POKOK BAHASAN I

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS

1.1 DEFINISI VARIABEL DAN FUNGSI

Jika z menyatakan sembarang anggota dari suatu himpunan bilangan-bilangan
kompleks, maka z disebut suatu “variabel kompleks”.
Suatu aturan f dari himpunan z ke himpunan w yang memasangkan setiap anggota
z ke satu anggota w disebut “fungsi”, (lebih tepatnya – fungsi bernilai tunggal). z disebut
sebagai “domain” (daerah asal) dan w disebut sebagai “kodomain” (daerah hasil).

● ● Fungsi f : z → w ditulis w = f(z) dengan z

adalah variable bebas dan w adalah variabel
tak bebas
● ●

● ●

Himp. z Himp. w

Jika z dipasangkan lebih dari satu w, maka w = f(z) disebut “fungsi bernilai
banyak” . Fungsi ini dipandang sebagai suatu koleksi dari fungsi-fungsi bernilai tunggal.
Setiap anggota dari fungsi ini disebut suatu “cabang” dari fungsi. Dimana cabang tersebut
ada satu cabang yang dianggap sebagai anggota utama dan disebut “cabang utama” dari
fungsi bernilai banyak. Nilai dari fungsi yang dikaitkan dengan cabang utama disebut
“nilai utama”.
Contoh 1.1 :
1. Jika w = z2, maka untuk setiap z ada tepat satu nilai w = z2, sehingga w = f(z) = z2
adalah fungsi bernilai tunggal.
2. Jika w = z1/2, maka untuk setiap z ada dua nilai w, sehingga fungsi w = f(z) = z1/2
disebut fungsi bernilai ganda (dua).

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 1

 Jika tanpa informasi lebih lanjut, maka apabila dikatakan w fungsi dari z, yang
dimaksud adalah fungsi bernilai tunggal.
Jika w = f(z) maka dapat juga dipandang z sebagai fungsi dari w, ditulis z = g(w)
= f (w). Fungsi f-1 biasa disebut “fungsi invers” dari f.
-1

1.2 TRANSFORMASI
Jika w = u + iv (dimana u dan v real) adalah fungsi bernilai tunggal dari z = x + iy
(dimana x dan y real), maka w = u + iv = f(x + iy). Dengan memisahkan bagian real dan
imajiner dari f(x + iy) kita dapat menuliskan
W = u + iv = u(x,y) + iv(x,y)
atau
u = u(x,y) dan v = v(x,y) (1.1)

Jadi jika diberikan satu titik P(x,y) dibidang kompleks z, maka ada titik P’(u,v) pada
bidang w.

y v

P’ (image dari P)

x u
Bidang z Bidang w

Persamaan (1.1) atau w = f(z) disebut suatu “transformasi”. Dikatakan (dari gambar
diatas) bahwa titik P dipetakan atau ditansformasikan pada titik P’, dan P’ disebut
“image” dari P.
Contoh 1.2 :
Buat sketsa dari w = z2 untuk:
a. z = 2 + i
b. Himpunan titik-titik pada kuadran I

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 2

Jawab:
a. w = (x + iy)2 = (x2 – y2) + i2xy = 3 + 4i ; jika z = 2 + i → w = 3 + 4i.

y v

(3,4)

(2,1)
x u
Bidang z Bidang w

b. z = r eiθ ; w = z2 = ( r eiθ )2 = r2 ei2θ

y v

x u
Bidang z Bidang w

1.3 KOORDINAT KURVILINIER

Diberikan suatu transformasi w = f(z) atau ekivalen dengan u = u(x,y) dan v =
v(x,y), dikatakan bahwa (x,y) adalah koordinat tegak lurus dari P pada bidang z dan (u,v)
sebagai koordinat “kurvilinier” dari P. Kurva-kurva u(x,y) = c1 dan v(x,y) = c2 dimana c1
dan c2 adalah konstanta serta setiap pasang dari kurva-kurva ini berpotongan disatu titik.
Kurva-kurva ini dipetakan pada bidang w menjadi garis-garis yang saling tegak lurus.

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 3

 v(x,y)=c2 y u
v=c2

●P
● P’

v
x

u=c1

u(x,y)=c1
Bidang z Bidang w

1.4 TITIK CABANG DAN GARIS CABANG

Misalkan diberikan fungsi w = z1/2, selanjutnya z digerakkan mulai dari titik A
berlawanan dengan arah jarum jam mengelilingi titik 0 pada bidang kompleks z. Karena z
= r eiθ maka w = r1/2 eiθ/2, dan andaikan di A θ = θ1, maka
w = ( r e i1 )1/2 = r1/2 e i1 / 2

y
Setelah satu kali putaran θ=θ1+2π
●A
w  r e i (1 2 ) / 2   r e i1 / 2
θ=θ1
0 x B yang nilainya tidak sama dengan w diper-
mulaan tadi. Dengan dua kali putaran
penuh θ = θ1+4π

w  r ei (14 ) / 2  r ei1 / 2
Bidang z

yang nilainya sama seperti permulaan. Karena itu, tampak bahwa jika 0≤θ<2π kita berada
pada satu cabang dari fungsi bernilai banyak z1/2, sedangkan jika 2π ≤θ<4π kita berada
pada cabang lainnya dari fungsi itu. Jelas bahwa setiap cabang dari fungsi tersebut adalah
bernilai tunggal. Agar fungsi tetap bernilai tunggal maka kita buat garis perintang OB
dengan B di tak hingga, yang dipotong oleh suatu cabang dari fungsi. Garis OB ini

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 4

disebut “garis cabang”, dan titik 0 disebut “titik cabang”. Perhatikan bahwa sirkuit yang
mengelilingi titik yang bukan z=0 tidak memberikan nilai yang berubah.

