Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

PEGAS

Dosen Praktikum :
Vita Efelina, S.Si., M.Sc.
NIDN : 0014088903

Asisten Praktikum :
Maria Ulfah
NPM : 1610631160080

Disusun Oleh :
Muhammad Ihsan Muttaqin
NPM : 1910631160022

Hari / Tanggal
Praktikum : Senin, 16 Maret 2019
Laporan : Senin, 23 Maret 2019

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
TAHUN 2020
I. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum pegas,praktikan diharapkan dapat:
1. Menentukan nilai tetapan pegas melalui metode pembebanan
2. Menentukan nilai tetapan pegas melalui metode getaran
3. Menentukan nilai percepatan gravitasi bumi (g) di Karawang

II. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan pada saat melakukan praktikum adalah:
1. Pegas
2. Beban
3. Tempat beban
4. Stopwatch
5. Neraca
6. Statif
7. Mistar 60 cm

III. DASAR TEORI


Dalam kehidupan sehari-hari pegas memiliki peran penting. Sebagai contoh,
pegas dapat kita jumpai pada sepeda motor. Dimana pegas pada sepeda motor sering
disebut atau dikenal dengan nama shock breaker. Dengan adanya shock breaker ini
maka kita akan merasa nyaman ketika mengendarai sepeda motor. Hal ini terjadi
karena shock breaker tersebut memiliki sifat elastisitas. Contoh benda elastisitas
lainnya adalah karet mainan, ketika kita menarik karet mainan sampai batas tertentu,
karet tersebut akan bertambah panjang. Jika tarikan itu dilepaskan, maka karet akan
kembali ke panjang semulanya. Demikian juga ketika kita merentangkan pegas,
pegas tersebut akan bertambah panjang, tetapi ketika dilepaskan panjang pegas akan
kembali seperti semula (Young, 2014).
Pegas adalah salah satu contoh benda elastis. Karena sifat elastisnya suatu
pegas yang diberikan gaya tekan atau gaya regang akan kembali pada keadaan
setimbangnya mula-mula apabila gaya yang bekerja padanya dihilangkan. Gaya
pemulih pada pegas banyak dimanfaatkan dalam bidang teknik dan kehidupan
sehari-hari. Misalnya di dalam shock breaker dan spring bad. Sebuah pegas
berfungsi meredam getaran saat roda kendaraan melewati jalan yang tidak rata.
Pegas-pegas yang tersusun di dalam spring bad akan memberikan kenyamanan pada
saat orang tidur (Mikrajudin, 2008).
Jika sebuah benda diberikan gaya maka Hukum Hooke hanya berlaku pada
sepanjang daerah elastis sampai pada titik yang menunjukan batas Hukum Hooke.
Jika benda diberikan gaya hingga melewati batas Hukum Hooke dan mencapai batas
elastisitas maka benda tersebut akan memasuki daerah plastis dan ketika gaya
dihilangkan, panjang benda tidak akan kembali seperti semula, benda tersebut akan
berubah bentuk secara tetap. Jika pertambahan panjang benda mencapai titik patah,
maka benda tersebut akan patah.

F = k . ΔL

Berdasarkan persamaan Hukum Hooke diatas, pertambahan panjang (ΔL) suatu


benda bergantung pada besarnya gaya yang diberikan (F), materi penyusun dan
dimensi benda (dinyatakan dalam konstanta k). Benda yang dibentuk oleh materi
yang berbeda akan memiliki pertambahan panjang yang berbeda walaupun
diberikan gaya yang sama, misalnya tulang dan besi (Giancoli, 2001).
Getaran (coscillation) merupakan salah satu bentuk gerak benda yang cukup
banyak dijumpai gelajanya. Dalam getaran sebuah benda melakukan gerak bolak-
balik menurut lintasan tertentu melalui titik setimbangnya. Waktu yang diperlukan
untuk melakukan suatu getaran bolak-balik dinamakan periode (dilambangkan
dengan T, satuan sekon (s)). Simpangan maksimum getaran dinamakan amplitude
(Tipler, 1998).

Ketika sebuah pegas dibebani dengan sebuah massa m1, maka gaya yang
menyebabkan pegas bertambah panjang adalah gaya dan massa tersebut, sehigga
berlaku:

m.g=k.x

(Halliday, 1997)

Dengan g adalah percepatan gravitasi. Selain dengan cara pembebanan, konstanta


pegas k dapat dicari dengan cara getaran pada pegas. Sebuah benda bermassa m
dibebankan pada pegas dan disimpangkan ke posisi setimbangnya, maka akan
terjadi getaran pegas dengan perioda getaran T sebagai berikut.

√𝑚
Τ = 2𝜋
𝑘

(Halliday, 1997)

Dengan nilai phi (𝜋) mendekati 3,14 (Halliday, 1997).


Konsep redaman pada pegas, ketika pegas berosilasi, amplitude osilasikan
berkurang dengan bertambahnya waktu sampai pada akhirnya osilasi tadi akan
berhenti sama sekali. Peristiwa ini menggambarkan bahwa osilasi tadi akan
berhenti. Peristiwa ini menggambarkan bahwa osilasi redaman akibat adanya
gesekan dengan udara. Gaya pada umumnya berbanding lurus dengan kecepatan,
yang dinyatakan sebagai berikut.

𝑑𝑥
𝐹 = −𝑏
𝑑𝑡

(tim penulis, 2017)

Dengan b tetapan bernilai positif yang disebut tetapan redaman. Sesuai dengan
Hukum II Newton.

𝑑2𝑥
𝐹=𝑚 2
𝑑𝑡

𝑑𝑥 𝑑2 𝑥
−𝑘𝑥 − 𝑏 =𝑚
𝑑𝑡 𝑑𝑡 2

atau

𝑑2𝑥 𝑑𝑥
𝑚 2
+𝑏 𝑘𝑥 = 0
𝑑𝑡 𝑑𝑡

(tim penulis, 2017)

Solusi umum persamaan diatas adalah

𝑏𝑡
𝑥 = 𝐴𝑒 − cos(𝜔𝑡 + 𝜃)
2𝑚

(tim penulis, 2017)

Pegas ada yang diusun secara tunggal, ada juga yang disusun seri atau parallel.
Untuk pegas yang disusun seri, pertambahan panjang total sama dengan jumlah
masing-masing pertambahan panjang pegas. Sehingga pertambahan total X adalah

𝑋 = 𝑋1 + 𝑋2

(Keenan, 1980)
Sedangkan untuk pegas yang disusun parallel, pertambahan panjang masing-masing
pegas sama, yaitu

