Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH IMPULS DAN MOMENTUM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Mekanika

Pengampu : Sri Jumini., S.Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh :

Jauharotul Insiyyah (2016020001)

Tesya Amelia (2016020002)

Nasyabil Kamula (2016020003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK )

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ )

JAWA TENGAH DI WONOSOBO

2017
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Momentum

Dalam fisika, momentum berkaitan dengan kuantitas gerak yang


dimiliki oleh suatu benda yang bergerak yaitu kecepatan. Dalam hal ini,
momentum didefinisikan sebagai hasil kali antara massa dan kecepatan
benda. Momentum merupakan besaran vektor. Jadi, momentum
mempunyai nilai dan arah. Secara matematis momentum dapat ditentukan
dengan persamaan:

p = m. v

Dimana : p = momentum benda (kg.m/s)

m = massa benda (kg)

v = kecepatan benda (m/s)

Momentum akan berubah seiring dengan perubahan massa dan


kecepatan. Semakin cepat pergerakan suatu materi/benda akan semakin
besar juga momentumnya. Semakin besar momentum, maka semakin
dahsyat kekuatan yang dimiliki oleh suatu benda. Jika materi dalam keadaan
diam, aka momentumnya sama dengan nol. Sebaliknya semakin cepat
pergerakannya, semakin besar juga momentumnya.

Karena momentum merupakan hasil kali besaran skalar (massa)


dengan besaran vektor (kecepatan), maka momentum termasuk besaran
vector,maka penjumlahan (resultan) momentum mengikuti aturan
penjumlahan vektor.

Besar resultan :

√p = px 2 + py2 + 2px . py . cos θ


Arah resultan :

𝑝𝑦
𝑇𝑎𝑛 𝛼 =
𝑝𝑥

Contoh Soal:

1. Tono yang bermassa 50 kg, naik sepeda dengan kecepatan 36 km/jam.


Tentukan momentum Tono jika sepeda bergerak pada arah sumbu x.

Pembahasan :

Diketahui : Massa Tono (m) = 50 kg


Kecepatan (v) = 36 km/jam = 10 m/s
Ditanya : p =…..?
Jawab :p = m.v
= 50 kg . 10 m/s
= 500 kg.m/s

2. Sebuah mobil bermassa 1000 kg bergerak dengan kecepatan 36


km/jam. Berapakah momentum mobil tersebut?
Diketahui:
m = 1000 kg
v = 36 km/jam = 36.1000/3600 m/s = 10 m/s
Ditanyakan: p = …?
Jawab:

p = m . v = 1000 x 10 = 10.000kg.m/s.

Jadi besarnya momentum mobil tersebut adalah 10.000 kg.m/s.


2. 2Impuls

Impuls adalah selisih dari momentum atau momentum awal


dikurangi momentum akhir. Dalam Fisika impuls dilambangkan dengan
simbol / huruf “I”. Secara matematis impuls dirumuskan:

I=p2–p1=∆p
I=m.v2–m.v1
I=m(v2–v1)
I = m. ∆v

Contoh Soal:

1. Sebuah bola biliard dipukul dengan gaya 20 N dalam selang waktu 0,5
sekon. Tentukan Impuls yang bekerja pada bola biliard tersebut!
Diketahui:
F = 20 N
∆𝑡 = 0,5 sekon
Ditanyakan: I = ……?
Jawab:
I = F. ∆𝑡= 20 N × 0,5 s = 10 Ns
Jadi besarnya impuls yang bekerja pada bola biliard tersebut adalah
10Ns.
2. Perhatikan gambar berikut !
Tentukanlah besar impulsnya!
Penyelesaian:

Gaya 10 N bekerja selama selang waktu(∆𝑡)= 6 – 4 = 2 s.

Impuls = 20 Ns.

Luas daerah yang diarsir di bawah grafik F terhadap t

=F. ∆𝑡

= (10 N) × (2 s) = 20 Ns.

2. 3Hubungan Impuls dan Momentum

Hubungan Impuls dan Momentum

Perhatikan Gambar di atas.Sebuah bola datang ke arah pemain bola dengan


kecepatan awal vaw sesaat sebelum ditendang. Sesaat sesudah ditendang
(impuls bekerja), kecepatan akhir bola vak. Sesuai dengan hukum II Newton,
maka:
F=m.a
Karena percepatan rata-rata:
∆𝑣 vak – vaw
𝛼= =
∆𝑡 ∆𝑡
Maka:
vak – vaw
𝐹 =𝑚( )
∆𝑡
𝐹 . ∆𝑡 = 𝑚. vak – m. vaw
𝐹 . ∆𝑡 = Pak – Paw
𝐼 = ∆P

