Anda di halaman 1dari 26

FISIKA BATUAN

PROSES PEMBENTUKAN BATUAN

DISUSUN OLEH :

1. JEPRI PRANATA (08021181621021)

2. DHIA FADIYAH SARI (08021381621041)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayat, dan anugerah-
Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu dan juga benar. Selain untuk memenuhi nilai tugas, tujuan penulis membuat
makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang “proses terbentuknya batuan”.

Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen atas bantuan dan
dukungannya dalam mengerjakan makalah ini. Terima kasih juga kepada rekan-rekan
lainnya yang tak mungkin penulis ucapkan satu per satu karena telah menghibur dan
membangkitkan semangat penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap makalah ini bisa menambah pengetahuan dan
menjelaskan pembaca tentang “proses terbentuknya batuan”.

Indralaya, 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................i


DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
1.4. Manfaat ........................................................................................................................ 1
BAB II .......................................................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................. 2
2.1 Pengertian Batuan dan Mineral ................................................................................ 2
2.1.1. Magma ................................................................... Error! Bookmark not defined.
2.1.2. Evolusi Magma .................................................................................................... 4
2.1.3. Batuan .................................................................... Error! Bookmark not defined.
2.1.4. Mineral ................................................................................................................. 5
2.2 Proses Pembentukan Batuan ................................................................................... 10
2.3 Jenis-Jenis Batuan .................................................................................................... 12
BAB III....................................................................................................................................... 22
PENUTUP.................................................................................................................................. 22
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bumi merupakan suatu susunan lapisan yang terbentuk oleh batuan. Selain Bumi,
beberapa benda langit juga tersusun dari batuan. Batuan didefinisikan sebagai agregasi
dari satu atau beberapa jenis mineral yang bercampur menjadi satu, tetapi sifat dasar dari
tiap mineral tersebut masih tetap terlihat. Ada tiga macam batuan yaitu, batuan beku,
batuan sedimen dan batuan metamorf. Batuan beku terbentuk dari pembekuan magma.
Batuan sedimen terbentuk secara alamiah dipermukaan bumi dari fragmen-fragmen
batuan yang kembali memadat dan mengeras menjadi batuan. Batuan metamorf terbentuk
dari batuan-batuan sebelumnya yang mengalami perubahan mineral dan strukur akibat
pengaruh tekanan dan temperatur.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan batuan dan mineral?
2. Bagaimana proses terbentukannya batuan?
3. Apa saja jenis-jenis batuan ?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui apa itu batuan dan mineral.
2. Mengetahui bagaimana proses terbentuknya batuan.
3. Mengetahui jenis-jenis batuan .

1.4. Manfaat
1. Dapat mengetahui apa itu itu batuan dan mineral.
2. Dapat mengetahui proses terbentuknya batuan.
3. Dapat mengetahui jenis-jenis batuan.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Batuan dan Mineral


2.1.1. Batuan
Pengetahuan atau Ilmu Geologi didasarkan kepada studi terhadap batuan. Diawali
dengan mengetahui bagaimana batuan itu terbentuk, terubah, kemudian bagaimana
hingga batuan itu sekarang menempati bagian dari pegunungan, dataran-dataran di benua
hingga di dalam cekungan di bawah permukaan laut. Batuan merupakan bagian utama
dari bumi kita ini, sebut saja kerangkal di halaman rumah, kemudian di jalan yang
landasannya atau bagian tepinya dibuat dari batu. Di dasar atau di tebing sungai dan masih
banyak yang lain. Batu dan batuan tersebut ada yang sama warna dan jenisnya, tetapi juga
banyak yang berbeda. Batuan didefinisikan sebagai agregasi dari satu atau beberapa jenis
mineral yang bercampur menjadi satu, tetapi sifat dasar dari tiap mineral tersebut masih
tetap terlihat (lebih sederhana dari mineral), dimana mineral merupakan campuran kimia
dan batuan merupakan campuran fisika. Seringkali biji mineral dijadikan “semen”
bersamaan dengan material alami yang bertindak sebagai lem pada batuan lain.
Batuan merupakan himpunan mineral, baik sejenis atau tidak sejenis, antara satu
dengan yang lain terikat secara padat atau gembur yang memiliki arti penting sebagai
penyusun kerak bumi. Dari pengertian tesebut dapat dipahami bahwa batuan tidak harus
keras sebagaimana anggapan masyarakat pada umumnya.Pasir yang terhampar luas di
pantai, secara geologis dapat disebut sebagai batuan.
Himpunan mineral penyusun batuan bisa terdiri dari satu jenis mineral atau
bermacam-macam. Batuan yang terbentuk dari himpunan mineral yang sejenis
dinamakan mono mineral rock, sedangkan yang tersusun dari berbagai jenis mineral
dinamakan poly mineral rock.
Klasifikasi Batuan
Ada beberapa cara terbentuknya batuan. Berdasarkan proses-proses yang
mempengaruhinya batuan dapat terjadi dengan cara sebagai berikut.
a. Sebagai akibat proses-proses kimia yang menyebabkan timbulnya endapan
kimia.