1.5 LIMIT FUNGSI

Diketahui w = f(z), zo Є z dan L Є w

y v

ε
δ
L
zo
z f(z)
l1 l2

x u
Bidang z Bidang w

Jika z mendekati zo dengan lintasan l1, maka f(z) mendekati L dengan lintasan l2, karena
itu dapat dituliskan

lim f ( z )  L (1.2)
z  zo

Definisi: lim f ( z )  L , artinya untuk setiap ε > 0 terdapat δ > 0, sehingga

z  zo

f ( z )  L   untuk 0  z  z o   (1.3)

Contoh 1.3 :

z2  9 3i
1. Buktikan lim 
z 3i 4( z  3i ) 2
Jawab:

z 2  (3i) 2 3i
f ( z)  L    
4( z  3i) 2

( z  3i)( z  3i) 3i z 3i 1 1
     z  3i  
4( z  3i) 2 4 4 4 4

1
sehingga    , karena itu “dipenuhi”.
4

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 5

 iz 3  1
2. Tentukan lim
z i z i
i (i) 3  1 i4 1
Jawab:   0
ii 2i

Jika z menuju zo bersifat bebas, artinya dengan sembarang lintasan z menuju zo

akan diperoleh limit f(z) menuju L.
Contoh 1.4 :

 2 xy y2 
Selidiki lim  2  2 i 
x y
z 0 2
x 
Jawab:
- Untuk z → 0 dengan lintasan y = x y
y = 2x
 2x 2 x2 
lim  2  2 i   1  i y=x
z 0
 2x x 
y = ½x
- Untuk z → 0 dengan lintasan y = 2x
x
 4x 2  4
lim  2  4i    4i
z 0
 5x  5

Bidang z
Karena lintasan tidak sama maka limitnya tidak ada, atau

 2 xy y2 
lim  2  2 i  tidak ada.
x y
z 0 2
x 

1.6 TURUNAN (DERIVATIF); PERSAMAAN CAUCHY-RIEMANN

y Jika f(x) adalah fungsi bernilai tunggal pada
daerah D di bidang kompleks z dan ditulis w
= f(x) maka
w + ∆w = f(z + ∆z).
Q(z+∆z) Sekarang,
w + ∆w = f(z + ∆z)
│∆z│ │∆y│
w = f(z)
─
P(z) │∆x│ ∆w = f(z + ∆z) - f(z)
Bidang z x

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 6

Jika kedua ruas persamaan di atas dibagi dengan ∆z, maka
w f ( z  z )  f ( z )

z z
dan jika Q → P, maka ∆z → 0, sehingga
w f ( z  z )  f ( z )
lim  lim
z 0 z z 0 z
Jadi turunan dari f(z) adalah
f ( z  z )  f ( z )
f ' ( z )  lim (1.4)
z 0 z
Teorema :
Jika diketahui f(z) = u(x,y) + iv(x,y) memenuhi syarat:
 u u  v  v
a. u, v, , , , kontinu, dan
 x y  x  y
b. memenuhi/ berlaku persamaan Cauchy-Riemann, yaitu
u v u v
= dan = - (1.5)
x y y x
maka f’(z) ada, dan
u v v u
f ' ( z)   i   i (1.6)
x x y y
Catatan : Syarat f(z) kontinu di z = zo ;
1. f(zo) ada
2. lim f ( z ) ada
z zo

3. f ( z o )  lim f ( z )
z  zo

Pembuktian persamaan (1.6)

Diferensial total dari u dan v adalah:
u u v v
du  dx  dy dan dv  dx  dy
x y x y
Gunakan pendekatan:
u u
u  x  y   1x   2 y
x y

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 7

 v v
v  x  y   1 x   2 y , karena itu
x y
f ( z  z )  f ( z )
f ' ( z )  lim
z 0 z

 lim
u( x  x, y  y)  iv ( x  x, y  y)  u( x, y)  iv ( x, y)
z 0 z
u  iv
 lim
z 0 z
u u  v v 
x  y   1 x   2 y  i  x  y   1 x   2 y 
x y  x y 
 lim
z 0 z

 u v   v u 
  i x     i  y  ( 1  i 1 )x  ( 2  i 2 )y
x x   x x 
 lim 
z 0 z
 u v 
  i  (x  iy )  ( 1  i 1 )x  ( 2  i 2 )y
x x 
 lim 
z 0 z
Karena z = x + iy, maka ∆z = ∆x + i∆y, sehingga
 u v 
  i  z
x x  ( 1  i 1 )x  ( 2  i 2 )y
f ' ( z )  lim   lim
z 0 z z 0 z
Karena ε1, ε2, δ1 dan δ2 sangat kecil, maka untuk ∆z → 0, ε1, ε2, δ1 dan δ2 sama dengan
nol. Karena itu
 u v 
  i  z
x x 
f ' ( z )  lim 
z 0 z
atau
u v
f ' ( z)  i (terbukti)
x x
Dari persamaan (1.5) diperoleh
u v v u
f ' ( z)  i  i (terbukti)
x x y y