Persamaan tersebut dapat kita nyatakan dengan kalimat berikut dan


dikenal sebagai Teorema Impuls-Momentum:
“Impuls yang dikerjakan pada suatu benda sama dengan perubahan
momentum yang dialami benda itu, yaitu beda antara momentum akhir
dengan momentum awalnya.”
Contoh Soal:
1. Sebuah bola bermassa 0,15 kg pada permainan softball dilempar
mendatar ke kanan dengan kelajuan 20 m/s. Setelah dipukul, bola
bergerak ke kiri dengan kelajuan 20 m/s.
a) Berapakah impuls yang diberikan oleh kayu pemukul pada
bola?
b) Jika kayu pemukul dan bola bersentuhan selama 0,80 ms,
berapakah gaya rata-rata yang diberikan kayu pemukul pada
bola?
c) Hitung percepatan rata-rata bola selama bersentuhan dengan
kayu pemukul!
Penyelesaian:
Massa bola = 0,15 kg
Kecepatan awal v1 = +20 m/s (arah ke kanan)
Kecepatan akhir v2 = -20 m/s (arah kekiri)
a) Impuls yang diberikan kayu pemukul pada bola sama dengan
perubahan momentum bola.
𝐼 = ∆P
𝐼 = Pak – Paw
𝐼 = 𝑚. vak – m. vaw
𝐼 = 0,15 . (−20) − 0,15 . (+20) = −3 − 3 = −6 𝑁𝑠.
Tanda negatif menyatakan bahwa impuls berarah mendatar
ke kiri
b) Selang waktu ( ∆𝑡 )= 0,80 ms = 8 x 10-4 s

I =F. ∆𝑡

𝐼 −6
𝐹= = = −0,75. 104 = −7500 𝑁
∆𝑡 8. 10−4
Gaya rata − rata kayu pemukul pada bola adalah 7500N

c) Percepata rata-ratanya:
𝐹 = 𝑚 .𝛼
𝐹 −7500
𝛼= = = −50.000 𝑚⁄𝑠 2
𝑚 0,15
Tanda negatif menyatakan bahwa arah percepatan adalah mendatar ke kiri.
2. Dua benda masing-masing bermassa m, bergerak berlawanan arah dengan
kecepatan masing-masing 20 m/s dan 15 m/s. Setelah tumbukan, kedua benda
tersebut bersatu. Tentukanlah kecepatan kedua benda dan arah geraknya setelah
tumbukan.
Diketahui: m1 = m2 = m, v1 = 20 m/s, dan v2 = 15 m/s.

v2 bertanda negatif karena geraknya berlawanan arah dengan arah gerak benda
pertama. Oleh karena setelah tumbukan kedua benda bersatu dan bergerak
bersamaan maka kecepatan kedua benda setelah tumbukan adalah v1' = v2' = v'
Ditanyakan: v'=....?
m1v1 + m2v2 = (m1 + m2)v'
m(20 m/s) + m(–15 m/s) = (m + m)v'
Jadi, kecepatan kedua benda 2,5 m/s, searah dengan arah gerak benda pertama
(positif).

2. 4Konsep Impuls Berdasarkan Hukum II Newton

Hukum II Newton yang dinyatakan melalui peramaan:

Ʃ𝐹 = 𝑚. 𝑎

Persamaan ini menjelaskan hubungan antara resultan gaya atau gaya total
dengan massa dan percepatan. Adanya resultan gaya yang bekerja pada sebuah
benda bermassa menyebabkan benda bermassa tersebut mengalami percepatan.

Hukum II Newton yang menjelaskan hubungan antara resultan gaya


dengan perubahan momentum. Jika terdapat resultan gaya bekerja pada sebuah
benda yang pada mulanya diam maka benda tersebut bergerak. Sebelum
bergerak,benda tidak mempunyai momentum. Setelah bergerak, benda
mempunyai momentum. Dapat dikatakan bahwa adanya resultan gaya yang
bekerja pada benda menyebabkan momentum benda berubah selama selang waktu
tertentu. Dengan kata lain,laju perubahan momentum suatu benda sama dengan
resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut.

∆𝑝
Ʃ𝐹 = (1.1)
∆𝑡

m. 𝑣𝑡 – m. v0 𝑚(𝑣𝑡 – v0 )
Ʃ𝐹 = =
∆𝑡 ∆𝑡

Keterangan : Ʃ𝐹 = Gaya Total (N)

∆t = Selang Waktu (Sekon)


∆𝑝 = 𝑚(𝑣𝑡 – v0 ) = Perubahan Momentum ( kg.m /s )
Persamaa (1.1) mrupakan bentuk lain dari hukum II newton yang menjelaskan
hubungan antara resultan gaya denganlaju perubahan momentum benda, ketika
mas benda tetap maupun ketika masa benda berubah.

Hukum II Newton “yang sebenarnya” hanya bisa digunakan untuk kasus


massa benda tetap. Jadi ketika menganalisis hubungan antara gaya dan gerak
benda, di mana massa benda konstan, kita bisa menggunakan Hukum II Newton
“yang sebenarnya”, tapi tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan Hukum
II Newton versi momentum. Ketika kita meninjau benda yang massa-nya tidak
tetap alias berubah, kita tidak bisa menggunakan Hukum II Newton “yang
sebenarnya” (F = ma). Kita hanya bisa menggunakan Hukum II Newton versi
momentum. Contohnya roket yang meluncur ke ruang angkasa. Massa roket akan
berkurang ketika bahan bakarnya berkurang atau habis.

