Anda di halaman 1dari 27

OPERASI PADA HIMPUNAN SAMAR

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Teori Fuzzy

Dosen Pengampu: Aprisal., S.Pd., M.Pd

Oleh :
Kelompok 1

1. Munira H0217301
2. Hasriani H0217302
3. Sukmawati H0217307

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2019
OPERASI PADA HIMPUNAN SAMAR

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Himpunan Samar 1

Dosen Pengampu: Dr. Agus Maman Abadi

Oleh :
Kelompok 2

4. Aprisal 16709251019
5. Khomarudin Fahuzan 16709251041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kejadian atau permasalahan yang
serta merta dapat dibedakan atau dipisahkan dengan jawaban sederhana yaitu
“ya” atau “tidak”. Sebagai contoh untuk menyatakan seseorang berbadan
tinggi yang amat bersifat relatif. Dengan juga misalkan pada warna abu-abu
yang merupakan campuran warna hitam dengan putih. Maka berangkat dari
berbagai permasalahan tersebut, pada 1965, Zadeh memodifokasi teori
himpunan di mana setuap anggotanya memilki derajat keanggotan yang
bernilai kontinu antara 0 sampai 1 [0,1]. Himpunan ini disebut dengan
himpunan kabur (fuzzy set). Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
mengetahui konsep dari himpunan kabur atau samar termasuk operasi dasar
dalam himpunan samar yang begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari kita.
Dalam matematika himpunan klasik dikenal beberapa operasi, diantaranya
adalah gabungan, irisan dan komplement. Dalam himpunan samar kita juga
bisa mempelajari operasi gabungan, irisan, dan komplemen yang mempunyai
konsep berbeda dengan himpunan klasik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam makalah ini akan di bahas
tentang:
1. Himpunan bagian dari himpunan samar
2. Operasi komplemen himpunan samar
3. Operasi gabungan himpunan samar
4. Operasi irisan himpunan samar
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui himpunan bagian dari himpunan samar
2. Untuk mengetahui operasi komplemen himpunan samar
3. Untuk mengetahui operasi gabungan himpunan samar
4. Untuk mengetahui operasi irisan himpunan samar
D. Manfaat
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Pembaca dapat mengetahui himpunan bagian dan operasi komplemen,
gabungan, dan irisan dari himpunan samar.
2. Dapat menambah pemahaman dalam mata kuliah himpunan samar 1
khususnya untuk mahasiswa pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
dan bagi mahasiswa matematika pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada subbab sebelumnya telah dipelajari tentang sebuah himpunan
samartunggal. Pada subbab ini, akan dibahas operasi-operasi dasar dalam
himpunan samar lebih dari satu. Untuk selanjutnya akan dimisalkan A dan
Bmerupakan himpunan samaryang terdefinisi pada semesta U.
A. Operasi Standar Pada Himpunan Samar
1. Persamaan Himpunan Samar
a) Persamaan Himpunan Klasik
Persamaan himpunan klasik memiliki definisi himpunan A sama
dengan B jika dan hanya jika ∀𝑥 ∈ 𝐴 = ∀𝑥 ∈ 𝐵,∀𝑥 ∈ 𝑈
Contoh:
U = {a, b, c, d, e, f, g, h ,i}
A= {a.b,c,d,e}
B= {a,b,c,d,e}
Maka dengan demikian A=B
b) Persamaan Himpunan Samar
Himpunan samar A sama dengan himpunan samar B jika dan hanya
jika 𝜇𝐴 𝑥 = 𝜇𝐵 𝑥 , ∀𝑥 ∈ 𝑈
Contoh:
U = {a, b, c, d, e, f, g ,h}
0.4 0,6 0.8 1
A={ + + + }
𝑎 𝑐 𝑒 𝑔
0.4 0,6 0.8 1
B={𝑏 + + + 𝑕}
𝑑 𝑓

Karena 𝜇𝐴 𝑥 = 𝜇𝐵 𝑥 maka A = B
2. Himpunan Bagian Pada Himpunan Samar
a) Himpunan Bagian pada Himpunan Klasik
Himpunan A himpunan B bagian dari himpunan B ditulis A⊂B, jika
dan hanya jika ∀𝑥 ∈ 𝐴 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑥 ∈ 𝐵, ∀𝑥 ∈ 𝑈
Contoh:
1. A = {1, 2, 3, 4, 5}
B = Himpunan bilangan asli kurang dari 10
Maka A⊂B.
Contoh lain dalam bentuk diagram Venn

b) Himpunan Bagian pada Himpunan Samar


Himpunan samar A himpunan bagian dari himpunan samar B ditulis
A⊂B, jika dan hanya jika 𝜇𝐴 𝑥 ≤ 𝜇𝐵 𝑥 , ∀𝑥 ∈ 𝑈
contoh:
Dimisalkan A adalah himpunan samar bayi dan B adalah himpunan
samar balita yang didefinisikan berdasarkan usia (tahun) dalam
interval U = [0,5] dengan fungsi keanggotaan:
3−𝑥
𝜇𝐴 𝑥 = 0≤𝑥≤3
3
0 𝑥>3
1 0≤𝑥≤1
𝑑𝑎𝑛 𝜇𝐵 𝑥 = (5 − 𝑥)
𝑥>1
4
Maka 𝜇𝐴 𝑥 ≤ 𝜇𝐵 𝑥 , ∀𝑥 ∈ 𝑈
Contoh
Misalkan A = {5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80} merupakan himpunan umur
dalam tahun, dan misalkan himpunan samar ”balita”, “anak-anak”, “dewasa”,
“muda”, dan “tua” adalah subset dari A