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 8

Kesimpulan:
Jika w = f(z) kontinu dan memenuhi persamaan Cauchy-Riemann, maka f(z)
diferensiabel [f’(z) ada], tetapi kebalikannya tidak berlaku (kecuali kontinu).
Contoh 1.5 :
Tentukan titik-titik dimana w = z2 diferensiabel.
Jawab:
 u u  v  v
- Buktikan bahwa u, v, , , , kontinu
 x y  x  y
w = z2 = (x + iy)2 = x2 + 2ixy – y2 = (x2 – y2) + 2ixy
 u 
  2x 
2 2  x 
u=x -y 
 u   2 y 
 y 

 Kontinu untuk semua titik x dan y
 v 
 x  2 y 
v = 2xy  
 v  2 x 
 y 

- Buktikan bahwa persamaan Cauchy-Riemann dipenuhi
u v 
  2x 
x y 
 Berlaku untuk semua x dan y
u v 
    2y 
y x
Jadi w = z2 diferensial pada semua titik turunannya, sehingga dari persamaan (1.6)
diperoleh
u v
f ' ( z)  i  2 x  i 2 y  2 ( x  iy )
x x

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 9

1.7 FUNGSI ANALITIK
Jika f(z) terdefinisikan pada daerah D
y dan zo Є D maka f(z) dikatakan analitik
pada zo.
Jika f(z) mempunyai turunan di zo
D dan daerah disekitar zo, maka │z - zo│< δ

δ
zo

x
Bidang z
Contoh 1.6 :
1. Selidiki fungsi f(z) = │z│2.
Jawab:

f ( z)  x 2
 y2 
2
 x2  y2

 u 
  2x 
2  x
2
u=x +y  
 u  2 y 
 y 
 Kontinu untuk semua x dan y

 v 
 x  0 
v=0  v 
 0 
 y 

u v
 hanya jika x = 0
x y
u v
  hanya jika y = 0
y x
Fungsi f(z) = │z│2 dapat diturunkan dititik z = 0 (diferensiabel dititik z = 0),
akan tetapi karena disekitar z = 0 fungsi tak dapat diturunkan, maka fungsi
“tidak analitik”.

2. Selidiki f(z) = 1/z

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 10

 Jawab:
1 1 x  iy x  iy x y
f ( z)    2  2 i 2
z x  iy x  iy x y 2
x y 2
x  y2

 u  x2  y2  v 2 xy
   x  ( x 2  y 2 ) 2
 x ( x  y ) y 
2 2 2
x
u   ; v  
x  y2
2
 u   2 xy x  y2
2
 v   x  y
2 2

 y ( x 2  y 2 ) 2  y ( x 2  y 2 ) 2

Fungsi tersebut kontinu kecuali di (x = 0, y = 0), (x = ±1, y = ±i) dan kelipatan-

nya, atau (x = ±n, y = ±ni); n = 0, 1, 2, ... . Karena itu fungsi tersebut tidak analitik
di (x = 0, y = 0) dan (y = x, y = -x).

y
y = -x
y=x

Bidang z

1.8 FUNGSI HARMONIS

Jika f(z) = u + iv analitik pada domain tertentu, maka dipenuhi persamaan Cauchy
–Riemann. Jika turunan parsial kedua terhadap x dan y dari u(x,y) dan v(x,y) ada kontinu
di daerah D, maka diperoleh:
 2u  2v  2u  2v
 ;   2
xy y 2 xy x
(turunan terhadap y pada persamaan pertama persamaan (1.5) dan turunan terhadap x
pada persamaan kedua persamaan (1.5)).
Sehingga dari dua persamaan di atas diperoleh “Persamaan Diferensial Laplace”
 2v  2v
  0 (1.7a)
x 2 y 2

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 11

Atau, dengan cara yang sama, diperoleh :
 2u  2u
  0 (1.7b)
x 2 y 2
Jadi setiap fungsi yang analitik disebut “fungsi harmonis”.
Jika f(z) = u + iv harmonis, maka masing-masing u dan v juga harmonis, dan
disebut “harmonis sekawan”, sehingga bila u diketahui maka v dapat dicari dan
sebaliknya.
Contoh 1.7 :
Diberikan u = x2 – y2 + x - y
a. Buktikan bahwa u adalah fungsi harmonis.
b. Carilah fungsi harmonis sekawannya.
c. Tentukan f(z) sehingga f(z) analitik.
Jawab:

u  x2  y2  x  y
u u 
a.  2x  1 ;   2y  1 
x y  2
 u  2u
   0 (Jadi u harmonis).
 2u  2u  x
2
y 2
 2 ;  2
x 2 y 2 


v u v
b.
y

x

y
 2 x 1  v   (2x 1) dy  2 xy  y  c( x)

u v
    2 y 1   2 y  c' ( x)  c' ( x)  1  c( x)  x
y x

Jadi v  2 xy  y  x
c. f ( z)  u  iv  ( x 2  y 2  x  y)  i (2 xy  y  x)

