Anda di halaman 1dari 17

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Kalkulus Multivariabel Hasby Assidiqi, S. Pd., M. Si.

ATURAN RANTAI, TURUNAN IMPLICIT, TURUNAN BERARAH

Disusun Oleh Kelompok IV :

Dwi Maya Puspitasari : 190101040336

Norhalimah : 190101040334

Suwaibatul Aslamiah : 190101040303

Tasya Kamila : 190101040262

Wafiqah Zahirah : 190101040231

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

BANJARMASIN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
modul kegiatan belajar dengan baik meskipun masih banyak kekurangan di
dalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Hasby Assidiqi, S.Pd,
M.Si selaku dosen mata kuliah Kalkulus Multivariabel di UIN Antasari
Banjarmasin yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap modul ini berguna dalam rangka menambah


wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam modul ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan modul yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Semoga modul sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya modul yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Banjarmasin, 4 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

ATURAN RANTAI

1.1 Aturan Rantai Fungsi Komposisi ........................................................... 1

1.2 Kemantapan dan Generalitas ................................................................... 2

TURUNAN IMPLICIT

2.1 Turunan Implicit ...................................................................................... 6

TURUNAN BERARAH DAN GRADIEN

3.1 Turunan Berarah ..................................................................................... 10

3.2 Kaitan dengan Gradien .......................................................................... 11

3.3 Laju Perubahan Maksimum ................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................…14

ii
1 ATURAN RANTAI
1.1 Aturan Rantai Fungsi Komposisi

Aturan rantai untuk fungsi-fungsi komposisi satu peubah sekarang sudah dikenal
oleh semua pembaca. Jika 𝑦 = 𝑓(𝑥(𝑡)), dengan 𝑓 dan 𝑥 keduanya fungsi yang
dapat dideferensialkan, maka:

𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑥
=
𝑑𝑡 𝑑𝑥 𝑑𝑡

Sasaran kita adalah untuk memperoleh generalisasi untuk fungsi-fungsi beberapa


peubah.

VERSI PERTAMA Jika 𝑧 = 𝑓(𝑥(𝑦), dengan 𝑥 dan 𝑦 adalah fungsi 𝑡, maka


masuk akal menanyakan 𝑑𝑧/𝑑𝑡, dan seharusnya ada sebuah rumus untuknya.

Teorema A

(Aturan Rantai), Andaikan 𝑥 = 𝑥(𝑡) dan 𝑦 = 𝑦(𝑡) dapat dideferensialkan di 𝑡


dan andaikan 𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) dapat dideferensialkan di (𝑥(𝑡), 𝑦(𝑡)). Maka 𝑧 =
𝑓(𝑥(𝑡)) dapat dideferensialkan di t

𝑑𝑧 𝜕𝑧 𝑑𝑥 𝜕𝑧 𝑑𝑦
= +
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝜕𝑦 𝑑𝑡

Bukti Kita tirukan bukti satu peubah dari Apendiks A. 1, Teorema B. Untuk
penyederhanaaan cara penulisan , andaikan 𝑝 = (𝑥, 𝑦). 𝛥𝒑 = (𝛥𝑥, 𝛥𝑦), dan 𝛥𝑧 =
𝑓(𝒑 + 𝛥𝒑) − 𝑓(𝒑). Maka, karena 𝑓′ dapat dideferensialkan,

𝛥𝑧 = 𝑓(𝒑 + 𝛥𝒑) − 𝑓(𝒑) = 𝛻𝑓(𝒑). 𝛥𝒑 + │𝛥𝒑│ℇ(𝛥𝒑)

= 𝑓𝑥 (𝒑)𝛥𝑥 + 𝑓𝑦 𝛥𝑦 + │𝛥𝒑│ℇ(𝛥𝒑)

denganℇ(𝛥𝒑) → 0 jika 𝛥𝒑 → 0.