2
b. Sebagai akibat proses-proses kimia – fisis, yang didalamnya tidak hanya benda-
benda yang bereaksi yang berpengaruh, akan tetapi juga temperatur dan
tekanan yang tinggi.
c. Sebagai akibat proses-proses fisis, termasuk semua gerakan yang
mengakibatkan bertambah banyaknya (akumulasi) mineral yang selanjutnya
terjadi pengkristalan pada suhu rendah, baik oleh turunnya suhu ataupun
menguapnya sebagian dari pelarutnya.
d. Sebagai akibat proses-proses biologi, baik yang bersifat phytogin maupun
zoogin
e. Karena berubahnya batuan yang telah ada oleh berbagai proses.
2.1.2. Magma
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah,
bersifat mudah bergerak (mobile), bersuhu antara 900°C - 1.100°C dan berasal atau
terbentu pada kerak bumi bagian bawah hingga selubung bagian atas. Pembentukan
magma merupakan serangkaian proses kompleks yang meliputi proses pemisahan
(differentiation), percampuran (assimilation), anateksis dan hibridisasi serta
metamorfisma regional. Komposisi magma ditentukan oleh komposisi bahan yang
meleleh, derajat fraksinasi dan jumlah pengotoran dalam magma oleh batuan samping
(parent rock). Senyawa kimiawi magma yang dianalisa melalui basil konsolidasinya
dipermukaan dalam bentuk batuan gunung api, dapat dikelompokkan menjadi;
a. Senyawa-senyawa volatil, yang terutama terdiri dari fraksi gas seperti 𝐶𝐻4 , 𝐶02
HCl, 𝐻2 𝑆, 𝑆𝑂2, 𝑁𝐻3 dan sebagainya. Komponen volatil ini akan mempengaruhi
magma, antara lain:
1. Kandungan volatil, khususnya 𝐻2 𝑂 akan menyebabkan pecahnya ikatan Si -
O - Si yang akan mempengaruhi inti kristal. Apabila nilai viskositas magma
rendah maka difusi akan bertambah dan pertumbuhan kristal pun terjadi.
2. Kandungan volatil khususnya 𝐻2 𝑂 akan mempengaruhi suhu kristalisasi
sebagian besar fasa mineral. Pada beberapa jenis magma, fasa mineral yang
menghablur akan berubah sehingga terjadi penyimpangan terhadap reaksi
Bowen.
3. Volatil dalam magma menentukan besarnya tekanan selama proses kenaikan
magma tersebut ke permukaan.