Elemen Balita Anak-Anak Muda Dewasa Tua


5 0 1 1 0 0
10 0 1 1 0 0
20 0 0,2 0,8 0,8 0,1
30 0 0 0,5 1 0,2
40 0 0 0,2 1 0,4
50 0 0 0,1 1 0,6
60 0 0 0 1 0,8
70 0 0 0 1 1
80 0 0 0 1 1

Dari table di atasTua⊂Dewasa, karena𝜇 𝑇𝑢𝑎 𝑥 ≤ 𝜇𝑀𝑢𝑑𝑎 𝑥 , ∀𝑥 ∈ 𝑈


3. Komplemen Himpunan Samar
a) Komplement himpunan klasik A merupakan himpunan klasik𝐴𝐶 pada
U yang memiliki fungsi keanggotaan yang didefenisikan dengan:
𝐴𝐶 = 𝑥 ∈ 𝑆|𝑥 ∉ 𝐴 , ∀𝑥 ∈ 𝑈
contoh:
1. U = {1,2,3,4,...,9}
A = {𝑥 ∈ 𝑈 𝑥 𝑕𝑎𝑏𝑖𝑠 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑡𝑖𝑔𝑎
𝐴𝑐 = {1, 2, 4, 5, 7}
2. U = {x | x < 10, x ∈ bilangan cacah}
B = {1, 3, 5, 7, 9}
BC = {0, 2, 4, 6, 8}
3. U = {Himpunan bilangan ganjil kurang dari 15}
D = {1, 5, 9, 13}
DC = {3, 7, 11}

b) Komplemen Himpunan pada Himpunan Samar


Komplement himpunan samar A merupakan himpunan samar 𝐴𝑐 pada
U yang memiliki fungsi keanggotaan yang didefenisikan dengan:
𝜇𝐴𝐶 𝑥 = 1 − 𝜇𝐴 𝑥 , ∀𝑥 ∈ 𝑈
contoh:
1. Dimisalkan A adalah himpunan samar kecepatan mobil
berdasarkan speedometer (km/jam) dalam interval U =
[0,100]dengan fungsi keanggotaan:
𝑥
0 ≤ 𝑥 ≤ 85
𝜇𝐴 𝑥 = 85 maka
1 𝑥 > 85
𝑥
1− 0 ≤ 𝑥 ≤ 85
𝜇𝐴 𝐶 𝑥 = 85
0 𝑥 > 85

Dengan menggunakan matlab


x=0:0.1:100;
y1=smf(x,[0,85]);
y2=1-y1
plot(x,y1,'g',x,y2,'y','LineWidth',4)
xlabel('speedometer','FontSize',16)
ylabel('derajat keanggotaan','FontSize',16)
grid on
Contoh
Komplemen Himpunan Samar
Misalkan himpunan samar A adalah peserta seminar nasional yang
berusia muda, dengan fungsi keanggotaan 𝜇𝐴 𝑥 , dinyatakan sebagai
berikut:
0 , 𝑥 ≤ 50
2
𝑥 − 50
2 , 50 ≤ 𝑥 ≤ 80
𝜇𝐴 𝑥 = 60
110 − 𝑥 2
1−2 , 80 ≤ 𝑥 ≤ 110
60
1 , 𝑥 ≥ 110

Bentuk umum fungsi di atas dalam matlab merupakan fungi smf yaitu:
0 𝑥≤𝑎
𝑥−𝑎 2 𝑎+𝑏
2 , 𝑎≤𝑥≤
𝑏−𝑎 2
𝑥; 𝑎, 𝑏 = 2
𝑏−𝑥 𝑎+𝑏
1−2 , ≤𝑥≤𝑏
𝑏−𝑎 2
1, 𝑥≥𝑏

Dengan menggunakan matlab

x=10:0.1:150;
yA=smf(x,[50,110]);
plot(x,yA,'k','LineWidth',4)
xlabel('credit hours','FontSize',16)
ylabel('A(x)','FontSize',16)
grid on

Maka himpunan peserta seminar nasional yang berusia muda


dengan komplemennya

Dengan menggunakan matlab, maka diperoleh:

x=10:0.1:140;
yA=smf(x,[50,110]);
yB=1-yA
plot(x,yA,'g',x,yB,'c','LineWidth',4)
xlabel('credit hours','FontSize',16)
ylabel('A(x)','FontSize',16)
text(120,0.6,'young','FontSize',16)
text(20,0.6,'old','FontSize',16)
grid on
Contoh

Misalkan himpunan samar A adalah mahasiswa matematika berbadan


tinggi dengan fungsi keanggotaan 𝜇𝐴 𝑥 , dinyatakan sebagai berikut:
0 , 𝑥 ≤ 30
2
𝑥 − 30
2 , 30 ≤ 𝑥 ≤ 190
220
𝜇𝐴 𝑥 =
250 − 𝑥 2
1−2 , 190 ≤ 𝑥 ≤ 250
220
1 , 𝑥 ≥ 250

Bentuk umum fungsi di atas dalam matlab merupakan fungi smf yaitu:
0 𝑥≤𝑎
𝑥−𝑎 2 𝑎+𝑏
2 , 𝑎≤𝑥≤
𝑏−𝑎 2
𝑥; 𝑎, 𝑏 =
𝑏−𝑥 2 𝑎+𝑏
1−2 , ≤𝑥≤𝑏
𝑏−𝑎 2
1, 𝑥≥𝑏

Dengan menggunakan matlab

x=20:0.1:300;
yA=smf(x,[30,250]);
plot(x,yA,'c','LineWidth',4)
xlabel('credit hours','FontSize',16)
ylabel('A(x)','FontSize',16)
grid on
Maka himpunan mahasiswa matematika yang berbadan tinggi
dengan komplemennya