Bila kita membagi kedua ruas dengan𝛥𝑡, kita peroleh

𝛥𝑧 𝛥𝑥 𝛥𝑦 │𝛥𝒑│
(1) 𝛥𝑡 =𝑓𝑥 (𝒑) 𝛥𝑡 + 𝑓𝑦 (𝒑) 𝛥𝑡 + 𝛥𝒕

1
│𝛥𝒑│ √(𝛥𝑥)2 +(𝛥𝑦)2 𝛥𝑥 2 𝛥𝑦 2
Sekarang│ │= 𝑥 = = √( 𝛥𝑡 ) + ( 𝛥𝑡 )
𝛥𝒕 │𝛥𝑡│

dan yang belakangan mendekati

𝑑𝑥 2 𝑑𝑦 2
√( ) +( )
𝑑𝑡 𝑑𝑡

Jika 𝛥𝒕 → 0. Juga pada waktu 𝛥𝒕 → 0, 𝛥𝑥 dan 𝛥𝑦 keduanya mendekati 0 (ingat


bahwa 𝑥(𝑡) dan 𝑦(𝑡) kontinu, dapat dideferensialkan). Ini mengakibatkan bahwa
𝛥𝑝 → 0. Sebagai konsekuensinya, pada waktu kita biarkan 𝛥𝒕 → 0 pada (1), kita
peroleh

𝑑𝑧 𝑑𝑥 𝑑𝑦
𝑓𝑥 (𝒑) 𝑓𝑦 (𝒑)
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡

sebuah hasil yang setara dengan pernyataan yang diminta.

1.2 Kemantapan dan Generalitas

KEMANTAPAN DAN GENERALITAS


Apakah analogi umum Aturan Rantai untuk satu peubah memenuhi? (Lihat
Teorema A dari Pasal 3. 5). Tentu saja, dan di sini Anda dapat membuktikannya
dengan pernyataan Aturan Rantai elegan tertentu. Misalkan ℝn menyatakan
ruang n Euclidis dan g adalah fungsi dari ℝ ke ℝn , misalkan pula 𝑓 adalah
fungsi dari ℝn ke ℝ. Jika g dapat dideferensialkan di 𝑡 dan 𝑓 di 𝑔(𝑡), maka
fungsi komposisi 𝑓 ○ 𝑔 akan daapat dideferensialkan di 𝑔(𝑡) dan karenanya,
(𝑓 ○ 𝑔)′ (𝑡) = 𝑉𝑓(𝑔(𝑡)). 𝑔′𝑡
Semua perangkat yang diperlukan untuk membuktikannyaa tersedia;
gunakanlah persamaan tadi bila kelak Anda ingin membuktikannya.

CONTOH Misalkan 𝑧 = 𝑥 3 𝑦dengan 𝑥 = 2𝑡 dan 𝑦 = 𝑡 2 . Tentukan 𝑑𝑧 = 𝑑𝑡.

𝑑𝑧 𝜕𝑧 𝑑𝑥 𝜕𝑧 𝑑𝑦
= +
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝜕𝑦 𝑑𝑡

= (3𝑥 2 𝑦)(2) + (𝑥 3 )(2𝑡)

= 6(2𝑡)2 (𝑡 2 ) + 2(2𝑡)3 (𝑡)

2
= 40𝑡 4

Tentu saja Anda dapat menggunakan Contoh 1 tanpa menerapkan Aturan


Rantai. Dengan menstubtitusi langsung,

𝑧 = 𝑥 3 𝑦 = (2𝑡)3 𝑡 2 = 8𝑡 5

dengan demikian 𝑑𝑧 = 𝑑𝑡 = 40𝑡 4 . Akan tetapi,metode substitusi langsung sering


tidak tersedia dan tidak sesuai-buktinya dapat Anda lihat dari contoh berikut.

CONTOH

Misalkan bahwa sebuah tabung lingkaran tegak pejal dipanasi, radiusnya


bertambah pada laju 0,2 sentimeter per jam dan tingginya bertambah pada laju 0,5
sentimeter per jam. Tentukan laju pertambahan luas permukaan terhadap waktu
pada saat radius dengan 10 sentimeter dan tinggi sama dengan 100 sentimeter.

Penyelesaian Rumus total luas permukaan sebuah tabung (Gambar 1)adalah

𝑆 = 2𝜋𝑟ℎ + 2𝜋𝑟 2

GAMBAR 1

Jadi,

𝑑𝑆 𝜕𝑆 𝑑𝑥 𝜕𝑆 𝑑ℎ
= +
𝑑𝑡 𝜕𝑥 𝑑𝑡 𝜕ℎ 𝑑𝑡

= (2𝜋ℎ + 4𝜋𝑟)(0,2) + (2𝜋𝑟)(0,5)

3
Pada 𝑟 = 10 dn ℎ = 100,

𝑑𝑆
= (2𝜋. 100 + 4𝜋. 10)(0,2) = (2𝜋. 10)(0,5)
𝑑𝑡

= 58𝜋 sentimeter persegi per jam

Hasil dalam Teorema A siap untuk diperluas ke suatu fungsi tiga peubah seperti
yang sekarang kita ajukan.