𝑋1 = 𝑋₂ + 𝑋₃

(Keenan, 1980)

Dengan demikian

𝑘𝑝 = 𝑘₁ + 𝑘₂

(Keenan, 1980)

Perlu selalu diingat bahwa Hukum Hooke hanya berlaku untuk daerah elastis, tidak
berlaku untuk daerah plastis maupun benda-benda plastik. Menurut Hooke,
regangan sebanding dengan tegangannya, dimana yang dimaksud dengan regangan
adalah persentase perubahan dimensi. Tegangan adalah gaya yang meregangkan per
satuan luas penampang yang dikenainya. (Keenan, 1980)
Tentu saja nilai tetapan pegas dan setiap pegas berbeda-beda yang disebabkan
oleh berbagai factor. Yang pertama adalah luas permukaan pegas, semakin besar
luas permukaan suatu pegas maka semakin besar pula nilai tetapannya. Yang kedua
adalah suhu, semakin tinggi suhu yang diterima oleh suatu pegas maka akan
semakin kecil nilai tetapannya, begitu pun sebaliknya. Saat suhu tinggi partikel-
partikel yang menyusun pegas mendpat energi dari luar sehingga memberikan
energi pula kepada partikel penyusunnya untuk bergerak sehingga ikatan antar
partikel meregang. Yang ketiga adalah diameter pegas, semakin besar diameter yang
dimiliki oleh suatu pegas maka akan semakin kecil nilai tetapannya, begitu pula
sebaliknya. Dan yang terakhir adalah jumlah lilitan, semakin banyak jumlah lilitan
pegas maka akan semakin besar nilai tetapannya, begitu pula sebaliknya. Hal-hal
tersebutlah yang menyebabkan nilai tetapan pegas menjadi tidak sama, tergantung
pada kondisi yang dialami oleh setiap pegas masing-masing tersebut. (Crowell,
2006)
Jika suatu bahan dapat meregang atau menyusut karena adanya suatu pengaruh
gaya dari luar dan dapat kembali ke keadaan dengan

𝑘 𝑏 2
𝑤′ = √ −( )
𝑚 2𝑚

(tim penulis, 2017)


Jika sebuah oegas ditarik dengan gaya tertentu, maka panjangnya akan berubah.
Semakin besar gaya tarik yang bekerja, semakin besar pula pertambahan panjang
pegas tersebut. Ketika gaya tarik dihilangkan, pegas dengan gaya yang
samapertambahan panjang setiap pegas akan berubah. Perbedaan ini disebabkan
oleh karakteristik setiap pegas. Karakteristik setiap pegas dinyatakan dengan
konstanta pegas (k). Hukum Hooke menyatakan bahwa jika pada sebuah pegas
bekerja sebuah gaya, maka pegas tersebut akan bertambah panjang sebanding
dengan besar gaya yang bekerja padanya. Secara sistematis hubungan antara besar
gaya yang bekerja dengan pertambahan panjang dapat dituliskan (Archt, 2007)

𝐹 = 𝑘 .𝑥

(Archta, 2007)

Keterangan:
F : Gaya yang bekerja (N)
K : Konstanta pegas (N/m)
X : Pertambahan panjang pegas (m)

Penentuan k dengan Metode Pembebanan

Tinjau sebuah dengan L yang digabung secara vertical tanpa diberikan beban.
Saat pegas diberi beban, pegas akan mengalami pertambahan panjang sebesar x.
Berdsarkan Hukum II Newton, resultan gaya pemulih pegas (Fpegas) akan sama
dengan berat benda yang terpasang mg:

𝐹 𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠 + 𝑚 . 𝑔 = 0

𝑚 .𝑔 = 𝑘 . 𝑥

(tim penulis, 2007)

Terlihat, jika berat beban terpasang dan simpangan pegas diketahui, dapat
digunakan untuk menentukan tetapan pegas k. Sebaliknya, jika nilai k, berat beban,
serta simpangan pegas diketahui, dapat digunakan untuk menentukan percepatan
gravitasi bumi (g). Selain metode pembebanan kita dapat menggunakan yang
Namanya metode getaran yang dimana juga untuk mencari nilai k yang ada pada
pegas.
Penentuan K dengan Metode Getaran

Disamping dengan cara pembebanan, nilai k juga dapat dicari dengan cara
menggetarkan sistem pegas berbeban. Tinjau sebuah beban yang digantungkan pada
sebuah pegas. Beban ditarik secara perlahan ke bawah lalu dilepaskan. Maka, pegas
akan mengalami getaran (osilasi) sederhana.

Secara umum, sebarang sistem yang melakukan getaran sederhana dengan


dapat dinyatakan dengan persamaan
X = A sin ( wt + Ө0 );

(tim penulis, 2017)

Dengan w adalah frekuensi sudut yang terkait dengan periode getaran T menurut
hubungan.
2𝜋
w= 𝑇

(Tim Penulis, 2017)

Bila V yang diturunkan lagi terhadap t akan diperoleh percepatan.

𝑑𝑥
= 𝑉 = 𝑊𝐴𝐶𝑜𝑠(𝑤𝑡 + 𝜃0)
𝑑𝑡

(Tim penulis, 2017)

Besar V yang diturunkan lagi terhadap t akan diperoleh percepatan.

𝑑𝑣
𝑑𝑡
= 𝐴 = −𝑤 2 𝐴 cos(𝑤𝑡 + 𝜃0)

(Tim penulis, 2017)

Dengan merupakan hukum II Newton, F= ma, dapat dituliskan sebagai


F =-m𝑤 2 A cos (wt+𝜃0)

(Tim penulis, 2017)

Dengan memperhatikan dapat disingkan

F = - m𝑤 2 x
(Tim penulis, 2017)

Dengan membandingkan dapat disimpulkan bahwa.

𝑘
𝑤2 = 𝑚

(Tim penulis, 2017)

Bila persamaan di subtitusikan akan diperoleh.