Dengan menggunakan matlab, maka diperoleh:

x=10:0.1:290;
yA=smf(x,[30,250]);
yB=1-yA
plot(x,yA,'c',x,yB,'r','LineWidth',4)
xlabel('credit hours','FontSize',16)
ylabel('A(x)','FontSize',16)
text(200,0.6,'long','FontSize',16)
text(50,0.6,'short','FontSize',16)
grid on

4. Gabungan Standar Himpunan Samar


a) Gabungan pada himpunan klasik
Gabungan himpunan A dan himpunan B di U, dilambangkan dengan
𝐴 ∪ 𝐵, yang memiliki fungsi keanggotaan yang didefinisikan
dengan:
𝑨∪𝑩= 𝒙 ∈𝑺 𝒙∈𝑨∨𝒙∈𝑩
Contoh:
1. Diketahui sebuah himpunan A= {merah, jingga} dan B={kuning,
hijau, biru, nila, ungu} maka
𝐴 ∪ 𝐵 = {𝑚𝑒𝑟𝑎𝐻, 𝑗𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎, 𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔, 𝐻𝑖𝑗𝑎𝑢, 𝑏𝑖𝑟𝑢, 𝑛𝑖𝑙𝑎, 𝑢𝑛𝑔𝑢}
2. Diketahui sebuah himpunan A = {kalkulus, aljabar} dan B =
{ aritmetika, geometri} maka
𝐴 ∪ 𝐵 = {𝑘𝑎𝑙𝑘𝑢𝑙𝑢𝑠, 𝑎𝑙𝑗𝑎𝑏𝑎𝑟, 𝑎𝑟𝑖𝑡𝑚𝑒𝑡𝑖𝑘𝑎, 𝑔𝑒𝑜𝑚𝑒𝑡𝑟𝑖}
3. Diketahui sebuah himpunan A = {x | x ∈bilangan ganjil} dan B =
{ x | x ∈bilangan genap} maka
𝐴 ∪ 𝐵 = 𝑥 𝑥 ∈bilangan genap ∪ x ∈bilangan ganjil}
b) Gabungan Standar Himpunan Samar
Gabungan himpunan samar A dan himpunan samar B di U,
dilambangkan dengan 𝐴 ∪ 𝐵, yang memiliki fungsi keanggotaan
yang didefinisikan dengan:
𝜇𝐴∪𝐵 𝑥 = 𝑚𝑎𝑥 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥 , ∀𝑥 ∈ 𝑈 (2.20)
Contoh
Misalkan X merupakan himpunan n tumbuhan yang
teridentifikasi dengan bilangan 1,2,…, n, dan misalkan A dinotasikan
himpunan samar tumbuhan dalam X yang tergolong cepat tumbuh
dan B adalah himpunan samar tumbuhan yamg lambat tumbuh
Kemudian kita dapat menentukan himpunan tumbuhan 𝐴∪𝐵
dalam X yang cepat atau lambat tumbuh yang dijelaskan dalam tabel
1 berikut:

Tabel 1. Ilustrasi Gabungan Himpunan Samar


𝜇𝐴 𝑥 derajat keanggotaan 𝜇𝐵 𝑥 derajat keanggotaan
Pasien 𝜇𝐴∪𝐵 𝑥
tergolong cepat tumbuh tergolong lambat tumbuh
1 0,5 1,0 1,0
2 0,7 0,6 0,7
3 0,4 0,8 0,8
… … … …
n 0,7 1,0 1,0
contoh
Misalkan A = {5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80} merupakan himpunan umur
dalam tahun, dan misalkan himpunan samar ”balita”, “anak-anak”, “dewasa”,
“muda”, dan “tua” adalah subset dari A
Anak-
Elemen Balita Muda Dewasa Tua 𝜇𝑚𝑢𝑑𝑎 ∪𝑡𝑢𝑎 𝑥
Anak
5 0 1 1 0 0 1
10 0 1 1 0 0 1
20 0 0,2 0,8 0,8 0,1 0,8
30 0 0 0,5 1 0,2 0,5
40 0 0 0,2 1 0,4 0,4
50 0 0 0,1 1 0,6 0,6
60 0 0 0 1 0,8 0,8
70 0 0 0 1 1 1
80 0 0 0 1 1 1

Contoh lainnya adalah gabungan himpunan mahasiswa rajin dan


komplemennya yaitu himpunan mahasiswa yang malas, yang ditunjukkan
dalam gambar berikut:
Dengan menggunakan Matlab
x=10:0.1:170;
yA=smf(x,[60,150]);
yB=1-yA;
yC=max(yA,yB);
plot(x,yA,'b',x,yB,'r',x,yC,'g','LineWidth',4)
xlabel('karakter mahasiswa','FontSize',16)
text(130,0.7,'Rajin','FontSize',16)
text(40,0.7,'Malas','FontSize',16)
grid on
Contoh

Misalkan A merupakan himpunan samar dari yang termasuk gunung


tertinggi di Indonesia dan misalkan B merupakan himpunan samar gunung yang
masih aktif. Kemudian 𝐴 ∪ 𝐵 merupakan himpunan samar dari gunung tertinggi
di Indonesia atau gunung yang masih aktif. Hal ini dijelaskan dalam table berikut:
𝜇𝐴 (derajat 𝜇𝐴 (derajat keanggotaan
Gunung keanggotaan gunung gunung yang masih 𝐴 ∪ 𝐵(𝜇𝐴∪𝐵 )
tertinggi) aktif)
Kerinci 0,9 0,8 0,9
Rinjani 0.8 0,5 0,8
Semeru 0,7 1,0 1,0
Slamet 0,4 0,1 0,4
Sinabung 0,1 0,4 0,4

