Norhalimah : 190101040334
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
modul kegiatan belajar dengan baik meskipun masih banyak kekurangan di
dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Hasby Assidiqi, S.Pd,
M.Si selaku dosen mata kuliah Kalkulus Multivariabel di UIN Antasari
Banjarmasin yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ATURAN RANTAI
TURUNAN IMPLICIT
ii
1 ATURAN RANTAI
1.1 Aturan Rantai Fungsi Komposisi
Aturan rantai untuk fungsi-fungsi komposisi satu peubah sekarang sudah dikenal
oleh semua pembaca. Jika 𝑦 = 𝑓(𝑥(𝑡)), dengan 𝑓 dan 𝑥 keduanya fungsi yang
dapat dideferensialkan, maka:
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑥
=
𝑑𝑡 𝑑𝑥 𝑑𝑡
Teorema A
𝑑𝑧 𝜕𝑧 𝑑𝑥 𝜕𝑧 𝑑𝑦
= +
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝜕𝑦 𝑑𝑡
Bukti Kita tirukan bukti satu peubah dari Apendiks A. 1, Teorema B. Untuk
penyederhanaaan cara penulisan , andaikan 𝑝 = (𝑥, 𝑦). 𝛥𝒑 = (𝛥𝑥, 𝛥𝑦), dan 𝛥𝑧 =
𝑓(𝒑 + 𝛥𝒑) − 𝑓(𝒑). Maka, karena 𝑓′ dapat dideferensialkan,
= 𝑓𝑥 (𝒑)𝛥𝑥 + 𝑓𝑦 𝛥𝑦 + │𝛥𝒑│ℇ(𝛥𝒑)
denganℇ(𝛥𝒑) → 0 jika 𝛥𝒑 → 0.
𝛥𝑧 𝛥𝑥 𝛥𝑦 │𝛥𝒑│
(1) 𝛥𝑡 =𝑓𝑥 (𝒑) 𝛥𝑡 + 𝑓𝑦 (𝒑) 𝛥𝑡 + 𝛥𝒕
1
│𝛥𝒑│ √(𝛥𝑥)2 +(𝛥𝑦)2 𝛥𝑥 2 𝛥𝑦 2
Sekarang│ │= 𝑥 = = √( 𝛥𝑡 ) + ( 𝛥𝑡 )
𝛥𝒕 │𝛥𝑡│
𝑑𝑥 2 𝑑𝑦 2
√( ) +( )
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑧 𝑑𝑥 𝑑𝑦
𝑓𝑥 (𝒑) 𝑓𝑦 (𝒑)
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑧 𝜕𝑧 𝑑𝑥 𝜕𝑧 𝑑𝑦
= +
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝜕𝑦 𝑑𝑡
2
= 40𝑡 4
𝑧 = 𝑥 3 𝑦 = (2𝑡)3 𝑡 2 = 8𝑡 5
CONTOH
𝑆 = 2𝜋𝑟ℎ + 2𝜋𝑟 2
GAMBAR 1
Jadi,
𝑑𝑆 𝜕𝑆 𝑑𝑥 𝜕𝑆 𝑑ℎ
= +
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝜕ℎ 𝑑𝑡
3
Pada 𝑟 = 10 dn ℎ = 100,
𝑑𝑆
= (2𝜋. 100 + 4𝜋. 10)(0,2) = (2𝜋. 10)(0,5)
𝑑𝑡
Hasil dalam Teorema A siap untuk diperluas ke suatu fungsi tiga peubah seperti
yang sekarang kita ajukan.
Teorema B
(Aturan Rantai). Misalkan 𝒙 = 𝒙(𝒕) dan 𝒚 = 𝒚(𝒔, 𝒕)mempunyai turunan
pertama di (𝒔, 𝒕) dan misalkan𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) dapat dideferensialkan di
(𝒙(𝒔, 𝒕), 𝒚(𝒔, 𝒕)). Maka𝒛 = 𝒇(𝒙(𝒔, 𝒕), 𝒚(𝒔, 𝒕))mempunyai turunan parsial
pertama yang diberikan oleh
𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑦
(i)𝜕𝑥 = 𝜕𝑥 𝜕𝑠 + 𝜕𝑦 𝜕𝑠
𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑦
(ii)𝜕𝑡 = 𝜕𝑥 𝜕𝑡 + 𝜕𝑦 𝜕𝑡
Bukti Jika dipertahankan tetap, maka 𝒙(𝒔, 𝒕) dan (𝒚(𝒔, 𝒕)menjadi fungsi-fungsi 𝑡
saja, yang beraarti bahw Teorema A berlaku. Pada waktu kita menggunakan ini
dengan 𝜕 menggantikan 𝑑 untuk menunjukkan bahwa 𝑠 tetap, kita peroleh rumus
pada (ii) untuk 𝜕𝑧/𝜕𝑡. Rumus untuk 𝜕𝑧/𝜕𝑠 diperoleh dengan cara serupa dengan
cara memperhatikan 𝑡 tetap.