3
4. Unsur-unsur volatil tersebut akan mempengaruhi jenis kegiatan gunungapi
seperti terbentuknya piroklastik, awanpanas, dan sebagainya disamping
tekstur dan bentuk kristal seperti lubanglubang gas (vesicles) dan glass-shard.
5. Unsur-unsur volatil akan mempengaruhi proses pemisahoan unsur-unsur
tersebut dari magma. Apabila tekanan total (PL) lebih besar dari tekanan uap
air (𝑃𝐻2 𝑂) dalam magma, maka uap air atau gas tidak akan terbentuk,
sedangkan apabila tekanan total lebih besar dari tekanan cairan atau fluida
(PF) maka tidak akan terbentuk fasa gas dan semua volatil berupa larutan.
b. Senyawa-senyawa yang bersifat non volatil dan merupakan unsur-unsur oksida
dalam magma. Jumlahnya yang mencapai 99% isi, sehingga merupakan major
element, terdiri dari oksida-oksida 𝑆𝑖𝑂2, 𝐴𝑙2 𝑂3, 𝐹𝑒2 𝑂3, FeO, MnO, MgO, CaO,
𝑁𝑎2 𝑂, 𝐾2 𝑂, 𝑇𝑖𝑂2, Dan 𝑃2 𝑂5 , C. Unsur-Unsur Lain Yang Disebut Unsur Jejak
(Trace element) dan merupakan minor element seperti Rubidium (Rb), Barium
(Ba), Stronsium (Sr), Nikel (Ni),
c. Cobalt (Co), Vanadium (V), Crom (Cr), Lithium (Li), Sulphur (S) dan Plumbum
(Pb).
Mekanisme evolusi magma dapat dikelompokkan menjadi pengertian
diferensiasi, asimilasi dan pencampuran magma. Diferensiasi magmatik adalah meliputi
semua proses yang mengubah magma dari asalnya yang homogen dan dalam ukuran yang
sangat besar menjadi massa batuan beku dengan bermacam-macam komposisi.

2.1.3. Evolusi Magma


a. Proses asimilasi merupakan proses percampuran/pengotoran dalam magma
karena penekanan pada dinding. Proses ini terutama terjadi pada country rocks
batuan beku atau batuan lainnya. Kondisi:
1. Bila magma granitic (mineral alkali feldspar dan hornblende), sedang
dindingnya gabro (mineral augit dan labradorit) maka magma tidak akan
mampu mencerna dinding tersebut.
2. Bila magma penerobos lebih basa dari dinding reservoir, maka magma akan
mampu mencerna hingga terbentuklah batuan hybrid. Contoh: magma
dioritis berasimilasi dengan dinding gabro atau limestone.
b. Mingling magma merupakan proses terbentuknya hybrid rocks (campuran
batuan) dapat pula terbentuk dari hasil pemisahan sebagian magma yang
mengkristal. Urutan terbentuknya kristal.
4
1. Awal terjadi mineral anhidrous (tanpa OH-) karena terbentuk pada T
tinggi, disebut pyrogenetic.
2. Selanjutnya T menurun, terbentuklah komponen gas dan mineral yang
mengandung gugus hidroksil, disebut hydratogenetic.
2.1.4. Mineral
Mineral dapat didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara
alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana
atom-atom di dalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis. Mineral dapat kita
jumpai dimana-mana disekitar kita, dapat berwujud batuan, tanah, atau pasir yang
diendapkan pada dasar sungai. Beberapa dari mineral tersebut dapat bernilai ekonomis
karena didapatkan dalam jumlah besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang seperti
emas dan perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam
keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur di dalamnya.
Pengetahuan tentang mineral merupakan syarat mutlak untuk mempelajari bagian
yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan. Bagian luar yang padat dari Bumi ini
disebut litosfer, yang berarti selaput yang terdiri dari batuan, dengan mengambil “lithos”
dari bahasa latin yang berarti batu, dan “sphere” yang berarti selaput. Tidak kurang dari
2000 jenis mineral yang kita kenal sekarang. Beberapa daripadanya merupakan benda
padat dengan ikatan unsur yang sederhana.
A. Sifat-Sifat Fisik Mineral
Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang pertama adalah
dengan cara mengenal sifat fisiknya. Yang termasuk dalam sifat fisik mineral
adalah (1) bentuk kristalnya, (2) berat jenis, (3) bidang belah, (4) warna, (5)
kekerasan, (6) goresan, (7) kilap. Adapun cara yang kedua adalah melalui Analisa
kimiawi atau Analisa difraksi sinar x, cara ini pada umumnya sangat mahal dan
memakan waktu yang lama.
B. Sifat Kimiawi Mineral
Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi
mineral silikat, yaitu kelompok oksida, sulfida, sulfat, native elemen, halid,
karbonat, hidroksida dan phosfat. Adapun mineral silikat (mengandung unsur
SiO) yang umum dijumpai dalam batuan seperti terlihat pada tabel 2.1.
Di depan telah dikemukakan bahwa tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang
dikenal hingga sekarang. Namun ternyata hanya beberapa jenis saja yang terlibat