Teorema B
(Aturan Rantai). Misalkan 𝒙 = 𝒙(𝒕) dan 𝒚 = 𝒚(𝒔, 𝒕)mempunyai turunan
pertama di (𝒔, 𝒕) dan misalkan𝑧 = 𝑓(𝑥, 𝑦) dapat dideferensialkan di
(𝒙(𝒔, 𝒕), 𝒚(𝒔, 𝒕)). Maka𝒛 = 𝒇(𝒙(𝒔, 𝒕), 𝒚(𝒔, 𝒕))mempunyai turunan parsial
pertama yang diberikan oleh
𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑦
(i)𝜕𝑥 = 𝜕𝑥 𝜕𝑠 + 𝜕𝑦 𝜕𝑠
𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑦
(ii)𝜕𝑡 = 𝜕𝑥 𝜕𝑡 + 𝜕𝑦 𝜕𝑡

Bukti Jika dipertahankan tetap, maka 𝒙(𝒔, 𝒕) dan (𝒚(𝒔, 𝒕)menjadi fungsi-fungsi 𝑡
saja, yang beraarti bahw Teorema A berlaku. Pada waktu kita menggunakan ini
dengan 𝜕 menggantikan 𝑑 untuk menunjukkan bahwa 𝑠 tetap, kita peroleh rumus
pada (ii) untuk 𝜕𝑧/𝜕𝑡. Rumus untuk 𝜕𝑧/𝜕𝑠 diperoleh dengan cara serupa dengan
cara memperhatikan 𝑡 tetap.

CONTOH

Jika 𝑧 = 3𝑥 2 − 𝑦 2 dengan 𝑥 = 2𝑠 + 7𝑡 dan 𝑦 = 5𝑠𝑡, tentukan dalam bentuk 𝑠


dan 𝑡.

Penyelesaian(i)

𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑦
= +
𝜕𝑠 𝜕𝑥 𝜕𝑠 𝜕𝑦 𝜕𝑠

= (6𝑥)(2) + (−2𝑦)(5𝑡)

= 12𝑥 + (−10𝑦𝑡)

4
= 12(2𝑠 + 7𝑡) − 10(5𝑠𝑡)𝑡

= 24𝑠 + 84𝑡 − 50𝑠𝑡 2

Penyelesaian (ii)

𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑧 𝜕𝑦
= +
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑡 𝜕𝑦 𝜕𝑡

= (6𝑥)(7) + (−2𝑦)(5𝑠)

= 42(2𝑠 + 7𝑡) − 10𝑠𝑡(5𝑠)

= 84𝑠 + 294𝑡 − 50𝑠 2 𝑡

Berikut ini adalah hasil yang berpadanan untuk tiga peubah lanjutan yang
diilustrasikan dalam sebuah contoh.

CONTOH

Jika 𝑤 = 𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2 + 𝑥𝑦, dengan 𝑥 = 𝑠𝑡, 𝑦 = 𝑠 − 𝑡, dan 𝑧 = 𝑠 + 2𝑡, tentukan


𝜕𝑤/𝜕𝑡.

Penyelesaian

𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑥 𝜕𝑤 𝜕𝑦 𝜕𝑤 𝜕𝑧
= + +
𝜕𝑡 𝜕𝑥 𝜕𝑡 𝜕𝑦 𝜕𝑡 𝜕𝑧 𝜕𝑡

= (2𝑥 + 𝑦)(𝑠) + (2𝑦 + 𝑥)(−1) + (2𝑧)(2)

= (2𝑠𝑡 + 𝑠 − 𝑡)(𝑠) + 2𝑠 − 2𝑡 + 𝑠𝑡)(−1) + (2𝑠 + 4𝑡)2

= 2𝑠 2 𝑡 + 𝑠 2 − 2𝑠𝑡 + 2𝑠 + 10𝑡

5
2 TURUNAN IMPLICIT
2.1 Turunan Implicit

FUNGSI IMPLICIT Misalkan bahwa 𝐹(𝑥, 𝑦) = 0 mendefinisikan 𝑦 secara


implisit sebagai fungsi 𝑥, misalnya 𝑦 = 𝑔(𝑥), tetapi fungsi 𝑔 sukar atau tidak
mungkin ditentukan. Kita masih tetap dapat mencari 𝑑𝑦/𝑑𝑥. Satu metode untuk
melakukan ini, yakni penurunan implisit, dibuat di Pasal 3. 8. Berikut ini suatu
metode lain.