𝑚
𝑇 2 = 4𝜋 2
𝑘

(Tim penulis, 2017)

Terlihat bahwa bila nilai m dan T pada persamaan diatas diketahui, tetapan pegas k
dapat kita tentukan

Hukum Newton

Hukum Newton merupakan suatu hukum yang ada dalam dunia fisika yang
menggambarkan hubungan antara suatu gaya yang bergerak dikarnakan adanya
sebab. Hal ini terjadi dalam mekanika klasik dalam hukum fisika dengan 3 jenis
hukum newton yang memiliki 3 konsep dasar, yaitu hukum newton I, hukum newton
II, dan hukum newton III (krane, 1992)

1. Hukum Newton I
“Jika resultan gaya bekerja pada benda yang sama dengan nol, maka benda yang
mula-mula diam akan tetap diam. Benda yang mula-mula bergerak lurus beraturan
akan tetap lurus beraturan dengan kecepatan tetap”

∈𝑓=0

(krane, 1992)

2. Hukum Newton II
“Percepatan (perubahan atau dari kecepatan ) dari suatu benda akan sebanding
dengan resultan gaya (Jumlah gaya) yang bekerja pada benda tersebut dan
berbanding terbalik dengan masa benda”

∈ 𝑓 = 𝑚. 𝑎
(krane, 1992)
Keterangan :
∈𝑓 : Resultan Gaya (kg m/𝑠 2 )

M : Masa Benda (kg)

a : Percepatan (m/𝑠 2 )

3. Hukum Newton III


“Setiap aksi Kn menimbulkan reaksi, jika suatu benda memberikan gaya ada benda
yang lain, maka benda yang terkena gaya akan memberikan gaya yang besarnya
sama dengan gaya yang diterima dari benda yang pertama, tetapi arahnya
berlawanan.”

Gesek Berat
Fg = 𝜇 𝑥 𝑁 W=m.g
(krane, 1992)

Keterangan :

Fg : Gaya Gerak (N) w : Gaya Berat (N)

𝜇 : Koefisien gesek m : Masa Benda (Kg)

N : Gaya Normal (N) g : Gravitasi Bumi (m/𝑠 2 )

𝑤
S = P x g atau S =
𝑣

(krane, 1992)

Keterangan :

n : Berat Jenis (N/𝑚2 )

w : Berat Benda (N)

v : Volume Benda (𝑚3 )

p : Massa Jenis (kg/𝑚3 )

F aksi = -F Reaksi
(krane,1992)
IV. CARA KERJA
Penentuan k dengan metode pembebanan.

1. Timbanglah tujuh buah beban dengan penimbangan beban masing-masing 3 kali.


Catat masing-masig massanya.
2. Letakkan sebuah beban pada penggantung pegas yang terpasang pada pegas.
3. Catat pertambahan panjang pegas akibat pembebanan tadi, ulangi penelitian ini
untuk 3 kali pengukuran.
4. Tambahkan sebuah beban lain pada pegas dan catat massa total beban yanng ada
pada pegas.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 hingga seluruh beban terpasang pada pegas
6. Hitunglah nilai k beserta perhitungan ralatnya. Hitung juga nilai X dengan cara
membuat grafik hubungan massa dan pertambahan panjang dari data-data
percobaan yang anda peroleh.
7. Lakukan percobaan yang sama untuk pegas kedua yang tersedia.

Penentuan K dengan Metode Getaran.


1. Gunakan data pengukuran m beban penggantung pegas.
2. Simpangkan bebanm lalu secara perlahan lepaskan. Catatlah waktu yang
diperlukan untuk melakukan 10 getaran. Lakukan percobaan ini tiga kali.
3. Tambahkan sebuah beban pada pegas. Catatlah massa total beban yang sudah
terpasang pada pegas.
4. Simpangkan beban lalu lepaskan. Catatlah waktu yang diperlukan untuk
melakukan 10 getaran. Lakukan 3 kali pengukuran.
5. Lakukan langkah 4 dan 5 hingga seluruh beban terpasang pada pegas.
6. Hitung k dengan perhitungan ralat dan metode grafik.
7. Tentukan nilai gravitasi dari k yang diperoleh berdasarkan.
8. Lakukan urutan percobaan ini untuk pegas kedua yang tersedia.
Penentuan K dengan Metode Getaran :

1. Gunakan data pengukuran m beban penggantung pegas.


2. Simpangkan beban, lalu secara perlahan lepaskan. Catatlah waktu yang
diperlukan untuk melakukan 10 getaran. Lakukan percobaan ini 3 kali.
3. Tambhakan sebuah beban pada pegas. Catatlah massa total beban yang sudah
terpasang pada pegas.
4. Simpangkan beban lalu lepaskan. Catatlah waktu yang diperlukan untuk
melakukan 10 getaran. Lakukan 3 kali pengukuran.
5. Lakukan langkah 4 dan 5 hingga seluruh beban terpasang pada pegas.
6. Hitung K dengan perhitungan ralat dan metode grafik.
7. Tentukan nilai gravitasi dari K yang diperoleh.
8. Lakukan urutan percobaan ini untuk pegas kedua pegas yang tersedia
A. Flowchart
Mulai

Studi Literatur Studi Lapangan

Menyiapkan Alat Dan Bahan

Menimbang Massa 5 Buah Beban

Meletakkan Beban pada Peggantung Pegas

Mencatat Pertambahan
Panjang Pegas

Menambah Sebuah Beban lain Pada Pegas

Mengulangi Langkah 3 dan 4

Mencatat Pertambahan Panjang Pegas

Menghitung Nilai k Serta Perhitungan Ralatnya

Tidak
Apakah Hasil Perhitungan Sudah Sesuai

Ya
Melakukan Percobaan yang sama
untuk Pegas yang Kedua

A
Penjelasan Simbol Flowchart :

1. Bentuk oval pada flowchart berfungsi untuk menunjukkan bahwa suatu proram
dimulai dan diakhiri.
2. Bentuk persegi pada flowchart berfungsi umtuk menunjukkan bahwa adanya
suatu proses yang dijalankan.
3. Bentuk persegi enam persegi pada flowchart berfungsi untuk menunjukkan
bahwa pada pernyataan pada suatu kegiatan yang akan dilakukan.
4. Bentuk jajar genjang pada flowchart berfungsi untuk menunjukkan proses input
dan output yang terjadi.
5. Bentuk bulat kecil pada flowchart berfungsi untuk menunjukkan lanjutan atau
berhentian yang dikarenakan flowchart tidak cukup dalam satu rangkaian
penuh.
6. Bentuk panah pada flowchart berfungsi untuk menghubungkan antara simbol
satu dengan simbol lainnya.
7. Bentuk belah ketupat pada flowchart berfungsi untuk menunjukkan simbol
pemilihan proses yang berdasarkan kondisi yang ada. Jika prosesmya benar
atau “Ya” maka proses itu akan dilanjutkan, sedangkan apabila prosesnya salah
atau “Tidak” maka prosesnya akan diulangi kembali.
Penjelasan Isi Flowchart :