5
dalam pembentukan batuan. Mineral-mineral tersebut dinamakan “mineral
pembentukan batuan”, atau “rock-forming minerals”, yang merupakan penyusun
utama batuan dari kerak dan mantel bumi. Mineral pembentuk batuan
dikelompokkan menjadi 4: silikat, oksida, sulfida dan karbonat dan sulfat.
1. Mineral Silikat
Hampir 90% mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silicon dan oksigen dengan beberapa unsur
metal. Karena jumlah unsurnya yang besar, maka hamper 90% dari berat
kerak bumi terdiri dari mineral silikat dan hampir 100% dari mantel bumi
(sampai kedalaman 2900 km dari kerak bumi). Silikat merupakan bagian
utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku, maupun
batuan malihan. Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non ferromagnesium.
Berikut adalah mineral silikat yaitu: (1) kuarsa, (2) felspar alkali, (3)
felspar plagiklas, (4) mika muskovit, (5) mika biotit, (6) amfibol, (7) pyroksen
dan (8) olivine. Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non ferromagnesium dan 5
sampai 8 adalah mineral ferromagnesium.
Tabel 2.1. Kelompok mineral silikat

6
Gambar 2.1. Kelompok mineral silikat
2. Mineral Oksida
Terbentuk sebagai akibat persenyawan langsung antara oksigen dan unsur
tertentu. Susunannya lebih sederhana disbanding silikat. Umunya mineral
oksida lebih keras dari mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat
kecuali sulfida. Unsur yang utama dalam oksida adalah besi, chroom,
mangan, timah, dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling
umumadalah “es” (H2O), korondom (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit
(SnO2).
3. Mineral Sulfida
Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu
dengan sulfur (belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng dan
merkuri.
4. Mineral-Mineral Karbonat dan Sulfat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”,
CaCO3 dikenal sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan
utama yang membentuk batuan sedimen. Gambar 2.3 dibawah ini merupakan
kelompok dari mineral-mineral non silikat.
7
8
9
Gambar 2.2. Kelompok mineral non silikat

2.2 Proses Pembentukan Batuan


Berdasarkan dari hasil pengamatan terhadap jenis-jenis batuan yang telah
dilakukan, dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu: batuan beku, batuan
sedimen dan batuan malihan atau metamorfis. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh
para ahli Geologi terhadap batuan, menyimpulkan bahwa antara ketiga kelompok batuan
tersebut terdapat hubungan yang erat antara satu dengan yang lainnya, dan batuan beku
dianggap sebagai “nenek moyang” dari batuan yang lainnya. Dari awal pembentukan
bumi, diperoleh gambaran bahwa pada awalnya seluruh bagian luar dari Bumi ini terdiri
dari batuan beku. Dengan perjalanan waktu serta perubahan keadaan, maka terjadilah
perubahan-perubahan yang disertai dengan pembentukan kelompok-kelompok batuan
yang lainnya. Proses perubahan dari satu kelompok batuan ke kelompok batuan yang lain
merupakan suatu siklus yang dinamakan “daur batuan” yang terjadi secara terus menerus
dan dalam jangka waktu yang lama.
Pada gambar 2.3 memperlihatkan siklus atau daur batuan. Melalui daur ini juga
dapat diruntut proses-proses geologi yang bekerja dan mengubah kelompok batuan yang
satu ke yang lainnya. Dalam daur batuan tersebut, batuan beku terbentuk sebagai akibat
dari pendinginan dan pembentukan magma, pendinginan magma yang berupa lelehan
silikat, akan diikuti oleh proses penghambluran yang dapat berlangsung yang dapat
berlangsung dibawah atau diatas permukaan bumi melalui erupsi gunung berapi.
Kelompok batuan tersebut, apabila kemudian tersingkap dipermukaan maka ia akan
bersentuhan bersentuhan dengan atmosfir dan hidrosfir, yang akan menyebabkan
berlangsungnya proses pelapukan. Melalui proses ini batuan akan mengalami
penghancuran. Selanjutnya, batuan yang telah dihancurkan kemudian akan
dipindahkan/digerakkan dari tempatnya terkumpul oleh gaya berat, air yang mengalir