1.9 INTEGRAL KOMPLEKS

Suatu kurva C yang dinyatakan dengan persamaan parameter x = g(t) dan y = h(t)
dengan a ≤ t ≤ b, g(t) dan h(t) kontinu, disebut jejak/lintasan. Jika jejak/lintasan berawal
dan berakhir pada titik yang sama disebut “jejak/lintasan tertutup”.

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 12

 y y y
b

a
x x x
Bidang z Jejak tertutup sederhana Jejak tertutup tidak
sederhana

1.9.1 Integral Garis

Jika z = x + iy , c : x = g(t) , y = h(t) dengan a ≤ t ≤ b dan f(z) = u + iv, maka

 f ( z) dz
c
  (u  iv) (dx  idy )
c

  (u dx  v dy)
c
 i (v dx  u dy)

b b
  (u dx  v dy)
a
 i  (v dx  u dy )
a

 dx dy   dx dy 
b b
 a  u dz  v dz  dz  i a  v dz  u dz  dz (1.8)

Contoh 1.8 :
Hitung I  z
2
dz dengan jejak seperti gambar berikut :
c

y
Jawab :
Tinjau jejak C1
y = ½ x → x = 2y
2+i z2 = (x + iy)2 = (x2 – y2) + i2xy
C1
C3

x
0+0i C2 2+0i

 (4 y 
1
I1   z dz   y 2 )  i 4 y 2 (2  i) dy
2 2

C1 0

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 13

  3 y 
1
I 1  (2  i) 2
 i 4 y 2 dy
0

1
 4  2 11
I 1  (2  i)  y 3  i y 3    i
 3 0 3 3

Sekarang tinjau jejak C2 dilanjutkan ke C3

C2 : y = 0 → dy = 0 , dx ≠ 0
C3 : x = 2 → dx = 0 , dy ≠ 0
Karena itu,

I2   ( x 
 y 2 )  i 2 xy (dx  i dy)   ( x 
 y 2 )  i 2 xy (dx  i dy)
2 2

C2 C3

 (4  y 
2 1
I2   x dx  )  i 4 y i dy
2 2

0 0

2 1
1  1  2 11
I2  x3  i 4y  y3  i 2y2    i
3 0  3 0 3 3

Terlihat bahwa I1 = I2 , ini hanya berlaku jika fungsi yang diintegralkan analitik
pada jejak.

1.9.2 Teorema Green; Teorema Cauchy-Goursat

A. Teorema Green
Jika dua fungsi P(x,y) dan Q(x,y) serta turunan parsial tingkat satu-nya kontinu di
dalam R (daerah di dalam dan pada kontur C), maka berlaku
 Q P 
 P dx  Q dy     x
C R
  dx dy
y 
(1.9)

B. Teorema Cauchy-Goursat
Jika f(z) analitik di dalam suatu domain terhubung sederhana D, maka untuk
setiap kontur C yang tertutup di dalam D berlaku

 f ( z) dz
C
 0

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 14

Contoh 1.9 :

y y

x x
a. Domain terhubung sederhana b. Domain terhubung ganda

Karena f(z) = u + iv dan dz = dx + i dy , maka

 f ( z) dz
C
  (u  iv) (dx  i dy)
C
  (u dx  v dy)  i  (v dx  u dy)
C C

dan berlaku teorema Green :

 v u 
I.  (u dx  u dy)
C
    x  y  dx dy
R

Karena f(z) analitik, maka berlaku persamaan Cauchy-Riemann, sehingga

 v u 
 (u dx  u dy)
C
   y  y  dx dy
R
 0

Dengan cara yang sama

II. i  (v dx  u dy )  0 ; Jadi  f ( z) dz
C
 0
C

C. Akibat dari Teorema Cauchy-Goursat :

1. Jika f(z) analitik pada domain tertutup sederhana D, maka
z2  B

 f ( z) dz
z1  A
, tidak bergantung jejak.

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 15

 y B
C1 ●
Misal, C adalah kurva tertutup sederhana
C2
●
A
yang dapat dipecah menjadi dua bagian
(C1 dan C2), C = C1 + C2, maka menurut
teorema Cauchy-Goursat
x
Bidang z