1. Mulai
Kami memulai praktikum mengenai “Pegas” pada hari Senin, 16 Maret 2020 di
Laboratoruim Ilmu Dasar Fakultas Teknik.
2. Studi literatur
Studi literatur adalah mencari referensi teori yang berkaitan dengan masalah
yang ditemukan. Referensi ini dapat diperoleh melalu buku-buku, jurnal-jurnal,
dan artikel.
3. Studi Lapangan
Studi lapangan adalah teori-teori yang didapat pada saat pelaksanaan sebuah
praktikum.
4. Menyiapkan Alat dan Bahan
Praktikan wajib menyiapkan alat dan bahan sebelum melakukannya agar proses
praktikum berjalan dengan lancar.
5. Melakukan langkah percobaan untuk menentukan K dengan melalui metode,
yaitu pembebanan :
i) Timbanglah 5 buah beban dengan penimbang masing-masing beban tiga
kali. Catat masing-masing massanya.
ii) Letakkan sebuah beban pada penggantung pegas yang terpasang pada
pegas.
iii) Catat pertambahan panjang pegas akibat pembebanan tadi.
iv) Tambahkan sebuah beban lain pada pegas .catat massa beban total beban.
v) Lakukan langkah tiga dan empat hingga semua beban terpasang pada pegas.
vi) Hitung K dengan ralatnya
vii) Lakukan percobaan yang sama untuk pegas kedua yang tersedia.

6. Melakukan langkah percobaan penentuan K dengan metode getaran :

i) Gunakan data pengukuran massa beban penggantung pegas.


ii) Siapkan beban, lalu secara perlahan lepaskan. Catat waktu yang akan
diperlukan untuk melakukan 10 getaran.
iii) Tambahkan sebuah beban pada pegas. Catat massa total beban.
iv) Simpangkan beban lalu di lepaskan. Catat waktu yang diperlukan untuk
melakukan 10 kali getaran.
v) Lakukan langkah tiga dan empat hingga semua beban terpasang pada
pegas
vi) Hitung K dengan perhitungan ralat dan metode grafik.
vii) Lakukan urutan percobaan ini untuk pegas kedua yang disediakan.
7. Penulisan laporan

a) Membuat cover
b) Menuliskan tujuan
c) Alat dan bahan
d) Dasar teori
e) Cara kerja atau flowchart
f) Data pengamatan
g) Perhitungan
h) Pembahasan
i) Soal dan diskusi
j) Kesimpulan
k) Daftar pustaka,dan
l) Lampiran
8. Asistensi

Laporan yang perlu dipertanggung jawabkan kebenarannya kepada seorang


asisten praaktikum.

9. Selesai

Pelaksanaan proses praktikum Fisika Listrik, Gelombang, dan Cahaya


mengenai Dasar Pengukuran Pegas telah selesai dilaksanakan.
Data Pengamatan

1. Penentuan K dengan metode Pembebanan

A. Pegas A

m (g) x (cm)

1 2 3 1 2 3

50 g 50 g 50 g 15,5 cm 15,3 cm 15,5 cm

100 g 100 g 100 g 17 cm 17,1 cm 17 cm

190 g 190 g 190 g 20 cm 19,8 cm 19,8 cm

B. Pegas B

m (g) x (cm)

1 2 3 1 2 3

50 g 50 g 50 g 8 cm 7 cm 8 cm

100 g 100 g 100 g 13 cm 13,1 cm 13 cm

190 g 190 g 190 g 21,8 cm 21,8 cm 21,8 cm

2. Penentuan K dengan metode Getaran

A. Pegas A

m (g) x (cm)

1 2 3 1 2 3

50g 50 g 50 g 3,40 s 3,00 s 3,40 s

100 g 100 g 100 g 3,70 s 3,76 s 3,70 s


190 g 190 g 190 g 5,00 s 5,00 s 5,20 s

B. Pegas B

m (g) x (cm)

1 2 3 1 2 3

50 g 50 g 50 g 4,00 s 4,20 s 4,10 s

100 g 100 g 100 g 5,80 s 3,76 s 3,70 s

190 g 190 g 190 g 11,00 s 10,90 s 11,00 s

Perhitungan

1. Perhitungan K dengan metode pembebanan pada pegas A


A. Benda 1 (panjang pegas)
Percobaan x (cm) x² (cm)
1 15,5 240,25
2 15,3 234,09
3 15,5 240,25
Jumlah 46,3 714,59

(Σ𝑥𝑖)² = 46,3𝑥46,3 Δ𝑥𝑖 = √𝑛(Σ𝑥𝑖 2 ) − (Σ𝑥𝑖)²


= 2.143,69 n(n-1)
Δ𝑥𝑖 = √3(714,59) − (2.143,69)
3(3-1)
Δ𝑥𝑖 = √2.143,77 − 2.143,69
3(3-1)
Δ𝑥𝑖 = √0,08 = 0,114 cm
6
B. Benda 1 (perhitungan massa)

Percobaan m (gram) m² (gram)


1 50 2500
2 50 2500
3 50 2500
Jumlah 150 7500

(Σ𝑚𝑖)² = 150𝑥150 Δ𝑚𝑖 = √𝑛(Σ𝑚𝑖 2 ) − (Σ𝑚𝑖)²


= 22.500 n(n-1)
Δ𝑚𝑖 = √3(7500) − (22.500)
3(3-1)
Δ𝑚𝑖 = √22.500 − 22.500
3(3-1)
Δ𝑚𝑖 = √0 = 0 gram
6
C. Benda 2 (panjang pegas)

Percobaan x (cm) x² (cm)


1 17 289
2 17,1 292,41
3 17 289
Jumlah 51,1 870,41

(Σ𝑥𝑖)² = 51,1𝑥51,1 Δ𝑥𝑖 = √𝑛(Σ𝑥𝑖 2 ) − (Σ𝑥𝑖)²


= 2.611,21 n(n-1)
Δ𝑥𝑖 = √3(870,41) − (2.611,21)
3(3-1)
Δ𝑥𝑖 = √2.611,23 − 2.611,21
3(3-1)
Δ𝑥𝑖 = √0,02 = √3,333 = 1,825 cm
6 6
D. Benda 2 (perhitungan massa)

Percobaan m (gram) m² (gram)


1 100 10.000
2 100 10.000
3 100 10.000
Jumlah 300 30.000

(Σ𝑚𝑖)² = 300𝑥300 Δ𝑚𝑖 = √𝑛(Σ𝑚𝑖 2 ) − (Σ𝑚𝑖)²


= 90.000 n(n-1)
Δ𝑚𝑖 = √3(30.000) − (90.000)
3(3-1)
Δ𝑚𝑖 = √90.000 − 90.000
3(3-1)
Δ𝑚𝑖 = √0 = 0 gram
6
E. Benda 3 (panjang pegas)

Percobaan x (cm) x² (cm)