10
diatas dan dibawah permukaan, angin yang bertiup, gelombang dipantai dan glester di
pegunungan-pegunungan yang tinggi. Media pengangkut tersebut juga dikenal sebagai
alat pengikis, yang dalam bekerjanya berupaya untuk meratakan permukaan bumi.
Bahan-bahan yang diangkutnya baik itu berupa fragmen-fragmen atau bahan yang larut,
kemudian akan diendapkan di tempat-tempat tertentu sebagai sedimen.

Gambar 2.3. Daur batuan (siklus batuan)


Proses berikutnya adalah terjadinya perubahan dari sedimen yang bersifat lepas,
menjadi batuan yang keras, melalui pembebanan dan kemudian disebut batuan sedimen.
Apabila terhadap batuan sedimen ini terjadi peningkatan tekanan dan suhu sebagai akibat
dari penimbunan dan atau terlibat dalam proses pembentukan pegunungan, maka batuan
sedimen tersebut akan mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan lingkungan
yang baru, dan terbentuk batuan malihan atau batuan metamorfosis. Apabila batuan
metamorfosis masih mengalami peningkatan tekanan dan suhu, maka ia akan kembali
meleleh dan berubah menjadi magma kembali. Panah-panah pada gambar, menunjukkan
bahwa jalannya siklus dapat terganggu dengan adanya jalan-jalan pintas yang dapat
ditempuh, seperti dari batuan beku menjadi batuan metamorfosis, atau batuan
metamorfosis menjadi batuan sedimen tanpa melalui pembentukan magma dan batuan

11
beku. Batuan sedimen dilain pihak dapat kembali menjadi sedimen akibat tersingkap
kepermukaan dan mengalami pelapukan.

