FISIKA DASAR
PEGAS
Dosen Praktikum :
Vita Efelina, S.Si., M.Sc.
NIDN : 0014088903
Asisten Praktikum :
Maria Ulfah
NPM : 1610631160080
Disusun Oleh :
Muhammad Ihsan Muttaqin
NPM : 1910631160022
Hari / Tanggal
Praktikum : Senin, 16 Maret 2019
Laporan : Senin, 23 Maret 2019
F = k . ΔL
Ketika sebuah pegas dibebani dengan sebuah massa m1, maka gaya yang
menyebabkan pegas bertambah panjang adalah gaya dan massa tersebut, sehigga
berlaku:
m.g=k.x
(Halliday, 1997)
√𝑚
Τ = 2𝜋
𝑘
(Halliday, 1997)
𝑑𝑥
𝐹 = −𝑏
𝑑𝑡
Dengan b tetapan bernilai positif yang disebut tetapan redaman. Sesuai dengan
Hukum II Newton.
𝑑2𝑥
𝐹=𝑚 2
𝑑𝑡
𝑑𝑥 𝑑2 𝑥
−𝑘𝑥 − 𝑏 =𝑚
𝑑𝑡 𝑑𝑡 2
atau
𝑑2𝑥 𝑑𝑥
𝑚 2
+𝑏 𝑘𝑥 = 0
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑏𝑡
𝑥 = 𝐴𝑒 − cos(𝜔𝑡 + 𝜃)
2𝑚
Pegas ada yang diusun secara tunggal, ada juga yang disusun seri atau parallel.
Untuk pegas yang disusun seri, pertambahan panjang total sama dengan jumlah
masing-masing pertambahan panjang pegas. Sehingga pertambahan total X adalah
𝑋 = 𝑋1 + 𝑋2
(Keenan, 1980)
Sedangkan untuk pegas yang disusun parallel, pertambahan panjang masing-masing
pegas sama, yaitu
𝑋1 = 𝑋₂ + 𝑋₃
(Keenan, 1980)
Dengan demikian
𝑘𝑝 = 𝑘₁ + 𝑘₂
(Keenan, 1980)
Perlu selalu diingat bahwa Hukum Hooke hanya berlaku untuk daerah elastis, tidak
berlaku untuk daerah plastis maupun benda-benda plastik. Menurut Hooke,
regangan sebanding dengan tegangannya, dimana yang dimaksud dengan regangan
adalah persentase perubahan dimensi. Tegangan adalah gaya yang meregangkan per
satuan luas penampang yang dikenainya. (Keenan, 1980)
Tentu saja nilai tetapan pegas dan setiap pegas berbeda-beda yang disebabkan
oleh berbagai factor. Yang pertama adalah luas permukaan pegas, semakin besar
luas permukaan suatu pegas maka semakin besar pula nilai tetapannya. Yang kedua
adalah suhu, semakin tinggi suhu yang diterima oleh suatu pegas maka akan
semakin kecil nilai tetapannya, begitu pun sebaliknya. Saat suhu tinggi partikel-
partikel yang menyusun pegas mendpat energi dari luar sehingga memberikan
energi pula kepada partikel penyusunnya untuk bergerak sehingga ikatan antar
partikel meregang. Yang ketiga adalah diameter pegas, semakin besar diameter yang
dimiliki oleh suatu pegas maka akan semakin kecil nilai tetapannya, begitu pula
sebaliknya. Dan yang terakhir adalah jumlah lilitan, semakin banyak jumlah lilitan
pegas maka akan semakin besar nilai tetapannya, begitu pula sebaliknya. Hal-hal
tersebutlah yang menyebabkan nilai tetapan pegas menjadi tidak sama, tergantung
pada kondisi yang dialami oleh setiap pegas masing-masing tersebut. (Crowell,
2006)
Jika suatu bahan dapat meregang atau menyusut karena adanya suatu pengaruh
gaya dari luar dan dapat kembali ke keadaan dengan
𝑘 𝑏 2
𝑤′ = √ −( )
𝑚 2𝑚
𝐹 = 𝑘 .𝑥
(Archta, 2007)
Keterangan:
F : Gaya yang bekerja (N)
K : Konstanta pegas (N/m)
X : Pertambahan panjang pegas (m)
Tinjau sebuah dengan L yang digabung secara vertical tanpa diberikan beban.