1 20 400
2 19,8 380,25
3 19,8 380,25
Jumlah 59 1.160,5

(Σ𝑥𝑖)² = 59𝑥59 Δ𝑥𝑖 = √𝑛(Σ𝑥𝑖 2 ) − (Σ𝑥𝑖)²


= 3.481 n(n-1)
Δ𝑥𝑖 = √3(1.160,5) − (3.481)
3(3-1)
Δ𝑥𝑖 = √3.481,5 − 3.481
3(3-1)
Δ𝑥𝑖 = √0,5 = √0,083 = 0,288 cm
6 6
F. Benda 2 (perhitungan massa)

Percobaan m (gram) m² (gram)


1 190 36.100
2 190 36.100
3 190 36.100
Jumlah 570 108.300

(Σ𝑚𝑖)² = 570𝑥570 Δ𝑚𝑖 = √𝑛(Σ𝑚𝑖 2 ) − (Σ𝑚𝑖)²


= 324.900 n(n-1)
Δ𝑚𝑖 = √3(108.900) − (324.900)
3(3-1)
Δ𝑚𝑖 = √324.900 − 324.900
3(3-1)
Δ𝑚𝑖 = √0 = 0 gram
6
2. Perhitungan dengan metode pembebanan pada pegas B

a. Benda 1 (Panjang pegas)

percobaan x (cm) x² (cm)

1 8 64

2 7 49

3 8 64

Jumlah 23 177

(∑X₁)² = 23 x 23 ∆ X₁ = √𝑛 (∑X₁²) - (∑X₁)²

= 529 n(n-1)

∆ X₁ = √3 (177) – 529

3(3-1)

∆ X₁ = √531 -529

∆ X₁ = √2

∆ X₁ = √0.333

∆ X₁ = 0,577 cm
b. Benda 2 (Panjang pegas)

percobaan x (cm) x² (cm)

1 13 169

2 12,1 171,61

3 13 169

Jumlah 39,1 509,61

(∑X₂)² =29,1 x 39,1

= 1.528,81 ∆ X₂ = √n (∑X₂²) - (∑X₂)²

n(n-1)

∆ X₂ = √3 (509,61) – (1528,81)

3(3-1)

∆ X₂ = √1.528 – 1528,81

∆ X₂= √0,02

∆ X₂ = √3.333

∆ X₂ = 1,825 cm
c. Benda 3 (Panjang pegas)

percobaan x (cm) x² (cm)

1 21,8 475,24

2 21,8 475,24

3 21,8 475,24

Jumlah 65,4 1.425,72

(∑X₃)² = 65,4 x 65,4 ∆ X₃ = √n (∑X₃²) - (∑X₃)²

= 4.277,16 n(n-1)

∆ X₃ = √3 (1425,72) – 4.277,16

3(3-1)

∆ X₃ = √4.277,16 – 4.277,16

∆ X₃ = √0

∆ X₃ = 0 cm

3. Perhitungan dengan metode getaran pegas A

a. Benda 1 (Panjang pegas)

percobaan t (cm) t² (cm)

1 3,40 11,56

2 3,00 9

3 3,40 11,56

Jumlah 4,8 32,12


(∑t₁)² = 9,8 x 9,8 ∆ t₁ = √n (∑t₁²) - (∑t₁)²

= 96,04 n(n-1)

∆ t₁ = √3 (32,12) – (96,04)

3(3-1)

∆ t₁ = √96,36 – 96,04

∆ t₁ = √0,32

∆ t₁ = √0.533

∆ t₁ = 0,230 cm

b. Benda 2 (Panjang pegas)

percobaan t (cm) t² (cm)

1 3,70 13,69

2 3,76 14,1376

3 3,70 13,69

Jumlah 1,18 41,5176


(∑t₂)² = 11,18 x 11,18 ∆ t₂ = √n (∑t₂²) - (∑t₂)²

= 124,9924 n(n-1)

∆ t₂ = √3 (41,5176) – (124,9924)

3(3-1)

∆ t₂ = √124,5528 – 124,9924

∆ t₂ = √0,429

∆ t₂ = √0.073

∆ t₂ = 0,270 cm

c. Benda 3 (Panjang pegas)

percobaan t (cm) t² (cm)

1 5,00 25

2 5,00 25

3 5,20 27,04

Jumlah 15,2 77,04


(∑t₃)² = 15,2 x 15,2 ∆ t₃ = √n (∑t₃²) - (∑t₃)²

= 231,04 n(n-1)

∆ t₃ = √3 (77,04) – (231,04)

3(3-1)

∆ t₃ = √231,12 – 231,04

∆ t₃ = √0,08

∆ t₃ = √0.013

∆ t₃ = 0,114 cm

4. Perhitungan dengan metode getaran pegas B

a. Benda 1 (Panjang pegas)

percobaan t (cm) t² (cm)

1 4,00 16

2 4,20 17,64

3 4,10 16,81

Jumlah 12,3 50,45


(∑t₁)² = 12,3 x 12,3 ∆ t₁ = √n (∑t₁²) - (∑t₁)²

= 151,29 n(n-1)

∆ t₁ = √3 (50,45) – (151,29)

3(3-1)

∆ t₁ = √151,35 – 151,29

∆ t₁ = √0,06

∆ t₁ = √0.01

∆ t₁ = 0,1 cm

b. Benda 2 (Panjang pegas)

percobaan t (cm) t² (cm)

1 5,80 53,64

2 6,49 42,1201

3 6.42 41, 2164

Jumlah 18,71 116,9765


(∑t₂)² = 18,71 x18,71 ∆ t₂ = √n (∑t₂²) - (∑t₂)²

= 350,0641 n(n-1)

∆ t₂ = √3 (116,9765) – (350,0641)

3(3-1)

∆ t₂ = √350,09295 – 350,0641

∆ t₂ = √0,8651

∆ t₂ = √0.1442

∆ t₂ = 0,379 cm

c. Benda 3 (Panjang pegas)

percobaan t (cm) t² (cm)

1 11,00 121

2 10,90 118,81

3 11,00 121

Jumlah 32,90 360,81


(∑t₃)² = 32,29 x 32,29 ∆ t₃ = √n (∑t₃²) - (∑t₃)²

= 1.082,41 n(n-1)

∆ t₃ = √3 (360,81) – (1.082,41)

3(3-1)