2.3 Jenis-Jenis Batuan


Berdasarkan daur batuan (siklus batuan) secara umum terbentuk batuan yang
terbagi atas 3 bagian:
1. Batuan Beku (Igneus Rock)
Batuan beku atau yang dapat disebut sebagai batuan igneus adalah salah satu jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras dengan atau
tanpa proses kristalisasi. Batuan beku terbentuk baik dalam permukaan bumi
(dalam batolit), pipa magma/kawah (vent), sill, dike (retas), maupun diatas
permukaan bumi (lelehan). Berdasarkan tempat pembekuan batuan beku dapat
dibedakan menjadi dua:
1) Batuan beku intrusif (intrusive rocks)
Batuan beku ini terbagi pula menjadi:
a. Batuan beku dalam (intrusive rocks)
Batuan beku dalam terjadi karena akibat pembekuan magma yang jauh di
dalam bumi. Bataun beku dalam ini dicirikan dengan komposisi kristal
yang berukuran besar dan kasar (faneritik). Batuan beku dalam ini mudah
untuk dibedakan secara mata telanjang (megaskopis). Contoh: granit,
granodiorit, diorite, sianit, gabro.
b. Batuan beku porfir
Batuan ini terbentuk disekitar pipa magma atau kawah, komposisi kristal
bergaram, ada yang besar dan kasar, serta ada yang sedang (porfikritik).
Contoh: granit porfir, riolit porfir, granodiarit porfir, dasir profit, diorite
porfir, andesit porfir.
c. Batuan beku afanitik
Batuan ini mempunyai tekstur kristal halus. Contoh: andesit, dasit, basal,
latit, riolit, traktit
2) Batuan beku ekstrusif (extrusive rocks, volcanic rocks)
Batuan ini terbentuk sebagai akibat magma atau lava yang mengalir
kepermukaan bumi kemudian mendingin dan membeku dengan cepat,
dicirikan dengan komposisi kristal yang sangat halus (amorf).
Contoh: obsidian, batu apung, pitchstone, lava, perlit, felsit, dan basal.
12
2. Batuan Sedimen (Sedimentary rock)
Batuan sedimen ini merupakan salah satu jenis batuan yang mana terbentuk
sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas. Batuan sedimen atau
sering juga disebut sebagai endapan merupakan batuan yang terbentuk dari
endapan bahan-bahan yang terbawa oleh air ataupun angin. Ada lagi pengertian
mengenai batuan sedimen yakni batuan yang terbentuk karena adanya proses
pembatuan atau litifikasi dari hasil proses pelapukan dan juga erosi tanah yang
telah terbawa arus dan kemudian diendapkan. Batuan sedimen terbentuk akibat
pengendapan material yang berasal dari pecahan, bongkah batuan yang hancur
karena proses alam, kemudian terangkut (tertransportasi) oleh air, angina, es dan
kemudian terakumulasi dalam satu tempat (cekungan) menjadi satu lapis batuan
yang baru. Batuan sedimen termasuk dalam batuan sekunder karena material
pembentuknya merupakan hasil dari aktivitas kimia dan mekanik denudasi
terhadap batuan yang sudah ada. Yang diendapkan dari larutan atau suspensi
dalam air atau udara pada suhu dan tekanan normal. Endapannya adalah hasil
rombakan dan hancuran batuan kerak bumi, terdiri dari fragmen batuan, mineral
dan berbagai material lainnya, ditransport oleh angin atau air dan diendapkan di
lekukan-lekukan didarat atau di laut. Material yang terbawa dalam suspensi
mengendap karena kecepatan medium transportasinya tertahan atau kondisi
fisiknya berubah. Dan material dalam larutan terendapkan karena perubahan
kondisi kimia atau fisika medium, atau secara tidak langsung oleh aktivitas
binatang dan tumbuhan. Batuan sedimen mempinyai ciri berlapis sebagai akibat
terjadinya perulangan endapan. Batuan sedimen dibagi menjadi:
1) Batuan sedimen klastik/detrital/fragmental
Batuan sedimen klastik ini terbentuk akibatkompaksi dari material batuan
beku, batuan sedimen lain, dan batuan malihan, dengan ukuran butir
beragam. Karena pembentukan tersebut diakibatkan oleh angin, air, atau
es, disebut juga dengan batuan sedimen mekanik (mechanical sediment).
Contoh: batu gamping, batu pasir, batu lempung, breksi, konglomerat, tilit
(tillite, konglomerat/breksiyang terendapkan oleh es), batu lanau, arkose
(batu pasir felspar), arenaceous (serpih pasiran), argillaceous (serpih
lempungan), carbonaceous (serpih gampingan).

13
Ukuran besar butir batuan sedimen klastik diklarifikasikan berdasarkan
skala besar butir Wentworth sebagai berikut:
Tabel 2.2. Ukuran besar butir batuan sedimen berdasarkan skala besar
butir Wentworth
Ukuran Nama butir Nama batuan Nama batuan
(mm) (fragmen) (membundar) (menyudut)