 f ( z) dz
C
  f ( z) dz
C2
  f ( z) dz
C1
 0

  f ( z) dz
C2
  f ( z) dz
C1
 0

Jadi

 f ( z) dz
C2
  f ( z) dz
C1

2. Pada domain ganda dua.

Jika f(z) analitik pada kurva C1 dan C2, maka

C
 f ( z) dz  0

y y

L2 C2 C2
L2 L1
L1 C1 C1

x x
Bidang z Bidang z

 f ( z) dz
L1
  f ( z) dz
C1
  f ( z) dz
L2
  f ( z) dz
C2
 0

Karena L1 = L2 , maka  f ( z) dz
L1
   f ( z ) dz
L2

Sehingga

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 16

  f ( z) dz
C1
  f ( z) dz
C2
 0 atau

 f ( z) dz
C1
  f ( z) dz
C2

3. Pada domain ganda tiga

L4 B
C3
 f ( z) dz  0
C2B
L3
L2 C
C2A C1
L1

x
Bidang z

 f ( z) dz   f ( z) dz   f ( z) dz   f ( z) dz   f ( z) dz   f ( z) dz 
L1 C2 A L3 C3 L4 C2 B

  f ( z) dz   f ( z) dz 
L2 C1
0

Karena  f ( z) dz
L1
   f ( z ) dz
L2

 f ( z) dz
L3
   f ( z ) dz
L4

 f ( z) dz
C2 A

C2 B
 f ( z) dz 
C2
 f ( z) dz
maka

 f ( z) dz
C2
  f ( z) dz
C3

C1
 f ( z) dz  0

Sehingga

 f ( z) dz
C1
  f ( z) dz
C2
  f ( z) dz
C3

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 17

Kesimpulan :
Untuk domain ganda n

● Cn
●●
C2 C
C1

x
Bidang z

 f ( z) dz
C
  f ( z) dz   f ( z) dz 
C1 C2
...   f ( z) dz 
Cn
(1.12)

Contoh 1.10 :
z2
1. Selidiki 
C
z3
dz dengan

a. C : │z│ ≤ 1
b. C : │z│ ≤ 4
Jawab :
z2
f ( z)  analitik pada semua titik kecuali pada titik z = 3
z3
a.
y

z2
Untuk z  1 
C
z3
 0 karena titik z = 3

-1 1 x ada di luar z  1

Bidang z

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 18

 b.
y

Untuk z = 3 ada di dalam z  4 , maka

z2

C
z3
 0
-4 3 4 x

dz
2. Selidiki 
C z ( z 2  9)
2
dengan C : z  1 dan z  2 (daerah diantaranya)

y
2i
1
f ( z)  tidak analitik pada z = 0 dan
z ( z 2  9)
2

i z = ±3i. Karena titik-titik tersebut (0 dan 3i) di

-2 -1 1 2 x luar daerah analitik, maka
-i dz
C z 2 ( z 2  9)  0
-2i

Bidang z

1.9.3 Integral Cauchy

Jika D domain tertutup sederhana dan zo adalah titik di dalam D, f(z) analitik di
f ( z)
dalam D, maka analitik di dalam D kecuali di z = zo, sehingga
z  zo

f ( z)

C
z  zo
dz  0 (1.11)

Karena itu D bersama zo membentuk domain ganda dua.

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 19

 Akibat teorema Cauchy-Goursat
y B f ( z ) dz f ( z ) dz
Co
C
 z  zo
  z  zo
ε C Co

zo
Dari z  z o   dapat dituliskan

z = zo + ε eiθ dengan 0 ≤ θ ≤ 2π
x dan
Bidang z dz = i ε eiθ dθ.
Karena itu
2
f ( z) f ( z o   e i )

C
z  zo
dz  
0 e i
i  e i d

2
i 
0
f ( z o   e i ) d

2
f ( z)
lim
 0 
C
z  zo
dz  i lim
 0 
0
f ( z o   e i ) d

Jadi
2
f ( z) 2

C
z  zo
dz  i 
0
f ( z o ) d  i f ( z o )  0
 2i f ( z o )

Sehingga
1 f ( z)
f ( zo ) 
2i 
C
z  zo
dz (1.13)

Persamaan (1.13) adalah integral Cauchy.

Contoh 1.11 :
1. Jika C : -2 ≤ x ≤ 2 ; -2 ≤ y ≤ 2
Tentukan :
z dz
a. 
C
2 z 1

ez
b.  i
dz
C z
2
Jawab :

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 20

 z dz z dz 1 z dz
a. 
C
2 z 1
 
C
2 ( z  12 )

2 
C
z  12
y
2i

1
f(z) = z , zo  
2
-2 2
1  12 x
f(zo) = 
2
Sehingga -2i
z dz 1 Bidang z
C
 2 z 1

2
2i ( 12 )   12  i

ez i
b.  i
dz ; z o 
2 y
C z 2i
2 
2 i
i
2
f ( z)  e  z ; f ( zo )  e
f ( zo )  cos ( 2 )  i sin ( 2 ) -2 2 x

f ( zo )   i
-2i
Sehingga
ez
 i
dz  2 i f ( z o )  2
C z
2

z dz
2. Jika C : z  2 , Tentukan 
C
(9  z 2 ) ( z  i )

Jawab :
Perhatikan denumerator (pembagi) : y
2i
(9 – z2) (z + i) = (3 – z) (3 + z) (z + i) = 0,
Sehingga z = ±3 ; z = -i. Karena yang ada
pada C :│z│≤ 2 adalah z = -i maka z = ±3 -2 2 x
tidak diperhitungkan. Karena itu integral
diatas bisa dituliskan dalam bentuk
-2i
Bidang z