5. Irisan Standar Himpunan Samar


a) Irisan pada himpunan klasik
Irisan himpunan A dan himpunan B di U, dilambangkan dengan
𝐴 ∩ 𝐵, yang memiliki fungsi keanggotaan yang didefinisikan dengan:
𝑨∩𝑩= 𝒙∈𝑺 𝒙∈𝑨∧𝒙∈𝑩
Contoh:
1. A={mangga, rambutan, durian, manggis, semangka, langsat,
duku}
B={rambutan, manggis, langsat, sirsak}
C={rambutan, durian, semangka, duku}
Maka:
𝐴∩𝐵 = {rambutan, manggis, langsat} dan
𝐴 ∩ 𝐶 = {𝑟𝑎𝑚𝑏𝑢𝑡𝑎𝑛, 𝑑𝑢𝑟𝑖𝑎𝑛, 𝑠𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎, 𝑑𝑢𝑘𝑢}
2. A = himpunan bilangan prima kurang dari 19
B = himpunan bilangan genap kurang dari 10
.𝐴 ∩ 𝐵 = {2}
3. R = himpunan bangun ruang
S = himpunan bangun datar
.𝑅 ∩ 𝑆 = {Ø}
b) Irisan standar pada himpunan samar
Irisan himpunan samar A dan himpunan samar B di U, dilambangkan
dengan 𝐴 ∩ 𝐵, yang memiliki fungsi keanggotaan yang didefinisikan
dengan:
𝜇𝐴∩𝐵 𝑥 = 𝑚𝑖𝑛 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥 , ∀𝑥 ∈ 𝑈 (2.21)
Contoh
1. Misalkan A = {5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80} merupakan himpunan umur
dalam tahun, dan misalkan himpunan samar ”balita”, “anak-anak”, “dewasa”,
“muda”, dan “tua” adalah subset dari A
2.
Anak-
Elemen Balita Muda Dewasa Tua 𝜇𝑚𝑢𝑑𝑎 ∩𝑡𝑢𝑎 (𝑥)
Anak
5 0 1 1 0 0 0
10 0 1 1 0 0 0
20 0 0,2 0,8 0,8 0,1 0,1
30 0 0 0,5 1 0,2 0,2
40 0 0 0,2 1 0,4 0,2
50 0 0 0,1 1 0,6 0,1
60 0 0 0 1 0,8 0
70 0 0 0 1 1 0
80 0 0 0 1 1 0
2. Contoh lainnya adalah irisan himpunan mahasiswa rajin dan komplemennya
yaitu himpunan mahasiswa yang malas, yang ditunjukkan dalam gambar
berikut:
Dengan menggunakan Matlab
x=10:0.1:170;
yA=smf(x,[60,150]);
yB=1-yA;
yC=min(yA,yB);
plot(x,yA,'b',x,yB,'r',x,yC,'g','LineWidth',4)
xlabel('karakter mahasiswa','FontSize',16)
text(40,0.7,'Malas','FontSize',16)
text(130,0.7,'Rajin','FontSize',16)
grid on

Contoh
Misalkan A merupakan himpunan samar dari yang termasuk gunung
tertinggi di Indonesia dan misalkan B merupakan himpunan samar gunung yang
masih aktif. Kemudian 𝐴 ∩ 𝐵 merupakan himpunan samar dari gunung tertinggi
di Indonesia dan gunung yang masih aktif. Hal ini dijelaskan dalam table berikut:
𝜇𝐴 (derajat 𝜇𝐴 (derajat keanggotaan
Gunung keanggotaan gunung gunung yang masih 𝐴 ∩ 𝐵(𝜇𝐴∩𝐵 )
tertinggi) aktif)
Kerinci 0,9 0,8 0,8
Rinjani 0.8 0,5 0,5
Semeru 0,7 1,0 0,7
Slamet 0,4 0,1 0,1
Sinabung 0,1 0,4 0,1

Selanjutnya akan dijelaskan mengapa digunakan “max” untuk gabungan


himpunan samar dan “min” untuk irisan himpunan samar. Diberikan sebuah
defenisi bahwa gabungan dari himpunan samar A dan himpunan samar B
adalah himpunan samar terkecil yang berisi kedua himpunan samar A dan B.
Atau, jika C adalah himpunan samar yang berisi himpunan samar A dan
himpunan samar B, maka C juga berisi gabungan himpunan samar A dan B.

Pertama, bahwa 𝐴 ∪ 𝐵 didefinisikan sebagai gabungan himpunan samar


yang memuat himpunan samar A dan himpunan samar B karena
𝑚𝑎𝑥 𝜇𝐴 (𝑥), 𝜇𝐵 (𝑥) ≥ 𝜇𝐴 𝑥 dan 𝑚𝑎𝑥 𝜇𝐴 (𝑥), 𝜇𝐵 (𝑥) ≥ 𝜇𝐵 (𝑥). Selanjutnya,
jika C merupakan himpunan samar lainnya yang memuat himpunan samar A
dan himpunan samar B, maka 𝜇𝐶 (𝑥) ≥ 𝜇𝐴 (𝑥)dan 𝜇𝐶 (𝑥) ≥ 𝜇𝐵 (𝑥).