>256 Bongkah Bongkah Bongkah


konglomerat breksi

64-256 Berangkal Berangkal Berangkal


konglomerat breksi

4-64 Kerakal Kerakal Krakal breksi


konglomerat

2-4 Butiran Butiran Butiran breksi


konglomerat

1-2 Pasir sangat Batu pasir


kasar sangat kasar

1/2-1 Pasir kasar Batu pasir


kasar
1/4-1/2 Pasir sedang Batu pasir
sedang

1/8-1/4 Pasir halus Batu pasir


halus
1/16-1/8 Pasir sangat Batu pasir
halus sangat halus

1/256-1/16 Lanau Batu lanau


<256 Lempung Batu lempung
Berapa sifat dari batuan sedimen yang mempengaruhi teksturnya dalam
sayatan tipis adalah:
a. Komponen penyusun batuan sedimen klastik; fragmen merupakan
komponen dalam batuan sedimen yang berukuran lebih besar dari pada
komponen lainnya, matriks merupakan komponen yang ukurannya
relatif lebih kecil dari fragmen diendapkan bersamaan dengan fragmen,
semen berukuran halus, merekat butiran/fragmen dan matriks. Fragmen
batuan dalam sedimen terbagi atas beberapa jenis yaitu vulkanik, silika
dan argilit.
14
b. Sortasi; tingkat keseragaman ukuran butir daripada batuan sedimen
klastik.

Gambar 2.4. Klasifikasi sortasi batuan sedimen


c. Roundness, tingkat atau bentuk pembundaran dari batuan sedimen klastik.

Gambar 2.5. Klasifikasi roundness batuan sedimen


d. Porositas dan Permeabilitas;
Porositas adalah jumlah rongga kosong yang terdapat antar butir dalam
batuan, dinyatakan dalam persen volume. Porositas sangat penting
artinya bagi persediaan air tanah dan reservoir hidrokarbon. Besar
porositas batuan bergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah;
tatanan partikel, besar dan bentuk partikel serta jumlah ukuran yang
berbeda. Hal ini penting karena partikel kecil dapat mengisi rongga
antara partikel yang besar. Sedangkan permeabilitas merupakan besaran
kemampuan batuan untuk meluluskan cairan (fluida). Batuan yang
mempunyai porositas tinggi belum tentu permeabilitasnya besar. Agar
batuan mempunyai permeabilitas tinggi, pori-pori atau rongga antar butir
harus saling berhubungan.
15
Gambar 2.6. Porositas batuan sedimen
2) Batuan sedimen non klastik
Proses yang membentuk pada batuan ini yaitu secara kimiawi. pada
umumnya batuan yang terdiri dari mineral-mineral autoghenic. Pada
umumnya batuan memperlihatkan gejala diagenesa P dan T tertentu, maka
porositas batuan menjadi sangat rendah atau hilang. Ciri penting pada
batuan sedimen non klastik dimana butiran-butiran yang mula-mula halus,
pada proses diagenesa akan menjadi sangat besar. Berdasarkan
komposisinya batuan sedimen non klastik dikelompokkan menjadi yang
silikaan, siliceous, mengandung silika. Sedimen lain yang sering dijumpai
adalah yang komposisi utamanya rombakan sisa binatang yang dihasilkan
langsung dari fisiologis aktivitas organisme dinamakan sedimen biogenik.
Sisa-sisa bagian yang keras akhirnya menjadi fragmen-fragmen atau
klastik. Sedimen yang komponen utamanya dari fragmen ini disebut
sedimen bioklastik.
3. Batuan Malihan/Metamorf (Metamorphic rock)
Batuan malihan/ubahan (metamorphonic, berasal dari Bahasa Yunani yang mana
meta = berubah, morphe = bentuk) berasal dari batuan beku atau batuan sedimen
yang termalihkan (terubah) di dalam bumi sebagai akibat tekanan dan temperatur
yang sangat tinggi yang mengakibatkan perubahan sifat fisik dan kimia dari
batuan asal. Contoh: marmer (malihan dari batu gamping), kuarsit (malihan dari
batu pasir kuarsa), genes (malihan dari granit).
A. Struktur Batuan Metamorf
Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi
unit poligranular batuan tersebut. Secara umum struktur batuan metamorf dapat
dibadakan menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi
16
1) Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini
dapat terjadi karena adnya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-
lapisan (gneissoty), orientasi butiran (schistosity), permukaan belahan
planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut. Struktur foliasi
yang ditemukan adalah:
a. Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus
(mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar
yang sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut slate
(batusabak).