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 21

 z
z

9 z 2
dz , jadi f ( z )  ,
C
z i 9  z2

i
zo   i ; f ( zo )  
10
Sehingga


z
 i 
 dz  2i .    
9 z 2

C
z i  10  5

3. Tentukan integral pada soal No.2 jika C : z  4

Jawab :
Karena z = ±3 dan z = -i ada di dalam daerah ini, maka semua nilai ini
diperhitungkan, yaitu zo = -3 untuk C1 , zo = 3 untuk C2 dan zo = -i untuk C3.
Sehingga

 f ( z) dz
C
  f ( z) dz   f ( z) dz   f ( z) dz
C1 C2 C3
Selesaikan...! (PR No.1)

1.9.4 Integral Cauchy Untuk Titik Analitik Ganda

Pada sub bab terdahulu telah dibatasi integral Cauchy dimana zo bernilai tunggal
atau zo lebih dari satu dan semuanya berbeda. Sekarang bagaimana jika ada lebih dari
satu zo yang nilainya sama maka integral Cauchynya adalah “Integral Cauchy untuk Titik
Analitik Ganda n”.
1 f ( z)
Dari integral Cauchy f ( z o ) 
2i 
C
z  zo
dz dapat diturunkan untuk titik

analitik ganda,
1 f ( z ) dz
f ( z o  z o ) 
2i  z  ( z
C o  z o )

Sehingga

1  f ( z ) dz f ( z ) dz 
f ( zo  zo )  f ( zo )     
2i  C ( z  zo  zo ) C
z  zo 

1  1 1 

2i   ( z  z
C o  z o )
  f ( z ) dz
z  zo 

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 22

 1  z o 

2i   ( z  z
C o
 f ( z ) dz
 z o ) ( z  z o ) 

f ( z o  z o )  f ( z o ) 1  f ( z) 
lim
zo 0 z o
 lim
zo 0 2i   ( z  z
C o
 dz
 z o ) ( z  z o ) 

Karena itu
1 f ( z)
f ' (zo ) 
2i 
C (z  zo ) 2
dz

Secara umum untuk titik analitik ganda n

n! f ( z)
f n (zo ) 
2i 
C ( z  z o ) n 1
dz (1.14)

Contoh 1.12 :
dz
1. 
C ( z  4) 2
2
dengan C : z  i  2

z 2 dz
2. 
C i ( z 1)( z  1) 2
dengan C : z  2

Jawab :
1. C : z  i  2 , karena itu x2  ( y  1)2  22

(z2 + 4)2 = 0  (z – 2i)2 (z + 2i)2 = 0

Karena zo = ±2i (kembar dua)
Karena zo = -2i tidak analitik dan ada di luar
y
daerah C : z  i  2 , maka

1
2i

( z  2i )2
f ( zo )  dz
C
( z  2i)2

x
-i
Bidang z

1 2
Sehingga f ( z )   f ' ( z)  , karena itu
( z  2i ) 2
( z  2i ) 3

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 23

 2 1
z0 = 2i, maka: f ' ( z o )  f ' (2i)  3

(4i) 32i
Sehingga

2 i 
dz
1

( z  2i )2
 f '( zo )  2 i . 
C
( z  2i) 2
1! 32i 16

2. C : z  2 , karena itu x2 + y2 = 2 y
i 2
2
(z – 1)(z + 1) = (z – 1)((z + 1)(z + 1) = 0 C

z o1  1 (tunggal) C1 C2
zo2   1   2 -1 1 2 x
zo3   1 
(kembar)

i 2
Bidang z
Akibat teorema Cauchy-Goursat
z2 z2
z2
  
i ( z 1) i ( z 1)2
dz  dz  dz
C
i ( z  1)( z  1) 2 C1
( z  1) 2 C2
( z  1)
 Untuk C1 :
z2
f ( z)  dengan zo = -1
i ( z  1)

1 z 2  2z 3
f ' ( z)   f ' ( z o )  f ' (1) 
i ( z  1) 2 4i

 Untuk C2 :
z2
f ( z)  dengan zo = 1
i ( z  1)2
1
f ( zo )  f (1) 
4i
Sehingga :
z 2 dz 2i 3 1

C i ( z  1)( z  1) 2
 .
1! 4i
 2i .
4i
 2

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 24

1.10 DERET LAURENT
Jika f(z) analitik pada dua lingkaran C1 dan C2 dengan pusat zo dan jejari r1 dan r2
maka f(z) dapat diekspansikan menjadi
 
bn
f ( z)  
n 0
an ( z  z o ) n  
n 1 ( z  zo ) n
(1.15)

Suku pertama ruas kanan adalah bagian analitik sedangkan suku keduanya adalah bagian
pokok. Jika bagian pokok tidak ada maka f(z) merupakan “deret Taylor”.
Contoh 1.13 :
1. Ekspansikan :
ez
a. f ( z ) 
z2
1
b. f ( z )   pada domain z  1 , 1 z  2 dan z  2
( z  1)( z  2)
Jawab :
a. Menurut deret Taylor (deret eksponensial pangkat z)

z2 z3 zn
ez  1  z  
2! 3!
 ...  
n 0 n!
Jadi
ez 1 1 1 z z2
f ( z)        ...
z2 z2 z 2! 3! 4!
    