Saat pegas diberi beban, pegas akan mengalami pertambahan panjang sebesar x.
Berdsarkan Hukum II Newton, resultan gaya pemulih pegas (Fpegas) akan sama
dengan berat benda yang terpasang mg:
𝐹 𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠 + 𝑚 . 𝑔 = 0
𝑚 .𝑔 = 𝑘 . 𝑥
Terlihat, jika berat beban terpasang dan simpangan pegas diketahui, dapat
digunakan untuk menentukan tetapan pegas k. Sebaliknya, jika nilai k, berat beban,
serta simpangan pegas diketahui, dapat digunakan untuk menentukan percepatan
gravitasi bumi (g). Selain metode pembebanan kita dapat menggunakan yang
Namanya metode getaran yang dimana juga untuk mencari nilai k yang ada pada
pegas.
Penentuan K dengan Metode Getaran
Disamping dengan cara pembebanan, nilai k juga dapat dicari dengan cara
menggetarkan sistem pegas berbeban. Tinjau sebuah beban yang digantungkan pada
sebuah pegas. Beban ditarik secara perlahan ke bawah lalu dilepaskan. Maka, pegas
akan mengalami getaran (osilasi) sederhana.
Dengan w adalah frekuensi sudut yang terkait dengan periode getaran T menurut
hubungan.
2𝜋
w= 𝑇
𝑑𝑥
= 𝑉 = 𝑊𝐴𝐶𝑜𝑠(𝑤𝑡 + 𝜃0)
𝑑𝑡
𝑑𝑣
𝑑𝑡
= 𝐴 = −𝑤 2 𝐴 cos(𝑤𝑡 + 𝜃0)
F = - m𝑤 2 x
(Tim penulis, 2017)
𝑘
𝑤2 = 𝑚
Terlihat bahwa bila nilai m dan T pada persamaan diatas diketahui, tetapan pegas k
dapat kita tentukan
Hukum Newton
Hukum Newton merupakan suatu hukum yang ada dalam dunia fisika yang
menggambarkan hubungan antara suatu gaya yang bergerak dikarnakan adanya
sebab. Hal ini terjadi dalam mekanika klasik dalam hukum fisika dengan 3 jenis
hukum newton yang memiliki 3 konsep dasar, yaitu hukum newton I, hukum newton
II, dan hukum newton III (krane, 1992)
1. Hukum Newton I
“Jika resultan gaya bekerja pada benda yang sama dengan nol, maka benda yang
mula-mula diam akan tetap diam. Benda yang mula-mula bergerak lurus beraturan
akan tetap lurus beraturan dengan kecepatan tetap”
∈𝑓=0
(krane, 1992)
2. Hukum Newton II
“Percepatan (perubahan atau dari kecepatan ) dari suatu benda akan sebanding
dengan resultan gaya (Jumlah gaya) yang bekerja pada benda tersebut dan
berbanding terbalik dengan masa benda”
∈ 𝑓 = 𝑚. 𝑎
(krane, 1992)
Keterangan :
∈𝑓 : Resultan Gaya (kg m/𝑠 2 )
a : Percepatan (m/𝑠 2 )
Gesek Berat
Fg = 𝜇 𝑥 𝑁 W=m.g
(krane, 1992)
Keterangan :
𝑤
S = P x g atau S =
𝑣
(krane, 1992)
Keterangan :
F aksi = -F Reaksi
(krane,1992)
IV. CARA KERJA
Penentuan k dengan metode pembebanan.
Mencatat Pertambahan
Panjang Pegas
Tidak
Apakah Hasil Perhitungan Sudah Sesuai
Ya
Melakukan Percobaan yang sama
untuk Pegas yang Kedua
A
Penjelasan Simbol Flowchart :
1. Bentuk oval pada flowchart berfungsi untuk menunjukkan bahwa suatu proram
dimulai dan diakhiri.
2. Bentuk persegi pada flowchart berfungsi umtuk menunjukkan bahwa adanya
suatu proses yang dijalankan.
3. Bentuk persegi enam persegi pada flowchart berfungsi untuk menunjukkan
bahwa pada pernyataan pada suatu kegiatan yang akan dilakukan.
4. Bentuk jajar genjang pada flowchart berfungsi untuk menunjukkan proses input
dan output yang terjadi.
5. Bentuk bulat kecil pada flowchart berfungsi untuk menunjukkan lanjutan atau
berhentian yang dikarenakan flowchart tidak cukup dalam satu rangkaian
penuh.