2.5 Hukum Kekekalan Momentum


Bunyi Hukum Kekakalan Momentum
Hukum kekakalan momentum menyatakan bahwa “jika tidak ada gaya
luar yang bekerja pada sistem, maka momentum total sesaat sebelum sama
dengan momentum total sesudah tumbukan”. Tetapi,kita harus memperhatikan
arah kecepatan tiap benda.
Perhatikan gambar dibawah ini :

Dua buah bola pada gambar diatas bergerak berlawanan arah saling
mendekati. Bola pertama massanya m1, bergerak dengan kecepatan v1.
Sedangkan bola kedua massanya m2 bergerak dengan kecepatan v2. Jika kedua
bola berada pada lintasan yang sama dan lurus, maka pada suatu saat kedua bola
akan bertabrakan.

Dengan memperhatikan analisis gaya tumbukan bola pada gambar diatas


ternyata sesuai dengan pernyataan Hukum III Newton. Kedua bola akan saling
menekan dengan gaya F yang sama besar, tetapi arahnya berlawanan. Akibat
adanya gaya aksi dan reaksi dalam selang waktu ∆t tersebut, kedua bola akan
saling melepaskan diri dengan kecepatan masing-masing sebesar v’1 dan v’2.
Penurunan rumus secara umum dapat dilakukan dengan meninjau gaya interaksi
saat terjadi tumbukan berdasarkan Hukum III Newton.

Faksi = – Freaksi

F1 = – F2

Impuls yang terjadi selama interval waktu Δt adalah F1 .Δt = -F2. Δt . Kita
ketahui bahwa I = F .Δt = Δp , maka persamaannya menjadi seperti berikut:

Δp1 = –Δp2
m1v1 – m1v’1 = -(m2v2 – m2v’2)
m1v1 + m2v2 = m1v’1 + m2v’2
p1 + p2 = p’1 + p’2
Jumlah momentum awal = Jumlah momentum akhir

Keterangan:

p1,p2 = momentum benda 1 dan 2 sebelum tumbukan


p‘1, p’2 = momentum benda 1 dan 2 sesudah tumbukan
m1, m2 = massa benda 1 dan 2
v1, v2 = kecepatan benda 1 dan 2 sebelum tumbukan
v’1, v’2 =kecepatan benda 1 dan 2 sesudah tumbukan
ContohSoal :

1. Sebuah bola bilyard 1 dengan massa 30 g dan kecepatan 0,5 m/s


bergerak ke kanan mengenai bola bilyard 2 dengan massa 30 g yang
diam di bidang datar tanpa gesekan. Jika kecepatan bola bilyard 1
setelah tumbukan 1 m/s ke arah kiri, maka hitunglah kecepatan bola
bilyard 2 setelah tumbukan!
Diketahui:
m1= 30 g = 0,03 kg
v1= 0,5 m/s
m2= 30 g = 0,03 kg
v2= 0
v1’= -1 m/s (tanda (-) menyatakan gerak ke kiri)
Ditanyakan: v2’ = ….?
Jawab:
Menurut Hukum Kekekalan Momentum Linear

p1 + p2 = p’1 + p’2
m1.v1+ m2 .v2= m1.v’1+ m2 .v’2

O, O3 .0,5 + 0,03 . 0 = 0,03 . (−1) + 0,03 v’2

0,015 + 0 = −0,03 + 0,03𝑣′2

0,015 + 0,03 = 0,03 v’2

0,045 = 0,03 v’2

0,045
𝑣′2 = = 1,5 𝑚⁄𝑠
0,03

Karena nilainya positif, jadi bola billiard 2 bergerak ke kanan.


2.6 Gaya Dorong Roket dan Pesawat Jet
a. Cara Kerja Roket

Dorongan roket dan jet merupakan penerapan yang menarik dari


Hukum III Newton dan Kekekalan Momentum. Roket memiliki tangki yang
berisi bahan bakar hidrogen cair dan oksigen cair. Bahan bakar tersebut dibakar
dalam ruang pembakaran sehingga menghasilkan gas, lalu dibuang melalui
mulut pipa yang terletak dibelakang roket. Akibatnya terjadi perubahan
momentum pada gas selama selang waktu tertentu. Berdasarkan hukum II
Newton, perubahan momentum selama suatu selang waktu tertentu = gaya
total. Jadi bisa dikatakan bahwa terdapat gaya total pada gas yang disemburkan
roket ke belakang. Gaya total tersebut merupakan gaya aksi yang diberikan
oleh roket kepada gas, di mana arahnya ke bawah. Sebagai tanggapan, gas
memberikan gaya reaksi kepada roket, di mana besar gaya reaksi = gaya aksi,
hanya arahnya berlawanan. Gaya reaksi yang diberikan oleh gas tersebut yang
mendorong roket ke atas.
Roket bergerak bukan karena tekanan semburan gasnya mendorong
udara, karena di luar angkasa tidak ada udara. Prinsip yang digunakan adalah
hukum kekekalan momentum. Dengan massa gas yang disemburkan dengan
kecepatan tertentu, menyebabkan roket mendapatkan gerak majunya.
Percobaan sederhananya dilakukan dengan oleh astronot dengan sarung tangan
karet (bersfungsi sama dengan balon) yang dipasangi sedotan minuman
berperang seperti roket. Tekanan udara yang keluar dari sarung tangan karet
yang semula ditiup memberi efek dorongan. Roket bergerak karena adanya
semburan propelan. Pada roket air, semburan propelan digantikan dengan
campuran air dan udara bertekanan tertentu.
b. Prinsip Dorongan Roket
Roket adalah salah satu penerapan hukum fisika, yang didasari atas Hukum
III Newton, dan penerapan impuls dan momentum. Dengan semua hal diatas
roket dapat bergerak melawan gravitasi bumi.