Mari kita turunkan kedua ruas 𝐹(, 𝑦) = 0 terhadap 𝑥 dengan


menggunakaan Aturan Rantai. Kita peroleh

𝜕𝐹 𝑑𝑥 𝜕𝐹 𝑑𝑦
+ =0
𝜕𝑥 𝑑𝑥 𝜕𝑦 𝑑𝑡

Dengan menyelesaikan 𝑑𝑦/𝑑𝑥, dihasilkan rumus

𝑑𝑦 𝜕𝐹/𝜕𝑥
=−
𝑑𝑥 𝜕𝐹/𝜕𝑦

CONTOH

Dalam persamaan

𝑦 3 + 7𝑦 = 𝑥 3

Kita tidak dapat menyelesaikan y dalam bentuk x. Namun, boleh jadi masih tetap
menjadi kasus, bahwa terdapat tepatsatu y yang berkorespondensi terhadap
masing-masing x. Misalnya, kita boleh menanyakan berapa nilai-nilai y (jika ada)
yang berkorespondensi terhadap 𝑥 = 2. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita
harus memecahkan

𝑦 3 + 7𝑦 = 8

6
Tentu saja, 𝑦 = 1 adalah satu penyelesaian, dan ternyata bahwa , 𝑦 = 1 adalah
satu-satunya penyelesaian real. Diberikan 𝑥 = 2, persamaan 𝑦 3 + 7𝑦 = 𝑥 3
menentukan nilai y yang berkorespondensi. Kita katakan bahwa persamaan
mendefinisikan y sebagai fingsi implisit x. Grafik persamaan ini, diperlihatkan
dalam Gambar 1,

tentu saja nampak seperti grafik suatu fungsi yang terdiferensiasikan. Elemen baru
ini tidak berbentuk 𝑦 = 𝑓(𝑥). Berdasarkan grafik, kita anggap bahwa y adalah
sesuatu fungsi yang tidak diketahui dari x. Jika kita nyatakan fungsi ini oleh 𝑦(𝑥),
kita dapat menuliskan persamaan tersebut sebagai

[𝑦(𝑥)]3 + 7𝑦(𝑥) = 𝑥 3

Walaupun kita tidak mempunyai rumus untuk 𝑦(𝑥), kita masih tetap dapat
memperoleh kaitan antara x, 𝑦(𝑥), dan 𝑦′(𝑥), dengan mendiferensiasikan kedua
ruas persamaan itu terhadap x. Dengan menggunakan turunan implicit, kita
peroleh

𝑑 3 𝑑 𝑑 3
(𝑦 ) + (7𝑦) = 𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥

𝑑𝑦 𝑑𝑦
3𝑦 2 +7 = 3𝑥 2
𝑑𝑥 𝑑𝑥

𝑑𝑦
(3𝑦 2 + 7) = 3𝑥 2
𝑑𝑥

𝑑𝑦 3𝑥 2
= 2
𝑑𝑥 3𝑦 + 7

7
𝑑𝑦
Perhatikan bahwa ekpresi kita untuk melibatkan x dan y, suatu fakta
𝑑𝑥

yang sering menyulitkan. Tetapi jika kita hanya ingin mencari kemiringan pada
suatu titik yang kedua koordinatnya diketahui, tidak ada kesukaran. Pada (2,1),

𝑑𝑦 3(2)2 12 6 6
= = = , Kemiringannya adalah 5.
𝑑𝑥 3(1)2 +7 10 5

𝑑𝑦
Metode yang baru saja diilustrasikan untuk mencari tanpa terlebih
𝑑𝑥

dahulu menyelesaikan secara gamblang persamaan yang diberikan untuk y dalam


x disebut diferensiasi implisit.

Dalam contoh-contoh berikut, kita anggap bahwa persamaan yang


diberikan menentukan satu atau lebih fungsi-fungsi terdiferensiasi yang turunan-
turunannya dapat dicari dengan diferensiasi implisit. Perhatikan bahwa dalam tiap
kasus, kita mulai dengan mengambil turunan tiap ruas persamaan yang diberikan
terhadap variabel yang sesuai. Kemudian kita gunakan Aturan Rantai seperti yang
diperlukan.