6. Bentuk panah pada flowchart berfungsi untuk menghubungkan antara simbol
satu dengan simbol lainnya.
7. Bentuk belah ketupat pada flowchart berfungsi untuk menunjukkan simbol
pemilihan proses yang berdasarkan kondisi yang ada. Jika prosesmya benar
atau “Ya” maka proses itu akan dilanjutkan, sedangkan apabila prosesnya salah
atau “Tidak” maka prosesnya akan diulangi kembali.
Penjelasan Isi Flowchart :
1. Mulai
Kami memulai praktikum mengenai “Pegas” pada hari Senin, 16 Maret 2020 di
Laboratoruim Ilmu Dasar Fakultas Teknik.
2. Studi literatur
Studi literatur adalah mencari referensi teori yang berkaitan dengan masalah
yang ditemukan. Referensi ini dapat diperoleh melalu buku-buku, jurnal-jurnal,
dan artikel.
3. Studi Lapangan
Studi lapangan adalah teori-teori yang didapat pada saat pelaksanaan sebuah
praktikum.
4. Menyiapkan Alat dan Bahan
Praktikan wajib menyiapkan alat dan bahan sebelum melakukannya agar proses
praktikum berjalan dengan lancar.
5. Melakukan langkah percobaan untuk menentukan K dengan melalui metode,
yaitu pembebanan :
i) Timbanglah 5 buah beban dengan penimbang masing-masing beban tiga
kali. Catat masing-masing massanya.
ii) Letakkan sebuah beban pada penggantung pegas yang terpasang pada
pegas.
iii) Catat pertambahan panjang pegas akibat pembebanan tadi.
iv) Tambahkan sebuah beban lain pada pegas .catat massa beban total beban.
v) Lakukan langkah tiga dan empat hingga semua beban terpasang pada pegas.
vi) Hitung K dengan ralatnya
vii) Lakukan percobaan yang sama untuk pegas kedua yang tersedia.
a) Membuat cover
b) Menuliskan tujuan
c) Alat dan bahan
d) Dasar teori
e) Cara kerja atau flowchart
f) Data pengamatan
g) Perhitungan
h) Pembahasan
i) Soal dan diskusi
j) Kesimpulan
k) Daftar pustaka,dan
l) Lampiran
8. Asistensi
9. Selesai
A. Pegas A
m (g) x (cm)
1 2 3 1 2 3
B. Pegas B
m (g) x (cm)
1 2 3 1 2 3
50 g 50 g 50 g 8 cm 7 cm 8 cm
A. Pegas A
m (g) x (cm)
1 2 3 1 2 3
B. Pegas B
m (g) x (cm)
1 2 3 1 2 3
Perhitungan
1 8 64
2 7 49
3 8 64
Jumlah 23 177
= 529 n(n-1)
∆ X₁ = √3 (177) – 529
3(3-1)
∆ X₁ = √531 -529
∆ X₁ = √2
∆ X₁ = √0.333
∆ X₁ = 0,577 cm
b. Benda 2 (Panjang pegas)
1 13 169
