O u O u
B B’ B”

x = -/2

Gambar 19 Gambar 20 Gambar 21

74 Bau-Bau, 04 November 2006


MK: Analisis Kompleks/ 3 SKS
Rasmuin Baco Minu

75 Bau-Bau, 04 November 2006

Anda mungkin juga menyukai