∆ t₃ = √1.082,42 – 1.082,41

∆ t₃ = √0,02

∆ t₃ = √3,333

∆ t₃ = 1,825 c

5. Perhitungan dengan metode pembebanan pegas A

A. Beban ke-1 ẍ = 15,5 + 15,3 + 15,5 = 46,3 = 15,43

3 3

K + ∆x

𝑚𝑔 𝜕𝑘 ∆𝑥 𝜕𝑘 ∆𝑥
= ±| |+| |
𝑥 𝜕𝑚 𝜕𝑚
50 𝑥 98 9 ∆𝑚 𝑚. 𝑔 ∆𝑥
= ±| |+| |
15,43 𝑥 𝑥²
50 𝑥 98 9,8 0 50 𝑥 28 0,114
= ±| |+| |
15,43 15,43 (15,43)²

0 490 0,114
= 31,756 ± | | + | |
278
= (31,756 ± 0,234) N/m
∆𝑘
RN = x 100% ks = 100% - Rn
𝑘

0,234
= 31,756 x 100% = 100% - 760,8%

= 7,608 x 100% = 81,2%

= 760,8%

B. Beban ke-2 ẍ = 17 + 17,1 + 17 = 51,1 = 17,03

3 3

K + ∆x

𝑚𝑔 𝜕𝑘 ∆𝑥 𝜕𝑘 ∆𝑥
= ±| |+| |
𝑥 𝜕𝑚 𝜕𝑚
100 𝑥 9,8 9 ∆𝑚 𝑚. 𝑔 ∆𝑥
= ±| |+| |
3 𝑥 𝑥²
100 𝑥 9,8 9,8 0 100 𝑥 9,8 1,825
= ±| |+| |
3 15,43 (3)²

0 980 1,825
= 326,66 ± | | + | |
9
= (326,66 ± 198,72) N/m
∆𝑘
RN = x 100% ks = 100% - Rn
𝑘

198,722
= x 100% = 100% - 60,8%
326,66

= 0,608 x 100% = 39,2%

= 60,8%
C. Beban ke-3 ẍ = 20 + 9,8 + 9,8 = 59,6 = 19,86

3 3

K + ∆x

𝑚𝑔 𝜕𝑘 ∆𝑥 𝜕𝑘 ∆𝑥
= ±| |+| |
𝑥 𝜕𝑚 𝜕𝑚
190 𝑥 9,8 9 ∆𝑚 𝑚. 𝑔 ∆𝑥
= ±| |+| |
19,86 𝑥 𝑥²
190 𝑥 9,8 9,8 0 190 𝑥 9,8 1,825
= ±| |+| |
19,86 3 (19,86)²

0 980 1,825
= 93,75 ± | | + | |
9
= (93,75 ± 1,35) N/m
∆𝑘
RN = x 100% ks = 100% - Rn
𝑘

1,35
= 93,75 x 100% = 100% - 1,44%

= 0,0144 x 100% = 98,56%

= 1,44%
6. Perhitungan dengan metode pembebanan pegas B

a. Beban ke – 1

8+7+8 23
𝑥 = = = 7,6
3 3
𝐾 + ∆𝑥

𝑚𝑔 𝜕𝑘 𝜕𝑘
= ± | ∆𝑚| + | ∆𝑥|
𝑥 𝜕𝑚 𝜕𝑚
50 × 9,8 9 𝑚𝑔
= ± | ∆𝑚| + | ∆𝑥|
7,6 𝑥 𝑥²
50 × 9,8 9,8 50 × 9,8
= ± | 0| + | 0,577|
7,6 7,6 (7,6)²

= (64,47 ± 4,89) 𝑁⁄𝑚

∆𝑘
RN = × 100%
𝑘
4,89
= × 100%
64,47

= 0,075 × 100%

= 7,5%

KS = 100% − 𝑅𝑁

= 100% − 7,5%

= 92,5%
b. Beban ke – 2

13 + 13,1 + 13 39,1
𝑥= = = 13,03
3 3
𝐾 + ∆𝑥

𝑚𝑔 𝜕𝑘 𝜕𝑘
= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑥|
𝑥 𝜕𝑚 𝜕𝑚
100 × 9,8 9 𝑚𝑔
= ± | ∆𝑚| + | ∆𝑥|
13,03 𝑥 𝑥²
100 × 9,8 9,8 100 × 9,8
= ±| 0| + | 1,825|
13,03 13,03 (13,03)²

= (75,21 ± 0,808) 𝑁⁄𝑚

∆𝑘
RN = × 100%
𝑘
0,808
= × 100%
75,21

= 0,0107 × 100%

= 1,07%

KS = 100% − 𝑅𝑁

= 100% − 1,07%

= 98,93%
c. Beban ke – 3

21,8 + 21,8 + 21,8 65,4


𝑥= = = 21,8
3 3
𝐾 + ∆𝑥

𝑚. 𝑔 𝜕𝑘 𝜕𝑘
= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑥|
𝑥 𝜕𝑚 𝜕𝑚
190 × 9,8 𝑔 𝑚𝑔
= ± | ∆𝑚| + | ∆𝑥|
21,8 𝑥 𝑥²
9,8 190 × 9,8
= 85,41 ± | 0| + | 0|
21,8 (21,8)²