2 12,1 171,61
3 13 169
n(n-1)
∆ X₂ = √3 (509,61) – (1528,81)
3(3-1)
∆ X₂ = √1.528 – 1528,81
∆ X₂= √0,02
∆ X₂ = √3.333
∆ X₂ = 1,825 cm
c. Benda 3 (Panjang pegas)
1 21,8 475,24
2 21,8 475,24
3 21,8 475,24
= 4.277,16 n(n-1)
∆ X₃ = √3 (1425,72) – 4.277,16
3(3-1)
∆ X₃ = √4.277,16 – 4.277,16
∆ X₃ = √0
∆ X₃ = 0 cm
1 3,40 11,56
2 3,00 9
3 3,40 11,56
= 96,04 n(n-1)
∆ t₁ = √3 (32,12) – (96,04)
3(3-1)
∆ t₁ = √96,36 – 96,04
∆ t₁ = √0,32
∆ t₁ = √0.533
∆ t₁ = 0,230 cm
1 3,70 13,69
2 3,76 14,1376
3 3,70 13,69
= 124,9924 n(n-1)
∆ t₂ = √3 (41,5176) – (124,9924)
3(3-1)
∆ t₂ = √124,5528 – 124,9924
∆ t₂ = √0,429
∆ t₂ = √0.073
∆ t₂ = 0,270 cm
1 5,00 25
2 5,00 25
3 5,20 27,04
= 231,04 n(n-1)
∆ t₃ = √3 (77,04) – (231,04)
3(3-1)
∆ t₃ = √231,12 – 231,04
∆ t₃ = √0,08
∆ t₃ = √0.013
∆ t₃ = 0,114 cm
1 4,00 16
2 4,20 17,64
3 4,10 16,81
= 151,29 n(n-1)
∆ t₁ = √3 (50,45) – (151,29)
3(3-1)
∆ t₁ = √151,35 – 151,29
∆ t₁ = √0,06
∆ t₁ = √0.01
∆ t₁ = 0,1 cm
1 5,80 53,64
2 6,49 42,1201
= 350,0641 n(n-1)
∆ t₂ = √3 (116,9765) – (350,0641)
3(3-1)
∆ t₂ = √350,09295 – 350,0641
∆ t₂ = √0,8651
∆ t₂ = √0.1442
∆ t₂ = 0,379 cm
1 11,00 121
2 10,90 118,81
3 11,00 121
= 1.082,41 n(n-1)
∆ t₃ = √3 (360,81) – (1.082,41)
3(3-1)
∆ t₃ = √1.082,42 – 1.082,41
∆ t₃ = √0,02
∆ t₃ = √3,333
∆ t₃ = 1,825 c
3 3
K + ∆x
𝑚𝑔 𝜕𝑘 ∆𝑥 𝜕𝑘 ∆𝑥
= ±| |+| |
𝑥 𝜕𝑚 𝜕𝑚
50 𝑥 98 9 ∆𝑚 𝑚. 𝑔 ∆𝑥
= ±| |+| |
15,43 𝑥 𝑥²
50 𝑥 98 9,8 0 50 𝑥 28 0,114
= ±| |+| |
15,43 15,43 (15,43)²
0 490 0,114
= 31,756 ± | | + | |
278
= (31,756 ± 0,234) N/m
∆𝑘
RN = x 100% ks = 100% - Rn
𝑘
0,234
= 31,756 x 100% = 100% - 760,8%
= 760,8%
3 3
K + ∆x
𝑚𝑔 𝜕𝑘 ∆𝑥 𝜕𝑘 ∆𝑥
= ±| |+| |
𝑥 𝜕𝑚 𝜕𝑚
100 𝑥 9,8 9 ∆𝑚 𝑚. 𝑔 ∆𝑥
= ±| |+| |
3 𝑥 𝑥²
100 𝑥 9,8 9,8 0 100 𝑥 9,8 1,825
= ±| |+| |
3 15,43 (3)²
0 980 1,825
= 326,66 ± | | + | |
9
= (326,66 ± 198,72) N/m
∆𝑘
RN = x 100% ks = 100% - Rn
𝑘
198,722
= x 100% = 100% - 60,8%
326,66
= 60,8%
C. Beban ke-3 ẍ = 20 + 9,8 + 9,8 = 59,6 = 19,86
3 3
K + ∆x
𝑚𝑔 𝜕𝑘 ∆𝑥 𝜕𝑘 ∆𝑥
= ±| |+| |
𝑥 𝜕𝑚 𝜕𝑚
190 𝑥 9,8 9 ∆𝑚 𝑚. 𝑔 ∆𝑥
= ±| |+| |
19,86 𝑥 𝑥²
190 𝑥 9,8 9,8 0 190 𝑥 9,8 1,825
= ±| |+| |
19,86 3 (19,86)²
0 980 1,825
= 93,75 ± | | + | |
9
= (93,75 ± 1,35) N/m
∆𝑘
RN = x 100% ks = 100% - Rn
𝑘
1,35
= 93,75 x 100% = 100% - 1,44%