CONTOH

𝑑𝑦
Cari 𝑑𝑥 jika 𝑥 2 + 5𝑦 3 = 𝑥 + 9

Penyelesaian

𝑑 2 𝑑
(𝑥 + 5𝑦 3 ) = (𝑥 + 9)
𝑑𝑥 𝑑𝑥

𝑑𝑥
2𝑥 + 15𝑦 2 =1
𝑑𝑦

𝑑𝑦 1 − 2𝑥
=
𝑑𝑥 15𝑦 2

8
CONTOH

Cari 𝐷𝑡 𝑦 jika 2𝑡 3 − 3𝑡 2 + 5𝑦 5 = 0

Penyelesaian :

𝐷𝑡 (2𝑡 3 − 3𝑡 2 𝑦 + 5𝑦 5 = 𝐷𝑡 0

6𝑡 2 − 3𝑡 2 𝐷𝑡 𝑦 − 𝑦(6𝑡) + 25𝑦 4 𝐷𝑡 𝑦 = 0

𝐷𝑡 𝑦(−3𝑡 2 + 25𝑦 4 ) = −6𝑡 2 + 6𝑡𝑦

−6𝑡 2 + 6𝑡𝑦
𝐷𝑡 𝑦 =
−3𝑡 2 + 25𝑦 4

CONTOH

Tentukan 𝑑𝑦/𝑑𝑥 jika 𝑥 3 + 𝑥 2 𝑦 − 10𝑦 4 = 0.

Penyelesaian Andaikan 𝐹(𝑥, 𝑦) = 𝑥 3 + 𝑥 2 𝑦 − 10𝑦 4 . Maka

𝑑𝑦 𝜕𝐹/𝜕𝑥 (3𝑥 2 + 2𝑥𝑦)


=− =− 2
𝑑𝑥 𝜕𝐹/𝜕𝑦 𝑥 − 40𝑦 3

CONTOH

Jika 𝐹(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝑥 3 𝑒 𝑦+𝑧 − 𝑦 sin (𝑥 − 𝑧) = 0 mendefinisikan 𝑧 secara implisit


sebagai suatu fungsi 𝑥 dan 𝑦, tentukan 𝜕𝑧/𝜕𝑥.

𝜕𝐹
𝜕𝑧 𝜕𝑥 −3𝑥2 𝑒𝑦+𝑧 + 𝑦 cos(𝑥 − 𝑧)
= − 𝜕𝐹 =
𝜕𝑥 −(𝑥 3 𝑒𝑦+𝑧 + 𝑦 cos(𝑥 − 𝑧))
𝜕𝑧

9
3 TURUNAN BERARAH DAN GRADIEN
3.1 Turunan Berarah dan Gradien

Perhatikan fungsi dua peubah f ( x, y) . Turunan parsial f x ( x, y ) dan f y ( x, y)

mengukur laju perubahan (dan kemiringan garis singgung) pada arah sejajar
sumbu x dan y . Sekarang kita akan mempelajari laju perubahan f pada
sebarang arah. Ini menurut turunan berarah, yang kemudian dihubungkan dengan
gradien.

Akan sangat menguntungkan untuk menggunakan cara penulisan vektor. Jika


p  ( x, y ) dan i dan j adalah vektor-vektor satuan pada arah x dan y positif.
Maka dua turunan parsial di p dapat dituliskan sebagai berikut.

f (p  hi )  f (p)
f x (p)  lim
h 0 h
f (p  hj)  f (p)
f y (p)  lim
h 0 h

Untuk memperoleh konsep yang akan dituju, yang kita kerjakan hanyalah
menggantikan i dan j dengan suatu vektor satuan sebarang u.

Definisi

Untuk tahap vektor satuan u, jika

𝐥𝐢𝐦𝒇(𝒑 + 𝒉𝒖) − 𝒇(𝒑)


𝒉→𝟎
𝐷𝑢 𝑓(𝑝) =

Jika limit ini ada, ia disebut turunan berarah f di 𝒑 pada arah 𝑢


Jadi, Di f (p)  f x (p) dan Di f (p)  f y (p) . Karena, 𝒑 = (𝒙, 𝒚) kita gunakan juga

cara penulisan Du f ( x, y ). Gambar 1 memberikan tafsiran geometrik dari

Du f ( x0 , y0 ). Vektor u menentukan suatu garis Ldi bidang xy yang melalui

( x0 , y0 ). Bidang yang melalui L tegak lurus ke bidang xy memotong permukaan

z  f ( x, y) dalam kurva C. Garis singgungnya di titik ( x0 , y0 , f ( x0 , y0 ))

10
mempunyai kemiringan Du f ( x0 , y0 ). Penafsiran lainnya yang berguna adalah

Du f ( x0 , y 0 ) yang mengukur laju perubahan f terhadap jarak tadi dalam arah u.