Dari Hukum III Newton, bahwa ketika suatu benda mengerjakan gaya
pada benda lain, maka benda yang dikerjakan gaya akan mengerjakan gaya
pada benda yang mengerjakan gaya padanya, gaya ini disebut gaya aksi-
reaksi yang besarnya sama, namun arahnya berkebalikan, dan juga impuls
dan momentum, dikatakan bahwa gaya eksternal yang bekerja pada suatu
benda atau sistem akan mengakibatkan laju perubahan momentum benda
tersebut. Dari hal tersebut kita akan menurunkan persamaan untuk gaya
dorong yang mengakibatkan roket dapat melawan gravitasi.

Sebuah roket diluncurkan vertikal ke atas menuju atmosfer Bumi. Hal


ini dapat dilakukan karena adanya gaya dorong dari mesin roket yang bekerja
berdasarkan impuls yang diberikan oleh roket. Pada saat roket sedang bergerak,
akan berlaku hukum kekekalan momentum. Pada saat roket belum dinyalakan,
momentum roket adalah nol. Apabila bahan bakar di dalamnya telah
dinyalakan, pancaran gas mendapatkan momentum yang arahnya ke bawah.
Oleh karena momentum bersifat kekal, roket pun akan mendapatkan
momentum yang arahnya berlawanan dengan arah buang bersifat gas roket
tersebut dan besarnya sama.

Secara matematis gaya dorong pada roket dinyatakan dalam hubungan


berikut.

Impuls = perubahan momentum


𝐹. ∆𝑡 = ∆(𝑚𝑣)
∆(𝑚𝑣) ∆𝑚
𝐹= = 𝑣
∆𝑡 ∆𝑡
dengan:

F = gaya dorong roket (N),


Δm/Δt = perubahan massa roket terhadap waktu (kg/s), dan
v = kecepatan roket (m/s).
Contoh Soal :
1. Sebuah roket menyemburkan gas dengan kelajuan 200 kg per sekon.
Jika kecepatan molekul-molekul gas mencapai 300 m/s, berapakah gaya
dorong pada roket tersebut?
Diketahui: v = 300 m/s dan Δm/Δt = 200 kg/s.
Ditanya: F=....?

∆(𝑚𝑣) ∆𝑚
𝐹= = 𝑣
∆𝑡 ∆𝑡

F = (200 kg/s)(300 m/s) = 60.000 N.


2. Sebuah rudal yang massanya 5 ton, dalam waktu 10 s kecepatannya
berubah dari 0 m.s menjadi 30 m/s. tentukan gaya dorong gas yang
semburkan !
Diketahui :
m = 5 ton = 5.000 kg ; Δt = 10 s ; v1 = 0 m/s v2 = 30 m/s

Ditanya : F … ?

Dijawab :

∆𝑝 ∆𝑣 𝑚(𝑣2 –v1 )
𝐹= = m ∆𝑡 =
∆𝑡 ∆𝑡

5000 (30−0) 150.000


𝐹= = = 15.000 N
10 10

2.6 Tumbukan
Tumbukan adalah pertemuan dua benda yang relatif bergerak. Pada
setiap jenis tumbukan berlaku hukum kekekalan momentum tetapi tidak
selalu berlaku hukum kekekalan energi mekanik. Sebab disini sebagian
energi mungkin diubah menjadi panas akibat tumbukan atau terjadi
perubahan bentuk.