= 1,44%
6. Perhitungan dengan metode pembebanan pegas B
a. Beban ke – 1
8+7+8 23
𝑥 = = = 7,6
3 3
𝐾 + ∆𝑥
𝑚𝑔 𝜕𝑘 𝜕𝑘
= ± | ∆𝑚| + | ∆𝑥|
𝑥 𝜕𝑚 𝜕𝑚
50 × 9,8 9 𝑚𝑔
= ± | ∆𝑚| + | ∆𝑥|
7,6 𝑥 𝑥²
50 × 9,8 9,8 50 × 9,8
= ± | 0| + | 0,577|
7,6 7,6 (7,6)²
∆𝑘
RN = × 100%
𝑘
4,89
= × 100%
64,47
= 0,075 × 100%
= 7,5%
KS = 100% − 𝑅𝑁
= 100% − 7,5%
= 92,5%
b. Beban ke – 2
13 + 13,1 + 13 39,1
𝑥= = = 13,03
3 3
𝐾 + ∆𝑥
𝑚𝑔 𝜕𝑘 𝜕𝑘
= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑥|
𝑥 𝜕𝑚 𝜕𝑚
100 × 9,8 9 𝑚𝑔
= ± | ∆𝑚| + | ∆𝑥|
13,03 𝑥 𝑥²
100 × 9,8 9,8 100 × 9,8
= ±| 0| + | 1,825|
13,03 13,03 (13,03)²
∆𝑘
RN = × 100%
𝑘
0,808
= × 100%
75,21
= 0,0107 × 100%
= 1,07%
KS = 100% − 𝑅𝑁
= 100% − 1,07%
= 98,93%
c. Beban ke – 3
𝑚. 𝑔 𝜕𝑘 𝜕𝑘
= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑥|
𝑥 𝜕𝑚 𝜕𝑚
190 × 9,8 𝑔 𝑚𝑔
= ± | ∆𝑚| + | ∆𝑥|
21,8 𝑥 𝑥²
9,8 190 × 9,8
= 85,41 ± | 0| + | 0|
21,8 (21,8)²
= (85,41 ± 0) 𝑁⁄𝑚
∆𝑘
RN = × 100%
𝑓
0
= × 100%
85,41
= 0 × 100%
= 0%
𝐾𝑆 = 100% − 𝑅𝑁
= 100% − 0%
= 100%
7. Perhitungan dengan metode getaran pegas A
a. Beban ke – 1
1 971,92 3943,84
K= ± |0||+| | 0,230|
10.627 34,645
∆𝑘
RN = × 100%
𝑘
26,182
= × 100%
185,557
= 0,141 × 100%
= 14.1%
KS = 100% − 𝑅𝑁
= 100% − 14,1%
= 85,9%
b. Beban ke – 2
4𝛱²𝑚 𝜕𝑘 𝜕𝑘
𝐾= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑇|
𝑇² 𝜕𝑚 𝜕𝑇
3 943,84 7887,68
𝐾= ± |0||+| | 0,270|
74,822 647,21
∆𝑘
𝑅𝑁 = × 100%
𝑘
3,290
= × 100%
52,709
= 0,0624 × 100%
= 6,24%
𝐾𝑆 = 100% − 𝑅𝑁
= 100% − 6,24%
= 93,76%
c. Beban ke – 3
4𝛱²𝑚 𝜕𝑘 𝜕𝑘
𝐾= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑇|
𝑇² 𝜕𝑚 𝜕𝑇
7993,29 14,986,59
𝐾= ± |0||+| | 0,114|
25,603 129,554
∆𝑘
𝑅𝑁 = × 100%
𝑘
13,187
= × 100%
292,672
= 0,045 × 100%
= 4,5%
𝐾𝑆 = 100% − 𝑅𝑁
= 100% − 4,5%
= 95,5%
8. Perhitungan dengan metode getaran pegas B
a. Beban ke – 1
4𝛱²𝑚 𝜕𝑘 𝜕𝑘
𝐾= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑥|
𝑇² 𝜕𝑚 𝜕𝑇
4 (3,14)2 50 4 (3,14)²
𝐾= ±| 0|
(4,1)² (4,1)²
8 (3,14)2 50
+| 0,1|
(4,1)³
1971,92 3943,84
𝐾= ± |0||+| | 0,1|
16,81 68,921
∆𝑘
𝑅𝑁 = × 100%
𝑘
57,222
= × 100%
117,306
= 0,487 × 100%
= 48,7%
𝐾𝑆 = 100% − 𝑅𝑁
= 100% − 48,7%
= 51,3%
b. Beban ke – 2
𝐾 + ∆𝑥
4𝛱²𝑚 𝜕𝑘 𝜕𝑘
𝐾= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑇|