Oleh karena itu 𝜇𝐶 (𝑥) ≥ 𝑚𝑎𝑥 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥 = 𝜇𝐴∪𝐵 (𝑥), yang berarti


bahwa 𝐴 ∪ 𝐵 yang merupakan himpunan samar terkecil yang memuat kedua
himpunan samar A dan himpunan samar B.
Irisan seperti yang didefinisikan pada (2.21) juga dapat dibenarkan dengan
cara yang sama.

Contoh Soal (Wang, L.X,1997:30)

𝑥
Himpunan samar D didefenisikan dengan 𝜇𝐷 𝑥 = 𝑝 𝑥 = (2.8)
100
𝑥
Himpunan samar F didefenisikan dengan 𝜇𝐹 𝑥 = 1 − 𝑝 𝑥 = 1 − 100

(2.9)
D himpunan samar berdasarkan presentasi komponen Mobil buatan
AS:𝜇𝐷 𝑥 = 𝑝(𝑥)
F himpunan samar berdasarkan presentasi komponen Mobil buatan
nonAS: 𝜇𝐹 𝑥 = 1 − 𝑝(𝑥)
untuk 0 ≤ 𝑥 ≤ 100

Dengan menggunakan Matlab


x=0:0.1:100;
yA=x./100;
yB=1-(x./100);
plot(x,yA,'r',x,yB,'b','LineWidth',4)
xlabel('Persentase komponen mobil buatan AS','FontSize',10)
ylabel('\mu','FontSize',16)
title('\mu F dan \mu D','FontSize',16)
text(70,0.3,' \rightarrow \mu F','FontSize',16)
text(20,0.2,' \rightarrow \mu D','FontSize',16)
grid on

Gambar 2.7 fungsi keanggotaan Mobil buatan AS (μD) dan Mobil buatan non-
AS (μF) berdasarkan presentase komponen Mobil buatan AS (p(x))

Komplemen dari F adalah 𝐹 𝑐 yang merupakan himpunan samar yang


didefenisikan dengan
𝑥
𝜇𝐹 𝑐 𝑥 = 1 − 𝜇𝐹 𝑥 = 1 − 1 − 𝑝 𝑥 = 𝑝 𝑥 =100 (2.22)

Dengan menggunakan matlab


x=0:0.1:100;
yA=x./100;
yB=1-(x./100);
plot(x,yA,'r',x,yB,'b','LineWidth',4)
xlabel('persentase komponen mobil yang di buat di AS','FontSize',10)
ylabel('\mu','FontSize',16)
title('','FontSize',16)
text(70,0.3,' \rightarrow \mu F','FontSize',16)
text(20,0.2,' \rightarrow komplemen \mu F','FontSize',16)
grid on

Berdasarkan persamaan (2.2) dengan (2.8) terlihat bahwa F = D. Hal ini


mengandung pengertian bahwa jika sebuah Mobil adalah bukan Mobil buatan
non-AS, maka Mobil itu pasti Mobil buatan AS. Jika Mobil tersebut hampir
bukan Mobil buatan non-AS, maka hampir Mobil buatan AS.

Gabungan F dan D adalah himpunan samar F  D yang didefenisikan dengan

Dengan menggunakan Matlab


x=0:0.1:100;
yA=x./100;
yB=1-(x./100);
yX=max(yA,yB);
plot(x,yA,'r',x,yB,'b',x,yX,'m','LineWidth',4)
xlabel('U','FontSize',16)
ylabel('\mu','FontSize',16)
title('\mu F gabung \mu D','FontSize',16)
text(70,0.3,' \leftarrow \mu F','FontSize',16)
text(20,0.2,' \leftarrow \mu D','FontSize',16)
text(30,0.7,' \leftarrow \mu F gabung \mu D','FontSize',16)
grid on

Irisan F dan D adalah himpunan samar F  D yang didefenisikan dengan

seperti yang digambarkan pada gambar 2.10.


Dengan menggunakan Matlab
x=0:0.1:100;
yA=x./100;
yB=1-(x./100);
yX=min(yA,yB);
plot(x,yA,'r',x,yB,'b',x,yX,'m','LineWidth',4)
xlabel('U','FontSize',16)
ylabel('\mu','FontSize',16)
title('\mu F iris \mu D','FontSize',16)
text(70,0.3,' \leftarrow \mu F','FontSize',16)
text(20,0.2,' \leftarrow \mu D','FontSize',16)
text(30,0.3,' \leftarrow \mu F iris \mu D','FontSize',16)
grid
6. Sifat-sifat Pada Operasi Standar Himpunan Samar
Sifat-sifat pada operasi Himpunan Samar sama dengan sifat-sifat pada
operasi himpunan klasik, tetapi terdapat beberapa pengecualian sebagai
berikut.
a) Pada himpunan klasik
1) 𝐴 ∪ 𝐴𝑐 = 𝑈
Contoh:
U ={1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}
A= {1,2, 3, 5, 7}
Maka 𝐴𝑐 = 4, 6, 8, 9, 10
Sehingga dari contoh diatas jika 𝐴 ∪ 𝐴𝑐 = 𝑈
𝐴 ∪ 𝐴𝑐 = 1,2, 3, 5, 7 ∪ 4, 6, 8, 9, 10
={1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}
=U
2) 𝐴 ∩ 𝐴𝑐 = ∅
Contoh:
U ={1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}
A= {1,2, 3, 5, 7}
Maka 𝐴𝑐 = 4, 6, 8, 9, 10
Sehingga dari contoh diatas jika 𝐴 ∩ 𝐴𝑐 = ∅

b) Pada himpunan samar


1) 𝐴 ∪ 𝐴𝑐 ≠ 𝑈
Dalam himpunan klasik 𝐴 ∪ 𝐴𝑐 = 𝑈. Aturan tersebut berlaku
dalam teori himpunan klasik tapi tidak berlaku dalam himpunan
samar termasuk gabungan dan komplemen dalam himpunan samar.
Dengan mudah dapat dilihat bahwa aturan ini tidak berlaku untuk x
pada U dimana 𝜇𝐴 𝑥 ∉ {0,1}. Sebagai contoh 𝜇𝐴 𝑥 = 0,6 maka
𝜇𝐴𝑐 𝑥 = 1 – 0,6 = 0,4 dan 𝜇 𝐴∪𝐴𝑐 𝑥 = max[0.6, 0.4] = 0,6