 Jenis-Jenis Tumbukan

Peristiwa tumbukan antara dua buah benda dapat dibedakan


menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Tumbukan Lenting Sempurna. Yaitu tumbukan yang tak
mengalami perubahan energi. Koefisien restitusi e = 1
2. Tumbukan Lenting Sebagian. Yaitu tumbukan yang tidak
berlaku hukum kekekalan energi mekanik sebab ada sebagian
energi yang diubah dalam bentuk lain, misalnya panas.
Koefisien restitusi 0 < e < 1.
3. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali. Yaitu tumbukan yang
tidak berlaku hukum kekekalan energi mekanik dan kedua benda
setelah tumbukan melekat dan bergerak bersama-sama.
Koefisien restitusi e = 0.
1) Tumbukan Lenting Sempurna
Dua benda dikatakan melakukan Tumbukan lenting sempurna
jika Momentum dan Energi Kinetik kedua benda sebelum tumbukan =
Momentum dan Energi Kinetik setelah tumbukan. Dengan kata lain,
pada tumbukan lenting sempurna berlaku Hukum Kekekalan
Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik. Hukum Kekekalan
Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik berlaku pada
peristiwa tumbukan lenting sempurna karena total massa dan kecepatan
kedua benda sama, baik sebelum maupun setelah tumbukan. Hukum
Kekekalan Energi Kinetik berlaku pada tumbukan lenting sempurna
karena selama tumbukan tidak ada energi yang hilang.
Benda-benda yang mengalami Tumbukan Lenting Sempurna tidak
menghasilkan bunyi,panas atau bentuk energi lain ketika terjadi
tumbukan. Tidak ada Energi Kinetik yang hilang selama proses
tumbukan. Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa pada peritiwa
Tumbukan Lenting Sempurna berlaku Hukum Kekekalan Energi
Kinetik.
Hukum kekekalan momentum ditinjau dari energi kinetik:
Dua benda, benda 1 dan benda 2 bergerak saling mendekat.
Benda 1 bergerak dengan kecepatan v1 dan benda 2 bergerak dengan
kecepatan v2. Kedua benda itu bertumbukan dan terpantul dalam arah
yang berlawanan. Perhatikan bahwa kecepatan merupakan besaran
vektor sehingga dipengaruhi juga oleh arah. Sesuai dengan kesepakatan,
arah ke kanan bertanda positif dan arah ke kiri bertanda negatif. Karena
memiliki massa dan kecepatan, maka kedua benda memiliki momentum
(p = mv) dan energi kinetik (EK = ½ mv2). Total Momentum dan Energi
Kinetik kedua benda sama, baik sebelum tumbukan maupun setelah
tumbukan.
Secara matematis, Hukum Kekekalan Momentum dirumuskan sebagai
berikut :
m1v1 + m2v2 = m1v1' +m2v2' .................persamaan (1)

Keterangan :
m1 = massa benda 1,
m2 = massa benda 2
v1 = kecepatan benda sebelum tumbukan dan
v2 = kecepatan benda 2 Sebelum tumbukan
v’1 = kecepatan benda Setelah tumbukan,
v’2 = kecepatan benda 2 setelah tumbukan
Jika dinyatakan dalam momentum,
m1v1= momentum benda 1 sebelum tumbukan,
m1v’1 = momentum benda 1 setelah tumbukan
m2v2 = momentum benda 2 sebelum tumbukan,
m2v’2 = momentum benda 2 setelah tumbukan

Pada Tumbukan Lenting Sempurna berlaku juga Hukum


Kekekalan Energi Kinetik. Secara matematis dirumuskan sebagai
berikut :
½ m1v1² - ½ m2v2² = ½ m1v1'² - ½ m2v2'²

Keterangan :
½ m1v1² = EK benda 1 sebelum tumbukan
½ m2v2² = EK benda 2 sebelum tumbukan
½ m1v1'² = EK benda 1 setelah tumbukan
½ m2v2'² = EK benda 2 setelah tumbukan

Kita telah menurunkan 2 persamaan untuk Tumbukan


Lenting Sempurna, yakni persamaan Hukum Kekekalan Momentum
dan Persamaan Hukum Kekekalan Energi Kinetik. Ada suatu hal
yang menarik, bahwa apabila hanya diketahui massa dan kecepatan
awal, maka kecepatan setelah tumbukan bisa kita tentukan
menggunakan suatu persamaan lain. Persamaan ini diturunkan dari
dua persamaan di atas.

m1v1 + m2v2 = m1v1' + m2v2'


m1v1 - m2v2 = m1v1' - m2v2'
m1v1 - v1' = m2 (v2' - v2)..............persamaan (2)

Kita tulis kembali persamaan Hukum Kekekalan Energi Kinetik :

½ m1v1² - ½ m2v2² = ½ m1v1'² - ½ m2v2'²

Ini merupakan salah satu persamaan penting dalam


Tumbukan Lenting sempurna, selain persamaan Kekekalan
Momentum dan persamaan Kekekalan Energi Kinetik. Persamaan 3
menyatakan bahwa pada Tumbukan Lenting Sempurna, laju kedua
benda sebelum dan setelah tumbukan sama besar tetapi berlawanan
arah, berapapun massa benda tersebut.