CONTOH
Penyelesaian(i)
𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑦
= +
𝜕𝑠 𝜕𝑥 𝜕𝑠 𝜕𝑦 𝜕𝑠
= (6𝑥)(2) + (−2𝑦)(5𝑡)
= 12𝑥 + (−10𝑦𝑡)
4
= 12(2𝑠 + 7𝑡) − 10(5𝑠𝑡)𝑡
Penyelesaian (ii)
𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑦
= +
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑡 𝜕𝑦 𝜕𝑡
= (6𝑥)(7) + (−2𝑦)(5𝑠)
Berikut ini adalah hasil yang berpadanan untuk tiga peubah lanjutan yang
diilustrasikan dalam sebuah contoh.
CONTOH
Penyelesaian
𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑥 𝜕𝑤 𝜕𝑦 𝜕𝑤 𝜕𝑧
= + +
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑡 𝜕𝑦 𝜕𝑡 𝜕𝑧 𝜕𝑡
= 2𝑠 2 𝑡 + 𝑠 2 − 2𝑠𝑡 + 2𝑠 + 10𝑡
5
2 TURUNAN IMPLICIT
2.1 Turunan Implicit
𝜕𝐹 𝑑𝑥 𝜕𝐹 𝑑𝑦
+ =0
𝜕𝑥 𝑑𝑥 𝜕𝑦 𝑑𝑡
𝑑𝑦 𝜕𝐹/𝜕𝑥
=−
𝑑𝑥 𝜕𝐹/𝜕𝑦
CONTOH
Dalam persamaan
𝑦 3 + 7𝑦 = 𝑥 3
Kita tidak dapat menyelesaikan y dalam bentuk x. Namun, boleh jadi masih tetap
menjadi kasus, bahwa terdapat tepatsatu y yang berkorespondensi terhadap
masing-masing x. Misalnya, kita boleh menanyakan berapa nilai-nilai y (jika ada)
yang berkorespondensi terhadap 𝑥 = 2. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita
harus memecahkan
𝑦 3 + 7𝑦 = 8
6
Tentu saja, 𝑦 = 1 adalah satu penyelesaian, dan ternyata bahwa , 𝑦 = 1 adalah
satu-satunya penyelesaian real. Diberikan 𝑥 = 2, persamaan 𝑦 3 + 7𝑦 = 𝑥 3
menentukan nilai y yang berkorespondensi. Kita katakan bahwa persamaan
mendefinisikan y sebagai fingsi implisit x. Grafik persamaan ini, diperlihatkan
dalam Gambar 1,
tentu saja nampak seperti grafik suatu fungsi yang terdiferensiasikan. Elemen baru
ini tidak berbentuk 𝑦 = 𝑓(𝑥). Berdasarkan grafik, kita anggap bahwa y adalah
sesuatu fungsi yang tidak diketahui dari x. Jika kita nyatakan fungsi ini oleh 𝑦(𝑥),
kita dapat menuliskan persamaan tersebut sebagai
[𝑦(𝑥)]3 + 7𝑦(𝑥) = 𝑥 3
Walaupun kita tidak mempunyai rumus untuk 𝑦(𝑥), kita masih tetap dapat
memperoleh kaitan antara x, 𝑦(𝑥), dan 𝑦′(𝑥), dengan mendiferensiasikan kedua
ruas persamaan itu terhadap x. Dengan menggunakan turunan implicit, kita
peroleh
𝑑 3 𝑑 𝑑 3
(𝑦 ) + (7𝑦) = 𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑦 𝑑𝑦
3𝑦 2 +7 = 3𝑥 2
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑦
(3𝑦 2 + 7) = 3𝑥 2
𝑑𝑥
𝑑𝑦 3𝑥 2
= 2
𝑑𝑥 3𝑦 + 7
7
𝑑𝑦
Perhatikan bahwa ekpresi kita untuk melibatkan x dan y, suatu fakta
𝑑𝑥
yang sering menyulitkan. Tetapi jika kita hanya ingin mencari kemiringan pada
suatu titik yang kedua koordinatnya diketahui, tidak ada kesukaran. Pada (2,1),
𝑑𝑦 3(2)2 12 6 6
= = = , Kemiringannya adalah 5.