Bagian pokok Bagian analitik

b. Gunakan ekspansi fraksi parsial untuk menguraikan f(z).

1
f ( z)  
( z  1)( z  2)
A ( z  2)  B ( z  1) A B
 
( z  1) (( z  2) ( z  1) ( z  2)
uraian ruas kiri

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 25

 A z  2A  B z  B ( A  B) z  ( 2 A  B) 1
 
( z  1) (( z  2) ( z  1)( z  2) ( z  1)( z  2)

Karena itu A + B = 0  A = -B dan 2A + B = 1

Sehingga -2B + B = 1  B = -1 dan A = 1
1 1
Karena itu f ( z )  
( z  1) ( z  2)

 Ekspansi f(z) pada domain z  1 .

z  1 konvergen, deret harus memuat suku-suku dalam z :

 

1 1
z 1
 
1 z
  1  z  z 2  z 3  z 4  ...   
n 0
zn

1   n
1 1 1 1 z z2 z3 1 z
 
z2

2 z

2 1 2
 

2
1     ...     
2

z
2 4 8 2 n 0

1 
z
2   1 z
n

Jadi f ( z ) 
2
  
2
  z n
  
2    z  .
2
n

n 0 n 0 n 0  
 Ekspansi f(z) pada domain 1 z  2 .

 z
 z 2   1  Konvergen
 2
1 z  2 
 z 1  1
 1  Konvergen
 z
Karena itu :
1 1
untuk harus memuat suku-suku dalam (karena 1
1 )
z 1 z z

1 1 1 1 1 1 1 1 
 .  1      ... 
z 1 z 1 z
1
z  z z 2
z 3
z 4

 
1 1 1

z

n 0 zn
 
n 0 z n 1
1 z
untuk  harus memuat suku-suku dalam
z2 2

1   n
1 1 1 1 z z2 z3 1 z

z2

2 z

2 1 2
 

2
1     ...     
2

z
2 4 8 2 n 0

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 26

 Sehingga
  1 1 z 
n

f ( z)    n 1    
2  2  
n 0  z
 Ekspansi f(z) pada domain z  2 . [coba sendiri...! PR No.2]

Jawab :

 1  2n 
f ( z)    n 1 
n 0  z 
1
2. Ekspansikan f ( z )  pada domain 1 z  3 .
( z  1)( z  3)
Jawab :
Dengan metoda ekspansi fraksi parsial diperoleh :
1 1
f ( z)  
2z  2 2z  6
 z
  1  Konvergen
1 z  3  3
1
  1  Konvergen
 z
1
1 1
 Untuk  2 harus memuat suku-suku dalam
2z  2 z 1 z
1
1 1 1  1 1 1 
2
 .  1   2  3  ... 
z 1 2z 1  z
1
2z  z z z 
 n 1
1 1

2

n 0
(1)  
z
n

1  12 z
 Untuk   harus memuat suku-suku dalam
2z  6 z 3 3

1 
2 3
1 1 z z z
 .   1         ... 
6 1  3z 6  3 3 3 
 n
1 z
 
6

n 0
(1) n 1  
3
Sehingga

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 27

  n 1  n
1 1 1 z
f ( z) 
2

n 0
(1) n  
z

6

n 0
(1) n1  
3

1.11 TITIK KUTUB DAN RESIDU

1.11.1 Titik Kutub
Jika f(z) analitik pada domain D kecuali di z = zo maka zo disebut “titik kutub”.
Contoh 1.14 :
z2 3
Selidiki f ( z ) 
( z  i) 2 ( z  3) 3
Jawab :
Titik-titik kutub (z + i)2 (z+3)3 = 0 adalah z = -i (orde 2) dan z = -3 (orde 3)
Banyak titik kutub yang sama (kembar) menentukan orde-nya.

1.11.2 Residu Suatu Fungsi

Jika f(z) analitik di D kecuali di z = zo dan lingkaran mengelilingi zo maka
didefinisikan :
1
Residu f(z) sebagai
2i 
C
f ( z ) dz

Dan ditulis

Res  f ( z ), zo  
1
2i 
C
f ( z ) dz (1.16)

Untuk menghitung residu digunakan

d n 1
Res  f ( z ), zo  
1
lim
(n  1)! z  z o dz n 1

( z  zo ) n f ( z )  (1.17)

dengan zo adalah titik kutub berorde-n.