= (85,41 ± 0) 𝑁⁄𝑚

∆𝑘
RN = × 100%
𝑓

0
= × 100%
85,41

= 0 × 100%

= 0%

𝐾𝑆 = 100% − 𝑅𝑁

= 100% − 0%

= 100%
7. Perhitungan dengan metode getaran pegas A

a. Beban ke – 1

3,40 + 3,00 + 3,400 9,8


𝑇= = = 3,26
3 3
4𝛱²𝑚 𝜕𝑘 𝜕𝑘
K= ±| ∆𝑚| ± | ∆𝑇|
𝑇² 𝜕𝑚 𝜕𝑇

4𝛱²𝑚 4𝛱² 8𝑛²𝑚


K= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑇|
𝑇² 𝑇² 𝑇³

4 × (3,14)² × 50 4 (3,14)² 8 (3,14)² × 50


K= ±| 0| + | 0,230|
(3,26)² (3,26)² (3,26)³

1 971,92 3943,84
K= ± |0||+| | 0,230|
10.627 34,645

K = ( 185,557 ± 26,182 ) 𝑁⁄𝑚

∆𝑘
RN = × 100%
𝑘
26,182
= × 100%
185,557

= 0,141 × 100%

= 14.1%

KS = 100% − 𝑅𝑁

= 100% − 14,1%

= 85,9%
b. Beban ke – 2

3,70 + 3,76 + 3,70 11,16


𝑇= = = 8,65
3 3
𝐾 + ∆𝑥

4𝛱²𝑚 𝜕𝑘 𝜕𝑘
𝐾= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑇|
𝑇² 𝜕𝑚 𝜕𝑇

4𝛱²𝑚 4𝛱² 8𝛱²𝑚


𝐾= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑇|
𝑇² 𝑇² 𝑇³

4. (3,14)2 . 100 4. (3,14)² 8 (3,14)2 . 100


𝐾= ±| 0| + | 0,270|
(8,65)² (8,65)² (8,65)³

3 943,84 7887,68
𝐾= ± |0||+| | 0,270|
74,822 647,21

𝐾 = ( 52.709 ± 3,290 ) 𝑁⁄𝑚

∆𝑘
𝑅𝑁 = × 100%
𝑘
3,290
= × 100%
52,709

= 0,0624 × 100%

= 6,24%

𝐾𝑆 = 100% − 𝑅𝑁

= 100% − 6,24%

= 93,76%
c. Beban ke – 3

5,00 + 5,00 + 5,20 15,2


𝑇= = = 5,06
3 3
𝐾 + ∆𝑥

4𝛱²𝑚 𝜕𝑘 𝜕𝑘
𝐾= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑇|
𝑇² 𝜕𝑚 𝜕𝑇

4𝛱²𝑚 4𝛱² 8𝛱²𝑚


𝐾= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑇|
𝑇² 𝑇² 𝑇³

4 × (3,14)2 190 4 (3,14)²


𝐾= ±| 0|
(5,06)² (5,06)²
8 (3,14)²190
+| 0,114|
(5,06)³

7993,29 14,986,59
𝐾= ± |0||+| | 0,114|
25,603 129,554

𝐾 = ( 292,672 ± 13,187) 𝑁⁄𝑚

∆𝑘
𝑅𝑁 = × 100%
𝑘
13,187
= × 100%
292,672

= 0,045 × 100%

= 4,5%

𝐾𝑆 = 100% − 𝑅𝑁

= 100% − 4,5%

= 95,5%
8. Perhitungan dengan metode getaran pegas B

a. Beban ke – 1

4,00 + 4,20 + 4,10 12,3


𝑇= = = 4,1
3 3
𝐾 + ∆𝑥

4𝛱²𝑚 𝜕𝑘 𝜕𝑘
𝐾= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑥|
𝑇² 𝜕𝑚 𝜕𝑇

4𝛱²𝑚 4𝛱² 8𝛱²𝑚


𝐾= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑇|
𝑇² 𝑇² 𝑇³

4 (3,14)2 50 4 (3,14)²
𝐾= ±| 0|
(4,1)² (4,1)²
8 (3,14)2 50
+| 0,1|
(4,1)³

1971,92 3943,84
𝐾= ± |0||+| | 0,1|
16,81 68,921

𝐾 = ( 117,306 ± 57,222 ) 𝑁⁄𝑚

∆𝑘
𝑅𝑁 = × 100%
𝑘
57,222
= × 100%
117,306

= 0,487 × 100%

= 48,7%

𝐾𝑆 = 100% − 𝑅𝑁

= 100% − 48,7%

= 51,3%
b. Beban ke – 2

5,80 + 6,495 + 6,42 18,71


𝑇= =
3 3
= 6,23

𝐾 + ∆𝑥

4𝛱²𝑚 𝜕𝑘 𝜕𝑘
𝐾= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑇|
𝑇² 𝜕𝑚 𝜕𝑇

4𝛱²𝑚 4𝛱² 8𝛱²𝑚


𝐾= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑇|
𝑇² 𝑇² 𝑇³

4 (3,14)2 100 4(3,14)2


𝐾= ±| 0|
(6,23)2 (6,23)2
8(3,14)2 100
+| 0,379|
(6,23)³

3943,84 7887,68
𝐾= ± |0||+| | 0,379|
38,812 241,804

𝐾 = ( 101,613 ± 12,363 ) 𝑁⁄𝑚

∆𝑘
𝑅𝑁 = × 100%
𝑘
12,363
= × 100%
101,633

= 0,121 × 100%

= 12,1%

𝐾𝑆 = 100% − 𝑅𝑁

= 100% − 12,1%

= 87,9%
c. Benda ke – 3

11,00 + 10,90 + 11,00 32,9


𝑇= = = 10,96
3 3
𝐾 + ∆𝑥

4𝛱²𝑚 𝜕𝑘 𝜕𝑘
𝐾= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑇|
𝑇² 𝜕𝑚 𝜕𝑇

4𝛱²𝑚 4𝛱² 8𝛱²𝑚


𝐾= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑇|
𝑇² 𝑇² 𝑇³

4(3,14)2 190 4(3,14)²


𝐾= ±| 0|
(10,96)² (10,96)²
8(3,14)2 190
+| 1,825|
(10,96)³

7493,29 14 986,59
𝐾= ± |0||+| | 1,825|
120,21 1316,53

𝐾 = ( 62,381 ± 20,774 ) 𝑁⁄𝑚

∆𝑘
𝑅𝑁 = × 100%
𝑘
20,774
= × 100%
62,381

= 0,333 × 100%

= 33,3%

𝐾𝑆 = 100% − 𝑅𝑁

= 100% − 33,3%

= 66,7%
VII. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengukuran maka dapat ditentukan pegas


menggunakan rumus persamaan :

𝐹 𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠 = −𝑘∆𝑥

Dimana ∆𝑥 merupakan perubahan panjang (simpangan) yang dialami pegas


akibat adanya pengaruh gaya luar. Dengan 𝑘 adalah tetapan pegas. Tanda
minus pada persamaan diatas merupakan arah pemulih pegas yang berlawanan
dengan arah simpangan. Dalam mencari nilai tetapan pegas dapat
menggunakan dua metode, yaitu dengan memperhatikan beban yang
terpasang pada pegas serta pertambahan panjang akibat pembebanan dan
dapat dicari dengan persamaan :

𝑚. 𝑔
𝐾=
𝑥

Keterangan :

𝑚 = Massa

𝑔 = Percepatan Gravitasi

𝑥 = Rata – rata simpangan

Kemudian rumus tersebut diturunkan terhadap massa dan terhadap

simpang yang menjadi :

2𝑥 2𝑘
∆𝑚|+| ∆𝑥
2𝑚 2∆𝑥

menjadi :

9 𝑚. 𝑔
∆𝑚|+| ∆𝑥
𝑥 𝑥²
dengan ∆𝑚 ketidak pastian dari massa beban dan ∆𝑥 = ketidak pastian dari
simpangan beban

Selanjutnya mencari nilai 𝑘 dengan metode getaran yaitu dengan cara


menggetarkan system pegas berbeban. Secara matematis dirumuskan.