𝑑𝑥 3(1)2 +7 10 5
𝑑𝑦
Metode yang baru saja diilustrasikan untuk mencari tanpa terlebih
𝑑𝑥
CONTOH
𝑑𝑦
Cari 𝑑𝑥 jika 𝑥 2 + 5𝑦 3 = 𝑥 + 9
Penyelesaian
𝑑 2 𝑑
(𝑥 + 5𝑦 3 ) = (𝑥 + 9)
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑥
2𝑥 + 15𝑦 2 =1
𝑑𝑦
𝑑𝑦 1 − 2𝑥
=
𝑑𝑥 15𝑦 2
8
CONTOH
Cari 𝐷𝑡 𝑦 jika 2𝑡 3 − 3𝑡 2 + 5𝑦 5 = 0
Penyelesaian :
𝐷𝑡 (2𝑡 3 − 3𝑡 2 𝑦 + 5𝑦 5 = 𝐷𝑡 0
6𝑡 2 − 3𝑡 2 𝐷𝑡 𝑦 − 𝑦(6𝑡) + 25𝑦 4 𝐷𝑡 𝑦 = 0
−6𝑡 2 + 6𝑡𝑦
𝐷𝑡 𝑦 =
−3𝑡 2 + 25𝑦 4
CONTOH
CONTOH
𝜕𝐹
𝜕𝑧 𝜕𝑥 −3𝑥2 𝑒𝑦+𝑧 + 𝑦 cos(𝑥 − 𝑧)
= − 𝜕𝐹 =
𝜕𝑥 −(𝑥 3 𝑒𝑦+𝑧 + 𝑦 cos(𝑥 − 𝑧))
𝜕𝑧
9
3 TURUNAN BERARAH DAN GRADIEN
3.1 Turunan Berarah dan Gradien
mengukur laju perubahan (dan kemiringan garis singgung) pada arah sejajar
sumbu x dan y . Sekarang kita akan mempelajari laju perubahan f pada
sebarang arah. Ini menurut turunan berarah, yang kemudian dihubungkan dengan
gradien.
f (p hi ) f (p)
f x (p) lim
h 0 h
f (p hj) f (p)
f y (p) lim
h 0 h
Untuk memperoleh konsep yang akan dituju, yang kita kerjakan hanyalah
menggantikan i dan j dengan suatu vektor satuan sebarang u.
Definisi
10
mempunyai kemiringan Du f ( x0 , y0 ). Penafsiran lainnya yang berguna adalah
GAMBAR 1
Teorema A
Andaikan f dapat didiferensialkan di p. Maka f mempunyai turunan berarah
di p pada arah vektor u u1i u 2 j
Du f (p) u f (p)
f (p hu) f (p)
u f (p) (hu)
h
11
CONTOH
Penyelesaian:
4 3
Vektor satuan u pada arah a adalah ( )i ( ) j. Juga, f x ( x, y ) 8 x y dan
5 5
f y ( x, y) y 6 y; jadi, f x (2,1) 17 dan f y (2,1) 8. Akibatnya, menurut
Teorema A,
4 3 44
Du f (2,1) (17) (8)
5 5 5
CONTOH
Cari turunan berarah dari fungsi f ( x, y, z ) xy sin z di titik (1,2, / 2) pada arah
vektor a i 2 j 2k.
Penyelesaian:
1 2 2
Vektor satuan u pada arah a adalah i j k. Juga f x ( x, y, z ) y sin z, 1,
3 3 3
dan f z (1,2, / 2) 0. Kita simpulkan bahwa
1 2 2 4
Du f (1,2, ) (2) (1) (0)
2 3 3 3 3
12
3.3 Laju Perubahan Maksimum
Untuk suatu fungsi f yang diketahui di suatu titik yang diberikan p, wajar untuk
bertanya pada arah mana fungsi berubah paling cepat, yakni, pada arah mana
Du f (p) yang terbesar. Dari rumus geometrik untuk hasil kali titik (pasal 14.2),
kita bisa menuliskan
Dengan sudut antara u dan f (p). Jadi, Du f (p) di maksimumkan pada waktu
Teorema B
Suatu fungsi bertambah secara paling cepat di p pada arah gradien (dengan laju
f (p) ) dan berkurang secara paling cepat pada arah berlawanan (dengan laju
f (p) ).
CONTOH
Penyelesaian:
Jadi binatang kecil itu seharusnya bergerak dari (1, 1, 0) pada arah -2i + 2j,
dengan kemiringan akan sebesar 2i 2 j 8 .
13
DAFTAR PUSTAKA
Purcell, Edwin J. dan Dale Varberg. 1987. Kalkulus dan Geometri Analitis, Edisi
Kelima, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
14