Pada tumbukan lenting sempurna juga berlaku Koefisien


Restitusi (Kelentingan) = 1.
Berikut persamaannya :
𝑣′1 + 𝑣′2
𝑒= =1
𝑣1 + 𝑣2
Contoh Soal :
1. Sebuah benda bermassa 1 kg bergerak dengan kelajuan 20 m/s
menumbuk dinding secara lenting sempurna. Berapa kelajuan akhir
benda dan dinding ?
Diketahui:
mA = 1 kg,
vA = 20 m/s,
mB = sangat besar
vB = 0
Ditanya : vA’ dan vB’
Jawab :
vA’ = -20 m/s
vB’ = 0
Setelah bertumbukan, benda A memantul dengan kelajuan 20 m/s
dan benda B tetap diam. Jika sebelum bertumbukan benda A bergerak ke
kanan maka setelah bertumbukan benda A bergerak ke kiri
2. Sebuah bola yang massanya 4 kg bergerak ke kanan dengan kecepatan 6
ms-1 mengalami tumbukan lenting sempurna sepusat dengan bola yang
massanya 2 kg yang bergerak ke kanan dengan kecepatan 3 ms-1.
Tentukan kecepatan masing-masing bola setelah tumbukan!

v1
m1
v2
m
2
Diketahui:
Massa bola 1: m1= 4 kg
Massa bola 2 : m2 = 2 kg
Kecepatan bola 1 sebelum tumbukan : v1 = 6 ms-1
Kecepatan bola 2 sebelum tumbukan : v2 = 3 ms-1
Ditanya:
Kecepatan setelah tumbukan : v1’ dan v2’ ?
Jawab:
Dalam semua tumbukan, berlaku hukum kekekalan momentum
sehingga diperoleh
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = 𝑚1 𝑣1 ′ + 𝑚2 𝑣2 ′
(4 𝑘𝑔)(6 𝑚𝑠 −1 ) + (2 𝑘𝑔)(3 𝑚𝑠 −1 ) = (4 𝑘𝑔)𝑣1′ + (2 𝑘𝑔)𝑣2 ′
(30 𝑘𝑔 𝑚𝑠 −1 ) = (4 𝑘𝑔)𝑣1′ + (2 𝑘𝑔)𝑣2 ′
30 𝑚𝑠 −1 = 4𝑣1 ′ + 2𝑣2 ′ (1)
Dalam tumbukan elastik sempurna berlaku:
𝑣1 − 𝑣2 = −(𝑣1′ − 𝑣2 ′ )A
6 𝑚𝑠 −1 − 3 𝑚𝑠 −1 = 𝑣1′ + 𝑣2 ′
𝑣2 ′ = 𝑣1′ + 3𝑚𝑠 −1 (2)
Persamaan (2) disubstitusikan ke persamaan (1):
30 𝑚𝑠 −1 = 4𝑣1 ′ + 2 (𝑣1 ′ + 3𝑚𝑠 −1 )
30 𝑚𝑠 −1 = 4𝑣1 ′ + 2𝑣1 ′ + 6 𝑚𝑠 −1
30 𝑚𝑠 −1 = 6𝑣1 ′ + 6 𝑚𝑠 −1


30 𝑚𝑠 −1 − 6 𝑚𝑠 −1
𝑣1 = = 4 𝑚𝑠 −1
6
Substitusi v1’ = 4 ms-1 ke persamaan (2) sehingga diperoleh:
𝑣2 ′ = 4 𝑚𝑠 −1 + 3𝑚𝑠 −1
𝑣2 ′ = 7 𝑚𝑠 −1
Jadi, kecepatan masing-masing bola setelah tumbukan adalah v1’ = 4 ms-1 dan
v2’ = 7 ms-1.
2) Tumbukan Lenting Sebagian
Tumbukan lenting sebagian juga disebut tumbukan lenting
tak sempurna. Hal ini sebenarnya banyak dijumpai pada tumbukan
benda-benda disekitar kita. Tumbukan lenting sebagian adalah
tumbukan yang selama proses tumbukan ada sebagian energi yang
hilang. Jumlah energi kinetik kedua benda setelah tumbukan
ternyata lebih kecil daripada jumlah energi kinetik kedua benda
sebelum tumbukan. Hilangnya energi ini bisa dengan menjadi
bentuk energi lain misalnya energi panas atau energi suara. Dalam
perhitungan matematis, tumbukan lenting sebagian memiliki
koefisien restitusi < 1 (koefisien restitusi bisa dianggap sebagai
perbandingan kecepatan relatif kedua benda sesudah dan sebelum
tumbukan), tapi tidak sampai nol.

m1v1 + m2v2 = m1v1' + m2v2' dan


𝑣′1 + 𝑣′2
𝑒=−
𝑣1 + 𝑣2

Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa:


Pada tumbukan lenting sebagian besarnya kecepatan relative
sesudah tumbukan lebih kecil dari kecepatan relative sebelum
tumbukan. (tanda negative menunjukkan arahnya berlawanan
dengan arah semula).

Pada lenting sebagian berlaku:


1. Hukum Kekekalan momentum
2. Harga Koefisien Restitusi 0 < e = 1
Misalnya, sebuah bola tenis dilepas dari ketinggian h1 di
atas lantai. Setelah menumbuk lantai bola akan terpental setinggi
h2, nilai h2 selalu lebih kecil dari h1.