2) 𝐴 ∩ 𝐴𝑐 ≠ ∅
Aturan 𝐴 ∩ 𝐴𝑐 = ∅. Dari teori himpunan klasik tidak berlaku
untuk himpunan samar pada irisan dan komplemen himpunan samar.
Sebagai contoh 𝜇𝐴 𝑥 = 0,6 untuk beberapa 𝑥 ∈ 𝑈, sehingga 𝜇𝐴𝑐 𝑥
= 1 – 0,6 = 0,4 dan 𝜇 𝐴∩𝐴𝑐 𝑥 = min[0.6, 0.4] = 0,4

7. Sifat-Sifat Lain Yang Berlaku Pada Himpunan Samar


No Operasi Sifat
1 𝐴∪𝐵 =𝐵∪𝐴 Komutatif
2 𝐴∩𝐵 =𝐵∩𝐴 Komutatif
3 𝐴 ∪ 𝐵 ∪ 𝐶 = 𝐴 ∪ (𝐵 ∪ 𝐶) Asosiatif
4 𝐴 ∩ 𝐵 ∩ 𝐶 = 𝐴 ∩ (𝐵 ∩ 𝐶) Asosiatif
5 𝐴 ∩ 𝐵 ∪ 𝐶 = 𝐴 ∩ 𝐵 ∪ (𝐴 ∩ 𝐶) Distributif
6 𝐴 ∪ 𝐵 ∩ 𝐶 = 𝐴 ∪ 𝐵 ∩ (𝐴 ∪ 𝐶) Distributif
7 (𝐴 ∩ 𝐵)𝑐 = 𝐴𝑐 ∪ 𝐵 𝑐 De Morgan
8 (𝐴 ∪ 𝐵)𝑐 = 𝐴𝑐 ∩ 𝐵 𝑐 De Morgan
9 𝐴∩𝐵 ∪𝐴 =𝐴 Absorsif
10 𝐴∪𝐵 ∩𝐴 =𝐴 Absorsif
11 𝐴∪𝐴 =𝐴 Idempoten
12 𝐴∩𝐴 =𝐴 Idempoten
a) Komutatif
1) 𝑨 ∪ 𝑩 = 𝑩 ∪ 𝑨
Bukti :
𝜇𝐴∪𝐵 𝑥 = 𝑚𝑎𝑥 𝜇𝐴 (𝑥), 𝜇𝐵 (𝑥)
= 𝑚𝑎𝑥 𝜇𝐵 (𝑥), 𝜇𝐴 (𝑥)
= 𝜇𝐵∪𝐴 𝑥 (terbukti)

2) 𝑨 ∩ 𝑩 = 𝑩 ∩ 𝑨
Bukti :
𝜇𝐴∩𝐵 𝑥 = 𝑚𝑖𝑛 𝜇𝐴 (𝑥), 𝜇𝐵 (𝑥)
= 𝑚𝑖𝑛 𝜇𝐵 (𝑥), 𝜇𝐴 (𝑥)
= 𝜇𝐵∩𝐴 𝑥 (terbukti)

b) Asosiatif
1) 𝑨 ∪ 𝑩 ∪ 𝑪 = 𝑨 ∪ (𝑩 ∪ 𝑪)
Bukti :
𝜇(𝐴∪𝐵)∪𝐶 𝑥 = 𝑚𝑎𝑥⁡
{ 𝑚𝑎𝑥 𝜇𝐴 (𝑥), 𝜇𝐵 (𝑥) , 𝜇𝐶 (𝑥)}
= 𝑚𝑎𝑥⁡
{ 𝑚𝑎𝑥 [𝜇𝐴 (𝑥), 𝜇𝐵 (𝑥), 𝜇𝐶 (𝑥)]}
= 𝑚𝑎𝑥⁡
{ 𝜇𝐴 (𝑥), 𝑚𝑎𝑥⁡
[𝜇𝐵 (𝑥), 𝜇𝐶 (𝑥)]}
= 𝜇𝐴∪(𝐵∪𝐶) 𝑥 (terbukti)
2) 𝑨 ∩ 𝑩 ∩ 𝑪 = 𝑨 ∩ (𝑩 ∩ 𝑪)
Bukti :
𝜇(𝐴∩𝐵)∩𝐶 𝑥 = 𝑚𝑖𝑛⁡
{ 𝑚𝑖𝑛 𝜇𝐴 (𝑥), 𝜇𝐵 (𝑥) , 𝜇𝐶 (𝑥)}
= 𝑚𝑖𝑛⁡
{ min⁡
(𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥 , 𝜇𝐶 𝑥 )}
= 𝑚𝑖𝑛{ 𝜇𝐴 (𝑥), 𝑚𝑖𝑛⁡
(𝜇𝐵 𝑥 , 𝜇𝐶 𝑥 )}
= 𝜇𝐴∩(𝐵∩𝐶) 𝑥 (terbukti)

c) Distributif
1) 𝑨 ∩ 𝑩 ∪ 𝑪 = 𝑨 ∩ 𝑩 ∪ (𝑨 ∩ 𝑪)
Bukti:
Kasus Pertama Kasus Kedua
𝜇𝐴 𝑥 ≥ 𝜇𝐵 𝑥 ≥ 𝜇𝐶 𝑥 𝜇𝐴 𝑥 < 𝜇𝐵 𝑥 < 𝜇𝐶 𝑥
Maka Maka