GAMBAR 1

3.2 Kaitan Dengan Gradien

Ingat kembali dari pasal 15.4 bahwa f (p) diberikan oleh

f (p)  f x (p)i  f y (p) j

Teorema A
Andaikan f dapat didiferensialkan di p. Maka f mempunyai turunan berarah
di p pada arah vektor u  u1i u 2 j
Du f (p)  u  f (p)

Bukti Karena f dapat didiferensialkan di p, maka

f (p  hu)  f (p)  hu  f (p)  hu  (hu)

Dengan  (hu)  0 pada h  0 . jadi,

f (p  hu)  f (p)
 u  f (p)   (hu)
h

Kesimpulan itu diperoleh dengan mengambil limit pada h  0 .

11
CONTOH

Jika f ( x, y )  4 x 2  xy  3 y 2 , tentukan turunan berarah f di (2,1) pada arah


vektor a  4i  3j .

Penyelesaian:

4 3
Vektor satuan u pada arah a adalah ( )i  ( ) j. Juga, f x ( x, y )  8 x  y dan
5 5
f y ( x, y)   y  6 y; jadi, f x (2,1)  17 dan f y (2,1)  8. Akibatnya, menurut

Teorema A,

4 3 44
Du f (2,1)  (17)  (8) 
5 5 5

Walaupun tidak meneruskan dengan terperinci, dapat dinyatakan bahwa apa


yang telah dikerjakan adalah benar untuk fungsi tiga-peubah atau lebih, dengan
perubahan tertentu.

CONTOH

Cari turunan berarah dari fungsi f ( x, y, z )  xy sin z di titik (1,2,  / 2) pada arah
vektor a  i  2 j  2k.

Penyelesaian:

1 2 2
Vektor satuan u pada arah a adalah i  j  k. Juga f x ( x, y, z )  y sin z,  1,
3 3 3
dan f z (1,2,  / 2)  0. Kita simpulkan bahwa

 1 2 2 4
Du f (1,2, )  (2)  (1)  (0) 
2 3 3 3 3

12
3.3 Laju Perubahan Maksimum

Untuk suatu fungsi f yang diketahui di suatu titik yang diberikan p, wajar untuk
bertanya pada arah mana fungsi berubah paling cepat, yakni, pada arah mana
Du f (p) yang terbesar. Dari rumus geometrik untuk hasil kali titik (pasal 14.2),
kita bisa menuliskan

Du f (p)  u  f (p)  u f (p) cos  f (p) cos

Dengan  sudut antara u dan f (p). Jadi, Du f (p) di maksimumkan pada waktu

  0 dan di minimumkan pada waktu    . Kita ringkaskan sebagai berikut.

Teorema B
Suatu fungsi bertambah secara paling cepat di p pada arah gradien (dengan laju
f (p) ) dan berkurang secara paling cepat pada arah berlawanan (dengan laju
 f (p) ).

CONTOH

Misalkan seekor binatang kecil berada pada paraboloid hiperbol z  y 2  x 2 di


titik (1, 1, 0), seperti pada gambar 2. pada arah mana ia seharusnya bergerak untuk
panjatan yang paling curam dan berapa kemiringan pada waktu ia memulai?

Penyelesaian:

Andaikan f ( x, y )  y 2  x 2 . karena f x ( x, y)  2 x dan f y ( x, y)  2 y

f (1, 1) = f x (1, 1)i + f y (1, 1)j = -2i + 2j

Jadi binatang kecil itu seharusnya bergerak dari (1, 1, 0) pada arah -2i + 2j,
dengan kemiringan akan sebesar  2i  2 j  8 .

13
DAFTAR PUSTAKA

Purcell, Edwin J. dkk. 2003. Kalkulus, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Purcell, Edwin J. dan Dale Varberg. 1987. Kalkulus dan Geometri Analitis, Edisi
Kelima, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Sudaryono. 2017. Kalkulus Diferensial dan Integral Teori Aplikasi. Jakarta:


Kencana.

14

Anda mungkin juga menyukai