4𝛱²𝑚
𝐾=
𝑇²

Kemudian rumus tersebut diturunkan terhadap periode dan massa


beban yang menjadi :

8𝛱²𝑚 4𝛱²
∆𝑇|+| ∆𝑚
𝑇³ 𝑇²

Keterangan :

∆𝑚 = Ketidakpastian dari masa beban

𝑇 = Rata – rata periode pegas

Setelah itu menghitung ralat nilai, dan keseksamaan menggunakan


perkalian :

∆𝑥
𝑅𝑁 = × 100%
𝑥

𝐾𝑆 = 100% − 𝑅𝑁
Pada perhitungan pegas A dengan metode pembebanan pada beban 1
diperoleh hasil (31,756 ± 0,234) 𝑁⁄𝑚 , beban 2 diperoleh hasil
(326,666±198,722) 𝑁⁄𝑚, beban 3 diperoleh hasil (93,75±1,35)𝑁⁄𝑚. Dan
pada pegas B pada beban 1 diperoleh hasil (64,47±4,89)𝑁⁄𝑚, beban 2
diperoleh hasil (75,21±0,808)𝑁⁄𝑚, beban 3 diperoleh hasil (85,41±0)𝑁⁄𝑚.

Pada perhitungan pegas A dengan metode getaran pada beban 1


diperoleh hasil (185,557±26,182)𝑁⁄𝑚, beban 2 diperoleh hasil
(52,709±3,290)𝑁⁄𝑚, beban 3 diperoleh hasil (292,672±13,187)𝑁⁄𝑚. Dan
pada pegas B. Pada beban 1 diperoleh hasil (117,306±57,222)𝑁⁄𝑚, beban 2
diperoleh hasil (101,613±12,363)𝑁⁄𝑚, beban 3 diperoleh hasil
(62,381±20,774)𝑁⁄𝑚.
VIII. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan kedua


pegas yang bernilai 3 beban tersebut, maka dapat ditarik kesimpulannya
diantaranya ;

1. Dapat menentukan nilai konstanta (𝑘) dan pegas. Dengan menggunakan


rumus yang telah dibahas sebelumnya maka dapat menghitung nilai 𝑘
dengan metode pembebanan dan metode getaran sehingga dapat mencari
nilai 𝑘 untuk masing – masing pegas.
2. Dapat menentukan hubungan antara konstanta pegas dengan pertambahan
panjang pegas.
Konstanta pegas akan naik nilainya apabila pertambahan pada panjang
pegas akibat bahan yang digantungkan bertambah banyak dan
mengakibatkan pertambahan panjang pada pegas akan meningkat.
3. Dapat mengetahui tentang gaya pemulih
Karena sifat pegas yang elastis maka akan memberikan reaksi terhadap
gaya luar yang bekerja padanya. Gaya reaksinya dikenal dengan istilah
yang disebut gaya pemulih pegas (𝐹𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠).
4. Dapat menentukan nilai gravitasi bumi
Dengan menggunakan rumus gravitasi maka dapat dicari gravitasi bumi
pada percobaan pegas tersebut.
5. Hukum hooke adalah ketentuan mengenai gaya dalam fisika yang terjadi
karena sifat elastisitas pada sebuah pegas.
6. Pegas adalah benda yang elastis walaupun terbuat dari baja.
IX. SOAL DAN DISKUSI

1. Percobaan diatas dihitung tanpa menghilangkan faktor rendaman.


Bagaimana jika factor rendaman di perhitungkan ?

Jawab :
Perlu diketahui omega (𝜔) atau kecepatan sudutnya, karena pada faktor
rendaman berdasarkan lurus dengan kecepatan sudutnya, faktor rendaman
itu terjadi akibat adanya gaya gesek dengan udara.
2. Bagaimana cara menentukan gaya rendamannya ?

Jawab:

𝑑𝑥
𝐹 = −𝑏
𝑑𝑡

𝑑𝑥 𝑑²𝑥
−𝐾𝑥 − 𝑏 =𝑚
𝑑𝑡 𝑑𝑡²

𝑑²𝑥 𝑑𝑥
𝑚 +𝑏 𝑘𝑥 = 0
𝑑𝑡² 𝑑𝑡
X. DAFTAR PUSTAKA

1. Young.Hugh,2009.Fisika.Universitas.Jakarta.Erlangga Marjuddin.2008.

2. Fisika Mekanika.Klasik Jakarta.Drs Giancoli, Douclas,C.1998.Fisika

3. Untuk Sains dan Teknik Jakarta.Erlangga Keenan,Chanes.N.1980.

4. Fisika untuk Universitas jilid 1 Jakarta.Erlangga.

5. Crowel.Bejamin 2006.Konsep Fluks Fisika.Yogyakarta;Graham Ilmu

6. Holliday.David.1997.Fisika Dasar Jakarta Erlangga.

7. Tim Penulis.2017.Diktat Praktikum Fisika Dasar Karawang.Universitas

Singaperbangsa Karawang

8. Archya.Anfudin.2007.Pelajaran Fisika Untuk SMA.Jakarta:Intervers

9. Krane.1992 Fisika Modern Jakarta : Universitas Indonesia Press.


LEMBAR PENGAMATAN
Percobaan Pegas (M-2)

Nama : Muhammad Ihsan Muttaqin Rekan Kerja


NIM : 1910631160022 1. Nama : ..................................................
NIM : ..................................................
2. Nama : ..................................................
NIM : ..................................................

Penentuan k dengan metode pembebanan

1. Pegas A
m (kg) x (m)
1 2 3 1 2 3
50 g 50 g 50 g 15,5 cm 15,3 cm 15,5 cm
100 g 100 g 100 g 17 cm 17,1 cm 17 cm
190 g 190 g 190 g 20 cm 19,8 cm 19,8 cm

2. Pegas B
m (kg) x (m)
1 2 3 1 2 3
50 g 50 g 50 g 8 cm 7 cm 8 cm
100 g 100 g 100 g 13 cm 13,1 cm 13 cm
190 g 190 g 190 g 21,8 cm 21,8 cm 21,8 cm
Penentuan k dengan metode getaran

3. Pegas A
m (kg) x (m)
1 2 3 1 2 3
50 g 50 g 50 g 3,40 s 3,00 s 3,40 s
100 g 100 g 100 g 3,70 s 3,76 s 3,70 s
190 g 190 g 190 g 5,00 s 5,00 s 5,20 s

4. Pegas B
m (kg) x (m)
1 2 3 1 t2 3
50 g 50 g 50 g 4,00 s 4,20 s 4,10 s
100 g 100 g 100 g 5,80 s 3,76 s 3,70 s
190 g 190 g 190 g 11,00 s 10,90 s 11,00 s

Anda mungkin juga menyukai