𝐴 ∩ (𝐵 ∪ 𝐶) = 𝐴 ∩ 𝐵 ∪ (𝐴 ∩ 𝐶) 𝐴 ∩ (𝐵 ∪ 𝐶) = 𝐴 ∩ 𝐵 ∪ (𝐴 ∩ 𝐶)
𝜇𝐴∩(𝐵∪𝐶) 𝑥 = min 𝜇𝐴 𝑥 , 𝑚𝑎 x 𝜇𝐵 𝑥 , 𝜇𝐶 𝑥 , 𝜇𝐴∩(𝐵∪𝐶) 𝑥 = min 𝜇𝐴 𝑥 , 𝑚𝑎 x 𝜇𝐵 𝑥 , 𝜇𝐶 𝑥 ,
𝜇𝐴∩(𝐵∪𝐶) 𝑥 = min 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥 𝜇𝐴∩(𝐵∪𝐶) 𝑥 = min 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐶 𝑥
𝜇𝐴∩ 𝐵∪𝐶 𝑥 = 𝜇𝐵 𝑥 𝜇𝐴∩ 𝐵∪𝐶 𝑥 = 𝜇𝐴 𝑥
𝜇𝐴∩ 𝐵∪𝐶 𝑥 = 𝜇𝐴∩ 𝐵∪𝐶 𝑥 =
max{min⁡
( 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥 ), min⁡
(𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝑐 𝑥 )}= max{min⁡
( 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥 ), min⁡
(𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝑐 𝑥 )}=
𝐴 ∩ 𝐵 ∪ (𝐴 ∩ 𝐶) 𝐴 ∩ 𝐵 ∪ (𝐴 ∩ 𝐶)

2) 𝑨 ∪ 𝑩 ∩ 𝑪 = 𝑨 ∪ 𝑩 ∩ (𝑨 ∪ 𝑪)
Bukti

Kasus Pertama Kasus Kedua


𝜇𝐴 𝑥 ≥ 𝜇𝐵 𝑥 ≥ 𝜇𝐶 𝑥 𝜇𝐴 𝑥 < 𝜇𝐵 𝑥 < 𝜇𝐶 𝑥
Maka Maka

𝐴 ∪ (𝐵 ∩ 𝐶) = 𝐴 ∪ 𝐵 ∩ (𝐴 ∪ 𝐶) 𝐴 ∪ (𝐵 ∩ 𝐶) = 𝐴 ∪ 𝐵 ∩ (𝐴 ∪ 𝐶)
𝜇𝐴∪(𝐵∩𝐶) 𝑥 = max 𝜇𝐴 𝑥 , 𝑚𝑖 n 𝜇𝐵 𝑥 , 𝜇𝐶 𝑥 𝜇𝐴∪(𝐵∩𝐶) 𝑥 = max 𝜇𝐴 𝑥 , 𝑚𝑖 n 𝜇𝐵 𝑥 , 𝜇𝐶 𝑥
𝜇𝐴∩(𝐵∪𝐶) 𝑥 = max 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝑐 𝑥 𝜇𝐴∩(𝐵∪𝐶) 𝑥 = max 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥
𝜇𝐴∩ 𝐵∪𝐶 𝑥 = 𝜇𝐴 𝑥 𝜇𝐴∩ 𝐵∪𝐶 𝑥 = 𝜇𝐵 𝑥
𝜇𝐴∩ 𝐵∪𝐶 𝑥 = 𝜇𝐴∩ 𝐵∪𝐶 𝑥 =
min{max⁡
( 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥 ), max⁡
(𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝑐 𝑥 )}= min{max⁡
( 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥 ), max⁡
(𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝑐 𝑥 )}=
𝐴 ∪ 𝐵 ∩ (𝐴 ∪ 𝐶) 𝐴 ∪ 𝐵 ∩ (𝐴 ∪ 𝐶)

d) De Morgan
1) (𝑨 ∩ 𝑩)𝑪 = 𝑨𝑪 ∪ 𝑩𝑪

Untuk membuktikan sifat di atas, kita harus mempertimbangkan


kemungkinan 2 kasus, yaitu: untuk 𝜇𝐴 𝑥 ≥ 𝜇𝐵 𝑥 dan 𝜇𝐴 𝑥 <
𝜇𝐵 𝑥

Bukti:

Pertama yang harus dibuktikan adalah 1 − min 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥 =


max[1 − 𝜇𝐴 𝑥 , 1 − 𝜇𝐵 𝑥 ]

 Untuk kasus pertama

𝐽𝑖𝑘𝑎 𝜇𝐴 𝑥 ≥ 𝜇𝐵 𝑥 , 𝑚𝑎𝑘𝑎 1 − 𝜇𝐴 𝑥 ≤ 1 − 𝜇𝐵 𝑥

 (𝐴 ∩ 𝐵)𝐶 = 𝐴𝐶 ∪ 𝐵 𝐶 → 1 − min 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥 = 1 − 𝜇𝐵 𝑥 =
max[1 − 𝜇𝐴 𝑥 , 1 − 𝜇𝐵 𝑥 ]