Contoh 1.15 :
Dapatkan residu dari
sin z
1. f ( z) 
( z  i)( z  3) 2

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 28

 z2
2. f ( z) 
(z 2  a 2 )2
Jawab :
1. Titik kutub (z – i)(z + 3)2 = 0 ; z = i (orde 1) dan z = -3 (orde 2).
 sin z 
 Res  f ( z ), i  lim  ( z  i) 2 
z i
 ( z  i)( z  3) 

sin z sin i
 lim 
z i ( z  3) 2
8  6i

d  
 Res  f ( z ),  3 
1 sin z
 ( z  3)
2
2 
lim
1! z  3 dz  ( z  i)( z  3) 

d sin z
 lim
z  3 dz ( z  i )

 3 Cos3  Sin 3  i Cos 3 Sin 3  3 Cos 3  i Cos 3

 
(3  i) 2
8  6i

2. Titik-titik kutubnya :
(z2 + a2)2 = 0  [z2 - (ai)2]2 = (z – ai)2 (z + ai)2 = 0
sehingga
z = ± ai (orde 2)
Lanjutkan ... !!! (PR No.3)
PR. No.4 & 5, Dari No.1 & 2 Hitung Harga Integralnya!!!

Jika f(z) mempunyai titik-titik kutub yang banyaknya berhingga yaitu zo, z1, z2, ...,
zn , maka :

 f ( z) dz
C
  f ( z) dz   f ( z) dz 
C1 C2
...   f ( z) dz 
Cn

Sehingga dari hubungan (1.16) diperoleh :

 f ( z) dz  2i Re s f ( z ), z o   Re s f ( z ), z1   ...  Re s f ( z ), z n  (1.18)

C

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 29

1.12 INTEGRAL BENTUK-BENTUK TERTENTU
1.12.1 Integral Berbentuk
2


0
f (Cos  , Sin  ) d ;

Uraian :
e i  e i 1 1
z  e i ; Cos    z   ;
2 2 z

e i  e i 1  1
Sin    z  
2i 2i  z
dz
dz  i e i d  d 
iz
C : z  1 (ada di dalam lingkaran berjejari 1)

Karena itu integral di atas dapat diubah menjadi

2
1 1  dz

0
f (Cos , Sin ) d  
C
f  ( z  1z ), ( z  1z ) 
2 2i  iz
(1.19)

Contoh 1.16 :
2
d
Hitung I  
0
3  2 Cos

Jawab :
2
d dz dz
1 dz
 3  2 Cos
  3  2   z   
1
iz
1
 iz

3  (z  )
1

i  3z  z 2  1
0 C 
2  z C z C

3 5
Titik-titik kutub : z2 + 3z + 1 = 0  z12 
2

3 5 3 5
Karena di luar lingkaran dengan z  1 maka hanya dihitung z 
2 2
yang ada di dalam z  1 . Karena itu

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 30

  
 
 3 5   3 5 1 
Re s  f ( z ),   lim z   

 2  z
 3 5
 2   z   3  5   z   3  5  
   
2

  2  2 
1

5

2
d 1 dz 1 1 2
Sehingga I  
0
3  2 Cos

i 
C z  3z  1
2
 . 2i .
i 5

5
5.

1.12.2 Integral Berbentuk





f ( x) dx  A : x adalah variabel real. (1.20)

Syarat dari integral ini adalah :

a. f(x) fungsi rasional dengan pangkat dari penyebut / pembagi sedikitnya dua
lebih tinggi dari pada pangkat pembilang / yang dibagi (Konvergen).
b. Tidak mempunyai titik kutub yang terletak pada sumbu real.
c. Kontur C berupa setengah lingkaran di atas sumbu real dengan R(jejari) = ∞.
Contoh 1.17 :

dx
Dapatkan I  
 x  x 1
2

Jawab :

dx
Ubah integral di atas dalam bentuk kompleks 
 x  x 1
2
dengan titik-titik kutub

 1 i 3

 2
z12  
 1 i 3 (tidak memenuhi karena di luar kontur
 2

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 31

  
 
 1 i 3    1 i 3  1 
Re s  f ( z ),   lim z   

 2  z
1 i 3
 2   z   1  i 3   z   1  i 3  
   
2

  2  2 
1

i 3
Sehingga

dz 1 2


z  z 1
2
 2i
i 3

3
3


dx 2
Jadi 
 x  x 1
2

3
3

1.12.3 Integral Berbentuk

 



Cos (ax) f ( x) dx dan 

Sin (ax) f ( x) dx

Syarat integral ini adalah :


a. 

e iaz f ( z ) dz  A  iB , sehingga



Cos (az ) f ( z ) dz  A dan



Sin (az ) f ( z ) dz  B .

b. f(z) fungsi rasional.

c. Kontur C diambil setengah lingkaran di atas sumbu real.
d. Tidak mempunyai titik kutub yang terletak pada sumbu real.
Contoh 1.18 :

Cos (ax)
Dapatkan I  
0 x2  a2
dx

Jawab :

1 Cos (ax)
I 
2 
 x2  a2
dx

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 32

 
e iaz
Harus dihitung 
 z2  a2
dz

Titik-titik kutub  aiai (orde1)

(tidak memenuhi karena di luar kontur)

  e a
2
e iaz
Re s  f ( z ), ai  lim  z  ai  
z ai
 z  ai z  ai   2ai
Sehingga

e a  e a
2 2
1 e iaz 1
2 
 z2  a2
dz 
2
. 2i
2ai

2a
 0i

 
Cos (ax)  a 2 Sin (ax)
Jadi 0 x a
2 2
dx 
2a
e ; 
0 x2  a2
dx  0

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS 33