𝑇² 𝜕𝑚 𝜕𝑇
3943,84 7887,68
𝐾= ± |0||+| | 0,379|
38,812 241,804
∆𝑘
𝑅𝑁 = × 100%
𝑘
12,363
= × 100%
101,633
= 0,121 × 100%
= 12,1%
𝐾𝑆 = 100% − 𝑅𝑁
= 100% − 12,1%
= 87,9%
c. Benda ke – 3
4𝛱²𝑚 𝜕𝑘 𝜕𝑘
𝐾= ±| ∆𝑚| + | ∆𝑇|
𝑇² 𝜕𝑚 𝜕𝑇
7493,29 14 986,59
𝐾= ± |0||+| | 1,825|
120,21 1316,53
∆𝑘
𝑅𝑁 = × 100%
𝑘
20,774
= × 100%
62,381
= 0,333 × 100%
= 33,3%
𝐾𝑆 = 100% − 𝑅𝑁
= 100% − 33,3%
= 66,7%
VII. PEMBAHASAN
𝐹 𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠 = −𝑘∆𝑥
𝑚. 𝑔
𝐾=
𝑥
Keterangan :
𝑚 = Massa
𝑔 = Percepatan Gravitasi
2𝑥 2𝑘
∆𝑚|+| ∆𝑥
2𝑚 2∆𝑥
menjadi :
9 𝑚. 𝑔
∆𝑚|+| ∆𝑥
𝑥 𝑥²
dengan ∆𝑚 ketidak pastian dari massa beban dan ∆𝑥 = ketidak pastian dari
simpangan beban
4𝛱²𝑚
𝐾=
𝑇²
8𝛱²𝑚 4𝛱²
∆𝑇|+| ∆𝑚
𝑇³ 𝑇²
Keterangan :
∆𝑥
𝑅𝑁 = × 100%
𝑥
𝐾𝑆 = 100% − 𝑅𝑁
Pada perhitungan pegas A dengan metode pembebanan pada beban 1
diperoleh hasil (31,756 ± 0,234) 𝑁⁄𝑚 , beban 2 diperoleh hasil
(326,666±198,722) 𝑁⁄𝑚, beban 3 diperoleh hasil (93,75±1,35)𝑁⁄𝑚. Dan
pada pegas B pada beban 1 diperoleh hasil (64,47±4,89)𝑁⁄𝑚, beban 2
diperoleh hasil (75,21±0,808)𝑁⁄𝑚, beban 3 diperoleh hasil (85,41±0)𝑁⁄𝑚.
Jawab :
Perlu diketahui omega (𝜔) atau kecepatan sudutnya, karena pada faktor
rendaman berdasarkan lurus dengan kecepatan sudutnya, faktor rendaman
itu terjadi akibat adanya gaya gesek dengan udara.
2. Bagaimana cara menentukan gaya rendamannya ?
Jawab:
𝑑𝑥
𝐹 = −𝑏
𝑑𝑡
𝑑𝑥 𝑑²𝑥
−𝐾𝑥 − 𝑏 =𝑚
𝑑𝑡 𝑑𝑡²
𝑑²𝑥 𝑑𝑥
𝑚 +𝑏 𝑘𝑥 = 0
𝑑𝑡² 𝑑𝑡
X. DAFTAR PUSTAKA
1. Young.Hugh,2009.Fisika.Universitas.Jakarta.Erlangga Marjuddin.2008.
Singaperbangsa Karawang
1. Pegas A
m (kg) x (m)
1 2 3 1 2 3
50 g 50 g 50 g 15,5 cm 15,3 cm 15,5 cm
100 g 100 g 100 g 17 cm 17,1 cm 17 cm
190 g 190 g 190 g 20 cm 19,8 cm 19,8 cm
2. Pegas B
m (kg) x (m)
1 2 3 1 2 3
50 g 50 g 50 g 8 cm 7 cm 8 cm
100 g 100 g 100 g 13 cm 13,1 cm 13 cm
190 g 190 g 190 g 21,8 cm 21,8 cm 21,8 cm
Penentuan k dengan metode getaran
3. Pegas A
m (kg) x (m)
1 2 3 1 2 3
50 g 50 g 50 g 3,40 s 3,00 s 3,40 s
100 g 100 g 100 g 3,70 s 3,76 s 3,70 s
190 g 190 g 190 g 5,00 s 5,00 s 5,20 s
4. Pegas B
m (kg) x (m)
1 2 3 1 t2 3
50 g 50 g 50 g 4,00 s 4,20 s 4,10 s
100 g 100 g 100 g 5,80 s 3,76 s 3,70 s
190 g 190 g 190 g 11,00 s 10,90 s 11,00 s