 Untuk kasus kedua


𝐽𝑖𝑘𝑎 𝜇𝐴 𝑥 < 𝜇𝐵 𝑥 , 𝑚𝑎𝑘𝑎 1 − 𝜇𝐴 𝑥 > 1 − 𝜇𝐵 𝑥
 (𝐴 ∩ 𝐵)𝐶 = 𝐴𝐶 ∪ 𝐵 𝐶 → 1 − min 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥 = 1 − 𝜇𝐴 𝑥 =
max[1 − 𝜇𝐴 𝑥 , 1 − 𝜇𝐵 𝑥 ]

𝑱𝒂𝒅𝒊 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒖𝒌𝒕𝒊 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 (𝑨 ∩ 𝑩)𝑪 = 𝑨𝑪 ∪ 𝑩𝑪

2) (𝑨 ∪ 𝑩)𝑪 = 𝑨𝑪 ∩ 𝑩𝑪

Untuk membuktikan sifat di atas, kita harus mempertimbangkan


kemungkinan 2 kasus, yaitu: untuk 𝜇𝐴 𝑥 ≥ 𝜇𝐵 𝑥 dan 𝜇𝐴 𝑥 <
𝜇𝐵 𝑥

Bukti:

Pertama yang harus dibuktikan adalah 1 − max 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥 =


min[1 − 𝜇𝐴 𝑥 , 1 − 𝜇𝐵 𝑥 ]

 Untuk kasus pertama

𝐽𝑖𝑘𝑎 𝜇𝐴 𝑥 ≥ 𝜇𝐵 𝑥 , 𝑚𝑎𝑘𝑎 1 − 𝜇𝐴 𝑥 ≤ 1 − 𝜇𝐵 𝑥

 (𝐴 ∪ 𝐵)𝐶 = 𝐴𝐶 ∩ 𝐵 𝐶 → 1 − max 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥 =1−


𝜇𝐴 𝑥 = min[1 − 𝜇𝐴 𝑥 , 1 − 𝜇𝐵 𝑥 ]

 Untuk kasus kedua


𝐽𝑖𝑘𝑎 𝜇𝐴 𝑥 < 𝜇𝐵 𝑥 , 𝑚𝑎𝑘𝑎 1 − 𝜇𝐴 𝑥 > 1 − 𝜇𝐵 𝑥

 (𝐴 ∪ 𝐵)𝐶 = 𝐴𝐶 ∩ 𝐵 𝐶 → 1 − max 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥 =1−


𝜇𝐵 𝑥 = min[1 − 𝜇𝐴 𝑥 , 1 − 𝜇𝐵 𝑥 ]

𝑱𝒂𝒅𝒊 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒖𝒌𝒕𝒊 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 (𝑨 ∪ 𝑩)𝑪 = 𝑨𝑪 ∩ 𝑩𝑪


e) Absorsif
1) 𝑨 ∩ 𝑩 ∪ 𝑨 = 𝑨
Bukti

Kasus Pertama Kasus Kedua


𝜇𝐴 𝑥 ≥ 𝜇𝐵 𝑥 𝜇𝐴 𝑥 < 𝜇𝐵 𝑥
Maka Maka

𝐴∩𝐵 ∪𝐴 𝐴∩𝐵 ∪𝐴
𝜇 𝐴∩𝐵 ∪𝐴 𝑥 = max 𝑚𝑖 𝑛 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥 , 𝜇𝐴 𝑥 𝜇 𝐴∩𝐵 ∪𝐴 𝑥 = max 𝑚𝑖 𝑛 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥 , 𝜇𝐴 𝑥
𝜇 𝐴∩𝐵 ∪𝐴 𝑥 = max 𝜇𝐵 𝑥 , 𝜇𝐴 𝑥 𝜇 𝐴∩𝐵 ∪𝐴 𝑥 = max 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐴 𝑥
𝜇 𝐴∩𝐵 ∪𝐴 𝑥 = 𝜇𝐴 𝑥 𝜇 𝐴∩𝐵 ∪𝐴 𝑥 = 𝜇𝐴 𝑥

2) 𝑨∪𝑩 ∩𝑨=𝑨
Bukti:

Kasus Pertama Kasus Kedua


𝜇𝐴 𝑥 ≥ 𝜇𝐵 𝑥 𝜇𝐴 𝑥 < 𝜇𝐵 𝑥
Maka Maka

𝐴∪𝐵 ∩𝐴 =𝐴 𝐴∪𝐵 ∩𝐴 =𝐴
𝜇 𝐴∪𝐵 ∩𝐴 𝑥 = min 𝑚𝑎𝑥 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥 , 𝜇𝐴 𝑥 𝜇 𝐴∪𝐵 ∩𝐴 𝑥 = min 𝑚𝑎𝑥 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐵 𝑥 , 𝜇𝐴 𝑥
𝜇 𝐴∪𝐵 ∩𝐴 𝑥 = min 𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐴 𝑥 𝜇 𝐴∪𝐵 ∩𝐴 𝑥 = min 𝜇𝐵 𝑥 , 𝜇𝐴 𝑥
𝜇 𝐴∪𝐵 ∩𝐴 𝑥 = 𝜇𝐴 𝑥 𝜇 𝐴∪𝐵 ∩𝐴 𝑥 = 𝜇𝐴 𝑥

f) Idempoten
1) 𝐴 ∪ 𝐴 = 𝐴 2) 𝐴 ∩ 𝐴 = 𝐴
Bukti Bukti
𝐴 ∪ 𝐴 = 𝑚𝑎𝑥[𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐴 𝑥 ] = 𝐴 ∩ 𝐴 = 𝑚𝑖𝑛[𝜇𝐴 𝑥 , 𝜇𝐴 𝑥 ] =
𝜇𝐴 𝑥 , karena himpunan samar A=A 𝜇𝐴 𝑥 , karena himpunan samar
A=A

Anda mungkin juga menyukai