Skema tumbukan lenting sebagian

Coba kita perhatikan gamabr diatas. Kecepatan bola sesaat


sebelum tumbukan v1 dan sesaat setelah tumbukan v1 . Berdasarkan
persamaan gerak jatuh bebas, besar kecepatan bola memenuhi persamaan :

Untuk kecepatan lantai sebelum dan sesudah tumbukan sama


dengan nol (v2 = v’2 = 0). Jika arah ke benda diberi harga negatif, maka
akan diperoleh persamaan sebagai berikut.

Contoh Soal Tumbukan Lenting Sebagian


1. Benda bermassa 500 gram bergerak dengan kelajuan 10 m/s dan
benda bermassa 200 gram bergerak dengan kelajuan 12 m/s. Kedua
benda bergerak saling mendekati dan bertumbukan. Jika setelah
bertumbukan, kelajuan benda bermassa 500 gram adalah 6 m/s
maka kelajuan benda bermassa 200 gram adalah…

Diketahui :
Massa benda 1 (m1) = 500 gram = 0,5 kg
Massa benda 2 (m2) = 200 gram = 0,2 kg
Kelajuan awal benda 1 (v1) = -10 m/s
Kelajuan awal benda 2 (v2) = 12 m/s
Kelajuan akhir benda 1 (v1’) = 6 m/s
v1 bertanda negatif dan v2 bertanda positif karena arah kedua benda
berlawanan.
Ditanya : kelajuan akhir benda 2 (v2’)
Jawab :
Pada tumbukan lenting tidak sempurna alias tumbukan lenting
sebagian, hukum kekekalan energi kinetik tidak berlaku dan hanya
hukum kekekalan momentum yang berlaku.
m1v1 + m2v2 = m1v1' + m2v2'
(0,5)(-10) + (0,2)(12) = (0,5)(6) + (0,2)(v2’)
-5 + 2,4 = 3 + 0,2 v2'
-2,6 = 3 + 0,2 v2'
-2,6 – 3 = 0,2 v2'
-5,6 = 0,2 v2'
v2' = -5,6 / 0,2
v2' = -28 m/s

Kelajuan benda 2 setelah tumbukan (v2’) adalah 28 m/s.


v1’ bertanda positif dan v2’ bertanda negatif karena setelah
tumbukan, arah kedua benda berlawanan. Tanda negatif dan positif
hanye menunjukan bahwa kedua benda bergerak berlawanan arah.
3) Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali
Tumbukan antara dua buah benda dikatakan
tidak lenting sama sekali apabila sesaat sesudah tumbukan kedua
benda menjadi satu (bergabung), sehingga kedua benda memiliki
kecepatan sama yaitu v’.

v1' = v2' = v'


Salah satu contoh populer dari tumbukan tidak lenting sama
sekali adalah pendulum balistik. Pendulum balistik merupakan
sebuah alat yang sering digunakan untuk mengukur laju proyektil,
seperti peluru. Sebuah balok besar yang terbuat dari kayu atau bahan
lainnya digantung seperti pendulum. Setelah itu, sebutir peluru
ditembakkan pada balok tersebut dan biasanya peluru tertanam
dalam balok. Sebagai akibat dari tumbukan tersebut, peluru dan
balok bersama-sama terayun ke atas sampai ketinggian tertentu
(ketinggian maksimum).
Pada tumbukan tidak lenting sama sekali, jumlah energi
kinetik benda sesudah tumbukan lebih kecil dibanding jumlah energi
kinetik benda sebelum tumbukan. Jadi pada tumbukan ini terjadi
pengurangan energi kinetik.
Nilai koefisien restitusi pada tumbukan tidak lenting sama sekali
adalah nol (e = 0). Sehingga pada tumbukan tidak lenting sama
sekali berlaku persamaan matematis :

m1v1 + m2(0) = (m1 + m2) v’

m1v1 = (m1 + m2) v’

Persamaan Hukum Kekekalan Energi Mekanik untuk kasus


tumbukan tidak lenting sama sekali.
E M1 = EM2
EP1 + EK1 = EP2 + EK2
0 + EK1 = EP2 + 0
½ (m1 + m2)v’2 = (m1 + m2) g h

Hukum kekekalan momentum linier : “momentum total dari


suatu sistem benda-benda yang terisolasi tetap konstan”
Istilah sistem, yang dimaksud adalah sekumpulan benda
berinteraksi satu sama lain. Sistem terisolasi adalah suatu sistem
dimana gaya yang ada hanyalah gaya-gaya diantara benda-benda
pada sistem itu sendiri. Jumlah gaya ini akan nol dengan berlakunya
hukum newton ketiga.

2.7 Peristiwa Tumbukan Proyektil

Contoh tumbukan tidak lenting sama sekali adalah ayunan balistik.


Ayunan balistik merupakan seperangkat alat yang digunakan untuk
mengukur benda yang bergerak dengan keceptan cukup besar, misalnya
kecepatan peluru. Prinsip kerja ayunan balistik berdasarkan hal-hal
berikut.
a. Penerapan sifat tumbukan tidak lenting.
m1v1 + m2v2 = (m1 + m2) v’
m1v1 + 0 = (m1 + m2) v’

b. Hukum kekekalan energi mekanik

½ (m1 + m2)(v’)2 = (m1 + m2)gh


Jika persamaan pertama disubtitusikan ke dalam persamaan
kedua, maka diketahui kecepatan peluru sebelum bersarang dalam
balok.