Gambar 2.7. Gambar struktur slaty cleavage dan sketsa pembentukan


struktur
b. Phylitic
Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat
rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral
pipih dengan mineral granular. Batuannya disebut phyllite (filit)

Gambar 2.8. Gambar struktur phyletic


c. Schistosic

17
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic
atau lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang
sampai kasar. Batuannya disebut schist (sekis).

Gambar 2.9. Gambar struktur schistosic dan sketsa pembentukan


struktur
d. Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang
mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler
(feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau prismatic
(mineral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak
menerus melainkan terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.

Gambar 2.10. Gambar struktur gneissic dan sketsa pembentukan


struktur
2) Struktur Non Foliasi
Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari
butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara
lain:
a. Hornfelsic/granulose

18
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan
equigranular dan umumnya berbentuk polygonal. Batuannya disebut
hornfels (batu tanduk)

Gambar 2.11. Gambar sruktur granulose


b. Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar
dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik
ini terjadi akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut
cataclasite (kataklasit).
c. Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa
kataklastik. Cirri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus,
menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum terjadi
rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite
(milonit).

Gambar 2.12. Struktur mylonitic

19
d. Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi
umumnya telah terjadi rekristalisasi. Ciri lainnya adalah kenampakan
kilap sutera pada batuan yang mempunyai struktur ini. Batuannya
disebut phyllonite (filonit).
B. Tekstur Batuan Metamorf
Merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan
orientasi butir mineral dan individual penyusun batuan metamorf. Penamaan
tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran
blastic tang ditambahkan pada istilah dasarnya.
1. Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa
Berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa ini tekstur batuan
metamorf dapat dibedakan menjadi:
a. Relict/Palimset/Sisa
Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa
tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya nasih tampak pada
batuan metamorf tersebut.
b. Kristaloblastik
Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses
metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami
rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak. Penamaannya
menggunakan akhiran blastik.
2. Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi:
Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata. Dan afanitit,
bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
3. Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal
Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
a. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu
sendiri,
b. Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya
sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.

20
c. Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal
lain disekitarnya.
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat
dibedakan menjadi:
a. Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk euhedral.
b. Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal
berbentuk anhedral.
4. Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:
a. Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular.
b. Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.
c. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,
equidimensional, batas mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan
umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
Selain tekstur yang diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Perfiroblastik, apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih besar
tersebut sering disebut porphyroblasts.
b. Poikloblastik/Sieve texture, tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts
tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
c. Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat
padamassadasar material yang barasal dari kristal yang sama yang
terkena pemecahan (crhusing).
d. Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang
tidak menunjukkan keteraturan orientasi.
e. Saccaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula
pasir.
f. Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut
berstektur homeoblastik.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Batuan tersusun oleh materi pembentuk berupa magma dan mineral dengan melalui
proses pembekuan, pelapukan dan oleh perubahan tekanan dan suhu. Dari proses
tersebut dapat membentuk batuan beku, sedimen dan malihan atau metamorfosis.
2. Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, bersifat
mudah bergerak (mobile), bersuhu antara 900°C - 1.100°C dan berasal atau terbentu
pada kerak bumi bagian bawah hingga selubung bagian atas.
3. Mineral didefinisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah,
yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom
di dalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis.
4. Mineral pembentuk batuan terdiri dari mineral silikat, sulfida, oksida, karbonat dan
sulfat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Amuzigi, 2015. Petrografi Batuan Sedimen.


Daryono dan Larasati, D. A., 2018. Pendalaman Materi Geologi Modul 9 Litosfer.
Jakarta: Erlangga.
Ilmu Goegrafi, 2015. Batuan Sedimen. https://ilmugeografi.com/geologi/batuan-sedimen
Noor, D., 2011. Pengantar Geologi. Jakarta: Erlangga.
Setyobudi, P. T., 2012. Struktur dan Tekstur Batuan Metamorft.
Yakub, M. 2012. Mengenal Batuan. Jurnal Handout Batuan.

23

Anda mungkin juga menyukai