Skema ayunan balistik


Dengan:
vp = kecepatan peluru sebelum menumbuk balok (m/s)
mp = massa peluru ( kg)
mb =massa balok (kg)
v’ = √2𝑔ℎ = kecepatan peluru setelah memasuki balok (m/s)
L = panjang tali (m)
h = ketinggian balok setelah peluru memasuki balok (m)

Contoh Soal :
1. Sebutir peluru bermassa 30 gram bergerak dengan kecepatan sebesar 30
m/s menumbuk balok kayu bermassa 1 kg yang sedang diam. Tentukan
kelajuan balok jika peluru tertanam di dalam balok!
Diketahui :
Massa peluru (m1) = 30 gram = 0,03 kg
Massa balok (m2) = 1 kg
Kecepatan awal peluru (v1) = 30 m/s
Kecepatan awal balok (v2) = 0 (balok diam)
Ditanya : kelajuan peluru dan balok setelah tumbukan (v’)
Jawab :
Rumus hukum kekekalan momentum jika dua benda menyatu setelah
tumbukan :
m1 v1 + m2 v2 = (m1 + m2) v’
(0,03)(30) + (1)(0) = (0,03 + 1) v’
0,9 + 0 = 1,03 v’
0,9 = 1,03 v’
v’ = 0,9 / 1,03
v’ = 0,87 m/s
Kelajuan peluru dan balok setelah tumbukan adalah 0,87 m/s
2. Sebuah peluru bermassa 20 gram, ditembakkan mengenai sebuah balok
pada ayunan balistik yang massanya 1 kg. Jika peluru tertancap pada balok
hingga mereka mencapai tinggi maksimal 25 cm. Berapa kecepatan peluru
mula-mula peluru tersebut?
Diket :
m = 20 g = 0,02 kg
h = 25 cm = 0,25 m
M = 1 kg
Ditanya: v=.....?
Jawab:
mv = (m+M) √2𝑔ℎ
0,02.v = (0,02+1) √2.10.0,25
0,02.v = 1,02 √5
v = (1,02+√5)/0,02
v = 162,8 m/s

3. Sebuah plastisin bermassa 0,1 kg terletak pada bidang datar licin, terkena
bola yang massanya 0,4 kg dengan kecepatan 20 m/s. Kemudian plastisin
menempel pada bola dan ikut bergerak bersama bola. Hitunglah kecepatan
kecepatan bola sekarang
v1
diam v’

Diketahui: massa plastisin (m1) = 0,1 kg


massa bola (m2) = 0,4 kg
kecepatan awal plastisin (v1) = 0 m/s
kecepatan awal bola (v2) = 20 m/s
Ditanyakan : v’
Jawab:
Tumbukan tidak lenting sama sekali. Maka v1’ = v2’ = v’
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = 𝑚1 𝑣1′ + 𝑚2 𝑣2′
𝑚1 𝑣1 + 𝑚1 𝑣2 = (𝑚1 + 𝑚2 )𝑣 ′
0,1 kg . 0 m/s + 0,4 kg . 20 m/s = ( 0,1 kg + 0,4 kg) v’
0 + 8 = 0,5 v’
8
𝑣′ = = 16 m/s
0,5

1. Sebuah peluru dengan massa 5 gram ditembakkan ke balok yang besar


massanya 1 kg yang digantung seperti pendulum balistik. Sebagai akibat dari
tumbukan tersebut, sistem pendulum dan peluru terayun ke atas sampai
ketinggian maksimum 10 cm. Jika g = 9,8 m/s kecepatan awal peluru
adalah....

m1
m2

(a) (b)
Setelah tumbukan peluru menyatu dengan balok (tumbukan tidak lenting sama
sekali), maka berlaku:
m1v1 = (m1 + m2) v’ ..............................(1)
hukum kekekalan energi mekanik:
𝐸𝑘1 + 𝐸𝑝1 = 𝐸𝑘2 + 𝐸𝑝2
1
(𝑚1 + 𝑚2 )𝑣 ′2 + 0 = 0 + (𝑚1 + 𝑚2 )𝑔ℎ
2
2(𝑚1 + 𝑚2 )𝑔ℎ
𝑣 ′2 =
(𝑚1 + 𝑚2 )
𝑣 ′2 = 2𝑔ℎ
𝑣 ′ = √2𝑔ℎ.............................(2)
Subtitusi persamaan (2) ke persamaan (1) didapatkan kecepatan awal peluru:
𝑚1 + 𝑚2
𝑣= √2𝑔ℎ
𝑚1
5. 10−3 + 1
𝑣= √2.9,8.0,1
5. 10−3
𝑣 = 201.1,4 = 281,4 𝑚/𝑠

Anda mungkin juga menyukai